36
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1. Pengertian Gizi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa gizi adalah zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan (Safii, 2007: 1). Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahakan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Kata gizi merupakan kata yang relatif baru dikenal sekitar tahun 1857. Kata gizi berasal dari Bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Dalam Bahasa Inggris, food menyatakan makanan, pangan, bahan makanan (Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 1). Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi (Kemenkes RI, 2014: 3). Keinginan untuk makan dan kebutuhan pangan menjadi sebuah naluri bagi makhluk hidup yang mendorongnya untuk melakukan berbagai cara dan berusaha mendapatkannya dari alam. Dalam pengertian sederhana seperti ini, ukuran tercukupinya kebutuhan pangan dinyatakan dengan kondisi tidak lapar. Setiap makhluk hidup di dunia ini, termasuk manusia memerlukan makanan. Karena setiap hari manusia memerlukan energi. Energi yang dibutuhkan manusia terkandung di dalam makanan. Oleh karena itu, manusia harus mengetahui tentang gizi. Makanan adalah segala bentuk makanan yang terbuat dari bahan- bahan makanan dan dimasukkan ke dalam tubuh melalui mulut kemudian 14

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

14

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Konsep Gizi Seimbang

1. Pengertian Gizi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa gizi

adalah zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan

badan (Safii, 2007: 1).

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahakan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ-organ, serta menghasilkan energi. Kata gizi merupakan kata yang

relatif baru dikenal sekitar tahun 1857. Kata gizi berasal dari Bahasa Arab

ghidza yang berarti makanan. Dalam Bahasa Inggris, food menyatakan

makanan, pangan, bahan makanan (Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 1).

Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang

mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan,

aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan

normal untuk mencegah masalah gizi (Kemenkes RI, 2014: 3).

Keinginan untuk makan dan kebutuhan pangan menjadi sebuah

naluri bagi makhluk hidup yang mendorongnya untuk melakukan berbagai

cara dan berusaha mendapatkannya dari alam. Dalam pengertian sederhana

seperti ini, ukuran tercukupinya kebutuhan pangan dinyatakan dengan

kondisi tidak lapar. Setiap makhluk hidup di dunia ini, termasuk manusia

memerlukan makanan. Karena setiap hari manusia memerlukan energi.

Energi yang dibutuhkan manusia terkandung di dalam makanan. Oleh

karena itu, manusia harus mengetahui tentang gizi.

Makanan adalah segala bentuk makanan yang terbuat dari bahan-

bahan makanan dan dimasukkan ke dalam tubuh melalui mulut kemudian

14

Page 2: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

15

melalui proses pencernaan. Makanan mutlak dibutuhkan bagi tumbuh

kembang anak baik secara fisik maupun psikis. Makanan yang masuk ke

dalam tubuh juga diolah menjadi energi yang bermanfaat bagi aktivitas

anak sehari-hari. Memilih asupan makanan bagi anak bukan hanya dilihat

dari faktor menyenangkan saja, tetapi juga perlu memilih makanan yang

menyehatkan. Berikut beberapa hal yang perlu dicermati oleh orang tua

dalam memilih makanan yang sehat bagi anak (Murtie, 2014: 125):

a) Pilih makanan yang seimbang bagi kebutuhan anak, seimbang nutrisi

dan nilai gizinya. Makanan yang tidak seimbang kurang menyehatkan

bagi anak-anak. Semestinya anak mendapatkan makanan lengkap yang

seimbang mulai dari karbohidrat yang didapatkan dari beras dan

tepung, protein dari lauk seperti daging dan ikan, sayuran yang banyak

mengandung serat, dan buah-buahan yang kaya vitamin.

b) Sajikan makanan dalam bentuk yang sesuai dengan kematangan usia si

anak.

c) Siapkan makanan sesuai piramida makanan yang baik dan

menyehatkan bagi anak. Makanan yang berada di piramid paling

bawah merupakan makanan yang semestinya dikonsumsi dalam

jumlah terbesar, demikian sampai ke atas merupakan makanan yang

dikonsumsi dalam jumlah paling sedikit.

Gambar 2.1 Piramida Gizi Seimbang

d) Masaklah makanan dan pilih makanan di luar yang tidak mengandung

perasa, pewarna, dan pengawet buatan dan berbahaya bagi tubuh.

Prinsip Gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarkan

merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang

keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara

teratur. Empat pilar tersebut adalah:

Susu

Protein yang terdapat

pada lauk-pauk

Sayur mayur dan buah-

buahan

Karbohidrat seperti

nasi, roti, mi, kentang

dan sereal

Page 3: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

16

a) Mengonsumsi makanan beragam

Dalam prinsip ini selain keanekaragaman jenis pangan juga

termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup,

tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan dalam

beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap

kelompok pangan sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya,

saat ini dianjurkan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan

dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian juga dengan jumlah

makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang dapat

meningkatkan risiko PTM, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-akhir ini

minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam komponen

gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam proses metabolisme dan

dalam pencegahan dehidrasi.

b) Membiasakan perilaku hidup bersih

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak.

Seseorang yang mengalami penyakit infeksi akan mengalami penurunan

nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh

berkurang. Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan

menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi.

Contoh: 1) selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan

dan minuman, setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan

terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara lain

kuman penyakit typus dan disentri; 2) menutup makanan yang disajikan

akan menghindarkan makanan dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta

debu yang membawa berbagai kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut

dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4)

selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

17

c) Melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh

termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan

antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi sumber utama energi dalam

tubuh. Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga

memperlancar sistem metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, akivitas fisik

berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dan yang masuk ke

dalam tubuh.

d) Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal

Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa

telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya

Berat Badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk Tinggi

Badannya. Indikatir tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT).

Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus

menjadi bagian dari „Pola Hidup‟ dengan „Gizi Seimbang‟, sehingga dapat

mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi

penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan

penangannya (Kemenkes RI, 2014: 11).

2. Fungsi Zat Gizi

Menurut Ahmad Jauhari (2015: 27-28), fungsi zat-zat makanan

secara umum ialah:

a. sebagai sumber energi atau tenaga

b. menyokong pertumbuhan badan

c. memelihara jaringan tubuh, mengganti yang rusak atau aus terpakai

d. mengatur metabolisma dan mengatur berbagai keseimbangan,

misalnya keseimbangan air, keseimbangan asam-basa dan

keseimbangan mineral di dalam cairan tubuh

e. berperan di dalam mekanisma pertahanan tubuh terhadap berbagai

penyakit, misalnya sebagai antitoksin dan atibodies lainnya.

Zat gizi atau zat makanan, merupakan bahan dasar penyusun bahan

makanan. Menurut Sediaoetama (1987) ada lima fungsi zat gizi yaitu

sebagai berikut (Santoso & Ranti, 2013: 107):

Page 5: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

18

a. Sumber energi atau tenaga. Jika fungsi ini terganggu, orang menjadi

berkurang geraknya atau kurang giat dan merasa cepat lelah.

b. Menyokong pertumbuhan badan, yaitu penambahan sel baru pada sel

yang sudah ada.

c. Memelihara jaringan tubuh, mengganti yang rusak atau aus terpakai,

yaitu mengganti sel yang tampak jelas pada luka tubuh yaitu terjadinya

jaringan penutup luka.

d. Mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan dalam cairan tubuh

(keseimbangan air, asam basa, dan mineral)

e. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai

penyakit sebagai antioksidan dan antibodi lainnya.

Apabila tubuh tidak cukup mendapat zat-zat gizi, maka fungsi-fungsi

itu akan menderita gangguan dan hambatan, mulai dari fungsi nomor satu,

dan menjalar ke arah bahwa dalam deretan itu.

3. Sumber Zat Gizi

Dalam ilmu gizi dikenal lima macam zat gizi, yaitu karbohidrat,

lemak, protein, mineral dan vitamin. Dalam mengelompokkannya, zat gizi

dibagi berdasarkan fungsi dan jumlah yang dibutuhkan. Berdasarkan

fungsinya, zat gizi digolongkan ke dalam “Triguna Makanan”, yaitu

sebagai berikut (Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 6):

a. Sumber zat tenaga, yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-

tepungan, seperti beras, jagung, gandum, ubi-ubian, kentang, sagu, roti

dan mie. Makanan yang mengandung sumber zat tenaga menunjang

aktivitas sehari-hari.

b. Sumber zat pengatur, yaitu sayuran dan buah-buahan. Zat pengatur

mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk

melanxarkan bekerjanya fungsi organ tubuh.

c. Sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani, dan

hasil olahannya. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari

nabati adalah kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Sedangkan makanan

sumber zat pembangun yang berasal dari hewan adalah telur, ikan,

ayam, daging, susu, serta hasil olahannya. Zat pembangun berperan

sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan

seseorang.

Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi terbagi ke

dalam dua golongan, sebagaimana dijelaskan oleh Susilowati &

Kuspriyanto (2016: 7) sebagai berikut:

a. Zat gizi makro adalah makanan utama yang membina tubuh dan

memberi energi. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah besar

Page 6: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

19

dengan satuan g (gram). Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, lemak

dan perotein.

b. Zat gizi mikro adalah komponen yang diperlukan di dalam jumlah

kecil atau sedikit, tetapi ada dalam makanan. Zat gizi mikro

dibutuhkan dalam jumlah kecil atau sedikit, tetapi ada di dalam

makanan. Zat gizi mikro terdiri atas mineral dan vitamin. Zat gizi

mikro menggunakan satuan mg (miligram) untuk sebagian besar

mineral dan vitamin.

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein, Karbohidrat, Serat,

dan Air yang Dianjurkan untuk Anak (per anak per hari)

Umur BB

(kg)

TB

(cm)

Energi

(kkal)

Protein

(g)

Lemak (g) Karbo

hidrat

(g)

Serat

(g)

Air

(ml) Total n-6 n-3

0-6 bulan

6 61 550 12 34 4,4 0,5 58 0 -

7-11 bulan

9 71 650 16 36 4,4 0,5 82 10 800

1-3 tahun

13 91 1125 26 44 7,0 0,7 155 16 1200

4-5

tahun 19 112 1600 35 62 10,0 0,9 110 22 1500

7-9

tahun 27 130 1850 49 72 10,0 0,9 254 26 1900

Sumber: Permenkes RI No. 75 Tahun 2013 (Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 18)

4. Jenis – Jenis Zat Gizi

Terdapat beberapa macam jenis – jenis zat gizi yang memiliki

fungsi beragam bagi tubuh manusia. Jenis – jenis zat gizi antara lain

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan cairan tubuh. Adapun

penjelasan dan fungsi dari masing-masing jenis zat gizi antara lain sebagai

berikut (Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 8-21):

a) Karbohidrat

Karbohidrat (hidrat dari karbon, hidrat arang) atau sakarida (dari

Bahasa Yunani Sackharon, berarti gula) adalah segolongan besar senyawa

organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat merupakan sumber

kalori utama termurah bagi hampir seluruh penduduk di dunia. Setiap 1 g

karbohidrat dapat memberikan sumbangan energi sebesar 4 kkal.

Karbohidrat memiliki sejumlah peranan penting dalam menentukan

karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, dan tekstur. Dalam

tubuh, karbohidrat berperan dalam mencegah timbulnya ketosis,

Page 7: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

20

pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral, serta

membantu metabolisme lemak dan protein. Fungsi lainnya sebagai sumber

energi, protein-sparer, mengatur metabolisme lemak, melancarkan

ekskresi sisa makanan, sedangkan karbohidrat dalam bentuk laktosa

berperan dalam membantu pertumbuhan.

Tabel 2.2 Jenis Karbohidrat, Kelompok Karbohidrat, dan Sumber

Sumbernya dalam Bahan Makanan

Jenis Karbohidrat Kelompok Sumber

Polisakarida Tepung Sereal, roti, crackers pasta,

beras, jagung, bulgur, kacang-

kacangan, kentang dan sayuran

Glikogen Jaringan hewani, hati dan

daging

Serat Buah, sayuran, kacang

Disakarida Sukrosa

Laktosa

Maltosa

Gula meja, gula bit

Susu, hasil olahan susu

Gula malt

Monosakarida Glukosa

Fruktosa

Galaktosa

Sirup jagung, buah, madu

Sumber: Diadaptasi dari Wardlaw, Gordan M., Jeffrey S. Hampl.2007

(Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 9)

b) Protein

Protein (asal kata protos dari Bahasa Yunani yang berarti “yang

paling utama”) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi

yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang

dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein

mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, terkadang sulfur, serta

fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel

makhluk hidup dan virus.

Di dalam tubuh, protein berfungsi sebagai zat pembangun, zat

pengatur, dan zat pembakar. Sebagai zat pembangun, protein berfungsi

membentuk sel-sel tubuh, misalnya otot, darah, kelenjar, dan hormon.

Protein sebagai zat pengatur berfungsi mempertahankan keseimbangan

cairan dalam jaringan dan dalam saluran darah. Selain itu, protein juga

menjaga keseimbangan asam basa. Protein merupakan zat pembakar

Page 8: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

21

karena protein berfungsi memberi tenaga dan panas. Setiap 1 gram protein

menghasilkan 4 kalori. Protein berfungsi sebagai zat pembakar bila kalori

dari karbohidrat dan lemak tidak mencukupi. Kita dapat memperoleh

protein dari ikan, daging, telur, susu, kacang hijau, kedelai, kacang tanah,

kacang panjang serta makanan lain yang dibuat dari kacang-kacangan,

seperti tahu, tempe dan oncom (Safii, 2007: 9).

Kebutuhan protein secara proporsional lebih untuk anak-anak

daripada orang dewasa. Besarnya kebutuhan protein berdasarkan berat

badan adalah (Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 165):

a. 2.2 g/kg BB/hari pada usia <6 bulan

b. 2 g/kg BB/hari pada usia 6 – 12 bulan

c. 1 – 1.5 g/kg BB/hari pada usia di atas 1 tahun.

Kecukupan protein per hari untuk balita disajikan pada tabel berikut ini

Tabel 2.3 Angka Kecukupan Protein untuk Anak Balita per Hari

Golongan Umur (Tahun) g/hari

1 – 3 26

4 – 6 35

Sumber: Kepmenkes RI No. 75 tentang AKG bagi Orang Indonesia

(Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 163)

Tabel 2.4 Pangan Sumber Protein Berdasarkan Golongan Hewani

dan Nabati

Golongan Pangan Protein (g) BDD (%)

Daging Daging sapi

Daging kerbau

Daging kambing

18.8

18.7

16.6

100

100

100

Telur Telur bebek

Telur ayam

13.1

12.8

90

90

Ikan Ikan kembung

Ikan bandeng

Ikan mujair

Ikan mas

22.0

20.0

18.7

16.0

80

80

80

80

Kacang-kacangan Kacang kedelai

Kacang tanah, kupas

kulit

Kacang hijau

34.1

25.3

22.2

100

100

100

Padi-padian Beras ketan hitam

Beras giling

7.0

6.8

100

100

Page 9: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

22

Beras ketan putih 6.7 100

Buah Cempedak

Durian

Pisang raja uli

3.0

2.5

2.0

30

22

75

Sayuran Jamur kuping kering

Daun singkong

16.0

6.8

100

87

Gula Gula merah tebu

Gula pasir

0.4

0.0

100

100

Minyak/lemak Lemak kerbau

Minyak kelapa

Margarin

Minyak kelapa sawit

1.5

1.0

0.6

0.0

100

100

100

100

Sumber: Soekirman, 2006 (Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 13)

c) Lemak

Lemak atau dalam Bahasa Inggris disebut fat merujuk pada

sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur

karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol,

vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K),

monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid, (termasuk di

dalamnya getah dan steroid), dan lain-lain.

Fungsi lemak adalah pertama, sebagai sumber utama energi yaitu

cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan bagi organ tertentu dari

tubuh. Kedua, sebagai sumber asam lemak (polyunsaturated fatty acid

(PUFA) yaitu zat gizi yang esensial bagi kesehatan kulit dan rambut.

Ketiga, berfungsi sebagai pelarut vitamin-vitamin (A, D, E, dan K) yang

larut dalam lemak. Lemak merupakan zat gizi padat energi, nilai kalorinya

9 kalori setiap gram lemak. Di dalam hidangan sebaiknya jumlah kalori

sebesar 15-20% dari jumlah kalori total berasal dari lemak (Santoso &

Ranti, 2013: 108).

Tabel 2.5 Angka Kecukupan Lemak untuk Anak Balita per Hari

Golongan Umur Gram/Hari

1 – 3 tahun 44

4 – 6 tahun 62

Sumber: Kepmenkes RI No. 75 tentang AKG bagi Orang Indonesia

(Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 163)

Page 10: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

23

Tabel 2.6 Bahan Makanan dan Kandungan Lemaknya

Bahan Makanan Kandungan

Lemak

Bahan Makanan Kandungan

Lemak

Minyak kacang

tanah

Lemak sapi

Margarin

Kacang tanah kupas

Kelapa tua, daging

Tepung susu

Daging sapi

100.0

90.0

81.0

42.8

34.7

30.0

14.0

Mie kering

Telur ayam

Susu kental manis

Alpukat

Ikan segar

Durian

Beras setengah

giling

11.8

11.5

10.0

6.5

4.5

3.0

1.1

Sumber: Diadaptasi dari berbagai sumber (Susilowati & Kuspriyanto,

2016: 11)

d) Vitamin

Vitamin berasal dari (bahasa Inggris: vital amine, vitamine) adalah

sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang

memiliki fungsi vital dalam metabolisme yang tidak dapat dihasilkan oleh

tubuh. Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain A, C,

D, E, K, dan beberapa jenis vitamin B. Walaupun memiliki peranan yang

sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K

dalam bentuk pro vitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh

memerlukan asupan vitamin yang berasal dari makanan yang kita

konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin

yang tinggi. Asupan vitamin lain dapat diperoleh dari suplemen vitamin.

Tabel 2.7 Kebutuhan Vitamin dan Mineral untuk Anak 1-6 Tahun

Zat Gizi Kebutuhan/

Hari

Setara

Vitamin A 400 ug Wortel (50 g)

Vitamin D 200 IU Susu (470 ml atau 2 cangkir)

Vitamin K 15 ug 2 tangkai asparagus (20 g)

Vitamin B1 (Tiamin) 0,5 mg Kentang rebus (150 g)

Vitamin B2 (Ribiflavin) 0,5 mg Telur rebus (55 g)

Vitamin B3 (Niasin) 6 mg Ayam (50 g)

Vitamin B6 (Piridoksin) 0,5 ug Fillet salmon (90 g)

Page 11: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

24

Vitamin B12 0,9 ug 1 butir telur rebus

Asam folat 150 ug 3 kuntum brokoli (35 g)

Kalsium (Ca) 500 mg Susu (290 ml)

Magnesium (Mg) 60 mg 1 mangkuk buah labu (245 g)

Zat Besi (Fe) 8 mg Daging sapi (170 g)

Zinc 7 mg Kacang tanah (100 g)

Selenium (Se) 17 ug Tuna (20 g)

Natrium (Na) 0,8 g Garam (1/2 sendok teh)

Sumber: Diadaptasi dari berbagai sumber (Susilowati & Kuspriyanto,

2016: 165)

Tabel 2.8 Angka Kecukupan Vitamin yang Dianjurkan untuk Anak

(per Anak per Hari) Umur Vit A

(mcg)

Vit D

(mcg)

Vit

E

(mg)

Vit K

(mcg)

Vit

B1

(mg)

Vit

B2

(mg)

Vit

B3

(mg)

Vit

B5

(mg)

Vit

B6

(mg)

Folat

(mcg)

Vit

12

(mcg)

Biotin

(mcg)

Kolin

(mg)

Vit

C

(mg)

0-6

bulan

375 5 4 5 0,3 0,3 2 1,7 0,1 65 0,4 5 125 40

7-11

bulan

400 5 5 10 0,4 0,4 4 1,8 0,3 80 0,5 6 150 50

1-3

tahun

400 15 6 15 0,6 0,7 6 2,0 0,5 160 0,9 8 200 40

4-5

tahun

450 15 7 20 0,8 1,0 9 2,0 0,6 200 1,2 12 250 45

7-9

tahun

500 15 7 25 0,9 1,1 10 3,0 1,0 300 1,2 12 375 45

Sumber: Permenkes RI No. 75 Tahun 2013 (Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 18)

e) Mineral dan Elektrolit

Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral dapat

digolongkan ke dalam dua kelompok utama, yaitu mineral makro dan

mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang menyusun hampir 1%

dari total berat badan manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari

1000mg/hari. Mineral mikro (trace) merupakan mineral yang dibutuhkan

dengan jumlah < 100 mg/hari dan menyusun sekitar 0.01% dari total berat

badan.

Mineral yang masuk ke dalam kategori makro adalah kalsium,

fosfor, magnesium, sulfur, kalium, klorida, dan natrium, sedangkan

mineral mikro terdiri atas kromium (Cr), tembaga (Cu), Fluor (F), yodium

(I), zat besi (Fe), mangan (Mn), Selenium (Se), dan Seng (Zn).

Page 12: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

25

Tabel 2.9 Angka Kecukupan Mineral yang Dianjurkan untuk Anak

(per Anak per Hari) Umur Ca

(mg)

P

(mg)

Mg

(mg)

Na

(mg)

K

(mg)

Mn

(mg)

Cu

(mcg)

Cr

(mcg)

Fe

(mg)

I

(mcg)

Zn

(mg)

Se

(mcg)

F

(mg)

0-6

bulan

200 100 30 120 500 - 200 - - 90 - 5 -

7-11

bulan

250 250 55 200 700 0,6 220 6 7 120 3 10 0,4

1-3

tahun

650 500 60 1000 3000 1,2 340 11 8 120 4 17 0,6

4-5

tahun

1000 500 95 1200 3800 1,5 440 15 9 120 5 20 0,9

7-9

tahun

1000 500 120 1200 4500 1,7 570 20 10 120 11 20 1,2

Sumber: Permenkes RI No. 75 Tahun 2013(Susilowati & Kuspriyanto,

2016: 22)

f) Cairan Tubuh

Air (H2O) merupakan komponen utama yang paling banyak

terdapat di dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang

dewasa terdiri atas air, namun bergantung pada kandungan lemak dan otot

yang terdapat di dalam tubuh. Nilai persentase ini dapat bervariasi antara

50-70% dari total berat badan orang dewasa. Konsumsi cairan yang ideal

untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah

mengonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau

dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang 2.5 l cairan

per harinya. Sekirat 1.5 l cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml keluar

melalui keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses

respirasi (pernapasan), dan 100 ml keluar bersama dengan feses.

Berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas (1 gelas setara

dengan 240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan

kebutuhan cairan per harinya.

Air merupakan zat gizi yang sangat penting bagi bayi dan balita

karena; (a) merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia, (b) risiko

kehilangan air pada bayi yang terjadi melalui ginjal lebih besar daripada

orang dewasa, (c) bayi dan anak lebih mudah terserang dehidrasi akibat

Page 13: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

26

muntah-muntah dan diare berat. Angka kecukupan cairan berdasarkan

WKNPG (2013) adalah (Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 165):

a. 0.8 liter/hari pada usia <6 bulan;

b. 1.0 liter/hari pada usia 6 – 12 bulan;

c. 1.1 liter/hari pada usia 1 – 3 tahun;

d. 1.4 liter/hari pada usia 4 – 6 tahun.

B. Perkembangan Anak Usia Dini

1. Pengertian Perkembangan

Menurut Hurlock (1978: 23), perkembangan berkaitan dengan

perubahan kualitatif dan kuantitatif. Ia dapat didefinisikan sebagai deretan

progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. “progresif” menandai

bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju dan bukan

mundur. “Teratur” dan “Koheren” menunjukkan adanya hubungan nyata

antara perubahan yang terjadi dan yang telah mendahului atau yang akan

mengikutinya.

Santrock (1996), menjelaskan pengertian perkembangan sebagai

berikut:

“Development is the pattern of change that begins at conception

and continues through the life span. Most development involves

growth, altough it includes decay (as in death and dying). The

patern of movement is complex because it is product of several

processes – biological, cognitive, and sosioemotional.”

Menurut Chaplin (2002), perkembangan memiliki arti sebagai: (1)

perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari

lahir sampai mati; (2) pertumbuhan; (3) perubahan dalam bentuk dan

dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian

fungsional; (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah

laku yang tidak dipelajari (Desmita, 2013: 4).

Pada masa anak-anak perkembangan terjadinya sangat pesat. Hal

ini dikarenakan pada masa ini merupakan masa keemasan dan masa kritis

dimana akan menentukan kepribadian anak selanjutnya. Pertumbuhan dan

perkembangan yang terjadi pada anak dapat dilihat dengan mudah melalui

Page 14: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

27

pengamatan. Perkembangan dan pertumbuhan merupakan proses alamiah

yang terjadi dalam kehidupan manusia sejak dalam kandungan.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur

dan fungsi tubuh anak yang lebih kompleks. Oleh karena itu, akan terjadi

diferensiasi sel jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ untuk

mencapai yang optimal secara bertahap. Perkembangan fisik anak, yang

dikatakan Koesnadi (1987: 55), bahwa pertumbuhan dan perkembangan

anak, walaupun berjalan menurut norma-norma yang tertentu, namun

seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya

mengenai makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman dan

sebagainya. Oleh karenanya semua orang yang mendapat tugas mengawasi

anak harus mengerti persoalan anak yang tumbuh dan berkembang.

