Upload
truongphuc
View
226
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
15
BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS
2.1 Kerangka Konseptual
Dasar pemikiran awal adalah membuat Sistem Manajemen Kinerja yang tepat
untuk PT. Dynaplast, Tbk, khususnya untuk Plant VI‐Cikarang. Berdasarkan
hasil wawancara dengan manajemen dan studi banding pustaka maka diperoleh
faktor‐faktor yang mempengaruhi pembuatan SMK sehingga terbentuklah peta
pemikiran konseptual untuk pemecahan masalah sebagai berikut:
Strengths & Weaknesses Organisasi
Opprotunities & Threats
OrganisasiPasar & Pesaing
Critical Success Factor
OrganisasiProduk & Jasa Budaya
Organisasi
Informasi Lingkungan Usaha
Misi Organisasi
Visi Organisasi
Strategi Organisasi
Variabel Kinerja Kaji Banding (Benchmark)Keterkaitan
Kelu
aran
Org
anis
asi
Pros
es In
tern
al
Kem
empu
an S
umbe
r D
aya
Anal
isa
Kore
lasi
Inte
rnal
Ekst
erna
l
Sistem Manajemen Kerja Usulan
Perbandingan Sistem Manajemen Kinerja Usulan dan Aktual
Rencana Implementasi Kebutuhan Sumber Daya
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual penyusunan Sistem Manajemen Kinerja
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
16
2.2 Analisis Situasi
Dalam sub bab ini akan dikaji faktor yang diduga dapat menjadi akar
permasalahan dari isu bisnis yang ditemui sebagai dasar pembuatan Sistem
Manajemen Kinerja sesuai kerangka konseptual yang sudah disebutkan di sub
bab sebelumnya. Faktor yang dikaji dan dievaluasi meliputi:
‐ Faktor internal perusahaan untuk mengetahui kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses) yang dimiliki PT. Dynaplast, Tbk
‐ Faktor eksternal perusahan untuk mengetahui peluang (opportunities) dan
hambatan (threats) yang dihadapi PT. Dynaplast, Tbk
‐ Posisi persaingan PT. Dynaplast, Tbk dengan menggunakan Porter’s Five
Forces
‐ Analisis Critical Success Factor
‐ Analisis Produk dan jasa
‐ Budaya organisasi
Semua faktor tersebut diatas ditambah dengan visi, misi dan strategi perusahaan
akan dijadikan dasar perancangan Sistem Manajemen Kinerja PT. Dynaplast,
Tbk yang akan dibahas di Bab III projek akhir ini.
2.2.1 Faktor Internal Analisa faktor internal perusahaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
Value Chain Analysis (Porter,1985). Metode Value Chain digunakan karena pada
kondisi persaingan yang ketat, value adalah jumlah yang mau dibayar oleh
pembeli atas manfaat yang diperoleh. Value diukur sebagai total revenue, refleksi
dari harga produk dengan total produk yang dapat dijual, sedangkan
keuntungan (profit) baru diperoleh jika value yang diperoleh melebihi biaya
pembuatan produk. Oleh karena itu value harus dianalisa untuk mengetahui
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
17
posisi bersaing (competitive position) perusahaan ditengah kondisi persaingan
yang semakin ketat.
Value Chain Analysis seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.
menggambarkan total value, yang terdiri dari value activities dan margin. Value
activities adalah semua aktifitas dan teknologi yang digunakan perusahaan untuk
menghasilkan kinerja, digambarkan berupa kotak yang menunjukkan aktivitas
untuk menghasilkan produk bernilai (valuable product) bagi pembeli. Margin
adalah selisih antara total value dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
value activities.
Value activities terbagi menjadi dua jenis yaitu aktivitas utama (primary activities)
dan aktivitas pendukung (support activities), seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
FIRM INFRASTRUSTURE
SUPPORT HUMAN RESOURCES MANAGEMENT
ACTIVITIES TECHNOLOGY DEVELOPMENT
PROCUREMENT
INBOUND LOGISTIC OPERATIONS OUTBOUND
LOGISTICMARKETING &
SALES SERVICE
PRIMARYACTIVITIES
MARGIN
Gambar 2.2 The Generic Value Chain
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
18
2.2.1.1 Aktivitas Utama (Primary Activities)
Aktivitas utama adalah semua kegiatan untuk menghasilkan produk yang
bernilai mulai dari pengadaan bahan, proses produksi hingga produk tersebut
diterima oleh pembeli. Aktivitas utama terbagi menjadi lima macam aktivitas
seperti yang tertera pada Gambar 2.2
2.2.1.1.1 Kegiatan Logistik (Inbound Logistic)
Kegiatan logistik adalah aktivitas yang berhubungan dengan penerimaan,
penyimpanan dan distribusi semua bahan dan bahan pembantu yang menjadi
input proses. Untuk kegiatan logistik di Dynaplast saat ini sudah menggunakan
sistem SAP sehingga asministarsi logistik sudah teritegrasi antara pabrik dengan
pusat.
Sistem logistik yang dimiliki Dyanplast saat ini juga sudah menggunakan sistem
warehouse management yaitu semua produk ditempatkan di satu lokasi khusus
dengan identifikasi lokasi yang jelas sehingga lebih mempermudah pencarian
barang. Sedangkan untuk penyimpanan material sudah menggunakan silo yaitu
satu tabung berisi 50 ton material yang terhubung langsung dengan piping system
ke masing‐masing mesin sehingga tidak memakan watu dan tempat untuk
pengadaan material ke mesin. Untuk bahan yang sensitif terhadap temperatur
tinggi juga sudah disediakan gudang khusus ber‐AC (Air Conditioner). Tata letak
penyimpanan juga sudah cukup baik dengan adanya pemisahan area antara
bahan mentah, bahan pembantu dan barang jadi.
Semua bahan dan bahan pembatu yang akan digunakan oleh produksi sudah
melalui pemeriksaan incoming sehingga sudah dipastikan sesuai dengan
spesifikasi.
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
19
2.2.1.1.2 Kegiatan Operasi (Operations)
Kegiatan operasi adalah semua aktivitas yang berhubungan proses perubahan
semua bahan dan bahan pembantu menjadi produk jadi, termasuk didalamnya
proses produksi, inspeksi, pengepakan, perawatan mesin, dekorasi dan fasilitas
operasi lainnya. Di dalam melakukan operasinya Dynaplast menggunakan
mesin multi cavity baik pada Injection molding dan Blow Molding untuk
meningkatkan efisiensi produksi karena pada satu siklus produksi sekitar
sepuluh sampai lima belas detik akan dapat dihasilkan delapan botol. Tetapi jika
terjadi masalah pada mesin multi cavity dapat mengakibatkan loss opportunity of
sales yang cukup besar. Untuk efsisiensi, dengan batasan prosentase tertentu
(biasanya 10‐30% untuk material HDPE) produksi plastic packaging dapat
menggunakan material regrind.
Untuk melakukan proses operasi dengan lebih fokus maka dilakukan pembagian
Plant menjadi business unit yang spesifik sesuai dengan jenis produk (component
dan packaging) serta klasifikasi pelanggan (cosmetic, pharmacy, lubricant oil, home
appliance). Karakter setiap Plant dapat dibuat sesuai customer requirement, seperti
customer pharmacy dan cosmetic yang mensyaratkan tingkat higienis pada level
yang lebih tinggi dibandingkan pelanggan lainnya.
Untuk melakukan inspeksi dengan tepat waktu dan akurat saat ini Dynaplast
sudah menggunakan SPC (Statistical Process Control) yang dijalankan secara on
line terkomputerisasi sehingga diharapkan akan mampu mendeteksi terjadinya
penyimpangan secara dini. Dynaplast juga memiliki Departemen QA (Quality
Assurance) untuk memastikan semua produk jadi sudah sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan oleh pelanggan.
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
20
Di Dynaplast tidak ada tim khusus untuk menangani permasalahan yang terjadi,
evaluasi dan tindak lanjut masalah lebih difokuskan pada departemen yang
bersangkutan. Hal ini mengakibatkan sering kali masalah yang terjadi tidak
tuntas dan membutuhkan waktu yang cukup lama, melebihi waktu 2 x 24 jam
untuk memberikan umpan balik ke pelanggan.
Jumlah karyawan terbesar di Dynaplast adalah pada bagian mesin dekorasi
dibandingkan jenis mesin lainnya, karena proses yang dilakukan masih semi‐
automatic. Sedangkan untuk mesin injection dan blow molding hanya memerlukan
satu sampai dua orang per mesin.
Di Dynaplast tingkat peduli karyawan terhadap kualitas relatif masih rendah
karena pengawasan kualitas masih tergantung pada QA Inspector, sedangkan
perbaikan hanya dilakukan setelah mendapat teguran dari QA. Hal ini
disebabkan kinerja kualitas masih menjadi target Departemen QA saja.
2.2.1.1.3 Kegiatan Delivery (Outbound Logistic)
Kegiatan delivery adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan
pengumpulan, penyimpanan dan distribusi produk jadi ke pembeli, termasuk
didalamnya kegiatan penyimpanan produk jadi, kendaraan pengiriman, proses
order dan penjadwalan.
Di Dynaplast pengiriman ke pelanggan belum dapat menjalankan FIFO (First In
First Out) karena racking system yang digunakan masih double dip, sehingga jika
akan melakukan pengiriman produk jadi yang kebetulan tersimpan di sebelah
dalam maka operator pengiriman harus menggeser produk jadi yang berada di
sebelah luar, akibatnya sering kali operator hanya mengambil produk jadi yang
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
21
sebelah luar untuk dikirim ke pelanggan. Khusus untuk Plant VI‐Cikarang
pengiriman dilakukan dengan ekpedisi luar (bukan milik Dynaplast) di mana
setiap ekspedisi yang digunakan harus sudah lulus uji emisi dengan surat ijin
mengemudi yang lengkap.
Di gudang produk jadi, semua produk sebelum masuk gudang harus sudah
melalui Released oleh QA agar siap dikirim ke pelanggan. Setiap pengiriman juga
disertai dengan Certificate of Conformity sebagai jaminan bahwa barang yang
dikirim sesuai spesifikasi.
2.2.1.1.4 Kegiatan Penjualan (Marketing and Sales)
Kegiatan penjualan adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan
pengenalan produk ke pembeli hingga proses pembelian, termasuk didalamnya
kegiatan periklanan, promosi, tenaga penjualan, penawaran dan penentuan
harga.
Di Dynaplast kegiatan sales dan marketing dibagi dalam beberapa customer
account, di mana seorang AE (Account Exceutive) dapat menangani beberapa
produk yang diproduksi di Plant berbeda. Akibat kondisi tersebut seringkali AE
kurang fokus untuk mengisi mesin yang kosong karena bertanggung jawab atas
utilisasi mesin beberapa pabrik.
Struktur organisasi marketing dibagi berdasarkan segmentasi pasar sehingga
dapat lebih memenuhi kebutuhan pelanggan. Segmentasi pasar terbagi menjadi
kemasan plastik untuk kosmetik, farmasi, oli, bahan kimia, makanan dan
minuman.
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
22
Kekuatan penjualan dari Dynaplast adalah selalu menawarkan disain dan
teknologi terdepan seperti teknologi double inject yaitu produk dapat langsung
keluar dengan dua warna dan botol PET hot fill yaitu botol dapat diisi dengan
larutan bertemperatur tinggi tanpa mengalami deformasi.
Dynaplast telah mempunyai standarisasi metode costing untuk menentukan
penawaran ke pelanggan. Dengan demikian setiap AE akan dengan cepat
membuat penawaran harga ke calon pembeli.
Untuk mempercepat pencapaian penjualan Dynapast memberlakukan sistem
insentif dan fasilitas kendaraan untuk account excecutive.
2.2.1.1.5 Pelayanan (services)
Pelayanan adalah semua kegiatan untuk mempertahankan atau menambah value
bagi pembeli seperti instalasi, pelatihan dan perbaikan.
Mengingat Dynaplast adalah produsen produk kemasan plastik maka pelayanan
yang diberikan cenderung untuk memberikan feedback atas keluhan pelanggan
serta memberikan pelatihan mengenai produk, proses dan material plastik.
2.2.1.2 Kegiatan Pendukung (Support Activities)
Kegiatan pendukung adalah semua aktivitas yang dilakukan untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan utama. Kegiatan pendukung terbagi menjadi empat
kategori seperti yang dapat dilihat di Gambar 2.2
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
23
2.2.1.2.1 Firm Infrastructure
Firm Infrastructure atau infrastruktur perusahaan adalah sejumlah kegiatan
meliputi manajemen umum, keuangan, pembukuan, hukum, hubungan
pemerintahan dan manajemen kualitas, biasanya aktivitas tersebut saling
berhubungan dan tidak berdiri sendiri. Kegiatan infrastruktur biasanya ada yang
dipisahkan di lakukan di level business unit atau corporate, tetapi ada juga yang
dilakukan di level keduanya.
Di Dynaplast kegiatan infrastruktur yang dilakukan di level corporate meliputi
kegiatan finance, pembukuan dan hukum. Untuk melakukan kegiatan ini ada
Departemen Accounting dan Finance serta Departemen Legal yang berada di
kantor pusat. Dan untuk level business unit dilakukan kegiatan manajemen
kualitas dan hubungan pemerintahan. Untuk melakukan kegiatan ini ada
Departemen QA dan General Affair yang melakukannya dimasing‐masing pabrik
(Plant). Sedangkan kegiatan infrastruktur yang dilakukan di kedua level adalah
manajemen umum.
