14
BAB II PENDAHULUAN Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal sehingga penderita dapat mengalami kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Menurut teori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, hingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air atau/dan terjadinya hipersekresi. Terdapat 4 mekanisme patofisiologis yang mengganggu keseimbangan air dan elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare, yaitu: 1. Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi natrium atau peningkatan sekresi klorida 2. Perubahan motilitas usus 3. Peningkatan osmolaritas luminal 4. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.

Antidiare Bab II Dapus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Antidiare Bab II Dapus

BAB II

PENDAHULUAN

Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang

abnormal sehingga penderita dapat mengalami kehilangan cairan dan elektrolit

secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar

dengan bentuk tinja yang encer atau cair.

Menurut teori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus,

hingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air

pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam tahun-tahun terakhir

menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus

akibat terganggunya resorpsi air atau/dan terjadinya hipersekresi.

Terdapat 4 mekanisme patofisiologis yang mengganggu keseimbangan air

dan elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare, yaitu:

1. Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi

natrium atau peningkatan sekresi klorida

2. Perubahan motilitas usus

3. Peningkatan osmolaritas luminal

4. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.

Berdasarkan mekanisme di atas, pengelompokan diare secara klinik, yaitu:

1. Secretory diarrhea, terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip

meningkatkan sekresi atau menurunkan absorpsi air dan elektrolit dalam

jumlah besar.

2. Osmotic diarrhea, disebabkan oleh absorpsi zat-zat yang mempertahankan

cairan intestinal.

3. Exudative diarrhea, disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang

mengeluarkan mukus, protein atau darah ke dalam saluran pencernaan.

4. Motilitas usus dapat berubah dengan mengurangi waktu kontak di usus halus,

pengosongan usus besar yang prematur dan penumbuhan bakteri yang

berlebihan.

Page 2: Antidiare Bab II Dapus

Patofisiologi dasar terjadinya diare adalah absorpsi yang berkurang dan

atau sekresi yang meningkat. Adapun mekanisme yang mendasarinya adalah

mekanisme sekretorik, mekanisme osmotik dan gangguan motalitas usus.

Gangguan osmotik, akibatnya terdapat pada makanan atau zat yang tidak

dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus

yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul

diare.

Gangguan sekresi, akibatnya pada rangsang tertentu, misalnya toksin pada

dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga

usus selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Gangguan motalitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus menyerap makan seingga timbul diare. Sebaliknya

bila pristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan

selanjutnya timbul diare pula.

Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan beberapa jenis gastroenteritis

dan diare sebagai berikut:

a. Diare akibat virus, misalnya ’influenza perut’ dan ’travellers diarrhoea’

yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat

pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi

menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang terjadi

bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya,

biasanya dalam 3-6 hari. Di negara-negara barat, jenis diare ini paling sering

terjadi, lebih kurang 60%

b. Diare bakterial invasif (bersifat menyerbu). Kuman pada keadaan tertentu

menjadi invasive dan menyerbu ke dalam mukosa, dimana terjadi

perbanyakan diri sambil memebentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi

ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri

kepala dan kejang-kejang. agak sering terjadi, Tetapi mulai berkurang

berhubung semakin meningkatnya derajat higiene masyarakat. Bakteri-bakteri

tertentu pada keadaan tertentu, misalnya bahan makanan yang terinfeksi oleh

banyak kuman, menjadi ”infvasif” dan menyerbu ke dalam mukosa. Di sini

Page 3: Antidiare Bab II Dapus

bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri dan membentuk toksin-toksin

yang dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti

demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang, di damping mencret berdarah

dan berlendir. Penyebab terkenal dari jenis diare ini ialah bakteri Salmonella,

shigella, campylobacter, dan jenis coli tertentu.

c. Diare parasiter akibat protozoa seperti Entamoeba histolytica dan Giardia

lamblia, Cryptosporidium, dan Cyclospora, yang terutama terjadi di daerah

(sub) tropis. Diare akibat parasit-parasit ini biasanya mencirikan mencret

cairan yang intermiten dan bertahan lebih dari satu minggu. Gejala lainnya

dapat berupa nyeri perut, demam, anorexia, nausea, muntah-muntah, dan rasa

letih umum (malaise).

