43
LAKI-LAKI 43 TAHUN DENGAN STENOSIS AORTA BERAT I. Identitas Pasien Nama : Tn. MD Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 43 tahun Alamat : Sendang Mulia Sari Konawe Pekerjaan : Petani Status perkawinan : Menikah MRS : 07 Juli 2014 (19:36) MR : 718346 Perawatan : CVCU Bed 1 II. Anamnesis 1. Keluhan utama: Sesak nafas 2. Anamnesis terpimpin: Dialami sejak 1, 5 bulan. Keluhan tidak dipengaruhi aktivitas, DOE ada, PND ada, orthopneu ada, batuk ada, berkurang. Jantung berdebar-debar tidak ada. Riwayat batuk ± 1 bulan disertai lendir bercampur darah, berat badan turun, nafsu makan berkurang. Nyeri dada disangkal. Demam disangkal. Pasien rujukan dari RS Siloam dan telah dirawat juga RS Kendari. Post transfusi PRC 2 bag (4/7/2015).

Case Kardio Dew

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vhd

Citation preview

LAKI-LAKI 43 TAHUN DENGAN STENOSIS AORTA BERAT

I.Identitas PasienNama : Tn. MDJenis kelamin : Laki-lakiUmur : 43 tahun Alamat : Sendang Mulia Sari KonawePekerjaan :PetaniStatus perkawinan : MenikahMRS : 07 Juli 2014 (19:36)MR : 718346Perawatan : CVCU Bed 1

II.Anamnesis1. Keluhan utama: Sesak nafas

2. Anamnesis terpimpin:Dialami sejak 1, 5 bulan. Keluhan tidak dipengaruhi aktivitas, DOE ada, PND ada, orthopneu ada, batuk ada, berkurang. Jantung berdebar-debar tidak ada. Riwayat batuk 1 bulan disertai lendir bercampur darah, berat badan turun, nafsu makan berkurang. Nyeri dada disangkal. Demam disangkal. Pasien rujukan dari RS Siloam dan telah dirawat juga RS Kendari. Post transfusi PRC 2 bag (4/7/2015). Riwayat penyakit sebelumnya: Riwayat nyeri ulu hati ada. Riwayat hipertensi tidak ada Riwayat penyakit diabetes tidak ada Riwayat Merokok ada. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga disangkal.

Faktor resiko:Faktor modifikasi: Hipertensi tidak ada Diabetes mellitus tidak ada Merokok ada Faktor yang tidak dapat dimodifikasi: Usia : 43 tahun Laki-laki Keluarga dengan riwayat keluhan yang sama tidak ada

III.Pemeriksaan fisis1. Kesan umum: Sakit sedang/gizi cukup/sadarWeight : 50 kg Height : 158 cm BMI : 20,08 kg/m2 2. Tanda vital: a.Tekanan darah: 100/70 mmHgb.Nadi: 80 kali per menitc.Pernapasan: 30 kali per menitd.Suhu: 36,7C3. Status lokalisa.Pemeriksaan kepalaMata:isokor, diameter (2,5 mm/2,5 mm), anemis +/+, ikterus -/-Bibir:sianosis -/-b.Pemeriksaan leherLimfadenopati:Tidak adaJVP: R+3 cmH2Oc.Pemeriksaan thoraxInspeksi: Simetris, deformitas (-), Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Massa tumor (-), nyeri tekan (-),Ictus cordis tidak terabaPerkusi: sonor paru kiri dan kanan. batas paru hepar kanan ICS VI. Dan batas paru kiri ICS 6-7. Batas jantung paru kesan membesar.Auskultasi: BJ I/II, murni regular, murmur sistolik COR : S1/S2 regular bising sistolik 3/6 upper right sternal border menjalar ke area karotis Pulmo : suara nafas vesikuler ; tanpa ronchi dan wheezingd.Pemeriksaan abdomenInspeksi: Datar, ikut gerak napasAuskultasi: Peristaltik (+), kesan normalPerkusi: Timpani (+) Ascites (+)Palpasi: Hepar: tidak terabaLimpa: tidak terabaMassa tumor (-)e.Pemeriksaan ekstremitasInspeksi:hangat, edema pretibial minimal

IV.Pemeriksaan penunjang1.LaboratoriumHasilNilai Normal

RBC2,87.106/mm3(3,8 5,8).106/mm3

HGB8,8 g/dL12 - 16 g/dL

WBC16,3 .103/mm3(4 - 10).103/mm3

PLT354 103/mm3(150 - 400).103/mm3

PT13,810-14

INR1,33

APTT24,922-30

GDS136 mg/dl< 200 mg/dL

Ureum117 mg/dL10 - 50 mg/dL

Kreatinin1,0 mg/dL< 1,1 mg/dL

SGOT34 U/L< 38 U/L

SGPT42 U/L< 41 U/L

Asam urat10,0 mg/ml2,4-5,7

Natrium136 mmol/L136-145 mmol

Kalium3,8 mmol/L3.5-5.1 mmol

Klorida98 mmol/L97-111mmol

2. Elektrokardiografi (EKG)

Rhythm : Sinus rhythm, reguler QRS Rate: Heart rate 100 bpm Axis : LAD P Wave : Normal PR Interval : 0.14 s QRS Complex : 0.08 s, poor R Wave progression, S V1+ R V6 ST Segment: ST depresi 1 aVL V5 V6 ST Elevasi V3 V4 T Wave: Gelombang T inverse di lead 1 AVL V4 V5 V6 Kesimpulan: Sinus Rhytm, LVH Iskemik di antero lateral wall

