31
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuntutan otonomi daerah secara penuh terus dilakukan agar setiap daerah dapat memainkan peranan dan posisi yang strategis sebagai pemilik sumber daya di daerahnya sendiri. Pelaksanaan otonimi daerah juga diharapkan sebagai upaya untuk mempercayai masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam mengatur dan mengembangkan potensi daerahnya sendiri. Terlalu besarnya dominasi negara selama ini yang menjadi alasan penting bagi masyarakat untuk melakukan perubahan yang mendasar pada pemerintahan daerah terlebih dalam pemerintahan desa. Proses prencanaan, pengambilan keputusan dan program pembangunan kerap kali dilakukan dengan sistem dari atas kebawah ( top-donw). Rencana program-program pembangunan diseragamkan di buat ditingkat pusar (atas) dan dilakukan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten, sedangkan potensi setiap daerah berbeda-beda. Sistem perencanaan pembangunan top-donw yang bersifat sentralistik ini menyebabkan mandulnya partisipasi masyarakat. sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam peleksanaan program-program kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tetapi juga mulai dari tahap perencanaan bahkan pengambilan keputusan. Suatu skema baru otonomi daerah, yang didalamnya termuat semangat melibatkan masyarakat, dengan menekankan bahwa kualitas otonomi daerah akan ditentukan oleh sejauh mana keterlibatan masyarakat, maka dengan sendirinya harus Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30568/5/Chapter I.pdf · daerah terlebih dalam pemerintahan desa. Proses prencanaan, pengambilan keputusan

  • Upload
    dophuc

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuntutan otonomi daerah secara penuh terus dilakukan agar setiap daerah

dapat memainkan peranan dan posisi yang strategis sebagai pemilik sumber daya di

daerahnya sendiri. Pelaksanaan otonimi daerah juga diharapkan sebagai upaya untuk

mempercayai masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam mengatur dan

mengembangkan potensi daerahnya sendiri.

Terlalu besarnya dominasi negara selama ini yang menjadi alasan penting

bagi masyarakat untuk melakukan perubahan yang mendasar pada pemerintahan

daerah terlebih dalam pemerintahan desa. Proses prencanaan, pengambilan

keputusan dan program pembangunan kerap kali dilakukan dengan sistem dari atas

kebawah ( top-donw). Rencana program-program pembangunan diseragamkan di

buat ditingkat pusar (atas) dan dilakukan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten,

sedangkan potensi setiap daerah berbeda-beda.

Sistem perencanaan pembangunan top-donw yang bersifat sentralistik ini

menyebabkan mandulnya partisipasi masyarakat. sejauh ini, partisipasi masyarakat

masih terbatas pada keikutsertaan dalam peleksanaan program-program kegiatan

pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat

pelaksanaan tetapi juga mulai dari tahap perencanaan bahkan pengambilan

keputusan.

Suatu skema baru otonomi daerah, yang didalamnya termuat semangat

melibatkan masyarakat, dengan menekankan bahwa kualitas otonomi daerah akan

ditentukan oleh sejauh mana keterlibatan masyarakat, maka dengan sendirinya harus

Universitas Sumatera Utara

ditunjukan adanya saluran aspirasi masyarakat semenjak dini. ( Alexander

Abe,2005). Disni dapat kita ketahui bahwa sudah seharusnya ide awal proses

pembangunan harus menyertakan masyarakat didalam perumusannya. Maka

perumusan ini merupakan proses perumusan yang umum, yang mana pada rakyat

diberikan kesempatan untuk mengajukan pokok-pokok harapan, dan kepentingan

dasarnya. Artinya skema politik dan sistem perencanaan pembangunan yang lama,

dimana rakyat hanya menerima putusan dari pemerintah (sistem bottom-up) supaya

dapat terlaksana dengan baik. Dalam UU No. 25 Tahun 2004, pemerintah meletakan

komitmen politik untuk memperbaiki kualitas pembangunan manusia Indonesia

mulai dari pemetaan sisitem perencanaan pembangunan yang melibatkan peran serta

profesional masyarakat dan pemerintah daerah dari sejak awal tahap perencanaan

sampai pemanfaatan dan pelestarian.

Untuk mendukung pelaksanaan amanat UU No.25 Tahun 2004 ini, maka

pemerintah atas nama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/ Kepala Bappena

ssudah mengeluarkan surat edaran tentang sisitem perencanaan pembangunan

Daerah. Dalam surat edaran tersebut pemerintah daerah diwajibkan menyusun

rencana pembangunan jangka panjang (RPJP/D), rencana pembangunan jangka

menengah (RPJM/D), dan rencana kerja pemerintah daerah (RKP/D) sebagai rencana

tahunan. Setiap proses penyusunan harus mempunyai koordinasi antara instansi

pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, melalui sutu forum yang

disebut sebagai musyawarah perencanaan pembangunan atau yang disebut dengan

Musrenbang.

Penyusunan rencana RKPD dilakukan melalui proses pembahasan antara

Bappeda dengan seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) melalui

penyelenggaraan musrenbang di daerah. Musrenbang ini dilaksanakan mulai dari

Universitas Sumatera Utara

lingkup yang paling kecil yaitu Desa/ kelurahan, kecamatan, dan kemudian

musrenbang kota. Dalam setiap musrenbang ini diharapkan harus tetap menekankan

partisipasi masyarakat.

Lahirnya Undang-undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintahan. Melalui

otonomi dan desentralisasi yang diharapkan mampu melahirkan partisipasi aktif

masyarakat dan menumbuhkan kemandirian pemerintah daerah.

Dimana dominasai negara berubah menjadi institusi lokal, untuk itu peran

serta langsung masyarakat sangat diperlukan dan terus diperkuat dan diperluas.

