31
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Culex sp. 2.1.1 Taksonomi Culex Sp. Susunan taksonomi dari Culex Sp yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Klass : Hexapoda Order : Diptera Sub order : Nematocera Famili : Culicidae Sub Famili : Culicinae Genus : Culex Sp (Gandahusada dkk,2000) 2.1.2 Morfologi Culex Sp 2.1.2.1Nyamuk Dewasa Kepala 5

tugas akhir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dokter penilitian

Citation preview

Page 1: tugas akhir

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Culex sp.

2.1.1 Taksonomi Culex Sp.

Susunan taksonomi dari Culex Sp yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Klass : Hexapoda

Order : Diptera

Sub order : Nematocera

Famili : Culicidae

Sub Famili : Culicinae

Genus : Culex Sp

(Gandahusada dkk,2000)

2.1.2 Morfologi Culex Sp

2.1.2.1Nyamuk Dewasa

Kepala

Berbentuk bulat atau spheris dan terdapat sepasang mata majemuk. Di

bagian bawah diantara kedua mata terdapat daerah kecil tempat muncul antena

(Hadi dkk,2002).

5

Page 2: tugas akhir

Mata

Satu pasang mata majemuk (compound eyes) yang pada nyamuk jantan

berdekatan (holoptic) dan pada nyamuk betina nampak jelas terpisah (dichoptic).

Mata majemuk ini terdiri dari 300-500 ommatidia (hadi dkk, 2002)

Antena

Setiap antena terdiri dari cincin dasar yang sempit (narrow basal ring),

scape, pedicel dan ruas-ruas antenna yang hampir seluruhnya ditumbuhi flagella.

Satu pasang antenna yang panjang terdiri dari 14-15 ruas, setiap ruas ditumbuhi

flagella (bulu-bulu) yang lebar (plumose) pada yang jantan, sedang pada yang

betina jarang ( betina jarang (pilose). Johnston’s organ adalah organ sensori

yang penting. Terdapat pada pedicel, mengandung banyak scolopidia. Scolopidia

pada nyamuk jantan dapat mendeteksi adanya nyamuk betina. Ketika ada

nyamuk betina mendekat, getaran suara yang ditimbulkan oleh sayapnya akan

ditangkap oleh antenna nyamuk jantan, antenna meneruskan getaran pada

cincin dasar, yang akan ditangkap oleh scolopidiayang terdapat di pedicel.

Mulut (mouth part)

Termasuk jenis penusuk dan penghisap (piercing and sucking) dan terdiri

dari dua palpus dan satu proboscis. Proboscis ini merupakan alat penusuk yang

tersusun atas satu buah labium, satu buah hypopharinx, satu pasang mandibula,

satu pasang maxilla, satu pasang labium yang di ujungnya terdapat sepasang

labella (hadi dkk,2002)

Thorax

Terdiri dari tiga segmen yaitu prothorax, mesothorax dan metathorax, tiap

segmen terdapat sepasang kaki. Dari mesothorax, selain sepasang kaki juga

keluar sepasang sayap. Dari metathrax, selain sepasang kaki juga sepasang

6

Page 3: tugas akhir

halter, yaitu sayap yang rudimenter, berguna untuk mengatur keseimbangan

tubuh. Dari sisi dorsal bagian thorax (scutum) ini nampak berbentuk ovid atau

degiempat, tertutup bulu bulu atau sisik. Bagian ini sangat membesar karena

mengakomodasi otot-otot untuk terbang. Dibagia belakang scrutum adalah

scutellum (Hadi dkk,2002).

Abdomen

Memiliki bentuk memanjang, silindris dan terdiri dari sepuluh segmen, dua

segmen terakhir mengadakan modifikasi menjadi alat genetalia dan anus

sehingga yang nampak delapan segmen. Bagian abdomen ini berwarna coklat

terang.

Gambar 2.1 Kepala Culex Jantan Gambar 2.2 Culex dewasa

2.1.2.2Stadium Telur

7

Page 4: tugas akhir

Gambar 2.3 Telur Culex SpBentuk telur nyamuk Culex Sp lonjong dengan corona berbentuk mangkuk

dan tidak mempunyai pelampung.Telur Culex Spdi letakkan berderet-deret

seperti rakit di permukaan air (Hadi dkk, 2002; Mehlhorn dkk, 2001).

