Upload
nunik-utari-nurwulandari
View
137
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
PENDAHULUAN
Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang
abnormal sehingga penderita dapat mengalami kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar
dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
Menurut teori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus,
hingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air
pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian dalam tahun-tahun terakhir
menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus
akibat terganggunya resorpsi air atau/dan terjadinya hipersekresi.
Terdapat 4 mekanisme patofisiologis yang mengganggu keseimbangan air
dan elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare, yaitu:
1. Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi
natrium atau peningkatan sekresi klorida
2. Perubahan motilitas usus
3. Peningkatan osmolaritas luminal
4. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.
Berdasarkan mekanisme di atas, pengelompokan diare secara klinik, yaitu:
1. Secretory diarrhea, terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip
meningkatkan sekresi atau menurunkan absorpsi air dan elektrolit dalam
jumlah besar.
2. Osmotic diarrhea, disebabkan oleh absorpsi zat-zat yang mempertahankan
cairan intestinal.
3. Exudative diarrhea, disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang
mengeluarkan mukus, protein atau darah ke dalam saluran pencernaan.
4. Motilitas usus dapat berubah dengan mengurangi waktu kontak di usus halus,
pengosongan usus besar yang prematur dan penumbuhan bakteri yang
berlebihan.
Patofisiologi dasar terjadinya diare adalah absorpsi yang berkurang dan
atau sekresi yang meningkat. Adapun mekanisme yang mendasarinya adalah
mekanisme sekretorik, mekanisme osmotik dan gangguan motalitas usus.
Gangguan osmotik, akibatnya terdapat pada makanan atau zat yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga timbul
diare.
Gangguan sekresi, akibatnya pada rangsang tertentu, misalnya toksin pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga
usus selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motalitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus menyerap makan seingga timbul diare. Sebaliknya
bila pristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
selanjutnya timbul diare pula.
Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan beberapa jenis gastroenteritis
dan diare sebagai berikut:
a. Diare akibat virus, misalnya ’influenza perut’ dan ’travellers diarrhoea’
yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat
pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi
menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang terjadi
bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan sendirinya,
biasanya dalam 3-6 hari. Di negara-negara barat, jenis diare ini paling sering
terjadi, lebih kurang 60%
b. Diare bakterial invasif (bersifat menyerbu). Kuman pada keadaan tertentu
menjadi invasive dan menyerbu ke dalam mukosa, dimana terjadi
perbanyakan diri sambil memebentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi
ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri
kepala dan kejang-kejang. agak sering terjadi, Tetapi mulai berkurang
berhubung semakin meningkatnya derajat higiene masyarakat. Bakteri-bakteri
tertentu pada keadaan tertentu, misalnya bahan makanan yang terinfeksi oleh
banyak kuman, menjadi ”infvasif” dan menyerbu ke dalam mukosa. Di sini
bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri dan membentuk toksin-toksin
yang dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti
demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang, di damping mencret berdarah
dan berlendir. Penyebab terkenal dari jenis diare ini ialah bakteri Salmonella,
shigella, campylobacter, dan jenis coli tertentu.
c. Diare parasiter akibat protozoa seperti Entamoeba histolytica dan Giardia
lamblia, Cryptosporidium, dan Cyclospora, yang terutama terjadi di daerah
(sub) tropis. Diare akibat parasit-parasit ini biasanya mencirikan mencret
cairan yang intermiten dan bertahan lebih dari satu minggu. Gejala lainnya
dapat berupa nyeri perut, demam, anorexia, nausea, muntah-muntah, dan rasa
letih umum (malaise).
d. Akibat penyakit, misalnya Irritable Bowel Syndrome (ISM), kanker colon
dan infeksi-HIV. Juga akibat gangguan-gangguan seperti alergi terhadap
makanan/minuman, protein susu sapi dangluten serta intoleransi untuk laktosa
karena defisiensi enzim lactase.
e. Akibat obat, yaitu digoksin, kinidin, garam-Mg dan litium, sorbitol, beta-
blockers, perintang-ACE, reserpin, sitostatika dan antibiotika berspektrum
luas (ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, tetrasiklin).
f. Akibat keracunan makanan. Keracunan makanan didefinisikan sebagai
penyakit yang besifat infeksi atau toksis dan diperkirakan atau disebabkan
oleh mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar.
g. Akibat enteroktosin. Diare jenis ini lebih jarang terjadi, tetapi lebih dari 50
% dari wisatawan di negara-negar berkembang dihinggapi diare ini.