3. Foto Thoraks

Kesan: CVC terpasang pada hemithorax kanan dengan tip setinggi CV T8 Cardiomegaly disertai edema paru Efusi pleura bilateral Dilatatio aortaeV. Diagnosis Syok Kardiogenik CHF NYHA III-IV Aorta Stenosis Severe, Aorta Regurgitasi moderate Mitral Regurgitasi, Triskupid Regurgitasi, Pulmonal Hypertension Suspek Infective Endocarditis

VI.Penatalaksanaan O2 8 L/min via NRM IVFD NaCl 0,9% 500cc/24 jam Dobutamin 5mcg/kgBB Furosemide 120 mg/24jam/Syringepump Norephinefrin 0,1 mg/kgbb

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISIObstruksi out flow ventrikel kiri yang terlokalisir paling sering terjadi pada katup aorta. Tetapi obstruksi dapat juga terjadi di atas katup (stenosis supra valvular) atau di bawah katup (stenosis subvalvular) atau mungkin disebabkan oleh kardiomiopati hipertropik. Stenosis aorta yang disebabkan oleh aterosklerosis parah pada aorta dan katup aorta dapat diamati pada orang dengan tipe homozigot II hyperlipoproteinemia1. Stenosis aorta adalah penyakit katup jantung paling menarik yang berkembang dibeberapa Negara, dimana penyakit ini terjadi 3 persen pada orang dengan usia lebih 65 tahun dan memiliki mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Angka rata-rata kelangsungan hidup pada pasien stenosis aorta yang dibandingkan pada control usia dan jenis kelamin tanpa pergantian katup aorta adalah 2 sampai dengan 3 tahun. 1,4Malformasi p ada katup aorta dapat disebabkan oleh kelainan congenital maupun proses kalsifikasi yang berlangsung lama berhubungan dengan pertambahan usia maupun disebabkan oleh proses infeksi dan inflamasi seperti pada penyakit jantung rematik. Malformasi congenital katup aorta dapat unicuspid, bicuspid, atau trikuspid. Katup unikuspid akan menyebabkan obstruksi berat pada masa bayi dan malformasi yang paling sering ditemukan dan merupakan stenosis aorta fatal pada anak usia dibawah 1 tahun. Stenosis katup aorta congenital bicuspid disebabkan karena adanya komisura yang menyatu/fusi saat lahir, akan tetapi tidak menyebabkan obstruksi yang serius pada masa kanak-kanak.1Stenosis aorta rematik merupakan hasil dari adhesi dan fusi dari komisura dan cuspis dan vaskularisasi dari katup, yang menyebabkan retraksi dan kekakuan pada daun katup. Nodul kalsifikasi berkembang pada kedua permukaan dan lubang berkurang menjadi bulatan kecil atau terbuka membentuk segitiga. Akibatnya, katup rematik sering terjadi stenosis maupun regurgitasi. Pasien dengan stenosis aorta rematik memiliki keterlibatan katup mitral. Dengan berkurangnya kasus demam rematik pada Negara-negara maju, frekuensi stenosis aorta juga menurun, meskipun tetap menjadi masalah yang rumit di seluruh dunia.1,2,3Stenosis katup aorta merupakan penyakit penuaan, dan pada pasien yang berusia kurang dan 30 tahun, kelainan ini kemungkinan besar disebabkan oleh lesi kongenital. Lesi stenosis kongenital yang paling sering terjadi adalah katup bikuspid. Stenosis memperkecil orifisium aorta normal yang memiliki luas 2 sampai 3 cm2 dan menimbulkan resistansi terhadap semburan (ejeksi). Terbentuk gradien tekanan sistolik antara ventrikel kiri dan jalur aliran keluar arteri sistemik. Kemudian terjadi hipertrofi konsentrik ventrikel kiri, dan jika parah, terjadi peningkatan tekanan diastolik-akhir, penurunan fraksi ejeksi, dan penurunan curah jantung. Gambaran klinis khas terjadi pada tahap lanjut dan mencakup nyeri dada, sinkop, gagal jantung, dan kematian mendadak akibat aritmia. Usia harapan hidup setelah timbulnya nyeri dada setelah aktivitas berat rata-rata hanya 5 tahun, dan untuk pasien yang menunjukkan gejala diindikasikan pemasangan katup prostetik.1,2,3