Dengan demikian istilah partisipasi tidak sekedar menjadi retorika semata tetapi

diaktualisasikan secara nyata dalam berbagai kegiatan dan pengambilan kebijakan

pembangunan.

Partisipasi dalam pembangunan dipandang sebagai sebuah metodelogi yang

mengantarkan pelaku-pelakunya untuk dapat memahami masalah-masalah yang

dihadapi, sehingga dapat menganalisa dan mencari selusi dari masalah yang

dihadapi tersebut, sehingga memberikan kerangka untuk pemantauan dan evaluasi

pelaksanaan.

Pemerintah desa sebagai ujung tombak pembangunan yang mana keberadaan

dari pemerintahan desa berhubungan langsung dengan masyarakat. dalam Undang-

Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Bab 1 pasal 1 di poin

1 disebutkan bahwa desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut

desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonessia.

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian desa semakin dituntut kesiapannya dalam hal merumuskan

kebijakan desa, merencanakan pembangunan desa yang disesuaikan dengan situasi

dan kondisi. Demikian juga dalam mengembangkan atau menciptakan kondisi yang

kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan inovasi masayarakat

dalam mengelola dan menggali potensi yang ada, sehingga tercipta desa yang yang

otonom yaitu masyarakat desa yang mampu memenuhi kepentingan dan kebutuhan

yang diperlukan.

Keberhasilan penyelenggaraan otonomi masyarakat desa tidak terlepas dari

partisipasi aktif anggota masyarakat. Di desa telah dibentuk Badan Perwakilan Desa

(BPD) sebagai wujud dari demokrasi yang berfungsi sebagai lembaga legeslatif desa.

Masyarakat desa baik sebagai sistem maupun sebagai individu merupakan

bagian integral yang sangat penting dari Pemerintahan Desa karena secara prinsip

penyelenggaraan otonomi ditunjukan guna mewujudkan masyarakat sejahtera di desa

yang bersangkutan. Oleh sebab itu tanggung jawab penyelenggaraan desa tidak saja

ditangan Kepala Desa, BPD dan Aparat Desa tetapi juga ditangan masyarakat desa

itu sendiri.

Masyarakat sebagai obyek pembangunan berarti masyarakat terkena langsung

atas kebijakan dan kegiatan pembangunan. Dalam hal ini perlu masyarakat ikut

dilibatkan baik dari segi formulasi kebijakan maupun aplikasi kebijakan tersebut,

sebab merekalah yang dianggap lebih tahu tentang kondisi lingkungannya.

Partisipasi masyarakat merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam

rangka mensinergikan antara keinginan penguasa dengan dengan keinginan rakyat.

Yang mana pada dasarnya partisipasi masyarakat timbul tidaklah semata-mata

dengan sendirinya melainkan ada hal-hal yang mampu mempengaruhinya, sehingga

Universitas Sumatera Utara

masyarakat merasa sadar dan terdorong untuk terlibat lebih jauh dalam segala aspek

kehidupan negara.

Perencanaan pembangunan merupakan sebuah instrumen yang sangat

penting. Sebab perencanaan partisipatif merupakan sala satu dari serangkaian

perjalanan pembangunan dan juga tahap awal yang sangat menentukan bagi

keberhasilan proses pembangunan khususnya di desa. Pada fase ini sudah selayaknya

pembangunan di desa merupakan hasil dari musyawarah yang senantiasa

memperhatikan aspirasi masyarakat secara utuh.

Setelah reformasi, desa mempunyai wewenang untuk membentuk dan

melasanakan kebijakan sesuai parakarsa maupun aspirasi dari masyarakat setempat.

Dengan semangat partisipatif, pembangunan desa dapat dibahas melalui Musyawarah

Perencanaan Desa (Musrenbangdes). Musrenbangdes merupakan forum tahunan

yang dilaksanakan sacara partisipatif oleh semua elemen desa untuk menyepakati

pembangunan tahun berikutnya.

Desa Sekijang merupakan sala satu desa yang ada di Kecatan Tapung Hilir

Kabupaten Kampar Propinsi Riau belum melaksanakan pradigma baru dari

perencanaan pembangunan, dimana dalam perencanaan pembangunan belum

membuka kesempatan kepada seluruh warga untuk berpartisipasi, partisipasi

masyarakat dalam proses pembangunan masih sangat kurang sekali. Keikut sertaan

masayarakat dalam penyusunan agenda pembangunan masih terlihat sesuatu yang

asing bagi masyarakat, sehingga dalam perencanaan pembangunan masyarakat

kecendrungan apatis/ enggan melibatkan diri, masyarakat lebih tertarik kepada

masalah-masalah yang secara langsung terkait dengan kebutuhan sehari-hari seperti

pemenuhan makan, tempat tinggal dan lain-lain, sementara keterlibatan dalam hal-

hal politik dan pemerintahan masih belum terbangun dari masyarakat desa.

Universitas Sumatera Utara

Maka Berdasarkan permasalahan yang diuraiankan diatas peneliti merasa

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: ”Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa

di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten kamapar”.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk memudahkan peneliti nantinya, dan agar peneliti memiliki arah yang

jelas dalam menginterprestasikan hasil penelitian, maka terlebih dahulu dirumuskan

masalahnya

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang menjadi

perhatian dalam penelitian ini adalah:

Faktor-Faktor Apa Saja Yang dapat Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung

Hilir Kabupaten kampar.

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak

dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya.

Menurut Arikunto (2004: 51) Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang

menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi

masyarakat dalam Perencanaan pembangunan desa di Desa Sekijang

Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar.

Universitas Sumatera Utara

b. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam penyusunan

perencanaan pembanguanan di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir

Kabupaten Kampar.

1.4 Manfaat Penelitian

Disamping tujuan yang ingin dicapai maka suatu penelitian harus memilik

manfaat yang jelas. Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dari penelitian

ini adalah:

a. Secara subjektif, dengan penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan

kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah dan menganalisis masalah

dilapangan.

b. Secara praktis, sebagai masukan/kontribusi bagi pemerintah dan masyarakat

desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar

c. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan menyumbangkan khasanah

ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian-penelitian ilmu sosial.

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Desa

Posisi pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat adalah pemerintahan

desa, maka dalam pengembangan peran serta masyarakat, pemerintah desa selaku

Pembina, pengayom dan pemberian pelayanan kepada masyarakat sangat berperan

dalam menunjang mudahnya masyarakat digerakkan untuk berpartisipasi ( Widjaja,

2001: 42)

Adapun menurut Syarif dalam Purwoko (2004: 60) secara umum tujuan dari

otonomi dan desentarlisasi yang dimaksud adalah meningkatkan kesejahteraan

rakyat, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, mengembangkan kreativitas

Universitas Sumatera Utara

daerah, menciptakan pemerataan pembangunan, memberikan keleluasaan kepada

daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dan mewujudkan demokrasi

ditingkat lokal terutama pada tingkat pemerintahan desa.

Pengertian desa secara umum menurut Daldjoeni (2003: 53) adalah

pemukiman manusia yang letaknya diluar kota dan penduduknya berjiwa agraris,

sedangkan desa dalam artian administaratif menurud Kartohadikusumo dalam

Daldjoeni (2003: 54) yaitu desa dijelaskan sebagai suatu kesatuan hukum yang mana

tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Desa adalah : Kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan

adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Republik Indonesia.

Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 adalah desa atau

disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dibentuk dalam sistem pemerintah nasional dan

berada dikabupaten atau kota, sebagaimana dimaksud dalam UU 1945. Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi,

otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat.

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul

desa dan kondisi sisial budaya masyarakat setempat, dan pembentukan desa sebagai

mana yang dimaksud harus memenuhi syarat:

a. Jumlah penduduk

Universitas Sumatera Utara

b. Luas wilayah

c. Bagian wilayah kerja

d. Perangkat, dan

e. Serana dan prasarana pemerintahan

Sebagai wujud demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintah desa dibentuk

Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain sesuai dengan budaya yang

berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan

dalam penyelengaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan

Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala

Desa. Di desa di bentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra

kerja Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat desa.

Kepala Desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat desa yang

dalam tata cara dan prosedur pertanggung jawaban disampaikan kepada bupati atau

walikota melalui camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa,

1.5.2 Pemerintahan Desa

Dalam pemerintah daerah Kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang

terdiri dari pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, pembentukan,

penghapusan, dan penggabungan desa dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa

masyarakat. Desa di Kabupaten secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan

statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama BPD

yang ditetapkan dengan perda.

1. Pemerintahan Desa

Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa

terdiri dari Sekdes dan perangkat desa lainnya. Sekretaris Desa diisi dari pegawai

negeri sipil yang memenuhi persyaratan.

Universitas Sumatera Utara

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa warga negara Republik

Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur oleh perda yang

berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Calon kepala desa yang memperoleh

suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala desa.

Pemilihan Kepala Desa dalam kesatuan masyarakat hukum dapat beserta hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan,

hukum adat setempat yang ditetapkan dalam perda dengan berpedoman pada

Peraturan Pemerintah.

Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan pemerintahan desa, menurur

Nurcholis (2005: 138) pemerintah mempunyai tugas pokok:

1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum,

membangun dan membina masyarakat

2. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten

Untuk menjalankan tugas pokok tersebut pemerintah desa mempunyai fungsi:

a. Menyelenggarakan urusan rumah tangga desa

b. Pelaksanaan tugas di bidang pembanggunan dan pembinaan masyarakat yang

menjadi tanggung jawabnya

c. Pelaksanaan pembinaan perekonomian desa

d. Pelaksanaan pembinaan partisipasi dan swadaya dan gotong royong

masyarakat

e. Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat

f. Pelaksanaan musyawarah penyelesaian perselisiahan antar masyarakat

g. Penyusunan, pengajuan rancangan peraturan desa

h. Pelaksanaan tugas yang dilimpahkan kepada desa

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Pasal 14 dan 15 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005

bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan. Pertama, urusan pemerintahan yang dimaksud

adalah pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti

pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan

Badan Usaha Milik Desa, kerjasama antar desa. Kedua, urusan pembangunan yang

dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana

fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa.

Ketiga, urusan kemasyarakatan ialah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan

kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, adat

istiadat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas Kepala Desa mempunyai

wewenang :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan bersama BPD;

b. Mengajukan rancangan peraturan desa;

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa

untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;

e. Membina kehidupan masyarakat desa;

f. Membina perekonomian desa;

g. Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara

2. Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa atau disingkat dengan BPD berkedudukan

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari

penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan

dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun

Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka

masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat

diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Adapun wewenang BPD yaitu Membahas rancangan peraturan desa bersama

kepala desa; Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan

peraturan kepala desa; Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa;

Membentuk panitia pemilihan kepala desa; Menggali,menampung, menghimpun,

merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan Menyusun tata tertib BPD

BPD mempunyai hak, meminta keterangan kepada Pemerintah Desa,

menyatakan pendapat.

Anggota BPD mempunyai kewajiban mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala

peraturan perundang-undangan; melaksanakan kehidupan demokrasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa; mempertahankan dan memelihara hukum

nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; menyerap,

menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; memproses

pemilihan kepala desa; mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan

pribadi, kelompok dan golongan; menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat

Universitas Sumatera Utara

istiadat masyarakat setempat; dan menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja

dengan lembaga kemasyarakatan.

1.5.3 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia yaitu tindakan ikut

mengambil bagian, keikutsertaan atau ikut serta. Menurud Juliantara (2004: 84)

partisipasi diartikan sebagai keterlibatan setiap warga negara yang mempunyai hak

dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi

institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya, partisipasi masyarakat merupakan

kebebasan dan berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif.

Partisipasi dapat dipahami dalam dua hal yaitu: pertama, partisiapsi

merupakan sebuah alat, dimana partisipasi dilihat sebagai sebuah teknik untuk

membantu memajukan program desa atau disebut pembangunan partisipasi. Kedua,

partisipasi sebagai sebuah tujuan itu sendiri yang dapat dinyatakan sebagai

pemberdayaan rakyat yang dipandang dari segi prolehan keahlian, pengetahuan dan

pengalaman masyarakat untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk

membangun.

Menurud Adisasmita, (2006:38) Partisipasi masyarakat dapat didefenisikan

sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi

kegiatan dalam prencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan.

Dan juga Adisasmita mengatakan peningkatan partisipasi masyarakat

merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (social empowerment)

secara aktif yang berorentasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan

dalam masyarakat (pedesaan). Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya

pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya masyarakat pedesaan secara lebih aktif

dan efisien, yaitu dalam hal sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Aspek masukan atau input ( SDM, dana, peralatan/serana, data, rencana, dan

teknologi)

b. Aspek proses (pelaksanaan, menitoring, dan pengawasan)

c. Aspek keluar atau output ( pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi)

Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan

dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat umum atau

sebanyaknya orang ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna

meningkatkan, mempelancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha

pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian

”pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Menurud Tjokromidjojo (dalam Safi’i, 2007:104) partisipasi masyarakat

dalam pembangunan dibagi atas tiga tahapan, yaitu:

a. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, startegi dan

kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah

b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan

kegiatan pembangunan

c. Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara

berkeadilan

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan bagian integral yang

harus ditumbuh kembangkan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa

memiliki(sense of belonging), rasa tanggung jawab (sese of renponbility) dari

masayarakat secara sadar, bergairah dan bertanggung jawab( Tjokroamidjojo,2002)

Partisipasi dapat dilakukan dalam beberapa demensi, yaitu;

a. Sumbangan pikiran (ide atau gagasan)

b. Sumbangan meteri (dana,barang dan alat)

Universitas Sumatera Utara

c. Sumbangan tenaga (berkerja atau memberi kerja)

d. Memanfaatkan atau melaksanakan pelayanan pembangunan

e. Partisipasi sebagai pemberdayaan, yaitu partisipasi merupakan latihan

pemberdayaan bagi masarakat desa, meskipuin sulit untuk difenisikan akan

tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mngembangkan keterampilan

dan kemampuan masyarakt desa untuk memutuskan dan ikut terlibat dalam

pembanguan.

Menurut Tjokrowinoto (1995: 48) arti penting partisipasi masyarakat dalam

pembangunan adalah:

a. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi

merupakan akibat logis dari dalil tersebut.

b. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemauan pribadi untuk dapat

turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat.

c. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi tentang

sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan

tetap terungkap.

d. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari dimana rakyat

berada dan dari apa yang mereka miliki.

e. Partisipasi merupakan game zone (kawasan) penerimaan proyek

pembangunan.

f. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh

masyarakat.

g. Partisipasi menopang pembangunan

h. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi

potensi manusia maupun pertumbuhan manusia.

Universitas Sumatera Utara

i. Partisipsi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat

untuk mengelola program pembangunan guna memenuhi kebutuhan has

daerah.

j. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokrasi individu untuk

dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.

1.5.4 Perencanaan Pembangunan

Untuk memahami hakikat dari perencanaan pembangunan maka perlu kita

lihat lebih luas mengenai perencanaan. Para ahli administrasi menetapkan

perencanaan sebagai fungsi utama dari administarsi. Perencanaan merupakan fungsi

dasar, sebelum melaksanakan suatu kegiatan, perencanaan sangat mutlak diperlukan

dimana ditentukan tujuan dan arah yang jelas dari sautu kegiatan.

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan

yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang

tersedia (UU. No. 25 Tahun 2004)

Tanpa adanya perencanaan maka suatu kegiatan tidak dapat berjalan secara

efektif dimana akan terjadi kesimpangsiuran yang dapat menimbulkan berbagai hal

seperti ketidak jelasan arah, tumpang tindih, pemboroan tenaga dan biaya.

Perencanaan menurut Sondang P. Sagian (2003 : 88) perencanaan

didefenisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang

tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Bintoro Tjokroamidjojo (1994: 12) merumuskan arti dan fungsi perencanaan

pembangunan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Perencanaan dalam arti yang seluas-luasnya adalah suatu proses

mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu.

b. Suatu cara bagaimana mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya dengan sumber-

sumber yang ada supaya efektif dan efisien.

Dalam pembangunan suatu negara atau daerah sangat diperlukan perencanaan

sehingga pembangunan dapat dimanajemeni sebaik mungkin melalui sebuah

perencanaan pembangunan yang ideal serta dapat menghasilkan sebuah konsep

pembangunan yang baik. Dimana perencanaan suatu kegiatan dalam pembangunan

yang paling prioritas karena perencanaan tersebut menentukan arah, prioritas dan

startegi pembangunan.

Penyusunan perencanaan dan proses pembangunan merupakan dua hal yang

saling berkaitan satu sama lainnya. Dalam tahap penyusunan perencanaan, proses

pemebangunan yang nantinya akan terjadi dalam periode perencanaan tersebut

diperkirakan akan sesuai dengan kerangka perencanaan yang telah disusun

sebelumnya. Perencanaan merupakan jawaban sementara atas persoalan-persoalan

pembangunan yang dihadapi masyarakat.

Jadi dalam hal ini perencanaan cendrung menetapkan langkah-langkah yang

hendak dilakukan dengan belajar dari pengalaman-pengalaman yang sebelumnya

untuk mencapai tujuan tertentu. Bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang

terus-menerus dan menyeluruh dari penyusunan suatu rencana, penyusunan program

kegiatan, pelaksanaan serta pengawasan dan evaluasi dari pelaksanaannya.

Pembangunan adalah suatu proses perubahan, perbaikan ataupun

pembaharuan kearah yang lebih baik yang dilakukan oleh suatu bangsa atau negara.

Pratikno ( 2002: 119) mengemukakan defenisi pembangunan sebagai suatu jenis

Universitas Sumatera Utara

perubahan sosial untuk meningkatkan penghasilan perkepita serta standar hidup

masyarakat.

Kemudian konsep pembangunan yang agak konseptual dengan pembangunan

di Indonesia dikemukakan oleh Siagian ( 2002 : 147 ) bahwa pembangunan adalah

suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana

dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa dan pemerintah menuju moderenitas dalam

rangka pembinaan bangsa.

Tujuan pembangunan yang hendak dicapai adalah peningkatan taraf hidup

masyarakat dan penggunaan sarana untuk tujuan-tujuan sosial. Berdasarkan defenisi

tersebut diatas terdapat 4 (empat) elemen dasar perencanaan pembangunan sebagai

mana yang dikemukakan oleh Arsyad dalam Robinson ( 2002: 5) yaitu :

a. Merencanakan berarti memilih

b. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya

c. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan

d. Perencanaan adalah berorientasi ke masa depan

Dalam penyusunan perencanaan pembangunan haruslah diperhatikan

sumberdaya yang tersedia atau potensi wilayah yang menyangkut sumber daya

alamnya, potensi sumberdaya aparatur yang mengelolanya serta memperhatikan

kemampuan anggaran untuk membiayai berlangsungnya proses pembangunan

tersebut.

Menurut Bintoro Tjokroamijojo (1994: 57) secara umum unsur-unsur pokok

yang terdapat dalam perencanaan pemebangunan adalah:

a. Kebijakan atau starategi dasar rencana pembangunaan, disebut juga sebagai

arah, tujuan dan prioritas pembangunan, meliputi pula sasaran pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

Unsur ini merupakan dasar dari semua rencana yang kemudian dituangkan

kedalam unsur-unsur perencanaan.

b. Perkiraan sumber-sumber pembangunan, yaitu sumber-sumber pembiayaan

pembangunan yang juga sangat penting diketahui dalam penyusunan

perencanaan pembangunan.

c. Adanya kerangka rencana, disebut juga kerangka makro rencana, dalam

kerangka ini dihubungkan berbagai variabl-variabel pembangunan serta

implikasi hubungan tersebut.

d. Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisiten, berbagai kegiatan

perlu dirumuskan dan dilaksanakan, dan juga kebijakan-kebijakan

pembangunan tersebut satu sama lain harus serasi dan konsisiten.

Kebijaksanaan dalam hal ini meliputi kejakan fiskal, penganggaran,

kebijakan moneter, serta berbagai kegiatan sektoral lainnya.

e. Program investasi, program ini dilakukan secara sektoral seperti bidang

pertanian, industri, pertambangan, pendidikan dan sebagainya. Program

investasi secara sektoral ini dilakukan bersamaan dengan penyusunan

sasaran-sasaran rencana, dilihat dari pembinaan ekonomi dan pembangunan

diserasikan dengan kemungkinan biaya secara wajar.

f. Administrasi pembangunan, hal ini penting dalam proses perencanaan karena

diperlukan suatu administrasi negara yang mendukung usaha perencanaan

dan pelaksanaan pembangunan tersebut

Universitas Sumatera Utara

1.5.5 Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan

Perencanaan dengan pendekatan partisipasitif merupakan sebagai strategi

pembangunan dan proses penentuan keputusan publik, hal ini sangat bergantung

pada kesadaran masyarakat untuk mau melibatkan diri dalam proses pembangunan.

Alexander Abe (2005: 71) suatu perencanaan yang berbasis prakarsa

masyarakat dimana perencanaan yang sepenuhnya mencerminkan kebutuhan

kongkrit masyarakat dan dalam proses penyusunannya benar-benar melibatkan

aspirasi masyarakat setempat dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat dan

mencapai kehidupan baru yang lebih baik dan bermakna melalui langkah-langkah

pembangunan.

Untuk menampung keinginan masyarakat dalam pembangunan ditempuh

dengan sistem perencanaan dari bawah ke atas (bottom up). Inilah yang sebenarnya

merupakan perencanaan partisipatif. Tahap-tahap yang paling bawah dalam rapat

koordinasi pembangunan daerah yang akan diusulkan pada tingkat yang lebih tinggi

dan seterusnya, lebih jelasnya dalam uraian berikut ini:

a. Musyawarah Pembangunan (musbang ) Tingkat Desa/Kelurahan

Musbang desa dipimpin oleh Kepala Desa atau Lurah yang dibimbing oleh

Camat dan dibantu oleh Kepala urusan Pembangunan Desa. Musyawarah desa ini

menginventarisasi potensi desa, permasalahan-permasalahan desa serta

menyusun usulan program dan proyek yang dibiayai dari swadaya desa, bantuan

pembangunan desa, APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN

b. Temu Karya Pembangunan Tingkat Kecamatan

Temu karya dipimpin oleh Camat dan dibimbing oleh Bappeda Kabupaten/Kota

dan dibantu oleh Kepala Kantor Pembangunan Desa Kabupaten/Kota yang

Universitas Sumatera Utara

bersangkutan. Tujuannya membahas kembali rencana program yang telah

dihasilkan Musbang Desa.

c. Rapat Koordinasi Pembangunan (Rekorbang) Kabupaten

Rapat ini membahas hasil Temu Karya Pembangunan Tingkat kecamatan yang

dipimpin oleh Ketua Bappeda Kabupaten. Dalam rapat ini usulan-usulan program

dan proyek dilengkapi dengan sumber-sumber dana yang berasal dari APBD

Kabupaten, APBD Provinsi, Program Bantuan Pembangunan, maupun Bantuan

Luar Negeri dan sumber dana dari Perbankan. Usulan dari Bappeda

Kabupaten?kota disampaikan kepda Gubernur, Ketua Bappenas dan Mendagri

d. Rapat Koordinasi Pembangunan (Rekorbang) Provinsi

Hasil rumusan dari Rakorbang Kabupaten/Kota dan usulan-usulan proyek-proyek

pembangunan dibahas bersama-sama dengan Biro Pembangunan dan Biro Dana

Keuangan, Sekretaris Wilayah dan Provinsi serta Direktorat pembangunan Desa

Provinsi. Ketua Bappeda Provinsi mengkoordinasikan usulan rencana program

dan proyek untuk dibahas dalam Rekorbang Provinsi yang dihadiri oleh lembaga

vertikal dan Bappeda Kabupaten/Kota.

e. Konsultasi Nasional Pembangunan

Hasil Rekorbang Provinsi diusulkan ke pemerintah pusat melalui Forum

Konsultasi Nasional. Forum ini dipimpin oleh Bappenas dan dihadiri oleh wakil-

wakil Bappeda Provinsi serta Wakil Depdagri dan depertemen teknis tertentu.

Hasil dari forum ini dibahasBappenas sebagai masukan untuk menyusun proyek-

proyek yang dibiayai oleh APBN. Daftar proyek yang telah dipadukan antara

kebijakan sektoral dan keinginan daerah disusun dalam buku Satuan Tiga untuk

disampaikan kepada DPR sebagai lampiran nota keuangan.

Universitas Sumatera Utara

Perencanaan dengan pendekatan partispatif sebagai startegi pembangunan

dan proses penentuan keputusan publik sangat tergantung pada kesadaran masyarakat

untuk mau melibatkan diri dalam proses pembangunan. Namum demikian perlu

diketahui mengapa masyarakat begitu esensial dalam penentuan keputusan publik itu

senduri.

Hal ini sangat terkait erat dengan posisi negara dan masyarakat dalam

kelangsungan unsur-unsur publik yang ahirnya juga terkait dengan kelangsungan

negara berikut tatanan bermasyarakat yang ada didalamnya. Masyarakat sebagai

elemen terbesar dalam suatu sistem publik atau sistem kehidupan dalam suatu negara

seringkali terbentur ketika berhapan dengan pemerintah yang dianggap sebagai

perwujudan negara itu sendiri.

Slamet (2003: 11) menegaskan bahwa usaha pembangunan pedesaan melalui

proses perencanaan partisipatif perlu didekatkan dengan berbagai cara yaitu: (1)

pengendalian potensi-potensi yang dapat dibangun oleh masyarakat setempat, (2)

penggunaan teknologi tepat guna yang meliputi penciptaan, pengembangan,

penyebaran sampai digukannya teknologi itu oleh masyarakat pedesaan. (3)

pembinaan organisasi usaha utau unit pelaksana yang melaksanakan penerapan

berbagai teknologi tepat gunan untuk mencapai tujuan pembangunan. (4) pembinaan

organisasi Pembina/pendukung, yang menyambungkan usaha pembangunan yang

dilakukan oleh individu-individu masyarakat pedesaan dengan lembaga lain atau

tingkat yang lebih tinggi (kecamata, kabupaten, provinsi, nasional) (5) pembinaan

kebijakan pendukung, yaitu yang mencakup input, biaya, kredit, pasaran, dan lain-

lain yang memberi iklim yang serasi untuk pembangunan.

Ndraha (1990 : 104) menyatakan bahwa, dalam menggerakkan perbaikan

kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat, maka perencanaan partisipasi harus

Universitas Sumatera Utara

dilakukan dengan usaha : (1) perencanaan harus disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat yang nyata (2) dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi

mendorong timbulnya jawaban dan (3) dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang

berfungsi membangkitkan tingkah laku Dalam perencanaan yang partisipatif

(participatory planning), masyarakat dianggap sebagai mitra dalam perencanaan yang

turut berperan serta secara aktif baik dalam hal penyusunan maupun implementasi

rencana, karena walau bagaimanapun masyarakat merupakan stakeholder terbesar

dalam penyusunan sebuah produk rencana.

Suatu upaya menumbuhkan/mengembangkan partisipasi masyarakat

membutuhkan dua langkah sekaligus yaitu:

1. Penguatan Kapasitas Kritis Masyarakat (Desa) Dan Keterampilan Politik

Upaya yang melandaskan diri pada suatu keyakinan dan kepercayaan, bahwa

masyarakat pada dasarnya sudah memiliki suatu kesadaran yang kuat mengenai

pentingnya partisipasi atau pentingnya keterlibatan masyarakat.

Dibutuhkan langkah-langkah yang memungkinkan masyarakat untuk kembali

memperkuat pemahaman, pengetahuan dan teknik-teknik yang dimiliki,

khususnya untuk bisa ikut mengambil bagian secara produktif dan demokratis

dalam proses politik dalam hal ini pengambilan kebijakan ditingkat desa. Untuk

mencapai maksud ini dapat dikembangkan melalui berbagai program penguatan

yaitu

a. Pendidikan Politik

Hal ini dimaksud untuk memungkinkan masyarakat baik sebagai individu

ataupun kelompok dapat memahami dengan “utuh” proses politik ( proses

pemerintahan) dan proses sosial, budaya dan ekonomi yang ada. Pemahaman

yang utuh tidak dalam arti penguasaan suatu pengetahuan, melainkan adanya

Universitas Sumatera Utara

kemampuan dan kemauman masyarakat untuk terus menerus memeriksa

rialitas sosial yang ada, mengembangkan refleksi daripadanya dan berani

mengambil sikap atas konisi-kondisi yang ada.

b. Pengembangan Area-Area Pengambilan Kebijakan

Pengalaman masa lalu menunjukan bahwa hampir semua arena pengambilan

kebijakan tersentralisasi pada figur Kepala Desa, kondisi ini tentu tidak

mendukung suatu proses demokrasi. Maka itu, dibutuhkan arena baru yang

lebih partisipatif, ditandai dengan pembentukan yang telepas dari intervensi

kekuasaan dan memungkinkan masyarakat sendiri yang mengelola dan

membentuk aturan main dalam arena tersebut. Arena arus bawah ini akan

memungkinkan berkembangnya pemikiran-pemikiran alternatif dan kritis.

Sehingga akan memperkaya gagasan dan memperluas keterlibatan

masyarakat. maka dibutuhkan Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai arena

partisipasi masyarakat.

2. Penguatan Kelembagaan Desa

Bermakna ke dalam penguatan kelembagaan internal, yakni yang mengurus

persoalan-persoalan internal desa, dapat pula bermakna sebagai penguatan

eksternal melalui pengembangan wahana “konsolidasi” kelembagaan desa untuk

memperkuat kelembagaan itu sendiri. adanya BPD pada dasarnya memungkinkan

untuk mendorong suatu proses baru yang berbasis arus bawah.

Adapun menurut Juliantara (2004: 85) pengembangan partisipasi masyarakat

dalam proses pembangunan mempunyai beberapa maksud yaitu:

a. Partisipasi akan memungkinkan masyarakat secara mendiri (otonom)

mengoganisasi diri dan dengan demikian akan memudahkan

Universitas Sumatera Utara

rakyat/masyarakat menghadapi situasi-situasi sulit serta mampu menolak

berbagai kecendrungan pembangunan yang merugikan

b. Partisipasi tidak saja menjadi cermin kongkrit peluang ekspresi aspirasi dan

jalan untuk memperjuangkanya tetapi yang lebih penting lagi bahwa

partisipasi menjadi semcam garansi bagi tidak diabaikan kepentingan rakyat

c. Persoalan-persoalan dalam dinamika pembangunan akan dapat diatasi dengan

adanya partisipasi masyarakat, prinsip ini sekaligus menjadi titik pijak suatu

kepercayaan kepada rakyat bahwa rakyat tidak perlu dimaknai sebagai

kebodohan melainkan sebagai objek pembangunan yang mempunyai

kemampuan

d. Keterlibatan masyarakat dalam setiap proses penyelenggaraan pemerintahan

dan ada sikap yang terbuka dari penyelenggara pemerintahan tentu saja akan

menjadi basis bagi suatu “kepercayaan sosial politik” yang dengan demikan

akan meningkatkan suatu proses penyelenggaraan pemerintahan yang

demokrasi.

Wrihatnolo dan Nugroho (2006: 57) mengemukakan bahwa ada tiga asumsi

agar perencanaan pembangunan dapat berlangsung dengan baik, yaitu:

1. kepemimpinan pembangunan.

Kepemimpinan merupakan faktor penentu munculnya penganbilan keputusan

yang baik. Pengambilan keputusan yang baik akan menentukan mutu

perencanaan pembangunan, sebagai syarat untuk mencapai keberhasilan tujuan

perencanaan.

2. Manajemen sumber daya pembangunan.

Sumber daya pembangunan merupakan merupakan aspek pertama yang

menentukan perencanaan pembangunan agar asumsi perencanaan dapat

Universitas Sumatera Utara

terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan manajemen sumber daya pembangunan

yang meliputi segenap upaya manajemen dalam mengelola fungsi sumber daya

untuk memenuhi kebutuhan pembangunan

3. Prosedur perencanaan.

Presedur perencanaan merupakan langkah-langkah terstruktur yang dimulai dari

langkah pengumpulan data, penyusunan informasi, perumusan kebutuhan,

penilaian anggaran, pengambilan keputusan, pelaksanaan keputusan,

pengendalian pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi hasil.

Sedangkan Menurut Tjokromidjojo dalam Syaiful Arif ( 2006: 148-149) ada

tiga elemen yang mendapat perhatian dalam partisipasi pembangunan, yaitu:

1. Masalah Kepemimpinan.

Dalam menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan diperlukan

pemimpin-pemimpin formal yang mempunyai legalitas dan pemimpin-pemimpin

informal yang memiliki legitimasi.

2. Masalah Komunikasi.

Gagasan-gagasan mengenai kebijakan dan rencana hanya akan dapat

dukungan,bila diketahui dan dimengerti. Sebab hal tersebut mencerminkan

sebagai atau seluruh kepentingan dan aspirasi masyarakat. kemudian diterima

dengan pengertian masyarakat, bahwa hasil dari kebijakan rencana itu akan betul-

betul sebagian atau seluruhnya dipetik masyarakat.

