1. Perbedaan Antimikroba, Antibiotik, Desinfektan dan Antiseptik
Jawab :
a. Antibiotik (Farmakologi dan Terapi, Hal : 585)
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama
fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis
lain.
b. Antimikroba (Farmakologi dan Terapi, Hal : 585)
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya
mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembicaraan disini, yang
dimaksudkan dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak
termasuk kelompok parasit.
c. Desinfektan (Farmakologi dan Terapi, Hal : 535)
Ialah zat yang digunakan untuk mencegah infeksi dengan
mematikan mikroba misalnya sterilisasi alat kedokteran.
d. Antiseptik (Farmakologi dan Terapi, hal : 534)
Antiseptik ialah obat yang dapat meniadakan atau mencegah
keadaan spesis. Antiseptik ialah zat yang digunakan untuk
membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme, biasanya
merupakan sediaan yang digunakan pada jaringan hidup.
Kesimpulan :
a. Antimikroba adalah suatu senyawa yang terbuat dari senyawa
sintetik atau senyawa organik yang digunakan untuk membunuh
mikroorganisme lain.
b. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan dari mikroorganisme
yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme lain.
c. Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pada jaringan yang mati.
d. Antiseptik adalah suatu bahan kimia yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pada jaringan yang mati.
2. Perbedaan gram positif dan gram negatif
Jawab :
Menurut Obat-obat penting, Hal : 58
Kuman gram negatif memiliki membran luar yang untuk sebagian
besar terdiri dari suatu kompleks lipopolisakarida-endotoksin, yang
menyebabkan toksisitasnya.
Menurut At a Glance Farmakologi Medis, Hal : 80
Bakteri diklasifikasikan berdasarkan kus berbentuk sferis, basil
ang) dan beberapa diklasifikasikan berdasarkan apakah bakteri
terwarnai (positif gram) atau tidak (negatif gram) dengan metil violet
setelah dibilas dengan aseton. Terdapat atau tidak terdapatnya
retensi metil violet mencerminkan perbedaan penting pada dinding
sel bakteri.
Menurut Dasar-Dasar Mikrobiologi, Hal :117
Perbedaan
Ciri Gram positif Gram negatif
Struktur dinding sel
Komposisi dinding sel
Kerentanan terhadap
penisilin
Pertumbuhan dihambat oleh
zat-zat warna dasar,
misalnya ungu kristal
Persyaratan nutrisi
Resistensi terhadap
gangguan fisik
Tebal (15-80 mm)
Berlapis tunggal (mono)
Kandungan lipid rendah (1-
4%).Peptidoglikan ada
sebagai lapisan tunggal;
komponen utama
merupakan lebih dari 50%
berat kering pada beberapa
sel bakteri
Asam tekoat
Lebih rentan
Pertumbuhan dihambat
dengan nyata
Relatif rumit pada banyak
spesies
Lebih resisten
Tipis (10-15 mm)
Berlapis tiga (multi)
Kandungan lipi tinggi (11-
22%) Peptidoglikan ada di
dalam lapisan kaku sebelah
dalam ; jumlahnya sedikit
merupakan sekitar 10%
berat kering
Tidak ada tekoat
Kurang rentan
Pertumbuhan tidak begitu
dihambat
Relatif sederhana
Kurang resistensi
Bakteri Gram negatif mengandung lipid, lemak atau substansi
seperti lemak dalam persentase lebih tinggi daripada yang
dikandung bakteri Gram positif. Dinding sel bakteri Gram negatif
juga lebih tipis daripada dinding sel bakteri Gram positif.
Kesimpulan :
Perbedaan Bakteri Gram positif dan Gram negatif adalah
Dinding sel bakteri Gram positif lebih tebal dibandingkan bakteri
Gram negatif, sehingga bakteri Gram positif lebih resistensi daripada
bakteri Gram negatif.
Kandungan lemak / lipid pada bakteri Gram negatif lebih banyak
dibandingkan bakteri Gram positif.
