Upload
erika-aprilia
View
148
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kimia analitik
Citation preview
I. JUDUL PERCOBAAN
TITRASI PENGENDAPAN DAN APLIKASINYA
II. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan (standarisasi) larutan AgNO3 dengan NaCl.
2. Menentukan kadar Cl- dalam air laut menggunakan metode Mohr.
III. HARI/TANGGAL PERCOBAAN
Senin/21 November 2011
IV. HARI/TANGGAL SELESAI PERCABAAN
Senin/21 November 2011
V. DASAR TEORI
Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutan didasarkan pada
pengukuran volumenya. Berdasarkan pada jenis reaksinya, volimetri dibedakan atas :
1. Asidimetri dan alkalimetri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi netralisasi asam-basa.
2. Oksidimetri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi oksidasi-reduksi.
3. Argentometi
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi kresipitasi (pengendapan dari ion Ag+).
Titrasi-titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak berjumlah banyak seperti titrasi-titrasi
yang terlibat dalam reaksi asam-basa atau reaksi redoks. Contoh dari titrasi semacam ini
biasanya dibatasi pada yang melibatkan pengendapan dari ion perak dengan anion-anion seperti
halogen atau tiosianat. Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti
perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga
seluruh ion Ag+ dapat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
Salah satu permasalahan dalam titrasi pengendapan adalah kurangnya indikator yang cocok.
Dalam beberapa kasus terutama dalam titrasi dari larutan encer, tingkat reaksinya terlalu lambat
untuk kenyamanan titrasi, ketika titran ditambahkan secara perlahan, penjenuhan yang luar biasa
tidak terjadi dan tingkat pengendapan menjadi lebih lambat.
Ada tiga tipe titik akhir titrasi yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3, yaitu:
1. Indikator
2. Amperometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada elektroda perak yang dicelupkan ke dalam larutan
analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang
mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir indikator kimia, biasanya terdiri
dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan titrasi. Syarat indikator untuk
titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu;
1. Perubahan warana harus terjadi dalam range pada p-function dari reagen/analit.
2. Perubahan warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.
Berdasarkan pada indikator yag digunakan, argentometri dapat dibedakan atas:
1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)
Metode Mohr menggunakan ion kromat, CrO42- untuk mengendapkan Ag2CrO4. Dalam kasus ini,
ion kromat yang dipergunakan sebagai indikator.
Pembentukan dari Sebuah Endapan berwarna : Metode Mohr
Persis seperti asa-basa bias dipergunakan sebagai indikator untuk sebuah titrasi asam-basa,
pembentukan satu endapan lain dapat dipergunakan untuk mengindikasikan selesainya sebuah
titrasi pengendapan. Contoh yang paling terkenal dari kasus semacam ini adalah yang disebut
titrasi Mohr klorida dengan ion perak, dimana ion kromat dipergunakan sebagai indikator.
Kemunculan awal endapan perak kromat berwarna kemerah-merahan diambil sebagai titik akhir
dari titrasi.
Tentu saja penting bahwa pengendapan indikator terjadi pada titik ekivalen di dekat titik
ekivalen dari titrasi. Perak kromat lebih mudah larut (sekitar ) dari pada
perak klorida (sekitar ). Jika ion-ion perak ditambahkan ke dalam suatu larutan
yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi besar dan ion kromat dengan konsentrasi kecil,
perak klorida akan mengendap terlebih dahulu; perak kromat tidak terbentuk sebelum
konsentrasi ion perak meningkat sampai kenilai yang cukup besar untuk melebihi dari perak
kromat.
Konsentrasi tinggi ion kromat tidak dapat dipergunakan dalam praktek, karena ion kromat yang
berwarna kuning membuat kita sulit mengerti pembentukan dari endapan yang berwarna.
Biasanya, konsentrasi kromat yang digunakan sebesar 0.005 sampai 0.001 M.
Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan dengan nilai pH sekitar 6 sampai 10. Dalam larutan-
larutan yang lebih alkalin, perak oksida mengendap. Dalam larutan-larutan asam, konsentrasi ion
kromat secara besar-besaran menurun, karena hanya sedikit terionisasi. Lebih lanjut
lagi, hidrogen kromat ada dalam kesetimbangan dengan dikromat:
Penurunan ion kromat mengharuskan kita untuk menambahkan sejumlah besar ion perak untuk
menghasilkan pada pengendapan dari perak kromat dan akhirnya mengarah kepada galat yang
besar.
2. Metode Volhard (penentu zat warna yang mudah larut)
Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk sebuah kompleks yang berwarna
dengan ion tiosianat, SCN-. Metode ini didasari oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam
larutan asam nitrit, dengan ion besi (III) dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat:
Ag+ + SCN- AgSCN (s)
Fe3+ + SCN- FeSCN2+ (s)
Metode ini dapat digunakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan standar tiosianat atau
untuk titrasi tidak langsung dari ion-ion klorida, bromida, dan iodida. Dalam titrasi titrasi tidak
langsung, kelebihan dari perak nitrat standar ditambahkan dan kemudian dititrasi dengan
tiosianat standar.
