Upload
astri-diani
View
3.781
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN MINGGUANPRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
ARGENTOMETRI
Oleh :
Nama : Astri Diani PNRP : 093020068No Meja : 1 (satu)Kelompok : IV (empat)Tanggal : 27 Oktober 2010Asissten : Annisa Khaira W
LABORATORIUM KIMIA ANALITIKJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG2010
I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang
Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan,
(4) Reaksi Percobaan.
1.1. Latar Belakang Percobaan
Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam
kimia analisis dalam titrasi-titrasi, dalam penetapan gravimetri,
dan dalam memisahkan suatu sampel menjadi komponen-
komponennya. Titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan
hampir tak sebanyak titrasi yang melibatkan reaksi asam basa
dalam analisis titrimetri (Underwood, 1999).
Titrasi pengendapan disebut juga sebagai titrasi
argentometri. Argentometri merupakan sistem titrasi dengan
menggunakan larutan standar AgNO3. Disebut titrasi
pengendapan karena pada reaksinya membentuk atau
menghasilkan endapan berdasarkan sifat Ksp-nya dan
garam-garam yang mengendap tersebut (Khopkar, 2008).
Argentometri adalah titrasi-titrasi yang menyangkut
penggunaan larutan AgNO3. Argentometri dibedakan menjadi tiga
macam cara berdasarkan indikator yang dipakai untuk penentuan
titik akhir. Pertama cara Mohr, dengan indikator K2CrO4, dan
AgNO3 sebagai titrannya. Metode ini untuk menentukan garam
klorida dengan titrasi langsung, atau menentukan garam perak
dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan baku NaCl
berlebih. pH harus diatur agar tidak terlalu asam maupun terlalu
basa (antara 6 dan 10). Kedua cara Volhard, dengan indikator
Fe3+, dan KSCN atau NH4SCN sebagai titrannya. Metode ini
untuk menentukan garam perak dengan titrasi langsung, atau
garam-garam klorida, bromida, iodida, tiosianat, dengan titrasi
kembali setelah ditambah larutan baku AgNO3 berlebih, juga
untuk anion-anion lain yang lebih mudah larut dari AgSCN, tetapi
dengan usaha khusus. pH harus cukup rendah, kira-kira 0,3 M
besar H+, agar Fe3+ tidak terhidrolisa. Ketiga cara Fajans, dengan
indikator ialah salah satu indikator adsorpsi, dan AgNO3 sebagai
titrannya, pH tergantung dari macam anion dan indikator yang
dipakai (Underwood, 1999).
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan argentometri adalah untuk
menentukan konsentrasi suatu sampel dengan cara titrasi
pengendapan metode argentometri berdasarkan cara Mohr,
Volhard, dan Fajans.
1.3. Prinsip Percobaan
Percobaan ini berdasarkan pada reaksi pengendapan zat
yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan
titran. Adapun pentiter yang digunakan adalah larutan baku
AgNO3.
Titrasi argentometri ini dapat dilakukan dengan 3 macam
metode, yaitu:
a. Cara Mohr
Dilakukan dalam suasana netral, sebagai indikatornya
digunakan kalium kromat. Titik akhir titrasi dengan cara ini adalah
merah bata.
b. Cara Volhard
Dilakukan dalam suasana asam dengan indikator Fe3+ dan titik
akhir titrasi dengan cara ini adalah merah yang berasal dari
Fe(SCN)2+.
c. Cara Fajans
Dilakukan dalam suasana sedikit asam, indikatornya adalah
indikator adsorpsi misalnya flourescen dan titik akhir titrasinya
adalah endapan merah atau rose.
1.4 Reaksi Percobaan
1.4.1. Reaksi Mohr
AgCl + NaCl AgCl
AgCl + K2CrO4 AgCrO4
2Ag+ + CrO42- Ag2CrO4 (merah bata)
1.4.2. Reaksi Fajans
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
1.4.3. Reaksi Volhard
Ag+ + SCN- → AgSCN (s)
Fe3+ + SCN- → Fe (SCN)3 (merah)
II BAHAN, ALAT DAN METODE PERCOBAAN
Bab ini menguraikan mengenai: (1) Bahan yang digunakan,
(2) Alat yang digunakan dan (3) Metode percobaan.
2.1 Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan antara lain larutan AgNO3, larutan
indikator K2CrO4, fluoresen, NaCl, dan larutan sampel J.
2.2. Alat-alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, statif
dan klem, gelas kimia yang ditutup oleh karbon, labu Erlenmeyer,
gelas ukur, pipet gondok, labu takar dan botol semprot, pembakar
spirtus dan kasa.
3.3. Metode Percobaan
Rumus Perhitungan
Pembuatan larutan baku
Gram = BE x N xV
1000
Mencari Konsentrasi AgNO3
N AgNO3 = (V.N ) NaClV.AgNO3
Mencari Konsenrasi Sampel
N sampel = (V.N ) AgNO3
Vsampel
Gambar 14. Metode Percobaan Argentometri
TAT Metode Mohr : Larutan Merah Bata
TAT Metode Fajans : Larutan Kuning + Endapan Merah Bata
III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil pengamatan, dan
(2) Pembahasan.
3.1. Hasil Pengamatan
Percobaan dengan menggunakan metode Mohr
mendapatkan hasil sebagai berikut:
a. Membuat larutan baku primer
Dalam membuat larutan baku primer maka kita perlu
menimbang NaCl sebanyak 0,176 gram dan dilarutkan dalam 100
ml aquadest.
b. Pembakuan AgNO3
Hasil pengamatan dari penentuan konsentrasi larutan standar
adalah sebagai berikut :
Tabel 14. Hasil Pengamatan Penentuan Konsentrasi AgNO3
V NaCl N NaCl V AgNO3 N AgNO3
25 ml 0.03 N 15.15 m 0.04 N
(Sumber : Astri Diani, Meja 1, 2010)
c. Pembakuan sampel J
Hasil pengamatan dari penentuan konsentrasi larutan sampel
adalah sebagai berikut :
Tabel 15. Hasil Pengamatan Penentuan Konsentrasi AgNO3
V AgNO3 N AgNO3 V sampel N sampel
15.15 ml ml 0.05 N 8.2 ml 0.09 N
(Sumber : Astri Diani, Meja 1, 2010)
4.2. Pembahasan
Titrasi pengendapan disebut juga sebagai titrasi
argentometri. Disebut titrasi pengendapan karena pada reaksinya
membentuk/menghasilkan endapan (berdasarkan sifat Ksp-nya
dan garam-garam yang mengendap tersebut). Titrasi ini
menggunakan AgNO3 sebagai larutan standarnya dan
indikatornya adalah kalium kromat, eosin, flurensein, dan
beberapa lainnya. Garam-garam yang dapat mengendap dengan
AgNO3 adalah golongan halogenida, tiosianat, dan sianida.
(Underwood, 1999).
Reaksi yang menghasilkan endapan dapat dimanfaatkan
untuk analisis secara titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan
kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi. Beberapa reaksi
pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan lewat
jenuh. Hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan (Ksp)
harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif
dalam batas kesalahan eksperimen. Reaksi samping tidak boleh
terjadi, demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan utama
pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali indikator yang
sesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasikan berdasarkan tipe
indikator yang digunakan untuk melihat titik akhir
(Khopkar, 2008).
Percobaan argentometri dilakukan dengan cara Mohr dimana
indikatornya yang digunakan adalah larutan K2CrO4. Titrasi
dilakukan dalam suasana netral atau sedikit basa dan titik akhir
ditunjukkan dengan terbentuknya Ag2CrO4 yang berwarna merah
bata. Titrasi tidak dilakukan dalam suasana asam, karena CrO42-
dapat berubah menjadi Cr2O72- yang tidak bereaksi/tidak
mengendap dengan Ag+. Penetapan dengan cara ini didasarkan
pada perbedaan kelarutan AgX dengan Ag2CrO4.
Metode Mohr cukup akurat dan dapat digunakan
konsentrasi klorida yang rendah jika kondisinya cocok. Pada jenis
titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut dibanding
endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Akan tetapi tidak
boleh terlalu banyak larut, karena akan diperlukan lebih banyak
pereaksi dari yang seharusnya. Pereaksi organik yang digunakan
sebagai indiKator antara lain Na-rhodizonat dan garam
Na-hidroksikuinon (Khopkar, 2008).
Saat percobaan berlangsung kondisinya tidak boleh terlalu
basa, karena dalam suasana basa akan terbentuk Ag2O3, dan
ada kemungkinan endapan lain seperti PO43-, Ba2+, karbonat,
akan mengendapkan Ag.
Reaksi dalam suasana asam :
2CrO42- + 2H+ 2HCrO4 + Cr2O7
2- + H2O (jingga)
Warna jingga yang terbentuk akan mengganggu saat
pengamatan titik akhir, selain itu konsentrasi kromat akan
mengecil sehingga konsentrasi yang diharapkan tidak tercapai.
Reaksi dalam suasana basa :
2 OH- + 2Ag+ → Ag2O + H2O (merah coklat)
Terbentuknya warna merah coklat tersebut mengakibatkan
sukarnya pengamatan pada titik akhir, karena warnanya dan
selain itu pemakaian larutan standar akan lebih banyak dari yang
seharusnya karena ada yang bereaksi dengan OH-. Pemakaian
larutan standar yang lebih banyak menyebabkan kesalahan yang
ditimbulkannyapun lebih besar (Khopkar, 2008).
Metode Mohr cukup akurat dan dapat digunakan konsentrasi
klorida yang rendah jika kondisinya cocok. Pada jenis titrasi ini,
endapan indikator berwarna harus lebih larut dibanding endapan
utama yang terbentuk selama titrasi. Akan tetapi tidak boleh
terlalu banyak larut, karena akan diperlukan lebih banyak
pereaksi dari yang seharusnya. Pereaksi organik yang digunakan
sebagai indiKator antara lain Na-rhodizonat dan garam
Na-hidroksikuinon (Khopkar, 2008).
Apabila menggunakan metode Fajans maka untuk penetapan
kadar halida menggunakan indikator adsorpsi. Tergantung dari
indikator yang dipakai, maka metoda ini dapat juga dipakai untuk
penetapan kadar halida dalan larutan dengan keasaman yang
cukup rendah. Reduksi senyawa perak dikatalisir oleh cahaya.
Oleh karena itu indikator penambah kepekaan senyawa perak
terhadap pengaruh cahaya harus dihindari selama titrasi
(Harjadi, 1990).
Halida dititrasi langsung dengan larutan titer perak nitrat
menggunakan indikator adsorpsi (fluorescein). Titik akhir ditandai
dengan berubahnya warna endapan menjadi merah karena
adanya adsorpsi indikator pada permukaan endapan. Pada
penetapan klorida, sebelum titik ekuivalen akan menjadi koloid
yang belum mengendap, karena partikel koloid ini akan menyerap
in klorida dan ion ini akan menarik pasangnnya (Na+) sehingga
terbentuk AgCl. Partikel-partikel koloid yang bermuatan ini akan
saling tolak menolak sehingga pengumpulan endapan belum
terjadi. Pada titrasi selanjutnya ion klorida makin lama makin
berkurang dan begitu pula muatan pada permukaan koloid,
sehingga menjelang titik ekuivalen akan terjadi penggumpalan.
Pada kelebihan perak nitrat, endapan akan menyerap ion.
Selanjutnya pada titik akhir titrasi indikator yang semula bebas
dalam larutan warna kuning hijau akan diserap oleh permukaan
koloid AgCl sehingga endapan tersebut tampak merah muda
(Harjadi, 1990).
Hasil perhitungan untuk konsentrasi AgNO3 untuk setiap
praktikan berbeda-beda, hal ini dapat disebabkan antara lain;
karena ketidaktelitian saat melihat volume akhir titrasi, kesalahan
pada saat penimbangan NaCl, peralatan yang tercemar oleh
zat-zat sisa sebelumnya sehingga mengganngu warna titik akhir
titrasi, dan lainnya. Persentase kesalahan untuk perhitungan
konsentrasi sampel K pada pecobaan ini juga dapat disebabkan
oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas.
TAT pada metode Mohr dan metode Fajans hasilnya berbeda
karena indikator dan metode yang digunakan adalah berbeda.
Larutan AgNO3 harus ditutup menggunakan kertas karbon
dikarenakan larutan AgNO3 ini peka terhadap cahaya. Apabila
larutan ini terkena cahaya maka AgNO3 akan terurai oleh cahaya
sehingga terbentuk endapan AgO2 yang berwarna abu.
Air yang digunakan dalam percobaan argentometri ini harus
bebas dari CO2 dengan cara memanaskannya terlebih dahulu.
Hal ini dikarenakan apabila air tidak bebas dari CO2 maka CO2
akan bereaksi dengan larutan AgNO3 sehingga membentuk
AgCO3 yang dapat mengganggu dan mengeruhkan larutan yang
akan dititrasi serta mempengaruhi bilangan oksidasinya.
Persamaan reaksinya sebagai berikut:
AgNO3 ↓ + CO2 ↑ → Ag2CO3 ↓
Perbedaan pada ketiga metode argentometri yaitu metode
Fajans, metode Mohr, dan metode Volhard adalah suasana yang
dilakukan dalam setiap metode berbeda-beda dan indikator yang
digunakan pun berbeda. Pada metode Fajans dilakukan dalam
suasana sedikit asam, pada metode Mohr dilakukan dalam
suasana netral, sedangkan pada metode Volhard dilakukan
dalam suasana asam. Selain itu, indikator yang digunakan dalam
metode Fajans adalah fluorescein 0,05%, dalam metode Mohr
indikator yang digunakan adalah K2CrO4 sedangkan metode
Volhard menggunakan indikator Fe(NH4)(SO4)2 40%.
Persamaan dari metode Volhard, metode Fajans dan metode
Mohr sudah jelas yaitu menggunakan zat peniter yang sama yaitu
larutan AgNO3.
Gangguan-gangguan pada titrasi antara lain disebabkan
oleh :
a. Ion yang akan mengendap lebih dahulu dari AgCl : I-, Br-, SCN-
b. Ion yang membentuk kompleks dengan Ag+, misalnya CN-NH3
diatas pH = 7,
c. Ion yang membentuk kompleks dengan Cl+, misalnya Hg2+, dan
d. Kation yang dapat mengendapkan kromat : Ba2+.
Apabila pada hasil percobaan didapatkan hasil yang lebih
dari yang telah ditentukan oleh ketentuan yang berlaku maka
pada saat melakukan praktikum mengalami kelalaian seperti
pada saat melakukan titrasi melakukan kesalahan, larutan yang
dititrasi terlalu banyak sehingga warna yang diperoleh pada saat
hasil titrasi tidak sesuai dengan yang ditentukan, atau salah
dalam mengambil larutan yang seharusnya digunakan dan terlalu
banyaknya dalam memberi larutan yang telah disediakan,
sehingga apabila dalam titrasi tidak dilakukan pengamatan yang
baik maka hasil yang didapat akan jauh dari hasil yang
diinginkan, sehingga akan terjadi kesalahan yang fatal.
V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan
(2) Saran.
5.1. Kesimpulan
Hasil yang diperoleh dari pembuatan larutan baku NaCl
adalah dengan ditimbang NaCl sebanyak 0,176 gram yang
kemudian dilarutkan. Dari pembakuan AgNO3 didapat
konsentrasi larutan standar AgNO3 adalah 0,04 N. Konsentrasi
sampel J adalah 0,09 N.
5.2. Saran
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan percobaan ini
adalah ketelitian, terutama dalam pencatatan volume akhir titrasi
agar tidak keliru dalam melakukan perhitungan. Selain itu, dalam
menggunakan peralatan yang dipakai juga harus berhati-hati,
jangan sampai rusak apalagi pecah karena peralatan yang
digunakan jumlahnya sedikit disamping harganya yang cukup
mahal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, (2008), Argentometri,
http://medicafarma.blogspot.com/2008/04/argentometri,
Akses : 27 November 2010.
Harjadi, (1990), Ilmu Analitik Dasar, PT. Gramedia: Jakarta.
Khopkar, (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik . Cetakan
Pertama. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.
Underwood, (1999). Analisis kimia Kuantitatif. Penerbit PT
Erlangga: Jakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
a. Membuat larutan baku NaCl 0,05 N
N = grBE
x 1000V
0,03 = gr58,5
x1000100
g r =0,176 gram b. Pembakuan AgNO3
(VN) NaCl = (VN) AgNO3
N AgNO3 = (VN) NaCl V AgNO3
= 25 x 0,05 = 0,04 N 15.15
c. Penentuan Konsentrasi sampel
(VN) sampel = (VN) AgNO3
N sampel = (VN) AgNO3
V sampel
= 15.15 x 0,05 = 0,09 N 8.2
LAMPIRAN QUIZ
Soal
1. Tulis reaksi kimi sehingga terjadi pengendapan pada
argentometri!
2. Aplikasi argentometri pada bidang pangan?
3. Sebutkat ikatan kimia pada silikat gel!
4. Hitung Rf bila jarak gerak zat terlarut 1.8 cm dan jarak gerat
zat pelarut 15.9 cm!
5. Kenapa kromaogram pada kromatografi lapis tipis di tutup
dan ditempatkan kertas saring?
Jawab
1. Reaksi Mohr
AgCl + NaCl AgCl
AgCl + K2CrO4 AgCrO4
2Ag+ + CrO42- Ag2CrO4 (merah bata)
Reaksi Fajans
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
Reaksi Volhard
Ag+ + SCN- → AgSCN (s)
Fe3+ + SCN- → Fe (SCN)3 (merah)
2. Digunakan untuk mendeteksi kandungan zat pewarna yang
digunakan pada suatu makanan.
3.
4. Rf = Jarak Gerak Zat TerlarutJarak Gerak Zat Pelarut
= 1.8 cm15.9 cm
= 0.1132 cm
5.