7
WACANA DIDAKTIKA 23 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan PROFIL KERJA SAMA SISWA DI MA NEGERI 1 INDRAMAYU oleh Lissa [email protected] Kerja sama mahasiswa masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu penelitian telah dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui kerjasama siswa mengenai materi pencemaran lingkungan pada kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Indramayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kerjasama. Jenis penelitian kuantitatif bersifat deskriptif dengan desain penelitian one shoot case study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Indramayu dengan jumlah 217 orang pada Tahun Akademik 2016/2017, dengan sampel 1 kelas yaitu kelas X IPS 3 dengan jumlah 28 siswa diperoleh dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi kemampuan kerja sama siswa, dari hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh skor rata-rata kerjasama siswa 2,75 menunjukkan persentase 68,75% dengan kategori kerjasama yang baik. Kata Kunci: Kerja sama, Profil, Dan Observasi. PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan aspek terpenting dalam pelaksanaan pendidikan. Melalui proses pembelajaran siswa akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru yang berguna bagi kebutuhan hidupnya. Menurut Sugihartono dkk dalam Hidayat (2015:1) pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal. Sebagaimana diungkapkan oleh Noor (2014:2) bahwa dalam proses pembelajaran, siswa berperan menjadi subyek bukan obyek pembelajaran yang hanya menerima apa yang disampaikan guru. Sejalan dengan tuntutan pendidikan dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, dalam (Karmana, 2013: 216), khususnya satuan pendidikan di SMA antara lain bertujuan : (1) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat berkerja sama dengan orang lain, (2) mengembangkan pengalaman mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, (3) mengembangkan kemampuan berpikir analisis, induktif, deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi, (4) mengembangkan penguasaan konsep dan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri, (5) mampu menghasilkan karya teknologi sederhana, dan (6) berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah dalam hal ini kementrian riset dan teknologi mendukung usaha perbaikan pendidikan yang diantaranya revisi kualitas kurikulum, guru, dan proses pengajaran. Dimana kurikulum yang berlaku saat ini di jenjang pendidikan menengah menghendaki pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang menuntut kreativitas guru dalam pengelolaan pembelajaran (Gunawan, 2016:1). Oleh karena itu, guru perlu merancang strategi pembelajaran yang merangsang siswa untuk lebih aktif terlibat didalamnya, ABSTRAK

WACANA DIDAKTIKA

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: WACANA DIDAKTIKA

WACANA DIDAKTIKA

23 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PROFIL KERJA SAMA SISWA DI MA NEGERI 1 INDRAMAYU

oleh Lissa

[email protected]

Kerja sama mahasiswa masih perlu

ditingkatkan. Oleh karena itu penelitian

telah dilakukan yang bertujuan untuk

mengetahui kerjasama siswa mengenai

materi pencemaran lingkungan pada kelas

X Madrasah Aliyah Negeri 1 Indramayu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

profil kerjasama. Jenis penelitian

kuantitatif bersifat deskriptif dengan

desain penelitian one shoot case study.

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas X Madrasah Aliyah

Negeri 1 Indramayu dengan jumlah 217

orang pada Tahun Akademik 2016/2017,

dengan sampel 1 kelas yaitu kelas X IPS 3

dengan jumlah 28 siswa diperoleh dengan

teknik purposive sampling. Instrumen

yang digunakan adalah lembar observasi

kemampuan kerja sama siswa, dari hasil

analisis data yang telah dilakukan

diperoleh skor rata-rata kerjasama siswa

2,75 menunjukkan persentase 68,75%

dengan kategori kerjasama yang baik.

Kata Kunci: Kerja sama, Profil, Dan

Observasi.

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan aspek

terpenting dalam pelaksanaan pendidikan.

