3
4. Diskusi Dari 40 sampel pasien anak dengan kejang demam, 35 pasien mempunyai riwayat kejang demam pada keluarganya (87,5%). Hal ini sesuai dengan pernyataan dari (Kugler et al., 1998, Herose et al., 2003, Millar, 2006 dan Abou-Khalil et al., 2007). Kami menemukan rasio antara perempuan : laki-laki yang menderita kejang demam adalah 1:7, hal ini sesuai dengan pernyataan dari Millar et al, (2006). (Baumann, 2008) mengamati bahwa perempuan mempunyai insidensi yang lebih tinggi untuk mengalami kejang demam sedangkan, (Aicardi, 1994, Stafstorm, 2002 dan Mollah et al., 2002) mengamati bahwa anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam daripada anak perempuan. Tidak ada data terdahulu (prematuritas – masuknya anak ke NICU – vaksin Hib – riwayat keturunan) yang secara signifikan mempunyai insidensi terhadap kejadian kejang demam dibandingkan yang ada pada grup kontrol (P>0.05). Anak dengan berat badan <10 persentil berjumlah 32 pada kejadian kejang demam sedangkan pada grup kontrol berjumlah 5 anak (p<0.05). Hal ini sesuai dengan pernyataan Daoud, (2004) yang menyatakan bahwa malnutrisi akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kejang demam. Pada penelitian kami, kami menemukan bahwa tidak suhu tubuh tinggi yang signifikan antara kasus dengan kontrol (39 o C, dan sekitar 38,5 o C)(P>0.05). Berg et al., (1995), Varma, (2002)dan Weng et al., (2010) menemukan bahwa faktor yang paling signifikan untuk menimbulkan kejang demam pertama adalah derajat peningkatan suhu; semakin tinggi suhu, semakin tinggi pula kemungkinan untuk mengalami kejang demam simpleks. Pada penelitian kami, kami menemukan bahwa ada 8

Diskusi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dr m

Citation preview

4. DiskusiDari 40 sampel pasien anak dengan kejang demam, 35 pasien mempunyai riwayat kejang demam pada keluarganya (87,5%). Hal ini sesuai dengan pernyataan dari (Kugler et al., 1998, Herose et al., 2003, Millar, 2006 dan Abou-Khalil et al., 2007). Kami menemukan rasio antara perempuan : laki-laki yang menderita kejang demam adalah 1:7, hal ini sesuai dengan pernyataan dari Millar et al, (2006). (Baumann, 2008) mengamati bahwa perempuan mempunyai insidensi yang lebih tinggi untuk mengalami kejang demam sedangkan, (Aicardi, 1994, Stafstorm, 2002 dan Mollah et al., 2002) mengamati bahwa anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam daripada anak perempuan. Tidak ada data terdahulu (prematuritas masuknya anak ke NICU vaksin Hib riwayat keturunan) yang secara signifikan mempunyai insidensi terhadap kejadian kejang demam dibandingkan yang ada pada grup kontrol (P>0.05). Anak dengan berat badan