2.1.2.3Stadium Larva

Terdiri dari emapat stadium larva yaitu larva 1, larva 2, larva 3. Dan larva

4. Ciri-ciri morfologi larva dapat dipelajari dengan mudah pada larva 3 dan larva

4. Larva terdiri dari kepala, thorax dan abdomen (Staf pengajar parasitologi

FKUB, 2004). Larva Culex sp. memiliki siphon yang tumbuh langsing dan pecten

yang berbentuk sempurna dan pada umumnya memiliki lebih dari satu pasang

kelompok rambut (hair tuft)(Hadi dkk. 2002) secara umum morfologi larva

nyamuk culex sp. adalah sebagai berikut:

Kepala

o Oval atau segi empat, pipih dengan arah dors ventral

o Memiliki satu pasang antena pendek

o Mempunya satu set mulut (mouth part dan mouth brushes yang

diperlukan untuk makan)

o Sepasang mata majemuk

Thorax

8

Page 5: tugas akhir

o Terdiri dari tida segmen yang bergabung satu sama lain sehingga

berbentuk segi empat

o Tidak mempunyai kaki

Abdomen

o Silindris, makin ke ujung posterior makin ramping

o Terdiri dari 10 segmen

o Segmen ke 8 mempunyai siphon dan dua segmen terakhir melekuk ke

ventral dan berisi brushes dan anal gills (Staf pengajar parasitologi FKUB

2004)

Gambar 2.4 Larva Culex sp. (Hydro-kosmos, 2007)

2.1.2.4Stadium Pupa

Suatu berntukan yang menyerupai koma, merupakan stadium yang “non

feeding” (tidak makan). Kepalanya menyatu dengan thorax, dan disebut sebagai

cephalothorax. Gerakannya khas (jerky movement), dan pada waktu istirahat

akan mendekati permukaan air untuk bernafas dengan breathing tube(breathing

trumpet) yang terdapat pada sisi dorsal thorax. Pada segmen terakhir dari

abdomen terdapat sepasang “paddle” untuk berenang (staf penjar parasitologi

FKUB 2004; brown and belding, 1994).

9

Page 6: tugas akhir

Gambar 2.5 Pupa Culex sp. (Doggett, 2002)

2.1.3 Siklus Hidup

Nyamuk Culex Sp melewati 4 tahapan dalamsiklus hidupnya,yaitu

telur,larva,pupa dan dewasa. Proses moulting dan metamorfosis nyamuk

dicetuskan dan dikoordinasikan oleh circulating hormones yaitu hormone

ecdysteroid dan hormone juvenile (Hadi dkk,2002).

Culex Sp menempelkan telur-telurnya secara bersamaan membentuk

rakit. Jumlahnya dapat mencapai 200 atau lebih yang mengapung di air dengan

panjang 0,25 inchi dan lebar 0,125 inchi. Pada suhu 300 C telur-telur yang

diletakkan dalam air akan menetas dalam 1-3 hari. Namun,pada suhu 160 C

membutuhkan waktu sampai 7 hari untuk menetas (hadi dkk,2002).Kebanyakan

telur-telur ini berkembang menjadi larva dalam waktu 48 jam.

Larva hidup di air dan naik ke permukaan untuk bernafas.Makanan larva

adalah mikro –organisme dan bahan-bahan organik yang tersedia di dalam

air.Larva-larva ini mengalami moulting atau melepaskan kulit sebanyak 4 kali dan

berkembang menjadi lebih besar setiap kali moulting.Jika sudah berlangsung 4

kali maka larva-larva ini akan berubah menjadi pupa.Seperti telah di jelaskan

sebelumnya,proses moulting dan metamorfosis nyamuk dicetuskan dan

dikoordinasikan oleh circulating hormones yaitu hormone ecdysteroid dan

10

Page 7: tugas akhir

hormone juvenile.Kerja hormon ecdysteroid adalah meregulasi onset

(permulaan) dan timing (pengaturan waktu)moulting.Hormon juvenile menentuka

bentuk perubahan yang terjadi,contohnya,larva menjadu larva atau menjadi

pupa.Ketika kadar hormone juvenile di dalam hemolymph berada di bawah kadar

normalnya,maka larva akan bermetomorfosis menjadi pupa.