Kandungan peptidoglikan pada bakteri Gram positif sekitar lebih dari
50% dan bakteri Gram negatif sekitar 10%
3. Klasifikasi antimikroba berdasarkan spektrum, struktur kimia, aksi
utama
Jawab :
a. Spektrum Aktivitasnya ( Menurut FUB Edisi 4, Hal :420-421 )
Berdasarkan spektrum aktivitasnya antimikroba terbagi menjadi 3
yaitu :
1. Antibiotika spektrum – sempit
Agen-agen kemoterapeutik yang hanya bekerja dalam satu grup
mikroorganisme yang terbatas disebut memiliki spektrum-sempit.
Misalnya isoniazid hanya aktif melawan mikobakteria.
2. Antibiotika spektrum – diperluas (extended)
Antibiotika spektrum-diperluas adalah istilah yang diterapkan pada
antibiotika yang efektif terhadap organisme gram-positif dan juga
terhadap sejumlah besar bakteri gram-negatif. Misalnya, ampicillin
dianggap memiliki spektrum-diperluas, karena obat ini bekerja
melawan bakteri gram-positif dan beberapa bakteri gram-negatif.
3. Antibiotika spektrum – luas
Obat-obat, seperti tetrasiklin dan kloramfenikol, mepengaruhi
beragam jenis spesies mikroba dan disebut sebagai antibiotika
spektrum-luas. Pemberian antibiotika spektrum-luas dapat
mengubah sifat flora bakteri normal secara drastis dan
mencetuskan superinfeksi organisme, seperti Candida albicans,
pertumbuhannya secara normal diperiksa dengan keberadaan
mikroorganisme lain.
b. Struktur Kimia (Menurut Dinamika Obat, Hal : 635)
Klasifikasi antibiotika berdasarkan struktur kimianya :
Antibiotika β-laktam
Tetrasiklin
Kloramfenikol
Makrolida
Linkomisin
Antibiotika aminoglikosida
Antibiotika polipeptida
Fosfomisin
c. Aksi Utama ( Menurut Obat-obat Penting, Hal :57 )
Berdasarkan aksi utama antimikroba terbagi menjadi 2 yaitu
1. Zat-zat bakterisid (L. Caedere = mematikan), yaitu yang pada
dosis biasa berkhasiat mematikan kuman. Obat-obat ini dapat
dibagi pula dalam dua kelompok yakni :
- Terhadap fase tumbuh misalnya penisilin dan sefalosporin,
polipeptida (polimiksin, basitrasin) rifampisin, asam nalidiksat
dan kuinolon-kuinolon. Zat-zat ini kurang efektif terhadap
kuman dalam fase istirahat.
- Terhadap fase istirahat misalnya aminoglikosida, nitrofurantoin,
INH, kotrimoksazol dan juga polipeptida tersebut di atas.
2. Zat-zat bakteriostatis (L. Statis = menghentikan), yaitu yang pada
dosis biasa berkhasiat menghentikan pertumbuhan dan
perbanyakan kuman. Pemusnahannya harus dilakukan oleh
sistem tangkis tubuh sendiri dengan jalan fagositosis (dimakan
oleh limfosit). Contohnya sulfonamida, kloramfenikol, tetrasiklin,
makrolida, dan linkomisin, PAS serta asam fusidat.
Kesimpulan :
a. Berdasarkan spektrumnya terbagi atas 3 yaitu
- Antibiotik spektrum sempit adalah antibiotik yang hanya
membasmi atau aktif pada satu mikroorganisme saja.
- Antibiotik spektrum diperluas adalah antibiotik yang membasmi
aktif pada sebagian di gram negatif dan sebagiannya lagi pada
gram positif.
- Antibiotik spektrum luas adalah antibiotik yang dapat membasmi
atau aktif pada keduanya, yaitu pada bakteri gram positif
maupun gram negatif.
b. Berdasarkan struktur kimianya adalah Antibiotika β-laktam,
Tetrasiklin, Kloramfenikol, Makrolida, Linkomisin, Antibiotika
aminoglikosida, Antibiotika polipeptida, dan Fosfomisin.
c. Berdasarkan aksi utamanya, antimikroba dibagi atas 2 yaitu
- Bakterisida adalah obat antimikroba yang dapat membunuh
mikroorganisme.
- Bakteriostatis adalah obat antimikroba yang dapat menghentikan
pertumbuhan mikrooganisme.