Perkembangan diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan

kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai

mati (Yusuf, 2004: 15). Adapun yang dimaksud progresif di sini adalah

perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkatkan dan mendalam baik

secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis) seperti terjadinya

perubahan proporsi dan fisi anak.

Sejalan dengan dikemukakan mengenai definisi perkembangan di

atas, Sumantri (2000: 46) menguraikan bahwa, “perkembangan adalah

proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ tubuh

kearah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi”.

Dengan demikian, istilah “pertumbuhan” lebih cenderung merujuk

pada kemampuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada

suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju keruntuhan di hari

tua. Sedangkan istilah “perkembangan” lebih merujuk pada kemajuan

mental atau perkembangan rohani yang terus melaju sampai akhir hayat.

Meskipun terdapat perbedaan, namun dalam literatur psikologi

perkembangan istilah “perumbuhan” digunakan dalam pengertian yang

sama dengan perkembangan. Bahkan menurut Witherington (1986),

Page 15: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

28

“pertumbuhan dalam pengertiannya yang luas meliputi perkembangan”

(Desmita, 2013: 6).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Menurut Dariyo (2011: 44), perkembangan yang terjadi pada diri

seseorang, ternyata menyangkut berbagai aspek, tidak saja masalah fisik

semata, tetapi juga berkaitan dengan masalah-masalah kognitif, moral,

agama maupun psikososial. Terjadinya perkembangan tersebut

dipengaruhi oleh (1) faktor keturunan (genetis), (2) faktor lingkungan

maupun (3) faktor interaksi antara genetis dengan lingkungan.‟

a) Herediter/Genetis/Keturunan

Para ahli yang menganut aliran ini menyatakan bahwa terjadinya

pertumbuhan dan perkembangan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor

keturunan yang dibawa dari orangtua sebelumnya. Faktor keturunan lebih

menekankan pada aspek biologis atau herediter yang dibawa melalui aliran

darah dalam kromosom. Karena itu, faktor genetis cenderung bersifat

statis yang merupakan predisposisi untuk mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan seseorang. Kalau sejak awal, orang tua memiliki

karakteristik fisiologis dan psikologis yang sehat, maka dapat dipastikan

akan menurunkan generasi yang sehat. Sebaliknya bila mereka tak sehat,

maka keturunannya pun mengalami gangguan atau penyimpangan secara

fisik maupun psikis (Papalia, Old & Feldman, 1998: 2004).

b) Lingkungan

Dalam pandangan ini, perkembangan seseorang amat ditentukan

oleh faktor lingkungannya. Lingkungan memiliki peran besar bagi

perubahan yang positif atau negatif pada individu. Hal ini tergantung

bagaimana karakteristik lingkungan itu sendiri. Lingkungan yang baik

tentu membawa pengaruh positif bagi individu, sebaliknya lingkngan yang

kurang baik, rusak, buruk cenderung memperburuk perkembangan

individu.

c) Interaksionisme antara Genetis dan Lingkungan

Page 16: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

29

Perpaduan antara faktor genetis mauoun faktor lingkungan

menyatakan bahwa perkembangan seseorang tidak akan maksimal kalau

hanya mengandalkan salah satu faktor pengaruh saja. Karena itu keduanya

harus dipersatukan demi mengupayakan maksimalisasi perkembangan

seseorang. Dengan demikian faktor genetis harus ditopang dengan faktor

lingkungan atau sebaliknya, faktor lingkungan harus memperoleh

dukungan faktor genetis, sehingga memungkinkan perkembangan

fisiologis maupun psikologis (potensi, bakat, kecerdasan, dan kepribadian)

seseorang.

3. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya

knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition ialah

perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neiser dalam Jahja,

2013: 56). Selanjutnya kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan

belajar atau berpikir atau kecerdasan yaitu kemampuan untuk mempelajari

keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang

terjadi di lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan

menyelesaikan soal-soal sederhana (Pudjiati & Masykouri, 2011: 6).

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh istilah Maslihah (2005) bahwa

kognitif sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengerti

sesuatu. Artinya mengerti menunjukkan kemampuan untuk menangkap

sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu serta mempunyai gambaran

yang jelas terhadap hal tersebut. Perkembangan kognitif sendiri mengacu

kepada kemampuan yang dimiliki seorang anak untuk memahami sesuatu

(Maslihah, 2005). Sementara itu di dalam kamus besar bahasa Indonesia,

kognitif diartikan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau

melibatkan kognisi berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris

(Alwi, dkk, 2002: 579). Lebih lanjut proses kognisi adalah sebuah proses

mental yang mengacu kepada proses mengetahui (knowing) sesuatu (Berk,

2006). Kemudian Yusuf (2005: 10) mengemukakan bahwa kemampuan

kognitif ialah kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta

Page 17: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

30

melakukan penalaran dan pemecahan masalah, berkembangnya

kemampuan kognitif ini akan mempermudah anak menguasai pengetahuan

umum yang lebih luas, sehingga ia dapat berfungsi secara wajar dalam

kehidupan masyarakat sehari-hari (Khadijah, 2016: 31).

Kognitif atau intelektual adalah suatu proses berpikir berupa

kemampuan atau daya untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan

peristiwa lainnya serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan

segala sesuatu yang diamati dari dunia sekitar. Kognitif dapat diartikan

sebagai pengetahuan yang luas daya nalar, kreatifitas atau daya cipta,

kemampuan berbahasa serta daya ingat. Gabungan antara kematangan

anak dengan pengaruh lingkungan disebut kognisi. Dalam kognisi anak

dapat menyelesaikan masalah lingkungan sendiri (Khadijah, 2016: 32).

Kognitif dapat berarti kecerdasan, berpikir, dan mengamati, yaitu

tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau

yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan. Dengan pengertian ini,

maka anak yang mampu mengoordinasikan pelbagai cara berfikir untuk

menyelesaikan persoalan-persoalan dengan merancang, mengingat, dan

mencari alternatif bentuk penyelesaian persoalan, merupakan tolok ukur

perkembangan kognitif (Nurhayati, 2011: 16).

Definisi anak usia dini sampai saat ini menjadi perdebatan yang

cukup panjang. Berdasarkan Undang-Undang anak usia dini merupakan

anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (UU No. 20 Tahun 2003).

Ada yang mengatakan bahwa periode atau rentang anak usia dini dimulai

dari 0-8 tahun. Perbedaan tersebut mempunyai alasan terutama dalam

proses perkembangan kognitif anak usia dini yang mencapai tingkat

percepatan 80% dari keseluruhan otak orang dewasa (Saripudin, 2017: 3).

Sedemikian pentingnya masa anak usia dini tersebut, sehingga para ahli

mengatakan bahwa usia tersebut merupakan masa keemasan atau the

golden age (Suyadi, 2010: 8).

Sujiono (dalam Khadijah, 2013) mengungkapkan bahwa anak usia

dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai 6 tahun. Usia dini

Page 18: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

31

merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan

kepribadian anak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato seorang ahli

filsafat dalam Jamaris bahwa waktu yang paling tepat mendidik anak

adalah sebelum usia 6 tahun. Hal ini diperkuat dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Cekoslavia yang bernama Jhon Amus Comenius dalam

Jamaris bahwa pendidikan telah dimulai sejak anak berada dalam

pangkuan ibunya (Jamaris, 2005: 1). Lebih rinci Montessori dalam

Hainstock (1999: 10). Mengungkapkan bahwa masa ini merupakan

periode sensitif (sensitive periods), selama masa inilah anak secara khusus

mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini

anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan

menguasai lingkungannya. Selanjutnya Montessori mengungkapkan

bahwa usia keemasan merupakan masa dimana anak mulai peka untuk

menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari

lingkungan, baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah

terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap

merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang

diterapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari (G. Hainstock dalam

Khadijah, 2016: 34).

Dengan demikian, disimpulkan bahwa perkembangan kognitif

anak usia dini adalah kemampuan cara berpikir anak usia dini dalam

memahami lingkungan sekitar sehingga pengetahuan anak bertambah.

Artinya dengan kemampuan berpikir ini anak dapat mengeksplorasikan

dirinya sendiri, orang lain, hewan dan tumbuhan, serta berbagai benda

yang ada disekitarnya sehingga mereka dapat memperoleh berbgai

pengetahuan tersebut (Khadijah, 2016: 34).

Piaget dalam Masitoh (2003: 9) membagikan tahapan

perkembangan kognitif dalam empat tahap, yaitu sensori motor (0-2

tahun), preoperasional (2-7 yahun), operasional konkrit (7-14 tahun),

formal operasional (14 tahun-dewasa). Dilihat dari tahapan Piaget, anak

usia Taman Kanak-Kanak berada pada tahapan preoperasional, yaitu

Page 19: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

32

tahapan dimana anak belum menguasai operasi mental secara logis.

Periode ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan menggunakan

sesuatu untuk mewakili simbol-simbol. Melalui di atas anak mampu

berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Perkembangan kognitif

lebih kuat bergantung pada kemampuan intelektual. Tahapan-tahapan di

atas selalu dialami oleh anak, dan tidak akan pernah ada yang dilewatinya

meskipun tingkat kemampuan anak berbeda-beda. Tahapan ini meningkat

lebih kompleks daripada masa awal dan kemampuan kognitif bertambah.

a) Tahap sensorimotor (dari lahir sampai 2 tahun)

Pada tahap sensorimotor Piaget menggambarkan seperti “berpikir

melalui gerak tubuh”. Dengan kata lain kemampuan untuk belajar dan

meningkatkan kemampuan intelektual berkembang sebagai suatu hasil dari

perilaku gerak dan konsekuensinya. Menurut Piaget, gerak selalu

berhubungan dengan proses berpikir. Jadi pada masa sensorimotor

aktivitas berpusat pada aspek panca indra (sensori) dan gerak (motor).

Artinya dalam peringkat ini anak hanya mampu melakukan pengenalan

lingkungan dengan melalui panca indra dan gerakannya. Keadaan ini

merupakan dasar bagi perkembangan kognitif selanjutnya. Aktivitas

sensorimotor terbentuk melalui penyesuaian terstruktur fisik sebagai hasil

dari interaksi dengan lingkungan. Bayi mengorganisasikan skema tindakan

fisik mereka seperti menghisap, menggenggam dan memukul untuk

menghadapi dunia yang muncul dihadapannya.

b) Tahap Pra operasional (2 – 7 tahun)

Pada tahap ini Piaget memberikan penekanan berupa batasan. Pada

tahap preoperasional anak masih belum memiliki untuk berpikir logis atau

operasional. Piaget membaginya menajdi dua sub bagian yaitu: (a)

prekonseptual yaitu anak yang berusia antara 2 tahun s/d 4 tahun dan (b)

intuitive adalah pada anak yang berusia 4 tahun s/d 7 tahun. Pada tahapan

ini anak sudah mulai dengan melakukan berbagai bentuk gerak dasar yang

dibutuhkannya seperti jalan, berlari, melempar, menendang dan

sebagainya.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

33

Jadi pada tahapan preoperasional anak telah menunjukkan aktivitas

kognitif dalam menghadapi berbagai hal di luar dirinya. Aktivitas

berpikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisir tetapi anak sudah

dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda

dan simbol. Cara berpikir anak pada peringkat ini bersifat tidak sistematis,

tidak konsisten dan tidak logis. Cara berpikir pada peringkat ini ditandai

dengan delapan ciri utama, yaitu: (1) Transductive reasoning, artinya anak

berpikir yang bukan induktif atau deduktif tetapi tidak logis, (2)

Ketidakjelasan hubungan sebab akibat, artinya anak mengenal hubungan

sebab akibat tidak logis, (3) Animism, artinya anak mempercayai bahwa

segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia, (5)

Perceptually bound, artinya anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang

dilihatnya atau yang didengarnya, (6) Mental Experiment, artinya anak

mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari persoalan

yang dihadapinya, (7) Centration, artinya anak memusatkan perhatiannya

kepada sesuatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang

lainnya, (8) Egocentrism, artinya anak melihat dunia di lingkungannya

menurut kehendak dirinya sendiri.

Anak-anak belajar befikir menggunakan symbol-symbol dan

pencitraan batiniah, namun pikiran mereka masih tidak sistematis dan

tidak logis. Pikiran di titik ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa

(Saripudin, 2017: 5).

c) Tahap Konkrit Operasional (7 – 11 tahun)

Banyak ahli meyakini bahwa seorang anak mencapai tahap konkrit

operasional karena anak tersebut bertambah kemampuannya. Karakteristik

umum dari tahapan konkrit operasional adalah bertambahnya kemampuan

dari variabel dalam memecahkan masalah (problem solving). Pada masa

ini anak sudah tidak tergolong balita lagi dan sudah memasuki masa

kanak-kanak dan memasuki dunia sekolah.

Jadi, pada tahapan konkrit operasional anak telah dapat membuat

pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis. Perkembangan

Page 21: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

34

kognitif pada peringkat konkrit operasional memberikan kecakapan anak

untuk berkenalan dengan konsep-konsep klasifikasi, hubungan dan

kuantitas. Konsep klasifikasi adalah kecakapan anak untuk melihat secara

logis persamaan-persamaan suatu kelompok objek dan memilihnya

berdasarkan ciri-ciri yang sama. Konsep hubungan adalah kematangan

anak memahami hubungan antara suatu perkara dengan perkara lainnya.

Konsep kuantitas ialah kesadaran anak bahwa suatu kuantitas akan tetap

sama meskipun bentuk fisiknya berubah asalkan tidak ditambah atau

dikurangi. Anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis

namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek dan

aktifitas-aktifitas konkret (Saripudin, 2017: 5).

d) Formal Operasional (11 tahun – dewasa)

Tahapan ini merupakan kemampuan untuk mempertimbangkan

ide-ide yang tidak didasarkan pada realita. Anak sudah mampu berpikir

yang bersifat abstrak. Namun menurut Piaget, banyak individu tidak

pernah mencapai tahapan seperti ini, justru orang yang memiliki rata-rata

skor rendah pada tes intelegensi sangat memungkinkan tidak mencapai

tahap formal operasional.

Jadi, pada tahap formal operasional, perkembangan kognitif

ditandai dengan kemampuan individu untuk berpikir secara hipotesis dan

berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak dan mempertimbangkan

kemungkinan kecakupan yang luas dari perkara yang sempit.

Perkembangan kognitif pada peringkat ini merupakan ciri perkembangan

remaja dan dewasa yang menuju ke arah proses berpikir dalam peringkat

yang lebih tinggi. Peringkat berpikir ini sangat diperlukan dalam

pemecahan masalah. Orang muda mengembangkan kemampuan untuk

berpikir sistematis menurut rancangan yang murni abstrak dan hipotesis

(Saripudin, 2017: 5).

Dilihat dari tahapan Piaget, anak usia 4-6 tahun merupakan usia

yang berada dalam masa pra operasional, yaitu tahapan dimana anak-anak

masih berpikir tidak sistematis serta tidak logis. Periode ini ditandai

Page 22: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

35

dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk

mewakili simbol-simbol. Melalui kemampuan di atas, anak mampu

menerima imajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa usia 4-6 tahun merupakan usia yang berada

dalam masa pra operasional, dimana anak masih berpikir tidak sistematis

serta tidak logis (Saripudin, 2017: 5).

Secara singkat Yusuf (2004: 167) mengemukakan perkembangan

kognitif pada masa ini adalah sebagai berikut:

1) Mampu berpikir dengan menggunakan simbol.

2) Berpikir masih dibatasi oleh presepsi. Mereka meyakini apa yang

dilihatnya dan hanya terfokus pada suatu objek dalam waktu yang

sama. Cara berpikir mereka bersifat memusat.

3) Berpikir masih kaku. Cara berpikirnya terfokus pada keadaan awal

atau akhir suatu transformasi, bukan pada transformasi itu sendiri

mengantarai keadaan tersebut.

4) Anak sudah mulai mengerti dasar-dasar mengelompokkan sesuatu atas

dasar satu dimensi, seperti atas kesamaan warna, bentuk dan ukuran.

Mengetahui bagaimana capaian perkembangan kognitif anak usia

dini, maka dapat dilihat dalam tabel berikut (Saripudin, 2017: 5)

Tabel 2.10

Capaian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

No Anak Usia Capaian Perkembangan Kognitif

1 Lahir – 1 tahun Mengenal benda

Mengenal bentul

2 1 – 2 tahun Mengenal warna

Mengenal rasa: manis, pahit dan asam

Mengenal bilangan 1 dan 2

3 2 – 3 tahun Mampu mengelompokkan benda yang

berbentuk sama

Mampu membedakan bentuk lingkaran dan

bujur sangkar

Mampu membedakan rasa dan warna

Mengenal bilangan hingga hitungan 5

4 3 – 4 tahun Mampu membedakan bentuk-bentuk dan

Page 23: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

36

ukuran (besar-kecil, panjang-pendek,

sedikit banyak, dll)

Mampu mengurutkan angkan1 sampai

dengan 10

Mampu membeda-bedakan warna lebih

banyak (merah, hijau, hitam, putih, biru

dan lain-lain)

5 4 – 5 tahun Menunjukkan rasa ingin tahu cara kerja

sesuatu

Suka membongkar mainannya sendiri

untuk sekedar dilihat apa yang ada di

dalamnya dan kemudian dirangkai lagi

Suka mengurut-urutkan (membuat urutan)

sesuatu dari yang paling kecil agak besar

hingga yang paling besar atau sebaliknya

6 5 – 6 tahun Mampu mengurutkan bilangan 1 hingga

minimal 50

Senang dengan permainan otak atik

bilangan

Menyukai permainan dalam computer

Dengan mudah meletakkan benda sesuai

dengan kelompoknya

Berdasarkan uraian di atas bahwa nampak pada masa prasekolah

anak sudah mampu berpikir dengan menggunakan simbol. Meskipun cara

berpikir mereka masih dibatasi oleh persepsi serta masih bersifat

mamusat dan kaku, namun mereka sudah mulai mengerti bagaimana

mengklasifikasi sesuatu berdasarkan pemahaman mereka yang masih

sederhana. Perkembangn kognitif menurut Piaget (1960) dalam Yudha &

Rudyanto (2004: 203), merupakan salah satu aspek perkembangan

mental yang bertujuan (1) memisahkan kenyataan yang sebenarnya

dengan fantasi, (2) menjelajah kenyataan dan menemukan hukum-

Page 24: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

37

hukumnya, (3) memilih kenyataan-kenyataan yang berguna bagi

kehidupan (4) menentukan kenyataan sesungguhnya di balik sesuatu

yang nampak.

Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi perkembangan

intelegensi pada anak. Intelegensi merupakan suatu proses

berkesinambungan yang menghasilkan struktur dan diperlukan dalam

interaksi dengan lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungan individu

akan memperoleh pengetahuan dengan menggunakan asimilasi,

akomodasi dan dikendalikan oleh prinsip keseimbangan. Pada anak TK

khususnya, pengetahuan itu bersifat subjektif dan akan berkembang

menjadi objektif apabila sudah mencapai perkembangan remaja dan

dewasa.

Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila disesuaikan

dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak hendaknya banyak

diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik yang

ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh

pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak memberi rangsangan

kepada anak agar mau berinteraksi dengan lingkungan dan secara aktif

mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Kurikulum

hendaknya dibuat sedemikian rupa agar tidak terpisahkan dari

lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam

pembelajaran, antara lain:

a. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh

karena itu, dalam mengajar anak guru hendaknya menggunakan

bahasa yang sesuai dengan cara berpikir.

b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi

lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat

berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya.

c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi

tidak asing.

d. Beri peluang agar anak belajar sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk

saling berbicara dengan teman-temannya dan saling berdiskusi.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

38

Menurut Agoes Dariyo (2011: 43), perkembangan kognitif

berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berpikir (thinking),

memecahkan masalah (problem solving), mengambil keputusan (decision

making), kecerdasan (intellegence), bakat (aptittude).

Optimalisasi perkembangan kognitif sangat dipengaruhi oleh

kematangan fisiologis, terutama pada bayi maupun anak-anak. Seorang

anak akan dapat melakukan koordinasi gerakan tangan, kaki maupun

kepala secara sadar, setelah syaraf-syaraf maupun otot-otot bagian organ-

organ tersebut sudah berkembang secara memadai. Artinya kemampuan

kognitif harus diiringi dengan kematangan fisiologis, sehingga

perkembangan kognitif makin baik dan koordinatif (Dariyo, 2011: 43).

4. Komponen Kognitif yang Perlu Dikembangkan pada Anak Usia 4 – 6

Tahun

Sesuai dengan kompetensi dasar yang telah digariskan oleh

pemerintah dalam kurikulum 2013, komponen kognitif yang perlu

dikembangkan pada usia 4 – 6 tahun dengan standar perkembangan anak

mampu mengenal dan memahami berbagai konsep sederhana dan dapat

memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari,

perkembangan dasar dan indikatornya adalah sebagai berikut:

Page 26: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

39

Tabel 2.11 Komponen Kognitif yang Perlu Dikembangkan Pada Anak Usia 4 – 6 Tahun

Perkembangan

Dasar Indikator

Dapat mengenal

klasifikasi

sederhana

1. Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. Misalnya; menurut warna, bentuk, ukuran,

jenis, dll.

2. Menunjuk sebanyak-banyaknya benda, hewan, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ukuran atau

menurut ciri-ciri tertentu

Dapat mengenal

konsep-konsep

sains sedrhana

1. Menceritakan hasil percobaan sederhana tentang; warna dicampur, proses pertumbuhan tanaman (bii-bijian,

umbi-umbian, batang-batangan, daun dll)

2. Apa yang terjadi jika balon ditiup lalu dilepaskan

3. Benda-benda dimasukkan ke dalam air (terapung, melayang, tenggelam), benda-benda yang dijatuhkan

(gravitasi).

4. Membedakan bermacam-bermacam rasa, bau dan suara berdasarkan percobaan

Dapat mengenal

bilangan dan

memahami

konsep-konsep

matematika

sederhana

1. Membilang/menyebut urutan bilangan dari 1 sampai 20

2. Membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 10

3. Menunjukkan urutan benda untuk bilangan sampai 10

4. Membedakan konsep banyak-sedikit, lebih-kurang, sama-tidak sama

5. Menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10 (anak tidak disuruh menulis)

Dapat mengenal

bentuk geometri

1. Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segitiga, segiempat, dll)

2. Membedakan benda-benda yang berbentuk geometri

3. Membedakan ciri-ciri bentuk geometri

4. Menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri

Dapat

memecahkan

masalah

sederhana

1. Mengerjakan maze (mencari jejak) yang sederhana (tiga empat jalan)

2. Menyususn kepingan puzzle menjadi bentuk utuh (7-10 keping)

3. Mencari lokasi tempat asal suara

4. Memasang benda sesuai dengan pasangannya

Page 27: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

40

5. Menunjukkan sedikitnya 12 benda berikut fungsinya

Dapat mengenal

konsep ruang

dan posisi

1. Menyebutkan konsep depan-belakang-tengah, atas-bawah, kiri-kanan, luar-dalam, pertama-terakhir-diantara,

keluar-masuk, naik-turun, maju-mundur

Dapat mengeal

ukuran

2. Membedakan konsep panjang-pendek, jauh-dekat, lebar-luas-sempit melalui mengukur dengan satuan tak baku

(langkah, jengkal, benang, tali, lidi, dll)

3. Membedakan konsep berat-ringan, gemuk-kurus mealui menimbang benda dengan timbangan/timbangan

buatan dan panca indera

4. Membedakan konsep penuh-kosong melalui mengisi wadah dengan air, pasir, biji-bijian, beras, dll

5. Membedakan konsep tebal--tipis, timggi-rendah, besar-kecil, cepat lambat dsb

Dapat mengenal

konsep waktu

1. Membedakan waktu (pagi, siang, malam)

2. Menyebutkan nama-nama hari dalam satu minggu, satu bulan dan mengetahui jumlah bulan dalam satu tahun

3. Menceritakan kegiatan sehari-hari sesuai dengan waktunya misal: waktu tidur, waktu makan, waktu sekoah, dll

Dapat mengenal

berbagai pola

1. Menggunakan konsep waktu (hari ini, nanti sekarang, besok, kemarin)

2. Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 3-4 pola yang berurutan. Misalnya merah-putih-biru,

merah-putih –biru, merah,....

Dapat mengenal

konsep sosial

sederhana

1. Menceritakan letak lokasi dari rumah ke sekolah atau ke tempat-tempat yang dikenalnya

2. Mengenal berbagai macam profesi (contoh: Dokter, Polisi, Pilot, dll)

3. Mengenal berbagai macam alat transportasi/angkutan sedrhana di darat, laut, dan udara (contoh: mobil, kapal

laut, pesawat terbang, dll)

Sumber: Perangkat Pembelajaran TK/RA Kurikulum 2013 (I. Wayan AS., 2016: 752-756)

Page 28: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

41

C. Pentingnya Gizi Seimbang Bagi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung

zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh

dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas

fisik, kebersihan, dan berat badan ideal. Gizi seimbang di Indonesia

divisualisasikan dalam bentuk Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yang sesuai

dengan budaya Indonesia. TGS dirancang untuk membantu setiap orang

memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan berbagai

kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa, dan usia lanjut) dan

sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, atau sakit).

Adapun tanda anak sehat bergizi baik adalah sebagai berikut (Susilowati &

Kuspriyanto, 2016: 166): (1) Bertambah umur, bertambah padat, bertambah

tinggi; (2) Postur tubuh tegap dan otot padat; (3) Rambut berkilau dan kuat;

(4) Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat; (5) Wajah ceria, mata bening, dan

bibir segar; (6) gigi bersih dan gusi merah muda; (7) nafsu makan baik dan

buang air besar teratur; (8) begerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur; (9)

penuh perhatian dan bereaksi aktif; (10) tidur nyenyak.

Sampai usia dua tahun merupakan masa kritis bagi anak dan termasuk

dalam periode window of opportunity. Pada periode kehidupan ini, sel-sel otak

tumbuh sangat cepat sehingga saat usia dua tahun pertumbuhan otak sudah

mencapai lebih dari 80% dan masa kritis bagi pembentukan kecerdasan. Jika

pada usia ini, seorang anak kekurangan gizi maka perkembangan otak dan

kecerdasannya terhambat dan tidak dapat diperbaiki. Pada usia 1 – 5 tahun,

anak sudah harus makan seperti pola makan keluarga, yaitu sarapan, makan

siang, makan malam, dan dua kali selingan. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam pemberian makanan kepada anak usia 1 – 5 tahun, yaitu

sebagai berikut (Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 167).

a. Selalu variasikan makanan yang diberikan meliputi makanan pokok, lauk-

pauk, sayuran, dan buah. Usahakan protein yang diberikan juga

bergantian sehingga semua zat gizi terpenuhi.

b. Variasikan cara mengolah makanan sehingga semua bahan makanan

dapat masuk, misalnya anak tidak mau makan bayam maka bayam dapat

dibuat di dalam telur dadar.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

42

c. Berikan air putih setiap kali habis makan.

d. Hindari memberikan makanan selingan mendekati jam makan utama.

e. Ketika masuk usia dua tahun, jelaskan manfaat makanan yang harus

dimakan sehingga dapat mengurangi rasa tidak sukanya.

Tabel 2.12 Porsi Makan Anak 4-5 Tahun (1500 kalori)

Bahan

Makanan atau

Penukar

Jumlah

Porsi

(p)

Pagi Selingan

pagi

Siang Selingan

Sore

Sore

Nasi 3 1 1 1

Sayur 2 ¾ ¾ ½

Buah 2 ½ ½ 2

Tempe 2 1 1

Daging 3 1 1 1

Minyak 2 ½ ¾ ¾

Gula 2 1 1 1

Susu 1 1 1

Total Sehari 1400 293,

75

75 381,25 275 375

Sumber: Soekirman, 2006 (Susilowati & Kuspriyanto, 2016: 168)

Patokan porsi yang digunakan adalah: (a) Nasi 1 porsi = ¾ gls = 100 g

= 175 kal (b) Sayur 1 porsi = 1 gls = 1 gls = 100 g = 25 kal (c) Buah 1 porsi =

1 – 2 bh = 50 – 190 g = 50 kal (d) Tempe 1 porsi = 2 ptg sdg = 50 g = 75 kal

(e) Daging 1 porsi = 1 ptg sdg = 35 g = 75 kal (f) Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 g

= 50 kal (g) Gula 1 porsi = 1 sdm = 13 g = 50 kal (h) Susu bubuk (tanpa

lemak) 1 porsi = 4 sdm = 20 g = 75 kal.

Usia di bawah lima tahun atau balita merupakan usia penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pada usia ini, anak masih rawan

dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Secara

psikologis, rentang usia ini sangat menentukan karakter anak. Jika anak

sering diejek atau dicemooh, kemungkinan besar akan tumbuh menjadi anak

yang tidak punya kepercayaan diri. Anak yang selalu dimanja akan tumbuh

menjadi anak yang tergantung kepada orang lain. Demikian juga anak yang

selalu ditekan dengan ancaman, anak akan tumbuh dengan ketakutan bahkan

sampai depresi. Sebaliknya, anak yang dididik dengan pujian dan arahan yang

Page 30: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

43

benar, akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri karena sejak kecil dia

merasa dihargai oleh lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga.

Tumbuh dan berkembangnya anak usia dini dipengaruhi oleh

lingkungan keluarga, kemudian lingkungan tempat tinggal selanjutnya ada

pada lingkungan sekolah. Lingkungan keluarga menjadi fase pertama dalam

melakukan proses pendidikan. Lingkungan keluarga mempunyai peranan

yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak termasuk

didalamnya pendidikan. Proses tumbuh kembang anak tidak terlepas dari

pengasuhan yang dilakukan dalam lingkup keluarga besar. Lingkup keluarga

besar mencakup keluarga inti yakni ayah, ibu serta saudara kandung.

Sementara keluarga lainnya mencakup kakek, nenek, bibi, paman serta

saudara sedarah baik ke atas maupun ke bawah (Saripudin, 2016: 1).

Angka gizi buruk di Indonesia masih tinggi, bahkan dari tahun ke

tahun kecenderungannya semakin meningkat. Berdasarkan data statistik

Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dari 241.973.879 penduduk Indonesia,

6% atau sekita 14,5 juta orang menderita gizi buruk. Penderita gizi buruk pada

umumnya anak-anak di bawah usia lima tahun (balita). Departemen Kesehatan

juga telah melakukan pemetaan dan hasilya menunjukkan bahwa penderita

gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2-4 dari 10

balita menderita gizi kurang. Fakta ini memaksa banyak pihak untuk kembali

melakukan evaluasi terhadap program penanggulangan masalah gizi yang

pernah digulirkan (Depkes RI, 2005).

Dampak gizi buruk tidak hanya berbahaya bagi penderita, namun

dalam lingkup lebih luas berakibat pada kelangsungan generasi bangsa

Indonesia. Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena mayoritas penderita gizi

buruk adalah anak-anak. Jika angka gizi buruk tidak segera ditekan, maka

angka kematian bayi dan balita juga terus meningkat. Kalaupun ada yang

bertahan hidup perkembangan mental, fisik dan kecerdasan dari anak-anak

yang mempunyai riwayat gizi buruk akan terganggu (Wigati, 2009: 1).

Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang anak

adalah keadaan gizinya. Pertumbuhan anak pada masa balita sangat pesat,

Page 31: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

44

sehingga membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi dari pada orang

dewasa (Utami, 2007: 15). Makanan yang diberikan kepada anak harus

mempunyai nilai gizi yang cukup. Kekurangan gizi disebabkan oleh berbagai

faktor seperti yang dijelaskan dalam skema.

Bagan 2.1 Skema Penyebab Kurang Gizi

Kurang Gizi

Sumber: UNICEF (1988) dengan penyesuaian

Skema tersebut diketahui bahwa faktor keluarga dan faktor lingkungan

sangat berpengaruh (Prapti Utami, 2007: 4).

Makanan tidak seimbang Infeksi

Dampak

Penyebab

langsung

Tidak cukup

persediaan

pangan

Pola asuh

anak tidak

memadai

Sanitasi dan air

bersih/pelayanan

kesehatan dasar

tdidak memadai

Penyebab tidak

langsung

Kurangnya pemberdayaan wanita dan

keluarga, kurang pemanfaatan sumber

daya masyarakat

Kurang pendidikan

pengetahuan dan

keterampilan

Pokok masalah

di masyarakat

Krisis Ekonomi,

Politik, dan

Sosial

Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan

Akar

Masalah

Page 32: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

45

D. Penelitian Relevan

Setelah peneliti menelusui penelitian-penelitian yang dilakukan oleh

orang lain dalam masalah yang sama, atau memiliki kemiripan baik yang

berkenaan dengan “Pengaruh Pemberian Asupan Gizi Seimbang Terhadap

Pertumbuhan dan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini di TK Budi Asih

IX Desa Cipinang Kabupaten Majalengka” ditemukan beberapa hasil

penelitian.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dina Pertiwi Ajie (2014) yang berjudul:

“Pengaruh Pemberian Asupan Gizi Seimbang Terhadap Tumbuh dan

Perkembangan Anak Usia 1-5 Tahun di Pos PAUD Permata Jayengan

Surakarta.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh pemberian asupan gizi seimbang terhadap tumbuh dan

perkembangan anak di pos PAUD Permata Jayengan Surakarta. Dan juga

untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap tumbuh kembangnya

balita khususnya di PAUD. Penelitian ini menggunakan metode ex post

facto. Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang bertujuan

menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala

atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal

yang menyebabkan perubahan pada variable bebas yang secara

keseluruhan sudah terjadi. Adapun hasil dari penelitian ini adalah adanya

pengaruh yang positif dan signifikan Asupan Gizi 45 responden, bahwa

thitung (4,021) > ttabel (1,688), terhadap Tumbuh Kembang, adanya

pengaruh signifikan tekanan kerja dan Asupan Gizi secara simultan

terhadap Tumbuh Kembang dimana Fhitung (31,858) > Ftabel (2,87), dan

Faktor yang paling dominan mempengaruhi Tumbuh Kembang adalah

Asupan Gizi yang dapat dilihat pada hasil hasil uji t yang memberikan

nilai lebih tinggi terhadap Asupan Gizi (X2) 4,021. Dari hasil uji

determinasi (R2) diketahui bahwa variable-variabel bebas memberikan

sumbangan positif yaitu sebesar 83,8% terhadap variable terikat. Dengan

kata lain variable Asupan Gizi memberikan sumbangan positif terhadap

Tumbuh Kembang sebesar 83,8% dan selebihnya sebesar 16,2%

Page 33: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

46

dipengaruhi oleh variable-variabel yang tidak diteliti yaitu lingkungan,

komitment, kompensasi dan dukungan sosial. Terdapat perbedaan variabel

antara judul penelitian relevan ini dengan judul yang akan peneliti

lakukan. Penelitian relevan ini meneliti pengaruh asupan gizi seimbang

terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia 1-5 tahun di Pos

PAUD Permata Jayengan Surakarta dengan menggunakan metode

penelitian ex post facto sedangkan peneliti akan meneliti pada pengaruh

pemberian asupan gizi seimbang terhadap perkembangan kognitif anak di

kelompok TK Budi Asih IX Desa Cipinang dan peneliti menggunakan

metode ex post facto dan analisis regresi. Analisis regresi dalam statistika

adalah salah satu metode untuk menentukan hubungan sebab – akibat

antara satu variabel dengan variabel-variabel yang lain.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurmalita Sani (2015), yang berjudul:

“Hubungan Asupan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar pada

Anak Usia 6-18 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan

Pamulang.” Tujuan penelitian ini diketahuinya hubungan asupan gizi

terhadap status perkembangan motorik kasar pada anak usia 6-18 bulan di

Kelurahan Pamulang arat Kecamatan Pamulang tahun 2014. Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional.

Populasi pada penelitian ini balita usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan

Pamulang arat. Perhitungan besar sampel penelitian menggunakan uji

hipotesis beda 2 proporsi dengan jumlah sampel penelitian yaitu 66 ibu

yang mempunyai anak usia 6 sampai 18 bulan. Instrumen yang digunakan

yaitu formulir FFQ semiquantitative, dan denver II. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa anak usia 6 – 18 bulan yang mengalami

perkembangan motorik kasar tidak normal dan suspect sebesar 18,2%,

adapun yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar adalah asupan

besi P value 0,018 dan protein P value 0,05. Terdapat perbedaan variabel

antara judul penelitian relevan ini dengan judul yang akan peneliti

lakukan. Penelitian relevan ini meneliti pengaruh asupan gizi seimbang

terhadap perkembangan motorik kasar pada Anak Usia 6-18 Bulan di

Page 34: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

47

Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang dengan menggunakan

desain penelitian cross sectional sedangkan peneliti akan meneliti pada

pengaruh pemberian asupan gizi seimbang terhadap perkembangan

kognitif anak di kelompok TK Budi Asih IX Desa Cipinang dan peneliti

menggunakan metode ex post facto dan analisis regresi. Peneliti dilakukan

pada 24 siswa dan 24 orang tua. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan angket dan lembar observasi kegiatan

kognitif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rindu Dwi Malateki Solihin, dkk., (2013)

yang berjudul: “Kaitan Antara Status Gizi, Perkembangan Kognitif dan

Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Prasekolah.” Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis kaitan antara status gizi, perkembangan

kognitif dan motorik pada anak usia prasekolah. Penelitian berdesain

survei ini dilakukan pada 73 anak usia 3-5 tahun di Desa Cibanteng,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebanyak 30,2 persen anak balita berstatus gizi tergolong pendek, 98,6

persen anak memiliki berat badan lahir normal, dan 76,7 persen anak

mempunyai panjang lahir normal. Tingkat perkembangan kognitif (54,8%)

dan motorik halus (68,5%) anak tergolong rendah, sementara tingkat

perkembangan motorik kasar anak tergolong sedang (41,1%). Faktor-

faktor yang berhubungan signifikan dengan status gizi balita adalah tinggi

badan ibu, tingkat kecukupan energi dan protein balita dan panjang badan

lahir balita. Faktor-faktor yang berkaitan signifikan dengan tingkat

perkembangan motorik kasar dan motorik halus balita adalah status gizi

balita, lama mengikuti PAUD dan usia balita. Faktor-faktor yang

berhubungan signifikan dengan tingkat perkembangan kognitif balita

adalah status gizi balita, usia balita, lama mengikuti PAUD dan praktik

pengasuhan balita oleh ibu. Tingkat kecukupan gizi balita, terutama energi

dan protein, berhubungan dengan status gizi dan perkembangan mereka.

Terdapat perbedaan variabel antara judul penelitian relevan ini dengan

judul yang akan peneliti lakukan. Penelitian relevan ini meneliti kaitan

Page 35: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

48

antara status gizi, perkembangan kognitif dan perkembangan motorik

pada anak usia prasekolah dengan menggunakan desain penelitian survei

sedangkan peneliti akan meneliti pada pengaruh pemberian asupan gizi

seimbang terhadap perkembangan kognitif anak di kelompok TK Budi

Asih IX Desa Cipinang dan peneliti menggunakan metode ex post facto

dan analisis regresi. Analisis regresi dalam statistika adalah salah satu

metode untuk menentukan hubungan sebab – akibat antara satu variabel

dengan variabel-variabel yang lain. Penelitian ini dilakukan pada 24 siswa

dan 24 orang tua. Instrumen yang digunakan adalah angket dan lembar

kegiatan kognitif siswa.

E. Kerangka Berpikir

Pendidikan Anak Usia Dini pada hakikatnya ialah pendidikan yang

diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan

perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan

seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu, PAUD memberi kesempatan

kepada anak untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian anak (Suyadi

& Ulfah, 2013: 17).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses tumbuh

kembang anak, salah satu faktor tersebut adalah faktor nutrisi atau gizi. Proses

tumbuh kembang anak akan terhambat apabila faktor tersebut tidak terpenuhi.

Gizi mempunyai peranan penting bagi tubuh karena dapat menunjang

kelangsungan proses tumbuh kembang anak. Anak membutuhkan gizi yang

baik selama proses tumbuh kembangnya seperti protein, karbohidrat, lemak,

mineral, vitamin dan air. Pengetahuan gizi sangatlah penting diberikan kepada

orangtua, guru dan anak-anak TK. Pemenuhan gizi yang baik dapat

mengoptimalkan tumbuh kembang dan memberikan dampak yang baik bagi

tubuh anak. Peran orangtua memberikan makanan yang sehat dan bergizi

sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena dari

mereka dapat mengubah kesadaran pentingnya menjaga kesehatan melalui

makana. Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi, maka tumbuh kembang anak

menjadi optimal.

Page 36: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Konsep Gizi Seimbang 1 ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181002.pdfkeluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur

49

Kerangka pemikiran digunakan untuk memudahkan pembaca mengerti

dan memahami alur atau pola pikir yang akan dikemukakan oleh peneliti

dalam penelitiannya (Sugiyono, 2010: 45). Adapun kerangka pikir dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 2.2 Skema Kerangka Penelitian

F. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis adalah dugaan sementara yang peneliti ajukan sebagai

landasan untuk melakukan penelitian. Hipotesis dapat diartikan sebagai

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010). Sedangkan menurut

Sugiyono (2008) hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap

rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dari data.

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, dapat disusun hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Ho = Tidak ada pengaruh pemberian asupan gizi seimbang terhadap

perkembangan kognitif anak usia dini di TK Budi Asih IX Desa Cipinang

Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka.

2. Ha = Adanya pengaruh pemberian asupan gizi seimbang terhadap

perkembangan kognitif anak usia dini di TK Budi Asih IX Desa Cipinang

Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka.

Pemberian Asupan Gizi

Seimbang

- Mengonsumsi

makanan beragam

- Membiasakan perilaku

hidup bersih

- Melakukan aktivitas

fisik

- Mempertahankan dan

memantau berat badan

normal

Perkembangan Kognitif

Anak Usia Dini

- Mengenal klasifikasi

sederhana

- Memahami konsep

matematika sederhana

- Mengenal bentuk

geometri

- Memecahkan masalah

sederhana

- Mengenal berbagai pola