Upload
vshutagalung
View
5
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Beberapa referensi mengenai kelapa sawit dan budidayanya
Citation preview
13
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan bangsa Indonesia yang
memberikan peran yang sangat signifikan dalam pembangunan perekonomian
bangsa Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri. Indonesia
diharapkan akan menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. Namun
demikian, ternyata prediksi tersebut berjalan lebih cepat, Indonesia saat ini
tercatat sebagai produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia,
mengungguli Malaysia.
Jika melihat kebutuhan akan minyak kelapa sawit di dunia maka sudah barang
tentu setiap tahunnya akan meningkat sejalan pula dengan peningkatan jumlah
penduduk dunia. Terlebih saat ini minyak sawit juga banyak digunakan sebagai
biodiesel, bahan bakar alternatif yang kini sedang marak di pasaran karena
sifatnya yang ramah lingkungan.
Prospek pengembangan kelapa sawit sangatlah baik. Dari sisi permintaan,
diperkirakan permintaan terhadap produk kelapa sawit akan tetap tinggi di masa-
masa mendatang karena memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan
komoditas subtitusinya. Dari kondisi yang demikian, maka peluang bisnis untuk
mengembangkan proyek pengembangan pabrik minyak kelapa sawit sangatlah
menjanjikan. Terlebih di Indonesia, kondisi iklim yang tropis dan curah hujan
yang cukup memungkinkan tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik di wilayah
Indonesia.
Sebagai penghasil minyak kelapa sawit CPO (Crude palm oil) dan inti kelapa
sawit PKO (Kernel Palm Oil) merupakan salah satu primadona tanaman
Universitas Sumatera Utara
14
perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Hal
ini disebabkan oleh permintaan dan harga produk CPO di pasar dunia meningkat
pesat dalam beberapa dekade terakhir ini, seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan inovasi terhadap produk-produk turunan dari kelapa sawit yang
dapat digunakan sebagai bahan baku beberapa sektor industri lain (industri hilir).
Dalam beberapa tahun terakhir luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia
terus meningkat dari 7.363.847 hektar pada tahun 2008 menjadi 9.074.621
hektar pada tahun 2012, dan untuk luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Aceh juga mengalami peningkatan dari 287.038 hektar pada tahun 2008 menjadi
358.224 hektar pada tahun 2012 (Dirjen Perkebunan, 2013). Bertambahnya luas
perkebunan kelapa sawit, menyebabkan total produksi minyak kelapa sawit
Indonesia meningkat pesat, pada tahun 2008 jumlah produksi minyak sawit
indonesia sebesar 17,5 juta ton dan mengalami peningkatan menjadi 25,2 juta ton
tahun 2011 atau mengalami peningkatan sebesar 69, 4 persen (GAPKI, 2012).
Potensi industri besar/sedang di Aceh menunjukkan tren yang meningkat selama
periode 2006-2008. Sebaliknya, sejak tahun 2009 hingga tahun 2010 terus
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya jumlah industri
besar/sedang yang aktif berproduksi sehingga berdampak pada menurunnya
jumlah tenaga kerja di sektor industri. Pada tahun 2006, terdapat 33 industri
besar/sedang dengan 5.397 tenaga kerja. Kemudian meningkat hingga mencapai
92 industri besar dan sedang dengan 9.546 tenaga kerja pada tahun 2008. Namun,
terjadi penurunan sejak tahun 2009 hingga pada tahun 2010 menjadi hanya 49
industri besar/sedang dengan 6.905 tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
15
Dari sebanyak 49 industri besar/sedang, 13 industri diantaranya berlokasi di
Kabupaten Aceh Tamiang. Empat hingga lima industri diantaranya
masing/masing berlokasi di Kabupaten Aceh Utara, Nagan Raya dan Aceh
Singkil. Sedangkan sebanyak 1-2 industri tersebar di 14 kabupaten/kota selain
Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Barat Daya, dan
Gayo Lues yang tidak memiliki industri besar/sedang (Statistik Daerah Aceh,
2011). Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Nagan Raya telah memiliki
potensi pengembangan industri Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) jika dilihat
dari empat industri kelapa sawit yang telah dibangun dikabupaten tersebut.
Sub sektor perkebunan telah memberikan andil yang sangat besar bagi
pembangunan masyarakat di Kabupaten Nagan Raya dimana sejak zaman
Belanda daerah ini sudah terkenal sebagai penghasil kelapa sawit. Hal ini
dibuktikan dengan tetap eksisnya dua perusahaan besar pengolahan tandan buah
segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO), yaitu di Kecamatan Darul Makmur
dan Kuala. Disamping perusahaan berskala besar, di Kabupaten Nagan Raya juga
terdapat perkebunan rakyat yang mengusahakan berbagai jenis tanaman
perkebunan diantaranya kelapa sawit, karet, coklat, kelapa hibrida dan kelapa
dalam, cengkeh, kopi, kemiri dan lain-lain.
Pada tahun 2007 produksi tanaman kelapa sawit dari perkebunan rakyat
mencapai106.789,4 ton, produksi karet 3.694,0 ton, produksi kelapa dalam
5.103,2 ton, biji kopi 540,6 ton dan coklat/kakao sebesar 5.181,6 ton. Lima jenis
tanaman perkebunan tersebut merupakan komoditi yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat Nagan Raya (Nagan Raya Dalam Angka, 2007).
Universitas Sumatera Utara
16
Berdasarkan luas areal perkebunan dan hasil produksi, Kabupaten Nagan Raya
sudah memenuhi aspek syarat perlu dan aspek syarat cukup untuk pembangunan
Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) kapasitas 30 ton TBS per jam,
sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh pemerintah terkait dengan paket
program kebun kredit koperasi primer untuk anggota (KKPA) dengan luasan
lahan 6,000 ha ke atas (PPKS, 2002). Selain itu kontinuitas kecukupan pasokan
TBS bagi PMKS sudah sesuai dengan peraturan perizinan pembangunan
PMKS (Peraturan Menteri Pertanian No.26/Permentan/OT.140/2/2007) yang
mengharuskan kapasitas olah terpasang minimal 20 persen dari kemampuan
menyediakan pasokan TBS oleh kebun yang menjamin pasokan TBS.
Kapasitas dapat diterjemahkan sebagai jumlah output maksimum yang tersedia
dari proses transformasi untuk durasi waktu tertentu. Sebagai contoh, perusahaan
penerbangan mengukur kapasitas mereka dalam available seat miles (ASMs)
setiap tahun. Satu ASM adalah satu tempat duduk yang tersedia untuk satu
penumpang dalam 1 mil, sehingga jumlah pesawat yang dimiliki, ukuran pesawat
tersebut, seringnya terbang, dan struktur rute yang ditempuh akan berakibat pada
ASM, atau kapasitas, begitu pula pabrik mengukur kapasitas dengan unit, hotel
dengan jumlah kamar yang tersedia, kilang minyak dengan berrel dan lain
sebagainya.
Pembangunan PMKS merupakan bagian integral dari pembangunan industri
kelapa sawit. Tanpa PMKS, pengembangan industri hulu (kebun kelapa sawit)
baik perluasan lahan maupun perbaikan produktivitas di daerah-daerah, seperti
Nagan Raya akan sia-sia. Karena sifat dari produk TBS yang jumlahnya banyak
dan mudah rusak, sehingga memerlukan pengolahan yang cepat.
Universitas Sumatera Utara
17
Kehadiran PMKS pada daerah-daerah sentra produksi TBS seperti Kabupaten
Nagan Raya, sangat membantu petani yang memiliki luas lahan yang relatif
terbatas, untuk menampung hasil produksi dari kebun yang di usahakannya.
Selama ini petani harus menambah biaya transportasi untuk pengangkutan TBS ke
PMKS lain di wilayah (Kabupaten Aceh Timur, Tamiang atau Provinsi Sumatra
Utara) yang jaraknya lebih jauh dari areal perkebunan. Oleh karena itu tidak
sedikit TBS yang dihasilkan dari kebun, terlantar dan membusuk di sekitar tempat
pengumpulan. Lambatnya proses penanganan terhadap TBS tentu saja
menyebabkan penurunan kualitas dan harga jual TBS menjadi rendah. Selain itu
terjadi perpindahan sumber pendapatan daerah ke daerah lain (Kabupaten Aceh
Timur, Tamiang atau Provinsi Sumatra Utara) dari proses penciptaan nilai tambah
produk kelapa sawit yang dihasilkan oleh sektor perkebunan rakyat Kabupaten
Nagan Raya.
Untuk mengantisipasi lonjakan produksi TBS perkebunan rakyat dan hilangnya
potensi sumber pendapatan daerah, maka diperlukan pembangunan pabrik minyak
kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam. Investasi pembangunan Pabrik
Minyak Kelapa Sawit (PMKS) kapasitas 30 ton TBS per jam di Kabupaten Nagan
Raya selain memberikan manfaat juga menimbulkan biaya dan risiko. Hal ini
menuntut perlunya perencanaan yang tepat dan objektif untuk menganalisis
manfaat dan risiko atas kegiatan investasi tersebut. Salah satu analisis yang
diperlukan adalah studi kelayakan investasi. Analisis ini dilakukan untuk melihat
layak atau tidaknya investasi dilakukan berdasarkan aspek aspek yang dikaji,
sehingga dapat memberikan gambaran tepat kepada para investor yang berminat
dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di Kabupaten Nagan Raya.
Universitas Sumatera Utara
18
Dengan adanya pembangunan pabrik kelapa sawit, akan menciptakan kawasan
ekonomi baru dengan tumbuhnya sektor formal dan informal seperti sekolah,
pasar, sarana kesehatan, tranportasi dan telekomunikasi. Hal ini tentu saja akan
menimbulkan dampak yang lebih baik bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat,
pemerintah daerah, dan pihak pihak lain yang terkait secara langsung maupun
tidak langsung dalam kegiatan perekonomian di Kabupaten Nagan Raya.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan gambaran kondisi di atas, maka sebagai perumusan masalah yang
akan di kaji dalam penelitian ini, yaitu:
1) Berapa besar kapasitas pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang dibutuhkan
untuk mengolah TBS di daerah penelitian.
2) Bagaimana kelayakan investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit
(PMKS) yang dibutuhkan untuk mengolah TBS di daerah penelitian.
3) Bagaimana sensitivitas investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit
(PMKS) yang dibutuhkan terhadap perubahan biaya produksi dan harga
penjualan.
4) Bagaimana kelayakan investasi dilihat dari aspek teknis, sosial, intitusional,
finansial dan pasar.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
19
1) Menganalisis berapa besar kapasitas pabrik minyak kelapa sawit (PMKS)
yang dibutuhkan untuk mengolah TBS di daerah penelitian.
2) Menganalisis kelayakan investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit
(PMKS) yang dibutuhkan untuk mengolah TBS didaerah penelitian.
3) Menganalisis sensitivitas investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit
(PMKS) terhadap biaya produksi dan harga penjualan.
4) Menganalisis kelayakan investasi dilihat dari aspek teknis, sosial, intitusional,
finansial dan pasar.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1) Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk melakukan
investasi dalam pembangunan pabrik minyak kelapa sawi (PMKS).
2) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara