BAB II Laporan Kasus Neuro

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    1/16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Definisi

    Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh

    suatu kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang

    dipergunakan secara terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat

    beraktivitas4.

    Bila penderita beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan otot

    akan pulih kembali. Penyakit ini timbul karena adanya gangguan dari

    synaptic transmission atau pada neuromuscular junction,2,4.

    II.2. Epidemiologi

    Myasthenia Gravis dapat dikatakan sebagai penyakit yang masih

    jarang ditemukan. mumnya menyerang !anita de!asa muda dan pria tua.

    Penyakit ini bukan suatu penyakit turunan ataupun jenis penyakit yang bisa

    menular. "asus MG adalah #-$% kasus per $ juta populasi per tahun, yang

    mengakibatkan kela&iman di 'merika (erikat sekitar )#.%%% kasus. MG

    betul-betul dipertimbangkan sebagai penyakit yang jarang, artinya MG

    kelihatannya menyerang dengan sembarangan dan tanpa disengaja dan tidak

    dalam hubungan keluarga. *idak ada kela&iman rasial, tapi orang-orang

    yang terkena MG pada usia + 4% tahun, % nya adalah !anita. ang / 4%

    tahun, 0% nya adalah pria. Pola ini sering disimpulkan dengan

    menyebutkan bah!a MG adalah penyakit !anita muda dan pria tua. Pada

    pasien yang mengalami MG sebagai akibat karena memiliki thymoma, tidak

    ada kela&iman usia dan jenis kelamin#.

    Menurut 1ames 2.3o!ard, 1r, M., kela&iman dari Myasthenia

    Gravis di 'merika (erikat diperkirakan sekitar $45$%%.%%% populasi, kira-

    kira 60.%%% kasus. *etapi Myasthenia Gravis diba!ah diagnosa dan

    kela&iman, mungkin lebih tinggi. (ebelum dipelajari, terlihat bah!a !anita

    lebih sering terserang disbanding pria. sia yang paling umum terserang

    1

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    2/16

    adalah pada usia )% dan 6%-an pada !anita dan % dan 7%-an pada pria.

    Berdasarkan populasi umur, rata-rata usia yang terserang meningkat, dan

    sekarang pria lebih sering terserang dibanding !anita, dan permulaan

    munculnya tanda-tanda biasanya setelah usia #%#.

    Pada Myasthenia bayi, janin mungkin memperolah protein imun

    8antibodi9 dari ibu yang terkena Myasthenia Gravis. mumnya, kasus-kasus

    dari Myasthenia bayi adalah sementara dan gejala-gejala anak-anak

    umumnya hilang dalam beberapa minggu setelah kelahiran. Myasthenia

    Gravis tidak secara langsung di!arisi ataupun menular. 'dakalanya,

    penyakit ini mungkin terjadi pada lebih dari satu orang dalam keluarga yangsama#.

    II.3. Anatomi, isiologis dan Bio!imiaNeuromuscular Junction

    a. AnatomiNeuromuscular Junction

    (ebelum memahami tentang miastenia gravis, pengetahuan

    tentang anatomi dan fungsi normal dari neuromuscular junction

    sangatlah penting. *iap-tiap serat saraf secara normal bercabang

    beberapa kali dan merangsang tiga hingga beberapa ratus serat otot

    rangka. jung-ujung saraf membuat suatu sambungan yang disebut

    neuromuscular junctionatau sambungan neuromuskular:.

    2

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    3/16

    Bagian terminal dari saraf motorik melebar pada bagian

    akhirnya yang disebut terminal bulb, yang terbentang diantara celah-

    celah yang terdapat di sepanjang serat saraf. Membran presinaptik

    8membran saraf9, membran post sinaptik 8membran otot9, dan celah

    sinaps merupakan bagian-bagian pembentuk neuromuscular junction9.

    ". isiologi dan Bio!imiaNeuromuscular Junction

    ;elah sinaps merupakan jarak antara membran presinaptik dan

    membran post sinaptik.

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    4/16

    kalsium ini kemudian diduga mempunyai pengaruh tarikan terhadap

    vesikel asetilkolin. Beberapa vesikel akan bersatu ke membran saraf dan

    mengeluarkan asetilkolinnya ke dalam celah sinaps. 'setilkolin yang

    dilepaskan berdifusi sepanjang sinaps dan berikatan dengan reseptor

    asetilkolin 8';h>s9 pada membran post sinaptik0,:.

    (ecara biokimia!i keseluruhan proses pada neuromuscular

    junctiondianggap berlangsung dalam 0 tahap, yaitu0?

    $9 (intesis asetil kolin terjadi dalam sitosol terminal saraf dengan

    menggunakan en&im kolin asetiltransferase yang mengkatalisasi

    reaksi berikut ini? 'setil-"o' @ "olin A 'setilkolin @ "o'

    )9 'setilkolin kemudian disatukan ke dalam partikel kecil terikat-

    membran yang disebut vesikel sinap dan disimpan di dalam

    vesikel ini.

    69 Pelepasan asetilkolin dari vesikel ke dalam celah sinaps

    merupakan tahap berikutnya. Peristi!a ini terjadi melalui

    eksositosis yang melibatkan fusi vesikel dengan membran

    presinaptik. alam keadaan istirahat, kuanta tunggal 8sekitar

    $%.%%% molekul transmitter yang mungkin sesuai dengan isi satu

    vesikel sinaps9 akan dilepaskan secara spontan sehingga

    menghasilkan potensial endplate miniature yang kecil. "alau

    sebuah akhir saraf mengalami depolarisasi akibat transmisi

    sebuah impuls saraf, proses ini akan membuka saluran ;a)@yang

    sensitive terhadap voltase listrik sehingga memungkinkan aliran

    masuk ;a)@ dari ruang sinaps ke terminal saraf. =on ;a)@ ini

    memerankan peranan yang esensial dalam eksositosis yangmelepaskan asitilkolin 8isi kurang lebih $)# vesikel9 ke dalam

    rongga sinaps.

    49 'setilkolin yang dilepaskan akan berdifusi dengan cepat melintasi

    celah sinaps ke dalam reseptor di dalam lipatan taut 8junctional

    fold9, merupakan bagian yang menonjol dari motor end plate

    yang mengandung reseptor asetilkolin 8';h>9 dengan kerapatan

    yang tinggi dan sangat rapat dengan terminal saraf. "alau )

    4

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    5/16

    molekul asetilkolin terikat pada sebuah reseptor, maka reseptor ini

    akan mengalami perubahan bentuk dengan membuka saluran

    dalam reseptor yang memungkinkan aliran kation melintasi

    membran. Masuknya ion a@ akan menimbulkan depolarisasi

    membran otot sehingga terbentuk potensial end plate. "eadaan ini

    selanjutnya akan menimbulkan depolarisasi membran otot di

    dekatnya dan terjadi potensial aksi yang ditransmisikan

    disepanjang serabut saraf sehingga timbul kontraksi otot.

    #9 "alau saluran tersebut menutup, asetilkolin akan terurai dan

    dihidrolisis oleh en&im asetilkolinesterase yang mengkatalisasi

    reaksi berikut?

    'setilkolin @ 3)C A 'setat @ "olin

    Dn&im yang penting ini terdapat dengan jumlah yang besar dalam

    lamina basalis rongga sinaps

    09 "olin didaur ulang ke dalam terminal saraf melalui mekanisme

    transport aktif di mana protein tersebut dapat digunakan kembali

    bagi sintesis asetilkolin.

    (etiap reseptor asetilkolin merupakan kompleks protein besar

    dengan saluran yang akan segera terbuka setelah melekatnya asetilkolin.

    "ompleks ini terdiri dari # protein subunit, yatiu ) protein alfa, dan

    masing-masing satu protein beta, delta, dan gamma. Melekatnya

    asetilkolin memungkinkan natrium dapat bergerak secara mudah mele!ati

    saluran tersebut, sehingga akan terjadi depolarisasi parsial dari membran

    post sinaptik. Peristi!a ini akan menyebabkan suatu perubahan potensialsetempat pada membran serat otot yang disebut excitatory postsynaptic

    potential8potensial lempeng akhir9. 'pabila pembukaan gerbang natrium

    telah mencukupi, maka akan terjadi suatu potensial aksi pada membran

    otot yang selanjutnya menyebabkan kontraksi otot

    II.#. Patofisiologi

    5

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    6/16

    Mekanisme imunogenik memegang peranan yang sangat penting

    pada patofisiologi miastenia gravis. Cbservasi klinik yang mendukung hal

    ini mencakup timbulnya kelainan autoimun yang terkait dengan pasien

    yang menderita miastenia gravis, misalnya autoimun tiroiditis, sistemik

    lupus eritematosus, arthritis rheumatoid, dan lain-lain7.

    (ejak tahun $:0%, telah didemonstrasikan bagaimana autoantibodi

    pada serum penderita miastenia gravis secara langsung mela!an

    konstituen pada otot. 3al inilah yang memegang peranan penting pada

    melemahnya otot penderita dengan miatenia gravis. *idak diragukan lagi,

    bah!a antibody pada reseptor nikotinik asetilkolin merupakan penyebab

    utama kelemahan otot pasien dengan miastenia gravis. 'utoantibodi

    terhadap asetilkolin reseptor 8anti-';h>s9, telah dideteksi pada serum

    :% pasien yang menderita acquired myasthenia gravis generalisata7.

    Mekanisme pasti tentang hilangnya toleransi imunologik terhadap

    reseptor asetilkolin pada penderita miastenia gravis belum sepenuhnya

    dapat dimengerti. Miastenia gravis dapat dikatakan sebagai Epenyakit

    terkait sel BF, dimana antibodi yang merupakan produk dari sel B justru

    mela!an reseptor asetilkolin. Peranan sel * pada patogenesis miastenia

    gravis mulai semakin menonjol. *imus merupakan organ sentral terhadap

    imunitas yang terkait dengan sel *. 'bnormalitas pada timus seperti

    hiperplasia timus atau thymoma, biasanya muncul lebih a!al pada pasien

    dengan gejala miastenik#,7.

    Pada pasien miastenia gravis, antibodi =gG dikomposisikan dalam

    berbagai subklas yang berbeda, dimana satu antibodi secara langsung

    mela!an area imunogenik utama pada subunit alfa. (ubunit alfa jugamerupakan binding site dari asetilkolin. =katan antibodi reseptor asetilkolin

    pada reseptor asetilkolin akan mengakibatkan terhalangnya transmisi

    neuromuskular melalui beberapa cara, antara lain ? ikatan silang reseptor

    asetilkolin terhadap antibodi anti-reseptor asetilkolin dan mengurangi

    jumlah reseptor asetilkolin pada neuromuscular junction dengan cara

    menghancurkan sambungan ikatan pada membran post sinaptik, sehingga

    6

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    7/16

    mengurangi area permukaan yang dapat digunakan untuk insersi reseptor-

    reseptor asetilkolin yang baru disintesis7.

    II.$. %anifestasi Klinis

    Miastenia gravis dikarakteristikkan melalui adanya kelemahan

    yang berfluktuasi pada otot rangka dan kelemahan ini akan meningkat

    apabila sedang beraktivitas. Penderita akan merasa ototnya sangat lemah

    pada siang hari dan kelemahan ini akan berkurang apabila penderita

    beristirahat4. Gejala klinis miastenia gravis antara lain4,#?

    "elemahan pada otot ekstraokular atau ptosis .Ptosis yang merupakan

    salah satu gejala kelumpuhan nervus okulomotorius, seing menjadi

    keluhan utama penderita miastenia gravis. alupun pada miastenia

    gravis otot levator palpebra jelas lumpuh, namun ada kalanya otot-otot

    okular masih bergerak normal. *etapi pada tahap lanjut kelumpuhan

    otot okular kedua belah sisi akan melengkapi ptosis miastenia gravis .

    "elemahan otot bulbar juga sering terjadi, diikuti dengan kelemahan

    pada fleksi dan ekstensi kepala4.

    "elemahan otot penderita semakin lama akan semakin memburuk.

    "elemahan tersebut akan menyebar mulai dari otot ocular, otot !ajah,

    otot leher, hingga ke otot ekstremitas4.

    (e!aktu-!aktu dapat pula timbul kelemahan dari otot masseter sehingga

    mulut penderita sukar untuk ditutup. (elain itu dapat pula timbul

    kelemahan dari otot faring, lidah, pallatum molle, dan laring sehingga

    timbullah kesukaran menelan dan berbicara. Paresis dari pallatum molle

    akan menimbulkan suara sengau. (elain itu bila penderita minum air,

    mungkin air itu dapat keluar dari hidungnya4.

    II.&. Klasifi!asi %iastenia '(a)is

    Menurut Myasthenia Gravis Foundation o !merica 8MG2'9,

    miastenia gravis dapat diklasifikasikan sebagai berikut?

    a. "las =

    7

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    8/16

    'danya kelemahan otot-otot okular, kelemahan pada saat menutup mata,

    dan kekuatan otot-otot lain normal.

    b. "las ==

    *erdapat kelemahan otot okular yang semakin parah, serta adanya

    kelemahan ringan pada otot-otot lain selain otot okular.

    c. "las ==a

    Mempengaruhi otot-otot aksial, anggota tubuh, atau keduanya. 1uga

    terdapat kelemahan otot-otot orofaringeal yang ringan.

    d. "las ==b

    Mempengaruhi otot-otot orofaringeal, otot pernapasan atau keduanya.

    "elemahan pada otot-otot anggota tubuh dan otot-otot aksial lebih ringan

    dibandingkan klas ==a.

    e. "las ===

    *erdapat kelemahan yang berat pada otot-otot okular. (edangkan otot-otot

    lain selain otot-otot ocular mengalami kelemahan tingkat sedang.

    f. "las ===a

    Mempengaruhi otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya

    secara predominan. *erdapat kelemahan otot orofaringeal yang ringan.

    g. "las ===b

    Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan, atau keduanya

    secara predominan. *erdapat kelemahan otot-otot anggota tubuh, otot-otot

    aksial, atau keduanya dalam derajat ringan.

    h. "las =H

    Ctot-otot lain selain otot-otot okular mengalami kelemahan dalam derajat

    yang berat, sedangkan otot-otot okular mengalami kelemahan dalamberbagai derajat.

    i. "las =Ha

    (ecara predominan mempengaruhi otot-otot anggota tubuh dan atau otot-

    otot aksial. Ctot orofaringeal mengalami kelemahan dalam derajat ringan.

    j. "las =Hb

    Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan atau keduanya

    secara predominan. (elain itu juga terdapat kelemahan pada otot-otot

    8

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    9/16

    anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya dengan derajat ringan.

    Penderita menggunakaneeding tubetanpa dilakukan intubasi.

    k. "las H

    Penderita terintubasi, dengan atau tanpa ventilasi mekanik.

    Biasanya gejala-gejala miastenia gravis sepeti ptosis dan strabismus tidak

    akan tampak pada !aktu pagi hari. i !aktu sore hari atau dalam cuaca

    panas, gejala-gejala itu akan tampak lebih jelas. Pada pemeriksaan, tonus

    otot tampaknya agak menurun

    Miastenia gravis juga dapat dikelompokkan secara lebih sederhana seperti

    diba!ah ini ?

    a. Miastenia gravis dengan ptosis atau diplopia ringan.

    b. Miastenia gravis dengan ptosis, diplopi, dan kelemahan otot-otot

    untuk untuk mengunyah, menelan, dan berbicara. Ctot-otot anggota

    tubuhpun dapat ikut menjadi lemah. Pernapasan tidak terganggu.

    c. Miastenia Gravis yang berlangsung secara cepat dengan kelemahan

    otot-otot okulobulbar. Pernapasan tidak terganggu. Penderita dapat

    meninggal dunia.

    II.*. Diagnosis %iastenia '(a)is

    a. Penega!an Diagnosis %iastenia '(a)is

    Pemeriksaan fisik yang cermat harus dilakukan untuk menegakkan

    diagnosis suatu miastenia gravis. "elemahan otot dapat muncul dalam

    berbagai derajat yang berbeda, biasanya menghinggapi bagian proksimal

    dari tubuh serta simetris di kedua anggota gerak kanan dan kiri. >efleks

    tendon biasanya masih ada dalam batas normal

    4,7

    .Miastenia gravis biasanya selalu disertai dengan adanya kelemahan

    pada otot !ajah. "elemahan otot !ajah bilateral akan menyebabkan

    timbulnya a mas"#li"e ace dengan adanya ptosis dan senyum yang

    hori&ontal.

    "elemahan otot bulbar juga sering terjadi pada penderita dengan

    miastenia gravis. Pada pemeriksaan fisik, terdapat kelemahan otot-otot

    palatum, yang menyebabkan suara penderita seperti berada di hidung

    9

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    10/16

    8nasal t$ang to the voice9 serta regurgitasi makanan terutama yang bersifat

    cair ke hidung penderita. (elain itu, penderita miastenia gravis akan

    mengalami kesulitan dalam mengunyah serta menelan makanan, sehingga

    dapat terjadi aspirasi cairan yang menyebabbkan penderita batuk dan

    tersedak saat minum. "elemahan otot-otot rahang pada miastenia gravis

    menyebakan penderita sulit untuk menutup mulutnya, sehingga dagu

    penderita harus terus ditopang dengan tangan. Ctot-otot leher juga

    mengalami kelemahan, sehingga terjadi gangguan pada saat fleksi serta

    ekstensi dari leher7.

    Ctot-otot anggota tubuh tertentu mengalami kelemahan lebih

    sering dibandingkan otot-otot anggota tubuh yang lain, dimana otot-otot

    anggota tubuh atas lebih sering mengalami kelemahan dibandingkan otot-

    otot anggota tubuh ba!ah. %eltoid serta fungsi ekstensi dari otot-otot

    pergelangan tangan serta jari-jari tangan sering kali mengalami kelemahan.

    Ctot trisep lebih sering terpengaruh dibandingkan otot bisep. Pada

    ekstremitas ba!ah, sering kali terjadi kelemahan saat melakukan fleksi

    panggul, serta melakukan dorsofleksi jari-jari kaki dibandingkan dengan

    melakukan plantarfleksi jari-jari kaki7

    .

    "elemahan otot-otot pernapasan dapat dapat menyebabkan gagal

    napas akut, dimana hal ini merupakan suatu keadaan ga!at darurat dan

    tindakan intubasi cepat sangat diperlukan. "elemahan otot-otot interkostal

    serta diafragma dapat menyebabkan retensi karbondioksida sehingga akan

    berakibat terjadinya hipoventilasi. "elemahan otot-otot faring dapat

    menyebabkan kolapsnya saluran napas atas, penga!asan yang ketat

    terhadap fungsi respirasi pada pasien miastenia gravis fase akut sangatdiperlukan7.

    Biasanya kelemahan otot-otot ekstraokular terjadi secara asimetris.

    "elemahan sering kali mempengaruhi lebih dari satu otot ekstraokular, dan

    tidak hanya terbatas pada otot yang diinervasi oleh satu nervus cranialis.

    3al ini merupakan tanda yang sangat penting untuk mendiagnosis suatu

    miastenia gravis. "elemahan pada muskulus rektus lateralis dan medialis

    akan menyebabkan terjadinya suatu pseudointernuclear ophthalmoplegia,

    10

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    11/16

    yang ditandai dengan terbatasnya kemampuan adduksi salah satu mata

    yang disertai nistagmus pada mata yang melakukan abduksi7.

    ". Peme(i!saan Pen+nang +nt+! Diagnosis Pasti#,*

    $ Pemeriksaan 'b negatif 8miastenia gravis seronegarif9, menunjukkan

    hasil yang positif untuk anti-Mu(" 'b.

    !ntistriational antibodies

    alam serum beberapa pasien dengan miastenia gravis menunjukkan

    adanya antibody yang berikatan dalam pola cross#striational pada

    otot rangka dan otot jantung penderita. 'ntibodi ini bereaksi dengan

    epitop pada reseptor protein titin dan ryanodine 8>y>9. 'ntibody ini

    selalu dikaitkan dengan pasien thymoma dengan miastenia gravis

    pada usia muda. *erdeteksinya titin5>y> antibody merupakan suatu

    kecurigaaan yang kuat akan adanya thymoma pada pasien muda

    dengan miastenia gravis.

    11

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    12/16

    ) =maging

    a. &hest x#ray8foto roentgen thorak9

    apat dilakukan dalam posisi anteroposterior dan lateral. Pada

    roentgen thorak, thymoma dapat diidentifikasi sebagai suatu massa

    pada bagian anterior mediastinum.

    b. 3asil roentgen yang negatif belum tentu dapat menyingkirkan

    adanya thymoma ukuran kecil, sehingga terkadang perlu dilakukan

    chest &t#scan untuk mengidentifikasi thymoma pada semua kasus

    miastenia gravis, terutama pada penderita dengan usia tua.

    c. M>= pada otak dan orbita sebaiknya tidak digunakan sebagai pemeriksaan

    rutin. M>= dapat digunakan apabila diagnosis miastenia gravis tidak

    dapat ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang lainnya dan untuk

    mencari penyebab defisit pada saraf otak.

    6 Pendekatan Dlektrodiagnostik

    Pendekatan elektrodiagnostik dapat memperlihatkan defek pada

    transmisi neuromuscular melalui ) teknik ?

    i. 'epetitive erve )timulation8>(9

    Pada penderita miastenia gravis terdapat penurunan jumlah reseptor

    asetilkolin, sehingga pada >( tidak terdapat adanya suatu

    potensial aksi.

    ii. )ingle#iber -lectromyography8(2DMG9

    Menggunakan jarumsingle#iber, yang memiliki permukaan kecil untuk

    merekam serat otot penderita. (2DMG dapat mendeteksi suatu

    jitter 8variabilitas pada interval interpotensial diantara ) atau lebih

    serat otot tunggal pada motor unit yang sama9 dan suatu iberdensity 8jumlah potensial aksi dari serat otot tunggal yang dapat

    direkam oleh jarum perekam9. (2DMG mendeteksi adanya defek

    transmisi pada neuromuscular iber berupa peningkatan jitter dan

    iber density yang normal.

    II.-. Diagnosis Banding

    Beberapa diagnosis banding untuk menegakkan diagnosis miastenia gravis,

    antara lain7?

    12

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    13/16

    - 'danya ptosis atau strabismus dapat juga disebabkan oleh lesi nervus ===

    pada beberapa penyakit elain miastenia gravis, antara lain ?

    Meningitis basalis 8tuberkulosa atau luetika9

    =nfiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring

    'neurisma di sirkulus arteriosus illisii

    Paralisis pasca difteri

    Pseudoptosis pada trachoma

    'pabila terdapat suatu diplopia yang transient maka

    kemungkinan adanya suatu sklerosis multipleks.

    (indrom Daton-

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    14/16

    apat diberikan piridostigmin 6%-$)% mg per oral tiap 6 jam atau

    neostigmin bromida $#-4# mg per oral tiap 6 jam. Piridostigmin

    biasanya bereaksi secara lambat. *erapi kombinasi tidak menunjukkan

    hasil yang menyolok. 'pabila diperlukan, neostigmin metilsulfat dapat

    diberikan secara subkutan atau intramuskularis 8$# mg per oral setara

    dengan $ mg subkutan5intramuskularis9, didahului dengan pemberian

    atropin %,#-$,% mg. eostigmin dapat menginaktifkan atau

    menghancurkan kolinesterase sehingga asetilkolin tidak segera

    dihancurkan. 'kibatnya aktifitas otot dapat dipulihkan mendekati

    normal, sedikitnya 7%-:% dari kekuatan dan daya tahan semula.

    Pemberian antikolinesterase akan sangat bermanfaat pada miastenia

    gravis golongan ==' dan ==B. Dfek samping pemberian antikolinesterase

    disebabkan oleh stimulasi parasimpatis,termasuk konstriksi pupil, kolik,

    diare, salivasi berkebihan, berkeringat, lakrimasi, dan sekresi bronkial

    berlebihan. Dfek samping gastro intestinal 8efek samping muskarinik9

    berupa kram atau diare dapat diatasi dengan pemberian propantelin

    bromida atau atropin. Penting sekali bagi pasien-pasien untuk

    menyadari bah!a gejala-gejala ini merupakan tanda terlalu banyak obat

    yang diminum, sehingga dosis berikutnya harus dikurangi untuk

    menghindari krisis kolinergik. "arena neostigmin cenderung paling

    mudah menimbulkan efek muskarinik, maka obat ini dapat diberikan

    lebih dulu agar pasien mengerti bagaimana sesungguhnya efek smping

    tersebut.

    ". (teroid

    i antara preparat steroid, prednisolon paling sesuai untuk miastenia

    gravis, dan diberikan sekali sehari secara selang-seling 8alternate days9

    untuk menghindari efek samping. osis a!alnya harus kecil 8$% mg9

    dan dinaikkan secara bertahap 8#-$% mg5minggu9 untuk menghindari

    eksaserbasi sebagaimana halnya apabila obat dimulai dengan dosis

    tinggi. Peningkatan dosis sampai gejala-gejala terkontrol atau dosis

    mencapai $)% mg secara selang-seling. Pada kasus yang berat,

    14

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    15/16

    prednisolon dapat diberikan dengan dosis a!al yang tinggi, setiap hari,

    dengan memperhatikan efek samping yang mungkin ada. 3al ini untuk

    dapat segera memperoleh perbaikan klinis. isarankan agar diberi

    tambahan preparat kalium. 'pabila sudah ada perbaikan klinis maka

    dosis diturunkan secara perlahan-lahan 8# mg5bulan9 dengan tujuan

    memperoleh dosis minimal yang efektif. Perubahan pemberian

    prednisolon secara mendadak harus dihindari.

    /. '&atioprin

    '&atioprin merupakan suatu obat imunosupresif, juga memberikan hasil

    yang baik, efek sampingnya sedikit jika dibandingkan dengan steroid

    dan terutama berupa gangguan saluran cerna,peningkatan en&im hati,

    dan leukopenia. Cbat ini diberikan dengan dosis ),# mg5kg BB selama

    7 minggu pertama. (etiap minggu harus dilakukan pemeriksaan darah

    lengkap dan fungsi hati. (esudah itu pemeriksaan laboratorium

    dikerjakan setiap bulan sekali. Pemberian prednisolon bersama-sama

    dengan a&atioprin sangat dianjurkan.

    d. *imektomi

    Pada penderita tertentu perlu dilakukan timektomi. Pera!atan pasca

    operasi dan kontrol jalan napas harus benar-benar diperhatikan.

    Melemahnya penderita beberapa hari pasca operasi dan tidak

    bermanfaatnya pemberian antikolinesterase sering kali merupakan tanda

    adanya infeksi paru-paru. 3al ini harus segera diatasi dengan fisioterapi

    dan antibiotik.

    e. Plasmaferesis

    *iap hari dilakukan penggantian plasma sebanyak 6-7 kali dengan dosis

    #% ml5kg BB. ;ara ini akan memberikan perbaikan yang jelas dalam

    !aktu singkat. Plasmaferesis bila dikombinasikan dengan pemberian

    obat imusupresan akan sangat bermanfaat bagi kasus yang berat.

    15

  • 7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro

    16/16

    amun demikian belum ada bukti yang jelas bah!a terapi demikian ini

    dapat memberi hasil yang baik sehingga penderita mampu hidup atau

    tinggal di rumah. Plasmaferesis mungkin efektif padakrisi miastenik

    karena kemampuannya untuk membuang antibodi pada reseptor

    asetilkolin, tetapi tidak bermanfaat pada penanganan kasus kronik.

    16