2.2.1.2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resoruces Management)
Manajamen Sumber Daya Manusia meliputi kegiatan penerimaan, seleksi,
pelatihan, pengembangan dan kompensasi bagi karyawan. Kegiatan ini
mendukung semua kegiatan utama maupun kegiatan pendukung dan terlibat
dalam rantai nilai (value chain).
Untuk melaksanakan aktifitas manajemen sumber daya manusia, di Dynaplast
ada Departemen Human Resources Development (HRD) di level corporate
sedangkan untuk di level business unit ada Deparatemen Personalia yang
menangani. HRD Dynaplast membawahi kegiatan seleksi, penerimaan, pelatihan
dan pengembangan karyawan. Sedangkan Departamen Personalia bertanggung
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
24
jawab menangani urusan ketenagakerjaan menyangkut hubungan atasan dengan
bawahan, hubungan antar karyawan serta hubungan dengan instansi
ketenagakerjaan setempat.
Dynaplast memberikan kompensasi ke karyawan berupa gaji, THR dan bonus
jika perusahaan mendapatkan keuntungan. Untuk level manager atau kepala
Departemen ke atas, sudah ada sistem penghargaan yang jelas dalam hubungan
prestasi dengan bonus. Tetapi besarnya bonus yang diberikan tergantung pada
keuntungan perusahaan saja sedangkan prestasi atas kinerja tidak termasuk
dalam perhitungan bonus jika perusahaan mengalami kerugian. Untuk level
karyawan dibawah manager tidak ada sistem penghargaan atau bonus yang
dikaitkan dengan prestasi, hanya tergantung pada kebijakan manajemen pusat.
Saat ini di Dynaplast belum ada standar kompetensi untuk setiap jabatan dan
belum ada pelatihan yang didasarkan pada kebutuhan kompetensi, sehingga
carreer path di Dynaplast belum cukup jelas dan pelatihan yang ada tidak dapat
langung mempengaruhi kinerja karyawan sesuai jabatannya. Sementara target
kinerja untuk Departemen HRD di Dynaplast juga belum ada sampai saat ini.
2.2.1.2.3 Manajemen Teknologi (Technology Management)
Setiap aktivitas baik yang utama maupun pendukung membutuhkan teknologi,
baik berupa pengetahuan know‐how, prosedur dan teknologi yang digunakan
selama proses. Definisi teknologi disini mencakup pengertian yang cukup lebar,
mulai dari persiapan dokumen, bagaimana men‐transfer teknologi menjadi
produk yang diinginkan, hingga bagaimana teknologi tersebut dapat digunakan
untuk memperbaiki kinerja mesin dan proses.
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
25
Pengembangan teknologi biasanya berhubungan dengan aktivitas di
Departemen Engineering dan Research Development. Pengembangan teknologi
dilakukan mulai dari penelitian, rancangan disain produk, rancangan proses dan
peralatan untuk membuat produk hingga penyediaan prosedur.
Di Dynaplast kegiatan perancangan dan pengembangan produk berada
dibawah koordinasi Mold Center yang bertanggung jawab untuk membuat disain
produk, menyiapkan cetakan, memperbaiki cetakan serta menyedikan
spesifikasi produk sebagai acuan produksi dan kualitas. Sedangkan kegiatan
yang berkaitan dengan penyediaan, perawatan dan perbaikan mesin dan
peralatan berada di bawah Departemen Engineering.
2.2.1.2.4 Kegiatan Pembelian (Procurement)
Kegiatan pembelian meliputi pembelian bahan mentah, spare part dan barang
kebutuhan operasional lainnya, termasuk pembalian asset seperti pembelian
mesin, alat ukur, peralatan kantor dan bangunan. Untuk pembelian barang yang
merupakan input dari proses akan menjadi bagian dari kegiatan utama. Kegiatan
pembelian juga melibatkan teknologi, seperti prosedur untuk negosiasi dengan
vendor, standar kualifikasi dan sistem informasi. Dalam kegiatan pembelian
diperlukan suatu proses perbaikan agar dapat terjadi penurunan biaya dan
peningkatan kualitas input.
Di Dynaplast kegiatan pembelian dikoordinasi oleh Supply Chain yang berada di
kantor pusat. Semua pembelian baik untuk bahan mentah, spare part, kebutuhan
banguan hingga asset dikoordinasi oleh Supply Chain. Setiap Departemen atau
bagian yang membutuhkan harus membuat permintaan pembelian ke Supply
Chain untuk kemudian diproses. Sayangnya sampai saat ini juga belum ada
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
26
pengukuran kinerja untuk Supply Chain sehingga seringkali terjadi
keterlambatan kedatangan bahan baku atau spare part atau kesalahan pembelian
spare part karena kurangnya kemampuan teknis staf Supply Chain.
Kondisi saat ini tidak semua supplier yang memasok ke Dynaplast sudah melalui
proses seleksi atau audit, sehingga kinerja supplier dilihat dari segi kualitas di
Plant VI‐Cikarang hanya berkisar 70% sampai 80% saja.
2.2.2 Faktor Eksternal
Analisis faktor eksternal dilakukan dengan menggunakan pendekatan PEST
(Poltitic, Economi, Social and Technology) Analysis, yaitu mengkaji kondisi politik,
ekonomi, sosial dan teknologi yang dapat mempengaruhi kekuatan bersaing
Dynaplast.
2.2.2.1 Politik
Pada dasarnya kondisi politik di Indonesia tidak terlalu mempengaruhi
kekuatan bersaing Dynaplast. Karena sebagai perusahaan terbuka, Dynaplast
wajib untuk mengikuti semua peraturan pemerintah yang berlaku, siapapun
yang memimpin pemerintahan saat itu.
Dari sisi politik, hanya peraturan ketenaga kerjaan, perubahan harga BBM
(Bahan Bakar Minyak) dan perubahan TDL (Tarif Dasar Listrik) yang
mempengaruhi operasional Dynaplast. Perubahan ketentuan mengenai UMR
(Upah Minimum Regional) tidak berepengaruh banyak kecuali pada besarnya
pemberian upah yang harus disesuaikan dengan UMR yang berlaku di mana
business unit tersebut beroperasi. Perubahan harga BBM dan TDL akan
berpengaruh cukup besar terutama untuk pembiayaan energi dan utilitas.
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
27
Masalahnya adalah rentang waktu antara keluarnya peraturan dan pelaksanaan
biasanya cukup dekat, akibatnya Dynaplast belum sempat melakukan
penyesuaian harga ke pelanggan tetapi kenaikan biaya akibat perubahan
tersebut sudah harus ditanggung. Kondisi seperti ini juga akan dialami oleh
perusahaan pesaing karena karakter pelanggan (pembeli) di industri kemasan
plastik umumnya sistem kontrak harga dalam jangka waktu tertentu.
2.2.2.2 Ekonomi
Kebijkan makro ekonomi pemerintah Indonesia saat ini cukup baik sehingga
dapat menahan nilai tukar US Dollar di kisaran sembilan ribu Rupiah dengan
tingkat suku bunga SBI sekitar sepuluh persen, memberikan dampak positif bagi
Dynaplast. Karena dengan bahan mentah (resin plastik) kebanyakan impor tentu
kestabilan nilai tukar rupiah akan sangat membantu kestabilan biaya COGS (Cost
of Good Sold) mengingat sekitar 60% dari biaya produksi merupakan biaya
material.
2.2.2.3. Sosial
Evaluasi akan meliputi faktor populasi, kebiasaan konsumen (habit), keamanan
bagi konsumen (safety), budaya konsumen (culture)
- Populasi: Dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 200 juta orang, saat
ini Dynaplast merupakan produsen kemasan dan komponen plastik
dengan sales turn over terbesar di Indonesia (mencapai sekitar Rp. 1 Triliun
di tahun 2006) tentunya jumlah penduduk Indonesia menjadi potensi
pasar yang sangat besar juga buat Dynaplast.
- Habit: Kecenderungan wanita untuk menggemari keindahan membuka
peluang bagi Dynaplast untuk menciptakan kemasan yang
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
28
mementingkan estetika seperti penggunaan botol PET sebagai pengganti
botol gelas untuk parfum dan cologne
- Safety: Kemasan dari kaca yang kurang aman karena mudah pecah dan
tidak ramah lingkungan, merupakan peluang bagi Dynaplast untuk
membuat kemasan plastik sebagai pengganti kemasan dari kaca. Kemasan
plastic memiliki kelebihan lebih ringan, tidak mudah pecah, lebih tahan
lama dengan disain produk dapat lebih variatif
- Culture: masyarakat Indonesia yang sangat men”dewa”kan buatan luar
negri merupakan peluang bagi Dynaplast dengan menjadi satu‐satunya
industri plastik yang mendapat lisensi untuk memproduksi Tupperware
yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai produk impor.
2.2.2.4. Teknologi
Teknologi kemasan plastik saat ini sudah tidak banyak mengalami
perkembangan. Teknologi terbaru di tahun 2002‐2004 mengenai multi layer blow
molding dan double injection molding menarik Dynaplast untuk investasi di
teknologi tersebut dan menjadi perusahaan kemasan plastik pertama di
Indonesia yang memilikinya. Teknologi multi layer blow molding memungkinkan
botol plastik memiliki lebih dari satu layer (lapisan) dinding botol untuk efisiensi
biaya material. Teknologi double injection molding memungkinkan tutup botol
keluar langsung dalam dua warna sehingga dapat menghemat waktu dan biaya
assembling dengan estetikan yang jauh lebih menarik.
2.2.3. Analisis Pasar dan Persaingan
Analisis pasar dan persaingan dilakukan untuk mengetahui kekuatan PT.
Dynaplast, Tbk ditengah persaingan yang cukup ketat, dan salah satu cara untuk
mengetahuinya adalah dengan menggunakan Porter Five Forces Analysis .
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
29
Menurut Porter ada lima hal yang menentukan posisi bersaing perusahaan yaitu
ancaman dari pendatang baru, ancaman adanya produk pengganti, kekuatan
tawar perusahaan terhadap supplier, posisi bersaing perusahaan dan kekuatan
tawar pembeli terhadap perusahaan. Secara ringkas kelima hal yang
memperngaruhi posisi bersaing perusahaan dalam Porter Five Forces dapat lihat
pada Gambar 2.3.
POTENSIAL
ENTRANTS
INDUSTRYCOMPETITORS
SUPPLIERS BUYERS
Rivalry AmongExisting Firms
SUBTITUTES
Bargaining powerof supplier
Threat ofSubtitute productsor services
Bargaining powerof buyers
Threat ofNew Entrants
Gambar 2.3. Forces Driving Industry Competition
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
30
2.2.3.1 Persaingan (Industry Competitors)
Tingkat persaingan di industri kemasan plastik relatif tinggi terutama dalam hal
persaingan harga jual. Kondisi saat ini Dynaplast termasuk produsen kemasan
plastik dengan harga paling tinggi dibandingkan pesaingnya karena Dynaplast
banyak menggunakan mesin dan teknologi terbaru. Akibatnya beban biaya tetap
yaitu depresiasi cukup tinggi sehingga harga jual juga menjadi tinggi.
Kondisi pasar saat ini teknologi plastic molding sudah tidak banyak berkembang,
kemampuan daya beli masyarakat Indonesia juga cenderung menurun sehingga
julah pesanan juga cenderung stagnan, maka dapat dikatakan kondisi pasar
sudah cenderung mature. Banyak pelanggan yang melakukan e‐bidding untuk
mendapatkan harga beli yang termurah.
Pesaing Dynaplast di industri plastic packaging antara lain:
• PT Bumi Mulia Indah Lestari
• PT Berlina Tbk
• PT Cypress
• PT Kemasindo
• PT Prima Kalplas
• PT Der Kwei
Pesaing terdekat yang dapat dijadikan benchmarking adalah PT Bumi Mulia
Indah Lestari (BIL), karena memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
Dynaplast yaitu memiliki target customer yang sama, bermodal besar dan
menyukai teknologi terbaru.
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
31
2.2.3.2 Ancaman Pendatang Baru (Threat to Entry)
Pendatang baru di industri yang sama biasanya akan membawa kapasitas baru,
berusaha untuk merebut pangsa pasar yang ada dengan potensi yang besar.
Oleh karena itu seberapa besar ancaman pendatang baru tergantung pada
besarnya hambatan untuk masuk (barrier to entry) yang ada di industri tersebut.
Hambatan untuk masuk biasanya ditentukan oleh enam macam hal:
1. Economies of scale
Economies of scale adalah seberapa besar biaya dapat diturunkan dengan
semakin banyaknya order yang diperoleh. Oleh karena itu biasanya untuk
mengejar biaya serendah mungkin dilakukan joint venture untuk
memaksimalkan kapasitas yang sudah ada sehingga tidak perlu investasi,
fixed cost sudah dapat dibayar dengan order yang ada dan tambahan order
cukup dibebankan dengan variable cost saja, atau harga dapat diturunkan
jika order mencapai jumlah tertentu karena beban fixed cost‐nya lebih
terbagi.
Dengan kondisi pasar yang ada saat ini maka Dynaplast juga mencoba
memenuhi economies of scale dengan cara memaksimalkan utilisasi dari
kapasitas yang sudah ada yaitu dengan melakukan diversifikasi produk
di setiap pabrik. Sebelumnya satu pabrik hanya fokus di industri kemasan
plastik atau komponen plastik saja tetapi sekarang sudah mulai
melakukan diversifikasi di mana pabrik kemasan plastik juga dapat
menerima subcont untuk memproduksi komponen plastik. Cara yang lain
Dynaplast juga melakukan joint venture seperti Rexplast sehingga
Dynaplast dapat memaksimalkan kapasitas dengan saling membagi order
untuk memanfaatkan mesin yang sudah tersedia.
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
32
2. Product Differentiation
Dengan membuat produk yang unik maka perusahaan dapat
mendapatkan kesetiaan pembeli, karena tidak adanya pesaing yang dapat
membuat produk yang sama. Hal ini juga dilakukan Dynaplast dengan
menjadi yang pertama menggunakan mesin double inject yaitu produk
tutup botol dapat langsung keluar dalam dua warna. Strategi ini
membuat pelanggan menjadi tertarik untuk membeli karena itu berarti
produknya menjadi yang pertama menggunakan teknologi tersebut di
pasar. Untuk Dynaplast strategi ini menjadi kekuatan bersaing karena
akan sulit buat pelanggan memindahkan pesanannya mengingat tidak
ada pabrik plastik lain yang memiliki mesin dan cetakan dengan
teknologi tersebut.
Startegi diferensiasi lain untuk mempersulit masuknya pendatang baru
yang dilakukan Dynaplast adalah dengan mengambil lisensi khusus dari
produk Tupperware, Cubic dan Wavin untuk pembuatan krat botol.
3. Capital Requirement
Besarnya modal yang dibutuhkan untuk memasuki industri juga menjadi
hambatan masuknya pendatang baru. Akan tetapi untuk industri
kemasan plastik, kebutuhan modal tidak terlalu besar karena tersdia
banyak alternatif mesin buatan Cina, pembuatan cetakan juga dapat
dilakukan di mana saja dengan harga mulai dari paling murah hingga
yang paling mahal. Pembeli produk kemasan plastik terutama
perusahaan lokal umumnya tidak terlalu mempermasalahkan mesin dan
cetakan buatan mana, buat mereka yang penting harag beli kompetitif
dan kualitas masih dapat diterima.
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
33
4. Switching cost
Hambatan masuknya pendatang baru juga dapat datang dari besarnya
biaya berpindahnya pelanggan ke pesaing. Hal ini disiasati Dynaplast
dengan melakukan sistem pembiayaan cetakan secara amortisasi, yaitu
biaya cetakan dibebankan ke harga per unit dan akan habis setelah
mencapai jumlah tertentu. Dengan demikian jika pelanggan akan
berpindah ke pesaing maka mereka harus membayar dulu seluruh sisa
pembiayaan cetakan.
Berdasar evaluasi ke‐empat faktor diatas maka dapat disimpulkan hambatan
masuknya pendatang baru di industri kemasan plastik relatif tidak besar, dan
Dynaplast sudah memiliki strategi untuk mengantisipasi ke‐empat faktor
tersebut.
2.2.3.3 Kekuatan Tawar Pemasok (Bargaining Power of Supplier)
Kekuatan tawar pemasok akan tinggi jika ketergantungan perusahaan sebegai
pembeli sangat besar. Akibatnya ketika pemasok menaikkan harga atau
menurunkan kualitas, perusahaan terpaksa tetap melakukan pembelian karena
tidak adanya alternatif pemasok lain.
Di Dynaplast kekuatan tawar pemasok cukup tinggi terutama untuk pemasok
bahan baku. Karena Dynaplast tidak dapat melakukan perubahan bahan baku
tanpa seijin pelanggan sehingga ketika harga bahan baku naik maka Dynaplast
tetap harus membeli bahan baku tersebut. Kondisi ini akan semakin sulit jika
pemasok tersebut ditunjuk oleh pelanggan sehingga Dynaplast tidak dapat
membeli dari pemasok lain apapun yang terjadi.
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
34
2.2.3.4 Kekuatan Tawar Pelanggan (Bargaining Power of Buyer)
Kekuatan tawar pelanggan akan menjadi sangat kuat jika proporsi pelanggan di
pabrik tidak terdistribusi secara merata dan ada satu pelanggan yang menguasai
lebih dari 50% kapasitas yang ada.
Hal ini juga terjadi di Dynaplast PLANT VI‐Cikarang di mana Unilever menjadi
pelanggan utama dan menguasai 60% kapasitas yang ada. Akibatnya
ketergantungan pabrik ini ke Unilever sangat tinggi, sehingga kekuatan tawar
Dynaplast terhadap Unilever sangat kecil. Apalagi sejak Unilever melakukan e‐
bidding, Dynaplast semakin sulit melakukan usulan kenaikan harga ataupun
perubahan term of payment.
Kekuatan tawar pelanggan juga cukup besar dalam hal persyaratan, di mana
setiap pemasok seperti Dynaplast harus juga menerapkan sistem seperti GMP,
HACCP dan sistem keamanan keselamatan kerja. Pemasok yang tidak
memenuhi syarat tersebut dan tidak lulus saat diaudit tidak berhak untuk
mendapatkan order berikutnya.
2.2.3.5 Produk Pengganti (Subtitutes)
Suatu produk yang memiliki produk pengganti akan mengalami kesulitan
penjualan juga, karena pembeli akan dengan mudah mengalihkan produknya ke
produk pengganti. Produk pengganti biasanya memiliki fungsi yang sama
dengan harga yang lebih murah sehingga dapat merebut pangsa pasar yang
sudah ada.
Produk pengganti yang merupakan ancaman untuk “rigid plastic packaging”
seperti Dynaplast antara lain :
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
35
• Standing pouch (flexible plastic packaging)
Produk ini biasanya terbuat dari plastik yang lebih tipis sehingga
harga dapat lebih murah dengan fungsi yang sama untuk
menyimpan produk pelanggan, seperti sabun cair, sabun pencuci
piring, pembersih lantai dan lain‐lain. Produk ini juga sangat cocok
untuk produk refill sehingga konsumen cukup pertama kali
pembelian saja membeli dalam kemasan rigid plastic packaging
selanjutnya frekuensi pembelian lebih banyak menggunakan
flexible palastic packaging karena lebih ringan dan lebih murah.
• Kotak karton (TetraPak)
Produk ini dapatnya untuk mengemas minuman susu atau juice,
menggantikan kemasan botol plastik. Kelebihan kemasan ini lebih
ramah lingkungan karena dapat didaur ulang.
• Sachet
Produk ini biasanya untuk produk yang dijual dengan harga yang
lebih murah dan ukuran kecil, karena ditujuan untuk konsumen
dengan ekonomi rendah.
2.2.4. SWOT (Strengths‐Weaknesses‐Opprotunities‐Threads) Analysis
Setelah dilakukan evaluasi faktor internal, faktor eksternal dan posisi persaingan
PT. Dynaplast, Tbk maka selanjutnya dapat dilakukan SWOT Analysis untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Dynaplast serta peluang dan
tantangan yang ada bagi Dynaplast.
2.2.4.1 Kekuatan (Strengths) PT. DYNAPLAST, Tbk
Berdasarkan Value Chain Analysis yang dilakukan di atas maka Dynaplast
memiliki kekuatan dalam hal:
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
36
1. Logistik sudah menggunakan sistem komputerisasi yang terintegrasi
(SAP) sehingga Warehouse manajement dapat berjalan dengan baik
2. Dengan Warehouse Management, stok dikontol per lokasi sehingga
memudahkan pencarian barang
3. Penyimpanan material menggunakan Silo sehingga tidak memakan
tempat
4. Semua material yang digunakan telah melalui pemeriksaan incoming
5. Memiliki gudang AC untuk penyimpanan material yang sensititf
terhadap temperature tinggi
6. Memproduksi sesuai spesifikasi dan permintaan pelanggan karena :
o setiap Plant dibuat/dikelompokkan sesuai karakteristik pelanggan
o memiliki Departemen QA
o setiap material yang digunakan saat produksi harus sudah Released
oleh QA
o setiap produk yang dikirim ke customer harus sudah Released oleh
QA
o setiap pengiriman disertai Certificate of Conformity
7. Penanganan order dan komunikasi ke customer lebih fokus karena ada
segmentasi yang jelas dan setiap customer dipegang oleh satu account
executive
8. Dengan modal yang kuat, Dynaplast selalu menjadi yang terdepan dalam
teknologi molding di Indonesia sehingga selalu dapat menawarkan disain
yang inovatif dibandingkan pesaing
9. Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) dengan sistem recruitment
dan training dibawah HRD
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
37
2.2.4.2 Kelemahan (weaknesses) PT. DYNAPLAST, Tbk
Berdasarkan Value Chain Analysis dan hasil kuesioner yang dilakukan oleh
Dynaplast bekerja sama dengan Institusi PPM (Pendidikan dan Pengembangan
Manajemen) maka Dynaplast memiliki kelemahan:
1. Budaya organisasi belum menjadi jiwa karyawan dalam bekerja
2. Terjadi kesenjangan budaya organisasi dan gaya manajemen antara Top
Management dan Middle‐low
3. Visi dan misi organisasi cenderung hanya menjadi cameo, sebagian besar
karyawan terutama middle‐low belum mengathui dan paham akan hal
tersebut.
4. Efisiensi tinggi yang seharusnya dapat diperoleh karena :
o penggunaan mesin multi cavity dan semi automatic
o memungkinkan untuk digunakannya kembali material regrind
o telah dijalankan SPC On‐line
kesemuanya belum dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal
5. FIFO belum berjalan dengan baik karena sistem racking double dip dan
keterbatasan tempat
6. Tidak semua material, spare part dan bahan pembantu dibeli dari Approved
Vendor List dan dari pemasok yang telah lulus proses audit.
7. Ketergantungan yang tinggi pada perusahan ekspedisi karena semua
pengiriman menggunakan ekspedisi dari luar
8. Ketergantungan yang tinggi pada supplier bahan baku
9. Untuk level supervisor ke bawah belum ada sistem reward yang obyektif
sehingga belum cukup untuk memotivasi karyawan
10. Dept. HRD belum melakukan fungsi pengembangan sumber daya
manusia dengan optimal
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
38
11. Keterbatasan kemampuan teknis staf supply chain terkadang
mengakibatkan keterlambatan atau kesalahan penyediaan barang
12. Belum adanya pengembangan karyawan berdasarkan kebutuhan
kompetensi jabatan
13. Sistem ISO yang ada belum dijalankan dengan konsisten
2.2.4.3 Peluang bagi PT Dynaplast, Tbk
Berdasarkan analisis eksternal dengan Porter Five Forces maka dapat
diindetifikasi beberapa peluang bagi Dynaplast diantaranya:
- Memenuhi requirement customer pharmacy company untuk memenuhi GMP
standard dan food company untuk HACCP standard
- Menjalankan sistem keamanan dan kesehatan kerja
- Pemegang lisensi tunggal dari beberapa produk plastik terkenal di dunia
- Penggunaan teknologi terdepan dalam industri kemasan plastik
2.2.4.4 Ancaman bagi PT Dynaplast, Tbk
Dari analisis Porter Five Forces diatas juga didapatkan beberapa hal yang dapat
menjadi ancaman bagi Dynaplast yaitu:
- Rendahnya entry barrier ke industri kemasan plastik
- Single supplier untuk bahan baku dan banyaknya pemasok rujukan
pelanggan
- Tender harga (e‐bidding) dan penentuan Terms of Payment oleh pelanggan
- Produk substitusi standing pouch yang lebih murah, TetraPak packaging
yang lebih ramah lingkungan dan sachet yang lebih cocok untuk
masyarakat dengan daya beli rendah
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
39
Secara singkat SWOT Analysis dari PT. Dynaplast, Tbk dapat dilihat pada
gambar berikut:
Strengths Weaknesses- Sistem logistik dan supply chain yang terintegrasi - Budaya organisasi belum menjadi jiwa karyawan
dengan SAP - Kesenjangan Top management dan Middle-low
- Sertifikasi ISO management
- Segmentasi pasar jelas - Delivery belum FIFO
- Capital yang kuat - Ketergantungan ke supplier tinggi
- Menggunakan teknologi terdepan dan inovatif - Penilaian kinerja dan reward belum sampai ke middle-
low
- Technical skill yang rendah dari supply chain
- Efisiensi produksi belum dikelola dengan baik
- Dept. HRD belum melakukan fungsi development dengan baik
Opprotunities Threads- Pasar cosmetic packaging - Kondisi poleksosbud Indonesia- Plastik lebih safe daripada kaca - Low entry barrier- Sole licensor - Kebanyakan adalah single supplier- Memenuhi requirement customer untuk GMP dan HACCP - Harga competitor yang lebih murah- Menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja
Gambar 2.4. SWOT Analysis PT. Dynaplast, Tbk
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
40
2.2.5. Analisis Critical Success Factor (CSF)
Hal ini perlu dilakukkan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi
kesuksesan organisasi di pasar serta bagaimana posisi PT. Dynaplast, Tbk (DP)
dibandingkan pesaing terdekatnya yaituPT. Bumi Mulia Indah Lestari (BIL).
