View
49
Download
13
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Tn. H. T
b. Umur : 71 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Moncong Bori, Bantimurung
e. Pekerjaan : Petani
f. Suku : Makassar
g. Masuk Rumah Sakit : Kamis, 17 September 2015
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Susah buang air kecil.
Dialami sejak 10 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul dan memberat
saat beraktifitas. Pasien juga mengeluh nyeri pada daerah perut bagian bawah dan
disekitar pinggang. Kadang-kadang buang air kecil disertai darah dan keluar
serbuk-serbuk berpasir seperti bata. Demam (-), mual (-), muntah (-), BAB biasa,
BAK susah buang air kemih.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis : Sakit Sedang / Gizi Cukup/ Compos Mentis
Status vitalis:
T : 130/90 mmHg - P : 24 x/menit
N : 60 x/ menit - S : 36,30 C
a. Kepala:
Tidak didapatkan tanda-tanda anemis, ikterus, sianosis, hematoma, turgor
kulit dalam batas normal.
b. Leher:
Tidak tampak adanya massa tumor, nyeri tekan ,pembesaran kelenjar
getah bening (-), pembesaran Thyroid (-/-), hematom (-).
c. Thorax:
I : Simetris (ka=ki), tidak mengginakan otot-otot bantu pernafasan
hematom (-), luka (-), jaringan sikiatrik (-).
P : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), vocal pemitus (ka=ki), bunyi
krepitasi (-).
P : Sonor, batas paru hepar ICS VI dextraanterior, bunyi: pekak ke
timpani
A : Bunyi pernapasan : Vesikular. Bunyi tambahan : (-)
d. Jantung:
I : Ictus Cordis tidak tampak
P : Ictus Cordis tidak teraba
P : Pekak (normal)
1) Batas Kiri Atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
2) Batas Apex : ICS VI Linea Midclavicula Sinistra
3) Batas Kanan Atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra
4) Batas Kanan Bawah : IS IV Linea Parasternalis Dextra
A : Bunyi Jantung =S1 dan S2 murni regular, tidak ada bising
e. Abdomen:
I : Datar ikut gerak napas, hematom (-), luka (-), jaringan sikatrik (-),
bekas operasi (-)
A : Peristaltik (+) kesan normal
P : Nyeri tekan suprapubik (+),nyeri tekan hipokondrium (+), massa
tumor (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
P : tympani (+), acites (-)
f. Extremitas:
Edema pretibial (-/-), edema dorsum pedis (-/-) deformitas (-/-).
g. Lain-lain : Dalam batas normal.
D. DIAGNOSIS SEMENTARA
Prostate Hypertrophy
E. DIAGNOSIS BANDING
Batu Saluran Kemih (Vesicolith, Nephrolith)
F. PEMERIKSAAN ANJURAN / PEMERIKSAAN PENUNJANG
Telah dilakukan USG Abdomen dengan hasil sebagai berikut:
- Hepar : Ukuran dan echo parenkim dalam batas normal. Tidak tampak dilatasi
ukuran vascular dan bile duct. Tidak tampak echo mass/cyst.
- GB : ukuran dalam batas normal, dinding tidak menebal dan mukosa regular.
Tidak tampak echo batu/mass.
- Pankreas : ukuran dan echo parenkim dalam batas normal. Tidak tampak dilatasi
duktus pankreatikus. Tidak tampak echo mass/cyst.
- Lien : ukuran echo dan parenkim dalam batas normal. Tidak tampak echo
mass/cyst.
- Ginjal kanan : ukuran dan echo korteks dalam batas normal. Tidak tampak dilatasi
PCS. Tampak echo batu dengan diameter ± 4, 63 mm. Tampak echo kista pada
pole atas dengan diameter ± 27 mm.
- Ginjal kiri : ukuran dan echo cortex dalam batas normal. Tidak tampak dilatasi
PCS. Tampak beberapa echo kista pada pole bawah dengan diameter ±47 mm.
- Buli-buli : dalam batas normal. Dinding tidak menebal denan mukosa regular.
Tampak echo batu dengan diameter ±37,51 mm.
- Prostat : ukuran dalam batas normal dengan volume ± 16 ml ; tepi regular ; tidak
tampak kalsifikasi di dalamnya.
- Kesan : Vesicolith, Multiple Kista Ginjal Bilateral, Nephrolith kanan
G. TERAPI/PENATALAKSANAAN
- Ciprofloxacin
- Asam Mefenamat
- Harnal
H. PROGNOSIS
Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa
terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu
kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium,
asam urat, atau sistein.1,2
B. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000, insidens
rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah
pada kelompok umur 55-64 tahun 11,2 per-100.000 populasi, tertinggi kedua adalah
kelompok umur 65-74 tahun 10,7 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis
kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah pada jenis kelamin
laki-laki 74 per-100.000 populasi, sedangkan pada perempuan 51 per-100.000
populasi. Insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran
kemih bawah adalah pada kelompok umur 75-84 tahun 18 per-100.000 populasi,
tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 11 per-100.000 populasi.
Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih
bawah adalah jenis kelamin laki-laki 4,6 per-100.000 populasi sedangkan pada
perempuan 0,7 per-100.000 populasi.1,3
C. PATOGENESIS DAN KLASIFIKASI
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam
pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu djumpa dalam air kemih normal.
Batu kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promoter
(reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu
kalsium oksalat. Aksi reaktan dan inhibitor belum dkenali sepenuhnya. Ada
dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal, progresi
kristal atau agregasi kristal. Misalnya penambahan sitrat dalam kompleks kalsium
dapat mencegah agregasi kristal kalsium oksalat dan mungkin dapat mengurangi
risiko agregasi kristal dalam saluran kemih.1,4
Batu ginjal dapat terbentuk bila dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk
kristal kalsium dan menimbulkan agregasi pembentukan batu. Subyek normal
dapat mengekskresikan nukleus kristal kecil. Proses pembentukan batu
dimungkinkan dengan kecendrungan eksresi agregat kristal yang lebih besar dan
kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam air kemih.1,4
Proses perubahan kristal yang terbentuk pada tubulus menjadi batu kemih
belum sejelas proses pembuangan kristal melalui aliran air kemih yang banyak
diperkirakan bahwa agregasi kristal menjadi cukup besar sehingga tertinggal dan
biasanya ditimbun pada duktus koletikus akhir. Selanjutnya secara perlahan
timbunan akan membesar. Pengendapan inidiperkirakan timbul pada bagian sel
epitel yang mengalami lesi. Kelainan ini kemungkinan disebabkan oleh kristal
sendiri.1,4
Batu saluran kemih dapat diklasifikasikan menurut menurut tampilan X - ray
polos ( ginjal - ureter - kandung kemih ( KUB ) radiografi):1,4,5,6
Tabel 1. Karakteristik X-Ray.
Radiopaque Poor Radiopacity Radiolucent
Calcium oxalate dehydrate
Magnesium ammonium phosphate
Uric acid
Calcium oxalate monohydrate
Apatite Ammonium urate
Calcium phosphates Cystine Xanthine
D. FAKTOR RISIKO PENYEBAB BATU
Faktor risiko di bawah ini merupakan faktor utama predisposisi kejadian batu
ginal, dan menggambarkan kadar normal dalam air kemih. Predisposisi kejadian
batu khususnya batu kalsium dapat dijelaskan sebagai berikut :1
- Hiperkalsiuria
Kelainan ini dapat menyebabkan hematuria tanpa ditemukan pembentukan
batu. Kejadian hematuri diduga disebabkan kerusakan jaringan lokal yag
dipegaruhi oleh agregasi kristal kecil . peningkatan eksresi kalsium dalam air
kemih dengan atau tanpa faktor risiko lainnya, ditemukan pada setengah dari
pembentuk batu kalsium idiopatik. Kejadian hiperkalsiuri idiopatik diajukan
dalam tiga bentuk:
- Hipositrauria
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,
khususnya sitrat, merupakan suatu mekanisme lain untuk timbulnya batu gnjal.
Kekurangan inhibitor pembentukan batu selain sitrat, meliputi glikoprotein yang
dieksresi oleh sel epitel tubulus ansa Henle asenden seperti muko-protein.
Nefrokalsin muncul untuk mengganggu pertumbuhan Kristal dengan
mengabsorpsi permukaan Kristal dan memutus interaksi dengan larutan Kristal
lainnya. Produk seperti mukopurulen dapat berperan dalam kontribusi batu
kambuh.
- Hiperurikosuria
Hiperurikosuria merupakan suatu peningkatan asam urat air kemih yang dapat
memacu pembentukan batu kalsium , minimal sebagian oleh Kristal asam urat
dengan membentuk nidus untuk presipitasi kalsium oksalat atau presipitasi
kalsium fosfat. Pada kebanyakan pasien dengan lebih kearah diet purin yang
tinggi
E. GEJALA BATU SALURAN KEMIH
Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi
yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam, menggigil,
dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara
perlahan akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah
nyeri yang luar biasa ( kolik).1,2
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu : 1,2
- Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung
dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh
area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut
sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri
yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering
ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air
kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik ureter.
- Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai
jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
- Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi
dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena
kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus.
- Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih
yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK.
- Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan mual
dan muntah.
F. EVALUASI PASIEN BATU GINJAL
Besarnya nilai faktor dalam menimbulkan penyakit batu bervariasi sesuai
dengan populasi yang ada. Pengenalan ke semua faktor resiko batu ginjal
diperlukan untuk tindakan evaluasi dan tindakan pengobatan pasien dengan
penyakit batu kemih.1,7
Cara penetapan diagnosis penyebab batu :1
1. Riwayat penyakit batu (ditanyakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, hubungan
keadaan penyakit, infeksi dan penggunaan obat-obatan. Riwayat tentang
keluarga yang menderita batu saluran kemih, pencegahan, pengobatan yang
telah dilakukan, cara pengambilan batu, analisis jenis batu, dan situasi
batunya.
2. Gambaran batu saluran kemih dilakukan pemeriksaan :1
a. Ultrasonografi
Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu.
Pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang alergi
kontras radiologi.
Dapat diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi system koletikus.
Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukkan batu
ureter, dan tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen.
b. Pemeriksaan Radiografi
Foto abdomen biasa
Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi.
Membedakan batu kalsifikasi
Densitas tinggi : kalsium oksalat dan kalsium fosfat.
Densitas rendah : struvite, sistin, dan campuran keduanya.
Indikasi dilakukan uji kualitatif sistin pada pasien muda.
Keterbatasan pemeriksaan foto sinar tembus absomen adalah tidak dapat
untuk menentukan batu radiolusen, batu kecil dan batu yang tertutup
bayangan struktur tulang. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu
dalam ginjal dan batu luar ginjal.
c. Urogram
Deteksi batu radiolusen sebagai defek pengisian (filling) (batu asam urat,
xantin, 2,8 – dihidroksiadenin ammonium urat )
Menunjukkan lokasi batu dalam system koletikus.
Menunjukkan kelainan anatomis.
d. CT-scan helical dan kontras.
3. Inverstigasi biokimiawi
Pemeriksaan labiratorium rutin, sampel dan air kemih. Pemeriksaan pH, berat
jenis air kemih, sedimen air kemih untuk menentukan hematuria, leukosituria,
dan kristaluria. Pemeriksaan kultur kuman penting untuk adanya infeksi
salurankemih. Apabila batu keluar, diperlukan pencarian faktor risiko dan
mekanisme timbulnya batu.
Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan dengan beberapa tindakan
radiologis, yaitu :1,7,8
a. Foto polos absomen (BNO)
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana
dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan
klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis
batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas
rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran.
Keterbatasan pemeriksaaan foto sinar tembus abdomen adalah tidak dapat
untuk menentukan batu radiolusen, batu kecil dan batu yang tertutup
bayangan struktur tulang. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu
dalam ginjal atau luar ginjal.
Gambar 1 : Gambaran foto polos abdomen kalsifikasi (nefrokalsinosis)
kedua ginjal
Gambar 2 : Foto polos abdomen menunjukkan gambaran urolithiasis pada
bagian kiri (lingkaran)
Batu Ginjal.
Gambaran klinis batu di dalam traktus urinarius bermacam-macam. Batu kecil
di dalam kalik tidak selalu memberikan keluhan, jadi dapat tanpa gejala.
Keluhan paling banyak bila batu berada di dalam ureter. Batu besar yang
mengisi system pelviokalik (batu staghorn) dapat merusak seluruh ginjal.
Biasanya terjadi peradangan dan obstruksi. Gambaran klinik yang lazim
adalah kolik ureter, hematuria dan radang traktus urinarius.9
Pemeriksaan radiologis yang diperlukan adalah foto polos abdomen,
pielografi intravena, USG, dan CT-Scan. Jenis batu yang ditemukan dalam
traktus urinarius umumnya adalah kalsium oksala, fosfat, triperl fosfat, asam
urat, sistin. Batu-batu ginjal dapat radioopak dan radiolusen9.
Penilaian batu ginjal, penting diperhatikan :
a) Jumlah, densitas, dan bayangan batu.
b) Lokasi
c) Komplikasi (obstruksi, parut ginjal atau pembentukan striktur)
d) Terjadinya anomaly
e) Nefrokalsiosis
Batu Ureter
Radioopak tampak pada foto polos. Pemeriksaan PIV untuk menentukan
lokasinya dan akan terlihat pelebaran ureter proksimal dari batu. Radiolusen
tidak tampak pada foto polos, pada PIV tampak luput isi (filling defect) pada
ureter, dengan kemungkinan pelebaran bagian proksimalnya. Diagnosis
banding adalah tumor dan bekuan darah.9
Batu buli-buli
Penyebab batu buli-buli utama adalah obstruksi dan infeksi. Kebanyakan
adalah radioopak dan dengan mudah dilihat dengan foto polos abdomen. Batu
lain yang mengandung sedikit kalsium, pada foto polos kelihatan samar-
samar. Batu dalam buli-buli dapat satu atau lebih. Diagnosis diferesial batu
buli-buli adalah perkapuran kelenjar, fekalit, kalsifikasi fibroid dala uterus,
batu prostat dan vesika seminalis. Untuk membedakan batu buli dengan
fekalit, dibuat foto oblik barium enema.9
Batu Uretra
Biasanya kecil dan berasal dari batu buli-buli atau ureter yang turun pada
waktu miksi.9
b. Intravenous Pyelogram (IVP)
IVP merupakan suatu tipe X-ray yang memvisualisasi ginjal dan ureter
setelah injeksi intavena bahan kontras. Setelah injeksi, kontras bergerak
melalui ginjal, ureter, dan vesica urinaria. Foto diambil dalam beberapa
interval waktu untuk melihat pergerakan ini. IVP dapat memperlihatkan
ukuran, bentuk dan struktur ginjal, ureter, dan vesica urinaria. Juga untuk
mengevaluasi fungsi ginjal, deteksi penyakit ginjal, batu ureter dan vesica
ureter, pembesaran prostat, trauma dan tumor.
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograd.9,10
Dibanding dengan foto polos abdomen, IVP mempunyai sensitivitas yang
lebih besar (64% hingga 87%) spesifitas (92% hingga 94%) untuk
mendeteksi urolithiasis. Namun pada batu radiolusen non obstruksi, IVP
tidak memberikan gambaran “filling defect”
Gambar 3 : IVP menunjukkan batu rata pada ginjal bagian kanan
Gambar 4 : IVP menunjukkan simptomatik kaliks divertikulas bagian
kanan dengan urolithiasis
c. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan dimana memberi
gelombang bunyi pada organ dan menangkap gelombang bunyi ultra yang
dipantulkan kembali oleh organ-organ yang berbeda kepadanya. USG
merupakan pemeriksaan non invasive yang dapat dilakukan secara bed-
side dan relatif tidak mahal. Pemeriksaan ini cukup efektif dan akurat
dalam mendeteksi hidronefrosis, dilatasi ureter distal, menilai kondidi
kandung kemih dan dindingnya, dan adanya ureterocele. Pada kasus
urolithiasis, USG dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu.
Biasanya pemeriksaan ini dikombinasikan foto polos abdomen untuk
menentukan hidronefrosis atau pelebaran ureter berhubungan dengan
kecurigaan adanya batu saluran kemih yang ditemukan pada foto polos.
Batu yang mudah terlihat dengan USG (gambaran echoic shadow) namun
tidak terlihat pada foto polos mungkin merupakan batu asam urat atau
sistin. Selain itu, USG dapat mendeteksi adanya pionefrosis atau
pengkerutan ginjal. Pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan
pasien yang alergi kontras radiologi. Melalui pemeriksaan ini dapat
dketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi system duktus koletikus.
Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukkan batu
ureter, dan tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu
radiolusen.7,9,10
Gambar 5 : Penampakan USG dari batu ginjal diidentifikasi sebagai
bayangan hipoechoic “acoustic shadow” (tanda panah)
Gambar 6 : A. batu seperti pasir pada buli-buli dengan acoustic shadow
yang lemah. B. batu seperti pasir pada pelvis ginjal kanan dengan acoustic
shadow
Nefrolitiasis
Nefrolitiasis tampak sebagai suatu opasitas dengan reflektif yang tinggi di
daerah sinus renalis, yang ditandai dengan suatu “acoustic shadow” di
distalnya.9
Kadang-kadang, terutama pada keadaaan nondistended urinary tract, eko
dari batu umumnya tidak dapat dibedakan dengan ekogenik dari struktur
sinus renalis. Dua teknik yang dapat dipakai dan penting untuk
memperlihatkan acoustic shadow yang optimal adalah :
1. Mengatur gain yang tepat
2. Menggunakan tranduser yang mempunyai focus pendek sesuai dengan
daerah yang dicurigai batu.
Untuk mengevaluasi suatu sinus renalis pada nefrolitiasis, umumnya
dipakai suatu gain yang rendah daripada yang digunakan untuk memeriksa
parenkim ginjal dan juga suatu far gain relative rendah.9
d. Computed Tomographic (CT) scan
Pada pemeriksaan dengan CT-Scan, kontras dapat diberikan maupun
tidak. Pemeriksaan dengan CT-Scan ini umumnya dilakukan untuk
mengetahui batu yang ada di ginjal. Dapat bersifat informative tentang
morfologi dan kelainan ginjal, berserta morfologi batu. Unenchance
helical CT-Scan merupakan pilihan modalitas gambaran untuk memeriksa
kemingkinan kalkulus sekarang ini. Hal ini karena CT-Scan memiliki
tingkat sensitivitas 97%, spesifitas 96% dan 97% dalam ketepatan
diagnosis batu. Kesemua batu saluran kemih tampak putih (opak) pada
CT-Scan. Banyak batu yang tampak seperti gambaran radiolusen seperti
batu asam urat dapat terlihat pada CT-Scan. CT-Scan juga memegang
peranan penting dalam mengevaluasi hidronefrosis dan hidroureter.
Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang
ukuran dan lokasi batu.7,10
Gambar 7 : Batu ginjal pada CT-Scan (yang dilingkari)
Gambar 8 : Gambaran CT-Scan yang menunjukkan batu ginjal pada
ginjal kiri
Gambar 9 : Gambaran CT-Scan yang menunjukkan batu ginjal bilateral.
G. PENGOBATAN
Tujuan Pengobatan:1,10
a. Mengatasi Gejala.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila turun ke system
koletikus dan menyebabkan kelainan sebagai kolik ginjal atau infeksi di
dalam sumbatan saluran kemih. Tindakan emergency ditujukan kepada pasien
dengan kolik ginjal. Pasien dianjurkan untuk tirah baring dan dicari penyebab
lain. Berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin (intravena,
intramuscular, atau supositoria)
b. Pengambilan Batu.
- Batu dapat keluar spontan. Berdasarkan ukuran, bentuk dan posisi batu
dapat diestimasi batu akan keluar spontan atau harus diambil. Sekitar 60-
70 % dari batu yang turun spontan sering disertai dengan serangan kolik
ulangan. Batu tidak diharapkan keluar spotan bila batu ukuran sebesar atau
melebihi 6 mm, disertai dilatasi hebat pelvis, infeksi atau sumbatan system
koletikus.
- Pengambilan batu dengan gelombang kejutan litotrips ekstrakorporeal,
perkutaneou nefrolitomi/cara lain : pembedahan.
c. Pencegahan ( batu kalsium kronik – kalsium oksalat )
- Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat).
- Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentukan batu.
- Pengaturan diet