View
613
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Penghasil Minyak Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak. Selain kelapa,
kacang – kacangan dan jagung. Dimana dalam perkembangannya melalui salah satu
produknya yaitu minyak sawit, kelapa sawit memiliki peranan penting antara lain :
1. Mampu mengganti kelapa sebagai sumber bahan baku mentah bagi industri
pangan maupun non-pangan dalam negeri.
2. Ditetapkan sebagai pedoman ekspor non-migas Indonesia yang sangat besar
bagi pemasukan devisa.
Ada beberapa tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas – varietas itu
dapat dibedakan atas warna kulit buahnya, berdasarkan ketebalan tempurung,
penampung irisan buah, kandungan minyak dalam buah kelapa sawit dapat dibedakan
atas tiga varietas yaitu :
1. Dura, dengan tempurung yang tebal yaitu antara 2 – 8 mm, daging buah
berlapis tipis dan kandungan minyaknya rendah.
2. Pisifera, dengan biji yang kecil dan mempunyai tempurung yang sangat tipis
tetapi daging buahnya tebal sehingga kandungan minyaknya tinggi.
3. Tennera, verientas mempunyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya
yaitu Dura dan Pisifera dengan tempurung tipis dengan ketebalan 0,5 – 4 mm,
Universitas Sumatera Utara
persentase daging buah terhadap buah tinggi sehingga kandungan minyak yang
dihasilkan lebih banyak.
Berdasarkan warna kulitnya ada tiga varietas kelapa sawit yang dikenal yaitu :
1. Nigrescens, buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan
berubah menjadi kehitam – hitaman sewaktu telah masak.
2. Virescens, buah berwarna hijau pada waktu muda dan ketika masak menjadi
jingga kemerahan tetapi ujungnya tetap kehijauan.
3. Albescens, pada waktu muda buah berwarna keputih – putihan sedangkan
setelah masak menjadi kekuning – kuningan dan ujungnya berwarna ungu
kehitaman.
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya
menjadi masak 5 – 6 buah setelah penyerbuakan. Proses pemasakan buah kelapa sawit
dapat dilihat perubahan warna kulitnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah
jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu kandungan minyak pada buah telah
maksimal jika terlalu matang buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai
tandannya.(Tim Penulis,1997)
2.1.1. Pembentukan Minyak Dalam Buah
Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang
terdapat pada daging buah (mesokrap) dan minyak inti sawit yang terdapat pada
kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan fisika –
kima. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah
Universitas Sumatera Utara
penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah
jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang
terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah
memberondol normal.
Minyak yang mula – mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang
mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah
terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh.
Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk
emulsi pada kantong – kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah
dilapisi dengan kulit yang tebal dan berkilat.
Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang maka tanaman
tesebut membentuk senyawa kimia pelindung yaitu karotein. Setelah penyerbukan
kelihatan buah berwarna hitam kehijau-hijauan. Pada saat pembentukan minyak
terjadi yaitu trigliserida dengan asam lemak tidak jenuh, tanaman membentuk karotein
dan phitol untuk melindungi dari oksidasi, sedangkan klorofil tidak mampu
melakukannya sebagai antioksidasi.
2.2 Kriteria Matang Panen
Suatu areal tanaman belum menghasilkan baru dapat dialihkan menjadi tanaman
menghasilkan apabila :
Universitas Sumatera Utara
1. Tanaman 60% atau lebih telah matang panen
2. Berat janjangan rata – rata 4 kg atau lebih
Buah yang telah matang akan lepas dari bulirnya yang disebut dengan
memberondol. Keadaan ini digunakan sebagai tolak ukur kematangan buah. Semakin
banyak buah yang memberondol maka buah dinyatakan semakin matang. Untuk
mempermudah pengolahan kualitas tandan, maka ditetapkan kriteria matang panen
yang berdasarkan pada kandungan minyak dalam tandan semaksimal mungkin,
sehinga dihasilkan kandungan asam lemak bebas yang rendah.
