Upload
phungcong
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS KENAIKAN HARGA BBM, KURS Rp/US$, DAN
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(Event Study Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh:
Yusnita Siwi Arthanti
032214117
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
♦ JESUS Christ.
♦ Simbah buyut di Rumah Bapa, yang mengasuh dan
mendukungku.
♦ Bapak dan Ibu, yang selalu memberi semangat belajar.
♦ Simbah kakung dan putri, om-omku, tante-tanteku, dan
sepupu-sepupuku, matur nuwun.
♦ Mas heri, mbak lina, dan ‘baby kecilku’ Oix, trimakasih
menjadi penyemangat.
♦ Mas Popi, terimakasih banyak atas kasih dan dukungannya.
♦ Teruntuk EKA, Titis, Evi, Kamel, Ida (Chen-chen), Wika,
Adi, Isha, Sigit, Arby, Edi: Sitepu & Prajoko, Dadang,
Yoyok, Soni, Elman, Amandus, Roy, Tommy, Cu-ya
Atmaja, Windra, Cristian, dan semua teman-teman
manajemen angkatan 2003.
♦ anak-anak UKF BECEK (BadmintonE Cah EKonomi)
♦ Semua temen-temen KKP XIII
v
vi
ABSTRAK
ANALISIS KENAIKAN HARGA BBM, KURS RP/US$, DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(Event Study Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005)
Yusnita Siwi Arthanti
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara
kurs Rp/US$ sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005, dan untuk mengetahui apakah kurs RP/US$ mempengaruhi IHSG. Periode penelitian selama 6 bulan atau 144 hari (tanggal pasar) yang dibagi menjadi dua periode yaitu periode estimasi selama 86 hari dan periode peristiwa selama 58 hari.
Teknik analisis yang digunakan untuk masalah yang pertama adalah independent-samples t test dengan program SPSS. Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan BBM 1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005. Nilai kurs rupiah menguat setelah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005.
Sedangkan untuk masalah yang kedua digunakan analisis regression dengan program SPSS. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa kurs Rp/US$ mempengaruhi negatif IHSG secara signifikan.
vii
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF FUEL PRICE RAISING, IDR/USD RATE, AND JAKARTA COMPOSITE INDEX
(Event Study the Fuel Price Raising on October 1, 2005)
Yusnita Siwi Arthanti SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA 2007
The research was aimed to identify whether there were any differences
between IDR/USD rate before the fuel price raising on October 1, 2005 and after the fuel price raising on October 1, 2005 and to identify whether IDR/USD rate influences JCI. The period of the research was 6 month or 144 days (market days) divided into 2 periods, estimated period of 86 days and phenomenon period of 58 days.
The technique analysis used to solve the first problem was independent-samples t test by SPSS. The result of analysis indicated was that there was difference between IDR/USD rate before the fuel price raising on October 1, 2005 and after the fuel price raising on October 1, 2005. IDR/USD rate was strong after the fuel price raising on October 1, 2005.
The technique analysis used to solve the second problem was simple linier regression. The result of analysis indicated that IDR/USD rate significantly influenced JCI.
viii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang senantiasa melimpahkan berkah dan kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi dengan judul “ Analisis Kenaikan
harga BBM, Kurs Rp/US$, dan Indeks Harga Saham Gabungan (Event Study
Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005)” ini diajukan sebagai salah satu syarat
kelulusan jenjang Strata Satu, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan yang
bersifat moral maupun spiritual dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rama Dr. Ir. P. Wiryono P, SJ, selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Hendra Poerwanto G., M.Si, selaku Ketua Program Studi
Manajemen.
4. Bapak Drs. A Triwanggono, M.S, selaku dosen pembimbing I.
5. Bapak A. Yudi Yuniarto, SE, MBA, selaku dosem pembimbing II.
6. Seluruh staf pengajar, karyawan dan karyawati Universitas Sanata
Dharma.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa angkatan 2003.
ix
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan menambah pengetahuan
di bidang pasar modal dan pasar uang. Penulis sangat mengharap kritik dan saran
dari berbagai pihak yang dapat berguna bagi penulis.
Yogyakarta, Agustus 2007
Penulis
Yusnita Siwi Arthanti
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………….………..i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………..ii
HALAMANGAN PENGESAHAN ………………………………….………...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………….……………………………iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………...………………....................v
ABSTRAK …………………………………………………………………….vi
ABSTRACT ……………………………………………………………………vii
KATA PENGANTAR …..…………………………………………………......viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….….x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..xiii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………..1
A. Latar Belakang ……………………………………..1
B. Batasan Masalah ……………………………………..6
C. Masalah Penelitian ……………………………………..6
D. Tujuan Penelitian ……………………………………..7
E. Manfaat Penelitian ……………………………………..7
F. Sistematika Penulisan ……………………………………..8
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………10
A. Investasi ……………………………………………10
1. Pengertian ……………………………………10
2. Instrumen Investasi ……………………………11
xi
Halaman
B. Indeks Harga Saham (IHS) ……………………………12
C. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ………………...15
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi IHSG ….……………17
E. Kurs Valuta Asing …………………………………... 22
F. Penelitian Terdahulu ……………………………………26
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………29
A. Jenis Penelitian ……………………………………29
B. Variabel Penelitian ……………………………………29
C. Data yang Dibutuhkan ……………...……………………30
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………31
E. Lokasi dan Periode Penelitian …………………………...31
F. Subyek dan Obyek Penelitian …………………….……...31
G. Definisi Operasional ……………………………………32
H. Teknik Analisis Data ……………………………………32
BAB IV GAMBARAN UMUM DATA PENELITIAN………………...36
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……………………50
A. Analisis Perbedaan Kurs Rp/US$ Sebelum Kenaikan
Harga BBM 1 Oktober 2005 ………………..……..……50
B. Analisis Pengaruh
Kurs Rp/US$ terhadap IHSG ……………………...…….52
C. Pembahasan ……………………………………………55
BAB VI PENUTUP ……………………………………………………59
xii
Halaman
A. Kesimpulan ……………………………………………59
B. Saran ……………………………………………60
C. Keterbatasan Penelitian ………………………………….61
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………62
LAMPIRAN 1 : Output independent-samples t test .……………………………64
LAMPIRAN 2 : Output regression ……………………………………………66
LAMPIRAN 3 : Tabel t ……………………………………………………68
LAMPIRAN 4 : Grafik Kurs Rp/US$ Sebelum Kenaikan
Harga BBM 1 Oktober 2005 …………………………………..72
LAMPIRAN 5 : Grafik Kurs Rp/US$ Sesudah Kenaikan
Harga BBM 1 Oktober 2005 …………………………………..74
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Data Perusahaan yang Tercatat di BEJ tahun 2005 ………….36
Tabel 4.2 Data Kurs Rp/US$ ……………………………………42
Tabel 4.3 Data IHSG ……………………………………46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di jaman modern sekarang ini uang tidak hanya alat tukar untuk
pembelian barang dan jasa sebagai pemenuhan kebutuhan hidup, tetapi juga
merupakan salah satu bukti kekayaan yang dimiliki. Menurut John Maynard
Keynes ada tiga motif yang mendorong orang untuk melakukan permintaan
terhadap uang yaitu (1) motif untuk transaksi (transaction motive), (2) motif untuk
berspekulasi (speculative motive), dan (3) motif berjaga-jaga dalam keadaan tidak
menentu (precautionary motive) (Herlambang, 2002: 119). Orang akan
berinvestasi jika memiliki kelebihan dana, baik investasi riil (real assets) maupun
investasi di sektor finansial (financial assets), dengan harapan nilainya akan
berkembang (memperoleh keuntungan) di masa yang akan datang. Investasi riil
(real assets) dapat berbentuk pembelian tanah, gedung, peralatan pabrik,
pembukaan perkebunan atau pertanian, dan lain-lain. Sedangkan investasi di
sektor finansial (financial assets), misalnya pembelian saham, obligasi, ORI, reksa
dana, opsi, waran, deposito, SBI, dan lain-lain.
Sebelum masuk dalam suatu instrumen investasi, investor harus
memperhitungkan return dan risiko yang akan dihadapi, dan disesuaikan dengan
dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Tidak ada satu pun instrumen investasi
yang tidak memiliki risiko, pada umumnya semakin tinggi return yang
diharapkan maka semakin tinggi pula risiko yang ditanggung oleh investor, tetapi
2
dengan perhitungan dan analisis yang cermat risiko tersebut dapat diminimalkan,
misalnya dengan diversifikasi (portfolio).
Berinvestasi pada financial assets dapat dilakukan di pasar modal maupun
di pasar uang. Di pasar modal salah satu yang menjadi tolak ukur kinerja adalah
perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Semakin tinggi IHSG
maka dikatakan semakin baik kinerja di pasar modal. Investor maupun broker
harus memiliki pengetahuan yang cukup, berpengalaman dan memiliki naluri
bisnis untuk dapat menganalisis efek-efek apa saja yang harus dijual (sell), dibeli
(buy), dan tetap dimiliki (hold) pada suatu periode. Sedangkan kinerja di pasar
uang khususnya pasar luar negeri diukur melalui kurs rupiah, terutama terhadap
mata uang dolar AS. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti
menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan.
Pada umumnya, menguatnya kurs rupiah akan berdampak positif terhadap
IHSG yaitu kenaikan IHSG, begitu pula sebaliknya ketika kurs rupiah melemah
akan diikuti dengan turunnya IHSG. Meskipun demikian terjadi keanehan
beberapa bulan sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005, yaitu pada bulan
Februari 2005, kurs rupiah melemah tetapi IHSG menguat. Pada awal bulan
Februari 2005, kurs rupiah pada awal bulan sebesar Rp 9.165 per dolar AS, dan
pada akhir bulan melemah menjadi Rp 9.250 per dolar AS. Sedangkan IHSG pada
posisi 1.047,5 dan meningkat menjadi 1.073,8 pada akhir bulan. Mengawali bulan
Maret 2005, pada minggu pertama rupiah semakin melemah dari posisi Rp 9.250
menjadi Rp 9.327 per dolar AS, namun demikian IHSG terus naik dari posisi
1.093,3 ke posisi 1.103 (Suara Merdeka, 7 Maret 2005).
3
Nilai kurs rupiah cenderung melemah selama periode Januari 2005 sampai
Agustus 2005 dari sebesar Rp9.130 pada pekan keempat Agustus 2005, bahkan
sempat menembus Rp11.000. Namun berbagai kebijakan moneter Bank Indonesia
(BI) ditempuh untuk memulihkan nilai tukar, antara lain dengan meningkatkan BI
rate menjadi 9,50% pada tanggal 30 Agustus 2005. Langkah tersebut berhasil
mengangkat nilai tukar menjadi Rp10.200,00 pada 30 Agustus 2005 dari sebesar
Rp10.750,00 pada hari sebelumnya. Gejolak nilai tukar ini dipicu oleh berbagai
faktor baik faktor eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, tekanan terhadap
rupiah didorong oleh melonjaknya harga minyak dunia, gejolak mata uang
regional, dan meningkatnya premi risiko di emerging market. Dari sisi internal,
tekanan terhadap rupiah ditambah dengan meningkatnya kekawatiran masyarakat
terhadap sustainabilitas fiskal terkait dengan semakin meningkatnya beban
subsidi, serta kebijakan moneter yang dianggap belum sepenuhnya mengantisipasi
tingginya ekspektasi inflasi. (Purwiyanto, Hidayat Amir, Amnu Fuady, Gunawan
Setiyaji: [email protected].)
Melonjaknya harga minyak mentah di pasar dunia yang mencapai diatas
US$ 50 per barel sejak pertengahan tahun 2004, menyebabkan membengkaknya
subsidi yang harus ditanggung pemerintah hingga mengalami defisit. Pemerintah
tentu saja mengalami kewalahan dalam membiayai subsisi tersebut. Dengan
keadaan tersebut pemerintah mulai membuat skenario untuk menaikkan harga
BBM, pada masa itu masih di bawah pemerintahan Megawati. Namun skenario
tersebut tidak dapat dijalankan, mengingat pada masa itu sedang berlangsung
pemilihan umum.
4
Menurut majalah Tempo 6 Maret 2005, ongkos yang ditanggung oleh
pemerintah untuk menunda kenaikan harga BBM tersebut tidak murah. Subsidi
yang harus ditanggung Negara sepanjang tahun 2004 mencapai hampir Rp 70
triliun, jauh membengkak dari nilai semula yang direncanakan, yaitu Rp 14,5
triliun. Argo subsidi yang kencang berlari memaksa pemerintahan baru di bawah
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono kembali mengutak-atik harga BBM.
Kenaikan harga BBM semaikin sulit dielakkan di awal tahun 2005.
Berdasarkan data historis tahun 1980 sampai 2002, kenaikan harga BBM
tidak menaikkan inflasi yang cukup besar. Tetapi untuk tahun 2005, skenario
kenaikkan harga BBM terlalu diumbar oleh pemerintah, dan menjadi sorotan di
berbagai media masa, sehingga banyak spekulan yang memanfaatkan momen
tersebut.
Perbincangan di berbagai media masa mengenai akan adanya kenaikan
harga BBM pada waktu itu membuat kepanikan dari berbagai pihak, termasuk
para investor yang menanamkan modalnya di pasar modal maupun di pasar uang.
Kenaikan harga BBM yang mencapai 87,5 % (dari Rp 2.400 per liter menjadi Rp
4.500 per liter), akan sangat mempengaruhi kondisi makro ekonomi. Dengan
meningkatnya harga BBM secara otomatis kegiatan produksi akan mengalami
kendala, yaitu biaya-biaya produksi akan meningkat pula, terutama industri yang
menggantungkan usahanya dengan BBM. Untuk menutup biaya-biaya produksi
yang meninggkat tersebut, perusahaan mengambil kebijakan menurunkan jumlah
produksinya dan atau menaikkan harga jual produksinya, sehingga daya beli
masyarakat menjadi menurun, dan pada akhirnya tingkat inflasi semakin tinggi.
5
Teori Purchasing Power Parity (PP), yang dikemukakan oleh ahli
ekonomi dari Swedia yaitu Gustav Cassel, mendasarkan teorinya pada
perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain ditentukan oleh tenaga
beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di masing-masing Negara. Pada
pokoknya ada dua versi teori PP, yaitu interpertasi absolut dan relatif. Menurut
interpertasi absolute purchasing power parity, perbandingan nilai suatu mata uang
dengan mata uang lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga di masing-masing
Negara. Misalnya harga gandum di Amerika 1$ dan di Indonesia sebesar Rp
1000,00, maka kursnya = $/1000/1$
/00,1000 USRpkg
kgRp= .
Sedangkan kurs PP dalam arti relatif didasarkan pada perubahan harga
(Nopirin, 1999: 156), misalnya kenaikan harga-harga di Indonesia naik tiga kali
lipat akibat kenaikan BBM dan di Amerika Serikat hanya naik dua kali lipat,
maka kursnya menjadi = $/15001$
00,150023
1$1000 USRpRpRp
==× .
Begitu besar dampak dari kenaikan harga BBM terhadap berbagai segi
kehidupan, baik di lingkungan sosial maupun ekonomi masyarakat dalam negeri,
terutama di pasar uang dan pasar modal, yang ditunjukkan oleh fluktuasi kurs
rupiah dan IHSG. Oleh sebab itu dalam penelitian ini mengangkat Analisis
Kenaikan Harga BBM, Kurs Rp/US$ dan Indeks Harga Saham Gabungan (Event
Study Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005) sebagai judul dalam penelitian ini.
6
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi:
1. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada satu atau beberapa
instrumen investasi, dengan harapan akan memperoleh keuntungan di
masa yang akan datang. Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua,
yaitu investasi riil (real assets) dan investasi finansial (financial assets),
namun dalam penelitian ini yang dimaksud investasi hanya dibatasai pada
invesatsi finansial (financial assets).
2. Kurs rupiah atau nilai tukar rupiah menunjukkan kekuatan atau kelemahan
nilai mata uang dalam negri terhadap mata uang asing atau luar negri,
misalnya kurs rupiah terhadap yen Jepang, dolar Amerika, peso Filipina,
bath Thailand, dolar Singapura, dan lain-lain. Namun dalam penelitian ini
hanya terbatas pada kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
C. Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini penulis mengemukakan
masalah-masalah penelitian yang menarik untuk dibahas. Masalah-masalah
tersebut meliputi:
1. Apakah ada perbedaan kurs Rp/US$ sebelum kenaikan harga BBM 1
Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005?
2. Apakah kurs Rp/US$ mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)?
7
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui apakah ada perbedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan
harga BBM 1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM Oktober
2005.
2. Mengetahui apakah kurs Rp/US$ mempengaruhi Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi investor
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang ada tidaknya
perbedaan kurs Rp/US$ sebagai akibat dari kenaikan harga BBM 1 Oktober
2005, dan apakah kurs Rp/US$ mempengaruhi IHSG berkaitan dengan adanya
suatu fenomena di pasar yaitu isu kenaikan harga BBM. Sehingga hasil dari
penelitian ini dapat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan berinvestasi. Dengan kata lain penelitian ini dapat membantu
investor maupun broker untuk memberikan gambaran tentang situasi pasar
khususnya kurs Rp/US$ dan IHSG, ketika beredar suatu rumour yang
memungkinkan gejolak di pasar modal maupun di pasar uang.
2. Bagi Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti diharapkan mampu menerapkan teori yang
diperoleh selama perkuliahan, khususnya manajemen keuangan, teori
portofolio, dan ekonomi makro. Selain itu peneliti juga memperoleh gambaran
8
yang lebih jelas mengenai pasar modal serta lingkungan di sekitarnya yang
mampu mempengaruhi, baik lingkungan sosial, ekonomi makro, maupun
politik.
3. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi
kepustakaan untuk pihak-pihak yang membutuhkan. Sehingga jika akan di
adakan penelitian yang serupa, penelitian ini dapat menjadi acuan ataupun
inspirasi bagi peneliti yang lain.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Pada bab pertama adalah pendahuluan. Bab pendahuluan ini
akan menguraikan tentang latar belakang, batasan masalah, masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab kedua adalah landasan teori, yang meliputi investasi
(pengertian dan instrumen investasi), Indeks Harga Saham (IHS), Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), faktor-faktor yang mempengaruhi
IHSG, kurs valuta Asing, dan penelitian terdahulu.
Bab III Metode Penenlitian
Pada bab ketiga yaitu metode penelitian, yang terdiri dari jenis
penelitian, variabel penelitian, jenis data, data yang dibutuhkan, teknik
9
pengumpulan data, lokasi dan periode penelitian, subjek dan objek
penelitian, definisi operasional, dan teknik analisis data.
Bab IV Gambaran Umum Data
Gambaran umum mengenai data penelitian akan di sajikan pada
bab ke empat. Data penelitian tersebut meliputi data nilai kurs Rp/US$
per hari dan data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per hari. Selain
itu disajikan pula nama perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEJ
selama tahun 2005.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab yang terakhir adalah kesimpulan dan saran, yang akan
menyajikan hasil dari olah data yang telah dilakukan. Selain itu pada bab
ini akan memberikan saran-saran yang dapat bermanfaat bagi pihak-
pihak yang berkepentingan, terutama investor, setelah diketahui hasil
penelitian.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Investasi
1. Pengertian
Investasi merupakan kegiatan menanamkan sejumlah uang kita pada
suatu instrumen dengan harapan nilainya akan bertambah di masa yang akan
datang. Investasi adalah penggunaan uang untuk objek-objek tertentu dengan
tujuan bahwa nilai objek tersebut selama jangka waktu investasi akan
meningkat, paling tidak bertahan, dan selama jangka waktu itu pula
memberikan hasil secara teratur. Karena dikatakan memberikan hasil secara
teratur, maka banyak objek yang tidak memenuhi persyaratan investasi,
misalnya perhiasan, emas, berlian, barang antik, tanah, dan banyak hal.
Jadi investasi yang dimaksud disini adalah penanaman uang dengan
harapan (1) mendapat hasil dan (2) nilai tambah. Dengan demikian harapan
dapat mengimbangi kemerosotan, erosi nilai uang atau tabungan yang kita
miliki. Syukur lagi jika kedua hasil itu dapat melampaui besarnya
kemerosotan nilai uang (Koetin, 1993:16).
Pengertian investasi yang diungkapkan Koetin tidak jauh berbeda
dengan Eko Priyo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha dalam bukunya “Reksa
Dana: Solusi Perencanaan Investasi Di Era modern”, bahwa berinvestasi pada
dasarnya adalah “membeli” suatu aset yang diharapkan di masa yang akan
datang dapat “dijual kembali” dengan nilai yang lebih tinggi. Salah satu alasan
11
utama kita berinvestasi adalah mempersiapkan masa depan sedini mungkin
melalui perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan
keuangan saat ini. Adanya suatu perencanaan investasi adalah jauh lebih baik
dari pada tidak ada perencanaan sama sekali.
2. Instrumen Investasi
Berbicara mengenai pilihan jenis investasi, kita sering mendengar atau
bahkan telah memiliki beberapa jenis investasi. Sebut saja misalnya deposito,
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat berharga (commercial paper), saham,
obligasi, serta surat berharga lainnya yang dapat dikategorikan sebagai jenis
investasi di pasar finansial (financial market atau sering disebut securities
market). Pasar finansial umumnya dibagi menjadi dua: pasar uang, dimana
surat berharga jangka pendek (antara lain deposito, SBI, surat berharga
komersial) diperdagangkan dan pasar modal, dimana surat berharga jangka
panjang (antara lain saham dan obligasi) diperdagangkan. (Pratomo dan
Ubaidillah, 2002: 14).
Selain itu instrumen investasi yang ada di Indonesia adalah right,
saham deviden, saham bonus, obligasi konvertibel, waran, sertifikat / ADR /
CDR, sertifikat dana atau saham, dalam arti saham yang diterbitkan oleh suatu
reksa dana (Koetin, 1993: 24).
12
B. Indeks Harga Saham (IHS)
Indeks pasar merupakan indikator kinerja secara agregat untuk suatu jenis
instrumen atau portofolio tertentu. Sedangkan Indeks Harga Saham adalah
ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel
yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi. Bahkan saat ini
IHS tidak saja menampung kejadian-kejadian ekonomi, tetapi juga menampung
kejadian-kejadian soaial, politik dan keamanan. Di BEJ terdapat 6 jenis indeks,
yaitu (Halim, 2005: 12):
1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), menggunakan saham masing-
masing perusahaan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
NP t IHSIt = × 100 ND Keterangan simbol:
IHSIt = indeks saham individual pada hari ke-t.
NPt = nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar saham
yang tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar per lembar.
ND = nilai dasar, BEJ memberi nilai dasar IHSI 100 ketika saham
diluncurkan pada pasar perdana dan berubah sesuai dengan
perubahan pasar.
2. Indeks harga saham sektoral, menggunakan saham masing-masing sektor
usaha. Di BEJ indeks sektoral dibagi atas 9 sektor usaha, yaitu:
3. Sektor usaha primer (ekstratif), meliputi:
1) Pertanian
13
2) Pertambangan
b. Sektor usaha sekunder (manufaktur), meliputi:
1) Industri dasar kimia
2) Aneka industri
3) Industri barang konsumsi
c. Sektor usaha tersier (jasa), meliputi:
1) Properti dan real estate
2) Infrastruktur, utilitas, dan transportasi
3) Keuangan
4) Perdagangan, jasa, dan investasi
3. Indeks LQ 45, menggunakan saham yang terpilih berdasarkan likuiditas
perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan sekali (setiap awal
Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang termasuk dalam indeks
tersebut akan selalu berubah.
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dihitung menggunakan seluruh
saham yang tercatat di bursa, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
NPt IHSGt = × 100 ND
Keterangan simbol:
IHSGt = indeks harga saham gabungan pada hari ke-t.
NPt = nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar saham
yang tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar per lembar.
14
ND = nilai dasar, BEJ memberi nilai dasar IHSG 100 pada tanggal 10
Agustus 1982. IHSG untuk tanggal 10 Agustus selalu disesuaikan
dengan kejadian-kejadian seperti: penawaran perdana (Initial Public
offering atau IPO), right issues, company listing, delisting, dan
konversi. Rumus untuk mencari nilai dasar yang baru karena adanya
kejadian-kejadian tersebut, adalah:
NPL + NPT NDB= × NDL
NPL
Keterangan simbol:
NDB = nilai dasar baru
NDL = nilai dasar lama
NPL = nilai pasar lama
NPT = nilai pasar tambahan.
5. Indeks syariah atau Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan saham yang
memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang termasuk
dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak betentangan dengan
syariat Islam. Usaha-uasaha tersebut berikut dikeluarkan dalam perhitungan
JII, antara lain:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi.
b. Usaha lembaga keuangan yang konvensional (mengandung unsur
riba).