GAMBAR 1: jenis stenosis katup aorta Mayor. A, katup aorta normal. B, kongenital stenosis aorta bikuspid. Sebuah raphe palsu hadir pada arah jam 6. C, reumatik stenosis aorta. Komisura yang menyatu dengan lubang tengah tetap. D, kalsifikasi degeneratif stenosis aortaKalsifikasi aorta terkait usia umumnya beresiko pada kalsifikasi anuluar mitral dan dua kondisi yang sering berdampingan. Polimorphisme genetic telah dikaitkan dengan keberadaan kalsifikasi aorta stenosis., termasuk reseptor vitamin D , interleukin -10 alel, dan alel apolipoprotein E4. Pengelompokan familial kalsifikasi aorta stenosis telah dijelaskan, dan menunjukkan kecendrungan genetic untuk kalsifikasi aorta pada aorta stenosis. Factor resiko untuk perkembangan kalsifikasi katup aorta adalah sama dengan untuk vascular atherosclerosis pada peningkatan tingkat serum Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol dan lipoprotein (a) (Lp(a)), diabetes, perokok dan hipertensi. Stenosis aorta kalsifikasi juga telah dikaitkan dengan penanda inflamasi dan komponen pada sindrom metabolic. Penelitian retrospektif telah dikaitkan penanganan dengan 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzym A (HMG-CoA) reduktase (statin) dengan menurunnya angka progresifitas pada aorta stenosis kalsifikasi, dan efek ini telah didemonstrasikan pada model hewan dengan hiperkolesterolemia. Oleh karena itu ada consensus yang berkembang bahwa aorta stenosis kalsifikasi degenerative terdapat banyak proses patofisiologi dengan aterosklerosis dan jalur khusus mungkin ditargetkan untuk mencegah atau menghambat perkembangan penyakit.1 Pada gambar 2 dapat kita lihat proses yang terjadi pada stenosis katup aorta yang memperlihatkan perubahan histology dan pembukaan katup pada fase sistolik serta dopler velocities. Pada awal lesi terjadi akumulasi LDL yang teroksidasi di subendothelial, produksi angiotensin II dan inflamasi dengan limfosit T dan macrophage. Progresifitas dari penyakit terjadi melalui beberapa mekanisme termasuk produksi protein seperti osteopontin, osteocalcin dan protein macrophage tulang 2 (BMP-2) yang memediasi kalsifikasi jaringan; aktivasi jalur sinyal inflamasi termasuk tumor nekrosis factor (TNF), Tumor Growth Factor- (TGF-), system komplemen, C-reaktif protein, dan interleukin-1; dan perubahan pada matrix jaringan, termasuk akumulasi tenascin C, dan regulasi lanjut dari matrix metalloproteinase 2 dan aktivitas alkaline phophatase. Selain itu, fibroblast leaflet mengalami transformasi fenotipik menjadi osteoblast, diatur oleh jalur sinyal catenin Wnt3-Lrp5-. Akumulasi mikroskopik pada kalsifikasi extraselular (Ca2+) yang hadir pada awal proses penyakit.1

Gambar 2 : progresifitas penyakit pada kalsifikasi katup aorta yang mengalami stenosis.

PATOFISIOLOGIPada orang dewasa dengan stenosis aorta, obstruksi biasanya berkembang dan meningkat secara bertahap dalam jangka waktu yang lama. Pada bayi dan anak-anak dengan stenosis aorta congenital, lubang katup menunjukan sedikit perubahan pada tumbuh kembang anak, sehingga terjadi obstruksi relative yang bertahap. Dalam model eksperimen serta pada anak-anak dan dewasa yang menderita stenosis aorta yang kronik dan berat, output LV diatasi dengan hipertrofi pada LV, yang mana dapat menghasilkan gradient tekanan yang besar di katup aorta selama bertahun-tahun tanpa penurunan curah jantung, LV dilatasi atau perburukan gejala.1,3