Melalui proses pembelajaran siswa akan

memperoleh pengalaman dan pengetahuan

baru yang berguna bagi kebutuhan

hidupnya. Menurut Sugihartono dkk dalam

Hidayat (2015:1) pembelajaran merupakan

suatu upaya yang dilakukan dengan

sengaja oleh pendidik untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan,

mengorganisasi, dan menciptakan sistem

lingkungan dengan berbagai metode

sehingga siswa dapat melakukan kegiatan

belajar secara efektif dan efisien serta

dengan hasil yang optimal. Sebagaimana

diungkapkan oleh Noor (2014:2) bahwa

dalam proses pembelajaran, siswa

berperan menjadi subyek bukan obyek

pembelajaran yang hanya menerima apa

yang disampaikan guru.

Sejalan dengan tuntutan pendidikan

dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006,

dalam (Karmana, 2013: 216), khususnya

satuan pendidikan di SMA antara lain

bertujuan : (1) memupuk sikap ilmiah

yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis,

dan dapat berkerja sama dengan orang lain,

(2) mengembangkan pengalaman

mengajukan dan menguji hipotesis melalui

percobaan, (3) mengembangkan

kemampuan berpikir analisis, induktif,

deduktif dengan menggunakan konsep dan

prinsip biologi, (4) mengembangkan

penguasaan konsep dan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap percaya diri, (5)

mampu menghasilkan karya teknologi

sederhana, dan (6) berperan dalam

menjaga kelestarian lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut, pemerintah

dalam hal ini kementrian riset dan

teknologi mendukung usaha perbaikan

pendidikan yang diantaranya revisi

kualitas kurikulum, guru, dan proses

pengajaran. Dimana kurikulum yang

berlaku saat ini di jenjang pendidikan

menengah menghendaki pembelajaran

yang berpusat pada siswa, yang menuntut

kreativitas guru dalam pengelolaan

pembelajaran (Gunawan, 2016:1). Oleh

karena itu, guru perlu merancang strategi

pembelajaran yang merangsang siswa

untuk lebih aktif terlibat didalamnya,

ABSTRAK

Page 2: WACANA DIDAKTIKA

Universitas WIralodra Indramayu 24

Vol.IX, No.2 –Mei 2017

seperti bekerjasama antar siswa dalam

kelompok.Kegiatan pembelajaran

kerjasama siswa dalam kelompok masih

belum efektif karena setiap siswa belum

sepenuhnya aktif di dalamnya, sehingga

mengakibatkan kelas yang kurang

kondusif hal itu dikarenakan hanya

sebagian siswa yang berperan aktif dalam

kelompok tersebut dimana hanya

mengandalkan satu atau dua orang

anggotanya untuk menyelesaikan tugas

kelompok.

Pengembangan kerjasama siswa

diharapkan akanmenjadi subyek yang aktif

dalam mengembangkan potensi

pengetahuan yang mereka miliki, dan

mengikuti pembelajaran dengan baik.

Dengan begitu, siswa dapat saling

membantu dalam memecahkan suatu tugas

yang diberikan oleh guru. Sehingga proses

pembelajaran akan berpusat pada siswa

melalui kerjasama dan interaksi antar

siswa dalam kelompok.Kerjasama adalah

suatu bentuk partisipasi untuk memperoleh

pengertian, dukungan kepercayaan dan

penghargaan dari masyarakat umum (Sari,

2017:2). Dengan kerjasama kita dapat

saling berbagi pengalaman dan

pengetahuan serta saling memahami

karakter dan sikap sesama siswa, tugas

yang didapatpun menjadi mudah di

selesaikan ketika kita saling berkerjasama

dengan saling tukar informasi dan

pengetahuan serta saling menghargai

pendapat dan menghargai keputusan

kelompok, Menurut Zainudin dalam Nasia

dkk, (2014:65) kerjasama merupakan

kepedulian satu orang atau satu pihak

dengan orang atau pihak lain yang

tercermin dalam suatu kegiatan yang

menguntungkan semua pihak dengan

dengan prinsip saling percaya, menghargai

dan adanya norma yang mengatur..

Berkaitan dengan pembelajaran di

kelas, fakta yang didapat pada saat

melakukan Program Pengalaman

Lapangan (PPL), model pembelajaran

yang diterapkan oleh guru hanya

menyampaikan materi dan siswa

menghapal konsep saja sehingga

pembelajaran masih banyak berpusat pada

guru (teacher centered). Cara belajar

klasikal tersebut berdampak pada

rendahnya kemampuan kerjasama siswa

yang ditunjukan dengan sedikitnya

interaksi dalam kelompok belajar (Mustaji

dalam Susanti dkk, 2015:3).

Hal ini disebabkan karena sebagian

besar siswa menganggap pelajaran biologi

sebagai pelajaran hapalan, sehingga siswa

cenderung mencatat dan mendengarkan

penjelasan dari guru. Aktivitas tersebut

menunjukan bahwa model pembelajaran

yang diterapkan masih belum inovatif,

dengan penerapan model pembelajaran

yang menarik dan mengajarkan siswa

untuk berkerjasama dengan baik ialah

salah satu cara agar siswa tidak hanya

mengandalkan guru untuk mendapatkan

materi pembelajaran tetapi mengajarkan

siswa untuk menemukan sendiri materi

dan pembelajaraan yang siswa inginkan

tentu saja dengan pengawasan guru.

Dengan kerjasama materi yang

didapat menjadi sangat menarik dan sangat

banyak dengan mengabungkan

pengalaman masing-masing siswa dan

pengethaun siswa yang didapat dari

kehidupan sehari-hari yang sering kita

jumpai dalam kehidupan siswa, seperti

dalam pembelajran biologi yang sangat

dekat dengan kegiatan kita sehari-hari

yang sering kita jumpai salah satunya ialah

gejala kerusakan lingkungan yang sering

terjadi di sekitar kita yaitu pencemaran

lingkungan, dalam pembelajaran biologi

pencemaran lingkungan ialah salah satu

bab yang dikaji dalam biologi di kelas X.

Berdasarkan latar belakang

penelitian yang sudah dibahas di atas,

potensi kerjasama siswa yang belum digali

dan kurang diperhatikan maka peneliti

melakukan penelitian dengan judul “Profil

Kerjasama Siswa Di MA Negeri 1

Indramayu”

METODE PENELITIAN

Page 3: WACANA DIDAKTIKA

WACANA DIDAKTIKA

25 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Penelitian ini dilaksanakan di MA

Negeri 1 Indramayu pada semester genap

tahun pelajaran 2016/2017.Disain

penelitian menggunakan One-Shot Case

Study dengan strategi pembelajaran

convensional yaitu CTL.Populasi

penelitian ini adalah seluruh siswa kleas X

MA Negeri 1 Indramayu teknik

pengambilan sempel menggunakan

purposive sampling.Hasil pemilihan

sampel menetapkan kelas X IPS 3 sebagai

kelas experimen.Teknik pengumpulan data

adalah dengan observasi.Tes uji coba

instrumen penelitian untuk mengetahui

validitas, validitas isi angket dilakukan

oleh dosen ahli.

PEMBAHASAN

PadaTabel 4.2 dapat dilihat bahwa

kerjasama siswa baik, Hal ini menunjukan

kerjasama dalam memecahkan masalah

pencemaran lingkungan siswa berdiskusi

dengan baik dengan mampu berpikir dan

mampu berkerjasama dengan teman

kelompok.Pada penilaian kerjasama siswa

dalam materi pencemaran air siswa

mencapai butir penilaian dalam indikator

dengan kategori kerjasama baik, yang

menunjukan rata-rata total 2.75 dan

persentase 68.75%. Hal ini dibuktikan dari

penilaian kerjasama siswa per individu

yang diperoleh dari empat indicator dan 10

aspek kerjasama pada Tabel 4.1.

Indikatorpertama yaitu komunikasi

diperoleh rata-rata 2.68 yang menunjukan

persentase 66.96% dengan kategori baik,

komunikasi dalam pembelajaran cukup

baik karena respon dari masing-masing

siswa sangat baik dalam kerjasama untuk

memecahkan masalah pencemaran

lingkungan pada masing-masing

kelompok.Indikator komunikasi terdapat

empat aspek yaitu pertama

mengemukakan pendapat diperoleh rata-

rata 2.64 yang menunjukan persentase

66.07% dengan kategori kerjasama baik,

mengemukakan pendapat siswa cukup baik

dalam komunikasi kerjasama untuk

menyelesaikan tugas kelompok. Aspek

kedua menanggapi pertanyaan atau

jawaban teman diperoleh rata-rata 2.68

yang menunjukan persentase 66.96%

dengan ketegori kerjasama baik, dalam

menggapi pertanyaan atau jawaban tidak

hanya dalam LKS tetapi di dalam

kominikasi atau diskusi kelompok juga

dinilai sehingga aspek kedua ini

mendapatkan kategori baik banyak pula

siswa yang aktif dalam bertanya atau

menjawab pertanyaan teman. Aspek ketiga

bertanya diperoleh rata-rata 2.71

menunjukan persentase 67.86% dengan

kategori kerjasama baik, dalam LKS

tersebut disertakan membuat pertanyaan

sehingga memudahkan siswa untuk

mencapai aspek ini sehingga hasil

penilaian kategori aspek dalam indikator

pertama baik. aspek keempat menjawab

paertanyaan diperoleh rata-rata 2.68

menunjukan persentase 66.96% kategori

kerjasama baik, dalam menjawab

pertanyaan di dalamnya ada pertanyaan

dari LKS dan ada pula dalam diskusi

dalam menyelesaikan tugas sehingga nilai

yang dicapaipun baik.

Indikator pertama yaitu komunikasi

di dalamnya mengedepankan siswa untuk

saling bertukar informasi dan

mengkomukasikan atau memaparkan

kepada temannya tentang apa yang telah

diketahui dalam kehidupan sehari-hari

dimana belajar dari pengalanan siswa itu

sendiri. Seperti pola pembelajaran dalam

Sanjaya (266:2013) belajar pada

hakikatnya adalah bertanya dan menjawab

pertanyaan.Dan Nasia (75:2014)

menyatakan, pengelompokan siswa untuk

menyelesaikan tugas dapat menimbulkan

daya tarik bagi siswa sebab siswa

diberikan kesempatan untuk bertukar

pendapat dengan temannya, sehingga

dengan demikian dapat membuat siswa

lebih termotivasi belajar, dan pada

akhirnya dapat memberikan hasil belajar

yang baik sesuai tujuan diharapkan.

Indikator kedua yaitu koordinasi di

peroleh rata-rata 2.79 menunjukan

persentase 69.64% dengan kategori baik,

berkoordinasi dalam pembelajaran cukup

Page 4: WACANA DIDAKTIKA

Universitas WIralodra Indramayu 26

Vol.IX, No.2 –Mei 2017

baik karena pada setiap siswa tidak ada

yang bersikap menguasai kelompok tetapi

lebih bersifat mengarahkan teman

kelompoknya dalam presentasi dalam atau

membagi tugas dalam kelompok untuk

menyelesaikan tugas kelompok.

Indikator koordinasi terdapat dua

aspek yaitu pertama menghargai

keputusan diperoleh rata-rata 2.79

menunjukan persentase 69.64% kategori

kerjasama baik, pada indikator ini

menghargai jawaban teman dan

menjalankan prentase di depan kelas

sesuai dengan tugasnya dengan baik,

menjalankan tugas kelompok tersebut baik

dalam membagi tugas mengerjakan soal

LKS maupun dalam presentasi

kelompoknya dalam presentasi pula

sebagian besar hanya membaca jawab

LKS tidak menjelaskan apa maksud dari

jawaban tersebut, west dalam Nurnawati

(6:2012) mendengarkan merupakan unsur

sentral dalam menghadapi dan mengatasi

perkembangan keterampilan sosial yang

didalamnya terdapat kerjasama. Aspek

kedua melaksanakan keputusan dari

kelompok diperoleh rata-rata 2.79

menunjukan persentase 69.64% kategori

kerjasama baik, siswa aktif dalam

melaksanakan tugas dari kelompok dengan

baik dan benar sehingga indikator ini

mamiliki kategori yang baik, masing

masing siswa menjelaskan atau

mempresentasikan hasil diskusi sesuai

dengan tugas masing-masing.

Kerjasama kelompok koordinasi

juga diperlukan hal ini bertujuan agar

dalam kerjasama tindakan yang dilakukan

tidak bertentangan pembelajran ter arah

dan aspek yang telah ada bertujuan agar

dalam kerjasama tidak ada siswa yang

bersikap menguasai kelompok tetapi lebih

bersifat mengarahkan tidak seenaknya

mengatur atau menyuruh teman

kelompoknya.Indikator ketiga yaitu

kooperasi diperoleh rata-rata 2.88 yang

menunjukan persentase sebesar 71.88%

dengan kategori kerjasama baik, dalam

pembelajaran menunjukan bahwa dalam

setiap kelompoknya saling menghargai

pendapat dari masing-masing anggotanya

karena dalam diskusi kelompok menerima

pendapat temannya dan dalam presentasi

dalam setiap kelompok siswa

mendengarkan apa yang dijelaskan

kelompok yang sedang presentasi.

Indikator kooperasi memiliki 2 aspek

yaitu pertama saling menghargai pendapat

di peroleh rata-rata 2.79 yang menunjukan

persentase 73.21% kategori kerjasama

kerjasama baik, hal ini membuktikan

interaksi sesama siswa semakin baik,

dalam indikator ini juga siswa banyak

yang menghargai pendapat temannya

untuk menjawab pertanyaan dalam LKS.

Aspek yang kedua yaitu menerima kritik

dan saran diperoleh rata-rata 2.82 yang

menunjukan persentase 70.54% kategori

kerjasama baik, dalam indikator ini

menerima kritik dan saran kelopompoknya

dengan memperbaiki kesalahan dengan

benar itu sangat penting indikator ini

mengukur emosi siswa dengan kesabaran

dan keihlasan dalam kerjasama kelompok

masih sedikit siswa yang bisa menjaga

emosinya dalam interaksi dengan sesama

siswa lainnya.

Kerjasama merupakan kepedulian

satu orang atau satu pihak dengan orang

atau pihak lain yang tercerminkan dalam

satu kegiatan yang menguntungkan semua

pihak dengan prinsip saling percaya,

menghargai dan adanya norma yang

mengatur, Zainudin dalam Nasia

(65:2014). Dalam indikator ini melatih

kesabaran yang kita miliki dengan saling

mengahrgai dan saling menerima pendapat

serta kritik dan saran dari anggota

kelompok dengan menilai keterampilan

emosianal dan sosial kita.hidayat (2015:2)

menyatakan di dalam kerjasama siswa juga

dilatih bagaimana cara mereka untuk

saling menghargai pendapat, saling

menerima saran dan kritik, serta menerima

dan melaksanakan keputusan dari

kelompok.

Indikator ke empat yaitu saling tukar

informasi diperoleh rata-rata 2.73

menunjukan persentase 68.90% dengan

kategori kerjasama baik, dalam

Page 5: WACANA DIDAKTIKA

WACANA DIDAKTIKA

27 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

pembelajaran saling tukar informasi

dilakukan dalam presentasi kelompok pada

setiap kelompoknya dan itu dijelaskan

dengan sangat baik oleh masing-masing

kelompoknya, selain dalam presentasi

saling tukar informasi juga dilakukan

dalam diskusi kelompok. Indikator saling

tukar informasi memiliki dua aspek

pertama memberi penjelasan materi dan

tugas pada teman di peroleh rata-rata 2.61

menunjukan persentase 65.18% ketegori

kerjasama baik, siswa aktif menjelaskan

kepada temannya tentang apa yang ia

jawab dalam LKS tersebut selain itu siswa

juga menjelaskan atau mempresentasikan

di depan kelas dengan baik dan benar apa

yang dimaksud dalam jawaban LKS

tersebut, dalam indikator ini banyak siswa

yang aktif menjelaskannya karena dalam

pembelajaran diadakan presentasi di depan

kelas pada akhir pembelajaran. Aspek

yang kedua yaitu berbagi informasi dam

pengetahuan diperoleh rata-rata 2.86

menunjukan persentase 71.43% kategori

kerjasama baik,

Saling tukar informasi itu penting

dalam kerjasama akan tercipta kerjasama

yang baik dalam komunikasi kelompok

untuk menyelesaikan tugas kelompok.

Saling membantu menjelaskan cara

pemecahan masalah dan berargumen untuk

menciptakan jawaban kelompok, kegiatan

tersebut mendorong setiap siswa untk

memiliki sikap saling peduli dan tanggung

jawab dalam penyelesaian tugas

kelompoknya, Hidayat (8:2015). Johnson

(2007:167) mengatakan bahwa kerjasama

tidak datang dengan sendirinya diantara

anak-anak, atau siapa saja. Maka dari itu

berbagai strategi untuk kerja kelompok

telah ditulis secara luas. siswa belajar

melalui kegiatan kelompok, seperti kerja

kelompok, berdiskusi, saling menerima

dan memberi.

Pada Gambar 4.2 menunjukan hasil

kerjsama siswa pada tiap indikator,

pertama indikator yang paling rendah

dibandingkan indikator lain yaitu indikator

komunikasi menunjukan persentase

sebesar 66.96%, karena siswa memilih

untuk langsung menulis jawaban tugas

kelompok dibandingkan mendiskusikan

terlebih dahulu jawaban kelompoknya, dan

pada aspek pengemukakan pendapat lebih

rendah karena sedikit siswa yang mampu

mengemukakan pendapat untuk menjawab

tugas kelompok. yang menunjukan

indikator paling tinggi dibandingkan yang

lainnya yaitu indikator ketiga yaitu

indikator kooperasi menunjukan

persentase sebesar 71.88%, karena pada

aspek saling menghargai lebih tinggi

menunjukan menghargai lebih tinggi

karena dalam pembelajaran setiap

kelompoknya mengharagai pendapat dari

anggotanya dan menghargai kelompok lain

dalam presentasi di depan kelas dengan

mendengarkan dan menyimak apa yang

sedang di presentasikan.

Pada Tabel 4.3menunjukan hasil

kerjasama siswa per individu di MA

Negeri 1 Indramayu, 14% atau 4 siswa

menunjukan tidak baik, beberapa siswa

masuk ke dalam kelas pada pertengahan

jam pelajaran sehingga menghambat

penilaian kerjasama siswa dan aspek yang

dinilaipun tidak tercapai sehingga empat

siswa mendapatkan nilai paling rendah

dibandingan siswa lainya. 25% atau 7

siswa menunjukan kategori cukup, siswa

yang mendapatkan kategori cukup karena

siswa mampu berkerjasama tapi kurang

optimal dalam pembelajaran kurang

bersungguh-sungguh dalam memecahkan

masalah pencemaran lingkungan bersama

teman kelompok. 29% atau 8 siswa

menunjukan kategori baik, siswa yang

mendaptkan kategori baik ialah siswa yang

mampu berkerjasama dalam memecahkan

masalah pencemaran lingkungan bersama

teman walaupun kurang memenuhi

penilaian indikator yang telah ditentukan

karena masih mengandalkan teman dalam

menyelesaikan tugas kelompok, dan 32%

atau 9 siswa menunjukan kategori sangat

baik. Siswa yang mendapatkan kategori

sangat baik ialah siswa yang mampu

berkerjasama dengan sangat baik

memenuhi kriteria indikator dan aspek

penilaian, mampu berkomunikasi dengan

Page 6: WACANA DIDAKTIKA

Universitas WIralodra Indramayu 28

Vol.IX, No.2 –Mei 2017

baik, menghargai kelompok, menghargai

teman kelompok, dan aktif berbagi

informasi dan mendengarkan teman

dengan seksama.Kerjasama atau belajar

bersama adalah prosesberkelompok

dimana anggota-anggotanya mendukung

dan saling mengandalkan untuk mencapai

suatu hasil mufakat, Landsberge dalam

Maasawet (2011:2). Aziz dkk, (2006:95)

mengatakan bahwa kerjasama siswa adalah

keterampilan-keterampilan sosial yang

harus dimiliki siswa dalam pembelajaran.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan data penelitian yang telah

dipaparkan, dapat disimpulkan profil

kerjasama menunjukan bahwa kerjasama

siswa baik yang di tunjukan dari 28 siswa,

terdapat 4 siswa dengan kategori kurang, 7

siswa dengan kategori cukup, 8 siswa

dengan kategori baik, dan 9 siswa dengan

kategori sangat baik. Kemudian di perkuat

dengan hasil penilaian kerjasama siswa

perindividu yaitu diperoleh rata-rata rata

2.75 menunjukan persentase 68.75%dengan

kategori baik, sehingga simpulan dari

penelitian ini kerjasama siswa kelas X IPS

3 di MA Negri 1 Indramayu dikategorikan

kerjasama baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Nur Hidayat. 2015. ”pengaruh metode

sosiodama terhadap kerjasama

kelompok pada pembelajaran

tematik integrative”. Jurnal

pendidikan guru sekolah dasar

edisi 2 tahun ke IV januari 2015.

(online) tersedia :

http://journal.student.uny.ac.id/oj

s/index.php/pgsd/article/viewFile/

421/386

Ari Tyas Susanti. 2015. ”Pengaruh model

problem based learning disertai

media key realition chart terhadap

kemempuan berpikir kritis dan

kerjasama siswa dalam kelompok

pada kelas VIII SMP negeri 14

surakarta tahun pelajaran

2012/2013”. Jurnal pendidikan

biologi. Volume 7 Nomor 1 2015

(hal 1-13

Budi Gunawan. 2016. “Perbandingan

Kemampuan Pemecahan Masalah

antara Siswa yang Menggunkan

Model Pembelajaran POE

(Predict-Observe-Explain) dengan

Inquiry Training pada Materi

Pencemaran Lingkungan di SMA

Negeri 2 Indramayu”. Skripsi.

Universitas Wiralodra Indramayu.

Elaine B. Johnson. 2011.Contextual

Teaching and Learning. Bandung:

Kaifa

Elsje Theodora maasawet. 2011.

“Meningkatkan kemampuan

kejasama belajar biologi melalui

penerapan strategi inkuiri

terbimbing pada siswa kelas VII

SMP negeri VI kota samarinda

tahun pelajaran 2010/2011”.

Naskah publikasi.Fikip biologi

universitas mulawarman

Kalimantan timur, 2011. (online)

tersedia :

http://fkip.ummetro.ac.id/journal/i

ndex.php/biologi/article/view/197

Enis Nurwanti. 2012. “Peningkatan

kerjasama siswa SMP melalui

penerapan pembelajaran

kooperatif pendekatan think pair

share”. Unnes Physics Education

Journal. (Online) Tersedia:

http://journal.unnes.ac.id/nju/inde

x.php/JPFI/article/view/162

I Wayan Karmana. 2013. “profil

kemampuan pemecahan masalah

biologi siswa SMA di kota

mataram”. Jurnal ilmiah

Page 7: WACANA DIDAKTIKA

WACANA DIDAKTIKA

29 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

pendidikan biologi “bioscientist”

Vol.2 No.1 ISSN 2338-5006.

Lina Yunita Sari.2017. “profil kemampuan

kerjasama siswa dalam

pembelajaran ipa”. Skripsi.

Universitas lampung

Wina Sanjaya. 2013. “strategi

pembelajaran berorientasi standar proses

pendidikan”. Jakarta: kencana prenada

media