Penyebabnya adalah kuman-kuman yang membentuk enteroktosin, yang
terpenting adalah E. Coli dan Vibrio cholerae, dan jarang Shigella,
Salmonella, Campylobacter, dan Entamoeba histolytica. Toksin melekat pada
sel-sel mukosa dan merusaknya. Diare jenis ini juga bersifat ”selflimiting”,
artinya akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam lebih kurang
5 hari, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa baru.
Pengobatan Diare
Prinsip pengobatan diare adalah:
Mencegah pengeluaran air berlebihan, elektrolit dan gangguan
asam basa.
Menyembuhkan gejala.
Mengatur gangguan sekunder penyebab diare.
Berdasarkan khasiat farmakologisnya obat-obat antidiare dapat pula dibagi
dalam 5 golongan besar, yaitu obat-obat adsorben, obat-obat antisekretorik, obat-
obat antimotilitas (antiperistaltik), obat-obat antikolinergik, dan obat-obat
antimikroba. (Sunoto, Tanpa tahun).
Kelompok obat yang sering digunakan pada diare adalah :
1. kemoterapeutika untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri
penyebab diare. Seperti anti biotika, sulfonamida, kinolon, dan
furazolidon.
2. obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare
dengan beberapa cara, yakni:
a. zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak
waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus: candu
dan alkaloidanya, derivat-derivat petidin (difenoksilat dan
loperamida), dan antikolinergika (atropin, ekstrak belladonna).
b. Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya
asam samak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut, dan
alumunium.
c. Adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya
dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang
dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan
(udang, ikan). Termasuk disini adalah juga mucilagines, zat-zat
lendir yang menutupi selaput lendir usus dan lukanya dengan
suatu lapisan pelindung, umpamanya kaolin, pektin, (suatu
karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah apel) dan garam-
garam bismut, serta alumunium.
3. spasmolitika, yakni zat-zat dapat melepaskan kejang-kejang otot yang
sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin
dan oksifenonium.
Di bawah ini akan dibicarakan obat-obat khusus untuk mengobati penyakit
infeksi usus terpenting yang sering kali menyebabkan diare, yaitu obat kolera,
disentri basiler, tifus, paratifus, dan campylobacteriosis. Begitu pula pengobatan
beberapa infeksi protozoa penting, yakni Giardia, Cryptosporidium, dan
Cyclospora.
1. Obat-obat adsorben
Termasuk ke dalam golongan obat-obat adsorben atau pengeras tinja ini
adalah kaolin, pektin, campuran kaolin-pektin, karbon aktif, tabonal, magnesium
aluminium silikat, dan sebagainya. Khasiat obat-obat ini adalah mengikat atau
menyerap toksin, bakteri dan hasil-hasil metabolismenya, melapisi permukaan
mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta
menembus mukosa usus. (Sunoto, Tanpa tahun).
Obat-obat tradisional seperti daun jambu, jambu, salak, gambir, kunir dan
obat tradisional lainnya kiranya juga mengandung bahan adsorben ini terutama
tanin. (Sunoto, Tanpa tahun).
2. Obat-obat antisekretorik
Penyerapan cairan dan elektrolit terjadi di daerah epitel jonjot usus
sedangkan sekresi cairan dan elektrolit terjadi di daerah kripta. Dalam keadaan
normal (sehat) volume cairan dan elektrolit yang diserap dan disekresikan kurang
lebih seimbang. Tetapi bila terdapat infeksi oleh bakteri-bakteri yang
mengeluarkan toksin (misal : heat labile toxin dari Enterotoxigenic E. coli atau
cholera enterotoxin) maka aktivitas enzim adenil siklase dapat dipengaruhi
sehingga menghasilkan cAMP (cyclic Adenosine Monophosphate) yang
berlebihan. Absorpsi air dan elektrolit akan dihambat oleh cAMP sedangkan
sekresi air dan elektrolit akan dirangsang sehingga akan menyebabkan diare
sekretorik yang hebat (profuse diarrhoea). (Sunoto, Tanpa tahun).