Gambar 3: Pathofisiologi stenosis aortaObstruksi yang berat pada LV outflow biasanya ditandai; 1. Aortic jet velocity lebih dari 4 m/sec; 2. Gradient tekanan sistolik rata-rata lebih 40 mmHg dengan cardiac output yang normal. 3. Orifisium aorta kurang dari 1 cm2 (orifisium aorta normal 3-5 cm2). Orifisium aorta 1-1,5 cm2 disebut stenosis aorta sedang dan orifisium 1,5 sampai dengan 2 cm2 disebut dengan aorta stenosis ringan. Derajat stenosis berhubungan dengan onset gejala atau keluhan pasien. Keputusan klinis didasarkan pada pertimbangan status gejala dan respon LV terhadap tekanan/beban overload yang berlangsung lama sehubungan dengan perburukan hemodinamik. Pada beberapa kasus, pengukuran perburukan hemodinamik seperti kehilangan kekuatan ejeksi atau impedansi katup, atau evaluasi terhadap perubahan pembebanan (misalnya; stress Dobutamin) atau dengan pembebanan latihan, diperlukan untuk mengevaluasi keparahan penyakit.1,2,3Kelebihan tekanan yang berlangsung lama akan menghasilkan hipertrofi LV yang konsentrik, dengan peningkatan kekakuan dan ukuran ruang jantung. Peningkatan kekakuan dinding jantung memungkinkan normalisasi tekanan dinding (afterload) sehingga fungsi kontraksi LV dipertahankan. Namun, peningkatan massa sel miokard dan peningkatan fibrosis intertisiel menghasilkan disfungsi diastolic, yang mana akan menetap bahkan pada aorta stenosis yang telah dikoreksi. Perbedaan respon pada respon LV terhadap aorta stenosis pernah dilaporkan dimana perempuan lebih sering menunjukkan fungsi LV yang normal, dinding yang lebih tebal, hipertrofi LV konsentris dengan disfungsi diastolic dan tekanan sistolik normal atau bahkan subnormal. Pada pria lebih sering terjadi hipertrofi LV yang eksentrik, disfungsi diastolic dan dilatasi ruang jantung. .kontraksi atrium memainkan peran yacng sangat penting dalam pengisian ventrikel kiri pada AS. Hal itu terjadi pada keadaan tekanan end-diastolik LV yang meningkat tanpa menyebabkan peningkatan tekanan atrium kanan yang bersamaan. Fungsi booster pump pada atrium kiri mencegah peningkatan tekanan vena dan kapiler paru ke level yang dapat menyebabkan kongesti paru, dimana pada waktu yang sama juga menjaga tekanan end-diastolik LV pada tingkat tinggi yang diperlukan untuk kontraksi yang efektif pada LV yang hipertrofi. Resistensi pembuluh darah sistemik juga memberikan kontribusi terhadap total afterload LV pada orang dewasa dengan AS. Hipertensi yang bersamaan dengan peningkatan beban total LV dan dapat mempengaruhi tingkat keparahan AS yang berat. Hipertensi pulmonal ringan hadir pada sekitar sepertiga pada orang dewasa dengan AS karena peningkatan kronis tekanan end-diastolik LV dimana didapatkan hipertensi pulmonal yang berat terlihat sekitar 15% pada pasien dengan AS severe.1,2,3 Fungsi Miocrdial Pada Aortic Stenosis (AS)Perkembangan hipertrofi LV merupakan salah satu mekanisme utama dimana jantung menyesuaikan dengan peningkatan beban hemodinamik. Peningkatan tekanan dinding saat sistolik yang diinduksi oleh AS menyebabkan replikasi sarkomer parallel dan hipertrofi yang konsentris. Peningkatan ketebalan LV sering cukup untuk mengimbangi peningkatan tekanan pada LV sehingga tegangan dinding pada puncak systolic kembali normal atau tetap normal jika obstruksi berkembang dengan perlahan. Fraksi ejeksi yang rendah adalah sekunder untuk penurunan kontraksi yang nyata, pada grup ini koreksi bedah kurang efektif. Pada kasus ini didapatkan hipertrofi LV dari gambaran echocardiografi.1Fase DiastolikPada pemeriksaan echocardiografi didapatkan disfungsi diastolic pada pasien ini. Meskipun hipertrofi LV adalah kuci mekanisme adaptasi untuk beban tekanan pada AS, memiliki konsekuensi patofisiologi yang merugikan misalnya pada peningkatan kekakuan diastolic. Akibatnya, tekanan yang lebih besar dalam ruang jantung diperlukan untuk pengisian LV. Beberapa pasien dengan AS terjadi peningkatan kekakuan hanya pada LV karena peningkatan massa dinding LV tanpa perubahan pada tiap unit miokardium, yang lain menunjukkan pelebaran ruang jantung dan peningkatan kekakuan otot jantung. Peningkatan kekakuan otot jantung yang dihasilkan memberikan kontribusi untuk peningkatan tekanan diastolic filling LV pada setiap level pengisian LV. Disfungsi diastolic dapat kembali ke normal dengan regresi dari hipertrofi yang seiring dengan perbaikan AS setelah prosedur operasi, tetapi beberapa derajat disfungsi diastolic jangka panjang biasanya menetap.1IskemiaKeluhan utama pada pasien ini berupa nyeri dada yang tipikal seperti rasa tertekan dan menjalar pada lengan kiri, keringat dingin serta nyeri dada dipengaruhi aktivitas. Patofisiologi keluhan ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada pasien dengan AS, aliran darah ke pembuluh darah koroner pada saat istirahat meningkat tetapi hal itu normal ketika koreksi disesuaikan dengan massa LV. Penurunan aliran darah ke pembuluh darah koroner dapat mengakibatkan oksigenasi myocardial tidak memadai pada pasien dengan AS yang berat, bahkan tanpa adanya penyakit arteri koroner. Adanya hipertrofi pada massa otot LV akan meningkatkan tekanan sistolik dan perpanjangan fase ejeksi sehingga meningkatkan konsumsi oksigen myocardial. Tekanan tinggi yang abnormal akan menekan arteri koroner transmural melebihi tekanan perfusi koroner itu sendiri dan pemendekan fase diastolic menganggu aliran darah koroner, kemudian menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan antara suplai oksigen miocardial dan kebutuhannya. 1,4GEJALAGejala utama yang didapatkan pada pasien dengan AS adalah sesak saat beraktivitas, pingsan dan berakhir pada gagal jantung. Banyak pasien sekarang ini yang didiagnosa sebelum onset gejala berdasarkan temuan dari murmur sistolik pada pemeriksaan fisik, dengan konfirmasi dari diagnosis echocardiografi. Gejala tipikal terjadi pada usia 50-an dan pada mereka yang lebih tua. Presentasi klinis yang paling umum pada pasien dengan diagnosis diketahui AS yang difollow up secara prospektif adalah penurunan bertahap terhadap toleransi latihan, kelelahan atau sesak saat beraktivitas. Sesak hebat saat beraktivitas, orthopnea, paroksismal nocturnal dyspnoe dan edema paru mencerminkan berbagai tingkat hipertensi vena pulmonal. Ini merupakan gejala relative yang dianggap lambat pada pasien dengan AS dan langkah intervensi harusnya sudah dilakukan sebelum tahap penyakit ini. Nyeri dada terjadi sekitar 2/3 pada pasien dengan AS berat., sekitar 50% diantaranya telah dikaitkan dengan obstruksi arteri koroner. Umumnya menyerupai angina yang diobservasi sebagai pasien dengan penyakit koroner dimana nyeri dada muncul saat beraktivitas dan membaik saat beristirahat. Sinkop paling sering disebabkan oleh penurunan perfusi ke otak yang terjadi selama aktivitas ketika tekanan arteri menurun akibat vasodiltasi sistemik sedangkan curah jantung tetap atau dapat juga merupakan manifestasi klinis dari gangguan irama jantung, yang mana akan menyebabkan penurunan cardiac output atau blok atrioventrikular transient yang disebabkan oleh perluasan kalsifikasi katup kedalam system konduksi.. Sinkop juga telah dikaitkan dengan kerusakan mekanisme baroreseptor pada pasien dengan AS yang berat. 1,2,3,4PEMERIKSAAN FISIKKunci utama dari pemeriksaan fisik pada pasien dengan AS adalah palpasi pada upstroke arteri carotis, evaluasi murmur sistolik, evaluasi split bunyi jantung II dan tanda-tanda gagal jantung. Upstroke arteri karotis langsung mencerminkan bentuk gelombang tekanan arteri. Temuan yang diharapkan dengan AS berat adalah, kenaikan yang pelan, puncak gelombang yang lambat dan denyut nadi karotis yang kecil, impuls parvus dan tardus karotis. Ketika hal ini ada, temuan ini spesifik untuk AS berat. Namun banyak orang dewasa dengan AS memiliki kondisi lain secara bersamaan misalnya, Aorta Regurgitasi dan atau hipertensi sistemik, yang mempengaruhi kurva tekanan arteri dan pulsasi karotis. Dengan demikian, impuls karotis yang normal tidak dapat diandalkan untuk menyingkirkan diagnosis AS severe. Demikian pula, tekanan darah bukanlah metode yang membantu untuk evaluasi keparahan AS. Bila AS sudah berat, tekanan darah sistolik dan tekanan nadi mungkin berkurang. Namun, pada pasien dengan AR atau pada psien yang lebih tua dengan kekakuan arteri sistemik, tekanan sistolik dan tekanan nadi mungkin dapat normal bahkan meningkat. Pada AS berat, radiasi murmur sistolik dapat mengakibatkan terabanya getaran(thrill) atau karotis yang bergidik. Impulse jantung dapat menjadi berpindah kearah bawah dan agak kelateral kiri pada pembesaran LV. Getaran sistolik biasanya paling baik teraba pada saat pasien membungkuk/condong kedepan selama ekspirasi penuh. Hal ini teraba di ruang interkostal kedua kanan atau suprasternal dan sering menjalar sepanjang arteri karotis. Getaran sistolik spesifik tetapi tidak sensitive untuk untuk AS berat.1,2,3,4Simptomatik Pasien Ketika gejala AS ringan dikeluhkan, kelangsungan hidup buruk kecuali obstruksi diperbaiki. Kurva kelangsungan hidup berasal dari studi retrospektif yang lebih lama menunjukkan bahwa interval dari timbulnya gejala sampai dengan kematian diperkirakan sekitar 2 tahun pada pasien dengan gagal jantung, 3 tahun pada pasien dengan riwayat sinkop, dan 5 tahun dengan keluhan angina. Beberapa studi terbaru telah mengkonfirmasikan prognosis buruk ini, dengan kelangsungan hidup rata-rata hanya 1 sampai dengan 3 tahun setelah onset gejala. Diantara pasien yang bergejala dengan AS berat, prospek paling buruk ketika terjadi kegagalan LV dan kardiak output serta gradient transvalvular kedua-duanya rendah. Resiko kematian mendadak tinggi pada pasien denga gejala AS berat, sehingga pasien ini harus segera dirujuk untuk intervensi bedah. Pada pasien yang tidak dilakukan intervensi bedah, rawat inap berulang umum terjadi karena nyeri dada dan gagal jantung.1.2AuskultasiMurmur sistolik pada AS biasanya lambat memuncak dan paling jelas terdengar pada basis jantung, dengan radiasi/menjalar ke area karotis. Berhentinya murmur sebelum A2 membantu dalam membedakan dari murmur pansistolik mitral. Pada pasien dengan kalsifikasi kattup aorta, murmur sistolik paling jelas terdengar pada basis jatung, tetapi komponen frekuensi tinggi dapat menjalar ke apex (disebut dengan fenomenaGallavardin), dimana murmur mungkin begitu menonjol sehingga salah dalam membedakan murmur MR. secara umum, murmur yang keras dan lambat memuncak mengindikasikan stenosis yang lebih berat. Namun, meskipun intensitas murmur sistolik grade 3 atau lebih besar dalah relative spesifik pada AS berat, temuan ini tidak sensitive dan banyak pasien dengan AS berat hanya memiliki murmur grade 2.1,2 Split pada bunyi jantung kedua dapat membantu dalam menyingkirkan diagnosis AS berat karena split yang normal mengisyaratkan bahwa daun katup aorta cukup fleksibel untuk membuat bunyi penutupan aorta (A2). Dengan AS berat suara jantung kedua (S2) dapat menjadi tunggal karena kalsifikasi dan immobilisasi pada katup aorta sehingga membuat A2 tidak terdengar, penutupan katup pumonal (P2) teredam pada murmur ajeksi aorta yang memanjang, atau sistolik LV yang memanjang membuat A2 bertepatan dengan P2. Split paradoksikal dari S2, yang menunjukkan hubungan dengan blok pada left bundle branch atau pada disfungsi LV juga dapat terjadi. Dengan demikian, pada orang dewasa yang lebih tua split pada S2 mengindikasikan kemungkinan AS yang berat. Suara jantung pertama (S1) adalah normal atau lembut dan suara jantung keempat (S4) yang menonjol, mungkindisebabkan karena kontraksi atrium yang kuat dan katup mitral tertutup sebagian selama presistolik. Ketika terjadi gagal ventrikel kiri dan stroke volume menurun, sistolik murmur menjadi lebih lembut, jarang menghilang sama sekali.1,2 EchocardiografiEchocardiografi adalah pendekatan standar untuk mengeevaluasi dan memfollowup pasien dengan AS dan menyeleksi untuk prosedur operasi.pencitraan echocardiografi memungkinkan defenisi yang akurat dari anatomi katup, termasuk penyebab AS dan tingkat keparahan kalsifikasi katup, dan kadang-kadang memungkinkan pencitraan langsung dari daerah orifisium. Pencitraan echocardiografi juga sangat berharga untuk evaluasi hipertrofi LV dan fungsi sistolik LV, dengan perhitungan fraksi ejeksi, dan untuk pengukuran dimensi pangkal aorta dan deteksi hubungan kelainan katup mitral.1,2,3,4,5 Kombinasi continuous wave (CW) dan color flow (CF) dopler echocardiografi membantu dalam mendeteksi dan memutuskan keparahan AS dan dalam memperkirakan tekanan arteri pulmonal. Pada beberapa pasien, pengukuran tambahan pada AS berat mungkin dibutuhkan, seperti koreksi tekanan post stenosis atau pencitraan tranesophageal untuk anatomi katup. Evaluasi keparahan AS dipengaruhi oleh adanya hipertensi sistemik sehingga reevaluasi setelah control tekanan darah mungkin diperlukan. Pada pasien dengan disfungsi LV dan curah jantung yang rendah, penilaian tingkat keparahan AS dapat ditingkatkan dengan menilai perubahan hemodinamik selama pemberian dobutamin test.1,2,3

Table 4 : Criteria penggolongan tingkat keperahan stenosis aortaKateterisasi Jantung Dan AngiografiDi hampir semua pasien, pemeriksaan echocardiografi memberikan informasi hemodinmik penting yang diperlukan untuk manajemen pasien,dan kateterisasi jantung kini dianjurkan hanya bila test non-invasif tidak dapat disimpulkan, ketika temuan klinis dan temuan echocardiografi berbeda, angiografi koroner menjadi prioritas sebelum intervensi bedah. 1,2,3,5Perkembangan HemodinamikTingkat rata-rata perkembangan hemodinamik merupakan penurunan yang bertahap pada area katup aorta yaitu sekitar 0,12 cm2/tahun, peningkatan kecepatan velocity jet aorta sekitar 0,32 m/detik/tahun, dan peningkatan gradient rata-rata sekitar 7 mmHg/tahun. Akan tetapi, tingkat perkembangan sangat bervariasi dan sulit untuk diprediksi pada masing-masing individu. Pada studi klinis, factor yang terkait dengan perkembangan hemodinamik yang cepat termasuk usia yang lebih tua, kalsifikasi katup yang berat, gangguan fungsi ginjal, hipertensi, merokok, dan dislipidemia.sedangkan peran factor genetika masih belum jelas.1,2Karena variabilitas tingkat keparahan hemodinamik pada onset gejala dan karena banyak pasien gagal untuk mengenali gejala awal yang dihasilkan dari perjalanan penyakit yang tersembunyi tetapi progresif, baik test pembebanan dan level serum B-Natriuretic Peptide (BNP) telah dievaluasi sebagai ukuran perkembangan penyakit dan predictor onset gejala. Yang jelas, pasien yang mengalami gejala-gejala pada latihan treadmill atau yang memiliki penurunan tekanan darah saat latihan menunjukkan gejala yang berat. Tingkat BNP yang tinggi mungkin membantu saat gejala masih samar-samar atau ketika keparahan stenosis hanya sedang, tetapi peran BNP pada evaluasi progresifitas penyakit belum sepenuhnya dijelaskan.1,6

Diagram 5 : followup pasien stenosis aorta dengan tingkat keparahan yang berbeda sehubungan dengan angka kelangsungan hidup.

Pemantauan Dan RujukanPemantauan ketat hingga gejala terdeteksi adalah tepat pada kebanyakan pasien dengan AS tanpa keluhan. ACC/AHA guideline merekomendasikan serial echocardiografi rutin tiap tahun pada AS berat, tiap 1 sampai 2 tahun untuk moderat AS dan setiap 3 sampai dengan 5 tahun untuk AS ringan. Karena gejala merupakan indicator terbaik terhadap respon hemodinamik. Yang paling penting adalah mengedukasi pasien tentang gejala dan pelaporan segera ke dokter yang merawat. Kardiologi merujuk pasien AS apabila berkeluhan, AS bersama dengan disfungsi LV, dan AS tanpa keluhan dengan kalsifikasi yang berat atau progresif. Evaluasi kardiologi harus juga mempertimbangkan pasien dengan presentasi klinis yang tidak jelas atau tidak khas seperti penurunn toleransi aktivitas atau adanya episode congestive heart failure.6

AS ringanAS sedangAS berat

Evaluasi klinis (meninjau gejala dan melaporkan level latihan/pembebanan)1 tahun1 tahun6 bulan

Evaluasi dan tatalaksana factor resiko kardiovaskular1 tahun1 tahun1 tahun

Echocardiografi3-5 tahun atau perubahan gejala apapun dalam followup1-2 tahun atau perubahan gejala apapun dalam followup6 bulan-1 tahun atau perubahan gejala apapun dalam followup

Tes latihan/pembebananTidak dibutuhkanTidak dibutuhkanJika status/gejala tidak jelas dan peningkatan tahunan pada jet velocity 40mmHg masih memberi keuntungan dari tindakan. Sedangkan penurunan ejeksi fraksi dan gradient 0,3 m/det/tahunAVR dapat dipertimbangkan (IIbC) ketika progresifitas cepat (usia, Ca+, CAD) atau jika prosedur bedah kemungkinan tertunda akibat onset gejala.

Adanya aritia ventrikel pada test latihanAVR dapat dipertimbangkan (IIbC)-------

Adanya hipertrofi LV (tidak berhubungan dengan hipertensi)AVR dapat dipertimbangkan-------

AS yang sangat berat----------AVR dapat dipertimbangkan jika AS sangat berat (AVA 5 m/det, P mean >60 mmHg) dan resiko operasi 5cm atau jika laju peningkatannya > cm2/tahun (IIaC)Pergantian aortic root direkomendasikan untuk diameter >5cm atau jika laju peningkatan >0,5 cm2/tahun (IC)

Dengan AS berat direncanakan AVRAmbang batas lebih rendah daripada diatas harus dipertimbangkanPergantian aortic root direkomendasikan bila diameter >4,5cm(IC)

HASIL Keberhasilan pergantian katup aorta hasilnya dilihat pada perbaikan klinis dan hemodinamik yang bermakna pada pasien dengan AS, AR atau lesi kombinasi. Pada pasien tanpa kegagalan LV, resiko operasi rentang 2% sampai 5% pada beberapa center dan pada pasien yang lebih muda dari 70 tahun, resiko operasi telah dilaporkan kurang sama dengan 1%. Komite database nasional STS telah ,melaporkan angka kematian operasi keseluruhan 3,2% pada 67.292 pasien yang menjalani AVR dan 5,6% pada 66.074 pasien yang menjalani AVR dan CABG. Factor resiko yang berhubungan dengan tingginya angka kematian termasuk NYHA yang tinggi, gangguan fungsi LV, usia lanjut, dan hugungannya dengan penyakit jantung coroner. Angka kematian dalam 30 hari juga secara signifikan terkait dengan jumlah prosedur AVR yang dilakukan pada tiap-tiap rumah sakit. Angka kelangsungan hidup dalam 10 tahun pada pasien yang ditangani dengan bedah adalah sekitar 85%. 1Meskipun usia merupakan salah satu penentu resiko, akan tetapi terdapat peningkatan pengalaman pada center bedah yang melakukan AVR pada simptomatik pasien yang berusia lebih dari 70 atau bahkan 80 tahun dengan kalsifikasi AS. Hasil AVR sering memuaskan pada kelompok usia ini, dengan perbaikan kualitas hidup dan kelangsungan hidup. Resiko operasi dan postoperative morbiditas berhubungan dengan tingginya prevalensi kondisi komorbid pada pasien yang lebih tua. Oleh karena itu, usia lanjut tidak boleh dianggap kontraindikasi untuk operasi.1 Gejala kongesti paru dan miokard iskemik (angina pectoris) pada sebagian besar pasien membaik, dan kebanyakan pasien akan membaik dalam toleransi aktivitas, bahkan penurunan yang ringan pada toleransi aktivitas tetap diprioritaskan untuk prosedur bedah. Hemodinamik setelah dilakukan AVR memperlihatkan hasil yang mengesankan, peningkatan end-diastolic dan end-sistolik volume memperlihatkan penurunan yang signifikan, kekuatan ventrikel yang lemah untuk kembali kenormal lebih sering pada pasien dengan AS daripada AR atau MR. akan tetapi, temuan predictor paling kuat pada disfungsi LV postoperative adalah disfungsi LV yang preoperative, sehingga bila memungkinkan operasi harus diusahakan sebelum terjadi disfungsi LV terjadi. Peningkatan massa LV cenderung turun (tetapi tidak signifikan) menuju ke normal dalam 18 bulan setelah AVR pada pasien dengan AS, dengan penurunan lebih lanjut dalam beberapa tahun kedepan. Cadangan flow arteri koroner dan fungsi diastolic juga menunjukkan perbaikan setelah AVR. Akan tetapi, fibrosis interstitial regresinya lebih lambat dari hipertrofi miosit, sehingga disfungsi diastolic dapat bertahan selama bertahun-tahun setelah sukses AVR.1Ketika operasi dilakukan pada pasien dengan AS yang kritis, kegagalan LV, penurunan ejeksi fraksi atau cardiac output yang rendah (akan menurunkan gradient tekanan transaorta), resiko operasi lebih tinggi, dan angka kematian rata-rata dari 8% sampai dengan 20%, tergantung pada skill bedah dan tingkat keparahan gagal jantung. Melakukan pembedahan sebelum terjadi gagal jantung atau pada operasi yang emergensi, bahkan pada pasien dengan gagal jantung beratpun kadang-kadang menyelamatkan nyawa. Mengingat prognosis yang sangat jelek pada pasien tersebut yang ditangani secara medis, kecuali kondisi komorbid yang serius yang menghalangi prosedur operasi. Pada pasien dengan AS dan penyakit jantung koroner merupakan kombinasi yang umum, AVR dan revaskularisasi arteri koroner harus dilakukan. Meskipun resiko operasi meningkat pada prosedur AVR disertai dengan CABG, resiko operasi meningkat bahkan lebih pada pasien dengan penyakit jantung koroner yang berat tidak diobati. Kemampuan untuk menghindari iskemik miokard yang serius pada periode perioperatif adalah factor utama yang harus dilakukan untuk menurunkan angka kematia pada pasien ini. 1,2,3

DAFTAR PUSTAKA

1. Braunwald. Eugene, Robert O. Bonow, Douglas L. Mann, Douglas P. Zipes, Libby. Peter. Braunwald's Heart Disease: A Textbook Of Cardiovascular Medicine Ninth Edition. 2012;1468-78.2. Robert O. Bonow, Blase A. Carabello, Kanu. Chatterjee, et al. ACC/AHA 2006 Guidelines for the Management of Patients With Valvular Heart Disease : A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines (Writing Committee to Revise the 1998 Guidelines for the Management of Patients With Valvular Heart Disease): Developed in Collaboration With the Society of Cardiovascular Anesthesiologists: Endorsed by the Society for Cardiovascular Angiography and Interventions and the Society of Thoracic Surgeons. Circulation. 2006;114:e100-e10.3. Vahanian Alec, Alfieri Ottavio, Andreotti Felicita, et al. Guideline ESC,Valvular heart disease, The Joint Task Force on the Management of Valvular Heart Disease of the European Society of Cardiology (ESC) and the European Association for Cardio-Thoracic Surgery (EACTS). European Heart Journal. 2012. 33, 2463-69.4. Grimard. Brian H, Larson. Jan M. Aortic Stenosis: Diagnosis and Treatment. American Academy of Family Physicians. 2008. 717-23.5. Blase A. Carabello. Evaluation and Management of Patients With Aortic Stenosis. Circulation. 2002;105:1746-1750.6. Vahanian. Alec, Catherine M. Otto. Risk stratification of patients with aortic stenosis. European Heart Journal. 2010. 31, 41623.

29