Analisis Masalah Ske d Blok 23 Merta

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ginekologi

Citation preview

1. Apa etiologi kesulitan bernapas pada kasus ?Pada kasus terjadi ketuban pecah 2 hari sebelum bayi lahir dan air ketuban berbau busuk. Kemungkinan bayi ini telah mengalami infeksi intrauterine, karena ketuban pecah > 18 jam dan ketuban berbau busuk merupakan faktor resiko terjadinya infeksi intrauterine. , Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.Dampak dari ketuban pecah dini yang sudah terjadi 2 hari adalah infeksi pada neonatus. Cairan amnion bersifat basa sehingga pH vagina yang normalnya asam dapat terganggu dan menyebabkan kolonisasi berbagai patogen. Patogen dapat naik ke uterus dan menginfeksi neonatus melalui cairan amnion yang berada di alveoli sehingga terjadi bronkopneumoni. Bronkopneumoni menyebabkan pernapasan neonatus menjadi terganggu. Grunting terjadi sebagai kompensasi bayi untuk bernapas. Suara terjadi akibat tertutupnya glotis saat ekspirasi. Tertutupnya glotis akan meningkatkan tekanan akhir ekspirasi pada paru (end-respiratory pressure) dalam upaya meningkatkan oksigenasi.Adanya eksudat pada alveoli dan kapiler menyebabkan suplai oksigen menurun peningkatan resistensi jalan nafas tekanan intrapleura melawan resistensi jalan nafas retraksi bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat interkostal dan subkostal, dan fossae supraklavikula dan suprasternal.

2. Apa kemungkinan penyebab dari PROM? Penyebab PROM belum diketahui dengan pasti. Penyebab PROM antara lain ialah infeksi bakteri seperti bacterial vaginitis, clamydia dan trikomonas vaginalis, juga infeksi jamur seperti candidiasis. Pada kebanyakan wanita pecahnya ketuban disebabkan oleh enzim proteolitik yang menyebabkan kelemahan pada selaput ketuban didaerah servik dan segmen bawah uterus. Pemeriksaan histologi pada wanita dengan PROM menunjukkan penipisan chorioamnion dan penurunan jumlah kolagen bila dibandingkan dengan wanita yang memiliki selaput yang intak. Enzim proteolitik dapat disebabkan oleh bakteri yang terdapat pada traktus genital bagian bawah, sel inflamasi maternal, atau sekresi seminal. Enzim proteolitik yang berperan pada PROM ialah phospholipase A2, yaitu enzim yang diproduksi oleh organisme mikrobakter, terutama bakteri anaerob. Enzim ini mengkatalisa pemecahan phospholipid menjadi asam arachidonat. Asam arachidonat dirubah menjadi prostaglandin oleh cyclooksigenase dan menjadi leukotriens oleh lipooksigenase. Hal ini dapat menyebabkan kontraksi uterus dan meningkatnya tekanan intrauterin, melemahnya selaput ketuban, dan menurunkan lubrikasi antara chorion dan amnion yang merupakan suatu cascade yang mengakibatkan pecahnya selaput ketuban.Selain itu,menurut TAYLOR dkk, pecahnya selaput ketuban juga dapat disebabkan oleh:1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis,servisitis,dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotolilitas rahim.2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).3. Infeksi (chorioamnionitis atau amnionitis)4. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah: multipara, malposisi, disproporsi, inkompeten serviks, dll.5. Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.(4)

3. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas dari hasil pemeriksaan fisik? a. HipoaktifPada kasus, karena kurangnya suplai O2 ke jaringan otot karena adanya obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh pneumonia dan karena adanya sepsis sehingga metabolisme tubuh meningkat, cadangan energi terpakai terus, kedua hal tersebutlah yang menyebabkan bayi menjadi hipoaktif.

b. TakipneuTakipneu terjadi akibat peningkatan usaha bayi untuk memenuhi kebutuhan oksigen sehingga mengkompensasi dengan meningkatakan pernapasan.

c. Tidak ada refleks menghisap Refleks rooting: menyentuhkan ujung jari ke arah sudut mulut pasien pasien menengok ke arah rangsangan berusaha memasukkan ujung jari.

Sucking refleks: kalau ujung jari dimasukkan 3 cm ke dalam mulut akan dihisap

Malas minum adalah salah satu tanda khas infeksi pada neonatus Pada kasus tidak ada refleks ini, bisa jadi karena bayi lemas kekurangan oksigen dan cadangan energi yang terus menipis.

d. Retraksi dinding dadaPergerakan otot antar tulang rusuk ke dalam sebagai hasil dari penurunan tekanan di dalam cavitis thoraxis merupakan tanda kesulitan bernafas akibat obstruksi jalan nafas karena pneumonia dan sepsis onset dini.Retraksi dinding dada adalah tanda adanya pneumonia berat dan menunjukkan usaha untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Adanya eksudat pada alveoli dan kapiler menyebabkan suplai oksigen menurun peningkatan resistensi jalan nafas tekanan intrapleura melawan resistensi jalan nafas retraksi bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat interkostal dan subkostal, dan fossae supraklavikula dan suprasternal.NoKlinisInterpretasi

1.Bayi merintih, nafas cepat, retraksi sela igaRespiratory distress akibat bronkopneumonia

2.Hipoaktif dan refleks isap tidak adaBronkopneumonia, dan sepsis neonatorum

LEARNING ISSUE NEONATAL SEPSIS a. DD

b. WDPenegakkan diagnosis 1. Gejala dan tanda klinis2. Pemeriksaan Laboratorium kultur

c. DefinisiSepsis adalah respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Tubuh mengadakan respon inflamasi secara luas terhadap infeksi yang dapat terjadi secara berlebihan diluar kendali dan meningkatkan risiko bahaya. Sepsis merupakan suatu keadaan yang sangat serius. Bahkan walaupun sepsis telah diketahui dan dirawat dini, sepsis dapat menyebabkan syok, kerusakan organ, cacat permanen atau kematianSepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan.

d. Etiologi 1. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu menyebabkan sepsis.2. Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab paling sering dari sepsis : Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 70 %. Diikuti dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.

3. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.4. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan

e. EpidemiologiAngka kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai 13-27 per 1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat 60x/menit Retraksi dinding dada Nasal flaring dan merintih Bulging fontanelle Kejang Nanah pada telinga Kemerahan pada kulit disekitar umbilikus Suhu >37,70Catau 7 hari: 150 mg/KgBB/hari, i.v, dibagi 3 dosis Ampisilin 100mg/kgBB/ hari dalam 3-4 dosis atau Gentamisin 2,5 mg/kgBB/18 jam. Lama pemberian antara 7-10 hari

Terapi lanjutan:Observasi setelah 48 jam klinis dan laboratorium, apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari. Monitoring: RR, BP, T, total intake dan output cairan tiap 24 jam, kenaikan BB.

l. Pencegahan Meskipun belum ada cara untuk mencegah semua tipe sepsis, tapi beberapa kasus dapat dcegah, terutama yang disebabkan oleh GBS (Grup Beta Streptococcus) yang ditularkan oleh ibu kepada bayinya saat lahir. Ibu hamil dapat melakukan swab test yang sederhana untuk mengetahui apakah mereka carrier GBS. Tes ini biasanya dilakukan pada umur 35 37 minggu kehamilan dan sekali lagi saat akan melahirkan.Jika ibu dengan hasil GBS positif, maka ia diberi antibiotik intravena selama melahirkan. Atau untuk wanita hamil yang belumm pernah di sek GBS namun dicurigai mempunyai risiko tinggi untuk itu (misalnya karena ia mengalami demam saat melahirkan, ketuban pecah dini, atau sebelumnya ia mempunya anak dengan penyakit GBS, termasuk sepsis, pneumonia dan meningitis) ia juga sebaiknya diberi antibiotik intravena untuk meminimalkan risiko penularan terhadap bayinya.Selain itu, untuk bayi dan anak-anak yang lebih besar, dianjurkan untuk imunisasi Hib dan terhadap pneumococcus lainnya yang dapat menyebabkan bakteriemi atau sepsis. Terbukti setelah adanya vaksin Hib, sepsis yang diakibatkan komplikasi infeksi H. influenza tipe b berkurang 99% sejak tahun 19888.Selain itu dapat juga dengan : Menghindari trauma di permukaan mukosa yang biasanya merupakan koloni bakteri Gram negatif Untuk anak leukemia, digunakan trimethoprim-sulfamethoxazole profilaksis Pada pasien luka bakar, menggunakan silver nitrate, silver sulfadiazine, arau sulfamylon topikal uyntuk profilaksis Pemberian spray polimiksin ke faring posterior untuk mencegah pneumonia nosokomial oleh bakteri Gram negatif Sterilisasi flora normal usus dengan polimiksin atau gentamisin dengan vankomisin dan nistatin, yang efektif untuk mengurangi sepsis oleh bakteri Gram negatif pada pasien dengan neutropenia Melindungi pasien dari lingkungan untuk pasien yang berisiko biasanya tidak berhasil karena kebanyakan infeksi yang terjadi adalah endogen

m. KomplikasiPada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui ibu selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain Perdarahan Demam yang terjadi pada ibu Infeksi pada uterus atau plasenta Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan) Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan) Proses kelahiran yang lama dan sulit.

Sepsis Neonatorum Meningitis Hipoglikemia, asidosis metabolik Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial Ikterus/kernikterus

n. PrognosisSepsis neonatorum:Pada umumnya angka kematian sepsis neonatal berkisar antara 1040% dan pada meningitis 1550%. Tinggi rendahnya angka kematian tergantung dari waktu timbulnya penyakit penyebabnya, besar kecilnya bayi, beratnya penyakit, tempat perawatannya, dan penyebab infeksinya (angka kematian pada infeksi yang disebabkan okeh basil gram negatif atau Candida spp sekitar 32 36%) dan menimbulkan gejala sisa neurologik (semakin buruk apabila BBLSR). Gejala sisa neurologik yang jelas nampak adalah hidrosefalus, retardasi mental, buta, tuli dan cara bicara yang tidak normal. Kejadian gejala sisa ini adalah sekitar 30 50% pada bayi yang sembuh dari meningitis neonatal. Gejala sisa ringan seperti gangguan penglihatan, kesukaran belajar dan kelainan tingkah laku dapat pula terjadi.

l. SKDISEPSIS NEONATORUM 3B

Sumber1. Gomella TL. Neonatology. Penyunting 4th ed. Connecticut: Appleton & Lange 2009:h.408-14.2. Isaacs D, Moxom ER. Neonatal infection. Penyunting Oxford: Butterworth Heinemann 2001:h.25-39.3. Korones SB, Bada-Ellzey HS. Neonatal decision making. Penyunting 2nd ed. Missouri: Mosby Year Book 2003:h.104-11.4. Neonatal sepsis and IVIG. http://www.ucs.mun.ca/ ~skhoury/ivig.html.5. Polin RA, Yoder MC, Burg FD. Practical neonatology. Penyunting, 2nd ed. Philadelphia: WB Saunders Company 2003:h.227-49.6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Fak. Kedokteran UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak jilid 3 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2005:h.1123-317. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, dkk. Buku Ajar Neonatologi. 1st Ed. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2008: h. 170-1878. Pusponegoro TS, Sari Pediatri, Vol. 2, No. 2, Agustus 2000: 96 -1029. Arvin BK, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Vol 2, 15th Ed. ECG. 2000: h.868-872