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
15
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan atau menyediakan
barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
6. Indeks papan utama atau Main Board Index (MBI), dan indeks papan
pengembangan atau Development Board Index (DBI). MBI dibentuk dengan
menggunakan saham-saham yang dipilih dengan kriteria berikut. Pertama
perusahaan telah melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core
business) yang sama sekurang-kurangnya selama 36 bulan terakhir. Kedua,
laporan keuangan auditan perusahaan memperoleh pendapat Wajar Tanpa
Pengecualain (WTP) selama dua tahun buku terakhir. Ketiga berdasarkan
aporan keuangan auditan terakhir, perusahaan memiliki aktiva bersih
berwujud (net tangible assets) sekurang kurangnya Rp 100 miliar, dan tidak
mengalami kondisi dan atau gugatan/perkara yang secara material
diperkirakan dapat mempengaruhi usaha. BDI dibentuk dengan menggunakan
saham perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi seluruh kriteria di atas.
C. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Seperti yang dijelaskan di atas, Indeks Harga Saham Gabungan atau sering
dikenal dengan IHSG, merupakan salah satu cara yang digunakan oleh BEJ
sebagai indikator kinerja pasar modal secara agregat, yang didalamnya
terkandung unsur-unsur yang berpengaruh (kejadian-kejadian, ekonomi, sosial,
politik, dan keamanan). Setiap Negara memiliki indeks harga saham sebagai tolak
ukur perkembangan pasar modalnya, di Amerika Serikat terdapat dua indeks
utama yang digunakan di pasar modal yaitu Dow Jones Industrial Average (DJIA)
16
dan NASDAQ composite index. Sedangkan di Asia ada Nikkei (Jepang), Hang
Seng (Hong Kong), Strait Times (Singapura), Manila composite Index (Filipina),
Stock Exchange of Thai (Thailand).
IHSG di Bursa Efek Jakarta meliputi pergerakan-pergerakan harga saham
biasa dan saham preferen. IHSG mulai diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1
April 1983 dengan menggunakan landasan dasar (baseline) tanggal 10 agustus
1982. Jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah hanya sebanyak 13
saham. ( Jogiyanto, 2000: 60).
Menurut Vonny Dwiyanti (dalam bukunya yang berjudul Wawasan Bursa
Saham), IHSG sering digunakan oleh investor sebagai patokan dalam berinvestasi,
karena dengan IHSG investor dapat menentukan apakah saat yang tepat untuk
berinvestasi sudah tiba, dan apakah saat investasi dihentikan. Kenaikan IHSG
yang terus menerus menandakan bahwa pasar sedang bullish dan IHSG yang terus
menerus menurun adalah indikator bahwa pasar sedang bearish.
Berikut ini adalah cara melihat IHSG. Anggka positif yang menyertai
perubahan IHSG menunjukan adanya kenaikan dari IHSG sebelumnya. Angka
negatif menunjukan IHSG turun dibanding IHSG sebelumnnya. Jika IHSG tidak
berubah menunjukkan bahwa kondisi stabil. Rumus IHSG adalah: (Dwiyanti
Vonny, 1999: 55)
∑ H1 × 100 % IHSG =
∑ H0
IHSG adalah angka yang menunjukkan situasi pasar efek secara umum
karena G adalah gabungan dari seluruh saham. H1 adalah seluruh jumlah harga
17
saham yang terakhir. Sedangkan H0 adalah jumlah harga saham pada waktu dasar.
Waktu dasar ditentukan pada saat pasar sedang stabil kondisinya, tidak bullish
ataupun bearish.
D. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi IHSG
Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG dapat
diketahui melalui faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, karena indeks
harga saham merupakan indikator/suatu angka yang secara sederhana
menggambarkan rata-rata turun atau naiknya harga pasar saham pada suatu
periode tertentu.
Harga saham bisa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal (bisa disebut faktor fundamental) tersebut meliputi (Halim dan Sarwoko,
1995: 7):
1. Pengaruh Pendapatan
Para pemegang saham sangat memperhatikan pendapatan, karena
pendapatan yang dilaporkan maupun ramalan pendapatan membantu para
investor dalam memperkirakan atau meramalkan arus deviden di masa
yang akan datang.
2. Pengaruh Deviden
Harga saham adalah nilai sekarang dari seluruh deviden yang
diharapkan di masa yang akan datang. Banyak studi telah memperlihatkan
pengaruh perubahan deviden terhadap penghasilan saham. Hasil penelitian
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengumuman-
18
pengumuman yang dihubungkan dengan kenaikan deviden terhadap harga
saham.
3. Pengaruh Aliran Kas
Investor yang serius tentu ingin memeriksa aliran kas dari
perusahaan dengan hati-hati, karena hasil suatu analisis mungkin
memberikan suatu wawasan yang berharga terhadap profitabilitas
perusahaan itu. Beberapa studi menunjukkan bahwa bertahun-tahun
sebelum kebangkrutan operasi perusahaan merupakan pemakaian kas,
bukannya penghasil kas.
4. Pengaruh Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perkembangan penjualan,
perkembangan laba atau perkembangan aktiva. Perkembangan penjualan
memberi arti bahwa perusahaan mampu mengatasi persaingan dan
penjualan yang tinggi mempengaruhi keuntungan perusahaan.
Perkembangan laba umumya digunakan sebagai ukuran oleh
lembaga-lembaga keuangan dan pemegang saham. Mereka melihat sejauh
mana perusahaan mampu mengubah pertumbuhan penjualan dan kegiatan
operasinya ke dalam kenaikan penghasilan bagi pemegang saham.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham adalah :
1. Hukum Permintaan dan Penawaran
Faktor hukum permintaan dan penawaran berada diurutan ke dua
setelah faktor fundamental, karena begitu investor tahu kondisi
fundamental perusahaan, tentunya mereka akan melakukan transaksi jual
19
maupun beli. Transaksi-transaksi inilah yang akan mempengaruhi
fluktuasi harga saham.
2. Tingkat Suku Bunga
Faktor suku bunga ini penting untuk diperhatikan karena rata-rata
semua orang, termasuk investor saham, selalu mengharapkan hasil
investasi yang lebih besar. Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat
pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan.
Ada yang cenderung naik, ada juga yang cenderung turun. Instrumen
investasi yang mengalami kecenderungan naik, misalnya investasi di pasar
uang seperti tabungan, deposito, valuta asing (valas), dan masih banyak
lagi. Suku bunga yang dimaksud disini adalah suku bunga yang
diberlakukan Bank Indonesia (BI), selaku bank sentral, dengan
mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pemerintah melalui BI
akan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga guna mengontrol
perekonomian nasional, ini yang disebut dengan kebijakan moneter.
Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi
para investor. Investasi produk bank seperti deposito atau tabungan jelas
lebih kecil resikonya dibanding investasi dalam bentuk saham, karenanya
investor akan menjual sahamnya dan hanya kemudian akan ditempatkan di
bank. Penjualan saham secara serentak ini akan berdampak pada
penurunan harga saham secara signifikan.
Selain itu dampak dari tingkat suku bunga bank yang tinggi adalah
tingkat bunga yang tinggi juga untuk para debitur. Bank tidak mau rugi.
20
Jika mereka memberikan bunga yang tinggi untuk mereka yang
menyimpan uangnya, maka bank akan menuntut bunga yang lebih tinggi
lagi bagi mereka yang meminjam dana dari bank. Selisih antara keduanya
adalah keuntungan bank dan inilah salah satu sumber penghasilan bank.
Karena hampir semua perusahaan besar, termasuk yang mencatatkan
sahamnya di bursa juga menikmati pinjaman bank, otomatis mereka
terkena dampak dari kenaikan bunga pinjaman. Ini artinya penambahan
pengeluaran perusahaan (hutang). Kalau pos hutang bertambah maka
dampaknya adalah pengurangan pos laba bersih yang akhirnya berdampak
pada pembagian deviden. Jika ini terjadi maka kondisi fundamental
perusahaan tersebut akan kurang menguntungkan. Dampaknya akan
banyak investor yang melepas sahamnya dan terjadilah penurunan harga.
3. Dana Asing Di Bursa
Dana asing di bursa perlu diketahui karena memiliki dampak yang
sangat besar. Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing maka ada
kecenderungan transaksi saham sedikit banyak tergantung pada investor
asing tersebut. Investor lokal pun akan banyak yang menjadi pengikut
investor asing. Jika ada aksi, baik jual maupun beli, yang dilakukan
investor asing maka mereka akan melakukan hal yang sama. Mengapa
investor lokal lebih suka mengikuti gaya investor asing? Ada beberapa
alasan mengapa investor lokal mengikuti investor asing, yaitu: investor
asing lebih berpengalaman termasuk pada trik dan strategi dalam bursa,
sebab umur bursa di Indonesia masih sangat muda. Selain itu investor
21
asing memiliki dana yang besar, yang secara otomatis termasuk golongan
big player. Mengikuti permainan big player lebih bijaksana dari pada
mencoba melawannya, begitu kata banyak analis. Alasan yang akhir tepat
karena memang masih minimnya minat masyarakat Indonesia terhadap
pasar modal akibat kurangnya informasi dan sosialisasi bursa itu sendiri.
Mengapa penting mengamati jumlah dana investasi asing, karena
dengan semakin besarnya dana yang ditanamkan, hal itu menandakan
bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti
pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif yang tentu saja akan merangsang
kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya, jika investasi asing
berkurang ada perkiraan bahwa mereka sedang ragu atas negri ini, baik
atas keadaan sosial, politik, maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya
investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau
penurunan harga saham.
4. News and Rumours
Yang dimaksud news dan rumours disini adalah semua berita yang
beredar di tengah masyarakat berbagai hal baik itu masalah ekonomi,
sosial, politik, keamanan, hingga berita seputar rencana penyusunan
kabinet. Seperti kita ketahui, pergerakan harga saham sangatlah tergantung
pada berita. Oleh sebab itu ada istilah yang mengatakan “no news is bad
news”. Bukan hanya berita ekonomi saja, seperti suku bunga, kurs valuta
asing, berita emiten, kebijakan ekonomi, sektoral dari pemerintah yang
akan mempengaruhi fluktuasi saham, melainkan juga berita seperti
22
pernyataan tegas aparat keamanan seputar masalah Aceh, Maluku, pelaku
peledakan bom dan masih banyak lagi yang akan ikut menentukan harga
saham. Dengan adanya berita tersebut para investor bisa memprediksi
seberapa kondusif keadaan negri ini sehingga kegiatan investasi bisa
dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.
Sedangkan rumours adalah berita-berita yang belum tentu benar
yang terkadang juga terselip di antara news berbagai media masa.
Misalnya isu-isu seputar penurunan Presiden di tengah jalan, isu mengenai
penangkapan Tommy Suharto, isu bom, isu kenaikan harga BBM, dan
sebagainya.
Penelitian yang dilakukan Chen, Roll, dan Ross (1996), dalam
bukunya Suad Husnan (2003), berpendapat bahwa terdapat 4 faktor yang
mendasari perubahan harga saham. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Tingkat kegiatan industri
b. Tingkat inflasi
c. Perbedaan antara tingkat bunga jangka pendek dan jangka panjang
d. Perbedaan antara tingkat keuntungan obligasi yang berresiko tinggi
dan berresiko rendah.
E. Kurs Valuta Asing
Antara tahun 194 dan 1970, kurs antara mata uang utama tetap. Semua
negara disyaratkan menetapkan satu kurs paritas untuk mata uang mereka
terhadap dolar AS. Kurs yang sebenarnya terjadi pada tiap hari dibolehkan ada
23
antara jarak yang sempit di sekitar kurs paritas. Sebuah negara dapat menerapkan
penyesuaian besar dalam kurs dengan mengubah kurs paritas terhadap dolar. Jika
mata uang dibuat lebih murah terhadap dolar penyesuaian ini disebut devaluasi.
Revaluasi terjadi jika mata uang menjadi lebih mahal terhadap dolar.
Sejak 1973, sistem mata uang internasional kurs mengambang berlaku.
Untuk sebagian mata uang, tidak ada kurs paritas dan tidak ada jarak antara di
mana mata uang dapat berfluktuasi. Sebagian besar mata uang utama, termasuk
dolar AS, berfluktuasi dengan bebas tergantung pada nilai mereka yang diberikan
oleh pedagang dalam pasar valuta asing. Kekuatan ekonomi relatif negara itu,
tingkat ekspor dan impornya, tingkat kegiatan moneternya, dan defisit atau
surplus dalam neraca pembayarannya semua adalah faktor penting dalam
penentuan kurs. Fluktuasi jangka pendek hari per hari dalam kurs disebabkan oleh
perubahan kondisi supply dan demand dalam pasar valuta asing (Keown, Scott,
Martin, Petty, 2000: 881). Meskipun demikian Indonesia baru menerapkan sistem
kurs bebas mengambang (free floating exchange rate system) pada tanggal 14
Agustus 1997.
Kurs valuta asing menyatakan hubungan penukaran antara valuta asing
dan tergantung pada hubungan permintaan dan penawaran antara dua valuta asing.
Kurs valuta asing adalah harga satu valuta asing dinyatakan dalam valuta asing
yang lain. Kurs valuta asing dapat dinyatakan dalam dolar per unit valuta asing,
atau dinyatakan dalam unit valuta asing per dolar (Weston, Brigham, 1983: 548).
Menurut Dominick Salvatore (1990: 116), kurs mata uang asing adalah
harga dalam negeri dari mata uang luar negeri (asing). Kurs tukar ini
24
dipertahankan dana di semua bagian pasar oleh arbitrase. Arbitrase mata uang
asing adalah pembelian mata uang asing apabila harganya rendah dan menjualnya
bilamana harganya tinggi. Suatu kenaikan dalam kurs disebut depresiasi atau
penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Suatu
penurunan dalam kurs disebut apresiasi, atau kenaikan dalam mata uang dalam
negeri.
Pada umumnya, kurs mata uang asing ditentukan oleh perpotongan kurva
permintaan pasar dan kurva penawaran dari mata uang asing tersebut. Permintaan
untuk mata uang asing timbul terutama bila kita mengimpor barang-barang dan
jasa-jasa dari luar negri atau melakukan investasi dan pinjaman luar negri.
Penawaran mata uang asing timbul bila kita mengekspor barang-barang dan jasa-
jasa, atau menerima investasi dan pinjaman luar negri.
Perbedaan kurs timbul karena beberapa hal (Nopirin, 1999: 138):
1. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta
asing/Bank. Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para
pedagang valuta asing/bank membeli valuta asing, dan kurs jual
apabila mereka menjual. Selisih kurs tersebut merupakan
keuntungan bagi para pedagang.
2. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu
pembayaran. Kurs TT (Telegraphic Transfer) lebih tinggi dari pada
kurs MT (Mail Transfer) sebab perintah/order pembayaran dengan
menggunakan telegram bagi bank merupakan penyerahan valuta
25
asing dengan segera/lebih cepat dibandingkan penyerhaan melalui
surat.
3. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak
pembayaran. Sering terjadi bahwa penerimaan hak pembayaran
yang berasal dari bank asing yang sudah terkenal (bonafide)
kursnya lebih tinggi dari pada yang belum terkenal.
Kurs tetap diberlakukan dimana bank sentral menetapkan harga valuta
asing (valas) dan bersedia membeli atau menjual valas pada harga tersebut. Jika
terjadi perubahaan permintaan pada salah satu mata uang, maka pemerintah
(dalam hal ini bank sentral) akan melakukan intervensi dengan cara menambah
penawaran dari permintaan mata uang yang meningkat tersebut dan sebaliknya
sehingga keseimbangan dapat terjaga.
Kurs fleksibel terjadi bila kebijakan pemerintah (bank sentral)
membiarkan kurs untuk melakukan penyesuaian nilai tukarnya sehingga kurs
dapat menyeimbangkan permintaan dan penawaran terhadap suatu mata uang.
Mekanisme penyesuain ini dibiarkan secara natural (mekanisme pasar).
Kurs mengambang terkendali adalah jika terjadi kenaikan permintaan
uang, maka pemerintah selain membiarkan perubahan kurs tetapi juga melakukan
intervensi dengan cara menaikkan penawaran uang sehingga kurs berubah tidak
terlalu besar. Tujuan ditetapkanya kurs mengambang terkendali adalah agar kurs
tidak dibiarkan melonjak drastis. (Hasanah, 2004: 30).
26
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kurs rupiah mempengaruhi IHSG pernah di lakukan
oleh Cipriana Teresa Tita De Jesus E Sausa. Hasil perhitungan koefisien korelasi
dalam skripsi tersebut diperoleh nilai r = -0,824, berarti bahwa nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS memiliki hubungan dengan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), dan berdasarkan uji statistik dibuktikan bahwa nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki hubungan
yang signifikan. Kemudian arah antara hubungan tersebut adalah hubungan
negatif.
Hasil perhitungan koefisien regresi diperoleh nilai b = -0,053, karena nilai
b negatif maka nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memiliki hubungan yang
belawanan dengan IHSG. Berdasarkan uji statistik, nilai tukar rupiah ternyata
dibuktikan mempengaruhi IHSG secara signifikan.
Penelitian tersebut dilakukan pada periode tahun amatan 2000-2001
dimana bangsa Indonesia telah menerapkan sistem kurs bebas mengambang (free
floating exchange rate system) dan telah memasuki post crisis. Meskipun
demikian diperlukan penelitian yang lebih lanjut dimana situasi Indonesia masih
dalam kondisi yang belum begitu stabil, baik situasi politik, ekonomi, maupun
sosial.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Tutang Wirachman dengan judul
“Analisis Pengaruh GDP, Laju Inflasi, Bunga SBI, dan Kurs US$ terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta dalam Rentang Waktu
Tahun 1997 Sampai Tahun 2001”. Tujuan penelitian tersebut untuk melihat
27
seberapa jauh gejolak ekonomi yang diwakili pergerakkan indikator pertumbuhan
ekonomi (Gross Domestic Product/GDP), laju inflasi, tingkat bunga SBI dan kurs
dolar Amerika, mempengaruhi IHSG di Bursa Efek Jakarta (BEJ), pada kurun
waktu tahun 1997 sampai tahun 2001.
Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder, dengan populasi yang
dipilih sebagai obyek riset adalah harga saham-saham yang telah listing di Bursa
Efek Jakarta (BEJ) yang tergabung dalam Indeks Harga Saham Sabungan (IHSG),
data pertumbuhan ekonomi (GDP), laju inflasi, bunga SBI dan kurs dolar
Amerika, masing-masing sebanyak 20 sampel dari tahun 1997 sampai tahun 2001
dalam kwartalan. Model penelitian digunakan model persamaan regresi linier
berganda, dimana variabel terikat adalah IHSG dan variabel bebas adalah GDP,
laju inflasi, bunga SBI dan kurs dolar Amerika.
Dari hasil analisis diperoleh gambaran bahwa pada dasarnya pengaruh
indikator-indikator ekonomi tersebut secara bersama-sama mempengaruhi secara
signifikan terhadap IHSG, dan dapat menjelaskan pengaruhnya sebesar 61,90%
dan sisanya sebesar 38,10% dijelaskan variabel lainnya.
Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya diatas, penelitian yang
dilakukan oleh Daryono Soebagyo dan Endah Heny Prasetyowati menunjukkan
hasil yang sebaliknya. Dengan periode pengamatan 1998-2002, hasil pengujian t
statistik diperoleh nilai t hitung < t tabel yaitu 0,787 < 1,645, yang berarti kurs
rupiah tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap IHSG. Variabel tersebut
tidak berpengaruh signifikan pada pada α lebih dari 10%. Sedangkan variabel
28
yang mempengaruhi IHSG meliputi Jumlah Uang Beredar (JUB), inflasi, suku
bunga, IHSG bulan sebelumnya dengan tingkat signifikan kurang dari 5%.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pemilihan jenis penelitian merupakan suatu hal yang subyektif. Jenis
penelitian ini adalah studi peristiwa (event study). Event study merupakan studi
yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto, 2000: 392). Dalam
penelitian ini event atau peristiwa yang dimaksud adalah kenaikan harga BBM 1
Oktober 2005.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu
variabel untuk masalah yang pertama dan variabel untuk masalah yang ke dua.
Variabel-variabel tersebut, meliputi:
1. Masalah pertama
Variabel untuk permasalahan yang pertama adalah kurs Rp/US$. Kurs
Rp/US$ merupakan perbandingan nilai mata uang rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat, sebagai mata uang kuat (strong dollar). Kurs diukur
dengan nilai rata-rata atau nilai tengah antara kurs jual dan kurs beli, dalam
hitungan per hari. Sedangkan kenaikan harga BBM pada tanggal 1 Oktober
2005, yang mencapai 85,5% (dari Rp 2.400 per liter menjadi Rp 4.500 per
liter), merupakan variabel kontrol.
30
2. Masalah kedua
a. Kurs Rp/US$ merupakan variabel independent (X). Kurs Rp/US$
adalah perbandingan antara nilai mata uang rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat, yang diukur dengan rata-rata atau nilai tengah antara
kurs jual dan kurs beli, dalam perhitungan per hari.
b. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai variabel
dependent (Y). IHSG adalah indeks pasar modal dari semua harga
saham yang listing di Bursa Efek Jakarta, dihitung secara dokumentatif
dalam perhitungan per hari.
C. Data yang Dibutuhkan
Data yang dibutuhkan adalah data sekunder, yaitu data yang telah diolah
oleh suatu lembaga yaitu Jakarta Stock Exchange (JSX), yang dipublikasikan pada
masyarakat. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi data kurs Rp/US$
dan data IHSG. Untuk masalah yang pertama, data kurs dibedakan menjadi dua,
yaitu nilai kurs Rp/US$ sebelum kenaikan harga BBM (tanggal 1 Juni 2005 - 30
September 2005) dan sesudah kenaikan harga BBM (tanggal 1 Oktober 2005 - 29
Desember 2005).
Untuk menyelesaikan masalah yang kedua, data yang dibutuhkan adalah
nilai kurs Rp/US$ dan nilai IHSG. Periode yang digunakan yaitu pada tanggal 1
Juni 2005 - 29 Desember 2005, karena pada periode tersebut, kondisi di pasar
modal maupun di pasar uang sedang mengalami takanan sebagai akibat dari masa
transisi kenaikan harga BBM.
31
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi,
dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang telah diolah
oleh Jakarta Stock Exchange (JSX), yang dipublikasikan pada masyarakat. Data
tersebut meliputi data nilai tukar Rp/US$ dan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), yang diperoleh dari pojok BEJ Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
E. Lokasi dan Periode Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Pojok BEJ Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Sedangkan periode penelitian selama 6 bulan atau 144 hari (tanggal
pasar) dari tanggal 1 Juni 2005 – 29 Desember 2005. Periode penelitian dibagi
menjadi 2, yaitu periode estimasi 86 hari dan periode peristiwa 58 hari.
Pemilihan periode penelitian berdasarkan fluktuasi kurs rupiah atas dolar
Amerika. Selama bulan Juni nilai rupiah mulai mengalami tekanan mencapai Rp
9.713/US$, dimana bulan sebelumnya rupiah stabil di kisaran harga Rp 8.935 –
Rp 9.045/US$. Pada bulan-bulan selanjutnya, rupiah terus mengalami tekanan dan
berfluktuasi secara tajam.
F. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah laporan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ).
2. Obyek penelitian
32
Sedangkan obyek penelitiannya adalah data nilai kurs rupiah per dolar AS dan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
G. Definisi Operasional
1. Kurs Rp/US$
Kurs Rp/US$ menyatakan hubungan penukaran antara rupiah dengan dolar
Amerika Serikat dan tergantung pada hubungan permintaan dan penawaran
antara rupiah dan dolar AS.
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
IHSG merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur kinerja pasar modal
secara umum, yang digunakan oleh Bursa Efek Jakarta maupun Bursa Efek
Surabaya.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menjawab seluruh permasalahan dalam
suatu penelitian. Untuk memecahkan permasalahan yang pertama, apakah terdapat
pebedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 dan
sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005, maka menggunakkan independent-
samples t test dengan program SPSS. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif
Hο : Tidak terdapat perbedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan
BBM 1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober
2005.
33
Ha : Terdapat perbedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan BBM 1
Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005.
2. Menentukan level of significance
Pada penelitian ini ditentukan level of significance sebesar 5% atau 0,05.
3. Ketentuan Pengujian
Kriteria pengujian yang digunakan adalah pengujian dua sisi, yaitu:
Ho diterima jika: t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
Ho ditolak jika : t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel
4. Menguji signifikansi
Dalam pengujian signifikansi menggunakan perbandingan antara taraf
kesalahan (π), yang diperoleh dari pengolahan dengan program SPSS,
dengan taraf signifikan (α) sebesar 5% atau 0,05.
5. Kesimpulan
Ho diterima atau ditolak sesuai kriteria pengujian pada hasil pengolahan
dengan menggunakan SPSS, dengan membandingkan antara t hitung
dengan t tabel.
Sedangkan untuk menjawab permasalahan yang kedua, yaitu apakah kurs
Rp/US$ (X) mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (Y), menggunakan
analisis regresi:
Y = a + b X
∑Y (∑X²) - ∑X ∑XY a =
n∑X² - (∑X)²
34
n∑XY - ∑X ∑Y b = n∑X² – (∑X)²
Y = nilai IHSG sebagai variabel tidak bebas (dependent)
X = kurs Rp/US$ sebagai variabel bebas (independent)
a = nilai konstan (intercept)
b = koefisien arah regresi
Pengujian Koefisien Regresi
1. Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif
Ho : β = 0, berarti kurs Rp/US$ tidak mempengaruhi IHSG
Ha : β ≠ 0, berarti kurs Rp/US$ mempengaruhi IHSG
2. Menentukan level of significance
Pada penelitian ini ditentukan level of significance sebesar 5% atau 0,05.
3. Membuat kriteria pengujian
Kriteria pengujian yang digunakan adalah pengujian dua sisi, yaitu:
Ho diterima jika: t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
Ho ditolak jika : t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel
4. Menghitung standard error of the estimate (Sxy)
2
2
−
−−=∑ ∑ ∑
n
xybyaySxy
Keterangan :
y = IHSG
x = kurs Rp/US$
35
n = jumlah data
a = besarnya IHSG yang tidak dipengaruhi oleh kurs Rp/US$
nxby
a ∑ ∑−=
b = koefisien regresi
( ) ( )( )( ) ( )22 ∑∑
∑∑∑−
−=
xxn
yxxynb
5. Menguji signifikansi
Dalam pengujian signifikansi menggunakan perbandingan antara taraf
kesalahan (π) yang diperoleh dari pengolahan dengan program SPSS,
dengan taraf signifikan (α) sebesar 5% atau 0,05.
6. Mengambil kesimpulan
Ho diterima atau ditolak sesuai kriteria pengujian pada hasil pengolahan
dengan menggunakan SPSS, dengan membandingkan antara t hitung
dengan t tabel.
36
BAB IV
GAMBARAN UMUM DATA PENELITIAN
Data penelitian meliputi kurs rupiah dan IHSG. Data IHSG meliputi
pergerakan-pergerakan harga saham perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Jakarta (go public) tahun 2005, perusahaan-perusahaan tersebut yaitu:
Tabel 4.1 Perusahaan yang listing di BEJ tahun 2005
No Nama Perusahaan 1 Abdi Bangsa (ABBA) 2 Ades Waters Indonesia (ADES) 3 Adhi Karya (ADHI) 4 Adira Dinamika Multi Finance
(ADMF) 5 AGIS (TMPI) 6 Akbar Indo Makmur Stimec
(AIMS) 7 AKR Corporindo (AKRA) 8 Alakasa Industrindo (ALKA) 9 Alfa Retailindo (ALFA) 10 Alumindo Light Metal (ALMI) 11 Andhi Chandra Automotive
(ACAP) 12 Aneka Kemasindo Utama
(AKKU) 13 Anta Express Tour & Travel
Service (ANTA) 14 ANTAM (ANTM) 15 Anugrah tambak Perkasindo
(ATPK) 16 Apac Citra Centertex (MYTX) 17 Apexindo Pratama Duta
(APEX) 18 Aqua Golden Mississippi
(AQUA) 19 Argha Karya Prima Industry
(AKPI) 20 Argo Pantes (ARGO) 21 Arona Binassejati (ARTI) 22 Arpeni Pratama Ocean Line
(APOL) 23 Artha Pacific Internasional
(APIC) 24 Arthavest (ARTA) 25 Arwana Citramulia (ARNA) 26 Asahimas Flat Glass (AMFG) 27 Asia Grain Int'l (ASIA) 28 Asia Kapitalindo Securities
(AKSI) 29 Asiaplast Industries (APLI) 30 Astra Agro lestari (AALI) 31 Astra Graphia (ASGR) 32 Astra International (ASII) 33 Astra Otoparts (AUTO) 34 Asuransi Bina Dana Arta
(ABDA) 35 Asuransi Bintang (ASBI) 36 Asuransi Dayin Mitra (ASDM) 37 Asuransi Harta Aman Pratama
37
(AHAP) 38 Asuransi Jasa Tania (ASJT) 39 Asuransi Multi Artha Guna
(AMAG) 40 Asuransi Ramayana (ASRM) 41 Bahtera Adimina Samudra
(BASS) 42 Bakrie & Brothers (BNBR) 43 Bakrie Sumatra Plantation
(UNSP) 44 Bakrie Telecom (BTEL) 45 Bakrieland Development
(ELTY) 46 Bank Arta Niaga Kencana
(ANKB) 47 Bank Artha Graha Internasional
(INPC) 48 Bank Buana Indonesia (BBIA) 49 Bank Bumiputera Indonesia
(BABP) 50 Bank Central Asia (BBCA) 51 bank Century (BCIC) 52 Bank Danamon Indonesia
(BDMN) 53 Bank Eksekutif Internasional
(BEKS) 54 Bank Internasional Indonesia
(BNII) 55 Bank Kesawan (BKSW) 56 Bank Lippo (LPBN) 57 Bank Mandiri (BMRI) 58 Bank Mayapada Internasional
(MAYA) 59 Bank Mega (MEGA) 60 Bank Negara Indonesia (BBNI) 61 Bank Niaga (BNGA) 62 Bank NISP (NISP)
63 Bank Nusantara Parahyangan (BBNP)
64 Bank Pan Indonesia (PNBN) 65 Bank Permata (BNLI) 66 Bank Rakyat Indonesia (BBRI) 67 Bank Swadesi (BSWD) 68 Bank Victoria International
(BVIC) 69 Barito Pacifi Timber (BRPT) 70 BAT Indonesia (BATI) 71 Bayu Buana (BAYU) 72 Bentoel Internasional Investama
(RMBA) 73 Berlian Laju Tanker (BLTA) 74 Berlina (BRNA) 75 Betonjaya Manunggal (BTON) 76 BFI Finance Indonesia (BFIN) 77 Bhakti Capital Indonesia
(BCAP) 78 Bhakti Investama (BHIT) 79 Bhuwanatala Indah Permai
(BIPP) 80 Bimantara Citra (BMTR) 81 Bintang Mitra Semestaraya
(BMSR) 82 Branta Mulia (BRAM) 83 Bristol-Myers Squibb Indonesia
(SQBI) 84 Buana Finance (BBLD) 85 Budi Acid jaya (BUDI) 86 Bukaka Teknik Utamna
(BUKK) 87 Bukit Sentul (BKSL) 88 Bumi Resources (BUMI) 89 Bumi Teknokultura (BTEK) 90 Cahaya Kalbar (CEKA)
38
91 Central Corporindo Internasional (CNKO)
92 Centrin Online (CENT) 93 Centris Multipersada Pratama
(CMPP) 94 Century Textile Industry
(CNTX) 95 Charoen Pokphan Indonesia
(CPIN) 96 Cipendawa (CPDW) 97 Cipta Panelutama (CITA) 98 Ciptojaya Kontrindoreksa
(CKRA) 99 Ciputra Development (CTRA) 100 Ciputra Surya (CTRS) 101 Citatah (CTTH) 102 Citra Marga Nusaphala Persada
(CMNP) 103 Citra Tubindo (CTBN) 104 Clipan Finance Indonesia
(CFIN) 105 Colorpak Indonesia (CLPI) 106 Danasupra Erapacific (DEFI) 107 Darya Varia Laboratoria
(DVLA) 108 Davomas Abadi (DAVO) 109 Daya Sakti Unggul (DSUC) 110 Delta Djakarta (DLTA) 111 Delta Dunia Petroindo (DOID) 112 Dharma Samudera Fishing
Industries (DSFI) 113 Dharmala Intiland (DILD) 114 Duta Anggada Realty (DART) 115 Duta Pertiwi (DUTI) 116 Duta Pertiwi Nusantara (DPNS)117 Dynaplast (DYNA)
118 Dyviacom Intrabumi (DNET) 119 Ekadharma tape Industries
(EKAD) 120 Energi Mega Persada (ENRG) 121 Enseval Putera Megatrading
(EPMT) 122 Equity Developemnet
Investment (GSMF) 123 Eratex Djaja (ERTX) 124 Eterindo Wahanatama (ETWA) 125 Ever Shine Tex (ESTI) 126 Excelcomindo Pratama (EXCL) 127 Fajar Surya Wisesa (FASW) 128 Fast Food Indonesia (FAST) 129 Fatrapolindo Nusa Industri
(FPNI) 130 Fishindo Kusuma Sejahtera
(FISH) 131 Fortune Indonesia (FORU) 132 Fortune Mate Indonesia (FMII) 133 Gajah Tunggal (GJTL) 134 Gema Grahasarana (GEMA) 135 Global Financindo (MTFN) 136 Goodyear Indonesia (GDYR) 137 Gowa Makassar Tourism
Development (GMTD) 138 GT Kabel Indonesia (KBLI) 139 Gudang Garam (GGRM) 140 Hanson International (MYRX) 141 Hero Supermarket (HERO) 142 Hexindo Adiperkasa (HEXA) 143 HM Sampoerna (HMSP) 144 Holcim Indonesia (SMCB) 145 Hortus Danavest (HADE) 146 Hotel Sahid Jaya International
(SHID)
39
147 Humpuss Intermoda Transportasi (HITS)
148 Indah Kiat Pulp & Paper (INKP)149 Indal ALuminium Industry
(INAI) 150 Indocement Tunggal Prakarsa
(INTP) 151 Indocitra Finance (INCF) 152 Indoexchange (INDX) 153 Indofarma (INAF) 154 Indofood Sukses Makmur
(INDF) 155 Indomobil Sukses International
(IMAS) 156 Indonesia Prima Property
(OMRE) 157 Indorama Synthetics (INDR) 158 Indosat(ISAT) 159 Indosiar Karya Media (IDKM) 160 Indospring (INDS) 161 Infoasia Teknologi Global
(IATG) 162 Intanwijaya Internasional
(INCI) 163 Integrasi Teknologi (ITTG)) 164 Inter-Delta (INTD) 165 International Nickel Indonesia
(INCO) 166 Inti Kapuas Arowana (IIKP) 167 Intikeramik Alamasri (IKAI) 168 Intraco Penta (INTA) 169 Jaka Artha Graha (JAKA) 170 Jakarta International Hotels &
Development (JIHD) 171 Jakarta Kyoew Steel Works
(JKSW) 172 Jakarta Setiabudi Internasional
(JSPT) 173 Japfa Comfeed (JPFA) 174 Jasuindo Tiga Perkasa (JTPE) 175 Jaya Pari Steel (JPRS) 176 Jaya Real Property (JRPT) 177 Jembo Cable Company (JECC) 178 Kabelindo Murni (KBLM) 179 Kageo Igar Jaya (IGAR) 180 Kalbe aftama (KLBF) 181 Karka Yasa Profilia (KARK) 182 Karwell Indonesia (KARW) 183 Kawasan Indsutri Jababeka
(KIJA) 184 Kedaung Indah Can (KICI) 185 Kedwaung Setia Industrial
(KDSI) 186 Kimia Farma (KAEF) 187 Komatsu Indoensia (KOMI) 188 Kresna Graha Sekurindo
(KREN) 189 Kridaperdana Indahgraha
(KPIG) 190 Lamicitra Nusantara (LAMI) 191 Langgeng makmur Industri Tbk 192 Lapindo International (LAPD) 193 Lautan Luas (LTLS) 194 Limas Centric Indonesia
(LMAS) 195 Lion Mesh Prima (LMSH) 196 Lion Metal Works (LION) 197 Lippo Cikarang (LPCK) 198 Lippo E-Net (LPLI) 199 Lippo General Insurance (LPGI)200 Lippo Karawaci (LPKR) 201 Lippo Securities (LPPS)
40
202 Makindo (MKDO) 203 Malindo Feedmill (MAIN) 204 Mandala Multifinance (MFIN) 205 Mandom Indonesia (TCID) 206 Mas Murni Indonesia (MAMI) 207 Maskapai Reasuransi Indonesia
(MREI) 208 Matahari Putra Prima (MPPA) 209 Mayora Indah (MYOR) 210 Medco Energi Internasional
(MEDC) 211 Merck (MERK) 212 Metamedia Technologies
(META) 213 Metro Supermarket Realty
(MTSM) 214 Metrodata Electronics (MTDL) 215 Millennium Pharmacon
International (SDPC) 216 Mitra Adiperkasa (MAPI) 217 Mitra Rajasa (MIRA) 218 Modern Photo (MDRN) 219 Modernland Realty (MDLN) 220 Mulia Industrindo (MLIA) 221 Mulialand (MLND) 222 Multi Bintang Indonesia
(MLBI) 223 Multi Indocitra (MICE) 224 Multi Prima Sejahtera (LPIN) 225 Multibreeder Adirama (MBAI) 226 Multipolar Corporation (MLPL)227 Multistrada Arah Sarana
(MASA) 228 Mustika Ratu (MRAT) 229 New Century Development
(PTRA)
230 Nipress (NIPS) 231 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia
(TKIM) 232 Pacific Utama (LPPF) 233 Pakuwon Jati (PWON) 234 Palm Asia Corpora (PLAS) 235 Pan Brothers (PBRX) 236 Panasia Filament Inti (PAFI) 237 Panasia Indosyntec (HDTX) 238 Panca Global Securities (PEGE)239 Panca Wiratama Sakti (PWSI) 240 Panin Insurance (PNIN) 241 Panin Life (PNLF) 242 Panin Sekuritas (PANS) 243 Panorama Sentrawisata (PANR)244 Pelangi Indah canindo (PICO) 245 Pelayaran Tempuran Emas
(TMAS) 246 Pembangunan Jaya Ancol
(PJAA) 247 Perdana Bangun Pusaka (KONI)248 Perusahaan Gas Negara (PGAS)249 Petrosea (PTRO) 250 Pioneerindo Gourmet
International (PTSP) 251 Plaza Indonesia Realty (PLIN) 252 Polychem Indonesia (ADMG) 253 Polysindo Eka Perkasa (POLY) 254 Pool Advista Indonesia (POOL)255 PP London Sumatra (LSIP) 256 prasidha Aneka Niaga (PSDN) 257 Prima Alloy Steel (PRAS) 258 Primarindo Asia Infrastructure
(BIMA) 259 Pudjiadi & Sons (PNSE)
41
260 Pudjiadi Prestige (PUDP) 261 Pyridam Farma (PYFA) 262 Ramayana Lestari Sentosa
(RALS) 263 Reliance Securities (RELI) 264 Resource Alam Indonesia
(KKGI) 265 Ricky Putra Globalindo (RICY) 266 Rig Tenders Indonesia (RIGS) 267 Rimo Catur Lestari (RIMO) 268 Ristia Bintang Mahkotasejati
(RBMS) 269 Roda Panggon Harapan
(RODA) 270 Roda Vivatex (RDTX) 271 Samudera Indonesia (SMDR) 272 Sanex Qianjiang (SQMI) 273 Sarasa Nugraha (SRSN) 274 Sari Husada (SHDA) 275 Schering Plough Indonesia
(SCPI) 276 Sekar Laut (SKLT) 277 Selamat Sempurna (SMSM) 278 Semen Cibinong (SMCB) 279 Semen Gresik (SMGR) 280 Sepatu Bata (BATA) 281 Siantar Top (STTP) 282 Sierad Produce (SIPD) 283 Sinar Mas Multiartha (SMMA) 284 Siwani Makmur (SIMA) 285 Siwani Trimitra (MITI) 286 SMART (SMAR) 287 Sona Topas Tourism Industry
(SONA) 288 Sorini Corporation (SOBI)
289 Steady Safe (SAFE) 290 Suba Indah (SUBA) 291 Sucaco (SCCO) 292 Sugi Samapersada (SUGI) 293 Sumalindo Lestari Jaya (SULI) 294 Sumi Indo Kabel (IKBI) 295 Summarecon Agung (SMRA) 296 Summitplast (SMPL) 297 Sunson Textile Manufacturer
(SSTM) 298 Suparma (SPMA) 299 Surabaya Agung Industri (SAIP)300 Surya Citra Media (SCMA) 301 Surya Dumai Industri (SUDI) 302 Surya Intrindo Makmur(SIMM) 303 Surya Semesta Internusa (SSIA)304 Surya Toto Indonesia 305 Suryainti Permata (SIIP) 306 Suryamas Dutamakmur
(SMDM) 307 Tambang Batubara Bukit Asam
(PTBA) 308 Telekomunikasi Indonesia
(TLKM) 309 Tembaga Mulia Semanan
(TBMS) 310 Tempo Inti Media (TMPO) 311 Tempo Scan Pacific (TSPC) 312 Texmaco Jaya (TEJA) 313 TIFICO (TFCO) 314 Tiga Pilar Sejahtera Food
(AISA) 315 Tigaraksa Satria (TGKA) 316 TIMAH (TINS) 317 Tira Austenite (TIRA)
42
318 Tirta Mahakam Plywood (TIRT)319 Toko Gunung Agung (TKGA) 320 Trias Sentosa (TRST) 321 Trimegah Securities (TRIM) 322 Trust Finance Indonesia (TRUS)323 Tunas Baru Lampung (TBLA) 324 Tunas Ridean (TURI) 325 Ultrajaya Milk Industri (ULTJ) 326 Unggul Indah Cahaya (UNIC) 327 Unilever Indonesia (UNVR) 328 United Capital Indonesia
(UNIT) 329 United Tractors(UNTR) 330 Voksel Electric (VOKS) 331 Wahana Ottomitra Multiartha
(WOMF) 332 Wahana Phonix Mandiri
(WAPO) 333 Wicaksana Overseas
International (WICO) 334 Yulie Sekurindo (YULE) 335 Zebra Nusantara (ZBRA) Sumber: JSX Statistics, 2005.
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data nilai kurs
Rp/US$ dan nilai IHSG tanggal 1 Juni 2005 sampai 31 Desember 2005. Nilai kurs
rupiah dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sebelum kenaikan harga BBM 1
Oktober 2005 dan setelah kenaikan BBM 1 Oktober 2005, demikian juga dengan
nilai IHSG. Data tersebut disajikan dalam bentuk harian. Data-data tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Data nilai kurs rupiah terhadap US$
Tabel 4.2 Data Kurs Rp/US$
Tanggal
Kurs Jual (Rp/US$)
Kurs Beli(Rp/US$)
Kurs Tengah (Rp/US$)
6/1/2005 10028 9028 95286/2/2005 10075 9075 95756/3/2005 10070 9070 95706/6/2005 10080 9080 95806/7/2005 10078 9078 95786/8/2005 10050 9050 95506/9/2005 10085 9085 9585
6/10/2005 10115 9115 96156/13/2005 10120 9120 9620
43
Lanjutan :
6/14/2005 10115 9115 96156/15/2005 10095 9095 95956/16/2005 10105 9105 96056/17/2005 10125 9125 96256/20/2005 10103 9103 96036/21/2005 10150 9150 96506/22/2005 10140 9140 96406/23/2005 10145 9145 96456/24/2005 10150 9150 96506/27/2005 10155 9155 96556/28/2005 10165 9165 96656/29/2005 10200 9200 97006/30/2005 10213 9213 97137/1/2005 10260 9260 97607/4/2005 10298 9298 97987/5/2005 10360 9360 98607/6/2005 10295 9295 97957/7/2005 10300 9300 98007/8/2005 10305 9305 9805
7/11/2005 10240 9240 97407/12/2005 10255 9255 97557/13/2005 10250 9250 97507/14/2005 10315 9315 98157/15/2005 10310 9310 98107/18/2005 10280 9280 97807/19/2005 10303 9303 98037/20/2005 10330 9330 98307/21/2005 10320 9320 98207/22/2005 10265 9265 97657/25/2005 10310 9310 98107/26/2005 10320 9320 98207/27/2005 10325 9325 98257/28/2005 10325 9325 98257/29/2005 10319 9319 98198/1/2005 10296 9296 97968/2/2005 10278 9278 97788/3/2005 10255 9255 97558/4/2005 10247 9247 97478/5/2005 10235 9235 97358/8/2005 10255 9255 97558/9/2005 10275 9275 9775
8/10/2005 10285 9285 9785
44
Lanjutan :
8/11/2005 10250 9250 97508/12/2005 10310 9310 98108/15/2005 10330 9330 98308/16/2005 10395 9395 98958/18/2005 10440 9440 99408/19/2005 10470 9470 99708/22/2005 10490 9490 99908/23/2005 10560 9560 100608/24/2005 10665 9665 101658/25/2005 10820 9820 103208/26/2005 10895 9895 103958/29/2005 10905 9905 104058/30/2005 11300 10300 108008/31/2005 10740 9740 102409/1/2005 10950 9950 104509/5/2005 10795 9795 102959/6/2005 10850 9850 103509/7/2005 10845 9845 103459/8/2005 10860 9860 103609/9/2005 10810 9810 10310
9/12/2005 10610 9610 101109/13/2005 10605 9605 101059/14/2005 10504 9504 100049/15/2005 10515 9515 100159/16/2005 10620 9620 101209/19/2005 10655 9655 101559/20/2005 10660 9660 101609/21/2005 10710 9710 102109/22/2005 10710 9710 102109/23/2005 10705 9705 102059/26/2005 10725 9725 102259/27/2005 10735 9735 102359/28/2005 10795 9795 102959/29/2005 10915 9915 104159/30/2005 10810 9810 1031010/3/2005 10800 9800 1030010/4/2005 10765 9765 1026510/5/2005 10625 9625 1012510/6/2005 10530 9530 1003010/7/2005 10555 9555 10055
10/10/2005 10540 9540 1004010/11/2005 10605 9605 10105
45
Lanjutan :
10/12/2005 10610 9610 1011010/13/2005 10630 9630 1013010/14/2005 10640 9640 1014010/17/2005 10598 9598 1009810/18/2005 10620 9620 1012010/19/2005 10610 9610 1011010/20/2005 10600 9600 1010010/21/2005 10575 9575 1007510/24/2005 10573 9573 1007310/25/2005 10550 9550 1005010/26/2005 10470 9470 997010/27/2005 10480 9480 998010/28/2005 10495 9495 999510/31/2005 10590 9590 1009011/1/2005 10650 9650 1015011/9/2005 10540 9540 10040
11/10/2005 10480 9480 998011/11/2005 10470 9470 997011/14/2005 10500 9500 1000011/15/2005 10520 9520 1002011/16/2005 10495 9495 999511/17/2005 10520 9520 1002011/18/2005 10555 9555 1005511/21/2005 10600 9600 1010011/22/2005 10550 9550 1005011/23/2005 10565 9565 1006511/24/2005 10550 9550 1005011/25/2005 10560 9560 1006011/28/2005 10562 9562 1006211/29/2005 10540 9540 1004011/30/2005 10535 9535 1003512/1/2005 10530 9530 1003012/2/2005 10535 9535 1003512/5/2005 10505 9505 1000512/6/2005 10455 9455 995512/7/2005 10380 9380 988012/8/2005 10310 9310 981012/9/2005 10245 9245 9745
12/12/2005 10235 9235 973512/13/2005 10240 9240 974012/14/2005 10280 9280 978012/15/2005 10315 9315 9815
46
Lanjutan :
12/16/2005 10355 9355 985512/19/2005 10430 9430 993012/20/2005 10335 9335 983512/21/2005 10368 9368 986812/22/2005 10310 9310 981012/23/2005 10340 9340 984012/27/2005 10325 9325 982512/28/2005 10358 9358 985812/29/2005 10340 9340 9840
Sumber : JSX Statisticks, 2005
2. Data IHSG
Tabel 4.3 Data IHSG
Tanggal IHSG (Rp)
6/1/2005 1082.941 6/2/2005 1091.465 6/3/2005 1092.502 6/6/2005 1096.833 6/7/2005 1092.814 6/8/2005 1095.510 6/9/2005 1094.189 6/10/2005 1096.932 6/13/2005 1100.878 6/14/2005 1105.890 6/15/2005 1119.579 6/16/2005 1125.759 6/17/2005 1141.818 6/20/2005 1147.710 6/21/2005 1133.326 6/22/2005 1134.696 6/23/2005 1137.424 6/24/2005 1135.668 6/27/2005 1119.898 6/28/2005 1127.817 6/29/2005 1126.857 6/30/2005 1122.376 7/1/2005 1138.988 7/4/2005 1138.882 7/5/2005 1131.168
47
Lanjutan : 7/6/2005 1117.813 7/7/2005 1108.403 7/8/2005 1110.557 7/11/2005 1123.463 7/12/2005 1129.115 7/13/2005 1132.794 7/14/2005 1136.570 7/15/2005 1131.461 7/18/2005 1128.440 7/19/2005 1132.017 7/20/2005 1140.656 7/21/2005 1157.514 7/22/2005 1172.244 7/25/2005 1169.750 7/26/2005 1178.003 7/27/2005 1178.112 7/28/2005 1186.614 7/29/2005 1182.301 8/1/2005 1178.223 8/2/2005 1189.327 8/3/2005 1192.203 8/4/2005 1185.327 8/5/2005 1174.090 8/8/2005 1158.586 8/9/2005 1162.799 8/10/2005 1176.838 8/11/2005 1167.972 8/12/2005 1153.969 8/15/2005 1118.274 8/16/2005 1113.825 8/18/2005 1100.299 8/19/2005 1087.953 8/22/2005 1076.353 8/23/2005 1066.093 8/24/2005 1035.445 8/25/2005 1061.847 8/26/2005 1048.874 8/29/2005 994.770 8/30/2005 1039.820 8/31/2005 1050.090 9/1/2005 1039.230 9/5/2005 1035.891
48
Lanjutan : 9/6/2005 1051.594 9/7/2005 1059.380 9/8/2005 1080.450 9/9/2005 1098.456 9/12/2005 1105.657 9/13/2005 1085.744 9/14/2005 1058.627 9/15/2005 1050.906 9/16/2005 1056.726 9/19/2005 1066.591 9/20/2005 1055.591 9/21/2005 1044.056 9/22/2005 1016.758 9/23/2005 1012.851 9/26/2005 1034.585 9/27/2005 1037.634 9/28/2005 1027.888 9/29/2005 1048.302 9/30/2005 1079.275 10/3/2005 1083.414 10/4/2005 1101.166 10/5/2005 1104.055 10/6/2005 1096.376 10/7/2005 1094.652 10/10/2005 1102.780 10/11/2005 1105.629 10/12/2005 1102.980 10/13/2005 1090.535 10/14/2005 1096.704 10/17/2005 1090.092 10/18/2005 1095.873 10/19/2005 1075.912 10/20/2005 1075.401 10/21/2005 1075.962 10/24/2005 1073.082 10/25/2005 1062.172 10/26/2005 1062.176 10/27/2005 1063.697 10/28/2005 1058.256 10/31/2005 1066.224 11/1/2005 1064.953 11/9/2005 1052.821
49
Lanjutan : 11/10/2005 1043.697 11/11/2005 1028.984 11/14/2005 1017.733 11/15/2005 1022.076 11/16/2005 1025.829 11/17/2005 1033.281 11/18/2005 1054.986 11/21/2005 1062.457 11/22/2005 1066.294 11/23/2005 1061.080 11/24/2005 1078.179 11/25/2005 1074.400 11/28/2005 1081.060 11/29/2005 1082.278 11/30/2005 1096.641 12/1/2005 1096.371 12/2/2005 1119.417 12/5/2005 1120.578 12/6/2005 1123.435 12/7/2005 1151.365 12/8/2005 1158.319 12/9/2005 1160.068 12/12/2005 1175.007 12/13/2005 1182.028 12/14/2005 1173.718 12/15/2005 1155.964 12/16/2005 1143.426 12/19/2005 1162.328 12/20/2005 1163.034 12/21/2005 1160.559 12/22/2005 1164.017 12/23/2005 1158.338 12/27/2005 1161.707 12/28/2005 1164.143 12/29/2005 1162.635
Sumber : JSX Statisticks, 2005
50
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Perbedaan Kurs Rp/USD Sebelum Kenaikan Harga BBM 1 Oktober
2005 dan Sesudah Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005.
