14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit pada sistem syaraf pusat pada hewan kecil bukan hal yang baru dalam kedokteran hewan, salah satunya adalah rabies. Rabies merupakan penyakit hewan yang sangat terkenal, biasanya dikenal dengan istilah awam penyakit anjing gila. Peyakit rabies pertama kali dilaporkan oleh Esser tahun 1884 pada seekor kerbau, pada tahun 1889 oleh Penning dilaporkan terjadi pada seekor anjing dan keadian pada manusia dilaporkan oleh Eilerts de Haan pada tahun 1984. Rabies masih dianggap pentimg di Indonesia, karena bersifat fatal dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit inidapat menyerang beberapa mamalia seperti anjing, kucing, termasuk manusian Pada hewanpenderita penyakit ini biasanya ditemukan virus dengan konsentrasi pada air liurnya.Virus rabiesberbentuk peluru dengan komposisi RNA, lipid, karbohidrat dan protein. Virus rabies tergolongunik karena dapat berkembang pada berbagai macam spesies mamalia dan bersifat neurofilik(saraf). Rabies merupakan penyakit yang bersifat zoonosis ( menular ke manusia). Penularan dapat melalui gigitan dan non-gigitan (transplantasi, kontak dengan bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa). kejadian penyakit rabies pada hewan maupun manusia hampir selalu diakhiri dengan kematian sehingga penyakit ini menimbulkan rasa takut dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat. 1

Patosis Rabies

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Patologi Klinik Veteriner Rabies

Citation preview

Page 1: Patosis Rabies

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit pada sistem syaraf pusat pada hewan kecil bukan hal yang baru dalam

kedokteran hewan, salah satunya adalah rabies. Rabies merupakan penyakit hewan yang

sangat terkenal, biasanya dikenal dengan istilah awam penyakit anjing gila. Peyakit rabies

pertama kali dilaporkan oleh Esser tahun 1884 pada seekor kerbau, pada tahun 1889 oleh

Penning dilaporkan terjadi pada seekor anjing dan keadian pada manusia dilaporkan oleh

Eilerts de Haan pada tahun 1984. Rabies masih dianggap pentimg di Indonesia, karena

bersifat fatal dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit inidapat menyerang beberapa

mamalia seperti anjing, kucing, termasuk manusian Pada hewanpenderita penyakit ini

biasanya ditemukan virus dengan konsentrasi pada air liurnya.Virus rabiesberbentuk

peluru dengan komposisi RNA, lipid, karbohidrat dan protein. Virus rabies tergolongunik

karena dapat berkembang pada berbagai macam spesies mamalia dan bersifat

neurofilik(saraf). Rabies merupakan penyakit yang bersifat zoonosis ( menular ke

manusia). Penularan dapat melalui gigitan dan non-gigitan (transplantasi, kontak dengan

bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa). kejadian penyakit rabies

pada hewan maupun manusia hampir selalu diakhiri dengan kematian sehingga penyakit

ini menimbulkan rasa takut dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana etiologi Rabies?

2. Bagaimana patogenesa Rabies?

3. Apa saja gejala klinis yang ditimbulkan ?

4. Bagaimana mendiagnosa Rabies ?

5. Bagamana cara pengendalian dan pengobatan Rabies ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui etiologi Rabies?

2. Untuk mengetahui patogenesa Rabies?

3. Untuk mengetahui apa saja gejala klinis yang ditimbulkanoleh Rabies ?

4. Untuk mengetahui mendiagnosa Rabies ?

5. Untuk mengetahui cara pengendalian dan pengobatan Rabies ?

1

Page 2: Patosis Rabies

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ETIOLOGI

Rabies merupakan infeksi akut dari susunan saraf pusat yang berakibat fatal. Virus ditularkan ke manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan (air liur) hewan yang terinfeksi rabies. Hewan yang dapat menularkan penyakit rabies antara lain anjing, kucing, kera, dan kelelawar. Virus rabies atau Rabdovirus merupakan virus yang berasal dari famili Rabdoviridae. Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo yang berarti berbentuk batang dan Virus yang berarti virus. Jadi Rhabdovirus merupakan virus yang mempunyai bentuk seperti batang.

Klasifikasi Virus :Famili : RhabdoviridaeGenom : LyssavirusSpesies : Rhabdovirus (Virus Rabies)

Genom beruntai tunggal, RNA negative-sense (12 kb; BM 4,6 x 106) yang berbentuk linear dan tidak bersegmen. Sebuah virus rabies yang lengkap diluar inang (virion) mengandung polimerase RNA. Rhabdovirus melakukan replikasi dalam sitoplasma dan virion bertunas dari selaput plasma. Karakter yang menonjol dari Rhabdovirus ini merupakan virus yang bersusun luas dengan rentang inang yang lebar. Virus ini merupakan jenis virus uang mematikan. Kapsid melindungi genom dan juga memberikan bentuk pada virus.

2.2 PATOGENESAVirus rabies adalah virus neurotropik yang menyebar di sepanjang jalur saraf dan

menyerang SSP, menyebabkan infeksi akut. Cara penularan melalui gigitan dan non gigitan

(aerogen, transplantasi, kontak dengan bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau

mukosa).Cakaran oleh kuku hewan penular rabies adalah berbahaya karena binatang menjilati

kuku-kukunya.Ekskreta kelelawar yang mengandung virus rabies cukup untuk menimbulkan

bahaya rabies pada mereka yang masuk gua yang terinfeksi dan menghirup aerosol yang

diciptakan oleh kelelawar.

2

Page 3: Patosis Rabies

Luka gigitan biasanya merupakan tempat masuk virus melalui saliva, virus tidak bisa

masuk melalui kulit utuh. Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan,maka selama 2

minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan didekatnya,kemudian bergerak mencapai

ujung-ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya.

Apabila virus rabies telah mencapai SSP,penyebaran virus akan sangat cepat sesuaijalur

neuroanatomi, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik,

hipotalamus dan batang otak. Proses infeksijuga terjadi di serebelum, medula spinalis,dan

korteks serebri. Tanda patognomonik adanya virus rabies berupa negri body,terutama di sel

purkinje serebelum, juga ditemukan di sel piramidal, hipokampus(Ammon’s horn), basal

ganglia, dan nuklei nervikraniales.

Gambar 1. Negri body di neuron

(sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Negri_bodies)

Penyebaran virus rabies dari SSP ke perifer terjadi secara sentrifugal melalui serabut

saraf aferen volunter ataupun saraf otonom.Dengan demikian virus ini menyerang hampir

tiap organ dan jaringan didalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti

kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya. Gambaran yang paling menonjol dalam infeksi rabies

adalah terdapatnya badan negri yang khas yang terdapat dalam sitoplasma sel ganglion besar.

3

Page 4: Patosis Rabies

Gambar 2. Skema patogenesis infeksi virus rabies pada anjing

(Sumber : RAO, 2012)

Gambar 3. Skema patogenesis infeksi virus rabies pada manusia. Nomor pada gambar

menunjukkan urutan kejadian.

(Sumber : RAO, 2012)

2.3 GEJALA KLINIS

2.3.1Pada Hewan

Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium :

1. Stadium Prodromal merupakan tahapan awal yang berlangsung selama 2-3 hari

disertai dengan kenaikan suhu badan. Terlihat adanya perubahan tempramen yang

ringan, hewan mulai mencari tempat yang dingin/gelap, menyendiri, reflek kornea

berkurang, pupil melebar. Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat

berontak bila ada provokasi.

4

Page 5: Patosis Rabies

2. Stadium Eksitasi berlangsung selama 3-7 hari, hewan mulai garang, menyerang

hewan lain ataupun manusia, hipersalivasi. Hewan selalu tampak seperti ketakutan.

Hewan mengalami fotofobi (takut cahaya).

3. Stadium Paralisis berlangsung secara singkat sehingga sulit untukdikenali atau

bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian. Hewanmengalami

kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan,ekor jatuh, mandibula jatuh, lidah

keluar, saliva (ludah) berhamburan, kaki belakang terseret dan akhirnya lumpuh dan

mati.

2.3.2 Pada Manusia

Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium :

1. Stadium Prodromal merupakan Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang

susunan saraf pusat adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala,

gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di

tenggorokan selama beberapa hari.

2. Stadium Sensoris, penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada

tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang

berlebihan terhadap ransangan sensoris.

3. Stadium Eksitasi, Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan

gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap

rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih

sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman

dan ketidak beraturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang

menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang.

4. Stadium Paralis, sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.

Kadang kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan

paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang

belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.

Secara histologist tidak ada perubahan secara spesifik yang terjadi pada jaringan

selain pada otak, terkecuali jika diikuti komplikasi dengan penyakit lain. Secara umum

akan terlihat normal tanpa ada perubahan spesifik. Perubahan yang paling signifkan atau

patognomonik adalah adanya negri bodies yaitu badan inklusi(negri bodies), peradangan

di sekitar pembuluh darah ,terdapat perivaskular cuffing yang terdapat pada sitoplasma

sel neuron yang diinfeksi oleh Rabies.

5

Page 6: Patosis Rabies

A B

Gambar 4. A. Peradangan di sekitar pembuluh darah ,terdapat perivaskular cuffing. B.

Negri bodies

(sumber : http://www.cdc.gov/rabies/diagnosis/histologic.html)

Temuan patologi anatomi pada otak untuk rabies yang bersifat akut sangat susah

untuk dilihat perubahannya. Otak hanya terlihat sedikit mengalami kebengkakan pada

bagian meningeal, pembuluh darah parenkim tersumbat. Temuan lain adalah adanya

perubahan pada organ-organ respirasi, dan gagal jantung. Ada pendarahan atau

haemorhage atau jaringan nekrosis bukanlah hal yang biasa ditemukan dari Rabies

enchepalitis. Proses inflamasi pada otak yang mirip juga dapat diperlihatkan oleh

penyakit lain seperti Japanese enchepalitis. Pada umumnya perubahan patologi secara

makroskopis pada penyakit Rabies sangat bervariasi dan tidak terdapat perubahan

patognomonis yang menciri terhadap Rabies.

2.4 DIAGNOSA

Untuk mendiagnosa penyakit rabies selain memperhatikan riwayat penyakit, gejala

klinis dan gambaran patologi, pemeriksaan spesimen secara laboratorium perlu dilakukan.

Spesimen segar dapat berupa kepala utuh atau otak. Adapun cara pengambilan spesimen

yaitu kepala dipisahkan dari leher, kemudian dimasukkan dalam container logam

(container pertama) ditutup rapat dan disimpan dengan kedinginan 4°C atau dibekukan

sampai saat pengiriman. Pada otak diambil yaitu hipocampus, cortex cerebri dan

cerebellum. Pada spesimen ini dapat dibuat preparat pada gelas objek, preparat sentuh,

preparat ulas dan preparat putar. Pada kelenjar ludah dikoleksi untuk pemeriksaan

Fluorescent Antibody Test (FAT).

1. Mikroskopis untuk melihat adanya negri bodies dengan cara :

Pewarnaan sallers

FAT (Fluorescent Antibody Test (FAT)

6

Page 7: Patosis Rabies

Histopatologi

2. Isolasi virus yaitu dengan menyuntikan suspensi otak pada mencit atau inokulasi pada

biakan sel neuroblastoma. Identitras virus ditentukan dengan FAT, uji netralisasi virus

atau dengan cara pewarnaan.

3. Uji serologi : AGPT, FAT, serum netralisasi (SN), CFT dan ELISA

4. Molekuler : RT-PCR dan sekuensing.

Diangnosa banding dari penyakit rabies yaitu penyakit dengan gangguan pada susunan

syaraf pusat yaitu :

1. Infeksi virus :

Distemper

Infectious canine hepatitis

2. Infeksi bakterial : listerosis

3. Keracunan oleh sodium flouro-acetat, logam berat (Pb) dan pestisida.

2.5 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Kebijakan pemberantasan rabies dilaksanakan dengan alasan utama untuk

perlindungan kehidupan manusia dan mencegah penyebaran ke hewan lokal dan satwa

liar (Deptan, 2007). Hal ini dapat dicapai dengan melakukan penggabungan strategi

karantina dan pengawasan lalu lintas terhada penular rabies, vaksinasi anjing, kucing dan

kera didaerah tertular, rawat anjing dan kucing dengan baik dan jangan diliarkan,

pemusnahan hewan tertular dan hewan yang kontak dengannya, penelusuran dan

surveilans untuk menentukan sumber penularan dan kampanye peningkatan kesadaran

masyarakat (public awareness) (Smith, 2006; Deptan, 2007).

Setiap anjing dan HPR yang menggigit harus dianggap sebagai hewan tertular atau

tersangka rabies. Tindakan observasi selama 10 sampai dengan14 hari, apabila hasil

observasi negatif, pemusnahan pasca observasi dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi-

kondisi tertentu seperti atas permintaan pemilik atau kondisi anjing sudah tidak layak

untuk dipelihara lebih lanjut. Hewan seperti sapi, kerbau, domba, kambing, dan kuda

bukan ancaman bagi penyebaran rabies (Deptan, 2007). Tindakan pada hewan yang

menggigit orang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 1

Tindakan terhadap hewan yang menggigit orang

Hewan Tindakan

7

Page 8: Patosis Rabies

Hewan yang sudah divaksin

Menggigit/mencakar Isolasi dan lakukan observasi 14 hari.

Jika dalam masa observasi anjing/kucing

tetap hidup dibebaskan tetapi jika anjing

tersebut tidak berpemilik maka dilakukan

eliminasi (pemusnahan).

Jika dalam masa observasi anjing mati, otak

anjing harus dikirim ke laboratorium untuk

peneguhan diagnosa rabies.

Hewan yang kontak dengan hewan tertular

rabies

Isolasi dan lakukanobservasiselama 14 hari.

Jika dalam masa observasi anjing/kucing

tetap hidup dibebaskan, tetapi jika

anjing/kucing tersebut tidak berpemilik maka

dilakukan eliminasi.

Jika dalam masa observasi anjing mati, otak

anjing harus dikirim ke laboratorium untuk

peneguhan diagnosa rabies.

Hewan yang tidak divaksin

Menggigit/mencakarberpemilik Isolasi dan lakukanobservasiselama 14 hari.

Jika dalam masa observasi anjing/kucing

tetap hidup dibebaskan, tetapi jika

anjing/kucing tersebut tidak berpemilik maka

dilakukan eliminasi (pemusnahan).

Jika dalam masa observasi anjing mati, otak

anjing harus dikirim ke laboratorium untuk

peneguhan diagnosa rabies.

Tidak berpemilik Anjing dibunuh dan spesimen otak dikirim ke

laboratorium.

Sumber : Deptan, 2007

8

Page 9: Patosis Rabies

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Rabies merupakan infeksi akut dari susunan saraf pusat yang berakibat fatal. Virus ditularkan ke manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan (air liur) hewan yang terinfeksi rabies. Hewan yang dapat menularkan penyakit rabies antara lain anjing, kucing, kera, dan kelelawar. Virus rabies atau Rabdovirus merupakan virus yang berasal dari famili Rabdoviridae. Virus rabies adalah virus neurotropik yangmenyebar di

sepanjang jalur saraf dan menyerang SSP, menyebabkan infeksi akut.Cara penularan melalui

gigitan dan non gigitan (aerogen, transplantasi, kontak dengan bahan mengandung virus

rabies pada kulit lecet atau mukosa).

Gejala klinis pada hewan terdiri dari tiga stadium yaitu Stadium, ProdromalStadium

Eksitasi danStadium Paralisis. pada manusia dibagi menjadi empat stadium Stadium

Prodromal., Stadium Sensoris, Stadium Eksitasi, Stadium Paralis. Untuk mendiagnosa

penyakit rabies selain memperhatikan riwayat penyakit, gejala klinis dan gambaran patologi,

pemeriksaan spesimen secara laboratorium perlu dilakukan. Diangnosa banding dari penyakit

rabies yaitu penyakit dengan gangguan pada susunan syaraf pusat yaitu Infeksi virus

(Distemper, Infectious canine hepatitis), Infeksi bakterial : listerosis dan keracunan oleh

sodium flouro-acetat, logam berat (Pb) dan pestisida.Pencegahan dan pengendalian dapat

dilakukan dengan strategi karantina dan pengawasanlalulintasterhadapenularan rabies,

vaksinasi anjing, kucing dan kera didaerah tertular, rawat anjing dan kucing dengan baik

dan jangan diliarkan, pemusnahan hewan tertular dan hewan yang kontak dengannya,

penelusuran dan surveilans untuk menentukan sumber penularan dan kampanye

peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness) (Smith, 2006; Deptan, 2007).

9

Page 10: Patosis Rabies

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006.Rhabdoviruses.www.tulane.edu. Diakses 23 November 2015. Anonim. 2012. http/www.slideshare.net/doctorrao/rhabdovirusesteachin.Diakses 23

November 2015.

Anonim.2013.http://www.cdc.gov/rabies/diagnosis/histologic.html.Diakses 23 November

2015.

Schlotthauer Carl f.1940.The Diagnosis and Pathology of Some Diseases of the Central

Nervous Systemin Lower Animals.Canada:Central Veterinary Association.

10