23
PENGEMBANGAN PERANGKAT EVALUASI BERDASARKAN TAKSONOMI THE STRUCTURE OF THE OBSERVED LEARNING OUTCOME (SOLO) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Subyantoro Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Rangkaian pembelajaran bukan hanya proses pembelajaran melainkan dimulai dengan perencanaan pembelajaran dan diakhiri dengan evaluasi. Perangkat evaluasi taksonomi SOLO ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif cara mengevaluasi pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia pada tiap jenjang pendidikan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dalam kerangka besarnya menggunakan pendekatan research development (Gall dan Borg 1983:775-776) untuk pelaksanaan penelitiannya, sedangkan detail pelaksanaan penelitiannya melibatkan penelitian deskripsif (pada tahap awal penelitian), penelitian pengembangan (untuk mengembangkan perangkat evaluasi mata pelajaran bahasa Indonesia), dan penelitian eksperimen (pada akhir penelitian untuk menguji efektivitas perangkat evaluasi mata pelajaran bahasa Indonesia). Hasil penelitian ini yang berupa perangkat evaluasi mata pelajaran Bahasa Indonesia pada jenjang pendidikan dasar dan menengah berdasarkan Taksonomi SOLO yang diharapkan mampu menjadi perangkat evaluasi pembelajaran yang bermanfaat bagi para guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran Bahasa. Karena dengan perangkat evaluasi yang tepat itulah akan mewujudkan pembelajaran yang serius sehingga siswa mempunyai tanggung jawab untuk terus berusaha lebih baik. Kata kunci: evaluasi pembelajaran, perangkat evaluasi, taksonomi SOLO PENDAHULUAN Dari enam mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN), bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang paling banyak membuat siswa tidak lulus UN. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Semarang, ada 733 siswa SMA/MA/SMK harus mengulang mata pelajaran ini dalam UN ulangan 10-14 Mei. (CyberNews, Suara Merdeka). Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menyampaikan, kebanyakan peserta UN SMA/MA 2010 yang mengulang adalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi. (sosialbudaya.tvone.co.id)

Artikel Taksonomi Solo 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Artikel Taksonomi Solo 2

1

PENGEMBANGAN PERANGKAT EVALUASI

BERDASARKAN TAKSONOMI THE STRUCTURE OF THE OBSERVED

LEARNING OUTCOME (SOLO) PADA MATA PELAJARAN

BAHASA INDONESIA

Subyantoro

Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK

Rangkaian pembelajaran bukan hanya proses pembelajaran melainkan dimulai

dengan perencanaan pembelajaran dan diakhiri dengan evaluasi. Perangkat

evaluasi taksonomi SOLO ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif cara

mengevaluasi pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia pada tiap

jenjang pendidikan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dalam

kerangka besarnya menggunakan pendekatan research development (Gall dan

Borg 1983:775-776)

untuk pelaksanaan penelitiannya, sedangkan detail

pelaksanaan penelitiannya melibatkan penelitian deskripsif (pada tahap awal

penelitian), penelitian pengembangan (untuk mengembangkan perangkat evaluasi

mata pelajaran bahasa Indonesia), dan penelitian eksperimen (pada akhir

penelitian untuk menguji efektivitas perangkat evaluasi mata pelajaran bahasa

Indonesia). Hasil penelitian ini yang berupa perangkat evaluasi mata pelajaran

Bahasa Indonesia pada jenjang pendidikan dasar dan menengah berdasarkan

Taksonomi SOLO yang diharapkan mampu menjadi perangkat evaluasi

pembelajaran yang bermanfaat bagi para guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di

SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran

Bahasa. Karena dengan perangkat evaluasi yang tepat itulah akan mewujudkan

pembelajaran yang serius sehingga siswa mempunyai tanggung jawab untuk terus

berusaha lebih baik.

Kata kunci: evaluasi pembelajaran, perangkat evaluasi, taksonomi SOLO

PENDAHULUAN

Dari enam mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN), bahasa

Indonesia adalah mata pelajaran yang paling banyak membuat siswa tidak lulus

UN. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Semarang, ada 733 siswa

SMA/MA/SMK harus mengulang mata pelajaran ini dalam UN ulangan 10-14

Mei. (CyberNews, Suara Merdeka).

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh

menyampaikan, kebanyakan peserta UN SMA/MA 2010 yang mengulang adalah

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi. (sosialbudaya.tvone.co.id)

Page 2: Artikel Taksonomi Solo 2

2

Di sebuah running text sebuah tv berita tanggal 27 April 2010 malam, saya

membaca bahwa siswa yang tidak lulus kebanyakan adalah untuk mata pelajaran

Bahasa Indonesia. Ketika hari ini saya tanyakan pada kawan yang anaknya

kebetulan lulus UN 2010 ini, dia mengatakan bahwa memang pelajaran Bahasa

Indonesia itu sulit. Kalau berita di running text itu benar, hal itu amat sangat

menyedihkan. Tentu kita bertanya tanya, mengapa pelajaran bahasa Indonesia

sulit bagi anak SMA/MA dan SMK. Sebabnya adalah sepele, pelajaran bahasa

Indonesia adalah termasuk mata pelajaran yang kurang mendapat perhatian.

Jelasnya bahasa Indonesia bukan mata pelajaran primadona. Para siswa lebih

mengutamakan pelajaran bahasa Inggris dari pada bahasa Indonesia. Bahkan

kalau perlu mereka Kursus Bahasa Inggris. Perlu kita ketahui bersama pula,

sampai saat ini tidak ada lembaga kursus Bahasa Indonesia.

(edukasi.kompasiana.com)

Di Sumatera Utara, untuk sekolah menengah atas negeri (SMAN) jurusan

IPS nilai rata- rata Bahasa Indonesia hanya 7,05, sementara Bahasa Inggris 7,90.

Bahkan, untuk sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN) nilai rata-rata Bahasa

Indonesia hanya 6,67, sementara mata pelajaran Matematika mencapai 7,64. Dari

9.844 siswa yang tidak lulus UN, sebagian besar karena tak lulus mata pelajaran

Bahasa Indonesia. Itu, misalnya, terjadi di SMKN 7 Medan. Dari 162 siswa yang

tak lulus, sebanyak 145 orang di antaranya tidak mempunyai cukup nilai untuk

mata pelajaran Bahasa Indonesia sehingga dinyatakan tak lulus.