3. Masalah Pendidikan.

Kesadaran dan kemampuan untuk tumbuh sendiri dari masyarakat tergantung

sekali pada tersedianya kualitas pendidikan dari masyarakat itu sendiri, baik

formal maupun informal.

Universitas Sumatera Utara

Pola perencanaan pembangunan yang mendorong terjadinya partisiapsi aktif

masyarakat yang dikenal dengan istilah pembangunan partisipatif atau bisa juga

disebut dengan istilah perencanaan partisipatif. Partisipasi adalah keterlibatan dan

pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam

perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program-program pembangunan yang

dikerjakan oleh masyarakat lokal ( R. Adisasmita, 2006: 35)

Untuk dapat mewujudkan keterlibatan partisipasi masyarakat agar dapat

berdaya, sangat dibutuhkan kebebasan, kesempatan, dan ruang gerak yang tersusun

dalam empat tingkatan, sebagai mana yang diungkapkan oleh Kremer dalam Saiful

Arif ( 2006: 150-151), sebagai berikut:

1. Partisipasi akan mendukung arti keterlibatan dalam proses pengambilan

keputusan kebijakan pembangunan

2. Partisipasi hendaknya mengarah pada pembangunan program penduduk yang

yang ditempatkan sebagai konsumen utama dari program-progaram

imfrastruktur fisik daerah. Oleh sebab itu kepentingan-kepentingan dan saran-

saran mereka harus didengar oleh mereka yang bertanggung jawab

memberikan pelayanan-pelayanan pembangunan daerah.

3. Partisipasi yang menempatkan masyarakat sebagai konsumen perlu

memproleh stimulan dan dukungan sebagai reaksi terhadap birokrasi

pembangunan yang kurang memiliki kepekaan terhadapkepentingan

masyarakat.

4. Pertisipasi diadakan dalam rangka nilai keadilan sosial dan dalam rangka

tersedianya kelonggaran memproleh pekerjaan yang produktif bagi seluruh

lapisan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

1.6. Defenisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun (1995:37) konsep adalah istilah atau defenisi

yang digunakan untuk mengambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok

atau individu yang menjadi pusat ilmu sosial.

Untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing

konsep guna menghindari adanya salah pengertian, maka defenisi beberapa konsep

yang dipakai dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka teoritis yang telah

dikemukakan diatas maka konsep operasional tersebut adalah sebagai berikut:

1.2.1 Desa

Desa adalah : Kesatuan masyarakat hukumyang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat

yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik

Indonesia.

1.2.2 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi Masyarakat Adalah keterlibatan mental dan emosional

individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberikan

sumbangan terhadap tujuan kelompok serta mambagi tanggung jawab

bersama.

1.6.3 Pembangunan Desa

Pembangunan Desa Adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan keadaan

dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik

berdasarkan aspirasi, partisipasi, adat istiadat masyarakat setempat.

Universitas Sumatera Utara

1.6.4 Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa

Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa Adalah

keterlibatan atau keikutsertaan anggota masyarakat untuk secara aktif

dalam kegiatan pembangunan desa yang meliputi kegiatan prencanaan,

pelaksanaan dan pemeliharaan hasil pembangunan.

1.7. Defenisi Operasional

Dalam defenisi operasional ini disajikan para meter atau indikator dari

variabel yang diteliti dengan tujuan untuk memudahkan membaca fenomena-

fenomena yang diteliti. Kemungkinan lainnya adalah defenisi operesional merupakan

spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel.

Agar penelitian ini dapat dijawab secara rinci maka penulis mengambil

indikotor-indikator seperti tercantum dibawah ini:

Faktor-Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam perencanan

pembangunan desa. Yaitu, Yang dilihat dari:

1. Masalah Kepemimpinan.

Bahwa dalam menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan,

kepemimpinan merupakan faktor penentu munculnya penganbilan keputusan

yang baik. Pengambilan keputusan yang baik akan menentukan mutu

perencanaan pembangunan, sebagai syarat untuk mencapai keberhasilan tujuan

perencanaan. Pemimpin selaku Pembina, pengayom dan pemberian pelayanan

kepada masyarakat sangat berperan dalam menunjang mudahnya masyarakat

digerakkan untuk berpartisipasi.

a. Adanya pemerintah melakukan musyawarah dengan masyarakat dalam

menentukan prioritas pembangunan

Universitas Sumatera Utara

b. Adanya masyarakat dilibatkan oleh pemerintah dalam perencanaan

pembangunan.

c. Adanya masyarakat diberi kesempatan dan kebebasan untuk mengemukakan

pendapatnya

2. Masalah Pendidikan.

Kesadaran dan kemampuan untuk tumbuh sendiri dari masyarakat tergantung

sekali pada tersedianya kualitas pendidikan dari masyarakat itu sendiri, sehingga

masyarakat bisa.

a. Paham tentang perencanaan pembangunan desa, seperti pemahaman tentang

konsep perencanaan pembangunan.

b. Paham tentang program pembangunan desa serta pemahaman tentang tujuan

program-progaram pembangunan desa tersebut.

4. Peran BPD sebagai lembaga legislatif desa

Kemampuan anggota BPD dalam melaksanakan perannya dan fungsinya dalam

menjaring aspirasi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

1.8. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep,

Definisi Operasional, dan Sistematika Penulisan

BAB II : METODE PENELITIAN

Pada bab ini ini terdiri dari Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi

dan Sampel dan Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data.

BAB III : DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini berisikan karakteristik objek penelitian yang relevan

dengan topik penelitian

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Berisikan hasil data yang diproleh dari lapangan dan atau berupa

dokumen-dokumen yang akan dianalisis

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan analisa data yang diproleh dari penelitian dan

memberikan interpretasi atas permasalahan yang ditetliti

BAB VI : PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang

membangun bagi objek penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara