METODE NONFARMAKOLOGI PADA ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN ORKITIS DI RUANG BOGENVIL RSUD DR M SALEH
KODYA PROBOLINGGO
Hermanto, S.Kep
PROBLEMSesuai dengan tanda dan gejala Nyeri ringan – berat, bengkak dan
kemerahan, demam, kencing nanah/darah Infeksi virus/bakteri – lokal / sistemik Pengetahuan klien – kesembuhanData: 1/3 pria gondongan – orchitis Prepubertas – gondong 15 % – 20% pria menderita orchitis =
parotitis Penyebab – virus (parotitis epidemika),
bakteri dan PMS
METODE NONFARMAKOLOGI
Tirah baring Suportif – sembuh 3-10 hari Elevasi skrotum – mengurangi nyeri Kerja sama dan tk pengetahuan klien.
Rumusan masalah: Apakah metode nonfarmakologi bisa
memberikan manfaat pd permasalahan perawatan yang muncul:
Apakah klien dpt Mengatasi nyeri yg dihadapi?
Bgmn pengetahuan klien thd penyakitnya ? Apakah klien telah mengalami Infeksi dr
penyakitnya ?
TUJUAN Mengatasi dn mel tind askep yg brkaitan
dg nyeri yg dirasakan klien Mengkaji dn mel tind askep kurang
pengetahuan yg timbul pd px akibat dr penyakitnya
Mengkaji dn mel tind askep resiko komplikasi infeksi penyakit pd klien
TINJAUAN TEORI
Anatomi Genitalia pria
ANATOMI TESTIS
Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur oleh FSH
Sekresi testoteron oleh sel leydig, diatur oleh LH
SCROTUM
PENGERTIAN Orchitis : inflamasi akut atau infeksi pada
testis.Etiologi:• Mumps Virus (parotitis epedemika)
Coxsackie virus, varicella, dan echovirus• Bakteri : stapilococus, streptococus, TB, E.
coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa dll.
Faktor resiko non PMS: Imunisasi gondongan yg tdk adekuwat Usia lanjut > 45th UTI berulang Kelainan urinary track (UT)
FAKTOR PMS: Berganti-ganti pasangan Rwyt penyakit menular pada pasangan Rwyt GO, Clamydia / PMS yg lain
Tanda dn Gejala: Nyeri, Demam tinggi, bengkak,
kemerahan scrotum unilateral/bilateral Nyeri berkemih, nyeri hub sex Testis terasa berat Kencing nanah/darah WBC meningkat
PATHWAY
KOMPLIKASI
30% atropi testis Irreversibel spermatogenesis – infertil Kerusakan sel leydig – testoteron turun -
hipogonadisme Abses scrotum Infark testis Fistula kulit scrotum Epididimitis kronis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Urine kultur: bakteri ? Urethral smear : GO, clamydia Dopler ultrasound: abses pd scrotum Testicular scan Analisa urine Kimia darah
PENATALAKSANAAN
Antibiotic yg sesuai Analgetic antiimflamasi Tirah baring Kompres dingin : oedema Aspirasi hidrokel bl ada
PROSES PERAWATAN
1. Pengkajian Riwayat penyakit Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang2. Masalah perawatan: Nyeri akut Hipertermi Resiko infeksi Kurang perawatan diri Harga diri rendah Perubahan pola sexual
DIANOSA KEPERAWATAN Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
biologi (inflamasi jaringan terinfeksi) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan
metabolisme akibat peradangan (proses penyakit)
Resiko infeksi dengan faktor resiko tidak adekuatnya pertahanan primer (kerusakan integritas kulit skrotum)
Kurang perawatan diri : mandi, makan, berpakaian, toileting, berhubungan dengan kerusakan neuromuskular (nyeri)
Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kegagalan/ketidakmampuan mempunyai keturunan
Perubahan pola seksual berhubungan dengan nyeri sekunder terhadap peradangan
NONFARMAKOLOGITanpa menggunakan obatTehik NF:1. Distraction : pengalihan perhatian2. Reframing : mengganti pikiran negatif
menjadi positif3. Relaxation : mengurangi ketegangan
mental dan fisik.4. Biofeedback: mepengaruhi respon
fisiologis5. Cutaneous stimulation: stimulasi area
kulit6. Transcutaneous stimulation:
akupuntur, akupresur
TINJAUAN KASUS Nama : Tn. F. Umur : 50 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Suku/bangsa : Madura/Indonesia Status Perkawinan : Kawin Pendidikan: SMA Pekerjaan : Swasta Alamat : Jl. WR. Supratman
Kraksaan
KELUHAN DAN RIWAYAT PENYAKIT
Pembemgkakan scrotum disertai kencing nanah/darah 3 hari sebelum klien masuk rumah sakit diikuti dengan rasa sakit di selangkangan dengan rasa berat dan cekot-cekot nyeri terus menerus semakin nyeri bila dibuat aktivitas, badan terasa meriang dan panas, kepala pusing.
Penilaian nyeri berdasarkan PQRST: P: disebabkan infeksi testis Q: rasa berat dan cekot-cekot R: di daerah selangkangan S: sedang, klien tampak mendesis dan
menyeringai T: intermiten
RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pasien mengatakan 3 tahun yang lalu pernah gagal ginjal kronik (GGK) dan hypertensi. Dilakukan pengobatan dengan pemberian antihipertensi, analgesic dan Haemodialisis (HD).
Pemeriksaan Diagnostik: laboratorium tgl 5 september 2012 BUN: 53,6, (8,0 – 26,0 mg/dl), Hb: 8,6
(13,0-16,0 g/dl) Kreatinin: 2,8, (0,7 – 1,3 mg/dl ), leucosit:
28.800 (5-10x103 μl) Urie acid: 7,3, (2,5 – 7,5 mg/dl ), trombosit:
135.000 (150-400x103 μl) Pemeriksaan foto: Tidak ada
THERAPY MEDIC
Infus RL 20 tts/mnt Injeksi ceftriaxon 2x1 g Injeksi ranitidine 2x1 amp Injeksi ketorolac 3x30 mg Haemodialisis regular 2x/minggu
ANALISA DATA DAN MASALAHS : pasien mengeluh nyeri
selangkangan
O: - k/u lemah- odema scrotum- scrotum merah kehitaman- testis ka>ki, 7cm>5cm- pasien kelihatan mendesis
dan menyeringai- nyeri skala 4-6 (sedang)- s : 360C N: 88x/menit RR 16x/menit TD 150/80mmHg Waktu istirahat 4 jam
Masalah keperawatan
Nyeri akut
ANALISA DATA DAN MASALAHS : pasien sering
bertanya
O: pasien tampak bingung pasien tampak takut dengan penyakitnya
Kurang Pengetahuan
ANALISA DATA DAN MASALAHS : pasien mengeluh
sakit waktu kencing
O: kencing darah / nanah Kencing warna cokelat
kemerahan Odema scrotum Ada riwayat GGK
Lab: Hb : 8,6 BUN : 53,6
Leucosit : 28.800Trombosit : 135.000
Resiko Infeksi
ETIOLOGI
DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri akut berhubungan dengan agen
injury biologis (infeksi testis)
Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi
Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer
INTERVENSI DK 1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien dapat mengontrol nyeri.
Indicator: Mengenali factor
penyebab Skala nyeri turun 0-3 Menggunakan metode
non analgetik untuk mengurangi nyeri
Klien rilex dan bisa istirahat
Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif (P,Q,R,S,T)
Observasi non verbal dari ketidak nyamanan
Ajarkan tentang tehnik non farmakologi
Tingkatkan istirahat Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri (suhu, pencahayaan, kebisingan)
Kolaborasi dengan dokter bila keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
INTERVENSI DK2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien dapat mengerti informasi yang diberikan.
Indicator : Klien dapat menyebut apa
yang sudah dijelaskan Klien mematuhi aturan
pengobatan dan perawatan
Klien dapat melakukan latihan yang diajarkan
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
Buat hubungan yang baik antara perawat dan klien
Beri dan fasilitasi kebutuhan informasi yang cukup
Beri kesempatan bertanya dan libatkan dalam perawatan
Jelaskan / ajarkan tentang kondisi pengobatan, perawatan, rehabilitasi, pencegahan kekambuhan, tanda dan gejala, komplikasi, bila perlu fasilitasi pertemuan dengan medis
INTERVEN DK 3Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam status kekebalan klien meningkat
Indicator : Tidak didapatkan
infeksi berulang Bebas dari pus,
purulent dan eritema Leucosit dalam batas
normal Luka sembuh sesuai
dengan waktunya
Batasi pengunjung bila perlu Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan Gunakan sabun anti mikroba untuk
cuci tangan Kaji temperature tiap 4 jam Ganti linen sesuai aturan sesuai
aturan yang berlaku Motifasi klien menjaga kebersihan Motivasi peningkatan asupan
nutrisi Kolaborasi pemeriksaan darah
lengkap sesuai indikasi Kolaborasi pemberian antibiotka Gunakan sarung tangan selama
kontak dengan lokasi infeksi Observasi tanda-tanda infeksi.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI DK1
Mengkaji nyeri (P,Q,R,S,T) Memposisikan tirah baring Menganjurkan tehnik non
farmakologi (distraksi dan relaksasi) dan elevasi scrotum.
