Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
LANDASAN TEORI KOMPETENSI PEDAGOGIK
A. Kajian Teori
a. Pengertian Kompetensi Paedagogik
a. Pengertian Kompetensi
Kompetensi pada hakikatnya menggambarkan pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang harus dikuasai peserta didik dan direflesikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak. Hall dan jones (1976) mengatakan kompetensi
adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu
secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan
yang dapat diamati dan diukur.
Pusat Kurikulum Depdiknas (2002) mengatakan kompetensi merupakan
Kompetensi pada hakikatnya menggambarkan pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai-nilai yang harus dikuasai peserta didik dan direflesikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak. Pusat Kurikulum Depdiknas (2006)
mengatakan kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai dasar
yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan
terus menerus ( Mulyasa, 2006: 25).
Jadi kompetensi menggambarkan kemampuan bertindak dilandasi ilmu
pengetahuan yang hasil dari tindakan itu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
SK Mendiknas RI No, 045/U2002 menyatakan elemen kompetensi terdiri dari
(1) landasan kepribadian; (2) penguasaan ilmu dan pengetahuan; (3) kemampuan
berkarya; (4) sikap dan prilaku dalam berkarya; dan (5) pemahaman kaidah
kehidupan masyarakat.
b. Fungsi Kompetensi Guru
1) Sebagai Pendidik dan pengajar
Setiap guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta
didik, bersikap realitas, jujur dan terbuka, serta peka terhadap
perkembangan, terutama inovasi pendidikan.
11
2) Sebagai Anggota Masyarakat
Setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu, harus
menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar
manusia, memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan
bekerjasam dengan kelompok, dan menyelesaikan tugas bersama dalam
kelompok.
3) Sebagai Pemimpin
Setiap guru adalah pemimpin, yang harus memiliki kepribadian,
menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar manusia, teknik
berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi
sekolah.
4) Sebagai Administrator
Setiap guru akan dihadapkn pada berbagai tugas administrasi yang harus
dikerjakan disekolah, sehingga harus memiliki pribadi yang jujur, teliti,
rajin, serta memahami strategi dan manejemen pendidikan.
5) Sebagai Pengelola Pembelajaran
Setiap guru harus mampu dan menguasai berbagai metode pembelajaran
dan memahami situasi belajar-mengajar di dalam maupun di luar kelas
(Mulyasa, 2006: 19).
c. Jenis Kompetensi Guru
Menurut Peratura Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
adapun macam Kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain:
Kompetensi Pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh
melalui pendidikan Profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam
kinerja guru
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya
12
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan Kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan untuk berkomunikasih dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang mencangkup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya (Danim Sudarwan,
2010: 22).
d. Pengertian Pedagogik
Paedagogik berasal dari bahasa yunani, terdiri dari kata “PAIS”, artinya
anak, dan gogos berarti memimpin sedangkan akhirnya ik menun jukan ilmu jadi
paedagogik berarti ilmu dan seni memimpin anak.
Pedagogik secara etimologi berasal dari kata Yunani “paedos”, yang
berarti anak laki-laki dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi
pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani
kuno, yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah.
Kemudian secara kiasan, pedagogik ialah seorang ahli, yang membimbing
anak ke arah tujuan hidup tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda)
pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah
tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia “mampu secara mandiri menyelesaikan
tugas hidupnya”.
Pedagogik merupkan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu
pendidikan anak. Jadi pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk-beluk
pendidikan anak, pedagogik merupakan teori pendidikan anak. Pedagogik
sebagai ilmu sangat dibutuhkan oleh guru khususnya guru Taman Kanak-kanak
13
dan guru sekolah dasar karena mereka akan berhadapandengan anak yang belum
dewasa (Sadulloh, 2010: 1).
Pedagogik merupakan suatu teori dan kajian yang secara teliti, kritis dan
objektif mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia,
hakikat. Anak, hakikat tujuan pendidikan serta jakikat proses pendidikan.
Walaupun demikian, masih banyak daerah yang gelap sebagai”
terraincegnita”(daerah tak dikenal) dalam lapangan pendidikan, karena masalah
hakikat hidup dan akhirat manusia masih banyak diliputi oleh kabut misteri.
Bahasa inggris istilah pendidikan mengunakan perkataan”education‟,
basanya istilah tersebut dihubungkan dengan pendidikan di sekolah, dengan
alasan, bahwa di sekolah tempatnya anak dididik dibimbing oleh para ahli yang
khusus mengalami pendidikan dan latihan sebagai profesi. Kata education
berhubungan dengan kata latin”educere” yang berarti‟ mengeluarkan sesuatu
kemampuan‟(e = keluar, educere =memimpin), jadi berarti membimbing untuk
mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan dalam diri . kata” educere kita
temukan dalam kata konduktor, yaitu seorang yang memimpin sekelompok
pemain musik, juga seorang yang “memimpin sekelompok pemain musik, juga
seseorang yang”memimpin kereta api dalam perjalanan (kondektur”). Dalam
ilmu listrik, konduktorialah bahan (basanya logam) yang dapat” membawa‟
aliran listrik (Sadulloh, Uyoh 2010: 2-3).
Selanjutnya makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara
khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld
mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya
(Sadulloh, Uyoh 2010: 3).
Pendidik selayaknya jadi ada pada tiap proses kehidupan anak atau
manusia. Hal lain yang mengharuskan pendidikan itu ada pada tiap proses
kehidupan manusia adalah bahwa pada hakekatnya manusia itu ada pada tiap
proses kehidupan manusia adalah bahwa pada hakekatnya manusia itu
mempunyai prinsip ketergantungan satu sama lain, saling memberi bantuan,
14
tolong menolong, yang bukan hanya terjadi pada anak tetapi juga pada orang
dewasa ( Mulyasa, 2006: 25).
Hakikat ini tidak hanya menyangkut pada salah satu segi kehidupan
manusia, tetapi meliputi berbagai segi, antara lain sosial, ekonomi, kesehatan.
Oleh karena itu manusia, baik sebagai individu, kelompok ataupun masyarakat,
dalam usaha mencapai kesehatan yang optimal juga memerlukan bantuan
pendidikan ini (Ahmadi Abu, 2011: 76).
c. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru
berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral,
emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus
mampu menguasai teori belajar dan prinsip – prinsip belajar, karena siswa
memiliki karakter, sifat dan interes yang berbeda.
Kompetensi paedagogik adalah kemampuan yang berkaitan dengan
pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Secara substansi, kompetensi ini mencangkup kemampuan pemahaman
terhadap peserta didik, perencangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya Yang didalamnya harus mengusai (Sudjana
Nana, 1988: 34).
Karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional dan intelektual, mengusai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik, menguasai kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, menyelenggarakan pembelajaran
mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi yang dimiliki,
berkomunikasi secara efektif, empirik, dan santun dengan peserta didik,
menyelenggarakan penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran,
melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
(Mulyasa, 2006: 76 ).
15
Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan masing – masing dan
disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimal potensi
peserta didik untuk mengaptualisasikan kemampuan di kelas, dan harus mampu
melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
Pengetahuan, keterampilan dan nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus.
Lebih lanjut, dalam RPP tentang guru dikemukakan bahwa kompetensi
paedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut
(Mulyasa, 2006: 76).
1) Kemampuan Mengelola Pembelajaran
Secara pedagogis, kompetensi guru-guru dalam mengelola
pembelajaran perlu mendapat pergatian serius. Hal ini penting, karena
pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian
masyarakat, dinilai kuring dari aspek paedagogis, dan sekolah Nampak lebih
mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai
dunianya sendiri.
2) Pemahaman terhadap peserta didik
Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi
paedagogik yang harus dimliki guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang
harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan,
kereativitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif.
Dalam proses penilaian Kompetensi 1, Kemampuan yang dinilai
adalah bagaimana guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang
karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran.
Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik intelektual, sosial emosional,
moral, dan latar belakang sosial budaya ( Priatna Nanang, 2013: 37)
16
3) Perancangan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi
pedagogis yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan,
yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan, kompetensi dasar, dan penyusunan
program pembelajaran.
4) Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis
Kegagalan pelaksanaan pembelajaran sebagian besar disebabkan oleh
penerapan metode pendidikan konvensional, anti dialog, proses penjinakan,
pewarisan pengetahuan, dan tidak bersumber pda realitas masyarakat.
Sehubungan dengan itu, salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki
guru seperti dirumuskan dalam SNP (Standar Nasional Pendidikan) berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran.
proses penilaian Kompetensi 4, Kemampuan yang dinilai adalah
bagaimana guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan
pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan Peserta didik. Guru Menyusun
dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai
dengan karakteristik peserta didik ( Priatna Nanang, 2013: 43).
5) Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran
Abad 21, merupakan abad pengetahuan, sekaligus merupakan abad
informasi, dan teknologi, karena pengetahuan, informasi, dan teknologi
manusia abad ini, sehingga disebut juga era globalisasi, karena canggihnya
penggunaan pengetahuan, informasi dan teknologi dalam berbagai aspek
kehidupan yang menimbulkan hubungan global oleh karena itu sudah
sewajarnyalah apabila dalam abad ini, guru dituntut untuk memiliki
kompetensi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran terutama internet (e-
learning), agar dia mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan, teknologi
dan informasi dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar dan membentuk
kompetensi peserta didik.
17
6) Evaluasi Hasil Belajar (EHB)
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan prilaku
dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan
penilaian kelas, tes kemapun dasar, penilaian akhir satuan pendidikan
sertifikasi, benchmarking serta penilaian program.
Dalam proses penilaian kompetensi 7, kemampuan yang dinilai adalah
bagaimana guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses
dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi
untuk merancang program remedial dan pengayaan ( Priatna Nanang, 2013:
49).
7) Pengembangan Peserta Didik untuk mengaktualisikan berbagai Potensi yang
dimilikinya
Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi
paedagogik yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik
dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara , antara lain melalui kegiatan
ekstra kulikuler (ESKUL), pengayaaan dan remedial, serta bimbingan dan
konseling (BK) (Mulyasa 2006: 75 -111).
Dalam proses penilaian Kompetensi 5, kemampuan yang dinilai
adalah bagaimana guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap
peserta didik dan mengindentifikasi pengembangan potensi peerta didik
melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan
potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas
bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka ( Priatna Nanang,
2013: 45).
Semua kegiatan dan fasilitas yang dipilih serta peranan yang dilakukan
guru harus tertuju pada kepentingan siswa, disesuaikan dengan kondisi siswa.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, dalam mengoptimalkan siswa ada tiga
langkah yang harus ditempuh oleh guru yaitu mendiagnosis kemampuan dan
18
perkembangan siswa, guru memilih cara pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi siswa dan kegiatan ( Nana Syaodih Sukmadinata, 2004: 197).
Guru harus mengenal dan memahami siswa yang baik, memahami tahap
perkembangan yan telah dicapainya, kemampuan, keunggulan, dan kekurangan,
hambatan yang dihadapi serta faktor-faktor dominan yang mempengaruhinya.
Setiap siswa sebagai individu mempunyai kemampuan, kecepatan belajar,
karakteristik dan problem-problem sendiri, yang berbeda dengan individu
lainnya. Perkembangan yang optimal hanya mungkin dapat dicapai apabila
kegiatan yang dilakukan siswa dan bantuan yang diberikan guru disesuaikan
dengan kondisi.
Dalam pemilihan dan penggunaan metode dan media belajar, guru yang
memiliki kompetensi akan memilih metode belajar yang bervariasi dan
menggunakan media yang bervariasi juga. Selain itu pelaksanaan metode belajar
dikelas juga disertai dengan usaha-usaha pemberian dorongan, bantuan,
pengawasan, pengarahan dan bimbingan dari guru. Pembimbing itu diberikan
oleh guru pada saaat kegiatan pembelajaran maupun diluar kegiatan
pembelajaran.
Guru memegang peranan penting dalam mengajar. Ia menentukan apakah
proses belajar itu berpusat pada guru dengan terutama menggunakan metode
pemberitahukan ataukah berpusat pada murid dengan mengutamakan metode
penemuan. Oleh sebab kedua metode itu tidak didukung oleh penelitian empiris.
Teknologi pendidikan yang menginginkan agar proses belajar itu dapat dikontrol
atau dikendalikan antara lain berusaha untuk menguraikan bahan pelajaran
dalam urutan tertentu. Sehingga pelajaran dilakukan secara sistematis langkah
demi langkah sampai tujuan tercapai pelajaran. Demikian setiap langkah dapat
dikontrol, dinilai keberhasilannya sebelum maju ke langkah berikutnya.
Kecepatan maju bergantung pada kemampuan murid secara individual di
kalangan murid-murid.
Menurut ahli pendidikan, tidak hanya ada satu jenis belajar tetapi ada
bermacam-macam jenis. Tiap jenis belajar mengingikan cara belajar yang khas.
Tidak ada satu metode mengajar yang serasi bagi semua jenis belajar. Teknologi
19
pendidikan berusaha untuk menentukan jenis-jenis belajar. Agar dapat
ditentukan metode belajar mana yang serasi untuk tiap jenis belajar berdasarkan
penelitian, kalau ini dapat ditemukan maka mengajar ini dapat ditingkatkan dari
arti atau seni yang membuka kesempatan bagi selera atau pendirian perorangan,
menjadi suatu science atau ilmu yang dapat diterapkan secara objektif tanpa
banyak kesempatan bagi pertimbangan guru secara individual. Pada saat ini taraf
itu masih belum tercapai. Mengajar sebagi ilmu akan meluas melalui percobaan
penelitian, namun pengalaman guru masih memainkan peranan yang sangat
besar biarpun pada suatu saat kita mendekati taraf mengajar sebagai ilmu,
peranan guru tetap penting walaupun berbeda dari sekarang (S.Nasution,
Teknologi Pendidikan, 63-64, Jamars, 1987).
Guru memegang peranan penting dalam mengajar. Ia menentukan apakah
proses belajar itu berpusat pada guru dengan terutama menggunakan metode
memberitahukan ataukah berpusat pada murid dengan mengutamakan metode
penemuan. Karena kedua metode itu tidak didukung oleh penelitian empiris.
Teknologi pendidikan yang menginginkan agar proses belajar itu dapat dikontrol
atau dikendalikan antara lain berusaha untuk menguraikan bahan pelajaran
dalam urutan tertentu. Sehingga pelajaran dilakukan secara sistematis langkah
demi langkah sampai tercapai tujuan pelajaran. Demikian setiap langkah dapat
dikontrol, dinilai keberhasilan sebelum maju ke langkah berikutnya. Kecepatan
maju bergantung pada kemampuan murid secara individual dikalangan murid-
murid.
Menurut para ahli pendidikan, tidak hanya ada satu jenis belajar tetapi ada
bermacam-macam jenis. Tiap jenis belajar menginginkan cara belajar yang khas.
tidak ada satu metode mengajar yang serasi bagi semua jenis belajar. Teknologi
pendidikan berusaha untuk menetukan jenis-jenis belajar. Agar dapat ditentukan
metode belajar mana yang serasa untuk tiap jenis belajar berdasarkan penelitian,
kalu ini dapat ditemukan maka mengajar ini dapat ditingkatkan dari arti atau seni
yang membuka kesempatan bagi pertimbangan guru secara individual. Pada saat
ini taraf itu masi belum tercapai. Mengajar sebagi ilmu akan meluas melalui
percobaan penelitian, namun pengalaman guru masih memainkan peranan yang
20
sangat besar biarpun pada suatu saat kita mendekati taraf mengajar sebagai ilmu,
peranan guru tetap penting walaupun berbeda dari sekarang (S.Nasution,
Teknologi Pendidikan, 63-64, Jamars, 1987).
2. Pengertian Prestasi Belajar Siswa
a. Pengertian Prestasi
Prestasi adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka (Hadi,
Haryono, 1988: 29).
Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau
tidaknya seseorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang
dialami oleh siswa tersebut.
b. Fungsi Prestasi Belajar
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
Hal ini didasarkan atas asumsi para ahli psikolog biasanya menyebut hal ini
sebagai tedensi keingintahuan (Couriosity) dan merupakan kebutuhan
umum pada manusia (Abraham H. Moslow, 1984), termasuk kegiatan anak
didik dalam suatu program pendidikan.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan
balik (Feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan
4) Prestasi belajar sebagai indikator tingkat produktivitas suatu institusi
pendidikan
Kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak
didik
Prestasi Belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anakdidik.
Proses belajar mengajar, anak didik merupakan masalah yang utama dan
pertama (Bahri Syaeful, 2011: 37 ).
21
c. Belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik (
Djamarah, 2011: 12).
Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungnnya. Perubahan disini baik berupa pengetahuan, sikap maupun
keterampilan.
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku,
yang terjadi sebagai hasil dari suatu latihan atau pengalaman.Adapun belajar
merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seorang dalam memperoleh
pengalaman yang diterimanya yang kemudian akan mengubah pengetahuan,
sikap maupun keterampilan setelah belajar.
Menurut R. Gagne yang dikutif oleh Djamarah (2011: 22) Belajar adalah
suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan dan tingkah laku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang
melibatkan dua unsur jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
d. Prestasi Belajar
Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia
melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Menurut Abu Ahmadi ( 2006: 145) menjelaskan Pengertian Prestasi Belajar
sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu
kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber
penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan
dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi).
22
Disamping itu siswa memerlukan dan harus menerima umpan balik secara
langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai rapot atau nilai test) (Abu,
Ahmadi 2006: 151).
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah
hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang
dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang
berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai
seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test
sumatif
Ada beberapa cara untuk meningkatkan prestasi salah satunya adalah
dengan memperhatikan dan mencermati gaya belajar dan cara belajar
a) Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Kenyataan menunjukkan bahwa prestasi belajar seseorang tidaklah sama,
tetapi sangat pariatif atau berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor yang garis besar dapat dibedakan menjadi dua. Faktor dari
dalam diri seseorang (intrinsik) dan Faktor dari luar seseorang (Ekstrinsik).
1. Faktor dari dalam (Intrinsik)
a. Inteligensi
Winkel (1986: 153) dikutif Syah, Muhibin (2004: 21) memberi
batasan tentang pengertian inteligensi dengan mengatakan, inteligensi
adalah kemampuan untuk bertindak dengan mendapatkan suatu tujuan
untuk berfikir secara rasional, dan untuk berhubungan dengan
lingkungan disekitarnya secara memuaskan.
Pengertian ini dapat dikaitkan bajwa faktor inteligensi menjadi
penting dalam proses belajar seseorang guna mencapai prestasi
belajarnya.
b. Motivasi
Winkel (1986) dikutif Syah, Muhibin (2004: 21) menyatakan
motivasi adalah motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk
melibatkan diri. Hal ini sejalan dengan Sardirman (2003) dikutif Syah,
Muhibin (2003) yang menyatakan bahwa motivasi belajar adalah
23
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar
dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai
Jadi jelas bahwa motivasi mempunyai peranan penting dalam
mencapai prestasi belajar, sehingga perlu upaya untuk menghidupkan
motivasi dari seseorang.
c. Sikap
Sarwono (1988: 20) mendefinisikan sikap adalah kecenderungan
atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia
menghadapi suatu rangsangan tertentu.
Seseorang memiliki sikap tertentu terhadap berbagai hal secara
baik positif maupun negatif. Sikap positif menjadi pilihan untuk
dikembangkan/ditanamkan kepada seseorang sehingga dapat bersikap
positif terhadap rangsanganyang diterima yang pada gilirannya akan
mengoptimalkan prestasi belajar yang optimal
d. Minat
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa.
Pendapat ini didukung oleh pernyataan beberapa pakar yang
mengatakan bahwa: „minatadalah kecenderungan yang tepat untuk
memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan yang diamati siswa
diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa senang dan diperoleh
suatu kepuasan‟ (Cony Semiawan, 1990: 123) dikutif Syah, Muhibin
(2003: 21) juga menurut Winkel (1986:151) dikutif Syah, Muhibin
(2003: 18) bahwa minat adalah kecenderungan yang menetapkan
untuk rasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang-bidang itu.
Seseorang yang didorong oleh minat dan merasa senang dalam
belajar dapat memperoleh prestasi belajar yangoptimal. Oleh karena
itu yang dapat diupayakan gar siswa dapat berprestasi dengan baik
perlu dibangkitkan minat belajarnya.
24
e. Bakat
Bakat menurut Tabrina Rusyan (1989: 42) dikutif Syah,
Muhibin (2003: 26) adalah kapasitas seseorang atau potensi hipotesis
untuk dapat melakukan suatu tugas dimana sebelumnya sedikit
mengalami latihan atau sama sekali tidak memperoleh latihan lebih
dahulu.
Jadi bakat merupakan potensi dn kecakapan pada sutu lapangan
pekerjaan. Apabila kapasitas mendapat latihan yang memadai maka
potensi akan berkembang menjadi kecakapan.
f. Konsentrasi
Kosentrasi adalah pemusatan pemikiran dengan segala kekuatan
perhatian yang ada pada suatu situasi. Pemusatan pikiran ini dapat
dikembangkan melalui latihan.
2. Faktor dari Luar (Ekstrinsik)
a. Faktor Keluarga
Faktor keluarga turut mempengaruhi perkembangan pretasi
belajar siswa. Pendidikan yang pertama dan utama yang diperolah ada
dalam keluarga. Jadi keluarga merupakan salah satu sumber bagi anak
untuk belajar. Kalau pelajaran yang diperoleh anak dari rumah tidak
baik, kemungkinan diluar lingkungan keluarga anak menjadi nakal
dan begitu juga sebaliknya.
Pendidikan formal dan informal memerlukan kerjasama antara
orang tua dengan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan
pengalaman-pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya. Orang
tua juga harus menunjukan kerjasama dalam cara anak belajar di
rumah. Pendidikan seumur hidup berlangsung dan dilaksanakan dalam
lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu
pendidikan adalah tangung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah.
25
b. Faktor Sekolah
Faktor ini menyangkut proses pembelajaran yang diterima
seeorang dengan bantuan guru. Metode pembelajaran yang diberikan
sekolah sangat menentukan bagaimana anak dapat belajar mandiri
dengan baik. Guru yang baik adalah guru yang menguasai kelas
memiliki kemampuan dan menggunakan metode pembelajaran yang
tepat, yaitu kemampuan membelajarkan dan kemampuan memilih alat
bantu pembelajaran yang sesuai serta kemampuan menciptakan situasi
dan kondisi belajar.
Dengan metode pembelajaran yang baik dan tepat akan dapat
menarik minat siswa, perhatian siswa akan tertuju pada bahan
pelajaran, sehingga diharapkan siswa akan dapat mencapai prestasi
belajar.
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga sesudah
keluarga dan sekolah, yang mempengaruhi anak dalam mencapai
prestasi belajar yang baik. Anak haruslah dapat berinteraksi dengan
masyarakat sekitarnya, karena dri pengalaman yang dialami siswa di
masyarakat banyak diperoleh ilmu yang berguna bagi anak didik.
Hal ini didukung pendpat Glesser (1987: 5) dikutif Syah,
Muhibin (2006: 24) yang mengatakan, manusia normal adalah seorang
manusia yang berfungsi secara efektif, yang sampai pada taraf tertentu
merasa bahagia dan menunjukan prestasi dibidang yang dianggapnya
perlu, ia harus pula dapat bertingkah laku dengan mempertimbangkan
norma dan batasan yang ada dilingkungan setempat ia tinggal dan
hidup.
3. Indikator Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengukuran hasil belajar ideal meliputi segenap rana
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruhrana itu,
khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil
26
belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang
dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambilkan cuplikan
perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat
mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa baik yang
berdimensi cipta rasa maupun yang berdimensi kasta.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis- garis besar indicator
(penunjuk adanya prestasi menentu) dikaitkan dengan kenis prestasi yang
hendak diungkapkan atau diukur.( Syah, Muhibin, 2003: 213).
4. Pendekatan Evaluasi prestasi belajar
Ada dua macam pendekatan yang amat popular dalam mengevaluasi atau
menilai tingkat keberhasilan/prestasi belajar yakni: 1)Norn-referencing ayau
Norm-referenced assessment; dan 2) Criterion-referencing atau Criterian-
Referenced assessment. Di Indonesia, pendekatan-pendekatan ini lazim disebut
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan penilaian Acuan Kriteria (PAK)
1) Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced Assessment)
Dalam penilaian yang menggunakan pendekatan PAN (Penilaian Acuan
Norma), prestasi belajar seorang peserta didik diukur dengan cara
membandingkan dengan prestasi yang dicapai teman-teman sekelas atau
sekelompoknya. Jadi, pemberian skor atau nilai peserta didik tersebut
merujuk pada hasil perbandingan antara skor-skor yang diperoleh teman-
teman sekelompoknya dengan sendiri.
2) Penilaian Acuan Kriteria (Criterian-referenced Assessment)
Penilaian dengan pendekatan PAK (Penilaian Acuan Kriteria) menurut
merupakan proses pengukura prestasi belajar dengan cara membandingkan
pencapaian seorang siswa dengan berbagai prilaku ranah yang telah
ditetapkan secara baik (Well-defined domain behaviors) berbagai patokan
absolute. Oleh karena itu, dalam menginplementasikan pendekatan penilaian
Acuan Kriteria diperlukan adanya kriteria mutlak yang merujuk pada tujuan
pembelajaran umum dan khusus (TPU dan TPK). Artinya, nilai atau
kelulusan seorang siswa bukan berdasarkan perbandingan dengan nilai yang
27
dicapai oleh rekan-rekan sekelompoknya melainkan ditentukan oleh
pengusaannya atas materi pelajaran hingga batas yang sesuai dengan tujuan
intruksional (Syah, Muhibbin, 2003: 216).
5. Batas Minimal Prestasi Belajar
Setelah mengetahui indikator dan memperoleh skor hasil evaluasi prestasi
belajar di atas, guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas
minimal keberhasilan siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan
batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah
perkara muda. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi
rana cipta, rasa, dan karsa siswa.
Ranah psikologis, walaupun berkaitan satu ama lain, kenyataan sukar
diungkap sekaligus jika hanya melihat perubahan yang terjadi pada salah satu
ranah. Contoh: seorang siswa yang memiliki nilai tinggi dalam bidang studi
sejarah misalnya, belum tentu mengerti tentang Nasionalisme. Sebaliknya siswa
lain yang hanya mendapat nilai cukup dalam bidang studi tersebut, justru
menunjukan prilaku yang baik dalam kehidupan nasionalisme sehari-hari.
6. Klasifikasi Tife Prestasi Belajar
Setiap proses belajar mengajar keberhasilan diukur dari seberapa jauh
prestasi belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi proses. Artinya
seberapa jauh tife pretasi belajar dimiliki siswa. Dalam system pendidikan
nasional, rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi tife belajar
Benyamin S. Bloom (Sudjana, 2004: 22) yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yaitu :
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual seorang. Prestasi
belajar kognitif melibtkan siswa ke dalam proses berfikir seperti mengingat,
memahami, menerapkan, analisa, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan kemampuan yang berkenaan dengan sikap,
nilai, perasaan dan emosi. Tingkatan-tingkatan aspek ini dimulai dari yang
28
sederhana sampai kepada tingkatan yang kompleksn yaitu penerimaan,
penanggapan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola.
3) Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan
motorik dan syaraf, memanipulasi objek dan kordinasi syaraf. Tingkatan-
tingkatan dari aspek ini yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreatifitas.
Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru
berkenaan dengan karakteristik sisw dilihat dari berbagai aspek seperti moral,
emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus
mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa
memiliki karakter, sifat dan interes yang berbeda.
Ciri seorang yang memiliki kompetensi apabila dapat melakukan sesuatu,
hal ini sesuai dengan pendpat munandar: bahwa kompetensi merupakan daya
untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Pendapat ini, menginformasikan dua factor yang mempengaruhi terbentuknya
kompetensi, yakni (a) factor bawaan, seperti bakat, dan (b) factor latihan, seperti
prestasi belajar.
Menurut (Mulyasa, 2006: 75), guru memiliki kompetensi pedagogic perlu
menguasai antara lain:
a. Kemampuan mengolah pembelajaran
b. Pemahaman terhadap peserta didik
c. Perancangan pembelajaran
d. Pelaksanaan pembelajarn yang mendidik dan dialogis
e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
f. Evaluasi hasil belajar
g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya
Dengan demikian proses pendidikan tersebut, pada waktu-waktu tertentu
guru melakukan evaluasi untuk menentukan kemajuan belajar peserta didik.
Hasil evaluasi tersebut digunakan guru untuk berbagai hal seperti menemukan
29
kelemahan belajar peserta didik, menentukan apakah seorang peserta didik boleh
mempelajari materi pelajaran yang lebih lanjut, naik kelas, atau dianggap sudah
dapat menyelesaikan seluruh pelajaran di sekolah tersebut, menyempurnakan
materi/ bahan ajar atau proses pembelajaran
Tuntutan di atas berbagai kompetensi ini mendorong guru untuk
memperoleh informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak
mengalami ketinggalan dalam kompetensi paedagogik. Semua hal yang
disebutkan diatas berbagai kompetensi ini mendorong guru untuk memperoleh
informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak mengalami
ketinggalan dalam kompetensi paedagogik. Semua hal yang disebutkan diatas
merupakan hal yang dapat menunjang terbentuknya kompetensi guru. Dengan
kompetensi paedagogik tersebut, dapat diduga berpengaruh pada proses
pengelolaan pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran pendididkan yang
bermutu. Keluaran yang bermutu dapat dilihat pada hasil langsung pendidikan
yang berupa nilai yang dicapai siswa dan dapat juga dilihat dari dampak
pengiring, yakni masyarakat. Selain itu, salah satu unsur pembentuk kompetensi
paedagogik adalah kemampuan terhadap penguasaan materi dan didukung oleh
tingkat abstraksi atau kemampuan menggunakan nalar.
Guru yang kompeten adalah guru yang kompeten dalam berbagai hal
diantaranya dalam peningkatan prestasi. prestasi yang baik dan kompeten hanya
bisa dilakukan oleh guru yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi. Sebagus
apapun prestasi, tidak berarti jika gurunya tidak kompetensi. Untuk itu perintah
dari masa ke masa selalu melakukan terobosan-terobosan dalam meningkatkan
kompetensinya guru. Jadi yang menentukan keberhasilan dalam prestasi adalah
kompetensi guru itu sendiri. Karena prestasi adalah kemampuan untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam belajar, tetapi yang menggerakan itu adalah
guru-guru yang kompeten.
Seiring dengan kemajuan teknologi yang berkembang pesat, guru tidak
lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu
bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah
30
sendiri informasi. Dengan demikian keahlian guru harus terus dikembangkan
dan tidak hanya terbatas pada penguasan prinsip mengajar, tetapi dalam
mengolah prestasi yang mantap sehingga suatu terobosan evaluasi yang daya
guna ganda.
Pembelajaran ini menggunakan kompetensi agar pembelajaran tidak
merasa bosan dan menjenuhkan sehingga berakibat pada penurunan prestasi
belajar (Hasan Hamid, 2008: 24)
Suatu pengajaran dikatakan berhasil apabila dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Penerapan tindakan paedagogik merupakan salah satu kunci
keberhasilan dari proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan kompetensi Ini hendaknya menerapkan tindakan pembelajaran yang
memotivasi siswa untuk lebih giat, aktif dan berani mengemukakan pendapat,
sehingga pembelajaran di kelas menjadi hidup dan interaktif serta tidak
menonton dan searah. Disini guru hanya menjadi fasilitator dalam proses
pembelajaran, sedangkan siswa menjadi pelaku pembelajaran. Artinya proses
pembelajaran tidak berpusat pada pendidik melainkan berpusat pada siswa.
Salah satu kompetensi pembelajaran tersebut adalah kompetensi
paedagogik. Maka dari uraian tersebut prestasi belajar sejarah siswa dapat
ditingkatkan dengan kompetensi pembelajaran salah satunya adalah kompetensi
pedagogik.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Terkait dengan kompetensi pedagogik terhadap prestasi belajar siswa ada
beberapa penelitian relevan lain yang dapat di peroleh antara lain penulisan hasil
penelitian.
1. Nunik Nurdikasari (2008) dalam penelitian tentang. Hubungan Kompetensi
dengan Prestasi Belajar Siswa pada mata pelajaran IPS Ekonomi kelas VII di
Madrasah Tsanawiyah PUI Cikaso Kabupaten Kuningan.menunjukan bahwa.
Pendidikan di sekolah pada intinya terletak pada proses belajar
mengajar yang terjadi antara guru dengan siswa. Proses belajar mengajar ini
berdampak pada keberhasilan pelaksanaan pendidikan yang tidak terlepas
dari bagaimana cara proses belajar mengajar disekolah, hal ini sangat erat
31
dengan kompetensi guru dalam mengajar dan proses belajar yang dialami
siswa yang berdampak pada prestasi belajar, pada prestasi belajar yang
diperoleh oleh siswa. Sehingga dipandang perlu untuk mengadakan penelitian
tentang hubungan antara kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan memperoleh data tentang kompetensi guru,
memperoleh data tentang prestasi belajar siswa, serta memperoleh data
tentang hubungan kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPS Ekonomi kelas VIII dimadrasah Tsanawiyh PUI Cikaso
Kabupaten Kuningan.
Kompetensi guru merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab
yang tercermin dalam kebiasaan guru dalam bertindakan berfikir untuk
mengupayahkan proses mengajar yang dapat dirasakan oleh siswa dan
akhirnya berdampak pada prestasi belajar siswa. Variabel yang digunakan
adalah variable yang digunakan adalah variable X sebagai kompetensi guru
dan varabel Y sebagai prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan empirik, sedangkan untuk
pengumpulan data menggunakan tehnik observasi, wawancara, angket, studi
dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah PUI Cikaso
Kabupaten Kuningan. Pupulasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VII MTS PUI Cikaso Kabupaten Kuningan dengan jumlah 137 siswa
.pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan random sampling,
sampel yang diambil sebesar 25 % yaitu 35 siswa. Sedangkan untuk analisis
data serta pendekatan kualitatatif untuk data hasil observasi dan wawancara
serta pendekatan kuantitatif untuk data hasil angket dengan menggunakan
skala presentasi dan untuk mengetahui korelasi menggunakan tehnik korelasi
produck moment.
Dari analisis data diperoleh kesimpulan: guru IPS Ekonomi memiliki
kompetensi yang baik yang diaplikasikan dalam proses belajar mengajar hal
ini dibuktikan dengan hasil penelitian menunjukan dengan data baik baik
sebesar 76% dan prestasi belajar siswa adalah 69,42. Hal tersebut dapat
32
dilihat dari perhitungan nilai rata-rata. Dengan demikian prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran IPS Ekonomi memenuhi standar ketuntasan belajar
mengajar. Hubungan kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran IPS Ekonomi kelas VII memiliki hubungan atau korelasi yang
lemah atau rendah, hal tersebut dapat dlihat dari harga korelasi variabel X
dengan variabel Y yaitu sebesar 0,362 terletak pada rentang 0,20-0,40.
Terkait tentang penelitian yang lain.
2. Dede Aidah (2006) dengan penelitian Hubungan antara Profesonalisme
Guru dengan Prestasi Belajar Siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1
Sumber Kabupaten Cirebon menunjukan bahwa.
Profesional guru merupakan faktor penting untuk mencapai
keberhasilan belajar siswa. Prestasi belajar adalah penguasaan, pengetahuan
lazimnya ditunjukan nilai atau angka yang diberikan guru. Guru profesional
sangat berpengaruh dalam prestasi belajar permasalahan dalam skripsi ini
adalah guru memiliki Profesionalisme dan sesuai dengan spesialisasinya, baik
dilihat dari pendidikan formal yang ditempuhnya maupun bidang pekerjaan
yang ditekuninya, tapi prestasi belajar siswa pada khususnya mata pelajaran
IPS masih rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Profesionalisme
guru IPS, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS dan hubungan antara
profesionalisme guru IPS dengan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS di
SMP Negeri 1 Sumber Kabupaten Cirebon
Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa adanya guru profesional
maka prestasi belajar tinggi. Namun dalam penelitian ini terdapat guru
profesional tetapi prestasi belajar siswanya rendah.
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah penulis
melakukan penelitian awal untuk mengetahui masalah, kemudian menyusun
proposal penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tehnik-tehnik :
observasi, wawancara, angket, studi dokumentasi. Analisis data kuantitatif
menggunakan pendekatan statistik dengan rumus korelasi product momen
sedangkan analisis data kulitatif menggunakan pendekatan deskriptif yang
33
logis reliable (sesuai dengan kenyataan di lapangan) dan akuntabel (dapat
dipertanggung jawabkan).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah profesionalisme guru IPS cukup
baik terbukti dari 20 siswa yang dijadikan sampel penelitian didapat dari skor
rata-rata 65 % sedangkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS
berada pada angka rata-rata 6,3 (standar lulus) dengan modus 6 dan median 7
adapun korelasi profesionalisme guru IPS dengan prestasi siswa pada mata
pelajaran IPS berada pada angka 0,27 nampak korelasi rendah ini berarti
profesionalisme guru perlu ditingkatkan.
Terkait tentang penelitian yang lain.
3. Abdul Husnah (2012) dengan penelitian tentang Pengaruh Motivasi Belajar
terhadap Prestasi belajar siswa kelas II pada mata pelajaran IPS Ekonomi di
MA Al hidayah kabupaten Cirebon menunjukan bahwa.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah yang dihadapai
guru dalam mengelola pengajaran adalah cara menumbuhkan motivasi pada
diri siswa secara efektif. Keberhasilan suatu pengajaran sangat dipengaruhi
oleh motivasi atau dorongan. Aktivitas belajar sangat bertalian dengan
motivasi. pengumpulan dan Perubahan motivasi dapat berdampak kepada
bentuk dan hasil belajar. Perubahan itu adalah akibat pengalaman yang
disebabkan adanya motivasi.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang
motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS Ekonomi di MA Al
hidayah Sidangkasih Kabupaten Cirebon.
Untuk mengetahui Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif analisis dan dilengkapi oleh data-data yang
diperoleh melalui penelitian lapangan (field research).dalam hal ini peneliti
yakni MA Al hidayah Sindang Kasih Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon
adapun tehnik pengumpulan data ini menggunakan tehnik observasi,
wawancara, angket.
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa antara variabel
34
X (motivasi) dan variable Y (prestasi belajar bidang study IPS) bertanda
positif yang lemah dengan memperhatikan besarnya Yang diperoleh sebesar
0,38. Apabila hasil tesikan secara tersebut di interpretrasikan secara Kasar
atau sederhana dengan mencocokan hasil pehitungan dengan angka indeks
korelasi r product moment, ternyata besarnya rxy (0,38) yang besarnya
berkisar anatara 0,20-0,40 berarti positif antara variable X dan variable Y itu
adalah termasuk korelasi yang lemah atau rendah dengan df sebesar 75, pada
taraf signifikan 5% diperoleh “r” tabel 0,0217 sedangkan pada taraf
signifikansi 1% diperoleh”r” tabel= 0,283. dan jika dilihat pada hargar
tersebut lebih besar pada harga r”tabel. Baik pada taraf signifikan 5% (0,38
lebih besar 0,283). Hal ini menunjukan belajar IPS ditentukan oleh motivasi
sebesar 15,4% sedangkan 58,6% ditentukan oleh fakor lain MA Al. Hidayah
Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon hanya menyediakan waktu selama. 2
jam untuk mempelajari bidang studi.
C. Kerangka Berfikir
Kompetensi paedagogik adalah kemampuan yang berkaitan dengan
pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Secara substansi, kompetensi ini mencangkup kemampuan pemahaman
terhadap peserta didik, perencangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya (Sudjana Nana, 1988: 34).
Pernyataan di atas jika dikaitkan antara kompetensi paedagogik dengan
pendidikan adalah Dalam pendidikan guru harus memiliki empat kompetensi
diantara kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi
pedagogik sangat penting dikuasai seorng guru karena guru adalah sumber
dalam pembelajaran dalam kenyataan masih banyak seorang guru mengajar
tanpa menguasai kompetensi pedagogik sehingga materi yang diajarkan tidak
sesuai apa yang diajarkan didalam RPP, sehingga waktu yang seharusnya bisa
dimanfaatkan oleh seorang guru tidak digunakan semaksimal mungkin,
keterbatasan seorang guru dalam hal waktu atau kesempatan, kemampuan
maupun dalam pembiayaan, walaupun adanya program sertifikasi, pemerintah
35
telah membuat kebijakan subsidi di bidang pendidikan berupa tunjangan
sertifikasi bagi seorang guru. Namun kenyataannya dilapangan masih banyak
guru yang kurang kompeten setelah mereka lulus program sertifikasi.
Dalam kaitannya dengan kompetensi pedagogik sebagian-bahkan mungkin
sebagian besar-seorang guru sangat terbatas kemampuan kompetensi pedagogik.
Dalam arti sebagian besar guru di Indonesia tergolong masih memiliki status
pegawai tidak tetap. kemampuan kompetensi guru sangat erat dengan
keberlangsungan kualitas pendidikan Negara kita. Karena keberlangsungan
pendidikan tersebut harus memelurkan guru yang berkompeten, baik dalam
menguasai materi maupun dari pengolaan kelas. Walaupun sebenarnya ada
program sertifikasi yang diberikan untuk memacu semangat guru dalam
mengajar.
Disamping itu kemapuan guru erat pula kaitannya dengan bagaimana
seorang mengajar. Bagi seorang guru yang berkompeten dan dinyatakan lulus
sertifikasi akan menyampaian materi pembelajaran yang bervariasi seperti
motode yang sesuai dengan materi yang diajarkan model belajar yang membuat
motivasi siswa meningkat dan media yang lengkap akan tetpi guru yang tidak
berkompeten menyampaikan materi pembelajaran yang tidak sesuai dengan
RPP, pembelajaran dengan saru arah, menggunakan satu metode saja dalam
pembelajaran dan tidak menggunakan media yang ada meski media yang
disediakan sekolah tersebut memadai.
Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia
melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Abu
Ahmadi, 2006: 145).
Dengan adanya keterkaitan di atas, meskipun kompetensi pedagogik bukan
satu-satunya hal yang mempengaruhi baik tidak baiknya prestasi belajar anak
di sekolah karena masih ada faktor-faktor lain yang berpengaruh, baik secara
internal (kondisi psikologis dan fisiologis anak) maupun eksternal (kondisi
lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah- namun dapat diduga terdapat
pengaruh kompetensi paedagogik terhadap prestasi belajar siswa disekolah‟ oleh
36
karena itu kerangka berfikir ini dapat pula dikatakan sebagai anggapan dasar
atau asumsi peneliti terhadap permasalahan yang akan ditelitinya.
BAGAN TENTANG PRESTASI BELAJAR SISWA
DISEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUMBERJAYA
D. HIPOTESIS
Berdasarkan hipotesis yang kami buat maka:
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi paedagogik
dengan prestasi belajar siswa.
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi
paedagogik dengan prestasi belajar siswa.
Pengaruh Kompetensi
paedagogik guru sejarah
terhadap prestasi belajar
siswa
Proses / kegiatan
Pencapaian tujuan
Tujuan pendidikan
yang telah
ditentukan
Perbandingan antara tujuan
dengan hasil yang telah dicapai
Informasi (sesuai tidak, berhasil,
gagal, bermutu/kurang bermutu?
Mengapa ? Bagaimana ?
Feed back/umpan balik
upaya perbaikan
penyempurnaan
37