2.2.1 Cara Memotong Tandan Buah Yang Matang Panen
Melalui jalan buah, pemanen melihat tanda-tanda buah yang matang panen. Untuk
mempermudah pemotongan tandan buah, pelepah dibawah tandan buah yang
menyangga dapat dipotong terlebih dahulu.
Memotong pelepah harus merapat ke batang sehingga tidak ada sisa pelepah,
hanya pangkal yang masih menempel ke batang. (Naibaho,1996)
2.2.2 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikrap dan 20 persen buah yang
dilapisi kulit yang tipis ; kadar minyak dalam perikrap sekitar 34-40 persen. Minyak
kelapa sawit adalah lemak semi padat yang memiliki komposisi yang tetap.
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada
tabel berikut ini. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.
Tabel 2.1 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit
Asam lemak Minyak Kelapa Sawit
(%)
Minyak Inti Sawit (%)
Asam kaplirat - 3 - 4
Asam kaproat - 3 - 7
Asam laurat - 46 - 52
Asam miristat 1,1 - 2,5 14 - 17
Asam palmitat 40 – 46 6,5 - 9
Asam stearat 3,6 - 4,7 1 - 2,5
Asam oleat 39 – 45 13 - 19
Asam linoleat 7 - 11 0,5 - 2
Kandungan karotein dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam
minyak dari jenis tenera lebih kurang 500 – 700 ppm; kandungan tokoferol bervariasi
dan dipengaruhi oleh penanganan selama produksi. (Ketaren, S. 2005)
2.3 Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak merupakan hal yang kita kenal setiap hari. Lemak yang lazim
meliputi mentega, lemak hewan, dan bagian berlemak dari daging. Minyak terutama
berasal dari tumbuhan. Meskipun lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair,
keduanya memiliki struktur organik dasar yang sama. Lemak (fat) dan minyak (oil)
ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida. Bila kita mendidihkan lemak atau
Universitas Sumatera Utara
minyak dengan alkali, lalu mengasamkan larutan yang dihasilkan, kita akan
memperoleh gliserol dan campuran asam lemak (fatty acid).(Harold,H. 2003)
Asam lemak jenuh mempunyai rumus umum CnH2n + 1COOH yang dimulai
dari asam lemak beratom C2 (asam asetat) seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Asam – asam lemak jenuh
Rumus molekul
(CnH2nO2)
Rumus struktur
(CnH2n+1)COOH
Nama umum Nama sistematik
C2H4O2 CH3COOH Asam asetat Asam etanoat
C3H6O2 C2H5COOH Asam propionat Asam propanoat
C4H8O2 C3H7COOH Asam butirat Asam butanoat
C6H12O2 C5H11COOH Asam kaproat Asam hexanoat
C8H16O2 C7H15COOH Asam kaprilat Asam oktanoat
C10H20O2 C9H19COOH Asam kaprat Asam dekanoat
C12H24O2 C11H23COOH Asam laurat Asam dedekanoat
C14H28O2 C13H27COOH Asam miristat Asam
tatradekanoat
C16H32O2 C15H31COOH Asam palmitat Asam
hexadekanoat
C18H36O2 C17H33COOH Asam stearat Asam
oktadekanoat
C20H40O2 C19H33COOH Asam arachidat Asam eikosenoat
C22H44O2 C21H43COOH Asam behenat Asam dokosanoat
C24H48O2 C23H47COOH Asam lignoserat Asam
tetrakosanoat
Jumlah atom C asam lemak berhubungan erat dengan titik didih dan titik cair
suatu lemak. Semakin banyak jumlah atom C atau semakin panjang rantai atom asam
lemak, titik didih dan titik cair lemak semakin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Asam lemak tidak jenuh
Rumus molekul Rumus struktur Nama umum Nama sistematik
C16H30O2 C15H29COOH Palmitoleat 9-heksadesenoat
C18H34O2 C17H33COOH Oleat Cis-9-
oktadesenoat
C18H34O2 C17H33COOH Elaidat Trans-9-
oktadesenoat
C18H34O2 C17H33COOH Vasenat 11-oktadesenoat
C18H32O2 C17H31COOH Linoleat Cis-9-12-
oktadekadienoat
C18H30O2 C17H29COOH Linolenat 9,12,15
oktadekatrienoat
C18H30O2 C17H29COOH Linolenat 6,9,12
oktatrienoat
C18H30C2 C17H29COOH Eleostearat 9,11,13
oktadekatrienoat
C18H32O2 C19H31COOH Arakidonat 5,8,11,14
eikosatetraenoat
C18H46O2 C23H45COOH Nervonat Cis 15-
tetrakosenoat
Asam lemak tidak jenuh dengan rumus molekul yang sama seperti oleat
dengan elaidat adalah merupakan isomer cis dan trans dari 9 oktadesenoat.