Stadium pupa yaitu fase tanpa makan dan sangat sensitive tarhadap

pergerakan air.Stadium ini hanya berlangsung dalam waktu 2-3 hari (Hadi

dkk,2002), tetapi dapat di perpanjang sampai 10 hari pada suhu

rendah,sedangkan di bawah 10 C tidak ada perkembangan. Kulit pupa tersobek

oleh gelembung udara dan oleh kegiatan bentuk dewasa yang melepaskan

diri(Hadi dkk,2002)

Nyamuk dewasa beristirahat di permukaan air untuk menguatkan

tubuhnya dan mengeringkan sayapnya sebelum terbang.Nyamuk dewasa jantan

hanya tahan hidup selama 6-7 hari,sedangkan yang betina dapat mencapai 2

minggu di alam.Baik nyamuk jantan maupun betina mengambil nutrisi yang

mereka butuhkan dari tumbuh-tumbuhan dan rerumputan.

Gambar 2.6 Siklus Hidup Nyamuk (Department Parasitology, 2000)

2.1.4 Tempat Perkembangbiakan

Secara umum Culex Sp membutuhkan tempat perkembangbiakan

(breeding place) sebagai berikut:

11

Page 8: tugas akhir

Air yang tegenang

Segala macam air, terutama yang kotor (polluted water)

Khusus pada Culex pipienfatigans membutuhkan air yang tercemar,

sedangkan pada Culex tritaenorhynchus membutuhkan air beras sebagai

breeding place (Brown, 1994).

2.1.5 Sifat-Sifat Nyamuk Culex Sp Secara Umum

Nyamuk tertarik terhadap cahaya,pakaian berwarna gelap,manusia serta

hewan.Hal ini di sebabkan oleh perangsangan zat-zat yang di keluarkan

hewan,terutama karbon dioksida dan beberapa asam amino,dan lokalisasi yang

dekat pada suhu hangat serta kelembaban.Beberapa spesies nyamuk bersifat

antropofilik dan yang lain bersifat zoofilik atau ornitofilik (Hadi dkk,2002).Nyamuk

Culex Sp bersifat zoofilik yaitu lebih menyukai binatang sebagai mangsanya

daripada manusia.Namun pada densitas Culex yang sangt padat,nyamuk ini

dapat menyerang manusia (Suharsono,2000).

Nyamuk Culex betina mempunyai kebiasaan menghisap darah hospesnya

pada malam hari.Seperti halnya nyamuk Culicini lain,jarak terbang nyamuk Culex

biasanya pendek,yaitu beberapa puluh meter saja.Nyamuk Culex Sp dapat

menggigit baik didalam maupun diluar rumah (Gandahusada ,2000).

2.1.6 Pengendalian Terhadap Nyamuk Culex Sp.

Pengendalian nyamuk Culex Sp yang merupakan vector berbagai macam

penyakit di bagi menjadi 2,yaitu pengendalian alami dan bantuan.Pengendalian

alami merupakan pengendalian yang berhubungan dengan ekologi.Pengendalian

secara buatan merupakan pengendalian yang dilakukan oleh manusia

(Gandahusada,2000).Pengendalian buatan di bagi menjadi:

12

Page 9: tugas akhir

Pengendalian Lingkungan

Pengendalian lingkungan dengan cara mengelola lingkungan

(environmental management),yaitu memodifikasi atau memanipulasi lingkungan,

sehingga terbentuk lingkungan yang tidak cocok (kurang baik) yang dapat

mencegah atau membatasi perkembangan nyamuk (Gandahusada,2000).

Pengendalian Kimiawi

Pengendalian ini meliputi insektisida, zat pengatur pertumbuhan

serangga, feromon, dan bahan sterilisasi kimiawi.

o Insektisida

Insektisida dapat digolongkan menjadi insektisida anargonik dan organik.

Contoh insektisida anargonik diantaranya Paris green, HCN, kapur belerang,

CS2, timah-arsenikum dan lain-lain. Kelemahan insektisida organik adalah

sifatnya yang relatif tidak spesifik,tidak terlalu beracun serangga dan di perlukan

jumlah yang besar untuk di gunakan di lapangan.Hal ini menyebabkan semakin

luasnya pemakaian insektisida organik terutama yang sintetik sebagai pengganti

insektisida anargonik tersebut (Hadi dkk,2002).

Beberapa insektisida organik sintetik diantaranya adalah organoklorin

(DDT, lindane, endrin, dieldrin dan lain-lain), organofosfat (parathion, malation,

temefosatau abate dan lain-lain),dan analog sintetik dari alkaloid-alkoloid

fisostigmin (golongan karbamat).Semua senyawa organoklorin bekerja sebagai

racun syaraf.Sedangkan organofosfat dan carbamat cara kerja utamanya adalah

dengan menghambat enzim cholinesterase (ChE) (Hadi dkk,2002).