(www.usbypkp.ac.id)

Dari permasalahan tersebut, peneliti „melihat‟ adanya kesalahan evaluasi

pembelajaran yang saat ini diterapkan pada pelajaran bahasa Indonesia. Saat ini

model evaluasi yang digunakan adalah taksonomi Bloom yang belum

memfasilitasi siswa untuk perpikir kritis dan pemecahan masalah. Oleh karena itu,

peneliti mencoba menyampaikan bahwa model evaluasi yang sesuai saat ini

adalah menggunalan taksonomi SOLO.

Taksonomi yang dikembangkan oleh Biggs dan Collis pada tahun 1982

yang kemudian dikenal dengan taksonomi The Structure of Observed Learning

Outcome (SOLO). Taksonomi SOLO mengklasifikasikan tingkat kemampuan

Page 3: Artikel Taksonomi Solo 2

3

siswa pada lima level berbeda dan bersifat hirarkis, yaitu prastruktural

(prestructural), unistruktural (unistructural), multistruktural (multystructural),

relasional (relational), dan extended abstract (Kenny, 2002).

Klasifikasi ini didasarkan pada keragaman berpikir siswa pada saat

merespon (baca: menjawab) masalah (baca: soal) yang disajikan. Tingkat

unistruktural menunjuk pada kemampuan siswa merespon masalah dengan satu

alternatif penyelesaian, sedangkan tingkat multistruktural menunjuk pada

kemampuan siswa merespon masalah dengan dua atau lebih alternative

penyelesaian.

Model taksonomi ini dipandang sangat menarik untuk diaplikasikan dalam

pembelajaran di sekolah, karena disamping bersifat hirarkis juga menuntut

kemampuan siswa memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian

serta mampu mengaitkan beberapa jawaban atau penyelesaian tersebut.

Taksonomi ini memberikan peluang pada siswa untuk selalu berpikir alternatif

(kemampuan pada level multi-struktural), membandingkan antara suatu alternatif

dengan alternatif yang lain (kemampuan pada level relasional), serta memberikan

peluang pada siswa untuk mampu memberikan suatu yang baru dan berbeda dari

biasanya (kemampuan pada level extended abstract). Artinya taksonomi ini

disamping mangakomodasi tujuan langsung juga dipandang mampu

mengakomidasi tujuan tidak langsung pembelajaran bahasa Indonesia dan

menuntut siswa pada kemampuan kognitif tingkat tinggi.

Sedangkan taksonomi Bloom mempunyai kategorisasi tingkat tujuan

pembelajaran pada asfek kognitif (cognitive domain). Bloom membagi

pencapaian hasil belajar peserta didik pada domain kognitif menjadi enam level,

yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan

(aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

(Bloom 1979).

Taksonomi Bloom ini direvisi oleh Lorin W Anderson dan David R.

Krathwohl menjadi Taksonomi Bloom Dua Diemnsi. Model taksonomi ini

memandang tujuan pembelajaran dari dua dimensi, yaitu dimensi proses kognitif

(cognitive process) dan dimensi pengetahuan (types of knowledge). Istilah proses

Page 4: Artikel Taksonomi Solo 2

4

kognitif sebagai pengganti behavior diperkenalkan dalam model taksonomi ini

untuk menghindari kerancuan, karena perspektif psikologi kognitif semakin luas

digunakan di dunia pendidikan dibanding dengan perspektif psikologi

behavioristik. Dimensi proses kognitif merupakan hasil revisi dari taksonomi

Bloom ranah kognitif. Proses kognitif diklasifikasikan menjadi enam kategori,

yaitu ingatan (remember), pemahaman (understand), aplikasi (apply), analisis

(analyze), evaluasi (evaluate), dan kreatifitas (create). Dimensi pengetahuan

diklasifikasi menjadi empat kategori, yaitu pengetahuan faktual (factual

knowlwdge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan

prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognif (metacognitive

knowledge) (Anderson 2001).

Pada saat sekarang, penggunaan model taksonomi Bloom memang masih

ada yang relevan. Namun, taksonomi Bloom belum mampu menampung evaluasi

pembelajaran yang menuntut siswa berpikir kritis dan pemecahan masalah. Oleh

karena itu, diperlukan model evaluasi yang mampu menampung hal tersebut.

Taksonomo Bloom yang dicetuskan Biggs dan Collis pada tahun 1982 yang

kemudian dikenal dengan taksonomi Structure of Observed Learning Outcome

(SOLO) memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi SOLO

Secara sederhana kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai suatu proses

berpikir atau kegiatan intelektual seseorang yang tidak dapat secara langsung

terlihat dari luar. Apa yang terjadi pada seseorang yang sedang belajar tidak dapat

diketahui secara langsung tanpa orang itu menampakkan kegiatan yang

merupakan fenomena belajar.

Kemampuan kognitif yang dapat dilihat adalah tingkah laku sebagai akibat

terjadinya proses berpikir seseorang. Dari tingkah laku yang tampak itu dapat

ditarik kesimpulan mengenai kemampuan kognitifnya. Kita tidak dapat melihat

secara langsung proses berpikir yang sedang terjadi pada seorang siswa yang

Page 5: Artikel Taksonomi Solo 2

5

sedang dihadapkan pada sejumlah pertanyaan, akan tetapi kita dapat mengetahui

kemampuan kognitifnya dari jenis dan kualitas respon yang diberikan.

Teori perkembangan intelektual anak yang banyak diikuti adalah teori

perkembangan dari Piaget. Piaget berasumsi bahwa tingkat perkembangan stabil

dan tanpa balik, artinya respon siswa terhadap tugas-tugas yang sejenis atau

setingkat akan sama. Selanjutnya apabila dia berada pada suatu tingkat, maka

tidak akan kembali ke tingkat sebelumnya. Biggs dan Collis (1982) mengamati

bahwa ada penyimpangan dari asumsi Piaget tersebut, terutama di dalam

pembelajaran. Misalnya seorang anak responnya bervariasi terhadap tugas-tugas

yang sejenis. Suatu saat seorang anak menunjukkan tingkat yang lebih rendah,

tetapi disaat lain menunjukkan tingkat yang lebih tinggi. Bigg dan Collis

beranggapan bahwa hal ini bukanlah sekedar pengecualian tetapi memang begitu

sifat alami perkembangan intelektual anak.

Selanjutnya Bigg dan Collis (1982) menyatakan level respon seorang

murid akan berbeda antara suatu konsep dengan konsep lainnya, dan perbedaan

tersebut tidak akan melebihi tingkat perkembangan kognitif optimal murid

seusianya. Misalnya taraf perkembangan kognitif murid usia 7-11 tahun secara

teoritis dalam taksonomi SOLO optimalnya adalah pada tingkat Multistruktural.

Jika membandingkan jawaban terhadap suatu pertanyaan antara murid seusia 7–

11 tahun dengan murid berusia 18 tahun hasilnya tentu tidak sama, bisa jadi murid

yang berusia 18 tahun dengan cara berpikir yang lebih maju dapat mencapai

tingkat yang lebih abstrak diperluas. Namun demikian tidaklah mustahil dapat

terjadi murid berusia 18 tahun pun akan memberikan jawaban yang setara dengan

murid seusia 7-11 tahun, apabila antara lain tidak dikusainya bahan pelajaran.

Menurut Collis yang dikutip oleh Asikin (2002) penerapan Taksonomi

SOLO untuk mengetahui kualitas respon siswa dan analisis kesalahan sangatlah

tepat, sebab Taksonomi SOLO mepunyai beberapa kelebihan sebagai berikut.

1. Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhana untuk

menentukan level respon siswa terhadap suatu pertanyaan fisika.

2. Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhana untuk

pengkategorian kesalahan dalam menyelesaikan soal atau pertanyaan.

Page 6: Artikel Taksonomi Solo 2

6

3. Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhana untuk

menyusun dan menentukan tingkat kesulitan atau kompleksitas suatu soal

atau pertanyaan fisika.

Bigg dan Collis (1982) menyatakan bahwa pendekatan kognitif yang

dikembangkan adalah memandang manusia dalam eksistensinya sebagai subyek

yang secara bebas dan aktif dapat mengolah, menkoordinasi, mengkombinasi

stimulasi atau informasi yang masuk sehingga dapat memahami maknanya. Bigg

dan Collis menganggap bahwa klasifikasi yang diberikan oleh Piaget baru bersifat

hipotesis. Mereka menyebut sebagai HCS (Hipotetical Cognitive Structure) dan

hal ini tidak dapat diukur langsung serta bersifat tetap. Di lain pihak, respon nyata

dari seorang siswa pada suatu tugas dapat sangat berbeda dari tingkatnya dalam

HCS. Bigg dan Collis membuat klasifikasi respon nyata dari anak - anak yang

dinamakan Taksonomi SOLO (The Structure of the Observed Learning Outcome)

atau struktur hasil belajar yang dapat diamati. Taksonomi ini dengan resmi

diperkenalkan pada tahun 1982 dalam bukunya berjudul Evaluating the Quality of

Learning : The SOLO Taxonomy.

Pemeringkatan Pertanyaan Berdasarkan Taksonomi SOLO

Tingkat SOLO dari suatu pertanyaan pada penelitian ini didefinisikan

sebagai tingkat respon minimum siswa yang diperlukan untuk jawaban yang

memuaskan. Perlu dibedakan antara pengertian multistruktural, relasional dan

abstrak diperluas dengan pertanyaan multistruktural, pertanyaan relasional dan

pertanyaan abstrak diperluas. Multistruktural, relasional dan abstrak diperluas

adalah suatu tingkat respon siswa terhadap suatu pertanyaan dengan ciri-ciri

sebagaimana diuraikan di atas. Pertanyaan multistruktural, relasional dan abstrak

diperluas adalah suatu pertanyaan dengan criteria sebagaimana diuraikan oleh

Collis yang dikutip oleh Asikin (2002) sebagai berikut :

1. Pertanyaan unistruktural (U) : Pertanyaan dengan kriteria menggunakan sebuah

informasi yang jelas dan langsung dari stem (teks soal).

Pada soal unistruktural terdapat dua informasi yang termuat dalam stem,

namun dalam mencari penyelesaian akhir hanya menggunakan sebuah

Page 7: Artikel Taksonomi Solo 2

7

informasi. Informasi tersebut bisa langsung digunakan untuk mencari

penyelesaian akhir.

2. Pertanyaan Multistruktural (M) : Pertanyaan dengan kriteria menggunakan dua

informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam stem. Semua informasi

atau data yang diperlukan dapat segera digunakan untuk mendapatkan

penyelesaian. Pertanyaan multistruktural mungkin memerlukan rumus secara

implisit. Suatu pertanyaan mungkin memerlukan kelengkapan beberapa

subtugas multistruktural sebelum subtugas diselesaikan dalam multistruktural

induk. Hal ini dinamakan pertanyaan multistage multistruktural (MM)

Pada soal Multistruktural dua informasi yang terpisah bisa langsung digunakan

untuk mendapatkan penyelesaian.

3. Pertanyaan Relasional (R) : Pertanyaan dengan kriteria menggunakan suatu

pemahaman dari dua informasi atau lebih yang termuat dalam stem. Semua

informasi diberikan, namun belum bisa segera digunakan untuk mendapatkan

penyelesaian soal. Dalam kasus ini tersedia data yang harus diguanakan untuk

menentukan informasi sebelum dapat digunakan untuk memperoleh

penyelesaian akhir. Alternatif lain adalah menghubungkan informasi-informasi

yang tersedia dengan menggunakan prinsip umum atau rumus untuk

mendapatkan informasi baru. Dari informasi atau data baru ini selanjutnya

dapat digunakan untuk memperoleh penyelesaian akhir.

Untuk memperoleh penyelesaian dari soal Relasional perlu informasi baru

yang diperoleh dari hubungan informasi yang termuat dalam stem. Informasi

baru dihubungkan dengan informasi yang termuat sehingga diperoleh

penyelesaian akhir.

4. Pertanyaan Abstrak diperluas (E) : pertanyaan dengan kriteria menggunakan

prinsip umum yang abstrak atau hipotesis yang diturunkan dari informasi

dalam stem. Semua informasi atau data diberikan tetapi belum bisa segera

digunakan untuk mendapatkan penyelesaian akhir. Dari data atau informasi

yang diberikan itu masih diperlukan prinsip umum yang abstrak atau

menggunakan hipotesis untuk mengaitkannya sehingga mendapatkan informasi

Page 8: Artikel Taksonomi Solo 2

8

atau data baru. Dari informasi atau data baru ini kemudian disintesakan

sehingga dapat diperoleh penyelesaian akhir.

Pada soal Abstrak diperluas informasi yang tersedia belum bisa digunakan

untuk memperoleh penyelesaian akhir, masih perlu informasi baru yang

diperoleh dengan mengaitkan ke prinsip umum. Informasi yang baru

disintesakan sehingga diperoleh penyelesaian akhir.

Studi Pendahuluan yang Telah Dilaksanakan

Penelitian selalu beranjak dari penelitian yang sudah ada, karena suatu

penelitian yang mengacu pada penelitian lain akan menjadi dasar dalam penelitian

selanjutnya. Dengan demikian, peninjauan terhadap penelitian sebelumnya

sangatlah penting, sebab bisa digunakan untuk mengetahui relevansi penelitian

yang telah lampau dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, peninjauan

penelitian sebelumnya dapat digunakan untuk membandingkan seberapa besar

keaslian dari penelitian yang akan dilakukan.

Penelitian pengembangan perangkat evaluasi pembelajaran merupakan

penelitian yang menarik. Cukup banyak penelilian tentang pengembangan secara

umum dan pengembangan alat evaluasi pembelajaran. Penelitian tentang

pengembangan secara umum dan pengembangan terhadap evaluasi telah banyak

dilakukan, antara lain: Masruroh (2007), Widoyoko (2008), Hamdani (2009), dan

Nursiyah (2010).

Masruroh (2007) judul penelitiannya Analisis Taksonomi Solo (The

Structure of the Observed Learning Outcome) pada Soal Ujian Akhir Sekolah

Mata Pelajaran Fisika di SMA Negeri Kutowinangun Kabupaten Kebumen Tahun

Pelajaran 2006/2007. Penelitian tersebut memunculkan simpulan, antara lain:

Ragam pertanyaan atau soal UAS mata pelajaran fisika SMA N Kutowinangun

Kabupaten Kebumen berdasarkan taksonomi SOLO adalah 33,3 % pada tingkat

Multistruktural, 50 % pada tingkat Relasional dan 16,7 % pada tingkat Abstrak

diperluas; Respon yang tepat yang diberikan siswa dalam mengerjakan soal UAS

pada tingkat Multisruktural 184,2 %, pada tingkat Relasional 148,6 % dan pada

tingkat Abstrak diperluas 63,2 %; Kecenderungan kesalahan siswa dalam

Page 9: Artikel Taksonomi Solo 2

9

menyelesaikan soal UAS berdasarkan kriteria dari Watson adalah jenis kesalahan

data tidak tepat (id), ini menandakan bahwa siswa berusaha mengoperasikan pada

level yang tepat pada suatu masalah, tetapi memilih sebuah informasi atau data

tidak tepat.

Widoyoko (2008) judul penelitian Pengembangan Model Evaluasi Program

Pembelajaran IPS di SMP. Penelitian tersebut memunculkan simpulan, antara lain

bahwa output pembelajaran bukan hanya kecakapan akademik, tetapi juga

kecakapan personal dan kecakapan sosial. Cakupan evaluasi yang komperhensif

akan mampu menghasilkan informasi yang lebih lengkap.

Hamdani (2009) judul penelitiannya Taksonomi Bloom dan SOLO untuk

Menentukan Kualitas Respon Siswa terhadap Masalah Matematika. Penelitian ini

memaparkan model taskonomi dua dimensi ini dapat digunakan untuk menilai

kualitas respon siswa terhadap terhadap masalah matematika. Realitas di lapangan

menunjukkan bahwa, pada saat guru melakukan skoring terhadap kualitas

jawaban soal uraian masih menggunakan pendekatan “materi”. Artinya, kualitas

jawaban soal matematika bentuk uraian ditentukan oleh kompleksitas materi atau

panjang-pendek prosedur pengerjaan soal tersebut. Model taksonomi dua dimensi

ini tidak hanya mengukur kulitas jawaban dari sisi “isi materi”, tetapi dapat

mengukur kualitas berpikir subjek yang menjawab soal tersebut.

Hamdani (2009) judul penelitiannya Pengembangan Sistem Evaluasi

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Taksonomi Solo. Dalam

penelitian tersebut dipaparkan antara lain: (1) Taksonomi SOLO merupakan

model taksonomi tujuan pembelajaran yang terdiri dari lima level kemampuan.

Kemampuan pada level-0 dinamakan prestruktural, kemampuan level-1

dinamakan unistruktural, kemampuan level-2 dinakaman multistruktural,

kemampuan level-3 dinamakan relational, sedangkan kemampuan level-4

dinamakan extended abstrack; (2) Model taksonomi SOLO menunjuk pada

kemampuan siswa untuk selalu berpikir dengan beberapa alternatif dan

komprehensif. Level-2 taksonomi SOLO (multistruktural) menuntut pada

kemampuan siswa untuk berpikir alternatif, level-3 taksonomi SOLO (relasional)

menuntut kemampuan siswa untuk berpikir komprehensif, dan level-4 taksonomi

Page 10: Artikel Taksonomi Solo 2

10

SOLO (extended abstract) menuntut siswa kemampuan berpikir komprehensif dan

melakukan generalisasi solusi dari suatu masalah.

Nursiyah (2010) judul skripsinya Alat Evaluasi Pengajaran Bahasa

Indonesia di SMP Negeri 2 Surakarta. Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai

jenis alat evaluasi apa saja yang digunakan oleh guru Bahasa Indonesia di SMP

Negeri 2 Surakarta serta kelemahan dan kelebihan apa saja yang dihadapi guru

Bahasa Indonesia dalam melaksanakan penggunaan alat evaluasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekataran Research and Development (R

& D) dari Borg dan Gall (1983:775–776). Penelitian ini akan dilaksanakan dalam

lima tahap penelitian. Kelima tahapan tersebut disusun berdasarkan modifikasi

peneliti berdasarkan sepuluh (10) tahap pengembangan Borg & Goll (1983), yaitu

(1) Tahap I: analisis teoretis dan praktis; (2) Tahap II: analisis kebutuhan guru dan

siswa; (3) Tahap III: Penyusunan Prototipe Buku Pelajaran Berbasis Kesantunan;

(4) Tahap IV: Uji Ahli dan Guru; dan (5) Tahap V: Revisi Prototipe Berdasarkan

Telaah Ahli dan Guru.

Adapun instrumen penelitian ini meliputi (1) instrumen kebutuhan guru

dan siswa terhadap buku pelajaran Bahasa Indonesia dan instrumen

kecenderungan jenis dan modus tindak tutur siswa dak kesantunannya, (2)

instrumen penilaian/uji ahli dan guru terhadap prototipe produk pengembangan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Analisis Kebutuhan terhadap Perangkat Evaluasi berdasarkan Taksonomi

SOLO pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Kebutuhan guru terhadap perangkat evaluasi berdasarkan taksonomi SOLO

pada mata pelajaran bahasa Indonesia meliputi: (1) karakteristik soal pilihan

ganda, (2) karakteristik soal esai, (3) karakteristik soal menjodohkan, (4)

karakteristik soal penugasan, (5) kemampuan berpikir kritis, (6) kemampuan

memecahkan masalah.

1) Karakteristik Soal Pilihan Ganda

Page 11: Artikel Taksonomi Solo 2

11

Analisis mengenai karakteristik soal pilihan ganda merupakan proses

memahami kebutuhan Guru dan pemahamannya terhadap soal pilihan ganda.

Dengan pengetahuan dasar mereka akan menjadi dasar penulis melangkah dalam

proses pembuatan prototipe yang nantinya dikembalikan lagi kepada guru

sehingga penulis mampu memberikan perangkat evaluasi yang benar dan tepat

bagi siswa sesuai pemahaman guru.

Dalam dimensi karakteristik soal pilihan ganda terdiri atas delapan

indikator, yaitu: (1) karakter jawaban, (2) kata dalam soal, (3) kalimat dalam soal,

(4) paragraf dalam soal, (5) jumlah pernyataan, (6) jumlah soal dalam waktu

tertentu, (7) persentase soal, (8) tingkatan pada taksonomi SOLO.

Tabel 1. Rekap Hasil Analisis Kebutuhan pada Perangkat Evaluasi

berdasarkan Taksonomi SOLO pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia

Dimensi Indikator

Pertanyaan Jumlah Guru

Poin Prioritas Pilihan

Jawaban

(1) (2) 1 2 3 4 5

karakte

ristik

soal

pilihan

ganda

karakter

jawaban

Dalam soal pilihan

ganda pelajaran bahasa

Indonesia berapa

pilihan yang tepat untuk

digunakan?

4 4

kata

dalam

jawaban

Dalam soal pilihan

ganda pelajaran bahasa

Indonesia berapa

panjang kata/kalimat

dalam pilihan yang

paling sesuai?

4 4

kalimat

dalam

soal

Dalam soal pilihan

ganda pelajaran bahasa

Indonesia berapa

panjang kata dalam

kalimat pertanyaan

yang paling sesuai?

4 4

paragraf

dalam

soal

Dalam soal pilihan

ganda jika soal diawali

dengan paragraf, berapa

jumlah kalimat yang

4 2 2

Page 12: Artikel Taksonomi Solo 2

12

paling sesuai dalam

paragraf tersebut?

jumlah

pernyata

an

Dalam soal pilihan

ganda pelajaran bahasa

Indonesia berapa

jumlah pernyataan yang

paling sesuai digunakan

dalam pertanyaan?

4 2 2

jumlah

soal

dalam

waktu

tertentu,

Jika menggunakan soal

pilihan ganda pelajaran

bahasa Indonesia dalam

waktu 45 menit berapa

jumlah soal yang paling

sesuai?

4 4

persentas

e soal,

Jika menggunakan soal

pilihan ganda pelajaran

bahasa Indonesia

berapa persentase soal

mudah, sedang, dan

sulit?

4 4

tingkatan

pada

taksono

mi

SOLO.

Dalam soal pilihan

ganda pelajaran bahasa

Indonesia apakah satu

informasi dalam

pertanyaan sudah cukup

bagi siswa menjawab

pertanyaan?

4 4

Dalam soal pilihan

ganda pelajaran bahasa

Indonesia apakah dua

informasi dalam

pertanyaan sudah cukup

bagi siswa menjawab

pertanyaan?

4 4

Dalam soal pilihan

ganda pelajaran bahasa

Indonesia apakah dua

informasi yang belum

tentu berhubungan

dalam pertanyaan bisa

membantu siswa

menjawab pertanyaan?

4 4

Page 13: Artikel Taksonomi Solo 2

13

Dalam soal pilihan

ganda pelajaran bahasa

Indonesia kompetensi

membaca kesastraan ,

apakah banyak

informasi dalam

pertanyaan bisa

membantu siswa

menjawab pertanyaan?

4 4

a) Karakter Jawaban

Berkaitan dengan karakter jawaban dalam soal pilihan ganda ada satu

pertanyaan, yaitu: Dalam soal pilihan ganda pelajaran bahasa Indonesia berapa

pilihan yang tepat untuk digunakan? Siswa memiliki lima pilihan yaitu: (1) 1

pilihan, (2) 2 pilihan, (3) 3 pilihan, (4) 4 pilihan, dan (5) 5 pilihan. Untuk

memperoleh gambaran tentang karakter jawaban dalam soal pilihan ganda dapat

dilihat pada tabel 2. di bawah ini.

Tabel 2. Karakter Jawaban

Pertanyaan Pilihan Poin Prioritas Pilihan

Jawaban

Total

5 4 3 2 1

Dalam soal

pilihan ganda

untuk

pelajaran

bahasa

Indonesia,

berapa pilihan

yang tepat

untuk

digunakan?

1 pilihan - - - - -

Jumlah poin - - - - -

2 pilihan - - - - -

Jumlah poin - - - - -

3 pilihan - - - - -

Jumlah poin - - - - -

4 pilihan - - - - -

Jumlah poin -

5 pilihan 4 - - - - 4 guru

Jumlah poin 20 - - - - 20 poin

Berdasarkan tabel 2. di atas dapat dideskripsikan bahwa dari 4 guru dengan

poin maksimal 20, poin prioritasnya adalah: 20 poin untuk 5 pilihan, 16 poin

Page 14: Artikel Taksonomi Solo 2

14

untuk 4 pilihan, 12 pilihan untuk 3 pilihan, 8 poin untuk 2 pilihan, dan 4 poin

untuk 1 pilihan. Dengan demikian, pertanyaan dalam soal pilihan ganda

pelajaran bahasa Indonesia berapa pilihan yang tepat untuk digunakan? Guru

memprioritaskan jawaban 5 pilihan.

b) Kata dalam Jawaban

Berkaitan dengan kata dalam jawaban soal pilihan ganda ada satu

pertanyaan, yaitu: Dalam soal pilihan ganda pelajaran bahasa Indonesia, berapa

panjang kata/kalimat dalam pilihan yang paling sesuai? Guru memiliki lima

pilihan yaitu: (1) 1 kata, (2) beberapa kata, (3) 1 kalimat, (4) beberapa kalimat,

dan (5) disesuaikan pertanyaan. Untuk memperoleh gambaran tentang kata dalam

jawaban soal pilihan ganda dapat dilihat pada tabel 3. di bawah ini.

Tabel 3. Kata dalam Jawaban

Pertanyaan Pilihan Poin Prioritas Pilihan

Jawaban

Total

1 2 3 4 5

Dalam soal

pilihan ganda

untuk

pelajaran

bahasa

Indonesia,

berapa

panjang

kata/kalimat

dalam pilihan

yang paling

sesuai?

1 kata - 4 guru

Jumlah poin -

Beberapa kata -

Jumlah poin -

1 kalimat -

Jumlah poin -

Beberapa kalimat -

Jumlah poin - -

Disesuaikan

pertanyaan

- - - - 4

Jumlah poin - - - 20 20

Berdasarkan tabel 3. di atas dapat dideskripsikan bahwa dari 4 guru dengan

poin maksimal 20, poin prioritasnya adalah: 20 poin untuk disesuaikan

Page 15: Artikel Taksonomi Solo 2

15

pertanyaan, 4 poin untuk 1 kata, 8 poin untuk beberapa kata, 12 poin untuk 1

kalimat, dan 16 poin untuk beberapa kalimat. Dengan demikian, pertanyaan

dalam soal pilihan ganda untuk pelajaran bahasa Indonesia berapa panjang

kata/kalimat dalam pilihan yang paling sesuai? Guru memprioritaskan jawaban

disesuaikan pertanyaan.

c) Kalimat dalam Soal

Berkaitan dengan kalimat dalam soal pilihan ganda ada satu pertanyaan,

yaitu: Dalam soal pilihan ganda untuk pelajaran bahasa Indonesia, berapa panjang

kata dalam kalimat pertanyaan yang paling sesuai? Guru memiliki lima pilihan

yaitu: (1) 5-7 kata, (2) 8-10 kata, (3) 11-13 kata, (4) 14-16 kata, dan (5) 17-19

kata. Untuk memperoleh gambaran tentang kalimat dalam soal pilihan ganda

dapat dilihat pada tabel 4. di bawah ini.

Tabel 4. Kalimat dalam Soal

Pertanyaan Pilihan Poin Prioritas Pilihan

Jawaban

Total

1 2 3 4 5

Dalam soal

pilihan ganda

untuk

pelajaran

bahasa

Indonesia,

berapa

panjang kata

dalam kalimat

pertanyaan

yang paling

sesuai?

5-7 kata - - - - 4 4 guru

Jumlah poin - - - - 4 4 poin

8-10 kata 4 - - - 4 guru

Jumlah poin 20 - - - 20poin

11-13 kata - 4 - - - 4 guru

Jumlah poin - 16 - - - 16

14-16 kata - - 4 - - 4 guru

Jumlah poin - - 12 - - 12

17-19 kata - - - 4 - 4 guru

Jumlah poin - - - 8 - 8

Berdasarkan tabel 4. di atas dapat dideskripsikan bahwa dari 4 guru dengan

poin maksimal 20, poin prioritasnya adalah: 20 poin untuk 8-10 kata, 16 poin 11-

Page 16: Artikel Taksonomi Solo 2

16

13 kata, 12 poin untuk 14-116 kata, 8 poin untuk 17-19 kata, dan 4 poin untuk 5-7

kata. Dengan demikian, pertanyaan dalam soal pilihan ganda untuk pelajaran

bahasa Indonesia, berapa panjang kata dalam kalimat pertanyaan yang paling

sesuai? Guru memprioritaskan jawaban 8-10 kata.

d) Paragraf dalam Soal

Berkaitan dengan paragraf dalam soal pilihan ganda ada satu pertanyaan,

yaitu: Dalam soal pilihan ganda untuk pelajaran bahasa Indonesia, jika soal

diawali dengan paragraf, berapa jumlah kalimat yang paling sesuai dalam paragraf

tersebut? Guru memiliki lima pilihan yaitu: (1) 2 kalimat, (2) 3 kalimat, (3) 4

kalimat, (4) 5 kalimat, dan (5) 6 kalimat. Untuk memperoleh gambaran tentang

paragraf dalam soal pilihan ganda dapat dilihat pada tabel 5. di bawah ini.

Tabel 5. Paragraf dalam Soal

Pertanyaan Pilihan Poin Prioritas Pilihan

Jawaban

Total

1 2 3 4 5

Dalam soal

pilihan ganda

untuk

pelajaran

bahasa

Indonesia, jika

soal diawali

dengan

paragraf,

berapa jumlah

kalimat yang

paling sesuai

dalam paragraf

tersebut?

2 kalimat 4 4 guru

Jumlah poin 4 4

3 kalimat - - 4 - 4 guru

Jumlah poin - - 8 - 8

4 kalimat - - 4 - - 4 guru

Jumlah poin - - 12 - - 16

5 kalimat 4 - - - - 4 guru

Jumlah poin 20 20

6 kalimat 4 4 guru

Jumlah poin 16 16

Berdasarkan tabel 5. di atas dapat dideskripsikan bahwa dari 4 guru dengan

poin maksimal 20, poin prioritasnya adalah: 20 poin untuk5 kalimat, 16 poin 6

Page 17: Artikel Taksonomi Solo 2

17

kalimat, 12 poin untuk 4 kalimat, 8 poin untuk 3 kalimat, dan 4 poin untuk 2

kalimat. Dengan demikian, pertanyaan dalam soal pilihan ganda untuk pelajaran

bahasa Indonesia, jika soal diawali dengan paragraf, berapa jumlah kalimat yang

paling sesuai dalam paragraf tersebut? Guru memprioritaskan jawaban 5 kalimat.

e) Jumlah Pernyataan

Berkaitan dengan jumlah pernyataan dalam soal pilihan ganda ada satu

pertanyaan, yaitu: Dalam soal pilihan ganda untuk pelajaran bahasa Indonesia,

berapa jumlah pernyataan yang paling sesuai digunakan dalam pertanyaan? Guru

memiliki lima pilihan yaitu: (1) 1 pernyataan, (2) 2 pernyataan, (3) 3 pernyataan,

(4) 4 pernyataan, dan (5) 5 pernyataan. Untuk memperoleh gambaran tentang

jumlah pernyataan dalam soal pilihan ganda dapat dilihat pada tabel 6. di bawah

ini.

Tabel 6. Jumlah Pernyataan

Pertanyaan Pilihan Poin Prioritas Pilihan

Jawaban

Total

1 2 3 4 5

Dalam soal

pilihan ganda

untuk

pelajaran

bahasa

Indonesia,

berapa jumlah

pernyataan

yang paling

sesuai

digunakan

dalam

pertanyaan?

1 pernyataan 4 - - 4 guru

Jumlah poin 20 - - - - 20

2 pernyataan 4 - - - 4 guru

Jumlah poin 1- 16 - - - 16

3 pernyataan - 4 - - 4 guru

Jumlah poin - - 12 - - 12

4 pernyataan - - - 4 - 4 guru

Jumlah poin - - - 8 - 8

5 pernyataan - - - - 4 4 guru

Jumlah poin - - - - 4 4

Berdasarkan tabel 6. di atas dapat dideskripsikan bahwa dari 4 guru dengan

poin maksimal 20, poin prioritasnya adalah: 20 poin untuk 1 pernyataan, 16 poin

Page 18: Artikel Taksonomi Solo 2

18

untuk 2 pernyataan, 12 poin untuk 3 pernyataan, 8 poin untuk 4 pernyataan, dan 4

poin untuk 5 pernyataan. Dengan demikian, pertanyaan dalam soal pilihan ganda

untuk pelajaran bahasa Indonesia, berapa jumlah pernyataan yang paling sesuai

digunakan dalam pertanyaan? Guru memprioritaskan jawaban 1 pernyataan.

f) Jumlah Soal dalam Waktu Tertentu

Berkaitan dengan jumlah soal dalam waktu tertentu ada satu pertanyaan,

yaitu: Jika menggunakan soal pilihan ganda untuk pelajaran bahasa Indonesia,

dalam waktu 45 menit berapa jumlah soal yang paling sesuai? Guru memiliki

lima pilihan yaitu: (1) 1-10 soal tiap kompetensi, (2) 10-15 soal tiap kompetensi,

(3) 15-20 soal tiap kompetensi, (4) 20-25 soal tiap kompetensi, dan (5) 25-30 soal

tiap kompetensi. Untuk memperoleh gambaran tentang jumlah soal dalam waktu

tertentu dapat dilihat pada tabel 7. di bawah ini.

Tabel 7. Jumlah Soal dalam Waktu Tertentu

Pertanyaan Pilihan Poin Prioritas Pilihan

Jawaban

Total

5 4 3 2 1

Jika

menggunakan

soal pilihan

ganda untuk

pelajaran

bahasa

Indonesia,

dalam waktu

45 menit

berapa jumlah

soal yang

paling sesuai?

1-10 soal tiap

kompetensi

- - - - 4 4 guru

Jumlah poin - - - - 4 4

10-15 soal tiap

kompetensi

- - - 4 - 4 guru

Jumlah poin - - - 8 - 8

15-20 soal tiap

kompetensi

- - 4 - - 4 guru

Jumlah poin - - 12 - - 12

20-25 soal tiap

kompetensi

4 - - - - 4 guru

Jumlah poin 20 - - - - 20

25-30 soal tiap

kompetensi

- 4 - - - 4 guru

Jumlah poin - 16 - - - 16

Page 19: Artikel Taksonomi Solo 2

19

Berdasarkan tabel 7. di atas dapat dideskripsikan bahwa dari 4 guru dengan

poin maksimal 20, poin prioritasnya adalah: 20 poin untuk 20-25 pernyataan tiap

kompetensi, 16 poin untuk 25-30 pernyataan tiap kompetensi, 12 poin untuk 15-

20 pernyataan tiap kompetensi, 8 poin untuk 10-15 pernyataan tiap kompetensi,

dan 4 poin untuk 1-10 pernyataan tiap kompetensi. Dengan demikian, pertanyaan

Jika menggunakan soal pilihan ganda untuk pelajaran bahasa Indonesia, dalam

waktu 30 menit berapa jumlah soal yang paling sesuai? Guru memprioritaskan

jawaban 20-25 pernyataan tiap kompetensi.

g) Persentase Soal

Berkaitan dengan persentase soal ada satu pertanyaan, yaitu: Jika

menggunakan soal pilihan ganda untuk pelajaran bahasa Indonesia, berapa

persentase soal mudah, sedang, dan sulit? Guru memiliki lima pilihan yaitu: (1)

mudah 30%, sedang 30%, sulit 40%, (2) mudah 30%, sedang 40%, sulit 30%, (3)

mudah 40%, sedang 30%, sulit 30%, (4) mudah 25%, sedang 50%, sulit 25%, dan

(5) mudah 33,3%, sedang 33,3%, sulit 33,3%. Untuk memperoleh gambaran

tentang persentase soal dapat dilihat pada tabel 8. di bawah ini.

Tabel 8. Persentase Soal

Pertanyaan Pilihan Poin Prioritas Pilihan

Jawaban

Total

5 4 3 2 1

Jika

menggunakan

soal pilihan

ganda untuk

pelajaran

bahasa

Indonesia,

berapa

persentase soal

mudah,

sedang, dan

sulit?

mudah 30%,

sedang 30%, sulit

40%,

- - 1 1 2 4 guru

Jumlah poin - - 3 2 2 8

mudah 30%,

sedang 40%, sulit

30%

- - - 2 2 4 guru

Jumlah poin - - - 4 2 6

mudah 40%,

sedang 30%, sulit

30%

- 1 2 1 - 4 guru

Jumlah poin - 4 6 2 - 12

Page 20: Artikel Taksonomi Solo 2

20

mudah 25%,

sedang 50%, sulit

25%

2 2 - - - 4 guru

Jumlah poin 10 8 - - - 18

mudah 33,3%,

sedang 33,3%, sulit

33,3%

2 1 1 - - 4 guru

Jumlah poin 10 4 3 - - 17

Berdasarkan tabel 8. di atas dapat dideskripsikan bahwa dari 4 guru dengan

poin maksimal 20, poin prioritasnya adalah: 18 poin untuk mudah 25%, sedang

50%, sulit 25%, 17 poin untuk mudah 33,3%, sedang 33,3%, sulit 33,3%, 12 poin

untuk mudah 40%, sedang 30%, sulit 30%, 8 poin untuk mudah 30%, sedang

30%, sulit 40%, dan 6 poin untuk mudah 30%, sedang 40%, sulit 30%. Dengan

demikian, pertanyaan Jika menggunakan soal pilihan ganda untuk pelajaran

bahasa Indonesia, berapa persentase soal mudah, sedang, dan sulit? Guru

memprioritaskan jawaban mudah 25%.

PENUTUP

Simpulan

Simpulan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Kebutuhan siswa terhadap perangkat evaluasi berdasarkan taksonomi SOLO

pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD kompetensi membaca

meliputi: (1) jenis soal serta penyelesaian, dan (2) waktu penyelesaian soal.

Pertama, dalam dimensi jenis soal serta penyelesaian ini terdiri atas lima

indikator yang akan dipaparkan, yaitu: (a) jenis soal yang cocok, (b) pilihan

soal pilihan ganda, (c) panjang jawaban soal esai, (d) sisa jawaban soal bacaan

rumpang, (e) panjang jawaban soal penugasan, (f) jumlah kata pada

pertanyaan, dan (g) jumlah kalimat dalam pertanyaan keseringan membaca

buku. Kedua, dalam dimensi waktu penyelesaian soal ini terdiri atas lima

indikator yang akan dipaparkan, yaitu: (a) soal pilihan ganda, (b) soal esai, (c)

soal bacaan rumpang, dan (d) soal penugasan.

Page 21: Artikel Taksonomi Solo 2

21

2. Kebutuhan guru terhadap perangkat evaluasi berdasarkan taksonomi SOLO

pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD kompetensi menulis

meliputi: (1) karakteristik soal pilihan ganda, (2) karakteristik soal esai, (3)

karakteristik soal bacaan rumpang, (4) karakteristik soal penugasan, Pertama,

dalam dimensi karakteristik soal pilihan ganda terdiri atas delapan indikator,

yaitu: (a) karakter jawaban, (b) kata dalam soal, (c) kalimat dalam soal, (d)

paragraf dalam soal, (e) jumlah pernyataan, (f) jumlah soal dalam waktu

tertentu, (g) persentase soal, dan (h) tingkatan pada taksonomi SOLO. Kedua,

dalam dimensi karakteristik soal esai terdiri atas lima indikator, yaitu: (a)

karakter jawaban, (b) kata dalam soal, (c) kalimat dalam soal, (d) jumlah soal

dalam waktu tertentu, (e) persentase soal, dan (f) tingkatan pada taksonomi

SOLO. Ketiga, dalam dimensi karakteristik soal bacaan rumpang terdiri atas

delapan indikator, yaitu: (a) karakter jawaban, (b) kata dalam soal, (c) kalimat

dalam soal, (d) paragraf dalam soal, (e) jumlah pernyataan, (f) jumlah soal

dalam waktu tertentu, (g) persentase soal, dan (h) tingkatan pada taksonomi

SOLO. Keempat, dalam dimensi karakteristik soal penugasan terdiri atas tujuh

indikator, yaitu: (a) karakter jawaban, (b) kata dalam soal, (c) pernyataan

dalam soal, (d) kalimat dalam soal, (e) jumlah soal dalam waktu tertentu, (f)

persentase soal, dan (g) tingkatan pada taksonomi SOLO.

Saran

Pengembangan perangkat evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia

hendaknya memperhatikan sejumlah aspek dalam penilaian yang meliputi jenis

dan bentuk alat evaluasi, struktur alat evaluasi, tingkat keterbacaan teks baik yang

berada pada pokok soal maupun pada butir jawaban soal, variasi tingkat

kesukaran, dan juga tingkat berpikir yang akan diukur. Hal tersebut perlu

ditekankan berdasarkan hasil analisis kebutuhan diperoleh informasi bahwa

berkaitan dengan soal UN bahasa Indonesia, ternyata banyak dikeluhkan baik oleh

siswa, guru, kepala sekolah, maupun pengawas sekolah. Untuk membaca soalnya

saja siswa telah kehabisan waktu, belum lagi menjawab pertanyaan. Hal tersebut

Page 22: Artikel Taksonomi Solo 2

22

disebabkan oleh kurang terperhatikannya tingkat keterbacaan dan kesukaran

dalam menulis pokok soal dan butir jawaban.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson,Lorin W.;Krathwohl,David R. 2001. A Taxonomy for Learning,

Teaching, and Assessing. New York: Addison Wesley Logman.

Asikin, M. 2002. Penerapan Taksonomi Solo Dalam Penyusunan Item dan

Interprestasi Respon Mahasiswa Pada Perkuliahan.

Bigg, J. B. dan Collis. 1982. Evaluating The Quality of Learning : The Solo

Taxonomy. New York : Akademik Press Inc.

__________. 1982. Evaluating the quality of learning: The SOLO taxonomy. New

York: Academic Press; Biggs, J.1995. Assesing for learning: Some

dimensions underlying new approaches to educational assesment. The

alberta Journal of Educational Research 41 (1).

http://www.tedi.uq.edu.au/downloads/ Biggs_SOLO.pdf;

Bloom, Benyamin S. 1979. Taksonomy of Educational Objectives (The

Clasification of Educational Goals) Handbook 1 Cognitive Domain.

London: Longman Group Ltd.

Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, dan Walter R. Borg. 1983. Educational

Research An Introduction (4th

ed.). New York : Pearson Education, Inc.

Hamdani, A. Saepul. 2009. Pengembangan Sistem Evaluasi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Berbasis Taksonomi Solo: Jurnal Pendidikan

Islam. Vol. 01, No.01, Juni 2009 ISSN 2085-3033

__________. 2009. Taksonomi Bloom dan SOLO untuk Menentukan Kualitas

Respon Siswa terhadap Masalah Matematika. mhtml:file://E:\payung

\taksonomi%20SOLO\TAKSONOMI%20BLOOM%20 DAN%20SOLO%20

UNTUK%20MENENTUKAN%20KUALITAS%20RESPON%20SISWA%20T

ERHADAP%20MASALAH%20MATEMATIKA.mht!http://batang-karso.

blogspot.com/2009/11/ taksonomi-bloom-dan-solo-untuk.html.

Kenny, John. 2002. SOLO Taxonomy. RMIT University.

(http://www.rmit.edu.au/browse?).

Masruroh, Siti. 2007. “Analisis Taksonomi SOLO (The Structure of The Observed

Learning Outcome) pada Soal Ujian Akhir Sekolah Mata Pelajaran Fisika di

SMA Negeri Kutowinangun Kabupaten Kebumen Tahun Pelejaran

Page 23: Artikel Taksonomi Solo 2

23

2006/2007” Skripsi tidak diterbitkan. Semarang:Unnes.

Nursiyah. 2010. Alat Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2

Surakarta. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Widoyoko, Eko Putro. 2008. Pengembangan Model Evaluasi Program

Pembelajaran IPS di SMP. Penelitian Hibah Bersaing Ditjan Dikti tahun

2007-2008.

www.usbypkp.ac.id/.../451-bahasa-disepelekan-banyak-siswa-tak-lulus-un-

karena-nilai-bahasa-indonesia-rendah - Tembolok.

www.edukasi.kompasiana.com/.../ternyata-kebanyakan-siswa-tidak-lulus-un-

karena-bahasa-indonesia/ - Tembolok.

www.sosialbudaya.tvone.co.id/.../duh_kebanyakan_siswa_justru_tak_lulus_un_b

ahasa_indonesia - Tembolok.

www.suaramerdeka.com/.../Banyak-Siswa-tidak-Lulus-UN-Bahasa-Indonesia -

Tembolok.