3. Metode Fajans (indikator adsorbsi)
Metode Fajans menggunakan indikator adsorbsi seperti Fluoresein. Fluoresein adalah sebuah
asam organik lemah, yang bisa kita sebut dengan HFl. Adsorpsi dari sebuah komponen organik
berwarna pada permukaan sebuah endapan menyebabkan pergeseran elektronik dalam molekul
yang mengubah warnanya. Fenomena ini dapat dipergunakan dalam mendeteksi titik akhir dari
titrasi pengendapan garam-garam perak.
Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam
anion dan indikator yag dipakai. Indikator adsorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh
permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar
terjadi pada titik ekivalen antara lain dengan memilih indikator yang dipakai dan pH. Sebelum
titik ekivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai titik ekivalen
maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh ion Ag+ sehingga ion
Cl- akan berada pada lapisan sekunder.
Kandungan Air Laut
Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya
dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun tidak seluruhnya,
garam dapur/NaCl). Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5 %,
air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya ada yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan
ada yang rendah (di laut beriklim dingin).
gambar 5.1
Pada gambar di atas memperlihatkan bahwa air laut terdiri dari 3,5% garam. Di dalam 3,5%
garam terdiri dari :
Senyawa Klorida 55%
Senyawa sulfat 7,7%
Sodium 30,6%
Calcium 1,2%
Potassium 1,1%
Magnesium 3,7%
Lain-lain 0,7%
Sehingga dapat dipastikan bahwa komposisi air laut umumnya mengandung ion klorida.
Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di
dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium, dll. Apabila air sungai
mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat
menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin
karena banyak mengandung garam.
VI. ALAT DAN BAHAN
Alat : Bahan :
1. Buret 50 mL 1 buah 1. serbuk garam NaCl 0,0504 gram
2. Erlenmeyer 3 buah 2. larutan AgNO3 secukupnya
3. Gelas kimia 2 buah 3. larutan K2CrO4 1% secukupnya
4. Piknometer 1 buah 4. air laut (dari laut lamongan) secukupnya
5. Pipet gondok 1 buah 5. air suling secukupnya
6. Labu ukur 100 mL 1 buah 6. Tissue secukupnya
7. Pipet tetes 3 buah
8. Spatula 1 buah
9. Gelas ukur 10 mL 1 buah
10. Klem-statif 1 buah
11. Botol timbang 2 buah
0.0504 g NaCl
Larutan Baku NaCl NaCl
Lar. AgNO3 ± 0,1 N yang sudah tersedia
Lar. AgNO3 ± 0.1 N dalam buret
Lar. Baku NaCl + indikator K2CrO4
Konsentrasi rata-rata AgNO3
Volume lar. AgNO3 ± 0.1 N
-Dipindah ke dalam labu ukur 100 mL-dilarutkan-diencerkan sampai tanda batas-dikocok
-dimasukkan ke dalam buret
-dititrasikan
-dititrasi hingga terjadi endapan merah bata-dicatat volume larutan AgNO3
-dihitung
-diambil 10 mL dengan pipet gondok-dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL- ditambah 10 mL air suling- ditambah 5 tetes indikator K2CrO4
VII. CARA KERJA
A. Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N
Sampel air laut
Kadar Cl- dalam air laut
Air laut encer + K2CrO4 1%
Larutan AgNO3 dalam buret
Volume larutan AgNO3
-diukur berat jenisnya-diambil 0,1 mL-diencerkan dalam labu ukur 100 mL-Diambil 10 mL air laut encer-ditambah 5 tetes K2CrO4
-dititrasikan
-dititrasi hingga terbentuk endapan merah bata-dicatat volume AgNO3
-dihitung
B. Penentuan kadar Cl- dalam air laut
0,0504 g NaCL
Lar. AgNO3 ± 0,1 N
Konsentrasi rata-rata lar. AgNO3
Volume lar. AgNO3
Lar. Baku NaCl + indikator K2CrO4
Lar. Baku NaCl
-diambil 10 mL dengan pipet seukuran-dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL-ditambah 10 mL air suling-ditambah 5 tetes indikator K2CrO4 1%
-dititrasi
-dititrasi hingga terbentuk endapan merah bata-dicatat volume larutan AgNO3± 0,1 N
-dihitung
-dipindah ke dalam labu ukur 100 mL-dilarutkan s/d tanda-diencerkan-dikocok
VIII. DATA PENGAMATAN
No. AlurHasil
pengamatanDugaan/reaksi simpulan
1. Pembuatan dan penentuan
(standarisasi) larutan AgNO3± 0,1
-NaCl :serbuk
putih
-larutan NaCl:
tidak berwarna
-indikator K2CrO4:
kuning
-larutan NaCl +
indikator : kuning
muda
-larutan AgNO3 :
tidak berwarna
Setelah dititrasi
-larutan NaCl +
K2CrO4 + AgNO3 :
berwarna oranye
keruh
V1=(7,8 ± 0,1)mL
V2=(7,8 ± 0,1)mL
V3=(7,8 ± 0,1)mL
Reaksi:
NaCl (aq)+AgNO3(aq)
NaNO3(aq) +
AgCl (s)
Ag+ + CrO42-
Ag2CrO4(s)
Konsentrasi
rata-rata
larutan
AgNO3 =
0,0111 N
Sampel air laut
Volume larutan AgNO3
Larutan AgNO3
Kadar Cl- dalam air laut
Air laut encer + indikator K2CrO4
-diukur berat jenisnya-diambil 0,1 mL-Diencerkan dalam labu ukur 100 mL-diambil 10 mL air laut encer-ditambah 5 tetes K2CrO4 1%
-dititrasi dengan
-dititrasi hingga terbentuk endapan merah bata-dicatat volume larutan AgNO3
-dihitung
2. Penentuan kadar Cl- dalam air laut -sampel air laut :
tak berwarna
-air laut encer : tak
berwarna
-indikator
K2CrO4: kuning
-air laut encer +
K2CrO4 : kuning
muda
-larutan AgNO3 :
tak berwarna
Setelah dititrasi
Air laut encer +
K2CrO4 +larutan
AgNO3 : merah
bata
V1=(1,0 ± 0,1)mL
V2=(0,9 ± 0,1)mL
V3=(1,0 ± 0,1)mL
Ag+(aq) + Cl-
AgCl(s)
Ag+(aq) + CrO42-
Ag2CrO4(s)
Kadar Cl-
rata-rata
dalam air laut
lamongan :
3,6802%
IX. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Penentuan (standarisasi) Larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl p.a Sebagai Baku.
Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 dilakukan dengan menggunakan larutan baku
NaCl. Larutan baku NaCl ini dibuat dengan cara melarutkan 0,0504 g serbuk garam NaCl
berwarna putih dengan air suling hingga volumenya 100 mL dalam labu ukur. Kemudian diambil
10 mL larutan NaCl tersebut dengan menggunakan pipet gondok dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. 10 mL alikuot larutan baku NaCl dalam erlenmeyer itu kemudian ditambahkan
indikator K2CrO4.
Pada penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ini digunakan indikator yang berbeda
dengan indikator yang biasanya dipakai dalam penentuan (standarisasi) larutan asam atau basa
melalui titrasi penetralan. Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ini dilakukan melalui titrasi
pengendapan yang biasanya dikenal sebagai argentometri dan menggunakan K2CrO4 sebagai
indikatornya. Setelah penambahan indikator, maka analit dalam erlenmeyer diantaranya,
mengandung ion Cl- dan ion CrO42-. Setelah titik ekivalen tercapai, ion kromat akan bereaksi
dengan ion Ag+ dari AgNO3 membentuk endapan perak kromat (Ag2CrO4) berwarna kemerah-
merahan sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi.
Perak kromat lebih mudah larut (sekitar 1,0 × 10-4 mol/L) daripada perak klorida (sekitar
1,0 × 10-6 mol/L). Ketika titrasi berlangsung, jika ion-ion perak ditambahkan ke dalam analit
dalam erlenmeyer yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi besar dan ion kromat
dengan konsentrsai kecil, maka perak perak klorida akan mengendap lebih dahulu sedangkan
perak kromat tidak terbentuk sebelum konsentrasi ion perak meningkat sampai melebihi nilai
Ksp dari perak kromat. Dengan kata lain, pada awal titrasi ion Ag+ akan bereaksi terlebih dahulu
dengan ion Cl- hingga terbentuk endapan AgCl. Hal ini dikarenakan nilai Ksp dari AgCl (sekitar
1,0×10-12) lebih kecil dari nilai Ksp Ag2CrO4 (sekitar 2×10-12).
Berikut persamaan reaksi pengendapan AgCl :
Ag+ (aq) + Cl- (aq) AgCl (s)
Setelah ion Cl- habis bereaksi dengan ion Ag+ membentuk endapan AgCl, maka dalam
erlenmeyer terdapat ion CrO42- yang berasal dari indikator. Ketika titrasi terus dilakukan, ion Ag+
akan bereaksi dengan ion CrO42- hingga penambahan konsentrasi ion ag+ ke dalam erlenmeyer
dapat melebihi nilai Ksp Ag2CrO4 sehingga terbentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna kemerah-
merahan. Berikut persamaan reaksinya :
Ag+ (aq) + CrO42- (aq) Ag2CrO4 (s) merah bata
Pada kondisi inilah yang dinamakan sebagai titik akhir titrasi dan titik ekivalen terlampaui. Jadi
titik akhir titrasi pengendapan terjadi setelah titik ekivalen terlampaui.
Pada praktikum ini, 10 mL alikuot larutan baku NaCl tak berwarna dititrasi dengan
larutan AgNO3 tak berwarna yang telah tersedia di laboratorium kimia analitik. Pada saat
indikator ditambahkan ke dalam 10 mL alikuot larutan baku NaCl tersebut, maka warna larutan
berubah menjadi kuning muda. Warna kuning ini disebabkan adanya ion CrO42- yang berasal dari
indikator. Berikut persamaan reaksi antara larutan baku NaCl dengan indikator K2CrO4 :
2NaCl (aq) + K2CrO4 (aq) Na2CrO4 (aq) + 2NaCl (aq)
Titrasi dilakukan dengan penambahan titran (larutan AgNO3) tetes demi tetes hingga terjadi
perubahan warna pada analit dari kuning muda menjadi oranye keruh. Perubahan warna analit
menjadi oranye keruh disebabkan adanya endapan Ag2CrO4. Pada kondisi ini menunjukkan
bahwa titik ekivalen titrasi telah tercapai dan titrasi dihentikan (berada pada titik akhir titrasi).