d. Akibat penyakit, misalnya Irritable Bowel Syndrome (ISM), kanker colon

dan infeksi-HIV. Juga akibat gangguan-gangguan seperti alergi terhadap

makanan/minuman, protein susu sapi dangluten serta intoleransi untuk laktosa

karena defisiensi enzim lactase.

e. Akibat obat, yaitu digoksin, kinidin, garam-Mg dan litium, sorbitol, beta-

blockers, perintang-ACE, reserpin, sitostatika dan antibiotika berspektrum

luas (ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, tetrasiklin).

f. Akibat keracunan makanan. Keracunan makanan didefinisikan sebagai

penyakit yang besifat infeksi atau toksis dan diperkirakan atau disebabkan

oleh mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar.

g. Akibat enteroktosin. Diare jenis ini lebih jarang terjadi, tetapi lebih dari 50

% dari wisatawan di negara-negar berkembang dihinggapi diare ini.

Penyebabnya adalah kuman-kuman yang membentuk enteroktosin, yang

terpenting adalah E. Coli dan Vibrio cholerae, dan jarang Shigella,

Salmonella, Campylobacter, dan Entamoeba histolytica. Toksin melekat pada

sel-sel mukosa dan merusaknya. Diare jenis ini juga bersifat ”selflimiting”,

artinya akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam lebih kurang

5 hari, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa baru.

Pengobatan Diare

Prinsip pengobatan diare adalah:

Page 4: Antidiare Bab II Dapus

Mencegah pengeluaran air berlebihan, elektrolit dan gangguan

asam basa.

Menyembuhkan gejala.

Mengatur gangguan sekunder penyebab diare.

Berdasarkan khasiat farmakologisnya obat-obat antidiare dapat pula dibagi

dalam 5 golongan besar, yaitu obat-obat adsorben, obat-obat antisekretorik, obat-

obat antimotilitas (antiperistaltik), obat-obat antikolinergik, dan obat-obat

antimikroba. (Sunoto, Tanpa tahun).

Kelompok obat yang sering digunakan pada diare adalah :

1. kemoterapeutika untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri

penyebab diare. Seperti anti biotika, sulfonamida, kinolon, dan

furazolidon.

2. obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare

dengan beberapa cara, yakni:

a. zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak

waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus: candu

dan alkaloidanya, derivat-derivat petidin (difenoksilat dan

loperamida), dan antikolinergika (atropin, ekstrak belladonna).

b. Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya

asam samak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut, dan

alumunium.

c. Adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya

dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang

dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan

(udang, ikan). Termasuk disini adalah juga mucilagines, zat-zat

lendir yang menutupi selaput lendir usus dan lukanya dengan

suatu lapisan pelindung, umpamanya kaolin, pektin, (suatu

karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah apel) dan garam-

garam bismut, serta alumunium.

3. spasmolitika, yakni zat-zat dapat melepaskan kejang-kejang otot yang

sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin

dan oksifenonium.

Page 5: Antidiare Bab II Dapus

Di bawah ini akan dibicarakan obat-obat khusus untuk mengobati penyakit

infeksi usus terpenting yang sering kali menyebabkan diare, yaitu obat kolera,

disentri basiler, tifus, paratifus, dan campylobacteriosis. Begitu pula pengobatan

beberapa infeksi protozoa penting, yakni Giardia, Cryptosporidium, dan

Cyclospora.

1. Obat-obat adsorben

Termasuk ke dalam golongan obat-obat adsorben atau pengeras tinja ini

adalah kaolin, pektin, campuran kaolin-pektin, karbon aktif, tabonal, magnesium

aluminium silikat, dan sebagainya. Khasiat obat-obat ini adalah mengikat atau

menyerap toksin, bakteri dan hasil-hasil metabolismenya, melapisi permukaan

mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta

menembus mukosa usus. (Sunoto, Tanpa tahun).

Obat-obat tradisional seperti daun jambu, jambu, salak, gambir, kunir dan

obat tradisional lainnya kiranya juga mengandung bahan adsorben ini terutama

tanin. (Sunoto, Tanpa tahun).