4. Mekanisme kerja Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel
Jawab :
Menurut Obat- obat penting, Hal : 61
Sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang
sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmotis dari plasma
dengan akibat pecah. Contohnya: kelompok penisilin, sefalosporin
dan vankomisin.
Menurut Farmakologi dan Terapi, Hal : 586
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah penisilin,
sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin. Dinding sel
bakteri, terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer
mukopeptida (glikopeptida). Sikloresin menghambat reaksi yang
paling dini dalam proses sintesis dinding sel; diikuti berturut-turut
oleh basitrasin, vankomisin dan diakhiri oleh penisilin dan
sefalosporin yang menghambat reaksi terakhir (transpeptidasi)
dalam rangkaian reaksi tersebut. Oleh karena tekanan osmotik
dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel maka kerusakan
dinding sel kuman akan menyebabkan terjadinya lisis, yang
merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka.
Menurut At a Glance Farmakologi Medis, Hal: 82
Struktur penisilin dan sefalosporin mempunyai gambaran cincin
β-laktam yang sama,yang integritasnya penting untuk aktivitas
antimikroba. Modifikasi gugus R1 dan R2 telah menghasilkan
bnayak antibiotik semisintetik, beberapa diantaranya tahan asam
(dan aktif secara oral), mempunyai spektrum aktivitas antimikroba
yang luas, atau resisten terhadap β-laktamase bakteri. Β laktam
lainnya sedang berkembang dan resistensi terhadap β-laktamase.
Penisilin adalah antibiotik yang paling penting; sefalosporin
mempunyai beberapa indikasi spesifik. Antibiotik β-laktam
merupakan bakterisidal. Antibiotik menghasilkan aksi
antimikrobanya dengan mencegah ikatan silang di antara rantai-
rantai polimer peptidoglikan linier yang membentuk dinding sel,
misalnya dengan jembatan pentaglisin. Aksi ini karena bagian dari
strukturnya menyerupai D-alanil-D-alanin rantai peptida dari dinding
sel bakteri.
Benzilpenisilin adalah penisilin pertama dan tetap penting
tetapi sangat dirusak oleh asam lambung dan harus diberikan
melaluli suntikan. Fenoksimetilpenisilin mempunyai spektrum
antimikroba yang sama, tetapu aktif secara oral. Banyak bakteri
(termasuk sebagian besar stafilokokus) resisten terhadapa
benzilpenisilin karena bakteri menghasilkan enzim-enzim (β-
laktamase, penisilinase) yang membuka cincin β-laktam. Kendali
genetik β-laktamase sering menetap dalam plasmid yang dapat
ditansmisikan. Beberapa penisilin, misalnua flukloksasilin, efektif
melawan stafilokokus yang menghasilkan β-laktamase. Bakteri
Gram negatif, tetapi bukan Gram positif, memiliki membran
fosfolipid luar yang bisa menyebabkan resistensi penisilin dengan
menghalangi akses obat ke dinding sel. Penisilin spektum luas,
seperti amoksisilin dan ampisilin, lebih hidrofilik daripada
benzilpenisilin dan aktif melawan beberapa bakteri Gram negatif
karena obat tersebut dapat menembus pori-pori dalam membran
fosfolipid luar. Organisme penghasil penisilinase resisten terhadap
amoksisilin dan ampisilin. Penisilin antipseudomonas digunakan
terutama untuk infeksi serius yang disebabkan oleh Pseudomonas
aeruginosa
Penisilin mempunyai toksisitas yang relatif rensah, tetapi
konsentrasi tinggi (gagal ginjal, pemberian intratekal) bisa
menyebabkan ensefalopati yang dapat menjadi fatal.
Hipersentisivitas merupakan efek samping penisilin yang paling
penting, yang bisa menyebabkan ruam dan, yang lebih jarang,
reaksi anafilaktik yang fatal pada sekitar 10% pasien.
Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal: 427
KARBAPENEMPENISILIN SEFALOSPORIN
ANTIBIOTIKA β-LAKTAM
ANTIBIOTIKA LAINNYA
AGEN-AGEN YANG MEMENGARUHI DINDING SEL
PENGHAMBAT β-LAKTAMASE
MONOBAkTAM
Amoksisilin
Ampisilin
Dikloksasilin
Karbenisilin indanil
Metisilin
Nafsilin
Oksasilin
Penisilin G
Penisilin V
Piperasilin
Tikarsilin
Basitrasin
Vankomisin
Daptomisin
Asam Flavulanat
Sulbaktam
Taobaktam
GENERASI PERTAMA
GENERASI KETIGA
GENERASI KEDUA
GENERASI KEEMPAT
Ertapenem
Imipenem
Meropenem
Aztreonam
Sefadroksil
Sefazolin
Sefakselin
Sefaktor
Sefprozil
Sefuroksin
Sefoksitin
Sefdinir
Sefiksim
Sefotaksim
Seftazidim
Seftibuten
Seftizoksim
Seftriakson
Sefedim
Kesimpulan :
Dinding sel terdiri dari suatu ikatan-ikatan kompleks polimer
polisakarida, polipeptida dan peptidoglikan. Dimana peptidoglikan
mengandung N-asetilglikosamin dan asam N-asetilmuramat.
N-asetilglukosamin dan Asam N-asetilmuramat akan membentuk
ikatan silang atau Transpeptidase yang akan membentuk jembatan
pentaglisin sehingga terjadi proses sintesis dinding sel mikroba. Obat-
obat β-laktam seperti penisilin dan sefalosporin akan memutuskan
satu D-alanin sehingga membentuk jembatan pentaglisin yang rapuh
dan mudah rusak maka sintesis dinding sel tidak berhasil. Obat-obat
penghambat β-laktamase seperti asam flauvanat akan menghidrolisis
cincin β-laktam.
At a Glance Farmakologi Medis, Hal 82
5. Mekanisme kerja Antimikroba yang keutuhan membran sel mikroba
Jawab :
Menurut Farmakologi dan Terapi, Hal : 586
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah polimiksin,
golongan polien serta berbagai antimikroba kemoterapeutik,
umpamanya antiseptik surface active agents. Polimiksin sebagai
senyawa amonium-kuaterner dapat merusak membran sel setelah
bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba.
Polimiksin tidak efektif terhadap kuman Gram-positif karena jumlah
fosfor bakteri ini rendah. Kuman Gram-negatif yang menjadi
resisten terhadap polimiksin, ternyata jumlah fosfornya menurun.
Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada
membran sel fungis sehingga mempengaruhi permeabilitas selektif
membran tersebut. Bakteri tidak sensitif terhadap antibiotik polien,
karena tidak memiliki struktur sterol pada membran selnya.
Antiseptik yang mengubah tegangan permukaan (surface-active
agents), dapat merusak permeabilitas selektif dari membran sel
mikroba. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya
berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein,
asam nukleat, nukleotida dan lain-lain.
Kesimpulan :
Polimiksin yang mempunyai ikatan polien akan menghambat
fosfat yang dihasilkan fosfolipid didalam sterol yang akan menurunkan
tegangan permukaan membran sel yang menyebabkan cairan intrasel
keluar (protein, nukleotida) dari membrannya sehingga menyebabkan
tidak utuhnya membran sel.
Ikatan polien
Sterol (fosfat yang dihasilkan fosfolipid)
Tegangan permukaan membran sel menurun
Cairan intrasel keluar (protein, nukleotida)
Membran sel tidak utuh.
6. Mekanisme kerja Antimikroba yang menghambat metabolisme sel
mikroba
Jawab :
Menurut Farmakologi dan Terapi, Hal :586
Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini ialah
sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon.
Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik.
Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan
hidupnya. Berbeda dengan mamalia yang mendapatkan asam folat
dari luar, kuman patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari
asam amino benzoat (PABA) untuk kebutuhan hidupnya. Apabila
sulfonamid atau sulfon menang bersaing dengan PABA untuk
diikutsertakan dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk
analog asam folat yang nonfungsional. Akibatnya, kehidupan
mikroba akan terganggu. Berdasarkan sifat kompetisi, efek
sulfonamid dapat diatasi dengan meningkatkan kadar PABA.
Untuk dapat bekerja, dihidrofolat harus diubah menjadi bentuk
aktifnya yaitu asam tetrahidrofolat. Enzim dihidrofolat reduktase
yang berperan disini dihambat oleh trimetoprim, sehingga asam
dihidrofolat tidak dapat direduksi menjadi asam tetrahidrofolat yang
fungsional.
PAS merupakan analog PABA, dan bekerja dengan
menghambat sintesis asam folat pada M.tuberculosis. Sulfonamid
tidak efektif terhadap M.tuberculosis dan sebaliknya PAS tidak
efektif terhadap bakteri yang sensitif terhadap sulfonamid.
Perbedaan ini mungkin disebabkan perbedaan enzim untuk sintesis
asam folat yang bersifat sangat khusus bagi masing-masing jenis
mikroba.
Kesimpulan :
Pteridin dan PABA adalah bahan utama dalam membentuk DNA,
yang kemudian akan disintesis menjadi Asam dihidrofolat oleh enzim
dihidropteorat sintetase lalu direduksi menjadi Asam tetrahidofolat oleh
enzim dihidrofolat reduktase menghasilkan purin dan pirimidin.
Obat – obat penghambat sintesis folat adalah Sulfametoksazol,
Sulfadiazin dll. Obat penghambat reduksi folat adalah Trimetoprin dan
Pirimetamin. Obat penghambat sintesis dan reduksi folat adalah
Kotrimoksazol.
7. Mekanisme kerja Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat
sel mikroba
Jawab :
Menurut Farmakologi dan Terapi, Hal: 587
Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini ialah rifampisin,
dan golongan kuinolon. Yang lainnya walaupun bersifat
antimikroba, karena sifat sitotoksitasnya, pada umumnya hanya
digunakan sebagai obat antikanker, tetapi beberapa obat dalam
kelompok terakhir ini dapat pula digunakan sebagai antivirus. Yang
At a Glance Farmakologi Medis, Hal 80
akan dikemukakan di sini hanya kerja obat yang berguna sebagai
antimikroba, yaitu rifampisin dan golongan kuinolon.
Rifampisin, salah satu derivat rifamisin, berikatan dengan enzim
polymerase-RNA (pada sub unit) sehingga menghambat sintesis
RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Golongan kuinolon
menghambat enzim DNA girase pada kuman yang fungsinya
menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral
hingga bisa muat dalam sel kuman yang kecil.
Menurut At a Glance Farmakologi Medis, Hal : 80
Sulfonamid adalah obat pertama yang ditemukan efektif pada
terapi penyakit sistemik. Akan tetapi, saat ini sulfonamid
mempunyai sedikit peranan karena perkembangan obat-obat yang
efektif dan kurang toksik. Selain itu, banyak organisme menjadi
resisten terhadap sulfonamid. Penggunaan tunggalnya terutama
pada terapi infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh organisme
Gram positif atau negatif yang sensitif.
Terhadap banyak sulfonamid dan pada gambar diberikan
beberapa contohnya bersama dengan struktur umumnya.
Sulfonamid merupakan analog struktural asam p-amino-benzoat
yang penting untuk sintesis asam folat pada bakteri. Toksisitas
selektif sulfonamid tergantung pada fakta bahwa sel-sel mamalia
mengambil folat ysng didapat dalam makanan, tetapi bakteria yang
rentan kekurangan kemampuan ini dan harus mensintesis folat.
Sulfonamid secara kompetitif menghambat enzim dihidropteroat
sintetase dan mencegah produksi folat yang dibutuhkan untuk
sintesis DNA. Sulfonamid merupakan agen bakteriostatik. Efek
sampingnya yang paling penting adalah ruam (sering), gagal ginjal,
dan diskaria darah.
Trimetoprin bekerja pada jalur metabolik yang sama seperti
sulfonamid, tetapi merupakan inhibitor dihidrofolat reduktase.
Trimetoprim bersifat toksik selektif karena afinitasnya terhadap
enzim bakteri 50.000 kali lebih besar daripada afinitasnya terhadap
enzim manusia. Trimetoprin banyak digunakan pada infeksi saluran
kemih. Kombinasi trimetoprin dan sulfametoksazol (kotrimoksazol)
bisa menghasilkan aksi sinergistik dan meningkatkan aktivitas
melawan bakteri tertentu. Kotrimoksazol digunakan terutama pada
terapi infeksi pernapasan.
Kuinolon menghambat DNA girase, suatu enzim yang
menekan DNA bakteri menjadi superkoil, untuk memasukkan DNA
untai ganda yang panjang ke dalam sel bakteri, DNA diatur dalam
loop (DNA terrelaksasi) yang kemudian diperpendek oleh proses
superkoil. Kuinolon merupakan bakterisida karena menghambat
lepasnya untai-untai DNA yang terbuka pada proses superkoil. Sel
eukariotik tidak mengandung DNA girase. Siprofloksasin
merupakan agen antibakteri spektrum luas. Sifat penting dari
kuinolon adalah penetrasinya yang baik ke dalam jaringan dan sel
(bandingkan denga penisilin), efektivitasnya bila diberikan secara
oral, dan toksisitasnya yang relatif rendah.
5-Nitromidazol, mislanya metronidazol, mempunyai spektrum
sangat luas dan aktif melawan bakteri anaerob serta beberapa
protozoa. Obat berdifusi ke dalam organisme di mana gugus nitro
dikurangi. Selama proses reduksi ini, terbentuk intermediat yang
reaktif secara kimia, yang menghambat sintesis DNA dan /atau
merusak DNA sehingga menggangu fungsinya.
Rifamisin menghalangi transkripsi RNA pada banyak bakteri
dengan menghambat plomerase RNA yang tergantung DNA.
Resistensi terhadapa rifamisin cepat terjadi, tetapi dalam kombinasi
dengan obat lain, rifamisin penting dalam terapi tuberkulosis.
Kesimpulan :
At a Glance Farmakologi Medis, Hal 80
Pteridin dan PABA adalah bahan utama dalam membentuk DNA,
yang kemudian akan disintesis menjadi Asam dihidrofolat oleh
enzim dihidropteorat sintetase lalu direduksi menjadi Asam
tetrahidofolat oleh enzim dihidrofolat reduktase menghasilkan purin
dan pirimidin. Kemudian purin dan pirimidin digunakan untuk
mensintesis DNA menghasilkan DNA terelaksasi dengan adanya
DNA girase (Topoimerase I) menyebabkan terbentuknya DNA
superkoil menandakan berhasilnya sinstesis asam nukleat. Obat
golongan Kuinolon dan Rifampisin akan menghalangi terjadinya
sintesis DNA.
8. Mekanisme kerja Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel
mikroba
Jawab :
Menurut Farmakologi dan Terapi, Hal : 586 -587
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah golongan
aminoglikosid, makrolida, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.
Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensisntesis berbagai
protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan
mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas dua sub unit,
yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai
ribosom 30S dan 50S. Untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua
komponen ini akan bersatu pada pangkat rantai mRNA menjadi
ribosom 70S. Penghambatan sintesis protein terjadi dengan
berbagai cara.
Streptomisin berikatan dengan komonen ribosom 30S dan
menyebabkan kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA pada
waktu sintesis protein. Akibatnya akan terbentuk protein yang
abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba. Antibiotik
aminoglikosid lainnya yaitu gentamisin, kanamisin, dan neomisin
memiliki mekanisme kerja yang sama, namun potensinya berbeda.
Eritromisin berikatan dengan ribosom 50S dan menghambat
traslokasi kompleks tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi
peptida. Akibatnya, rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang
karena lokasi asam amino tidak dapat menerima kompleks tRNA-
asam amino yang baru.
Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi
masuknya kompleks tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.
Kloramfenikol berikatan dengan ribosom 50S dan menghambat
pengikatan asam amino baru pada rantai polipeptida oleh enzim
peptidil transferase.
Menurut At a Glance Farmakologi Medis, Hal : 84
Kelompok antibiotik ini bekerja dengan menghambat sintesis
protein bakteri. Obat-obat ini bersifat toksik selektif karena ribosom
bakteri (tempat sintesis protein) terdiri dari subunit 50S dan 30S
sementara ribosom mamalia memiliki subunit 60S dan 40S.
Protein dibentuk dari asam amino pada ribosom, yang bergerak
sepanjang untaian asam ribonukleat pembawa pesan sehingga
kodon berurutan lewat melalui suatu akseptor untuk molekul RNA
transfer spesifik. tRNA membawa asam amino berikutnya yang
dibutuhkan untuk memperpanjang rantai peptida. Tetrasiklin dan
aminoglikosida terikat pada subunit 30S dan menghambat ikatan
aminoasil-tRNA. Selain itu, aminoglikosida menyebabkan
kesalahan baca mRNA, sehingga protein nonfungsional disintesis.
Langkah selanjutnya pada sintesi peptida adalah transpepetidasi,
dimana rantai peptida yang sedang berkembang dan melekat pada
lokasi P ditransfer ke asam amino yang melekat pada aminoasil-
tRNA pada lokasi A. Kloramfenikol menghambat aktivitas peptidil
transferase dari subunit ribosom 50S. Setelah tranpeptidasi, rantai
peptida ditranslokasi dari lokasi A ke P sehingga lokasi A siap
untuk menerima aminoasil-tRNA berikutnya. Makrolida dan
streptogramin terikat pada subunit 50S dan menghambat
translokasi. Streptogramin, seperti quinupristin dan dalfopristin
merupakan obat baru yang secara aktif melawan bakteri Gram
positif. Obatin hanya digunakan untuk infeksi serius yang resisten
terhadap obat lain, misalnya terhadap Staphylococcus aureus yang
resisten metisilin (MRSA).
Aminoglikosida, seperti gentamisin, harus diberikan secara
injeksi. Aminoglikosida merupakan obat yang berguna dalam terapi
infeksi berat, tetapu dapat menibulkan efek nefrotoksik dan
ototoksik. Tetrasiklin aktif secara oral, merupakan antibiotik
spektrum luas, tetapi resistensi bakteri yang meningkat telah
menguranig penggunaannya. Makrolida (misalnya eritromisin)
mempunyai spektrum antibakteri yang sama dengan benzilpenisilin.
Bakteri Gram positif lebih sensitif terhadap eritromisin daripada
bakteri Gram negatif karena terakumulasi sekitar 100 kali lebih
banyak. Kloramfenikol efektif melawan banyak organisme, tetapi
efek samping seriusnya (seperti anemia plastik) membatasi
penggunaanya.
Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal : 443
PENGHAMBAT SINTESIS PROTEIN
TETRASIKLIN
Tigesiklin
AMINOGLIKOSIDA
Domeklosiklin
Doksisiklin
Minosiklin
Tetrasiklin
GLISILSISKLIN
Amikasin
Gentamisin
Neomisin
Streptomisin
Tobramisin
Azitromisin
Klaritromisin
Eritromisin
Telitromisin
MAKROLIDA/ KETOLIDA
KLORAMFENIKOL
KUINUPRISTIN
KLINDAMISIN
LINEZOLID
Kesimpulan :
Sintesis protein terjadi didalam ribosom. Pada tahap pertama, tRNA
akan membawa masuk peptida ke dalam lokasi P dan tRNA juga akan
membawa masuk asam amino ke lokasi A. Tahap kedua, terjadi
pembacaan kode. Tahap ketiga, terjadi Transpeptidasi yaitu proses
pemindahan rantai peptida yang berada dilokasi P ke lokasi A yang
akan berikatan dengan asam amino. Dan tahap keempat, terjadi
Translokasi yaitu proses perpindahan dari lokasi A ke lokasi P.
Tetrasiklin dan Glisilsiklin akan menghambat masuknya peptida ke
lokasi P dan masuknya asam amino ke lokasi A. Aminoglikosida akan
menyebabkan terjadinya kesalahan pembacaan mRNA. Kloramfenikol
akan menghambat aktivitas peptidil transferase pada saat
transpeptidasi. Makrolida dan Klindamisin akan menghambat
translokasi sehingga tidak terjadinya proses sintesis protein.
At a Glance Farmakologi Medis, Hal 84
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Sulistia. 2012. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Fakultas Kedokteran UI. : Jakarta.
Mutschler, E. 2010. Dinamika Obat, Edisi V. ITB Press, Bandung.
Myck, Marry J. 2014. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medica Jakarta.
Neal.MJ. 2005. At a Glance Farmakologi Medis Edisi kelima. Erlangga Medical Series : Jakarta.
Pelczar, Michael. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. UI Press. : Jakarta.
Tjay, Tan, dkk. 2010. Obat-Obat Penting . Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Recommended