Pada permasalahan yang pertama, apakah terdapat pebedaan antara kurs
Rp/US$ sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan
harga BBM 1 Oktober 2005, maka menggunakan metode independent-samples t
test dengan program SPSS. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif
Ho : Tidak terdapat perbedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan
BBM 1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober
2005.
Ha : Terdapat perbedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan BBM 1
Oktober 2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005.
2. Menentukan level of significance
Pada penelitian ini ditentukan level of significance sebesar 5% atau
0,05, yang artinya tingkat probabilitas terjadinya kesalahan sebesar 5%.
Confidence interval sebesar 95%, yang berarti tingkat keyakinan
signifikansi perbedaan kurs Rp/US$ sebelum kenaikan BBM 1 Oktober
2005 dan sesudah kenaikan BBM 1 Oktober 2005 sebesar 95 %.
3. Ketentuan Pengujian
51
Dalam penelitian ini digunakan daerah statistik dengan taraf
kesalahan (α) sebesar 0,05, secara dua arah dengan df = 142. T tabel yang
diperoleh dari tabel nilai t dengan taraf signifikansi Zα/2 = 0,025 yaitu
sebesar 1,97674 (tabel nilai t dapat dilihat pada lampiran 3). Maka Kriteria
pengujian yang digunakan adalah pengujian dua sisi, yaitu:
Ho diterima jika: -1,97674 ≤ t hitung ≤ 1,97674
Ho ditolak jika : t hitung < -1,97674 atau t hitung > 1,97674
4. Menguji signifikansi
Dari hasil analisis data menggunakan SPSS diperoleh taraf
kesalahan (π) sebesar 0,000 (hasil penghitungan dapat dilihat pada
lampiran 2). Maka dapat diketahui bahwa taraf kesalahan atau π (0,000)
lebih kecil dari alfa (0,05), yang berarti penelitian ini signifikan pada
derajat kepercayaan sebesar 95%. Jadi tingkat kesalahan dalam penelitian
ini dapat ditoleransi, sehingga hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan
terhadap keseluruhan populasi.
5. Kesimpulan
Dari pengolahan dengan menggunakan SPSS, diperoleh t hitung
sebesar – 2,339 dengan derajat kebebasan sebesar 142. Sedangkan t tabel
dengan derajat kebebasan (degree of freedom) 142 dan Zα⁄2 = 0,025
nilainya adalah 1,97674. Maka dapat diketahui bahwa t hitung (-2,339) < t
tabel (-1,97674), menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa
terdapat perbedaan antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan BBM 1 Oktober
2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005. Nilai kurs rupiah
52
sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 lebih besar dibandingkan
setelah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005, yang berarti bahwa nilai
kurs rupiah setelah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 menguat
dibanding sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005. Nilai kurs
rupiah turun berarti kurs rupiah menguat terhadap mata uang dolar
Amerika, dan nilai kurs rupiah naik berarti melemah terhadap dolar
Amerika. Nilai kurs rupiah cenderung mengalami tekanan sebelum
kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005, dibandingkan setelah kenaikan
harga BBM 1 Oktober 2005 nilai kurs rupiah menguat terhadap dolar AS
(grafik dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5).
B. Analisis Pengaruh Kurs Rp/US$ terhadap IHSG.
Untuk membahas permasalahan yang kedua yaitu, apakah kurs Rp/US$
mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan analisis
regresi dengan program SPSS. Hasil pegolahan data dengan menggunakan
program SPSS, diperoleh harga constant = 2.425,322 (hasil perhitungan dapat
dilihat pada lampiran 2), sedangkan untuk koefisien variabel kurs Rp = -0,133
(hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2). Dari harga-harga koefisien di
atas dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut : Y = 2.425,322 – 0,133X
(hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2). Setelah diketahui persamaan
regresi, maka proses untuk menguji koefisien regresi adalah sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif
Ho : β = 0, berarti kurs Rp/US$ tidak mempengaruhi IHSG
53
Ha : β ≠ 0, berarti kurs Rp/US$ mempengaruhi IHSG
2. Menentukan level of significance
Pada penelitian ini ditentukan level of significance sebesar 5% atau
0,05, yang artinya tingkat probabilitas terjadinya kesalahan sebesar 5%.
Confidence interval sebesar 95%, yang berarti tingkat keyakinan
signifikansi kurs Rp/US$ mempengaruhi IHSG sebesar 95 %.
3. Kriteria pengujian
Dalam penelitian ini digunakan daerah statistik dengan taraf
kesalahan (α) sebesar 0,05, secara dua arah dengan derajat kebebasan =
143 dan t tabel yang diperoleh dari tabel nilai t dengan taraf signifikansi
Zα/2 = 0,025 yaitu t tabel sebesar 1,97674 (tabel nilai t dapat dilihat pada
lampiran 3). Maka kriteria pengujian yang digunakan adalah pengujian
dua sisi, yaitu:
Ho diterima jika: -1,97674 ≤ t hitung ≤ 1,97674
Ho ditolak jika : t hitung < -1,97674 atau t hitung > 1,97674
4. Menghitung standard error of The estimate (Sxy)
Berdasar hasil pengolahan dengan menggunakan program SPSS,
diketahui konstanta sebesar 2.425,322 (hasil penghitungan dapat dilihat
pada lampiran 2), yang berarti jika tidak ada kenaikan atau penurunan nilai
kurs rupiah terhadap dolar AS maka IHSG adalah sebesar 2.425,322.
Selain itu, dapat juga diketahui koefisien regresi sebesar – 0,133. Dengan
diketahui konstanta dan koefisien regresi, maka dapat diketahui standard
error of the estimate sebesar 35,883777, angka tersebut menunjukkan
54
besarnya penyimpangan kurs rupiah terhadap dolar AS. Hal ini berarti
bahwa semakin kecil standard error of the estimate akan membuat model
regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependent (IHSG).
5. Menguji signifikansi
Dari hasil pengujian menggunakan SPSS diperoleh taraf kesalahan
(π) sebesar 0,000 (hasil penghitungan dapat dilihat pada lampiran 2). Maka
dapat diketahui taraf kesalahan atau π (0,000) lebih kecil dari alfa (0,05),
yang berarti penelitian ini signifikan pada derajat kepercayaan sebesar
95%. Jadi tingkat kesalahan dalam penelitian ini dapat ditoleransi sehingga
hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan terhadap keseluruhan populasi.
6. Mengambil kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS, r² (koefisien determinasi)
sebesar 42,8 % (hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2). Hal ini
menunjukkan bahwa IHSG dipengaruhi atau dijelaskan oleh kurs Rp/US$
sebesar 42,8%, sedangkan sisanya (100% - 42,8% = 57,2 %) dijelaskan
atau dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti tingkat suku bunga, inflasi,
pengaruh pertumbuhan, dan lain-lain.
Dengan program SPSS diperoleh persamaan regresi Y = 2.425,322
– 0,133X. Nilai 2.425,322 berarti jika tidak ada kenaikan atau penurunan
nilai kurs rupiah terhadap dolar AS maka IHSG adalah sebesar 2.425,322.
Sedangkan nilai – 0,133 berarti bahwa setiap penambahan Rp 1,- nilai kurs
Rp/US$ akan mengurangi IHSG sebesar 0,133.
55
Pengujian regresi menggunakan perbandingan antara t hitung
dengan t tabel sesuai dengan kriteria pengujian. Pengolahan dengan SPSS
diperoleh t hitung sebesar – 10,318 (hasil perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 2), sedangkan t tabel sebesar 1,97674 (tabel nilai t dapat dilihat
pada lampiran 3). Maka dapat diketahui bahwa t hitung (- 10,318) < t tabel
(-1,97674), menunjukkan bahwa Ho ditolak. Berdasarkan uji signifikansi,
ternyata dibuktikan bahwa penelitian ini signifikan pada confidence
interval 95 %. Hal ini berarti bahwa kurs Rp/US$ mempengaruhi negatif
IHSG secara signifikan.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan SPSS, diperoleh t hitung
sebesar – 2,339 < t tabel – 1,97674, berarti bahwa terdapat perbedaan antara kurs
Rp/US$ sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 dan sesudah kenaikan
harga BBM 1 Oktober 2005. Perbedaan ini terlihat pada melemahnya nilai kurs
rupiah terhadap dolar AS sebelum kenaikan BBM 1 Oktober 2005 dibandingkan
dengan nilai kurs Rp/US$ setelah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 yang
menguat terhadap dolar AS. Melemahnya nilai kurs Rp/US$ disebabkan karena
para investor menganggap iklim investasi di Indonesia pada waktu itu tidak
kondusif. Tekanan nilai kurs rupiah pada awal tahun 2005 dipicu oleh
melonjaknya harga minyak dunia dan meningkatnya beban subsidi yang
ditanggung oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah yang akan mengurangi subsidi
56
BBM untuk rakyat mendapat protes dari berbagai kalangan, sehingga situasi
tersebut menambah kekawatiran para investor terhadap perekonomian nasional.
Kenaikan harga BBM di pasar dunia sangat mempengaruhi kekuatan mata
uang dalam negri, yaitu melemahnya nilai kurs rupiah. Pelemahan kurs rupiah
disebabkan oleh faktor permintaan dan penawaran. Pertamina, sebagai pihak
pemenuh kebutuhan BBM dalam negri, membutuhkan mata uang dolar Amerika
yang lebih banyak untuk dapat mengimpor minyak, akibat dari melonjaknya harga
minyak dunia. Bersamaan dengan meningkatnya permintaan akan dolar Amerika
tersebut, secara otomatis nilai mata uang rupiah menjadi melemah terhadap dolar
Amerika.
Selain itu, perbincangan akan adanya kenaikan harga BBM pada waktu itu
membuat kepanikan diberbagai kalangan. Para pengusaha terutama di sektor
industri manufaktur mulai menaikkan harga produknya guna menutupi biaya
produksi yang semakin meningkat akibat kenaikan harga BBM, biaya distribusi
pun juga meningkat, yang berdampak pada kenaikan harga-harga barang di pasar,
dan memicu naiknya inflasi. Hal tersebut membuat pasar tidak tertarik memegang
rupiah.
Menguatnya kurs Rp/US$ mulai terlihat pada saat setelah pengumuman
kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 sebesar 87,5% (dari Rp 2.400,00 per liter
menjadi Rp 4.500,00 per liter). Pada awal perdagangan bulan Juni 2005, rupiah
pada posisi Rp 9.525,- dan terus melemah hingga Rp 9.713,- pada akhir bulan.
Rupiah terus mengalami tekanan hingga Rp 10.800,- pada tanggal 30 Agustus
2005, sampai pada bulan September 2005 rupiah belum menunjukkan nilai yang
57
stabil. Pada awal bulan Oktober rupiah berada pada posisi Rp 10.300,- , dan terus
mengalami penguatan hingga Rp 9.735,- (grafik dapat dilihat di lampiran 4). Arah
pergerakan rupiah setelah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 yang terus
menunjukkan perbaikan tersebut, disebabkan oleh perbaikan faktor fundamental
ekonomi. Kepastian akan harga BBM yang dipatok oleh pemerintah pada tanggal
1 Oktober 2005, mengembalikan kepercayaan investor terhadap stabilitas
ekonomi dalam negri. Selain itu, kepastian kenaikan harga BBM menurunkan
spekulasi di kalangan pelaku pasar.
Kinerja di pasar modal salah satu tolok ukur yang digunakan umumnya
adalah perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Semakin tinggi
IHSG dapat dikatakan bahwa kinerja di pasar modal semakin membaik. Kinerja di
pasar uang khususnya pasar luar negeri diukur melalui kurs rupiah, terutama
terhadap mata uang dolar AS. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu
berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan.
Hasil uji statistik terhadap persamaan regresi Y = 2425,322 – 0,133X,
antara variabel X (kurs Rp) dan variabel Y (IHSG), ternyata dibuktikan bahwa
variabel X mempengaruhi variabel Y, artinya menguat atau melemahnya kurs
rupiah memberikan kontribusi pada penguatan atau pelemahan IHSG. Koefisien
regresi diketahui – 0,133, sehingga dapat dikatakan bahwa setiap penambahan Rp
1,- nilai kurs Rp/US$, akan mengurangi IHSG sebesar 0,133. Dapat dikatakan
juga bahwa jika nilai kurs rupiah naik (yang berarti melemah/tertekan) maka nilai
IHSG akan turun, dan sebaliknya. Besar pengaruh kurs terhadap IHSG adalah
58
sebesar r² = 0,428. Hal tersebut menjelaskan bahwa 42,8 % kenaikan atau
penurunan IHSG dijelaskan atau ditentukan oleh kurs rupiah terhadap dolar AS.
Beberapa hasil penelitian pada umumnya menunjukkan tentang hubungan
kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dolar AS dengan IHSG,
menunjukkan kurs rupiah mempengaruhi negatif IHSG. Artinya bila kurs rupiah
melemah maka IHSG cenderung terhambat perkembangannya.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Cipriana Teresa Tita De Jesus E Sausa, bahwa nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS memiliki hubungan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan
berdasarkan uji statistik, ternyata dibuktikan bahwa nilai tukar rupiah
mempengaruhi IHSG secara signifikan. Hasil penelitian ini juga sependapat
dengan Tutang Wirachman, bahwa laju Inflasi, suku bunga SBI, dan Kurs US$
pada dasarnya secara bersama-sama mempengaruhi yang cukup signifikan
terhadap IHSG.
59
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan ini, dapat diambil kesimpulan yang
bermanfaat bagi investor maupun pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu :
1. Berdasarkan data yang ada serta hasil perhitungan dengan metode
independent-samples t test menggunakan SPSS, untuk mengetahui apakah
ada perbedaan kurs Rp/US$ sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober
2005 dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005, dapat diketahui
bahwa t hitung (- 2,339) lebih kecil dari t tabel (-1,97674), maka Ho
ditolak. Karena Ho ditolak, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
antara kurs Rp/US$ sebelum kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 dan
sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005. Nilai kurs Rp/US$ sebelum
kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 lebih besar dibandingkan setelah
kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005, yang berarti bahwa nilai kurs rupiah
setelah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 menguat dibanding sebelum
kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005.
2. Pengujian regresi antara variabel X (kurs Rp/US$) terhadap variabel Y
(IHSG), digunakan untuk mengetahui apakah variabel X mempengaruhi
variabel Y. Dari hasil perhitungan dengan SPSS diperoleh persamaan
regresi : Y = 2.425,322 – 0,133X, dan juga dapat diketahui t hitung
sebesar – 10,318, sedangkan t tabel = - 1,97674, sehingga Ho ditolak.
60
Berdasarkan uji statistik ternyata dibuktikan bahwa kurs Rp/US$
mempengaruhi secara signifikan IHSG. Maka dapat disimpulkan bahwa
kurs Rp/US$ mempengaruhi negatif terhadap IHSG secara signifikan.
Selain itu, diketahui pula bahwa prosentase kurs rupiah mempengaruhi
IHSG adalah sebesar 42,8 %, sedangkan 57,2% dijelaskan oleh faktor-
faktor lain.
B. Saran
Jika investor akan berinvestasi di pasar modal, sebaiknya sebelum
menanamkan modalnya melihat situasi pasar terlebih dahulu yaitu dengan melihat
perkembangan IHSG. IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu
nilai kurs rupiah. Di Indonesia telah menganut sistem kurs bebas mengambang,
sehingga nilai kurs rupiah tergantung dari permintaan dan penawaran di pasar.
Kurs rupiah mempengaruhi IHSG adalah sebesar 42,8% dan memiliki
persamaan regresi Y = 2425,322 – 0,133X. Jika di masa yang akan datang akan
terjadi kenaikan harga BBM, maka sebaiknya investor melihat perkembangan
pasar uang sebagai dasar dalam melihat situasi di pasar modal, dan lebih berhati-
hati dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi di pasar modal ketika rumour
beredar, terutama rumour kenaikan harga BBM.
Ketika sedang beredar rumour tentang kenaikan harga BBM di masa yang
akan datang dan rupiah mengalami tekanan, sebaiknya investor tidak membeli
saham, karena diperkiran harga-harga saham akan turun. Sedangkan untuk
investor yang masih memegang saham sebaiknya segera menjual sahamnya untuk
61
mengantisipasi kerugian yang semakin besar. Pada situasi tersebut sebaiknya
investor menginvestasikan dananya ke pasar uang, misalnya deposito, Surat Utang
Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi, ORI, dan lain-lain.
Sedangkan untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel-
variabel lain yang relevan dan mampu mempengaruhi IHSG. Faktor-faktornya di
luar pengamatan ternyata berpengaruh lebih dominan, dimana diketahui dalam
penelitian ini bahwa kurs rupiah mempengaruhi negatif terhadap IHSG secara
signifikn hanya sebesar 42,8 %, sedangkan sebagian besar (57,2%) dijelaskan oleh
faktor-faktor lain. Faktor-faktor lain tersebut misalnya, tingkat suku bunga BI,
neraca perdagangan, laju inflasi, mampu mempengaruhi IHSG selain nilai kurs
Rp/US$.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan ini memiliki beberapa kekurangan,
diantaranya :
1. Periode waktu penelitian yang relatif pendek, karena penelitian ini
hanya memfokuskan pada peristiwa kenaikan harga BBM tanggal 1
Oktober 2005.
2. Penelitian ini tidak menggunakan variabel lain yang mempengaruhi
IHSG. Variabel lain tersebut misalnya laju inflasi, tingkat suku bunga
SBI maupun The Fed, dan lain-lain.
62
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanti, Vonny. (1999). Wawasan Bursa Saham 1. Penerbitan Atma Jaya
Yogyakarta: Yogyakarta.
Halim, Abdul. (2005). Analisis Investasi. Salemba Empat: Jakarta.
Halim dan Sarwoko. (1995). Manajemen Keuangan: Dasar-dasar Pembelanjaan
Perusahaan. UPP AMP YKPN: Yogayakarta.
Herlambang, Tedy, Sugiarto, Brastoro, Said Kelana. (2002). Ekonomi Makro:
Teori, Analisis dan Kebijakan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Husnan, Suad. (2003). Dasar - Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas edisi
3. UPP AMP YKPN: Yogyakarta.
Hasanah, Eni Ummi. (2004). Mencermati Hubungan Tingkat Inflasi dengan Kurs
di Indonesia Periode 1995-2001. Jurnal Ekonomi Janavisi. VOL 1 NO 1.
Jogiyanto. (2000). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2. BPFE:
Yogyakarta.
Keown, Arthur J, David F Scott Jr, John Martin D, J William Petty. (2000).
Dasar-dasar Manajemen Keuangan buku 2. Salemba Empat: Jakarta.
Koetin, E.A. (1992). Analisis Pasar Modal. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.
Nopirin. (1999). Ekonomi Internasional Edisi 3. BPFE: Yogyakarta.
Pratomo, Eko Priyo dan Nugraha Ubaidillah. (2002). Reksa Dana: Solusi
Perencanaan Investasi Di Era modern: Jakarta.
63
Salvatore, Dominick. (1990). Ekonomi Internasional Edisi Kedua. Erlangga:
Jakarta.
Sausa, Cipriana Teresa Tita De Jesus D. (2002). Analisis Pengaruh Nilai Tukar
Rupaih Terhadap Indeks Harga Sham Gabungan. Skripsi. Universitas
Sanata Dharma: Yogyakarta.
Soebagyo, Daryono dan Endah Heny Prasetyowati. (2003). Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. VOL 4 NO 2. Balai Penelitian dan Pembangunan Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta. Hal:
93-109
Suara Merdeka, Senin 7 Maret 2005.
Tempo. No. 01 / XXXIV / 28 Februari 2005 – 6 maret 2005.
Weston, Fred J, Eugene Weston, F. Brigham (1983). Manajemen Keuangan Jilid
2. Erlangga: Jakarta.
Wirachman, Tutang. (2002). Analisis Pengaruh GDP, Laju Inflasi, Bunga SBI,
dan Kurs/ US$ terhadap Imbal Hasil Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Jakarta dalam Rentang Waktu Tahun 1997 Sampai
Tahun 2001. Skripsi. Universitas Indonesia: Jakarta.
64
LAMPIRAN 1
Independent-samples t test
65
Independent-samples t test Group Statistics
keterangan N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean sebelum kenaikan BBM 86 9906.13 277.794 29.955KursRupiah
setelah kenaikan BBM 58 9997.31 126.846 16.656
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Differen
ce
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper KursRp
Equal variances assumed
40.548 .000 -2.339 142 .021 -91.182 38.987 -
168.253
-14.112
Equal variances not assumed
-2.660 127.507 .009 -91.182 34.274
-159.00
3-23.362
66
LAMPIRAN 2
Regression
67
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 kursRp(a) . Entera All requested variables entered. b Dependent Variable: IHSG Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .655(a) .428 .424 35.883777a Predictors: (Constant), kursRp ANOVA(b)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 137077.916 1 137077.916 106.456 .000(a) Residual 182845.654 142 1287.645 Total 319923.569 143
a Predictors: (Constant), kursRp b Dependent Variable: IHSG Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 2425.322 128.077 18.936 .000 kursRp -.133 .013 -.655 -10.318 .000
a Dependent Variable: IHSG
68
LAMPIRAN 3
Tabel t
69
70
71
72
LAMPIRAN 4
Grafik Kurs Rp/US$ Sebelum Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005
73
Grafik Kurs Rp/US$ Sebelum Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005
8500
9000
9500
10000
10500
11000
6/1/
2005
6/8/
2005
6/15
/200
5
6/22
/200
5
6/29
/200
5
7/6/
2005
7/13
/200
5
7/20
/200
5
7/27
/200
5
8/3/
2005
8/10
/200
5
8/17
/200
5
8/24
/200
5
8/31
/200
5
9/7/
2005
9/14
/200
5
9/21
/200
5
9/28
/200
5
74
LAMPIRAN 5
Grafik Kurs Rp/US$ Sesudah Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005
75
Grafik Kurs Rp/US$ Sesudah Kenaikan Harga BBM 1 Oktober 2005
9400
9500
9600
9700
9800
9900
10000
10100
10200
10300
10400
10/3
/200
5
10/1
0/20
05
10/1
7/20
05
10/2
4/20
05
10/3
1/20
05
11/7
/200
5
11/1
4/20
05
11/2
1/20
05
11/2
8/20
05
12/5
/200
5
12/1
2/20
05
12/1
9/20
05
12/2
6/20
05