Menurut buku yang ditulis Wibisono PhD (2006) pada buku Manajemen Kinerja
halaman 34 ada tujuh aspek CSF yang perlu dikaji, yaitu:
1. Infastruktur perencanaan (Managerial Infrastructure)
2. Keuangan (Finanace)
3. Manajemen sumber daya manusia (Human Resouces Management)
4. Teknologi (Technology)
5. Pengadaan (Procurement)
6. Operasi (Manufacturing)
7. Pemasaran dan penjualan (Sales and marketing)
Sehingga peta CSF DP dibandingkan BIL adalah sebagai berikut: Aspek
Sangat lemah
Agak lemah Seimbang Agak kuat Sangat
kuatInfrastruktur perencanaan
Sistem perencanaanManajemen pengendalianSistem informasi dan komunikasiStruktur OrganisasiBudaya perusahaanKemampuan kepemimpinanCitra perusahaan
KeuanganKemampuan modalMerger, akuisisi dan investasiManajemen modal kerjaManajemen pajak
Posisi PT DP dibandingkan dengan PT BIL
Gambar 2.5. Analisis Critical Success Factor
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
41
Lanjutan Aspek
Sangat lemah
Agak lemah Seimbang Agak kuat Sangat
kuatSumber daya manusia
Seleksi, promosi dan penempatanSistem penghargaanHubungan perburuhanOrganisasi sumber daya manusia
TeknologiPemilihan teknologiKetepatan waktu pemilihan teknologi baruPemilihan proyek, evaluasi, alokasi dan pengendalian sumberPengelolaan teknologi dan infrastruktur
PengadaanPemilihan, evaluasi dan pengembangan pemasokManajemen pembelian barangManajemen bahan bakuAnalisis nilai, harga/biaya dan stdanrisasiOrganisasi pengadaan dan pengelolaan infrastruktur pengadaan
OperasiFasilitasKapasitasTenaga kerjaManajemen kualitasHubungan dengan pemasokLokasi dan jumlah perusahaanUkuran perusahaanUsia perusahaanOtomasiIntegrasiProduktivitas
Pemasaran dan penjualanStrategi distribusiStrategi hargaOrganisasi pemasaranLokasi dan jumlah gedungTenaga kerjaTingkat harga yang diberikanCitra produk
Posisi PT DP dibandingkan dengan PT BIL
Gambar 2.5. Analisis Critical Success Factor
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
42
2.2.6. Produk dan Jasa
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya bahwa main business dari PT.
Dynaplas, Tbk adalah plastic molding manufacturer yang terbagi menjadi dua
business unit manufacturing yaitu:
1. Plastic packaging manufacturing
Yang memproduksi botol dan tutup untuk kemasan kosmetika, farmasi,
makanan dan minuman, baik yang terbuat dari PET (Poly Ethilene
Therapthalate), PVC (Poly Vinyl Chloride), HDPE (High Density Poly
Ethilene) maupun PP (Poly Propilene)
2. Plastic Component manufacturing
Yang memproduksi komponen engineering untuk perusahaan otomotif,
elektronika dan juga crate untuk perusahaan minuman.
Untuk jasa sendiri lebih pada customer service untuk menjaga hubungan jangka
panjang dengan pelanggan seperti sharing knowledge melalui training mengenai
material plastik dan proses plastic molding, technical support untuk product
development, penanganan customer complaint dan entertaint customer.
2.2.7. Budaya Organisasi
Berdasarkan culture statement yang ada, maka budaya yang dianut oleh PT.
Dynaplast, Tbk adalah
1. Orientasi pada kebutuhan pelanggan
- Berusaha memenuhi kebutuhan customer dengan baik
- Pengiriman tepat waktu
2. Good Corporate Governance
- Bekerja dengan integritas, kejujuran dan etika yang tinggi
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
43
3. Saling percaya dan saling menghargai
- Saling menghormati dan saling percaya untuk memberikan umpan
balik yang membangun
- Bekerja di lingkungan persaingan yang sehat
4. Kepemimpinan
- Mengembangkan kepemipinan yang terbuka
- Mengembangkan budaya professional dengan pendelegasian di dalam
organisasi
- Pemberian training dan sistem penghargaan
5. Kerjasama tim
- Menghargai kerjasama tim untuk mencapai tujuan
- Melakukan perbaikan yang berkesinambungan di smeua aspek
- Menggunakan teknologi dan sumber daya yang sesuai
Sementara ditinjau dari teori Organization behaviour ada empat macam Leadership
dan Mangement Skill yang membentuk budaya organisasi , yaitu:
- Clan Skills, dengan ciri‐ciri mendahulukan budaya kerja yang
kekeluargaan seperti: komunikasi yang baik, kerja sama tim,
lingkungan kerja yang kondusif (tidak agresif)
- Adhocracy Skills dengan ciri‐ciri mendahulukan budaya kerja yang
penuh inovatif dan kreatif seperti pemecahan masalah yang kreatif,
selalu menjadi yang pertama dalam inovasi dan penggunaan teknologi
terkini
- Market skills dengan ciri‐ciri budaya kerja mendahulukan pelanggan
seperti membangun hubungan baik dengan pelanggan, berusaha
mendapatkan order dengan harga yang kompetitif
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
44
- Hierarchy Skills dengan ciri‐ciri budaya kerja mendahulukan birokrasi
dan logis yaitu pemacahan masalah yang sistematis dan rasional,
pengambilan keputusan yang hirarkis dan manajemen waktu yang
baik
Berdasarkan analisis dan evaluasi di lapangan, budaya organisasi ini
kelihatannya masih berupa cameo saja, karena belum menjadi satu jiwa bagi
seluruh karyawan. Hal ini disebabkan budaya organisasi tsb bukan dibuat
berdasarkan apa yang menjadi jiwa perusahaan selama ini tetapi dibuat dulu
baru kemudian disosialisasikan, akibatnya diperlukan waktu dan energi yang
cukup banyak agar budaya tersebut betul‐betul menjadi jiwa organisasi.
Hal yang menonjol juga terlihat dari segi leadership dan manajement skill di mana
terdapat perbedaan “gaya” antara Top management dengan Middle management ke
bawah. Di mana dari hasil survei dan Focused Group Discussion (FGD) yang
dilakukan Dynaplast bersama dengan konsultan dari PPM seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 2.1. dan Tabel 2.2. menunjukkan bahwa 38.18% responden
merasa budaya Dynaplast saat ini adalah Clan (kekeluargaan dan penuh
kebersamaan). 27,27% responden merasa Adhocracy (kreatif, inovatif, berani
mengambil resiko) dan 26.36% responden merasa Hierarchy (penuh pengedalian
yang ketat). Untuk dua sampai tiga tahun mendatang 70% responden berharap
Dynaplast mempunyai budaya Clan 70%, 15.45%, Hierarchy dan 11.82%
Adhocradhy.
Akan tetapi berdasarkan hasil FGD para manager Dynaplast disimpulkan bahwa
strategi yang dipilih oleh Board of Director (BOD) adalah strategi yang agresif,
terus mengembangkan perusahaan (ekspansi), dan berani mengambil resiko.
Strategi sperti ini umumnya didukung oleh budaya organisasi Adhocrachy.
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
45
Namun kenyataannya, responden lebih memilih bekerja pada organisasi yang
mempunyai budaya Clan di mana kebersamaan, kesetiaan, keterbukaan dan
tradisi menjadi cirri utamanya.
Melihat kondisi ini tentu saja terjadi gap budaya antara Top Management dengan
Middle‐low manajement yang pada akhirnya dapat mengganggu kinerja
organisasi.
Tabel 2.1. Persepsi mengenai Budaya Organisasi Dynaplast Saat Ini
CLAN ADHOCRACY MARKET HIERARCHYSenior Manager 4 2 1Manager 4 4 1 1Assistant Manager 6 8 3Section Head 15 7 15Supervisor 13 9 4 13
42 (38.18%) 30 (27.27%) 9(8.18%) 29 (26.36%)
Tabel 2.2. Persepsi mengenai Budaya Organisasi Dynaplast yang Akan Datang
CLAN ADHOCRACY MARKET HIERARCHY
Senior Manager 5 1 1
Manager 7 1 1 1
Assistant Manager 20 3 2 2
Section Head 26 4 8
Supervisor 29 4 6
77 (70%) 13 (11.82%) 4 (3.64%) 17 (15.45%)
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
46
2.2.8. Visi Organisasi
Sejalan dengan pertumbuhan perusahaan, PT. Dynaplast, Tbk telah mengalami
perubahan visi sejak tahun 2003 “Menjadi Perusahaan Kemasan Terkemuka di
Asia Pasifik” dari sebelumnya di tahun 1995 “Menjadi Perusahaan Plastik
Terkemuka di Indonesia”.
2.2.9. Misi Organisasi
Sesuai dengan mission statement yang ada maka visi dari PT, Dynaplast, Tbk
tersebut akan diwujudkan melalui misi:
1. Menjadi yang pertama dalam mengantisipasi kebutuhan pelanggan
dengan memberikan respon yang kreatif dan kompetitif melalui:
- pemecahan masalah yang menyeluruh
- pelayanan
- produk yang berkualitas
- terus melakukan inovasi dan mengikuti perkembangan teknologi
2. Merekrut karyawan yang bermotivasi tinggi, memberikan training dan
pengembangan karyawan serta pemberian penghargaan dan promosi
berdasarkan:
- prestasi
- inisiatif
- profesionalisme
3. Menjamin kesuksesan melalui:
- komitmen penuh untuk mencapai kinerja yang baik
- kerja sama yang efektif
- menghindari birokrasi yang berlebihan
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
47
- kemauan untuk menghasilkan ide baru
- belajar terus menerus
4. Mencapai pertumbuhan keuntungan yang berkesinambungan dan
memberikan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan
5. Peduli pada lingkungan dan masyarakat
2.2.10. Strategi Organisasi
Menurut Porter ada tiga generic strategy yang dapat digunakan oleh perusahaan,
yaitu cost leadership, differention dan focus; seperti yang tertera pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6. Porter’s Generic Strategy
Cost Leadership dilakukan jika target pasarnya cukup besar dengan tujuan biaya
serendah mungkin untuk meraih pasar. Untuk menjalankan strategi ini
diperlukan efisiensi yang tinggi pada proses produksi, usaha terus menerus
FocusStrategy
(differentiation)
FocusStrategy(low cost)
Narrow(Market
Segment)
DifferentiationStrategy
Cost LeadershipStrategy
Broad(Industry Wide)
Product UniquenessLow Cost
AdvantageTarget Scope
FocusStrategy
(differentiation)
FocusStrategy(low cost)
Narrow(Market
Segment)
DifferentiationStrategy
Cost LeadershipStrategy
Broad(Industry Wide)
Product UniquenessLow Cost
AdvantageTarget Scope
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
48
untuk menurunkan biaya, pembiayaan yang ketat dan selektif serta melakukan
minimasi biaya di bagian development, sales force dan advertising.
Differentiation dilakukan jika target pasarnya cukup besar dengan tujuan
keunikan produk untuk meraih pasar. Starategi yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan design of brand image, penggunaan teknologi terdepan,
pemberian features baru serta bentuk pelayanan khusus bagi pelanggan.
Focus dilakukan jika target pasarnya hanya segmen tertentu dengan tujuan dapat
untuk biaya serendah mungkin ataupun keunikan produk. Dengan strategi ini
perusahaan dapat membidik pasar dengan lebih tajam sehingga dapat lebih
efektif dan efisien dibandingkan pesaing.
Kondisi industri rigid plastic pacakaging dapat dikatakan saat ini dalam kondisi
yang growth dan hampir mature. Hal ini disebabkan kebutuhan akan produk ini
cenderung tidak mengalami peningkatan yang significant dan jumlah pemain
yang cukup banyak mulai dari industri yang hanya beroperasi di ruko saja
sampai dengan indutsri sebesar Dynaplast yang memiliki banyak pabrik untuk
beroperasi. Di mana kondisi persaingan saat ini lebih menuntut:
- harga yang termurah, karena banyak customer besar yang sudah
beralih ke sistem tender (e‐bidding)
- kualitas, delivery dan pelayanan sebagai persyaratan mutlak, sehingga
tidak dapat lagi sebagai nilai tambah
- pemenuhan standard seperti ISO, GMP dan HACCP
Sementara dengan kondisi persaingan dan industri saat ini, dapat dikatakan
Dynaplast tidak memiliki satu strategi yang jitu, walaupun sebelumnya lebih
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
49
pada diferensiasi tetapi dengan berjalannya waktu karena teknologi dari plastic
molding sendiri tidak terlalu banyak berubah maka harga lebih menjadi prioritas
bagi customer; tetapi kondisi yang ada saat ini Dynaplast cenderung menjadi
supplier plastic molding dengan harga tertinggi. Untuk menghadapi kondisi
tersebut Dynaplast sedang mencoba melakukan beberapa strategi cost saving
agar menjadi cost leadership dengan melakukan program Six Sigma mulai akhir
tahun 2006 yang lalu dan mencoba melakukan startegi diversifikasi produk,
sehingga pembagian produksi yang tadinya terkelompokkan khusus plastic
packaging dan plastic component saat ini memungkinkan pabrik plastic packaging
menjadi subcont untuk memproduksi plastic component.
2.3. Akar Masalah
Setelah dilakukan analisis terhadap faktor‐faktor yang menjadi dasar
perancangan SMK maka dapat disimpulkan yang menjadi pokok masalah Sistem
Manajemen Kinerja di PT. Dynaplast, Tbk adalah:
Sistem Manajemen Kinerja yang ada saat ini belum komprehensif, belum
terpadu mulai dari kinerja corporate, business unit hingga level operasi dan belum
dapat mendorong seluruh karyawan untuk melakukan perbaikan secara
berkesinambungan yang disebabkan karena akar masalahnya:
- Budaya, visi, misi organisasi belum tersosialisasi dengan baik dan
belum menjadi jiwa setiap karyawan dalam bekerja
- SMK yang ada hanya merupakan formalitas dan pelaporan data masa
lampau karena lebih hanya untuk pemenuhan standard ISO
- SMK yang ada tidak pernah ditinjau secara periodik untuk
disesuaikan dengan kondisi persaingan dan tuntutan stakeholder
- SMK yang ada belum memenuhi siklus PDCA sehingga tidak
mendorong perbaikan secara berkesinambungan
BAB II EKPLORASI ISU BISNIS
50