Upload
silmikaaffah
View
237
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
1/16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh
suatu kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang
dipergunakan secara terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat
beraktivitas4.
Bila penderita beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan otot
akan pulih kembali. Penyakit ini timbul karena adanya gangguan dari
synaptic transmission atau pada neuromuscular junction,2,4.
II.2. Epidemiologi
Myasthenia Gravis dapat dikatakan sebagai penyakit yang masih
jarang ditemukan. mumnya menyerang !anita de!asa muda dan pria tua.
Penyakit ini bukan suatu penyakit turunan ataupun jenis penyakit yang bisa
menular. "asus MG adalah #-$% kasus per $ juta populasi per tahun, yang
mengakibatkan kela&iman di 'merika (erikat sekitar )#.%%% kasus. MG
betul-betul dipertimbangkan sebagai penyakit yang jarang, artinya MG
kelihatannya menyerang dengan sembarangan dan tanpa disengaja dan tidak
dalam hubungan keluarga. *idak ada kela&iman rasial, tapi orang-orang
yang terkena MG pada usia + 4% tahun, % nya adalah !anita. ang / 4%
tahun, 0% nya adalah pria. Pola ini sering disimpulkan dengan
menyebutkan bah!a MG adalah penyakit !anita muda dan pria tua. Pada
pasien yang mengalami MG sebagai akibat karena memiliki thymoma, tidak
ada kela&iman usia dan jenis kelamin#.
Menurut 1ames 2.3o!ard, 1r, M., kela&iman dari Myasthenia
Gravis di 'merika (erikat diperkirakan sekitar $45$%%.%%% populasi, kira-
kira 60.%%% kasus. *etapi Myasthenia Gravis diba!ah diagnosa dan
kela&iman, mungkin lebih tinggi. (ebelum dipelajari, terlihat bah!a !anita
lebih sering terserang disbanding pria. sia yang paling umum terserang
1
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
2/16
adalah pada usia )% dan 6%-an pada !anita dan % dan 7%-an pada pria.
Berdasarkan populasi umur, rata-rata usia yang terserang meningkat, dan
sekarang pria lebih sering terserang dibanding !anita, dan permulaan
munculnya tanda-tanda biasanya setelah usia #%#.
Pada Myasthenia bayi, janin mungkin memperolah protein imun
8antibodi9 dari ibu yang terkena Myasthenia Gravis. mumnya, kasus-kasus
dari Myasthenia bayi adalah sementara dan gejala-gejala anak-anak
umumnya hilang dalam beberapa minggu setelah kelahiran. Myasthenia
Gravis tidak secara langsung di!arisi ataupun menular. 'dakalanya,
penyakit ini mungkin terjadi pada lebih dari satu orang dalam keluarga yangsama#.
II.3. Anatomi, isiologis dan Bio!imiaNeuromuscular Junction
a. AnatomiNeuromuscular Junction
(ebelum memahami tentang miastenia gravis, pengetahuan
tentang anatomi dan fungsi normal dari neuromuscular junction
sangatlah penting. *iap-tiap serat saraf secara normal bercabang
beberapa kali dan merangsang tiga hingga beberapa ratus serat otot
rangka. jung-ujung saraf membuat suatu sambungan yang disebut
neuromuscular junctionatau sambungan neuromuskular:.
2
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
3/16
Bagian terminal dari saraf motorik melebar pada bagian
akhirnya yang disebut terminal bulb, yang terbentang diantara celah-
celah yang terdapat di sepanjang serat saraf. Membran presinaptik
8membran saraf9, membran post sinaptik 8membran otot9, dan celah
sinaps merupakan bagian-bagian pembentuk neuromuscular junction9.
". isiologi dan Bio!imiaNeuromuscular Junction
;elah sinaps merupakan jarak antara membran presinaptik dan
membran post sinaptik.
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
4/16
kalsium ini kemudian diduga mempunyai pengaruh tarikan terhadap
vesikel asetilkolin. Beberapa vesikel akan bersatu ke membran saraf dan
mengeluarkan asetilkolinnya ke dalam celah sinaps. 'setilkolin yang
dilepaskan berdifusi sepanjang sinaps dan berikatan dengan reseptor
asetilkolin 8';h>s9 pada membran post sinaptik0,:.
(ecara biokimia!i keseluruhan proses pada neuromuscular
junctiondianggap berlangsung dalam 0 tahap, yaitu0?
$9 (intesis asetil kolin terjadi dalam sitosol terminal saraf dengan
menggunakan en&im kolin asetiltransferase yang mengkatalisasi
reaksi berikut ini? 'setil-"o' @ "olin A 'setilkolin @ "o'
)9 'setilkolin kemudian disatukan ke dalam partikel kecil terikat-
membran yang disebut vesikel sinap dan disimpan di dalam
vesikel ini.
69 Pelepasan asetilkolin dari vesikel ke dalam celah sinaps
merupakan tahap berikutnya. Peristi!a ini terjadi melalui
eksositosis yang melibatkan fusi vesikel dengan membran
presinaptik. alam keadaan istirahat, kuanta tunggal 8sekitar
$%.%%% molekul transmitter yang mungkin sesuai dengan isi satu
vesikel sinaps9 akan dilepaskan secara spontan sehingga
menghasilkan potensial endplate miniature yang kecil. "alau
sebuah akhir saraf mengalami depolarisasi akibat transmisi
sebuah impuls saraf, proses ini akan membuka saluran ;a)@yang
sensitive terhadap voltase listrik sehingga memungkinkan aliran
masuk ;a)@ dari ruang sinaps ke terminal saraf. =on ;a)@ ini
memerankan peranan yang esensial dalam eksositosis yangmelepaskan asitilkolin 8isi kurang lebih $)# vesikel9 ke dalam
rongga sinaps.
49 'setilkolin yang dilepaskan akan berdifusi dengan cepat melintasi
celah sinaps ke dalam reseptor di dalam lipatan taut 8junctional
fold9, merupakan bagian yang menonjol dari motor end plate
yang mengandung reseptor asetilkolin 8';h>9 dengan kerapatan
yang tinggi dan sangat rapat dengan terminal saraf. "alau )
4
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
5/16
molekul asetilkolin terikat pada sebuah reseptor, maka reseptor ini
akan mengalami perubahan bentuk dengan membuka saluran
dalam reseptor yang memungkinkan aliran kation melintasi
membran. Masuknya ion a@ akan menimbulkan depolarisasi
membran otot sehingga terbentuk potensial end plate. "eadaan ini
selanjutnya akan menimbulkan depolarisasi membran otot di
dekatnya dan terjadi potensial aksi yang ditransmisikan
disepanjang serabut saraf sehingga timbul kontraksi otot.
#9 "alau saluran tersebut menutup, asetilkolin akan terurai dan
dihidrolisis oleh en&im asetilkolinesterase yang mengkatalisasi
reaksi berikut?
'setilkolin @ 3)C A 'setat @ "olin
Dn&im yang penting ini terdapat dengan jumlah yang besar dalam
lamina basalis rongga sinaps
09 "olin didaur ulang ke dalam terminal saraf melalui mekanisme
transport aktif di mana protein tersebut dapat digunakan kembali
bagi sintesis asetilkolin.
(etiap reseptor asetilkolin merupakan kompleks protein besar
dengan saluran yang akan segera terbuka setelah melekatnya asetilkolin.
"ompleks ini terdiri dari # protein subunit, yatiu ) protein alfa, dan
masing-masing satu protein beta, delta, dan gamma. Melekatnya
asetilkolin memungkinkan natrium dapat bergerak secara mudah mele!ati
saluran tersebut, sehingga akan terjadi depolarisasi parsial dari membran
post sinaptik. Peristi!a ini akan menyebabkan suatu perubahan potensialsetempat pada membran serat otot yang disebut excitatory postsynaptic
potential8potensial lempeng akhir9. 'pabila pembukaan gerbang natrium
telah mencukupi, maka akan terjadi suatu potensial aksi pada membran
otot yang selanjutnya menyebabkan kontraksi otot
II.#. Patofisiologi
5
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
6/16
Mekanisme imunogenik memegang peranan yang sangat penting
pada patofisiologi miastenia gravis. Cbservasi klinik yang mendukung hal
ini mencakup timbulnya kelainan autoimun yang terkait dengan pasien
yang menderita miastenia gravis, misalnya autoimun tiroiditis, sistemik
lupus eritematosus, arthritis rheumatoid, dan lain-lain7.
(ejak tahun $:0%, telah didemonstrasikan bagaimana autoantibodi
pada serum penderita miastenia gravis secara langsung mela!an
konstituen pada otot. 3al inilah yang memegang peranan penting pada
melemahnya otot penderita dengan miatenia gravis. *idak diragukan lagi,
bah!a antibody pada reseptor nikotinik asetilkolin merupakan penyebab
utama kelemahan otot pasien dengan miastenia gravis. 'utoantibodi
terhadap asetilkolin reseptor 8anti-';h>s9, telah dideteksi pada serum
:% pasien yang menderita acquired myasthenia gravis generalisata7.
Mekanisme pasti tentang hilangnya toleransi imunologik terhadap
reseptor asetilkolin pada penderita miastenia gravis belum sepenuhnya
dapat dimengerti. Miastenia gravis dapat dikatakan sebagai Epenyakit
terkait sel BF, dimana antibodi yang merupakan produk dari sel B justru
mela!an reseptor asetilkolin. Peranan sel * pada patogenesis miastenia
gravis mulai semakin menonjol. *imus merupakan organ sentral terhadap
imunitas yang terkait dengan sel *. 'bnormalitas pada timus seperti
hiperplasia timus atau thymoma, biasanya muncul lebih a!al pada pasien
dengan gejala miastenik#,7.
Pada pasien miastenia gravis, antibodi =gG dikomposisikan dalam
berbagai subklas yang berbeda, dimana satu antibodi secara langsung
mela!an area imunogenik utama pada subunit alfa. (ubunit alfa jugamerupakan binding site dari asetilkolin. =katan antibodi reseptor asetilkolin
pada reseptor asetilkolin akan mengakibatkan terhalangnya transmisi
neuromuskular melalui beberapa cara, antara lain ? ikatan silang reseptor
asetilkolin terhadap antibodi anti-reseptor asetilkolin dan mengurangi
jumlah reseptor asetilkolin pada neuromuscular junction dengan cara
menghancurkan sambungan ikatan pada membran post sinaptik, sehingga
6
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
7/16
mengurangi area permukaan yang dapat digunakan untuk insersi reseptor-
reseptor asetilkolin yang baru disintesis7.
II.$. %anifestasi Klinis
Miastenia gravis dikarakteristikkan melalui adanya kelemahan
yang berfluktuasi pada otot rangka dan kelemahan ini akan meningkat
apabila sedang beraktivitas. Penderita akan merasa ototnya sangat lemah
pada siang hari dan kelemahan ini akan berkurang apabila penderita
beristirahat4. Gejala klinis miastenia gravis antara lain4,#?
"elemahan pada otot ekstraokular atau ptosis .Ptosis yang merupakan
salah satu gejala kelumpuhan nervus okulomotorius, seing menjadi
keluhan utama penderita miastenia gravis. alupun pada miastenia
gravis otot levator palpebra jelas lumpuh, namun ada kalanya otot-otot
okular masih bergerak normal. *etapi pada tahap lanjut kelumpuhan
otot okular kedua belah sisi akan melengkapi ptosis miastenia gravis .
"elemahan otot bulbar juga sering terjadi, diikuti dengan kelemahan
pada fleksi dan ekstensi kepala4.
"elemahan otot penderita semakin lama akan semakin memburuk.
"elemahan tersebut akan menyebar mulai dari otot ocular, otot !ajah,
otot leher, hingga ke otot ekstremitas4.
(e!aktu-!aktu dapat pula timbul kelemahan dari otot masseter sehingga
mulut penderita sukar untuk ditutup. (elain itu dapat pula timbul
kelemahan dari otot faring, lidah, pallatum molle, dan laring sehingga
timbullah kesukaran menelan dan berbicara. Paresis dari pallatum molle
akan menimbulkan suara sengau. (elain itu bila penderita minum air,
mungkin air itu dapat keluar dari hidungnya4.
II.&. Klasifi!asi %iastenia '(a)is
Menurut Myasthenia Gravis Foundation o !merica 8MG2'9,
miastenia gravis dapat diklasifikasikan sebagai berikut?
a. "las =
7
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
8/16
'danya kelemahan otot-otot okular, kelemahan pada saat menutup mata,
dan kekuatan otot-otot lain normal.
b. "las ==
*erdapat kelemahan otot okular yang semakin parah, serta adanya
kelemahan ringan pada otot-otot lain selain otot okular.
c. "las ==a
Mempengaruhi otot-otot aksial, anggota tubuh, atau keduanya. 1uga
terdapat kelemahan otot-otot orofaringeal yang ringan.
d. "las ==b
Mempengaruhi otot-otot orofaringeal, otot pernapasan atau keduanya.
"elemahan pada otot-otot anggota tubuh dan otot-otot aksial lebih ringan
dibandingkan klas ==a.
e. "las ===
*erdapat kelemahan yang berat pada otot-otot okular. (edangkan otot-otot
lain selain otot-otot ocular mengalami kelemahan tingkat sedang.
f. "las ===a
Mempengaruhi otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya
secara predominan. *erdapat kelemahan otot orofaringeal yang ringan.
g. "las ===b
Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan, atau keduanya
secara predominan. *erdapat kelemahan otot-otot anggota tubuh, otot-otot
aksial, atau keduanya dalam derajat ringan.
h. "las =H
Ctot-otot lain selain otot-otot okular mengalami kelemahan dalam derajat
yang berat, sedangkan otot-otot okular mengalami kelemahan dalamberbagai derajat.
i. "las =Ha
(ecara predominan mempengaruhi otot-otot anggota tubuh dan atau otot-
otot aksial. Ctot orofaringeal mengalami kelemahan dalam derajat ringan.
j. "las =Hb
Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan atau keduanya
secara predominan. (elain itu juga terdapat kelemahan pada otot-otot
8
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
9/16
anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya dengan derajat ringan.
Penderita menggunakaneeding tubetanpa dilakukan intubasi.
k. "las H
Penderita terintubasi, dengan atau tanpa ventilasi mekanik.
Biasanya gejala-gejala miastenia gravis sepeti ptosis dan strabismus tidak
akan tampak pada !aktu pagi hari. i !aktu sore hari atau dalam cuaca
panas, gejala-gejala itu akan tampak lebih jelas. Pada pemeriksaan, tonus
otot tampaknya agak menurun
Miastenia gravis juga dapat dikelompokkan secara lebih sederhana seperti
diba!ah ini ?
a. Miastenia gravis dengan ptosis atau diplopia ringan.
b. Miastenia gravis dengan ptosis, diplopi, dan kelemahan otot-otot
untuk untuk mengunyah, menelan, dan berbicara. Ctot-otot anggota
tubuhpun dapat ikut menjadi lemah. Pernapasan tidak terganggu.
c. Miastenia Gravis yang berlangsung secara cepat dengan kelemahan
otot-otot okulobulbar. Pernapasan tidak terganggu. Penderita dapat
meninggal dunia.
II.*. Diagnosis %iastenia '(a)is
a. Penega!an Diagnosis %iastenia '(a)is
Pemeriksaan fisik yang cermat harus dilakukan untuk menegakkan
diagnosis suatu miastenia gravis. "elemahan otot dapat muncul dalam
berbagai derajat yang berbeda, biasanya menghinggapi bagian proksimal
dari tubuh serta simetris di kedua anggota gerak kanan dan kiri. >efleks
tendon biasanya masih ada dalam batas normal
4,7
.Miastenia gravis biasanya selalu disertai dengan adanya kelemahan
pada otot !ajah. "elemahan otot !ajah bilateral akan menyebabkan
timbulnya a mas"#li"e ace dengan adanya ptosis dan senyum yang
hori&ontal.
"elemahan otot bulbar juga sering terjadi pada penderita dengan
miastenia gravis. Pada pemeriksaan fisik, terdapat kelemahan otot-otot
palatum, yang menyebabkan suara penderita seperti berada di hidung
9
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
10/16
8nasal t$ang to the voice9 serta regurgitasi makanan terutama yang bersifat
cair ke hidung penderita. (elain itu, penderita miastenia gravis akan
mengalami kesulitan dalam mengunyah serta menelan makanan, sehingga
dapat terjadi aspirasi cairan yang menyebabbkan penderita batuk dan
tersedak saat minum. "elemahan otot-otot rahang pada miastenia gravis
menyebakan penderita sulit untuk menutup mulutnya, sehingga dagu
penderita harus terus ditopang dengan tangan. Ctot-otot leher juga
mengalami kelemahan, sehingga terjadi gangguan pada saat fleksi serta
ekstensi dari leher7.
Ctot-otot anggota tubuh tertentu mengalami kelemahan lebih
sering dibandingkan otot-otot anggota tubuh yang lain, dimana otot-otot
anggota tubuh atas lebih sering mengalami kelemahan dibandingkan otot-
otot anggota tubuh ba!ah. %eltoid serta fungsi ekstensi dari otot-otot
pergelangan tangan serta jari-jari tangan sering kali mengalami kelemahan.
Ctot trisep lebih sering terpengaruh dibandingkan otot bisep. Pada
ekstremitas ba!ah, sering kali terjadi kelemahan saat melakukan fleksi
panggul, serta melakukan dorsofleksi jari-jari kaki dibandingkan dengan
melakukan plantarfleksi jari-jari kaki7
.
"elemahan otot-otot pernapasan dapat dapat menyebabkan gagal
napas akut, dimana hal ini merupakan suatu keadaan ga!at darurat dan
tindakan intubasi cepat sangat diperlukan. "elemahan otot-otot interkostal
serta diafragma dapat menyebabkan retensi karbondioksida sehingga akan
berakibat terjadinya hipoventilasi. "elemahan otot-otot faring dapat
menyebabkan kolapsnya saluran napas atas, penga!asan yang ketat
terhadap fungsi respirasi pada pasien miastenia gravis fase akut sangatdiperlukan7.
Biasanya kelemahan otot-otot ekstraokular terjadi secara asimetris.
"elemahan sering kali mempengaruhi lebih dari satu otot ekstraokular, dan
tidak hanya terbatas pada otot yang diinervasi oleh satu nervus cranialis.
3al ini merupakan tanda yang sangat penting untuk mendiagnosis suatu
miastenia gravis. "elemahan pada muskulus rektus lateralis dan medialis
akan menyebabkan terjadinya suatu pseudointernuclear ophthalmoplegia,
10
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
11/16
yang ditandai dengan terbatasnya kemampuan adduksi salah satu mata
yang disertai nistagmus pada mata yang melakukan abduksi7.
". Peme(i!saan Pen+nang +nt+! Diagnosis Pasti#,*
$ Pemeriksaan 'b negatif 8miastenia gravis seronegarif9, menunjukkan
hasil yang positif untuk anti-Mu(" 'b.
!ntistriational antibodies
alam serum beberapa pasien dengan miastenia gravis menunjukkan
adanya antibody yang berikatan dalam pola cross#striational pada
otot rangka dan otot jantung penderita. 'ntibodi ini bereaksi dengan
epitop pada reseptor protein titin dan ryanodine 8>y>9. 'ntibody ini
selalu dikaitkan dengan pasien thymoma dengan miastenia gravis
pada usia muda. *erdeteksinya titin5>y> antibody merupakan suatu
kecurigaaan yang kuat akan adanya thymoma pada pasien muda
dengan miastenia gravis.
11
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
12/16
) =maging
a. &hest x#ray8foto roentgen thorak9
apat dilakukan dalam posisi anteroposterior dan lateral. Pada
roentgen thorak, thymoma dapat diidentifikasi sebagai suatu massa
pada bagian anterior mediastinum.
b. 3asil roentgen yang negatif belum tentu dapat menyingkirkan
adanya thymoma ukuran kecil, sehingga terkadang perlu dilakukan
chest &t#scan untuk mengidentifikasi thymoma pada semua kasus
miastenia gravis, terutama pada penderita dengan usia tua.
c. M>= pada otak dan orbita sebaiknya tidak digunakan sebagai pemeriksaan
rutin. M>= dapat digunakan apabila diagnosis miastenia gravis tidak
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang lainnya dan untuk
mencari penyebab defisit pada saraf otak.
6 Pendekatan Dlektrodiagnostik
Pendekatan elektrodiagnostik dapat memperlihatkan defek pada
transmisi neuromuscular melalui ) teknik ?
i. 'epetitive erve )timulation8>(9
Pada penderita miastenia gravis terdapat penurunan jumlah reseptor
asetilkolin, sehingga pada >( tidak terdapat adanya suatu
potensial aksi.
ii. )ingle#iber -lectromyography8(2DMG9
Menggunakan jarumsingle#iber, yang memiliki permukaan kecil untuk
merekam serat otot penderita. (2DMG dapat mendeteksi suatu
jitter 8variabilitas pada interval interpotensial diantara ) atau lebih
serat otot tunggal pada motor unit yang sama9 dan suatu iberdensity 8jumlah potensial aksi dari serat otot tunggal yang dapat
direkam oleh jarum perekam9. (2DMG mendeteksi adanya defek
transmisi pada neuromuscular iber berupa peningkatan jitter dan
iber density yang normal.
II.-. Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding untuk menegakkan diagnosis miastenia gravis,
antara lain7?
12
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
13/16
- 'danya ptosis atau strabismus dapat juga disebabkan oleh lesi nervus ===
pada beberapa penyakit elain miastenia gravis, antara lain ?
Meningitis basalis 8tuberkulosa atau luetika9
=nfiltrasi karsinoma anaplastik dari nasofaring
'neurisma di sirkulus arteriosus illisii
Paralisis pasca difteri
Pseudoptosis pada trachoma
'pabila terdapat suatu diplopia yang transient maka
kemungkinan adanya suatu sklerosis multipleks.
(indrom Daton-
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
14/16
apat diberikan piridostigmin 6%-$)% mg per oral tiap 6 jam atau
neostigmin bromida $#-4# mg per oral tiap 6 jam. Piridostigmin
biasanya bereaksi secara lambat. *erapi kombinasi tidak menunjukkan
hasil yang menyolok. 'pabila diperlukan, neostigmin metilsulfat dapat
diberikan secara subkutan atau intramuskularis 8$# mg per oral setara
dengan $ mg subkutan5intramuskularis9, didahului dengan pemberian
atropin %,#-$,% mg. eostigmin dapat menginaktifkan atau
menghancurkan kolinesterase sehingga asetilkolin tidak segera
dihancurkan. 'kibatnya aktifitas otot dapat dipulihkan mendekati
normal, sedikitnya 7%-:% dari kekuatan dan daya tahan semula.
Pemberian antikolinesterase akan sangat bermanfaat pada miastenia
gravis golongan ==' dan ==B. Dfek samping pemberian antikolinesterase
disebabkan oleh stimulasi parasimpatis,termasuk konstriksi pupil, kolik,
diare, salivasi berkebihan, berkeringat, lakrimasi, dan sekresi bronkial
berlebihan. Dfek samping gastro intestinal 8efek samping muskarinik9
berupa kram atau diare dapat diatasi dengan pemberian propantelin
bromida atau atropin. Penting sekali bagi pasien-pasien untuk
menyadari bah!a gejala-gejala ini merupakan tanda terlalu banyak obat
yang diminum, sehingga dosis berikutnya harus dikurangi untuk
menghindari krisis kolinergik. "arena neostigmin cenderung paling
mudah menimbulkan efek muskarinik, maka obat ini dapat diberikan
lebih dulu agar pasien mengerti bagaimana sesungguhnya efek smping
tersebut.
". (teroid
i antara preparat steroid, prednisolon paling sesuai untuk miastenia
gravis, dan diberikan sekali sehari secara selang-seling 8alternate days9
untuk menghindari efek samping. osis a!alnya harus kecil 8$% mg9
dan dinaikkan secara bertahap 8#-$% mg5minggu9 untuk menghindari
eksaserbasi sebagaimana halnya apabila obat dimulai dengan dosis
tinggi. Peningkatan dosis sampai gejala-gejala terkontrol atau dosis
mencapai $)% mg secara selang-seling. Pada kasus yang berat,
14
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
15/16
prednisolon dapat diberikan dengan dosis a!al yang tinggi, setiap hari,
dengan memperhatikan efek samping yang mungkin ada. 3al ini untuk
dapat segera memperoleh perbaikan klinis. isarankan agar diberi
tambahan preparat kalium. 'pabila sudah ada perbaikan klinis maka
dosis diturunkan secara perlahan-lahan 8# mg5bulan9 dengan tujuan
memperoleh dosis minimal yang efektif. Perubahan pemberian
prednisolon secara mendadak harus dihindari.
/. '&atioprin
'&atioprin merupakan suatu obat imunosupresif, juga memberikan hasil
yang baik, efek sampingnya sedikit jika dibandingkan dengan steroid
dan terutama berupa gangguan saluran cerna,peningkatan en&im hati,
dan leukopenia. Cbat ini diberikan dengan dosis ),# mg5kg BB selama
7 minggu pertama. (etiap minggu harus dilakukan pemeriksaan darah
lengkap dan fungsi hati. (esudah itu pemeriksaan laboratorium
dikerjakan setiap bulan sekali. Pemberian prednisolon bersama-sama
dengan a&atioprin sangat dianjurkan.
d. *imektomi
Pada penderita tertentu perlu dilakukan timektomi. Pera!atan pasca
operasi dan kontrol jalan napas harus benar-benar diperhatikan.
Melemahnya penderita beberapa hari pasca operasi dan tidak
bermanfaatnya pemberian antikolinesterase sering kali merupakan tanda
adanya infeksi paru-paru. 3al ini harus segera diatasi dengan fisioterapi
dan antibiotik.
e. Plasmaferesis
*iap hari dilakukan penggantian plasma sebanyak 6-7 kali dengan dosis
#% ml5kg BB. ;ara ini akan memberikan perbaikan yang jelas dalam
!aktu singkat. Plasmaferesis bila dikombinasikan dengan pemberian
obat imusupresan akan sangat bermanfaat bagi kasus yang berat.
15
7/25/2019 BAB II Laporan Kasus Neuro
16/16
amun demikian belum ada bukti yang jelas bah!a terapi demikian ini
dapat memberi hasil yang baik sehingga penderita mampu hidup atau
tinggal di rumah. Plasmaferesis mungkin efektif padakrisi miastenik
karena kemampuannya untuk membuang antibodi pada reseptor
asetilkolin, tetapi tidak bermanfaat pada penanganan kasus kronik.
16