Saat titik ekivalen, ion Cl- dalam analit habis bereaksi dengan Ag+ membentuk endapan AgCl.
Dengan kata lain, semua ion Cl- telah terendapkan sebagai AgCl. Pada kondisi ini, analit masih
berwarna kuning muda ke-oranye-an.
Pada titrasi pertama dibutuhkan volume larutan AgNO3 sebanyak 7,8 mL; Pada titrasi
kedua dibutuhkan volume larutan AgNO3 sebanyak 7,8 mL; dan pada titrasi ketiga volume
larutan AgNO3 yang dibutuhkan sebanyak 7,8 mL hingga terjadi perubahan warna analit menjadi
oranye keruh. Pada titrasi ini dapat diketahui bahwa rata-rata sebanyak 7,8 mL larutan AgNO3
yang bereaksi dengan larutan NaCl pada titik akhir titrasi. Volume larutan AgNO3 yang
diperoleh dari titrasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi rata-rata larutan
AgNO3. Meskipun demikian, hasil perhitungan terhadap konsentrasi rata-rata larutan AgNO3
masih memiliki galat kecil karena titik akhir dalam titrasi ini terjadi setelah titik ekivalen
terlampaui (tidak tepat berada pada titik ekivalen). Pada saat titrasi ini dihentikan, ketika semua
ion Cl- habis bereaksi dengan ion Ag+, maka ion Ag+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion
CrO42-.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh konsentrasi larutan AgNO3 masing-masing
sebesar 0,0111 N pada titrasi pertama ; 0,0111 N pada titrasi kedua ; dan 0,0111 N pada titrasi
ketiga. Jadi, berdasarkan praktikum ini konsentrasi rata-rata larutan AgNO3 sebesar 0,0111 N.
B. Penentuan Kadar Cl- dalam Air Laut Lamongan
Penentuan kadar Cl- dalam air laut dilakukan dengan menggunakan larutan AgNO3 yang
telah diketahui konsentrasinya melalui titrasi penentuan (standarisasi) larutan AgNO3
sebelumnya. Dalam percobaan ini, air laut yang akan ditentukan kadar Cl - nya diambil dari laut
Lamongan. Setelah diambil, air laut itu kemudian diukur berat jenisnya menggunakan
piknometer. Berdasarkan pengukuran, air laut tersebut memiliki berat jenis sekitar 1,0329 g/mL.
Sebelum dititrasi air laut tersebut harus diencerkan sebanyak 1000X. Untuk menentukan
kadar Cl- dalam air laut, diambil sampel air laut sebanyak 0,1 mL menggunakan pipet tetes yaitu
sekitar 2 tetes, lalu dilarutkan dalam 100 mL air suling di labu ukur. Kemudian diambil 10 mL
larutan tersebut menggunakan pipet gondok dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, larutan ini
merupakan analit.
Penentuan kadar Cl- dalam air laut ini dilakukan melalui titrasi pengendapan yang
menggunakan K2CrO4 sebagai indikatornya. Setelah penambahan indikator, maka analit dalam
erlenmeyer menjadi berwarna kuning muda dari sebelumnya tak berwarna. Hal ini disebabkan
adanya ion CrO42- di dalamnya. Analit dalam erlenmeyer diantaranya, mengandung ion Cl- dan
ion CrO42-. Berikut persamaan reaksinya :
Cl- (aq) + K2CrO4 (aq) KCl (aq) + CrO4-2 (aq)
Ketika titrasi berlangsung, ion Ag+ akan bereaksi terlebih dahulu dengan ion Cl- hingga
terbentuk endapan AgCl. Hal ini dikarenakan nilai Ksp dari AgCl (sekitar 1,0 × 10-12) lebih kecil
dari nilai Ksp Ag2CrO4 (sekitar 2 × 10-12) sehingga perak kromat lebih mudah larut (sekitar 1,0 ×
10-4 mol/L) daripada perak klorida (sekitar 1,0 × 10-6 mol/L). Berikut persamaan reaksinya :
Ag+ (aq) + Cl- (aq) AgCl (s)
ketika ion Cl- habis bereaksi dengan ion Ag+ membentuk endapan AgCl, maka pada saat itu titik
ekivalen titrasi telah tercapai. Pada kondisi ini analit masih berwarna kuning muda dan semua
ion Cl- telah diendapkan sebagai AgCl.
Ketika tercapai titik ekivalen dan titrasi terus dilanjutkan, ion Ag+ akan bereaksi dengan
ion CrO42- hingga penambahan konsentrasi ion ag+ ke dalam erlenmeyer dapat melebihi nilai Ksp
Ag2CrO4 sehingga terbentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Berikut persamaan
reaksinya :
Ag+ (aq) + CrO42- (aq) Ag2CrO4 (s) merah bata
Pada kondisi inilah yang dinamakan sebagai titik akhir titrasi dan titik ekivalen terlampaui. Jadi
titik akhir titrasi pengendapan ini terjadi setelah titik ekivalen terlampaui.
Pada titrasi pertama dibutuhkan volume larutan AgNO3 sebanyak 1,0 mL; pada titrasi
kedua dibutuhkan volume larutan AgNO3 sebanyak 0,9 mL; dan pada titrasi ketiga volume
larutan AgNO3 yang dibutuhkan sebanyak 1,0 mL hingga terbentuk endapan Ag2CrO4 berwarna
merah bata.
Pada titrasi ini dapat diketahui bahwa sebanyak masing-masing 1,0 mL pada titrasi
pertama ; 0,9 mL pada titrasi kedua ; dan 1,0 mL pada titrasi ketiga, larutan AgNO3 yang
bereaksi dengan ion Cl- pada titik akhir titrasi. Sehingga volume larutan AgNO3 yang diperoleh
dari titrasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan kadar rata-rata Cl - dalam air laut
Lamongan.
Meskipun demikian, hasil perhitungan terhadap kadar rata-rata Cl - dalam air laut
Lamongan masih memiliki galat karena titik akhir dalam titrasi ini terjadi setelah titik ekivalen
terlampaui (tidak tepat berada pada titik ekivalen). Selain itu, juga dikarenakan adanya kesalahan
dalam melakukan pengenceran air lait sebanyak 1000X yaitu penggunaan pipet tetes.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh masing-masing kadar Cl- dalam air laut
Lamongan sebesar 3,8099 % pada titrasi pertama ; 3,4209 % pada titrasi kedua ; dan 3,8099 %
pada titrasi ketiga. Jadi, berdasarkan praktikum ini kadar rata-rata Cl - dalam air laut Lamongan
sebesar 3,6802 %.
X. DISKUSI
Dalam praktikum ini untuk menentukan kadar Cl- dalam air laut, maka terlebih dahulu air
laut yang digunakan harus diencerkan sebanyak 1000X sebelum digunakan sebagai analit. Hal
ini dikarenakan air laut mengandung kadar garam cukup tinggi. Untuk mengencerkan air laut
sebanyak 1000X, maka diambil 0,1 mL air laut. air laut sebanyak 0,1 mL ini hampir sama
dengan 2 tetes air laut yang diambil menggunakan pipet tetes. Penggunaan pipet tetes dalam
pengambilan 0,1 mL air laut dilakukan sesuai dengan petunjuk salah satu ko-As di laboratorium
kimia analitik.
Dalam analisis kimia kuantitatif, pengambilan 0,1 mL air laut menggunakan pipet tetes
sebenarnya tidak boleh dilakukan, karena tidak analitik dan rawan kesalahan. Pengenceran air
laut 1000X seharusnya dilakukan dengan cara mengambil 10 mL air laut dengan menggunakan
pipet gondok lalu diencerkan hingga volumenya 100 mL dalam labu ukur. Kemudian air laut
yang telah diencerkan itu diambil lagi sebanyak 10 mL menggunakan pipet gondok lalu
diencerkan hingga volumenya 100 mL dalam labu ukur. Agar air laut itu mengalami
pengenceran 1000X, maka dari air laut yang telah mengalami pengenceran kedua itu diambil lagi
sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet gondok dan diencerkan kembali hingga volumenya
100 mL.
Selain itu, dalam standarisasi untuk menentukan kadar Cl- dalam air laut membutuhkan
larutan AgNO3 sebanyak 1,0 mL pada titrasi pertama ; 0,9 mL pada titrasi kedua ; dan 1,0 mL
pada titrasi ketiga hingga terbentuk endapan Ag2CrO4 berwarna merah bata. Sedangkan titrasi ini
menggunakan buret ukuran 50 mL sehingga akan menimbulkan galat yang besar.
Jadi, pengambilan 0,1 mL air laut untuk diencerkan 1000X menggunakan pipet tetes dan
perolehan volume titran yang dibutuhkan seperti uraian di atas dapat menimbulkan galat yang
besar sehingga perhitungan kadar Cl- dalam air laut pada praktikum ini menjadi tidak akurat.
XI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum ini, diperoleh kesimpulan, diantaranya:
1. Konsentrasi rata-rata Larutan AgNO3 yang distandarisasi sebesar 0.0111 N.
2. Kadar rata-rata Cl- dalam Air laut Lamongan sebesar 3,6802%. Namun, kadar rata-rata Cl-
yang diperoleh dalam praktikum ini tidak akurat dikarenakan kesalahan yang dilakukan saat
praktikum seperti, penggunaan pipet tetes untuk mengambil 0.1 mL air laut.
XII. TUGAS DAN JAWABAN PERTANYAAN
1. Buatlah kurva titrasi antara volume AgNO3 DAN pCl untuk titrasi antara 50 mL 0,1 M larutan
NaCl dengan larutan AgNO3 0.1 M!
Jawab :
a) Penambahan 0 mL AgNO3
mmol NaCl = 50 x 0,1 = 5 mmol [Cl-] = 5 : 50 = 0,1 MpCl = - log 0,1pCl = 1
b) Penambahan 25 mL AgNO3
mmol Cl- = 5 mmolmmol Ag+ = 25 x 0,1 = 2,5 mmol
Ag+ + Cl- AgClm 2,5 5r 2,5 2,5 2,5s - 2,5 2,5
[Cl-] = 2,5 : 75 = 3,3 x 10-2 MpCl = - log 3,3 x 10-2
= 2 – log 3,3 = 1,48
c) Penambahan 49,9 mL AgNO3
mmol Cl- = 5 mmolmmol Ag+ = 49,9 x 0,1 = 4,99 mmol
Ag+ + Cl- AgClm 4,99 5r 4,99 4,99 4,99s - 0,01 4,99
[Cl-] = 0,01 : 99,9 = 1,0 x 10-4 MpCl = - log 1,0 x 10-4
= 4 – log 1,0 = 4,00d) Penambahan 50 mL AgNO3
mmol Cl- = 5 mmolmmol Ag+ = 50 x 0,1 = 5 mmol
Ag+ + Cl- AgClm 5 5r 5 5 5s - - 5
[Ag+ ] [Cl-] = Ksp [Ag+ ] = [Cl-]
[Cl-]2 = Ksp [Cl-]2 = 1,0 x 10-12
[Cl-] = 1,0 x 10-6
pCl = - log 1,0 x 10-6
= 6,00
e) Penambahan 60 mL AgNO3
mmol Cl- = 5 mmolmmol Ag+ = 60 x 0,1 = 6 mmol
Ag+ + Cl- AgClm 6 5r 5 5 5s 1 - 5
[Ag+] = 1 : 110 = 9,1 x 10-3 MpAg = - log 9,1 x 10-3
= 3 – log 9,1 = 2,04pAg + pCl = pKsp2,04 + pCl = 12 pCl = 9,96
tabel :
V AgNO3 (mL)
pCl
0 1,0010 1,1820 1,3730 1,6040 1,9550 6,0060 9,9670 10,2280 10,3690 10,46
100 10,52
0.1 6.5 12.919.325.732.138.544.951.357.764.170.576.983.389.796.10.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
KURVA TITRASI ANTARA AgNO3 dan pCl
pCl
Volume AgNO3 (mL)
pCl
2. Berapa konsentrasi garam NaCl dalam suatu larutan, apabila 25 mL larutan tersebut jika
direaksikan dengan 25 mL 0,2 M larutan AgNO3 dan kelebihan larutan AgNO3 dititrasi tepat
bereaksi habis dengan larutan KSCN 28 mL 0,1 M?
Penyelesaian :
Diketahui : V NaCl = 25 mL
V AgNO3 = 25 mL
M AgNO3 = 0,2 M
V KSCN = 28 mL
M KSCN = 0,1 M
Ditanya : konsentrasi NaCl?
Jawab :
Pada titik ekivalen
mek Cl- + mek SCN- = mek Ag+
3. Bagaimana cara memilih indikator pada argentometri?
Jawab :
Memilih indikator pada argentometri harus memperhatikan beberapa hal. Indikator yang dipilih
yaitu yang mengandung ion yang jika bereaksi dengan ion Ag+ dan dapat memberikan warna.
Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu;
1. Perubahan warna harus terjadi dalam range pada p-function dari reagen/analit.
2. Perubahan warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.
Selain itu, Jika indiator bereaksi dengan ion Ag+ membentuk endapan yang berwarna, maka
pemilihan indikator juga harus memperhatikan nilai kelarutan dari endapan perak yang terjadi
akibat bereaksi dengan analit. Indikator yang dipilih adalah indikator yang jika bereaksi dengan
ion Ag+ menghasilkan endapan yang nilai Ksp-nya lebih besar daripada nilai Ksp endapan yang
terbentuk antara ion perak dengan analitnya. Sehingga ketika ion Ag+ yang ditambahkan akan
bereaksi terlebih dahulu dengan analit. Setelah ion Ag+ habis bereaksi dengan analit, ion Ag+ itu
kemudian bereaksi dengan indikator membentuk endapan berwarna, sehingga titik akhir titrasi
dapat diamati.
Selain itu, analit yang digunakan juga harus diperhatikan. Kelarutan dari endapan yang terbentuk
dari reaksi antara ion Ag+ dengan analit harus diperhatikan, endapan dengan kelarutan yang
tinggi akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman tinggi, sehingga
titik ekivalen mudah ditentukan. Akan tetapi, endapan dengan kelarutan yang rendah, akan
menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga sulit menentukan titik ekivalen.
Indikator-indikator yang selama ini sukses digunakan pada argentometri, yaitu indikator yang
mengandung anion, seperti anion CrO42-, Fe3+, karena apabila anion-anion ini bereaksi dengan
kation perak akan menghasilkan warna. Maka dipilih indikator yang mengandung anion ini.
Selain itu, juga digunakan indikator adsobsi yang dapat terikat di permukaan koloid perak yang
terbentuk, seperti Fluoresein. Ketika ion dari indikator tersebut terikat pada koloid perak akan
timbul perubahan warna endapan sehingga titik akhir titrasi dapat ditentukan karena adanya
perubahan warna endapan.
4. Terangkan bagaimana suatu indikator adsorpsi bekerja. Apa fungsi dekstrin? mengapa pH
harus dikendalikan?
Jawab :
Cara kerja indikator adsoprsi ialah indikator ini asam lemah atau basa lemah organik yang
dapat membentuk endapan dengan perak. Misal Flurescein (HFl). Dalam larutan Fluoresein akan
mengion :
HFl H+ + Fl-
Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan dimana masih ada
kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+ ; maka endapan menyerap ion-ion X- sehingga butiran-
butiran koloid menjadi negatif:
(AgX) . X- M+
Ion-ion X- yang teradsorbsi membentuk lapisan primer, yang mengakibatkan partikel-partikel
koloid bermuatan negatif. Partikel-partikel ini menarik ion-ion positif dari larutan untuk
membentuk sebuah lapisan sekunder yang lebih longgar keadaannya.
Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang kelebihan ion X- ; pada titik ekivalen semua X-
diikat oleh Ag+, sehingga koloid jadi netral.
Di atas titik ekivalen, kelebihan ion Ag+ menggantikan ion-ion X- dari lapisan primer, sehingga
partikel koloid jadi bermuatan positif,
(AgX) . Ag+ X-
Ketika ion-ion perak berlebih, ion-ion Fl- dapat tertarik ke permukaan partikel-partikel yang
bermuatan positif:
(AgX) . Ag+ FI-
Tertariknya ion FI- menyebabkan warna endapan mendadak menjadi merah muda. Pada waktu
bersamaan terjadi penggumpalan koloid, maka larutan yang semula keruh menjadi jernih atau
lebih jernih. Dan titik akhir titrasi pun dapat diketahui.
Fungsi dekstrin
Dekstrin berfungsi sebagai koloid pelindung untuk menjaga endapan tersebar luas. Endapan
seperti AgCl seharusnya tidak diperkenankan untuk mengental menjadi partikel-partikel besar
saat titik ekivalen, mengingat hal ini akan menurunkan secara drastis permukaan yang tersedia
untuk adsorpsi dari indikator. Sehingga dengan kehadiran dekstrin, endapan akan tersebar dan
permukaan yang tersedia untuk adsorpsi dari indikator menjadi luas, sehingga perubahan warna
dapat diulang, dan jika titik akhir terlampaui, kita dapat menitrasi ulang dengan sebuah larutan
klorida standar.
pH harus dikendalikan
Lapisan primer ΩLapisan X berlebih
sekunder
Lapisan primer Lapisan perak sekunder berlebih
pH dari media titrasi harus dikendalikan untuk menjamin sebuah konsentrasi ion dari indikator
asam lemah atau basa lemah tersedia cukup. Fluoresein, sebagai contoh, mempunyai Ka sekitar
10-7, dan dalam larutan-larutan yang lebih asam dari pH 7, konsentrasi ion-ion Fl - sangat kecil.
Dari keseimbangan pengionan HFl terlihat bahwa makin rendah pH makin mengarah kekiri
kesetimbangan tersebut dan makin kecil konsentrasi Fl-, maka perubahan warna akan kurang
jelas dan titik akhir akan terlambat.
HFl H+ + Fl-
Fluoresein hanya dapat digunakan pada skala pH sekitar 7 sampai 10.
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Day. R.A, Underwood. A.L, dkk. 2002. Quantitative Analysis (sixth ed.).New York: Prentice
Hall. (Terjemahan oleh Iis Sopyan. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif (ed. Ke 6).Jakarta:
Erlangga)
Tim penyusun. 2011. Panduan Praktikum Kimia Analitik I Dasar-Dasar Kimia Analitik. Unesa:
Unipress.
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0144%20Bio%203-
5e.htm
diakses tanggal 3 Desember 2011 pukul 10.48 PM
http://4.bp.blogspot.com/_a9w2BZUajPw/R2DhefRco_I/AAAAAAAAAGU/edoZuEyHJxA/
s1600-h/diagram_saltwater.png
diakses tanggal 3 Desember 2011 pukul 10.56 PM
http://www.docstoc.com/docs/22692606/ARGENTOMETRI
Diakses tanggal 2 Desember 2011 pukul 9.04 PM
http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com/2007/12/info-kandungan-umum-air-
laut.html
diakses tanggal 3 Desember 2011 pukul 10.50 PM
http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2011/02/indikator-adsorpsipengendapan.html
diakses tanggal 4 Desember 2011 pukul 03.20 AM
http://id.wikipedia.org/wiki/Air_laut
diakses tanggal 3 Desember 2011 pukul 10.42 PM
LAMPIRAN I : PERHITUNGAN
A. Perhitungan konsentrasi rata-rata AgNO3
Diket : NaCl = 0,0504 g
V pengenceran = 100 mL
V alikuot NaCl = 10 mL
V1 = 7,8 mL
V2 = 7,8 mL
V3 = 7,8 mL
Massa molar NaCl = 58,443 g/mol
Ditanya : Konsentrasi rata-rata larutan AgNO3?
Jawab :
I.NaCl= 0,0504 g
58,443g
mol
=8,6238 ×10−4 mol
Dalam 100 mL larutan NaCl
NaCl ¿ 8,6238 × 10−4 mol
100 mL( 1 L1000 mL
)=8,6238× 10−3 mol /L
1 mol NaCl = 1 ek
8,6238 × 10-3 mol/L = (8,6238 × 10-3 mol . 1 ek/mol)/ L NaCl
= 8,6238 ×10-3 ek/L NaCl
= 8,6238 × 10-3 N NaCl
AgNO3(aq) + NaCl (aq) AgCl (s) + NaNO3(aq)
mek AgNO3 = mek NaCl
7,8 mL . N AgNO3 = 10 mL . 8,6238 × 10-3 N
N AgNO3 = 10 mL. 8,6238× 10−3 N7,8 mL
N AgNO3 = 0,0111 N
II. mek AgNO3 = mek NaCl
7,8 mL . N AgNO3 = 10 mL . 8,6238 × 10-3 N
N AgNO3 = 10 mL. 8,6238× 10−3 N7,8 mL
N AgNO3 = 0,0111 N
III. mek AgNO3 = mek NaCl
7,8 mL . N AgNO3 = 10 mL . 8,6238 × 10-3 N
N AgNO3 = 10 mL. 8,6238× 10−3 N7,8 mL
N AgNO3 = 0,0111 N
Jadi konsentrasi rata-rata larutan AgNO3
N AgNO3 rata-rata = (0,0111+0,0111+0,0111 ) N
3
= 0,0111 N
B. Perhitungan kadar Cl- dalam air laut Lamongan
Diketahui : AgNO3 = ± 0,0111N
ρ air laut = 1,0329 g/ml
V air laut = 0,1 mL
V pengenceran = 100 mL
V alikuot air laut = 10 mL
V1 AgNO3 = 1,0 mL
V2 AgNO3 = 0,9 mL
V3 AgNO3 = 1,0 mL
Massa molar Cl = 35,4527 mg/mmol
Ditanya : kadar Cl- dalam air laut Lamongan
Jawab :
I. Cl- + Ag+ AgCl (s)
mek Cl- = mek Ag+
mek Cl- = 1,0 mL . 0,0111 N
mek Cl- = 0,0111 mek
Dalam 10 mL alikuot air laut Lamongan terdapat
Cl- = 0,0111 mek
Dalam 100 mL air laut Lamongan encer
Cl- = 100 mL10 mL
× 0,0111mek
Cl- = 0,1110 mek
1 mmol Cl- = 1 mek
0,1110 mek = 0,1110 mek . 1mmol1mek
= 0,1110 mmol
Banyaknya Cl- dalam 100 mL air laut Lamongan encer
Cl- = 0,1110 mmol . 35,4527 mg/mmol Cl-
Cl- = 3,9352 mg Cl-
Massa 0,1 mL air laut Lamongan
Air laut = 0,1 mL . 1,0329 g/ml
Air laut = 0,10329 g
Air laut = 103,29 mg
Kadar Cl- dalam 100 mL air laut Lamongan encer
% Cl- = 3,9352 mg103,29 mg
×100 %
% Cl- = 3,8099 %
II. mek Cl- = mek Ag+
mek Cl- = 0,9 mL . 0,0111 N
mek Cl- = 9,99 . 10-3 mek
Dalam 10 mL alikuot air laut Lamongan terdapat
Cl- = 9,99 . 10-3 mek
Dalam 100 mL air laut Lamongan encer
Cl- = 100 mL10 mL
× 9,99 .10−3 mek
Cl- = 9,99 . 10−2 mek
1 mmol Cl- = 1 mek
9,99 . 10-2 mek = 9,99 . 10-2 mek . 1mm ol1 mek
= 9,99 . 10-2 mmol
Banyaknya Cl- dalam 100 mL air laut Lamongan encer
Cl- = 9,99 . 10-2 mmol . 35,4527 mg/mmol Cl-
Cl- = 3,5417 mg Cl-
Massa 0,1 mL air laut Lamongan
Air laut = 0,1 mL . 1,0329 g/ml
Air laut = 0,10329 g
Air laut = 103,29 mg
Kadar Cl- dalam 100 mL air laut Lamongan encer
% Cl- = 3,5417 mg103,29 mg
×100 % = 3,4289 %
III. mek Cl- = mek Ag+
mek Cl- = 1,0 mL . 0,0111 N
mek Cl- = 0,0111 mek
Dalam 10 mL alikuot air laut Lamongan terdapat
Cl- = 0,0111 mek
Dalam 100 mL air laut Lamongan encer
Cl- = 100 mL10 mL
× 0,0111mek
Cl- = 0,1110 mek
1 mmol Cl- = 1 mek
0,1110 mek = 0,1110 mek . 1mmol1 mek
= 0,1110 mmol
Banyaknya Cl- dalam 100 mL air laut Lamongan encer
Cl- = 0,1110 mmol . 35,4527 mg/mmol Cl-
Cl- = 3,9352 mg Cl-
Massa 0,1 mL air laut Lamongan
Air laut = 0,1 mL . 1,0329 g/ml
Air laut = 0,10329 g
Air laut = 103,29 mg
Kadar Cl- dalam 100 mL air laut Lamongan encer
% Cl- = 3,9352 mg103,29 mg
×100 % = 3,8099 %
Kadar Cl- rata-rata dalam 100 mL air laut Lamongan encer
% Cl- rata-rata = (3,8099+3,4209+3,8099 ) %
3
= 3,6802 %
LAMPIRAN II : DOKUMENTASI PRAKTIKUM
Gambar 1 :
Ketiga Erlenmeyer disamping berisi arutan NaCl tak berwarna sebelum ditambahkan indicator K2CrO4
Gambar 2 :
Dalam ketiga Erlenmeyer di samping terbentuk endapan K2CrO4 yang berwarna merah bata pada titik akhir titrasi pertama, kedua, dan ketiga.
Gambar 3:
Ketiga Erlenmeyer di samping berisi masing-masing 10 mL Air laut yang diencerkan 1000X
pertama dan titrasi kedua.