Asam-asam lemak yang mengandung lebih dari 1 ikatan rangkap dan ikatan
rangkap tersebut terletak pada dua atom C yang berdekatan (- CH = CH – CH = CH-)
disebut berkonjugasi (in conyugation), banyak terdapat pada tanaman, sedangkan
ikatan rangkap tersebut tidak berkonjugasi, asam lemak tersebut dinamakan tipe
divinylmetane (=CH-CH2-CH=CH-).(Naibaho,1996)
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim
selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pagan, asam lemak dengan kadar
lebih besar dari 0,2% dari berat lemak akan mengakibatkan flavor yang tidak
Universitas Sumatera Utara
diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Dengan proses netralisasi
minyak sebelum digunakan dalam bahan, maka jumlah asam lemak bebas dapat
dikurangi sampai kadar maksimum 0,2 persen. (Winarno,F.G. 1997)
2.4. Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu,
syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah mutu sawit
dapat dibedakan menjadi dua arti yang sangat penting yaitu : Pertama; benar-benar
murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut
dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisknya, yaitu dengan mengukur nilai titik
lebur angka penyabunan dan bilangan iodium. Kedua: pengertian mutu sawit
berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu yang diukur berdasarkan spesifikasi
standart mutu Internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam tembaga,
peroksida dan ukuran pemucatan.
Kebutuhan minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan
dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian,
kesegaran, maupun higienisnya yang harus diperhatikan. Rendahnya mutu minyak
sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari
sifat pohon induknya, penanganannya pasca panen, atau kesalahan selama
pemprosesan. Selain ada beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan mutu
minyak sawit.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Standart Mutu Minyak Sawit
Karakteristik Minyak Sawit
Asam Lemak Bebas 5%
Kadar Kotoran 0,5%
Kadar Zat Menguap 0,5%
Bilangan Peroksida 6 maq
Bilangan Iodin 44-58 mg/l
Kadar Logam (Fe,Cu) 10 ppm
(Fauzi,1992)
2.5. Pengaruh Asam Lemak Bebas (ALB) Terhadap Minyak Kelapa Sawit
Asam lemak bebas yang terdapat di dalam minyak kelapa sawit sangat berpengaruh
terhadap proses produksi. Kadar asam lemak bebas yang sangat tinggi selama proses
pemurnian menunjukkan kehilangan kadar minyak yang besar serta penggunaan
bahan pemucat yang besar pula. Dengan kata lain, bila kadar ALB di dalam minyak
kelapa sawit tinggi, biaya produksi akan tinggi dan hasil (rendemen) akhir dan
produksi rendah, sehingga akan menimbulkan kerugian bagi pabrik perusahaan.
Pengaruh kadar ALB yang tinggi terhadap mutu minyak produksi yaitu :
1. Timbulnya ketengikan dalam minyak
Ketengikan diartikan sebagai kerusakan atau perubahan bau flavor dalam
minyak, akibat aktivitas enzim – enzim oksidasi, enzim lipase dan enzim peroksidase
yang dapat menghidrolisa molekul lemak. Ketengikan juga dapat terjadi jika minyak
disimpan dalam jangka yang panjang sehingga akan terjadi proses oksidasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Meningkatnya kadar kolesterol dalam minyak
Pada dasarnya minyak kelapa sawit terdiri dari sejumlah besar asam lemak
tidak jenuh yang mengandung fitosterol. ALB di dalam minyak kelapa sawit dihitung
sebagai asam palmitat yang merupakan asam lemak jenuh yang mengandung
kolesterol. Semakin besar ALB yang terdapat di dalam minyak maka semakin besar
pula kadar kolesterol di dalamnya.
3. Menentukan suhu dari titik asap (smoke point), titik nyala (flash point), dan titik api
( fire point).
Bila minyak dipanaskan pada suhu tertentu timbul asap tipis kebiruan atau titik
asap. Bila pemanasan diteruskan akan tercapai titik nyala bila minyak sudah terbakar
secara tetap akan terbentuk titik api. Ketiga sifat ini sangat penting dalam penentuan
mutu minyak dan mempunyai suhu yang bervariasi dan dipengaruhi oleh jumlah ALB
yang terdapat di dalam minyak. (Ketaren,1986)
2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Minyak Kelapa Sawit
Kerusakan yang terjadi pada minyak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
absorbsi dan kontaminasi, aksi enzim, aksi mikroba, dan berbagai reaksi kimia.
a. Absorbsi dan kontaminasi
Salah satu kesulitan dalam penanganan dan penyimpanan bahan yang
mengandung minyak (lemak) yaitu usaha mencegah pencemaran bau dan kontaminasi
dari alat penampung. Hal ini karena minyak dapat mengabsobsi zat menguap atau
bereaksi dengan bahan lain. Adanya absorbsi dan kontaminasi dari wadah ini akan
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan perubahan pada minyak, dimana akan menghasilkan bau tengik
sehingga menurunkan kualitas minyak.
b. Aksi Enzim
Biasanya, bahan yang mengandung minyak mengandung enzim yang dapat
menghidrolisis. Jika organisme dalam keadaan hidup, enzim dalam keadaan tidak
aktif. Sementara, jika organisme telah mati maka koordinasi antar sel akan rusak
sehingga enzim dapat diketahui dengan mengukur kenaikan bilangan asam.
Adanya aktivitas enzim akan menghidrolisis minyak sehingga menghasilkan
asam lemak bebas dan gliserol. Kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan
menghasilkan bau tengik dan rasa yang tidak enak. Asam lemak bebas juga dapat
menyebabkan warna gelap dan proses pengkaratan logam. Untuk mengurangi aktivitas
enzim ini, bisa diusahakan dengan penyimpanan minyak pada kondisi panas, minimal
500C.
c. Aksi Mikroba
Kerusakan minyak oleh mikroba (jamur, ragi dan bakteri) biasanya terjadi jika
masih terdapat dalam jaringan. Namun, minyak yang telah dimurnikan pun masih
mengandung mikroba yang berjumlah maksimum 10 organisme setiap gramnya.
Dalam hal ini, minyak dapat dikatakan steril. Kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh
mikroba antara lain produksi asam lemak bebas, bau sabun, bau tengik, perubahan
warna minyak.
d. Reaksi Kimia
Kerusakan minyak kelapa sawit terutama disebabkan karena faktor absobsi
dan kontaminasi, sedangkan aksi enzim dan aksi mikroba selama ini kurang
diperhatikan dan dapat diabaikan. Hal ini disebabkan karena faktor penyebab tersebut
Universitas Sumatera Utara
pengaruhnya memang kecil terhadap produksi minyak kelapa sawit. Faktor penyebab
kerusakan minyak kelapa sawit yang perlu mendapat perhatian dan besar pengaruhnya
yaitu kerusakan karena reaksi kimia, yaitu hidrolisis dan oksidasi.
Reaksi hidrolisa trigliserida
O O
// //
H2C – O – C – R1 H2C – OH R1 – C - OH
O O
// //
HC – O – C – R2 + 3H2O HC – OH + R2 - C – OH
O O
// //
H2C – O – C – R3 H2C – OH R3 – C – OH
Trigliserida Gliserol Asam Lemak
Dalam reaksi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan
gliserol. Hal ini akan merusak minyak dengan timbulnya bau tengik. Untuk mencegah
terjadinya hidrolisis, kandungan air dalam minyak harus diusahakan seminimal
mungkin.
Reaksi oksidasi minyak sawit akan menghasilkan senyawa aldehida dan keton.
Adanya senyawa ini tidak disukai karena menyebabkan ketengikan. Pengaruh lain
akibat oksidasi yaitu perubahan warna karena kerusakan pigmen warna, penurunan
kandungan vitamin, dan keracunan. Salah satu cara yang biasa dilakukan untuk
menghambat oksdasi yaitu dengan pemanasan (50-550C) yang mematikan aktivitas
mikroorganisme. (Pahan, 2006)
Universitas Sumatera Utara
2.7 Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak
sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dimulai dari
pengangkutan TBS ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil-hasil
sampingnya. Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama pengolahan TBS di
pabrik, yaitu:
1. Minyak sawit merupakan hasil pengolahan daging buah
2. Minyak inti sawit dihasilkan dari ekstraksi inti sawit
Secara ringkas akan diuraikan tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan
minyak.(Naibaho,1996)
2.7.1 Pengangkutan TBS ke Pabrik
Tandan buah segar (TBS) hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk
diolah. Jika buah tidak segera diolah maka kandungan ALB nya semakin meningkat,
dan asam lemak yang terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung
di dalam buah dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan
gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami
kerusakan.
2.7.2 Perebusan Tandan Buah Segar (TBS)
Buah beserta lorinya kemudian direbus dalam suatu tempat perebusan (Sterilizer).
Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama satu jam atau tergantung
Universitas Sumatera Utara
pada besarnya tekanan uap. Besarnya tekanan uap yang digunkan adalah 2,5 atm
dengan suhu uap 1250C. Adapun tujuan dari perebusan adalah
1. Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB
2. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang
3. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan
4. Untuk mendapatkan protein sehingga memudahkan pemisahan minyak
2.7.3 Stasiun Pemipilan (Stripper)
TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan ke
alat pemipil atau thresher dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Proses
pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS
ikut berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan
brondolan lepas dari tandannya.
Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil dan ditampung oleh sebuah
conveyor untuk dikirim ke bagian digesting dan pressing. Sementara, tandan (janjang)
kosong yang keluar dari bagian belakang pemipil ditampung oleh elevator. Kemudian,
hasil tersebut dikirim ke hopper untuk dijadikan pupuk janjang kosong dan jika masih
berlebih diteruskan incinerator untuk dibakar dan dijadikan pupuk abu janjang.
Universitas Sumatera Utara
2.7.4 Stasiun Pencacahan (digester) dan Pengepaan (presser)
Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pengadukan
atau pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan atau pencacahan
berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan pencach di bagian
dalamnya. Lengan-lengan pencacah ini diputar oleh motor listrik yang dipasang
dibagian atas alat pencacahan (digester). Tujuan utama dari proses digesting yaitu
mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (Pressing) sehingga minyak dengan
mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya.
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah
digester sudah berupa bubur. Hasil pencacahan tersebut langsung masuk ke alat
pengempaan yang berada persis dibagian bawah digester. Proses pemisahan minyak
terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang
berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada di dalam
sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang
diseluruh permukaannya. Dengan demikian, minyak dari bubur buah yang tersedak ini
akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan ampasnya keluar melalui
celah antara sliding cone dan press cage. Selama peruses pengepaan berlangsung, air
panas ditambahkan kedalam screw press bertujuan untuk mengencerkan
(dillution),sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jumlah
penambahan air berkisar 10-15% dari berat TBS yang diolah dari temperatur air
sekitar 900C. Proses pengepaan akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50%
minyak, 42% air dan 8% zat padat.
Universitas Sumatera Utara
2.7.5 Stasiun Pemurnian (Clarifier)
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran,
baik yang berupa padatan (solid), lumpur (Sludge),maupun air. Tujuan dari
pembersihan atau pemurnian minyak kasar yaitu gar diperoleh minyak dengan kualita
sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Minyak kasar yang
diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen)
untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki
penampung minyak kasar (Crude Oil Tank). Minyak kasar yang terkumpul di crude
oil tank dipanaskan hingga mencapai temperatur 95-1000C. Menaikkan temperatur
minyak kasar sangat penting, yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis antara
minyak, air dan sludge sehingga sangat membantu dalam prose pengendapan.
Selanjutnya, minyak dari COT dikirim ke tangki pengendap.
Di clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena
proses pengendapan. Minyak dari clarifier tank selanjutnya dikirim ke oil tank,
sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang
masih mengandung minyak. Pengolahan sludge umumnya menggunakan alat yang
disebut decanter yang menghasilkan tiga fase yaitu light phase, heavy phase, dan
solid. Light phase merupakan fase cairan dengan kandungan minyak yang cukup
tinggi. Oleh Karen itu fase ini harus segera dikembalikan ke COT dan siap untuk
diproses kembali. Heavy phase merupakan fase cairan dengan sedikit kandungan
minyak sehingga fase ini dikirim ke bak fat pit untuk kemudian diteruskan ke kolam
limbah. Akumulasi dari heavy phase yang tertampung pada fat pit juga masih
menghasilkan minyak. Minyak ini pun dikirim ke COT untuk diproses kembali. Solid
Universitas Sumatera Utara
merupakan padatan dengan kadar minyak maksimum 3,5% dari berat sampel. Solid
yang dihasilkan ini selanjutnya diaplikasikan ke kebun.
2.8 Penyimpanan Dan Penimbunan Minyak Kelapa Sawit
Minyak sawit sebelum dikirim ke pasar harus disimpan terlebih dahulu dalam tangki
timbun. Temperatur penyimpanan yang tidak terkontrol dan melebihi 550C
menyebabkan terjadinya oksidasi dan hidrolisis. Akibatnya, kualitas minyak akan
menurun. Pembersihan tangki dilakukan secara teratur agar air atau kotoran tidak
terikut saat pengiriman.
CPO (Crude Palm Oil) yang ditimbun ditempat yang tidak sesuai dengan
persyaratan perdagangan dapat menimbulkan pertumbuhan mikroba yang
menyebabkan terjadinya proses fermentsi sehingga dapat menurunkan kualitas minyak
yang terkandung dalam CPO. (Pahan, 2006)
Penyimpanan dan penanganan minyak sawit yang kurang baik dapat
mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga
menurunkan kualitas minyak sawit. Pengawasan mutu minyak sawit selama
penyimpanan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan
mutu minyak sawit.
Untuk mencegah terjadinya kristalisasi minyak sawit serta untuk
menyeragamkan minyak pada waktu pengiriman, tangki penyimpanan perlu
dilengkapi dengan tangki pemanas, pemanasan dapat dilakukan dengan berbagai
Universitas Sumatera Utara
metode dengan berpedoman pada minimalisasi penurunan mutu minyak yang
diakibatkan oleh pemanasan tersebut.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat standart
prosedur penyimpanan, baik dalam transportasi dan penimbunan minyak sawit. Hal ini
untuk mencegah sengketa baik antara produsen, transporter, pembeli maupun
konsumen sendiri.
Minyak yang terdapat dalam tangki angkut akan dipompakan kedalam tangki
timbun, sebelumnya dituang kedalam bak pindah agar pemompaan dapat berlangsung
dengan baik. Bak pindah terbuat dari plat besi yang dilapisi dengan epoksi dan berada
di bawah permukaan tanah, yang dilengkapi oleh pipa pemanas. Bak tersebut harus
terlindung dari sinar matahri dan hujan sehingga pengoperasiannya dapat dilakukan
setiap saat. Pada stasiun pembongkaran disediakan pipa penghibung sumber uap
dengan tangki angkut yang muda dioperasikan.
Suhu minyak pada waktu pemuatan atau pembongkaran adalah 50-550C.
Untuk menjaga suhu, disarankan tangki memiliki sistem pengatur suhu (thermostat)
yang dapat menjaga fluktuasi suhu sebesar 10C serta pencatatan suhu (recorder).
Suhu adalah salah satu faktor menjaga kualitas minyak sawit. Pemanasan yang
berlebihan akan merusak mutu minyak sawit. Suhu yang dianjurkan untuk minyak
sawit dan produk-produk minyak sawit pada waktu dimuat adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5 Suhu Minyak Kelapa Sawit
Produk Minimal 0C Maksimal
0C
Minyak sawit (CPO) 50 55
Stearin 55 70
Olein 30 35
(Naibaho.1996)
Universitas Sumatera Utara
Recommended