26
LOGO Titrasi pengendapan

Argentometri 110829173557

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Argentometri 110829173557

LOGO

Titrasi pengendapan

Page 2: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Titrasi Pengendapan

Berdasar pada pembentukan endapan yang terjadi antara titran dan titer

Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna endapan

Page 3: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Titrasi Pengendapan

Paling sering dilakukan untuk menetapan kadar Halogen : Klorida Bromida Iodida Sianida

Positively charged prim ary adsorption layer on collo idal particle

A g + Cl-

A g +A g +

A g +

A g +

A g +

A g +A g +

A g +

Cl- Cl-

Cl-

Cl-

Cl- Cl-

Cl- Cl- Cl-A g +A g +

A g +A g +

A g +

A g +

Cl-

Cl-

A g +

A g +

A g +A g +

A g +

A g +

H +

H +

NO 3-

NO 3-

NO 3-

H +

NO 3-

NO 3-

NO 3-

NO 3-

NO 3-

NO 3-

NO 3-

NO 3-

NO 3-

NO 3-

NO 3-

NO 3-

NO 3-

Colloidal Solid

Counter-ion layer of solution w ith excess anions

Hom ogeneous solution (charged balanced)

H +

A g +

Electric double layer

Page 4: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Kurva Titrasi

50 ml larutan NaCl 0,10 M dititrasi dengan larutan AgNO3 0,10 M. Hitung konsentrasi ion klorida selama titrasi dan buat kurva pCl vs ml AgNO3. Ksp AgCl = 1 x 10-10.

Awal sebelum titrasi : [Cl-] = 0,10 M, maka pCl = 1,00

Setelah penambahan 10 ml AgNO3 :Ag+ + Cl- → AgCl (p)

awal 1,00 mmol 5,00 mmolperubahan -1,0 mmol -1,0 mmolkesetimbangan - 4,0 mmol

[Cl-] = 4,00 mmol / 60,0 ml = 0,067 MpCl = 1,17

Page 5: Argentometri 110829173557

Company name

Setelah penambahan 49,9 ml AgNO3 :

Ag+ + Cl- → AgCl (p) awal 4,99 mmol 5,00 mmolperubahan -4,99 mmol -4,99 mmolkesetimbangan - 0,01 mmol[Cl-] = 0,01 mmol / 99,9 ml = 1,0 x 10-4 MpCl = 4,00

Pada titik ekivalen (TE) :Ag+ + Cl- → AgCl (p)

awal 5,00 mmol 5,00 mmolperubahan -5,00 mmol -5,00 mmolkesetimbangan - -

[Ag+] = [Cl-] [Ag+][Cl-] = Ksp = 1,0 x 10-10[Cl-] = 1,0 x 10-5 maka pCl = 5,00

Page 6: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Setelah penambahan 60,0 ml AgNO3 :Ag+ + Cl- →

AgCl (p) awal 6,00 mmol 5,00 mmolperubahan -5,00 mmol -5,00 mmolkesetimbangan 1,00 mmol -

[Ag+] = 1,00 mmol / 110 ml = 9,1 x 10-3 MpAg = 2,04 maka pCl = 10,00 – 2,04 = 7,96

Secara umum untuk halida :Ag+ + X- → AgX (p)

Tetapan kesetimbangan : K = 1 / [Ag+][X-] = 1 / KspMakin kecil Ksp makin besar K suatu titrasi.

Page 7: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Kurva Titrasi

Page 8: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

ARGENTOMETRI

Titrasi pengendapan yang paling banyak dipakai adalah Argentometri, karena hasil kali kelarutan garam perak halida (pseudohalida) sangat kecil :

Ksp AgCl = 1,82 . 10-10

Ksp AgCN = 2,2 . 10-16

Ksp AgCNS = 1,1 . 10-12

Ksp AgI = 8,3 . 10-17

Ksp AgBr = 5,0 . 10-13

Tiga cara penentuan titik akhir titrasi : cara Mohr indikator CrO4

-2

cara Volhard indikator Fe3+

cara Fajans Fluorescein (indikator adsorpsi)

Page 9: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

ARGENTOMETRI – MOHR

Titrasi Mohr digunakan untuk menentukan kadar halida atau pseudohalida di dalam larutan. Kromat (CrO4 2-) sbg indikator titik akhir karena membentuk endapan Ag2CrO4 berwarna merah saat bereaksi dengan ion perak.Ksp Ag2CrO4 = 1,2 . 10-12 mol3.L-3

Ksp AgCl = 1,82 . 10-10 mol2.L-2

[ Perhatikan satuan stoikiometrinya ]

Meskipun tetapan hasilkali kelarutan (Ksp)AgCrO4 hampir sama dengan Ksp perak (pseudo)halida, tetapi kelarutan kedua garam perak tsb berbeda.

Page 10: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Titrasi Mohr dilakukan pada pH 7-9 (netral hingga basa lemah).

Jika pH terlalu kecil (asam) kesetimbangan kromat-dikromat akan menurunkan kepekaan [CrO4

2-] shg menghambat pembentukan endapan Ag2CrO4.

Jika pH terlalu besar (larutan basa) akan terbentuk endapan Ag2O.

Page 11: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Ag+ + Cl- AgCl (p)Ag+ + CrO4

2- Ag2CrO4 (p) merah

Kelarutan Ag2CrO4 > Kelarutan AgCl (8,4 x 10-5 M) (1,35 x 10-5 M)

Jika larutan Ag+ ditambahkan ke dalam larutan Cl- yang mengandung sedikit CrO4

2-, maka AgCl akan mengendap lebih dulu, sementara itu Ag2CrO4 belum terbentuk, dan [Ag+] naik hingga hasilkali kelarutan melampaui Ksp Ag2CrO4 (2,0 x 10-12) sehingga terbentuk endapan merah.

Page 12: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Pada TE : pAg = pCl = 5,00[Ag+][CrO4

2-] = 2,00 x 10-12

[ CrO42-] = 2,00x10-12 / (1,0x10-5)2 = 0,02 M

Konsentrasi tersebut terlalu tinggi karena warna kuning CrO4

2- akan mengganggu pengamatan terbentuknya endapan Ag2CrO4 (merah). Dalam praktek biasanya digunakan 0,005 s/d 0,01 M supaya kesalahan titrasi diperkecil, dan masih bisa dikoreksi dengan titrasi blanko indikator, atau dengan membakukan AgNO3 terhadap suatu garam klorida yang murni (titrasi dilakukan dalam kondisi yang sama dengan titrasi sampel).

Page 13: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Titrasi Mohr terbatas pada pH 6-10 (atau 7-9).Dalam larutan basa akan terjadi reaksi :

Ag+ + OH- → 2AgOH → Ag2O + H2O

Dalam larutan asam, jumlah [CrO4]2- turun sehingga hanya sedikit HCrO4

- yang terionisasi, karena reaksi akan berlanjut sbb :2H+ + CrO4

2- 2HCrO4- Cr2O7

2- + H2O (kromat) (dikromat)

Jika [CrO42-] terlalu rendah ( < 0,005 M) akan

memerlukan penambahan [Ag+] yang berlebih untuk mengendapkan Ag2CrO4; hal itu akan menjadi sumber kesalahan titrasi.

Cr2O72- tidak dapat digunakan sebagai indikator

argentometri karena Ag2Cr2O7 mudah larut.

Page 14: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Metode Mohr dapat digunakan untuk titrasi Br- dan CN- dalam larutan basa lemah, sedangkan untuk I- dan CNS- tidak feasible karena akan terjadi adsorpsi oleh endapan. Ag+ tidak dapat dititrasi langsung oleh Cl menggunakan indikator CrO4

2-, karena Ag2CrO4 akan terbentuk lebih awal dan melarut lambat menjelang TE.

Untuk hal tsb dapat digunakan teknik titrasi balik : Ag+ ditambah Cl- baku (berlebih), kemudian Cl- sisa dititrasi dengan larutan Ag+ baku menggunakan indikator CrO4

2-.

Page 15: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

ARGENTOMETRI - VOLHARD

Titrasi Volhard merupakan teknik titrasi balik, digunakan jika reaksi berjalan lambat atau jika tidak ada indikator yang tepat utk pemastian TE.

Prinsip titrasi :Larutan perak ditambahkan berlebih ke dalam larutan (pseudo)halidaBr- + Ag+ → AgBr (endapan)

berlebih

Setelah reaksi sempurna endapan disaring, kemudian larutan dititrasi dengan larutan baku tiosianatAg+ + SCN- → AgSCN (larutan)

Page 16: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Indikator Fe(III) akan membentuk senyawa larut berwarna merah hasil reaksi Fe3+ dgn ion tiosianat :Fe3+ + SCN- → [Fe(SCN)]2+

Reaksi harus suasana asam, karena jika basa akan mudah sekali terbentuk endapan Fe(OH)3.

Ksp Fe(OH)3 = 2.10-39 mol3L-3

(dalam titrasi biasa digunakan [Fe3+] = 10-2 M)

Soal : Larutan mengandung sejumlah tertentu KBr dititrasi secara Volhard. Diperlukan penambahan 100 ml [AgNO3] 0,095 M berlebih, kemudian dititrasi dengan 18,3 ml larutan KSCN 0,100 M menggunakan indikator Fe3+. Hitung berapa konsentrasi Br- yang terdapat dalam larutan awal.

Page 17: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Metode Volhard banyak digunakan untuk reaksi Ag+ dan Cl- karena selain kelarutan endapannya kecil, suasana asam akan mencegah hidrolisis indikator Fe3+. Jika metode ini dilakukan dalam suasana netral akan terganggu oleh endapan kation-kation lain.

Metode Volhard digunakan pada titrasi langsung Ag+ dengan larutan CNS- atau titrasi tidak langsung pada penentuan kadar Cl-, Br- dan I-.

Pada titrasi tidak langsung Br- dan I- tidak terganggu oleh CNS- karena kelarutan AgBr = kelarutan AgCNS sedangkan kelarutan AgI < kelarutan AgCNS.

Page 18: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Kesalahan titrasi Cl- dapat terjadi jika endapan AgCl bereaksi lanjut dengan CNS- :

AgCl(p) + CNS- → AgCNS + Cl-

Karena kelarutan AgCNS < kelarutan AgCl maka reaksi di atas akan bergeser ke arah kiri, sehingga hasil analisis Cl- menjadi lebih kecil. Hal tsb dapat dicegah dengan penyaringan endapan AgCl atau dengan penambahan nitrobenzen (racun !) sebelum titrasi dengan CNS-. Nitrobenzen menjadi lapis minyak yang memisahkan endapan dari CNS-.

Page 19: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

ARGENTOMETRI – FAJANS

Titrasi Fajans menggunakan indikator adsorpsi, yakni senyawa organik yg teradsorpsi ke permukaan padat endapan (koloidal) selama proses titrasi berlangsung.

Contoh : Fluoresens sbg anion fluoresenat (hijau kuning) bereaksi dg Ag+ membentuk endapan merah intensif yg teradsorpsi ke permukaan endapan koloidal krn adanya pasangan muatan ion.

Page 20: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Adsorpsi senyawa organik berwarna pada permukaan endapan dapat menginduksi pergeseran elektronik intramolekuler yang mengubah warna.

Gejala tsb digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam-garam perak.

Page 21: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Suatu endapan cenderung mengadsorpsi lebih mudah ion-ion yang membentuk senyawa tidak larut dengan satu dari ion-ion dalam kisi endapan.

Jadi, Ag+ ataupun Cl- akan lebih mudah diadsorpsi oleh endapan AgCl daripada oleh ion Na+ ataupun NO3

-. Anion yang ada dalam larutan akan tertarik membentuk lapisan sekunder.

Fluoresein adalah asam organik lemah, membentuk anion fluoreseinat yang tidak dapat diadsorpsi oleh endapan koloidal AgCl selama Cl- berlebih. Akan tetapi saat Ag+ berlebih akan terjadi adsorpsi anion fluoreseinat ke lapisan Ag+ yang melapisi endapan, diikuti dengan perubahan warna menjadi pink.

Page 22: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalammemilih indikator adsorpsi :

1) Pada TE jangan dibiarkan AgCl menggumpal menjadi partikel besar, karena akanmenurunkan dengan tajam daya adsorpsi permukaan endapan terhadap indikator. Jika itu terjadi, diatasi dengan penambahan dextrin, sebagai koloid pelindung agar endapan terdispersi lebih banyak. Dengan adanya dextrin maka perubahan warna menjadi reversibel, dan setelah lewat TE dapat dilakukan titrasi balik dengan larutan baku Cl-.

Page 23: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

2) Adsorpsi indikator harus mulai terjadi sesaat sebelum TE dan makin cepat pada TE. Indikator yang jelek performansinya akan teradsorpsi kuat sehingga mensubstitusi ion-ion yang telah teradsorpsi sebelum TE.

3) pH larutan harus terkontrol agar dapat mempertahankan konsentrasi ion dari indikator asam lemah ataupun basa. Misalnya,fluoresein (Ka = 10-7) dalam larutan yang lebih asam dari pH 7 melepas fluoreseinat sangat kecil sehingga perubahan warna tidak dapat diamati. Fluoresein hanya dapat digunakan pada pH 7-10, sedangan difluoresein (Ka=10-4) digunakan pada pH 4-10.

Page 24: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

4) Sebaiknya dipilih ion indikator yang muatannya berlawanan dengan ion penitrasi. Adsorpsi indikator tidak terjadi sebelum terjadi kelebihan titran. Pada titrasi Ag+ dengan Cl- dapat digunakan metil violet (garam klorida dari suatu basa organik) sebagai indikator adsorpsi. Kation tidak teradsorpsi sebelum terjadi kelebihan Cl- dan koloid bermuatan negatif. Dalam hal tersebut dapat digunakan indikator diklorofluoresein, tetapi harus ditambahkan sesaat menjelang TE.

Page 25: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com

Page 26: Argentometri 110829173557

Company name

www.themegallery.com