2. Obat-obat antisekretorik

Penyerapan cairan dan elektrolit terjadi di daerah epitel jonjot usus

sedangkan sekresi cairan dan elektrolit terjadi di daerah kripta. Dalam keadaan

normal (sehat) volume cairan dan elektrolit yang diserap dan disekresikan kurang

lebih seimbang. Tetapi bila terdapat infeksi oleh bakteri-bakteri yang

mengeluarkan toksin (misal : heat labile toxin dari Enterotoxigenic E. coli atau

cholera enterotoxin) maka aktivitas enzim adenil siklase dapat dipengaruhi

sehingga menghasilkan cAMP (cyclic Adenosine Monophosphate) yang

berlebihan. Absorpsi air dan elektrolit akan dihambat oleh cAMP sedangkan

sekresi air dan elektrolit akan dirangsang sehingga akan menyebabkan diare

sekretorik yang hebat (profuse diarrhoea). (Sunoto, Tanpa tahun).

Toksin lain seperti heat stable toxin dari ETEC juga akan menyebabkan

diare sekretorik melalui perubahan aktivitas enzim guanil siklase yang dapat

menghasilkan peningkatan cGMP (cyclic Guanosine Monophosphate). Obat-obat

anti inflamasi seperti asetosal (Aspirin), indometasin, bismut subsalisilat dan

glukokortikoid termasuk obat antisekretorik karena mempunyai khasiat yang

berlawanan dengan cAMP dan cGMP yaitu meningkatkan penyerapan air dan

Page 6: Antidiare Bab II Dapus

elektrolit di daerah epitel dan menghambat sekresi air dan elektrolit di daerah

kripta. Klorpromazin, suatu major tranquilizer dan kolestiramin, suatu anion

exchange resin termasuk pula obat anti sekretorik yang kuat. (Sunoto, Tanpa

tahun).

Asetosal dapat mengurangi volume tinja penderita diare. Mekanisme

berkurangnya diare oleh asetosal disebabkan karena obat ini dapat menghambat

sekresi prostaglandin (PGF) sehingga kadarnya di dalam plasma rendah,

karenanya asetosal disebut pula Prostaglandin synthetase inhibitor (selain

asetosal juga loperamid).

3. Antimotilitas (anti peristaltik)

Obat-obat derivat opium seperti tingtur opiat, kodein fosfat dan opiat

sintesis seperti difenoksilat, difenoksin dan loperamid selain mempunyai efek

antimotilitas juga mempunyai efek antisekretorik. Di antara obat-obat tersebut di

atas loperamid adalah derivate opium yang paling banyak digunakan. Loperamid

dalam percobaan terbukti dapat meningkatkan absorpsi air, natrium dan klorida.

Obat ini juga dapat menghambat toksin kolera, heat stable enterotoxin ETEC dan

prostaglandin. Selain itu loperamid juga berperan pada metabolisme kalsium

dalam membran sel serta penglepasan neurotransmitor.

4. Antikolinergik

Obat-obatan golongan ini kurang bermanfaat pada pengobatan diare.

Trisiklamol misalnya, mempunyai efektivitas yang lebih rendah daripada kodein

dalam pengobatan diare kronik non spesifik. Begitu pula mefenzolat bromida

tidak lebih baik daripada plasebo dalam pengobatan diare akut.

5. Antimikroba

Antimikroba atau antibiotika dan anti parasit hanya berguna untuk diare

yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Diare karena sebab lain seperti sindroma

malabsorpsi, infeksi oleh virus, infeksi oleh parasit selain oleh entamuba

histolitika dan giardia larnblia (misal jamur) tidak dapat disembuhkan oleh

antibiotika. Sebagian besar etiologi diare adalah bukan oleh infeksi bakteri, karena

itu hanya sebagian kecil saja yang memerlukan antibiotika.

Beberapa mekanisme obat antidiare adalah melapisi usus yang teriritasi

dan bekerja sebagai protektif (demulcents), mengabsorpsi substansi yang toxic

Page 7: Antidiare Bab II Dapus

dari usus (adsorbents) atau menyusutkan gembung atau jaringan yang meradang

(astringent). Pada situasi tertentu, sedative dan antispasmodik bisa diberikan.

OLEUM RICINI : minyak kastor, minyak jarak

Oleum ricini (minyak jarak) merupakan trigliserida yang berkhasiat

sebagai laksansia. Di dalam usus halus, minyak ini mengalami hidrolisis dan

menghasilkan asam risinoleat, suatu asam lemak tak jenuh. Di dalam usus halus

sebagian zat ini diuraikan oleh enzim lipase dan menghasilkan asam risinoleat

yang memiliki feel stimulasi terhadap usus halus. Yaitu merangsang mukosa usus,

sehingga mempercepat gerak peristaltiknya dan mengakibatkan pengeluaran isi

usus dengan cepat. Setelah 2-8 jam timbul defekasi yang cair.

Dosis oleum ricini adalah 2 sampai 3 sendok makan (15 sampai 30 ml),

diberikan sewaktu perut kosong. Dosis : dewasa 15-30 mL; anak-anak 4-15 mL

Efek sampingnya berupa kolik, mual, dam muntah. Oleum ricini tidak

boleh digunakan oleh wanita hamil.

LOPERAMIDA (IMODIUM)

Loperamida merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi 2-3

kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap SSP, sehingga tidak mengakibatkan

ketergantungan. Zat ini dapat menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari

sel-sel mukosa, yaitu memulihkan se-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi

ke keadaan resorpsi normal kembali. Mulai kerjanya lebih cepat, juga bertahan

lebih lama. Efek sampingnya sama tetapi praktis tidak timbul.

Dosis : pada diare akut dan kronis: permulaan 2 tablet dari 2 mg, lalu

setiap 2 jam 1 tablet sampai maksimal 8 tablet seharinya. Anak-anak sampai 8

tahun: 2-3 dd 0,1 mg setiap kg bobot badan, anak-anak 8-12 tahun; pertama kali 2

mg, maksimal 8-12 mg sehari. Tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah

usia 2 tahun, karena fungsi hatinya belum berkembang dengan sempurna untuk

dapat menguraikan obat ini.

DIAPET

Page 8: Antidiare Bab II Dapus

Tiap kapsul mengandung Ekstrak psidii folium 23,5 %, ekstrak curcumae

domesticae rhizoma 12,5 %, ekstrak coix lacrima jobi semen 18 %, ekstrak

phellodendri radix 23 %, ekstrak coptidis rhizoma 23 %.

Indikasi untuk mengobati mencret dan memadatkan kembali faeces yang

cair; Mengatasi rasa mulas (hindari makanan / minuman yang asam dan pedas

selama belum sembuh).

Dosis untuk dewasa dan anak: 2-3xsehari 2 kapsul; Untuk penyembuhan

diare akut: 2x2 kapsul.

NORIT

Obat ini berwarna hitam, isinya adalah karbon (bahasa awamnya arang).

Sifat dari arang ini adalah mengabsorbsi atau menyerap apapun disekitarnya,

sehingga jika dimasukan kedalam pencernaan akan menyerap segala yang ada di

situ seperti racun, cairan-cairan, gas-gas, sampe sari-sari makanan. Lalu hasil

akhirnya berupa feses yang gede dan hitam.

Meminum norit harus diimbangi dengan minum air putih yang banyak dan

juga ngemil, tujuannya agar sari-sari makanan yang tadi diserap dapat tergantikan

dengan cepat.

Norit digunakan untuk memberantas penyakit-penyakit seperti diare, dan

alergi yang dikarenakan keracunan makanan. Norit hanya bekerja di saluran

pencernaan saja, tidak ada efek samping karena Norit sifatnya hanya numpang

lewat saja dan tidak diserap kedalam darah. Tidak ada yang tersisa dan tidak ada

yang mengendap didalam tubuh sehingga aman jika diminum banyak.

Norit hanya efektif bekerja dalam kurun waktu paling lama 3 jam setelah

makanan yang membuat tubuh keracunan masuk ke pencernaan.

Page 9: Antidiare Bab II Dapus

DAFTAR PUSTAKA

Dewoto, Hedi R. 2007. Analgesik Opiod dan Antagonis-Farmakologi dan Terapi

edisi 5. Jakarta: Fakultas kedokteran-UI.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran

UI : Media Aescullapius.

Neal, M.J. 2005. At A Glance Farmakologi Medis. Penerbit Buku EGC. Jakarta.

Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2010, ISO Farmakoterapi. Penerbit buku : PT. ISFI.

Jakarta.

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002.

Farmakologi Dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Bandung: Penerbit ITB

Bagian Farmakologi Universitas Indonesia. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi

keempat. Jakarta: Universitas Indonesia.

Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,

Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan kedua. Jakarta:

PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia