22
dr. Dian Luminto 1

Case Rabies

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapkas

Citation preview

dr. Dian Luminto

1

Kasus diambil dari salah satu pasien di Puskesmas Girian Weru WHO (2004)

55.000 kematian akibat rabies tiap tahunnya, 56 % di Asia & 44% di Afrika.

Di Indonesia, sampai akhir tahun 2012, angka kematian akibat rabies di wilayah Sulawesi Utara masih tinggi.

FOKUS → DIAGNOSIS dan TATALAKSANA Rumusan Masalah : Rabies Tujuan : Untuk mengetahui diagnosis dan tatalaksana pasien

dengan Rabies2

Nama : An. BUsia : 6 tahun No register : 0000202997xxxxStatus Kepegawaian : -Status sosial : Cukup

3

Alamat : Girian Weru IIAgama : KristenSuku : Manado Bahasa Ibu : Bahasa Manado Jenis kelamin : Perempuan

4

Tinggi badan : 110 cmBerat badan : 20 kg

5

Anamnesis terfokus diagnosis Rabies :Pasien digigit anjing di bagian bokong kanan 3 hari yang lalu.

Anjing mati dalam waktu < 2minggu.Sebelum mati, anjing terlihat sakit , sulit makan, keluar liur banyak, agresif.

Pasien merasa nyeri pada bekas gigitan.Pasien terlihat lemas.

6

Anamnesis penyingkir DD Tetanus

Tetanus dapat dibedakan dengan rabies melalui masa inkubasinya yang pendek, adanya trismus, kekakuan otot yang persisten diantara spasme, status mental normal, cairan serebrospinal biasanya normal & tidak terdapat hidropobia.

7

Tanda Vital:Tekanan darah : 100/70 mmHg Nadi : 90x/menit Respirasi : 20x/menit Suhu : 36.5o C

8

Kulit : Vulnus morsum ar. gluteus dextraLuas luka : 3 x 0,5 cm

9

Diagnosis klinis : vulnus morsum

10

Diagnosis Banding

Pemeriksaan Anjuran

Diagnosis Kerja

Tetanus

Serologis

PERAWATAN LUKA

Tindakan pertama sedini mungkin adalah pencucian luka,

sebaiknya dengan air mengalir & detergen selama 10 –15 menit.

Jangan menjahit atau menggunting jaringan luka gigitan, karena

berarti akan menambah luka / memperbesar pintu masuk virus.

Bila luka compang camping dan memerlukan jahitan maka boleh

dilakukan jahit situasi/jarang.

11

Diberi anti septik alkohol, betadin, iodium dan lain-lain.

Dirawat dan diberi obat yang seperti luka biasa.

Bila luka pada daerah risiko tinggi maka pencucian luka harus lebih

intensif dan teliti.

Daerah risiko tinggi : daerah yang memiliki saraf sensori yang

rapat kepala, leher, telapak tangan dan genitalia

Pertimbangkan pemberian antibiotik

12

1. Suntik Verorab (VAR)

2. PCT 3x250 mg

3. Amoxicilin 3x250 mg

4. Perawatan luka

13

14

Edukasi perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari

upaya pencegahan penyakit menular.

Edukasi merupakan bagian yang sangat penting dari

pengelolaan dan pencegahan rabies secara holistik.

15

Segera lapor ke sarana kesehatan apabila ada kasus tergigit anjing

Memberitahukan cara mencuci luka bekas gigitan yang baik dan benar

Pentingnya memberikan vaksin terhadap hewan peliharaan yang dapat menularkan rabies

Pentingnya mengikuti jadwal pemberian VAR sesuai jadwal hingga tuntas

Menjelaskan fase-fase perjalanan penyakit rabies

16

Obat antipiretik : PCT merupakan salah satu obat golongan NSAID, bekerja menghambat COX 1&2

Antibiotik : Amoxicilin merupakan antibiotik derivat penicillin yang bekerja pada spektrum luas.

Verorab (VAR) : merupakan Purified Vero Rabies Vaccine, berisi vaksin kering dalam vial & pelarut sebanyak 0,5 ml dalam syringe, diberikan sec. IM di deltoideus (anak–anak di daerah paha)

17

18

Cara vaksinasi dengan disuntikkan secara I.M pada otot

deltoid atau anterolateral paha dengan dosis 0.5 mL.

Menurut WHO dengan jadwal pada hari ke-0, 3, 7, 14, 28

dengan 1 vial / kali pemberian.

Menurut Depkes RI dengan jadwal pada hari ke-0, 7, 21

19

Pasien diharapkan mengikuti jadwal pemberian VAR

secara teratur

Pasien diharapkan mengkonsumsi obat-obatan untuk

mencegah infeksi sekunder

Apabila terdapat gejala rabies fase eksitasi sebaiknya

dibawa ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi

20

1. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Ppm & Pl Tahun 2000. Petunjuk Perencanaan Dan Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka / Rabies Di Indonesia

2. Harijanto, Paul N. Gunawan, Carta A. Rabies. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p. 1736-1740.

21

22

TERIMA KASIH