Klasifikasi insektisida berdasarkan mekanisme kerjanya menurut IRAC

(Insectiside Resistance Action Comitee) adalah (IRAC, 2005):

13

Page 10: tugas akhir

- Penghambat asetilkolinesterase, contoh: carbamates dan

organophosphates

- GABA-gated chloride channelantagonist, contoh: cycloienes dan

fiproles

- Modulator kanal sodium, contoh pyrethroids dan pyrethrins

- Modulator reseptor asetilkolin, contoh spinosyns

- Aktivator kanal klorida, contoh avermectine, emamectin benzoate

milbemycin

- Juvenile hormone mimics, contoh: methoprene, hydroprene,

fenoxycarb, dan pyriproxifen

- Fumigants, contoh: methyl bromide, aluminium phosphide dan

sulfurylfloride

- Selective feeding blocker, contoh: cryolite dan pymetrozine -

Penghambat pertumbuhan, contoh: clofentezine, hexythiazox dan

etoxazole.

- Penghambat proses oksidasi fosforilasi (sehingga tidak terbentuk ATP),

contoh: diafenthiuron dan organotin miticides.

- Penghambat kopling oksidasi fosforilasi contoh: chlorfenapyr

- Penghambat magnesium stimulated ATPase, contoh: propargite

- Penghambat biosintesa chitin, contoh benzoylureas

- Penghambat biosintesa Chitin type I-Homopteran, contoh buprofezin

- Penghambat biosintesa Chitin type 2-Dipteran, contoh: cryomacine

- Ecdysone agonist, contoh: tebufenazole

- Octopaminergic agonist, contoh. Amitraz

14

Page 11: tugas akhir

- Penghambat transport elektron site 1, contoh: hydromethynon dan

dicofol

- Penghambat tansport elektron site H, contoh: rotenone, METIacaricides

- Penghambat kanal natrium, contoh: indozacarb

Syarat-syarat Insektisida yang baik :

- Efektif: memiliki kemampuan mematikan hama yang cukup tinggi.

- Aman: terhadap manusia dan lingkungan sekitar.

- Ekonomis

o Zat Pengatur Pertumbuhan Serangga.

Di kenal dengan istilah insect growthregulator (IRG) adalah senyawa

kimia alami atau sintetik yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan

metamorfosis serangga. Sejauh ini yang banyak di kembangkan sebagai

penghambat IGR adalah hormon juvenile dan ecdysteroid.WHO menggolongkan

IGR dalam 3 kelompok yaitu Juvenoid,Chitinsynteticinhibitor dan zat pengatur

pertumbuhan serangga lainnya (Hadi dkk,2002).

o Feromon

Cara ini di lakukan dengan memanfaatkan senyawa kimia yang di

keluarkan oleh serangga yang mutlak di perlukan dalam kehidupannya.Ada

bermacam-macam feromon.Feromon seks adalah jenis feromon yang paling

banyak di pakai untuk pengendalian serangga hama kehilangan orientasi dan

tidak dapat mengadakan kopulasi (Hadi dkk,2002).

o Bahan Sterilisasi Kimiawi (Kemosterilan)

Kemosterilan adalah senyawa kimia yang dapat menyebabkan suatu

penghambatan sperma atau sel telur,kematian sperma atau sel telur setelah di

15

Page 12: tugas akhir

reproduksi,atau secara genetis mengganggu pembentukan sel telur atau sperma

sehingga tidak akan dapat menghasilkan keturunan (Hadi dkk,2002).

Pengendalian Mekanik

Cara pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan alat yang

langsung dapat membunuh,menangkap,atau menghalau,menyisir,mengeluarkan

serangga dari jaringan tubuh.Menggunakan baju pelindung,memasang kawat

kasa di jendela merupakan cara untuk menghindarkan hubungan (kontak) antara

manusia dengan vektor (serangga) (Gandahusada,2000).

Pengendalian Fisik

Pada cara ini di gunakan alat fisika untuk pemanasan,pembekuan dan

penggunaan alat listrik untuk pengadaan angin,penyinaran cahaya yang dapat

membunuh atau mengganggu kehidupan serangga (Gandahusada,2000).

Pengendalian Biologik

Cara pengendalian biologik dengan memperbanyak pemangsa sebagai

musuh alami bagi serangga. Beberapa golongan Nematoda

(Romanomermisiyengari, R.Culiciforax), bakteri (Bacillusthuringensis, B.

Sphaericus), protozoa (Pleistophoraculicis, Nosemaalgerae) dan virus

(Cytoplasmicpolyhygrosis) dapat dipakai sebagai pengendalian larva nyamuk.

Arthopoda seperti Arrenurusmadarazzi dapat di pakai sebagai pengendali

nyamuk dewasa. Predator atau pemangsa yang baik untuk pengendalian larva

nyamuk terdiri dari beberap jenis ikan (Panchaxpanchax, Lebistusreticularis dan

gambusiaaffinis), larva nyamuk yang berukuran lebih besar (Culexfuscanus),

juga larva capung dan Crustaceae (mesocyclops ) (Gandahusada,2000).

Pengendalian Genetika

16

Page 13: tugas akhir

Pengendalian bertujuan mengganti populasi serangga yang berbahaya

dengan populasi baru yang tidak merugikan.Beberapa cara dengan

memandulkan serangga jantan,mengkawinkan antar strain nyamuk dapat

menyebabka sitoplasma sel telur tidak dapat ditembus oleh sperma sehingga

tidak terjadi pembuahan disebut, cytoplasmicincompatibility. Mengkawinkan

serangga antar species terdekat akan mendapatkan keturunan jantan yang steril

disebut hybridsterility (Gandahusada,2000)

2.2 Tinjauan tentang Filariasis

2.2.1 Perkembangan Penyakit Filariasis

Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi Wucherria bacrofti. Yang

bertindak sebagai perantara adalah nyamuk Culex Sp. sedangkan hspes difinitif

nya adalah manusia, kera atau anjing. Lingkaran hidup filaria ini dimulai dari

penghisapan mikrofilaria dari darah atau jaringan oleh vektor (hospes perantara).

Kemudian pada tubuh vektor, mikrofilaria bermetamorfosis menjadi larva stadium

1,2 dan 3 yang merupakan bentuk infektif. Apabila vektor tersebut mengigit

manusia, maka larva infektif tadi akan ikut masuk ke dalam tubuh manusia

adalah reaksi akut berupa peradangan akibat infestasi larva dan reaksi kronik

berupa sumbatan pembuluh limfe. Yang terahir bisa disebut elefantiasis, bila

sumabatan limfe terjadi di tengan inguinal menyebabkan kaki membesar seperti

kaki gajah

2.2.2 Perkembangan dan Epidemiologi di Indonesia

Di Indonesia penyakit Filariasis tersebar luas hampir diseluruh. propinsi.

Berdasarkan hasil survei pada tahun 2000 tercatat sebanyak 1553 desa. sebagai

17

Page 14: tugas akhir

lokasi endemis. Hasil. survei laboratorium, melalui pemerikasaaan darah jari,

raat-rata Microfilariarate 3,1%, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing

Filaria dan sekitar 1000 juta. orang mempunyai resiko tinggi untuk tertular karena

nyamuk penyebarannya sangat luas (Suharsono, 2005).

Di Indonesia hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari

genus Anopheles, Culex, Mansonia,dan Aedes yang dapat berperan sebagai

vektor penularan Filariasis atau kaki gajah(Suharsono,2005).

2.2.3 Etiologi dan Patogenesa Filariasis

Seseorang dapat terinfeksi penyakit Filariasis apabila orang tersebut

digigit nyamuk yang infektif, yaitu nyamuk yang mengandung larva

(Wuchereriabancrofli, Brugiamalayi, dan Brugiatimori) stadium III . Nyamuk

tersebut meadapat cacing Filaria kecil (mikrofilaria) sewaktu menghisap darah

penderita yang mengandung mikrofilaria atau binatang reservoir yang

mengandung microfilaria. Siklus penularan penyakit kaki gajah ini melalui dua

tahap yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk dan tahap kedua

perkembangan dalam tubuh manusia, (hospes) dan reservoir (Suharsono, 2005).

2.3 Tinjauan tentang Japanese Encephalitis

2.3.1 Perkembangan Penyakit Japanese Encephalitis

Japanese Encephalitis (JE) adalah suatu penyakit yang menyerang

susunan saraf pusat (otak) yang mengakibatkan radang otak mendadak yang

disebabkan oleh virus JE. Penyakit JE bukanlah penyakit baru, tetapi sudah lama

dikenal di Bali. Penelitian di RSUP Sanglah, bulan Oktober 1990 sampai dengan

18

Page 15: tugas akhir

bulan Nopember 1992 dari 49 kasus yang diduga, ternyata 20 kasus (40,8%)

positif menderita JE.

Untuk dapat berlangsungnya penyakit ini diperlukan adanya vector

penular dan reservoir (sumberinfeksi). Yang bertindak sebagai vector adalah

nyamuk jenis culex sedangkan reservoir adalah babi, sapi, kuda, kera, kambing,

burung, dan lain-lain. Ternak babi mempunyai peran terpenting yang bertindak

sebagai satu-satunya induk semang penguat (amplifier host) dari virus JE.

Apabila nyamuk dapat menggigit bangsa burung dan hewan yang mengandung

virus JE, kemudian menggigi babi maka pada babi jumlah virus akan meningkat

secara tajam. Babi menjadi demam dan virus berada dalam sirkulasi darah

(viremia).

2.3.2 Perkembangan dan Epidemiologi di Indonesia

JE merupakan. penyakit endemis di negara-negara Asia termasuk

Indonesia. Penyakit ini menyerang semua, umur. Kasus JE di daerah tropis

seperti Indonesia, ditemukan sepanjang tahun secara endemis. Namun, pada

bulan-bulan tertentu terutama musim hujan menunjukkan adanya peningkatan

kasus. Di Denpasar, proporsi umur terbanyak menderita JE adalah 2-3 tahun

(Suharsono, 2005).

2.3.3 Etiologi dan Patogenesa JapaneseEncephalitis

Japanese Encephalitis disebabkan oleh JEV, termasuk Arbovirus grup B,

genus Flavivirus, famili Flaviviridae yang mempunyai sifat yaitu berberttuk sferis,

diameternya 40-60 mikrometer, inti virion terdiri dari asam ribonukleat (RNA).

Memililiki kaspid dan selubung di bagian luarnya. Virus relatif labil terhadap

panas, rentan terhadap pengaruh desinfektan, detergen, pelarut lemak dan

enzim proteolitik (Suharsono, 2005).

19

Page 16: tugas akhir

Segera setelah Culex yang terinfeksi virus tersebut diatas menggigit

manusia yang rentan, virus menuju sistem getah bening disekilar tempat gigitan

nyamuk (kelenjar regional) dan berkembang biak,kemudian masuk ke peredaran

darah. Hal ini menimbulkan viremia yang pertama. Viremia tersebut sangat

ringan dan berlangsung sebentar. Lewat aliran darah virus menyebar ke organ

tubuh seperti susunan syaraf pusat dan organ ekstraneural. Sebagai akibat

adanya infeksi oleh virus maka permeabilitas sel neuron meningkg

mengakibatkan cairan dari luar sel mudah masuk kedalam sel, sehingga timbul

edemasitotoksik. Adanya edema dan kerusakan syaraf pusat ini memberikan

manifestasi klinik berupa enchepalitis (Suharsono, 2005).

2.4 Tinjauan tentang Chikungunya

2.4.1 Perkembangan Penyakit Chikungunya

Chikungunya berasal dari bahasa, Swahili yang berarti "yang berubah

bentuk atau bungkuk" (Kompas, 2003). Sekitar 200-300 tahun lalu, virus

Chikungunya merupakan virus pada hewan primata di tengah hutan atau savana

di Afrika. Pada manusia ,virus, Chikungunya pertama kali diidendfikasi di Afrika

Timur tahun 1952, seteiah terjadi wabah di Tanzania. Virus ini termasuk

keluarga, Togaviridae, Genus alphavirus, danditularkan terutama oleh nyarnuk

AedesAegypti (Suharsono, 2005).

Padaliterature lain dikatakan bahwa nyamuk Culex Sp dapat berperan

sebagaivektor penyakit ini (Huda, 2005)

Hasil penelitian terhadap epidemiologi penyakit Chikungunya di Bangkok

(Thailand) dan Vellore, Madras (India) menunjukkan bahwa terjadi gelombang

epidemi dalam interval 30 tahun. Satu gelombang epidemi umumnya

berlangsung beberapa bulan, kemudian menurun dan bersifat ringan sehingga

20

Page 17: tugas akhir

sering tidak termonitor. Gelombang epidemi berkaitan dengan populasi vektor

(nyamuk penular) dan status kekebalan penduduk (Suharsono, 2005).

2.4.2 Epidermiologi dan Perkembangan Chikungunya di Indonesia

Di Indonesia, demam Chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda

tahun 1973. Kemudian pada tahun 1980 menjangkit KualaTungkal dan Jambi.

Tahun 1983 merebak di Martapura, Ternate, dan Yogyakarta (Kompas,

2003).Setelah vakum hampir 20 tahun, pada awal tabun 2001 kejadian luar biasa

(KLB) demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh.

Disusul Bogor bulan Oktobcr. Demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi

(Jawa Barat), Purworejo dan Klaten Pawa Tengah) pada tahun 2002 (Kompas,

2003). Di Jawa Timur (Jatim) sejumlah warga. yang mengalami gejala klinis yang

mengarah pada demam Chikungunya sejak Desember 2002 hingga. Februari

2003 setidaknya mencapai 450 orang (Kompas,2003)

2.4.3 Etiologi dan Patogenesa Chikungunya

Virus Chikungunya ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk.

Masa inkubasinya dua. sampai empat hari, sementara manifestasinya tiga

sampai sepuluh bari. Gejala demam Chikungunya mirip dengan

demamberdarahDengue yaitu. demam yang tinggi,menggigil, sakit kepala, mual,

muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta. bintik-bintik merah pada kulit

terutama badan dan lengan. Bedanya dengan DemamBerdarahDengue, pada

Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan ( Schok ) maupun kematian

(Suharsono, 2005) Penyakit ini termasuk selflimitingdisease atau. hilang dengan

sendirinya. Namun rasa nyeri masih tertinggal dalam hitungan minggu.sampai

bulan (Suharsono, 2005). Nyeri terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki

serta persendian tangan dan kaki (Kompas, 2003). Tidak ada vaksin maupun

21

Page 18: tugas akhir

obat khusus untuk Chikungunya. Terapinya dengan minum obat penurun panas,

penghilang rasa sakit, istirahat yang cukup, serta mengkonsumsi makanan

bergizi (Suharsono,2005)

2.5 Resistensi

Saat ini penggunaan pestisida kimia di Indonesia dan seluruh dunia masih

tinggi di berbagai sektor pembangunan, seperti sektor pertanian dan kesehatan.

Dari hasil kegiatan deteksi dan monitoring, resistensi jumlah dan keragaman

jenis serangga yang menunjukkan fenomena ketahanan terhadap satu atau

beberapa jenis atau kelompok pestisida, semakin meningkat. Setiap jenis

organisme, termasuk Culex Sp, mempunyai kemampuan mengembangkan

populasi tahan terhadap pestisida. Ketahanan di lapangan diindikasikan oleh

menurunnya efektivitas pengendalian dengan pestisida. Proses seleksi

pengembangan ketahanan pestisida tidak tejadi dalam waktu singkat, tetapi,

berlangsung selama banyak generasi yang diakibatkan oleh perlakuan pestisida

secara terus-menerus.

Fenomena evolusi tersebut dapat dijelaskan sebagal berikut. Dalam

setiap populasi organisme selalu terdapat species-species yang peka terhadap

abate dan yang tahan terhadap abate. Jumlah atau frekuensi species yang tahan

terhadap abate sebenarnya sangat kecil dibandingkan dengan jumlah species

yang peka terhadap abate. Penggunaan abate terus-menerus mengakibatkan

jumlah species yang peka terhadap abate dalam suatu populasi menjadi semakin

sedikit sehingga species yang tersisa. adalah species yang tahan terhadap

abate. Species yang tahan terhadap abate ini akan kawin satu dengan yang

lainnya sehingga menghasikan keturunan yang tahan terhadap abate pula.

22

Page 19: tugas akhir

Akhimya, populasi didominasi oleh species yang tahan terhadap abate yang

dapat tetap hidup, dan berkembang biak.

Setiap jenis serangga, seperti nyamuk Culex Sp mampu mempertahankan

dan mewariskan sifat resisten pada keturunannya dalam waktu yang lama.

Populasi serangga yang sudah tahan terhadap satu atau lebih jenis pestisida

biasanya dapat mengembangkan sifat ketahanan terhadap senyawa lain lebih

cepat, khususnya bila senyawa baru mempunyai mekanisme resistensi yang

sama dengan senyawa-senyawaa sebelumnya. Beberapa faktor yang

mempengaruhi laju perkembangan ketahanan adalah konsentrasi, frekuensi,

dan luas penyemprotan pestisida, yang membentuk tekanan seleksi pada

populasi serangga. Dalam kondisi yang sama, populasi serangga yang menerima

tekanan seleksi yang lebih keras akan berkembang menjadi populasi yang tahan

terhadap pestisida dalam waktu lebih singkat dibandingkan dengan populasi

yang menerima tekanan seleksi lebih lemah.

Di Indonesia, penggunaan abate secara intensif untuk pengendalian

Culex Sptelah berjalan lebih dari 25 tahun penggunaan pestisida tersebut dalam

waktu lama untuk sasaran yang sama tentu telah memberikan tekanan seleksi

yang mendorong berkembangnya populasi Culex Sp yang tahan terhadap abate

lebih cepat. Hal ini terjadi terutama di tempat-tempat endemik JE yang sering

diperlakukan dengan pestisida tersebut.Menurut database program

ResistentPest Management dari Michigan State University, Amerika Serikat,

dilaporkan bahwa sampai tahun 2003 nyamuk Culex Sptelah tahan terhadap 16

kelompok pestisida. di 44 negara, tidak termasuk Indonesia. Dari sekian banyak

kasus yang dilaporkan, ketahanan nyamuk Culex Sp terhadap abate dilaporkan

tejadi di 24 negara. Di negara-negara tetangga kita, seperti Malaysia, nyamuk

23

Page 20: tugas akhir

Culex Sptelah dilaporkan tahan terhadap abate pada tahun 1976. Laporan

tentang ketahanan Culex Sp di Indonesia belum tercatat tidak dapat diartikan

bahwa Indonesia bebas dari masalah resistensi pestisida. Kemungkinan data

mengenai Indonesia belum masuk di database 10 karena hasil penelitian tentang

hal itu masih terbatas, atau bila ada, mungkin belum tercatat secara

internasional. Namun, berdasarkan informasi di negara-negara yang berdekatan

dengan kita tersebut, kekhawatiran bahwa nyamuk Culex Sp di Indonesia sudah

tahan terhadap abate pada tahun 2004 ini perlu memperoleh perhatian serius

dari pihak yang bersangkutan.

2.6 Obat nyamuk elektrik

Gambar 2.7 obat nyamuk elektrik Gambar 2.8 isi obat nyamuk elektrik

Obat anti nyamuk Culex quinquefasciatus berbentuk gabus berwarna

biru yang dapat diuapakan dengan alat pemanas khusus untuk mengedalikan

nyamuk efektif untuk ruangan sampai 40m3. Tidak menimbukan asap dan debu.

Bahan aktif yang terkandung didalam cairan hit elektrik adalah d-aletrin 0.01 lg/l.

2.7 Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

2.7.1 Klasifikasi A. bilimbi L.

Belimbing wuluh dapat diklasifikasikan sebagalberikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

24

Page 21: tugas akhir

Super Divisi : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Geraniales

Famili : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa

Spesies : A. bilimbiL.

2.7.2 Morfologi Tumbuhan Belimbing wuluh

Gambar 2.8 belimbing wuluh Gambar 2.9 belimbing wuluh

Belimbing wuluh A. bilimbi L. Merupakan tumbuhan berjenis pepohonan

yang hidup diketinggian dari 5 sampai 500 meter diatas permukaan laut.

Tanaman ini mudah sekali tumbuh dan berkembang biak melalui cangkok atau

persemaian bijinya. Jika ditanam lewat biji, pada usia 3-4 tahun, ia sudah mulai

berbuah, yang setahunnya bisa mencapai 1.500 buah. Buahnya lonjong, warna

buahnya hijau muda bila masih muda, jika sudah matang berwarna kekuningan

kusam mengandung banyak air dan rasanya asam segar (Dewi dkk.2009).

2.7.3 Kandungan Bahan Akfif

25

Page 22: tugas akhir

Kandungan belimbing wuluh terdiri dari saponin, tanin, sulfur, glukosida,

kalsium oksalat, asam format dan peroksida (Khairina.2009). belimbing wuluh

juga mengandung alkaloid dan flavonoid (Surya.2008).

2.7.4 Efek insektisidabelimbing wuluh A. bilimbi L.

Salah satu bahan insektisida yang terdapat pada belimbing wuluh adalah

flavonoid. Flavonoid termasuk senyawa heterosiklik oksigen aromatik yang

tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi dan berfungsi sebagai pemberi

pigmentasi kuning, merah, dan biru pada tumbuhan. Flavonoid ini jika terabsorpsi

dan masuk rongga badan akan mengakibatkan terjadinya permeabilitas rongga

menjadi rusak dan hemolinfe didistribusi dengan sempurna. Kerusakan pada

sistem pernafasan dan rongga badan akan mengakibatkan kematian yamuk.

26