Melakukan observasi non verbal tentang nyeri
Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
Pemberian analgetik (ketorolac 3x30mg)
S : klien merasa nyeri berkurang
O : klien bisa istirahat dan tidak tampak rasa sakit
A : tujuan tercapai
P : intervensi dalam pemantauan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI DK2
Mengkaji pengetahuan klien dan keluarga
Memberi informasi yang perlu
Memberi kesempatan bertanya dan melibatkan dalam perawatan
Membuat hubungan yang baik antara klien dan perawat.
S : klien mengaku sudah tau dan paham tentang kondisi penyakitnya
O : klien bisa menjelaskan tentang penyakitnya
klien dapat menyebut dengan apa yang dijelaskan
A : tujuan tercapaiP : intervensi
dihentikan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI DK3
Menjelaskan tentang kondisi penyakitnya
Membatasi pengunjung Mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan
Memotivasi kebersihan pasien
Menggunakan anti mikroba dan sarung tangan
Mengganti linen sesuai aturan
Memotivasi klien memenuhi asupan nutrisi
Melakukan observasi tanda-tanda infeksi
Melakukan kolaborasi pemberian antibiotika (ceftriaxon 2x1 gr/hari).
S : klien tidak merasa panas badan / nyeri
O: tanda infeksi berkurang, tidak ada eritema / abces, pembengkakan scrotum masih ada, kencing masih darah / nanah, suhu 36’C
A : tujuan tercapai sebagian
P : intervensi di teruskan.
PEMBAHASAN NyeriIntervensi NNN 2011 masih bersifat
umumPerlu kejelian perawatIntervensi yg sesuai u/ m(-)nyeri =
distraksi, relaksasi Yg gmn yg sesuai ?, NF ???
Analgetic sudah terjadwalNonfarmakologi/analgetic ??? – nyeri
Kurang pengetahuanIntervensi NNN 2011 = implementasiPeran Perawat sbg educator (health
education)
Resiko infeksiIntervensi NNN 2011 = implementasiNonfarmakologi ??? Tidak cukupAntibiotik – krn kondisi penyakitnya
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Nyeri : masalah utamaSehingga perlu mendapatkan intervensi
keperawatan yang memadai dan sesuai Kurang pengetahuanperan perawat sebagai komunikator yang baik
sangat menentukan keberhasilan tindakan ini. Resiko infeksimasalah yang perlu mendapatkan perhatian
dan tindakan asuhan keperawatan, mengingat kondisi dari perjalanan penyakitnya
Dari kesimpulan diatas jelaslah bahwa asuhan keperawatan telah memberikan arti dan nilai tambah terhadap tingkat kesembuhan pasien, tindakan asuhan keperawatan telah sebagai ajuvan daripada kesembuhan pasien.
SARAN Dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan
pada kasus dengan diagnosa medis orchitis yang berkaitan dengan penanganan masalah: nyeri, kurangnya pengetauan klien dan resiko infeksi dibutuhan intervensi dan peran perawat yang sangat memadai, dan tidak selalu masalah pada klien penyelesaianya berhubungan dengan farmakologi. untuk menilai tingkat keberhasilan asuhan keperawatan kususnya yang berkaitan dengan masalah nyeri mungkin perlu dikedepankan dulu tindakan nonfarmakologi akan tetapi apabila dalam asuhan keperawatan masalah nyeri ini tidak berhasil dalam arti nyeri tidak berkurang dan semakin bertambah baru dilakukan kolaborasi dengan pemberian analgetik.
Dalam kasus ini dimungkinkan muncul masalah-masalah yang lain tetapi tidak dibahas dalam penelitian, ini memberikan kesempatan pada peneliti yang lain untuk melanjutkan.
THANKS YOU
DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth J. (2010). Buku saku Patofisiologi, Jakarta, EGC
Medical Publisher. Delaune, Sue C. and Praticia K. Ladner. Fundamental of Nursing
Standards & Practice Second Edition. 2002. Delmar Thomson Learning : United States of America
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan, (2011), Asuhan keperawatan maternitas, anak, bedah dan penyakit dalam, Yogyakarta, Nuha Medika.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Pudjiati, Marissa Tania tephanie dan Sri Rejeki S. Hadinegoro. (2009), Orkitis pada infeksi parotitis epidemika: Laporan kasus, Departemen kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS DR Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Jornal Sari Pediatri Vol.11, No.1, Juni 2009.
Sebastian, David C. (2010). Buku ajar bedah. Jakarta. EGC Medical Publisher.
Wilkison, Judith M., dan Nancy R. Ahern. (2011), Prentice hall nursing diagnosis hand book (buku saku diagnosis keperawatan: diagnosis Nanda, intervensi NIC, kreteria hasil NOC), USA Florida. Alih bahasa Esty Wahyuningsi, Jakarta, EGC Medical Publisher.
Recommended