Toksin lain seperti heat stable toxin dari ETEC juga akan menyebabkan
diare sekretorik melalui perubahan aktivitas enzim guanil siklase yang dapat
menghasilkan peningkatan cGMP (cyclic Guanosine Monophosphate). Obat-obat
anti inflamasi seperti asetosal (Aspirin), indometasin, bismut subsalisilat dan
glukokortikoid termasuk obat antisekretorik karena mempunyai khasiat yang
berlawanan dengan cAMP dan cGMP yaitu meningkatkan penyerapan air dan
elektrolit di daerah epitel dan menghambat sekresi air dan elektrolit di daerah
kripta. Klorpromazin, suatu major tranquilizer dan kolestiramin, suatu anion
exchange resin termasuk pula obat anti sekretorik yang kuat. (Sunoto, Tanpa
tahun).
Asetosal dapat mengurangi volume tinja penderita diare. Mekanisme
berkurangnya diare oleh asetosal disebabkan karena obat ini dapat menghambat
sekresi prostaglandin (PGF) sehingga kadarnya di dalam plasma rendah,
karenanya asetosal disebut pula Prostaglandin synthetase inhibitor (selain
asetosal juga loperamid).
3. Antimotilitas (anti peristaltik)
Obat-obat derivat opium seperti tingtur opiat, kodein fosfat dan opiat
sintesis seperti difenoksilat, difenoksin dan loperamid selain mempunyai efek
antimotilitas juga mempunyai efek antisekretorik. Di antara obat-obat tersebut di
atas loperamid adalah derivate opium yang paling banyak digunakan. Loperamid
dalam percobaan terbukti dapat meningkatkan absorpsi air, natrium dan klorida.
Obat ini juga dapat menghambat toksin kolera, heat stable enterotoxin ETEC dan
prostaglandin. Selain itu loperamid juga berperan pada metabolisme kalsium
dalam membran sel serta penglepasan neurotransmitor.
4. Antikolinergik
Obat-obatan golongan ini kurang bermanfaat pada pengobatan diare.
Trisiklamol misalnya, mempunyai efektivitas yang lebih rendah daripada kodein
dalam pengobatan diare kronik non spesifik. Begitu pula mefenzolat bromida
tidak lebih baik daripada plasebo dalam pengobatan diare akut.
5. Antimikroba
Antimikroba atau antibiotika dan anti parasit hanya berguna untuk diare
yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Diare karena sebab lain seperti sindroma
malabsorpsi, infeksi oleh virus, infeksi oleh parasit selain oleh entamuba
histolitika dan giardia larnblia (misal jamur) tidak dapat disembuhkan oleh
antibiotika. Sebagian besar etiologi diare adalah bukan oleh infeksi bakteri, karena
itu hanya sebagian kecil saja yang memerlukan antibiotika.
Beberapa mekanisme obat antidiare adalah melapisi usus yang teriritasi
dan bekerja sebagai protektif (demulcents), mengabsorpsi substansi yang toxic
dari usus (adsorbents) atau menyusutkan gembung atau jaringan yang meradang
(astringent). Pada situasi tertentu, sedative dan antispasmodik bisa diberikan.
OLEUM RICINI : minyak kastor, minyak jarak
Oleum ricini (minyak jarak) merupakan trigliserida yang berkhasiat
sebagai laksansia. Di dalam usus halus, minyak ini mengalami hidrolisis dan
menghasilkan asam risinoleat, suatu asam lemak tak jenuh. Di dalam usus halus
sebagian zat ini diuraikan oleh enzim lipase dan menghasilkan asam risinoleat
yang memiliki feel stimulasi terhadap usus halus. Yaitu merangsang mukosa usus,
sehingga mempercepat gerak peristaltiknya dan mengakibatkan pengeluaran isi
usus dengan cepat. Setelah 2-8 jam timbul defekasi yang cair.
Dosis oleum ricini adalah 2 sampai 3 sendok makan (15 sampai 30 ml),
diberikan sewaktu perut kosong. Dosis : dewasa 15-30 mL; anak-anak 4-15 mL
Efek sampingnya berupa kolik, mual, dam muntah. Oleum ricini tidak
boleh digunakan oleh wanita hamil.
LOPERAMIDA (IMODIUM)
Loperamida merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi 2-3
kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap SSP, sehingga tidak mengakibatkan
ketergantungan. Zat ini dapat menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari
sel-sel mukosa, yaitu memulihkan se-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi
ke keadaan resorpsi normal kembali. Mulai kerjanya lebih cepat, juga bertahan
lebih lama. Efek sampingnya sama tetapi praktis tidak timbul.
Dosis : pada diare akut dan kronis: permulaan 2 tablet dari 2 mg, lalu
setiap 2 jam 1 tablet sampai maksimal 8 tablet seharinya. Anak-anak sampai 8
tahun: 2-3 dd 0,1 mg setiap kg bobot badan, anak-anak 8-12 tahun; pertama kali 2
mg, maksimal 8-12 mg sehari. Tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah
usia 2 tahun, karena fungsi hatinya belum berkembang dengan sempurna untuk
dapat menguraikan obat ini.
DIAPET
Tiap kapsul mengandung Ekstrak psidii folium 23,5 %, ekstrak curcumae
domesticae rhizoma 12,5 %, ekstrak coix lacrima jobi semen 18 %, ekstrak
phellodendri radix 23 %, ekstrak coptidis rhizoma 23 %.
Indikasi untuk mengobati mencret dan memadatkan kembali faeces yang
cair; Mengatasi rasa mulas (hindari makanan / minuman yang asam dan pedas
selama belum sembuh).
Dosis untuk dewasa dan anak: 2-3xsehari 2 kapsul; Untuk penyembuhan
diare akut: 2x2 kapsul.
NORIT
Obat ini berwarna hitam, isinya adalah karbon (bahasa awamnya arang).
Sifat dari arang ini adalah mengabsorbsi atau menyerap apapun disekitarnya,
sehingga jika dimasukan kedalam pencernaan akan menyerap segala yang ada di
situ seperti racun, cairan-cairan, gas-gas, sampe sari-sari makanan. Lalu hasil
akhirnya berupa feses yang gede dan hitam.
Meminum norit harus diimbangi dengan minum air putih yang banyak dan
juga ngemil, tujuannya agar sari-sari makanan yang tadi diserap dapat tergantikan
dengan cepat.
Norit digunakan untuk memberantas penyakit-penyakit seperti diare, dan
alergi yang dikarenakan keracunan makanan. Norit hanya bekerja di saluran
pencernaan saja, tidak ada efek samping karena Norit sifatnya hanya numpang
lewat saja dan tidak diserap kedalam darah. Tidak ada yang tersisa dan tidak ada
yang mengendap didalam tubuh sehingga aman jika diminum banyak.
Norit hanya efektif bekerja dalam kurun waktu paling lama 3 jam setelah
makanan yang membuat tubuh keracunan masuk ke pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewoto, Hedi R. 2007. Analgesik Opiod dan Antagonis-Farmakologi dan Terapi
edisi 5. Jakarta: Fakultas kedokteran-UI.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran
UI : Media Aescullapius.
Neal, M.J. 2005. At A Glance Farmakologi Medis. Penerbit Buku EGC. Jakarta.
Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2010, ISO Farmakoterapi. Penerbit buku : PT. ISFI.
Jakarta.
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002.
Farmakologi Dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Bandung: Penerbit ITB
Bagian Farmakologi Universitas Indonesia. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi
keempat. Jakarta: Universitas Indonesia.
Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan kedua. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia