16
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ARGENTOMETRI Selasa, 17 November 2015 Kelompok II Senin, Pukul 13.00 16.00 WIB Nama NPM Diana Alifah 260110150051 LABORATORIUM KIMIA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 Nilai TTD (Moses) (Popy)

Diana Alifah 260110150051 Argentometri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Diana Alifah 260110150051 Argentometri

Citation preview

Page 1: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

ARGENTOMETRI

Selasa, 17 November 2015

Kelompok II

Senin, Pukul 13.00 – 16.00 WIB

Nama NPM

Diana Alifah 260110150051

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2015

Nilai TTD

(Moses) (Popy)

Page 2: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

I. TUJUAN

Menentukan kadar senyawa halogen atau garam halida dengan metode

argentometri.

II. PRINSIP

2.1 Analisis Kuantitatif

Suatu analisis kimia yang mencari kadar kandungan komponen –

komponen yang terdapan dalam cuplikan (Pudyaatmaka, 2002).

2.2 Argentometri

Metode umum untuk menentukan kadar halogenida dan senyawa lain

untuk membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana

tertentu (Gandjar, 2007).

2.3 Metode Mohr

Pada metode ini, titrasi halida dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4,

pada titrasi ini akan berbentuk endapan baru yang berwarna (Khopkar,

1990).

2.4 Metode Volhard

Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator

merupakan metode Volhard, yaitu pembentukan zat pewarna di dalam

larutan. Selama titrasi AgSCN terbentuk membentuk zat pewarna merah

gelap [FeSCN]2+ bila NH4SCN berlebih dengan Fe(III) pada titik akhir

(Khopkar, 1990).

2.5 Metode Fajans

Pada metode ini digunakan metode yang indokator absorpsi, yang warna

pada titik ekuivalen, indikator terabsorpsi oleh endapan. Indikatir ini

memberikan warna pada larutan tetapi pada permukaan endapan

(Gandjar, 2007).

2.6 Pengendapan

Reaksi reaksi pembentukan padatan dalam larutan atau di dalam larutan

atau di dalam padatan lain selama reaksi kimia (Ilmu Kimia, 2014).

III. REAKSI

Hg2+ + 2SCN- → Hg(SCN)2 (aq) (Widiarto,2009).

Page 3: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

IV. TEORI DASAR

Titrasi adalah suatu proses dalam analisis volumetrik dimana suatu

titran atau larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya diteteskan

melalui buret kedalam larutan lain yang belum diketahui konsentrasinya. Zat

yang akan ditentukan kadarnya disebut titran dan zat yang sudah diketahui

kadarnya tersebut disebut titer (Ika, 2009).

Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi

sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator

umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan

berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi

munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna. Indikator

berubah warna karena system kromofornya diubah oleh reaksi asam basa

(Suirta, 2010).

Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH

lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya

merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan mempunyai pH=7.

Tetapi bila asamnya ataupun basanya merupakan elektrolit lemah, garam

yang terjadi akan mengalami hidrolisis dan pada titik ekivalen larutan akan

mempunyai pH > 7 (bereaksi basa) atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH

yang tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah

tersebut dan dari konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik akhir titrasi asam

basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa (Harjanti, 2008).

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar

halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan

perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode ini disebut juga metode

pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa

yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari titrasi

argentometri yaitu :

AgNO3 + Cl- AgCl (s) + NO3 (Gandjar, 2007).

Page 4: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti

perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar

zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan

endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang

telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat

AgNO3. Dengan meng ukur volume larutan standar yang digunakan sehingga

seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan

pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood, 1992)

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar

halogenida dan senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat

(AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga metode

pen gendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa

yang relative tidak larut atau endapan. (Gandjar,2007)

Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung sutu larutan-larutan

jenuh dari garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan.

Misalnya suatu garam yang sukar larut AmBn dalam larutan akan terdisosiasi

menjadi m kation dan n anion. Titrasi argentometri ialah titrasi dengan

menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak

yang sukar larut. (Susanti.2003.

Untuk menentukan berakhirnya suatu reaksi

pengendapan dipergunakan indikator yang baru menghasilkan suatu

endapan bila reaksi dipergunakan dengan berhasil baik untuk titrasi

pengendapan ini. Dalam titrasi yang melibatkan garam-garam perak ada tiga

indikator yang telah sukses dikembangkan selama ini yaitu metode Mohr

menggunakan ion kromat, CrO42-, untuk mengendapkan Ag2CrO4 coklat.

Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk sebuah

kompleks yang berwarna dengan ion tiosianat, SCN. Dan metode Fajans

menggunakan indikator adsorpsi. (Underwood.2004)

Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan

bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan

penambahan larutan kalium kromat sebagai indkator. Pada permulaan titrasi

Page 5: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik ekuivalen, maka

penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan

membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah. (Gandjar,2007)

Alkalinitas ditentukan dalam sampel air dengan metode titrasi,

menggunakan indikator metil oranye dan larutan asam sulfat standar

Kekerasan Magnesium dihitung dari selisih antara jumlah kekerasan dan

kalsium kekerasan (24). Klorida ditentukan dengan metode argentometric,

menggunakan indikator kromat kalium dan solusi AgNO3 standar. Natrium

dan Kalium ditentukan dengan metode fotometri emisi nyala, menggunakan

flame photometer (Khan, 2013).

Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah

asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang

ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut

kemudian dititrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator.

(Khopkar, 1990)

Perak dapat ditetapkan secara teliti dengan suasana asam dengan larutan

baku kalium dan ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan

7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam

besi (III) ntrat atau besi (III) ammonium sulfat sebagai indicator yang

membentuk warna merah dari kompleks besi (III)-tiosianat dalam lingkungan

asam nitrat 0,5-1,5N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab

ion besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasana basa sehingga

titik akhir tidak dapat ditunjukan. pH larutan dibawah 3, Pada titrasi terjadi

perubahan warna 0,7 – 1 % sebelum titik ekuaivalen. Untuk mendapatkan

hasil yang teliti pada waktu akan mencapai titik akhir, titrasi digojog kuat-

kuat supaya ion perak yang diarbsorbsi oleh endapan perak tiosianat dapat

bereksi dengan tiosianat. Metode volhard dapat digunakan untuk menetapkan

asam klorida, bromide, dan iondida dalam suasana asam. (Gandjar,2007).

Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi

ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan

timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik

Page 6: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH

(Harjadi, 1990).

Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik

akhir dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i)

endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan terlihat

menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii)

larutan yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990)

Pada metode ini digunakan indicator arbsorbsi, yang mana pada titik

ekuivalen, indicator terarbsorbsi oleh endapan. Indicator ini tidak membeikan

warna pada larutan, tetapi pada permukaan endapan. (Gandjar,2007)

V. ALAT DAN BAHAN

5.1 Alat

5.1.1 Buret

5.1.2 Gelas Kimia

5.1.3 Gelas Ukur

5.1.4 Kertas Perkamen

5.1.5 Klem

5.1.6 Labu Erlenmeyer

5.1.7 Neraca Analitik

5.1.8 Pipet Tetes

5.1.9 Statif

5.2 Bahan

5.2.1 Aquades

5.2.2 Ferri Aluin

5.2.3 HgAc2

5.2.4 HNO3

5.2.5 NH4SCN

5.3 Gambar

Page 7: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

buret gelas kimia gelas ukur kertas perkamen klem

labu neraca analitik pipet tetes statif

erlenmeyer

VI. PROSEDUR

Dalam menentukan kadar HgAc2 hal yang harus dilakukan terlebih

dahulu adalah pembakuan NH4SCN 0,244 N. Pertama, labu erlenmeyer

dilapisi dengan plastik hitam. Lalau, AgNO3 dipipet sebanyak 10 mL.

Selanjutnya, larutan tersebut ditambahkan dengan aquades sebanyak 50 mL

dan ditambahkan HNO3 sebanyak 5 mL serta indikator ferri aluin sebanyak 3

mL. Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan NH4SCN. Terakhir,

perubahan warna yang akan terjadi diamati dan dihitung volume NH4SCN

yang telah digunakan.

Untuk menentkan kafar HgAC2, pertama yang harus dilakukan yaitu

HgAc2 ditimbang sebanyak 400 mg. Setelah ditimbang, dimasukkan ke dalam

labu erlemmeyer. Lalu, aquades ditambahkan sebanyak 40 mL dan HNO3 0,1

N ditambahkan sebanyak 5 mL. Selanjutnya, indikator ferri aluin

ditambahkan sebanyak 5 mL dan dititrasi dengan larutan NH4SCN. Terakhir,

perubahan warna diamati dan dihitung volume NH4SCN yang telah

digunakan.

VII. DATA PENGAMATAN

Pembakuan NH4SCN 0,244 N

No. Perlakuan Hasil Foto

Page 8: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

1. AgNO3 dipipet 10 mL

ke dalam labu

erlenmeyer, lalu

ditambahkan aquades

50 mL + HNO3 5 mL +

indikator ferri aluin 3

mL. Dititrasi dengan

NH4SCN

Didapatkan larutan baku

NH4SCN 0,244 N.

Penentuan kadar HgAc2

No. Perlakuan Hasil Foto

1. 400 mg HgAc2+ 40 mL

aquades + 5 mL HNO3

0,1 N

Larut

2. Ditambahkan indikator

gerri aluin sebanyak 5

mL

Larutan menjadi warna

jingga.

3. Dititrasi dengan

NH4SCN. Dilakukan

secara triplo.

Menjadi warna jingga.

Volume NH4SCN 0,1 :

1. 9 mL

2. 6,4 mL

3. 6,9 mL

Page 9: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

4. Dilakukan blanko Blanko = nol

VIII. PERHITUNGAN

8.1 Pembakuan NH4SCN

(NH4SCN) (AgNO3)

N1V1 = N2V2

9,4 x N1 = 0,23 x 10

𝑁1 = 2,3

9,4= 0,244 𝑁

8.2 Penentuan Kadar HgAc2

1. HgAc2 I

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 9 𝑥 0,1 𝑥 159

400 𝑥 100%

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 143,1

400 𝑥 100%

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 0,357 𝑥 100 %

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 35,7 %

2. HgAc2 II

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 6,4 𝑥 0,1 𝑥 159

400 𝑥 100%

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 101,76

400 𝑥 100%

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 0,254 𝑥 100 %

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 25,4 %

Page 10: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

3. HgAc2 III

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100%

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 6,9 𝑥 0,1 𝑥 159

400 𝑥 100%

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 109,71

400 𝑥 100%

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 0,274 𝑥 100 %

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 = 27,4 %

Rata – rata persentase kadarnya sebesar 29,5 %

IX. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yang berjudul Argentometri yang bsertujuan

untuk dapat menentukan kadar senyawa halogen atau garam halida dengan

menggunakan metode argentometri. Argentometri sendiri merupakan suatu

metode yang digunakan untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa

lain dalam suatu larutan yang membentuk endapan ion Ag+ dengan

menggunakan perak nitrat (AgNO3) sebagai titrannya pada suasana tertentu.

Untuk menentukan kadar asam atau basa dalam sautu larutan yaitu dengan

metode volumetri. Argentometri juga merupakan salah cara untuk Digunakan

perak nitrat karena sesuai nama yaitu argentometri yang terdiri dari argentum

yang berarti perak serta metri yang berarti pengukuran. Pada metode

argentometri ini, merupakan titrasi pengendapan terhadap sampel yang

dianalisa dengan menggunaka perak nitrat, dan pada biasanya metode

argentomteri ini untuk menentukan kadar halida (Cl-, Br-. Dan I-). Titrasi

argentometri terdapat tiga metode yaitu metode Mohr,metode Volhard, dan

metode Fajans. Yang membedakan dari ketida metode tersebut adalah

indikator yang digunakannya. Pada metode Mohr, titrasu yang dilakukan

menggunakan indikator kalium kromat pada netode ini titrasi akan

membentuk endapan yang berubah warma. Pada metode Volhard terdapat dua

Page 11: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

tahapan, pada metode ini perak nitat dan amonium tiosianat merupan titernya,

titrasi perak nitrat dengan amonium tiosianat dengan garam Fe(III) sebagai

indikator endapan AgSCN akan terbentk dan berwarna merah gelap. Pada

metode Volhard ini, terdapat 2 titik akhit tiitrasi. Lalu, pada metode Fajans,

indikator yang digunakan adalah indikator absorpsi maksudnya ialah

indikator akan terabsorpsi oleh endapan sehingga endapan tersebut

memberikan warna pada larutan akan tetapi pada permukaan endapan. Salah

satu contoh indikatop pada metose Fajans ini adalah ferri aluin dan eusin.

Pada titrasi argentometri ini, dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Yang dilakukan secara langsung dapat menggunakan dengan cara

metode Morh dan Fajans. Sedangkan metode Volhard merupakan metode

yang tidak langsung. Hal yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam dalam

menentukan kadar merkuri asetat ini dilakukan beberapa cara. Salah satunya

yaitu pembakuan larutan amoium tiosianat. Titrasi argentometri

menggunakan larutan baku sekunder amonium tiosianat dan amonium

tiosianat akan dibakukan dengan larutan perak nitrat. Karena larutan perak

nitrat belum memenuhi dtandar yang dilakukan sebagai larutan baku primer,

oleh karena itu larutan perak nitrat harus dibakukan terlebih dahulu

menggunakan larutan NaCl. Hal ini dilakukan karena larutan perak nitrat dan

larutan amonium tiosianat masih dalam keadaan larutan baku sekunder.

Sedangkan larutan NaCl merupakan larutan baku primer. Larutan baku

sendiri merupakan larutan yang larutan yang konsentrasinya sudah diketahui

secara pasti serta larutan yang sudah stabil keadaanya. Larutan baku biasanya

berfungsi sebagai titran sehingga larutan baku tersebut ditempatkan buret,

yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur suatu volume larutan baku

tersebut. Selain itu, larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadar

dalam larutan tersebut, dengan cara diukur volumenya menggunakan pipet

volume dan ditempatkan di dalam labu erlenmeyer. Larutan baku itu sendiri

biasanya dinyatakan dalam satuan normalitas (N) dimana mol.ekivalen.L atau

dalam Molaritas (M). Dalam hal ini, terdapat larutan baku primer dan larutan

baku sekunder. Dimana Larutan baku primer merupakan larutan yang bersifat

Page 12: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

stabil dan sudah diketahui konsentrasina. Selain itu, larutan baku primer juga

dalap digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain. Salah satu

contoh dari larutan baku primer adalah NaCl, asam oksalat, serta Natrium

Oksalat. Sedangkan larutan baku sekunder merupakan larutan yang zat

padatnya belum murni secara sempurna dan konsentrasinya tidak dapat

diketahui secara tepat karena berasal dari zat yang belum murni. Larutan baku

sekunder juga bersifat belum stabil. Untuk itu, larutan baku sekunder belum

dapat menentukan konsentrasi zat lain karena konsentrasi sendiri pun belum

dapat ditentukan secara pasti. Untuk itu harus dibakukan dengan larutan baku

primer. Contoh dari larutan baku sekunder yaitu AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2,

dan NaOH, serta HCl. Oleh karena itu, terlebih dahulu AgNO3 harus

dibakukan terlebih dahulu menggunakan NaCl. Setelah itu, larutan perak

nitrat dapat digunakan untuk membakukan larutan amonium tiosianat dimana

larutan amonium tiosianat masih dalam keadaan larutan baku sekunder. Hal

yang harus diperhatikan adalah melakukan kalibrasi terhadap alat alat yang

akan digunakan. Kalibrasi merupakan suatu proses verifikasi bahwa suatu

akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Hal tersebut bertujuan untuk

hasil pengukuran yang didapatkan lebih teliti serta hasil pengukuran yang

sesuai. Selain itu dapat mengetahui seberapa jauh penyimpangan terhadap

alat ukur dan hasil yang di dpatkan nanti. Dalam pembakuan larutan amonium

tiosianat, pertama yang harus dilakukan adalah labu erlenmeyer harus dilapisi

telebih dahulu dengan plastik hitam. Alat pelapis erlenmeyer tersebut dapat

menggunakan dengan apa saja, tetapi harus gelap. Hal terebut dilakukan

karena sesuai sifar kimia dari perak nitrat tersebut. Selain itu, penyimpanan

perak nitrat juga harus dalam keadaan dalam wadah tertutup dengan baik,

serta terlindung dari cahaya. Hal ini karena larutan perak nitrat mudah terurai

oleh cahaya. Oleh karena itu, terlebih dahulu harus dilapisi dengan plastik

hitam agara tidak mudah terurai dalam cahaya dan terlingsungi dari cahaya.

Selain itu, yang harus diperhatikan yaitu dalam titrasi ini harus dalam keadaan

netral, tidaj boleh terlelu asam serta tidak boleh terlalu basa. Apabila terlalu

asam CrO42- akan berubah menjadi Cr2O7

2- dan tidak akan bereaksi. Seelah

Page 13: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, larutan ditambah dengan 10 mL

aquades hal tersebut dilakukan agar larut. Karena sesuai dengan sifat dari

perak nitrat yang mudah larut dalam air. Selain itu perak nitrast juga bersifat

mudah larut dalam air dan larut juga dengan etanol sebesra 95 %. Pemerian

perak nitrak juga dalam keadaan serbur hablur yang berwarna putih, tidak

berbau, tetapi perak nitrat dapat berubah menjadi gelap apabila terkena

cahaya. Maka dari itu, dalam penyimpanannya harus dalam keadaan wadah

yang tertutup. Setelah itu, ditambahkan dengan larutan HNO3 yang bertujuan

meminimalkan kekeruhan larutan. Sebelum dititrasi dengan larutan NH4SCN,

analit harus ditambahkan dengan indikator terlebi dahulu yang bertujuan

untuk menentukan titik akhir titrasi tersebut. Indikator yang digunakan adalah

ferri aluin sebanyak 3 mL. Lalu, dititrasi dengan larutan NH4SCN. Kemudian

diamati perubahan warnanya dan dihitung volume yang diperlukan seberapa

banyak. Hasil dari pembakuan larutan NH4SCN didapatkan larutan baku

NH4SCN 0,244 N. Selanjutnya adalah penentuan kadar sampel merkuri

asetat. Merkuri asetat merupakan kristal yang berwarna putih dan berbau

asetat sedikit. Yang dilakukan pertama kali yaitu HgAc2 digerus terlebih

dahulu agar lebih halus dan ditimbang sebanyak 400 mg. Setalh itu

dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan dengan aquades

sebanyak 40 mL. Hal ini agar HgAc2 dapat larut dalam air. Setelah itu,

ditambahkan dengan larutan HNO3 yang bertujuan sama seperti pembakuan

amonium tiosianat agar meminimalkan kekeruhan larutan. Setelah itu,

sebelum melakukan titrasi ditambah indikator terlebih dahulu. Indikator yang

digunuakan yaitu ferri aluin sebanyak 5 mL. Analit yang awalnya berwarna

bening dan larut, ketika ditambahkan dengan indikator ferri aluin berubah

warna menjadi warna kuning. lalu, dititrasi menggunakan larutan baku

amonium tiosianat dan diamati perubahan pada analit tersebut, selain itu juga

diamati volume yang diperlukan agar mencapai titik titrasi. Titrasi tersebut

dilakukan secara triplo. Hal ini berjutuan agar hasil yang didapatkan dalam

oercobaan yang telah dilakukan mencapai valida, dan meminimalkan

kesalahan dalam praktikum serta, sebagai pembanding satu sama lain.

Page 14: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

Volume yag diperlukan pada titrasi pertama yaitu sebanyak 9 mL, titrasi

kedua sebanyak 6,4 mL, sedangkan pada itrasi ketiga sebanyak 6,9 mL. Lalu,

blanko dilakukan. Blanko merupakan larutan yang diperlakukan sama

dengan sampel, ditambah dengan reagen yang sama, mengalamai kontak

dengan alat yang sama dan diperlakukan dengan prosedur yang sama. Blanko

yang didapatkan adalah sama dengan nol hal tersebut karena ketika dititrasi

dengan larutan yang sama, hanya dengan satu tetes sudah terjadi titik akhir

titrasi. Setelah volume amonium tiosianat didapatkan, persentase kadar

merkuri asetat dpat ditentukan dan didapatkan persentase merkuri asetat yang

pertama yaitu sebesar 37,5 % yang kedua 25,4%, dan yang ketiga 27,4 %.

Serta diperoleh rata – rata dari ketiga persentase tersebut sebesar 29,5 %.

Kadar sebenarnya pada HgAc2 yaitu sebesar 390,5. Hal tersebut berbeda

dengan apa yang dilakukan karena mungkin ketidak telitian terhadap volume

larutan – larutan yang digunakan.

X. KESIMPULAN

Dapat menentukan kadar senyawa menggunakan metode argentometri.

Sampel yang akan ditentukan yaitu merkuri asetat (HgAc2) yang dilkukan

dengan menitrasi dengan larutan baku NH4SCN, dan didapatkan hasil

persentase kadar merkuri asetat secara berturut – turut sebanyak 37,5 %, 25,4

%, dan 27,4 % dengan rata – rata persentasenya yaitu sebesar 29,5 %.

Page 15: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku

Kedokteran : EGC. Jakarta.

Day, RA. Jr dan Al Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima.

Erlangga. Jakarta.

Gandjar,I. G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.

Harjanti, Ratna Sri. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma

domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis

Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses. Vol.2 No. 2 .

Ika, Dani. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C Dengan Metode

Titrasi Asam Basa. Jurnal neutrino. Vol. 1 No. 2. Available at

http://lib.uin.malang.ac.id/mod=ih_detail&id:04540021 [Diakses tanggal 15

November 2015]

Khan, Naeem, dkk. 2013. Physiochemical investigation of drinking water sources

from Tehsil Lachi, Kohat. American Journal of Research Communication.

Vol.15 No.5. Available at http://usa-

journals.com/wp=content/upload/2013/04/Naeem.Vol5.pdf [Diakses tanggal

15 November 2015

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia.

Jakarta.

Pusyaatmaka, A. Hadyana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka

Susanti, 2003. Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar :Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia

Suirta. 2010. Sintesis Senyawa orto-Fenilazo-2-Naftol sebagai Indikator dalam

Titrasi. Jurnal Kimia Vol. 1 No. 4. Available at

http://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/view/2770 [Diakses tanggal 15

November 2015]

Page 16: Diana Alifah 260110150051 Argentometri

Underwood A.L. 2004. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Erlangga :

Jakarta.

Widiarto, Sonny. 2009. Volumetri/Titrimetri. Available at

http://staff.unila.ac.id/sonnywidiarto/files.2011.09.VOLUMETRI.pdf

[Diakses tanggal 19 November 2015]