Upload
ziyyaelhakim
View
647
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Hakikat Lesson Study
Oleh : Rum Rosyid
NIP : 196609141990021002
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN 2010
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT kami dapat menyelesaikan karya
ilmiah mengenai Lesson Study sebagai kegiatan pembelajaran yang memusatkan pada
kegiatan membelajarkan siswa. Semoga shalawat dan salam atas Nabi Besar Muhammad
SAW. Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam
bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh
Makoto Yoshida. Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan
profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar
mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan; b. Praktek mengajar; c. Observasi; d. Refleksi/ kritikan terhadap
pembelajaran;
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu
membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang
menunjang;
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas
sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana;
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil
mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui;
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-
sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya;
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan
seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut: a. Dapat diterapkan di setiap
bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan
kelas; b. Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah. Terselesaikannya tulisan ini tidak
terlepas dukungan dari kolega di FKIP UNTAN. Semoga diskusi-diskusi dilingkungan
perguruan tinggi akan menambah pencerahan bagi diri dan masyarakat.
Ahirul kalam
Pontianak, 8 Agustus 2010
Rum Rosyid
Daftar Isi
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 4
Pendahuluan 5
Pengertian Lesson Study 12
Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study 15
Manfaat Lesson Study
20
Penutup 21
Daftar Pustaka: 22
Pendahuluan
Sebagaimana dipaparkan pada latar belakang di atas, bahwa dari berbagai laporan hasil
riset, diperoleh gambaran umum bahwa mutu pendidikan di negeri ini masih
memprihatinkan. Oleh karena itu, ada panggilan moral bagi setiap elemen yang terlibat
dalam pendidikan untuk terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini.
Sebagaimana diyakini bahwa mutu pendidikan berbanding lurus dengan mutu
pendidiknya, artinya kualitas (mutu) pendidikan merupakan dampak dari profesionalisme
pendidiknya. Parameter keprofesionalan pendidik tersebut adalah seperti diamanatkan
dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP Nomor 19/2005.
Merujuk pada UU dan PP di atas, seorang pendidik dikatakan memiliki keprofesionalan
jika memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional
dan kompetensi sosial. Namun demikian untuk menjadi pendidik profesional bukanlah
perkara mudah tapi diperlukan usaha-usaha yang sistemik dan konsisten serta
berkesinambungan dari pendidik itu sendiri maupun pihak-pihak pengambil kebijakan.
Gambar Struktur Paradigma Lesson Study
Prinsip Bushido : Kerja keras; Kejujuran; Tanggung jawab;
Loyalitas; Kerjasama; Budaya Malu
Prinsip Kaizen (Penyempurnaan) : Kualitas; Efisiensi; Tepat
Waktu
Prinsip Manajemen : TQC; Zero Defect; Just in Time;
Prinsip Organisasi (Quality Assesment) : lebih berorientasi
proses daripada orientasi hasil;
Siklus : Plan; Do, Checkt; Act;
Lesson Study : Plan; Do; See; Reflection.
Taxonomy LS : Kognitif; Afektif; Psikomotorik
Lesson study mempunyai pengertian belajar pada suatu pembelajaran. Seseorang (guru
atau calon guru) bisa belajar tentang bagaimana melakukan pembelajaran pada mata
pelajaran tertentu melalui tampilan pembelajaran yang ada (live/real atau rekaman video).
Guru bisa mengadopsi metode, teknik, ataupun strategi pembelajaran, penggunaan media,
dan sebagainya yang diangkat oleh guru penampil untuk ditiru atau dikembangkan di
kelasnya masing-masing. Guru lain/pengamat perlu melakukan analisis untuk
menemukan positif-negatifnya kelas pembelajaran tersebut dari menit ke menit. Hasil
analisis ini sangat diperlukan sebagai bahan masukan bagi guru penampil untuk
perbaikan atau lewat profil pembelajaran tersebut, guru/pengamat bisa belajar atas
inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru lain.
Sejak zaman kuno proses transformasi pendidikan dari orang tua kepada anak, guru
kepada murid, doses kepada mahasiswa, ustadz kepada santri, pamong belajar kepada
warga belajar, motode yang paling kuno adalah ceramah (one way communication),
kemudian ada kemajuan yang dikenal dengan diskusi dan tanya jawab (two way
communication), hingga saat ini telah puluhan bahkan ratusan metode proses
membelajaran yang dikembangkan oleh para ahli, praktisi dan teknobirokrasi bahwa
proses transformasi dari “pemberi” (orang tua, guru, usntadz, pamong belajar, dosen) ke
yang ”diberi” ( anak, murid, santri, warga belajar, mahasiswa) semakin banyak
alternatifnya sehingga diharapkan proses transformasi pendidikan tersebut semakin baik
dan mudah yang pada gilirannya bermuara pada hasil pendidikan yang bermutu.
Namun dalam realitas, berbagai metode, model, cara dalam proses transformasi
pendidikan tersebut, belum begitu banyak dikuasi oleh para “pemberi” dan apalagi
diamalkan dalam melakukan proses transformasi pendidikan. Masih jarang proses
transformasi itu dilakukan oleh si “pemberi” dengan cara berkolaborasi. Contoh
sederhana: ketika seorang ayah melakukan proses pendidikan / mengajar kepada anaknya
mengaji / membaca jarang kita melihat ibunya turut memperhatikan, bagaimana ayahnya
mengajar kepada anaknya atau sebaliknya. Begitu pula ketika sang guru mendidik di
depan kelas, secara konvensional diajar sendiri. Jarang dilakukan bersama (dua guru atau
lebih), hanya sejumlah sekolah bagus saja yang ada semacam mengajar secara tim yang
semenjak perencanaan hingga melakukan tindakan perbaikan dalam proses pembelajaran
dirumuskan /dilakukan secara bersama.
Lesson Study adalah suatu proses kolaboratif dimana sekelompok guru mengidentifikasi
suatu masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi
kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan dibelajarkan),
membelajarkan siswa sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran
sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran,
membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi
pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain. Lesson Study merupakan
model pembinaan profesi pendidik melalui studi pembelajaran atau pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinammbungan berlandaskan prinsip-prinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Implementasi
model Lesson Study juga akan memberikan pengalaman baru yang amat berharga bagi
proses penempaan diri sebagai guru dan pendidik untuk berinovasi secara terus-menerus.
Lesson Study dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan
guru, yaitu dengan menguraikan delapan pengalaman yang diberikan Lesson Study
kepada guru sebagai berikut. Lesson Study memungkinkan guru untuk:
1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan dari pembelajaran, materi pokok, dan
bidang studi.
2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran terbaik yang dapat dikembangkan.
3) memperdalam pengetahuan mengenai mengenai materi pokok yang diajarkan.
4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai berkaitan
dengan siswa.
5) merancang pembelajaran secara kolaboratif.
6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa.
7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat/penuh daya, dan
8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega.
Lesson Study bukanlah metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study
dapat menerapkan berbagai motode atau strategi pembelajaran yang dianggap efektif dan
sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahana faktual yang dihadapi guru di kelas
nyata. Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Lewis
merekomendasikan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah
memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan
secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada
siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk
kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan,
pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap
ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam
pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study),
(4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah
pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan
keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui
pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang
dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam
membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo
miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan
tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
Dalam tulisannya yang lain, Lewis (2004) menambahkan ciri-ciri esensial dari Lesson
Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di
Jepang, yaitu:
1). Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan
dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka
panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan
kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan
kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan,
mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
2). Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan
pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta
sangat sulit untuk dipelajari siswa.
3). Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah
pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa
menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam
kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-
hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya
tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah
supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
4). Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan
merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan
pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat
dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan
video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan
melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan
jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali.
Penggunaan camera digital maupun videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya
sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Lesson study mentargetkan pencapaian berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi
kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar adalah kebiasaan berpikir dan bersikap (the
habbits of mind and heart that are fundamental to success in school). Kebiasaan berpikir
dan bersikap itu berupa ketekunan (peristence), kerjasama (cooperation), tanggung jawab
(responsibility), dan kemauan untuk bekerja keras (willingness to work hard). Oleh
karena itu, guru harus bekerja sama sebagai satu tim untuk menciptakan lingkungan
belajar yang baik.
Tim guru, dapat dibentuk di Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) tingkat sekolah maupun tingkat kabupaten. Sehingga, Lesson Study
merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan kegiatan MGMP dan dapat
memperbaiki belajar mengajar guru melalui pengembangan pengetahuan keprofesionalan
bersama-sama berdasarkan praktik pembelajaran.
Menurut Lewis (2006), tahap-tahap yang perlu di lakukan dalam menerapkan suatu
Lesson Study adalah sebagai berikut, pertama membentuk grup Lesson Study, anggota
kelompok Lesson Study dapat direkrut dari guru, dosen, pejabat pendidikan, dan/atau
pemerhati pendidikan. Yang sangat penting adalah mereka yang mempunyai komitmen,
minat, dan kemauan untuk melakukan inovasi dan memperbaiki kualitas pendidikan.
Kedua, memfokuskan Lesson Study, yang perlu dilakukan guru yaitu memilih mata
pelajaran, serta memilih topik (unit) dan pelajaran (Lesson).
Ketiga, Merencanakan Research Lesson, dalam merencanakan suatu Research Lesson (a
teacher-led instructional improvement), di samping mengkaji pelajaran-pelajaran yang
sedang berlangsung, kita perlu mengembangkan suatu rencana untuk memandu belajar
(plan to guide learning). Rencana itu akan memandu pengajaran, pengamatan, dan diskusi
tentang research lesson serta mengungkap temuan yang muncul selama lesson Study
berlangsung.
Keempat, mengajar dan mengamati Research Lesson, guru anggota kelompok yang sudah
di tunjuk dan disepakati melaksanakan tugas untuk mengajar materi yang telah
ditetapkan, sedangkan anggota kelompok yang lain mengamati Lesson tersebut.
Pengamat akan mengumpulkan data yang diperlukan selama pelajaran berlangsung.
Untuk mendokumentasikan Research Lesson dilakukan dengan menggunakan kamera,
karya siswa, dan catatan observasi naratif
Kelima, mendiskusikan dan menganalisis Research Lesson. Research Lesson yang sudah
diimplementasikan perlu didiskusikan dan dianalisis. Hal itu perlu dilakukan sebagai
bahan untuk perbaikan atau revisi Research Lesson. Dengan demikian research Lessson
diharapkan akan menjadi lebih sempurna, efektif dan efisien.
Keenam, merefleksikan Lesson Study dan merencanakan tahap-tahap berikutnya. Dalam
merefleksikan lesson study hal yang perlu dilakukan adalah memikirkan tentang apa-apa
yang sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa-apa yang masih
perlu diperbaiki.
Lesson study memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan perubahan secara
sistemik. Menurut Lewis (2006) lesson study tidak hanya memberikan sumbangan
terhadap pengetahuan keprofesionalan guru, tetapi juga terhadap peningkatan system
pendidikan yang lebih luas.
Melalui Lesson Study, guru secara kolaboratif berupaya menterjemahkan tujuan dan
standar pendidikan ke alam nyata di kelas. Mereka berupaya merancang pembelajaran
sedemikian sehingga siswa dapat dibantu untuk mengetahui kompetensi dasar yang
diharapkan. Selain itu, mereka berupaya merancang suatu scenario pembelajaran yang
memperhatikan kompetensi dasar dan pengembangan kebiasaan berpikir ilmiah, dimana
siswa diajak untuk mengendalikan variable dan juga memperoleh pengetahuan tertentu
yang terkait dengan materi yang dibelajarkan. Setelah itu rancangan pembelajaran
dilaksanakan, diamati, didiskusikan, direvisi, dan jika perlu dibelajarkan lagi dikelas
lainnya.
Penyelenggaraan proses belajar mengajar menutut guru untuk menguasai isi atau materi
bidang studi yang akan diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi
tersebut. Sebagai penyelenggara proses belajar-mengajar guru juga harus bersikap
profesional. Guru harus dapat mengembangkan sikap positif dalam pembelajaran dan
dapat merespon ide-ide siswa. Melalui lesson study, guru dapat mengamati pelaksanaan
pembelajaran yang diteliti (research lesson) dan juga dapat mengadopsi pembelajaran
yang sejenis setelah mengamati respon siswa yang tertarik dan termotivasi untuk belajar
dengan cara seperti yang dilaksanakan melalui pengamatan langsung terhadap
pembelajaran yang diteliti maupun laporan tertulis, video, ataupun berbagi pengalaman
dengan kolega. Sehingga dengan adanya Lesson Study, guru dapat memperbaiki mutu
pengajarannya di kelas serta meningkatkan profesionalisme guru.
Kita memasuki gelombang revolusi dunia yang ke tiga (The Third Wave), yang ditandai
dengan globalisasi system teknologi informasi. Bersamaan dengan era globalisasi
tersebut termasuk menerjang sampai ulu hati di dunia pendidikan, yang berimbas pada
permasalahan yang dihadapi oleh siswa dan guru yang semakin kompleks dalam proses
pembelajaran.
Murid semakin banyak alternative dalam menetukan cara belajar, anak dipengaruhi dunia
luar dengan berbagai permainan baik yang positif hingga yang menyesatkan, sehingga
jika proses pembelajaran yang dilaksanakan secara standar atau biasa-biasa saja, maka
murid tidak tertarik untuk belajar disekolah maupun dirumah. Phenomena ini membuat
kita para pemangku kepentingan didunia pendidikan (stakeholders) baik pendidik dan
tenaga kependidikan lainnya harus semakin ekstra untuk mencari solusi bagaimana
supaya siswa kembali memiliki gairah belajar dan guru juga semakin berdedikasi
melaksanakan tugasnya.
Dari kondisi demikian, seorang guru PKn Jepang bersama teman-temannya mencoba
mencari solusi pendekatan, motode pembelajaran, apa yang saat ini sangat popular
disebut dengan Lesson Study. Dengan Lesson Study siswa lebih berusaha untuk belajar
dengan baik karena merasa diawasi para observer. Guru yang bertindak sebagai guru
model juga berusaha untuk tampil prima karena merasa merasa juga diperhatikan para
observer meskipun tugas observer hanya sebatas mengawasi dan konsentrasi belajar
siswa.
Pengertian Lesson Study
Istilah lesson study diambil dari bahasa Jepang jugyokenkyuu yang digunakan oleh
Makoto Yoshida yang berarti penelitian mengenai belajar atau ‘research lesson’ (RBS
Currents, Spring/ Summer 2002). Pada dasarnya istilah ini digunakan Jepang dalam
mengembangkan profesionalisme guru dengan tujuan tercapainya pengembangan
kemampuan mengajar secara berkelanjutan agar siswa dapat meningkatkan kemampuan
belajarnya. Yang menjadi fokus perhatian dalam kegiatan adalah bagaimana siswa
berpikir dan belajar.
Lesson study, adalah proses pengembangan profesi inti yang dipraktikkan guru-guru di
Jepang agar secara berkelanjutan mereka dapat memperbaiki mutu pengalaman belajar
siswa dalam proses pembelajaran. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto
Yoshida. Praktik ini mempunyai sejarah panjang, dan secara signifikan telah membantu
perbaikan dalam pembelajaran (teaching) dan pembelajaran/proses belajar (learning)
siswa dalam kelas, juga dalam pengembangan kurikulum. Banyak guru sekolah dasar dan
sekolah menengah di Jepang menyatakan bahwa lesson study merupakan salah satu
pendekatan pengembangan profesi penting yang telah membantu mereka tumbuh
berkembang sebagai profesional sepanjang karer mereka (Yoshida 1999)
Salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran/ perkuliahan di
Perguruan Tinggi adalah dengan melaksanakan Lesson Study. Lesson Study merupakan
suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas yang saling
membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar. Lesson Study berasal dari
bahasa Jepang (dari kata: jugyokenkyu) yaitu suatu proses sistematik yang digunakan
oleh guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarannya dalam rangka
meningkatkan hasil pembelajaran (Garfield, 2006). Proses sistematik yang dimaksud
adalah kerja guru-guru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan perangkat
pembelajaran, melakukan observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajaran secara
bersiklus dan terus menerus. Menurut Lewis (2002) ide yang terkandung di dalam Lesson
Study sebenarnya singkat dan sederhana, yakni jika seorang guru ingin meningkatkan
pembelajaran, salah satu cara yang paling jelas adalah melakukan kolaborasi dengan guru
lain untuk merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
dilakukan.
Apabila kita cermati definisi Lesson Study, maka kita menemukan 7 kata kunci, yaitu
pembinaan profesi, pengkajian pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan, kolegialitas,
mutual learning, dan komunitas belajar. Lesson Study bertujuan untuk melakukan
pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan agar terjadi peningkatan profesionalitas
pendidik terus menerus. Kalau tidak dilakukan pembinaan terus menerus maka
profesionalitas dapat menurun dengan bertambahnya waktu.
Bagaimana membinanya, yaitu melalui pengkajian pembelajaran secara terus menerus
dan berkolaborasi. Pengkajian pembelajaran harus dilakukan secara berkala, misalnya
seminggu sekali atau dua minggu sekali karena membangun komunitas belajar adalah
membangun budaya yang memfasilitasi anggotanya untuk saling belajar, saling koreksi,
saling menghargai, saling bantu, saling menahan ego.
Membangun budaya tidak sebentar, melainkan memerlukan waktu lama. Berapa lama
waktu diperlukan untuk membangun budaya komunitas belajar tidak ada batasan,
semakin lama semakin baik. Berkenaan dengan pembelajaran, tidak ada pembelajaran
yang sempurna, selalu ada celah untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, pembelajaran
harus dikaji secara terus menerus agar lebih baik dan lebih baik lagi. Pengkajian
pembelajaran dimaksudkan untuk mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran
agar terjadi peningkatan mutu pembelajaran terus menerus. Objek kajian pembelajaran
dapat meliputi: materi ajar, metode/strategi/pendekatan pembelajaran, LKM (Lembar
Kerja Mahasiswa), media pembelajaran, seting kelas, dan asesmen. Mengapa pengkajian
pembelajaran dilakukan secara berkolaborasi? Karena lebih banyak masukan perbaikan
akan meningkatkan mutu pembelajaran itu sendiri. Menurut diri sendiri rasanya persiapan
pembelajaran sudah bagus, tetapi ketika mendapat masukan dari orang lain ternyata
masih ada hal-hal yang bisa meningkatkan mutu persiapan pembelajaran.
Prinsip kolegialitas dan mutual learning (saling belajar) diterapkan dalam berkolaborasi
ketika melaksanakan kegiatan Lesson Study. Dengan kata lain, peserta kegiatan Lesson
Study tidak boleh merasa superior (merasa paling pintar) atau inferior (merasa rendah
diri) tetapi semua peserta kegiatan Lesson Study harus mempunyai niat untuk saling
belajar. Peserta yang sudah paham atau memiliki ilmu lebih harus mau berbagi dengan
peserta yang belum paham, sebaliknya peserta yang belum paham harus mau bertanya
kepada peserta yang sudah paham. Narasumber dalam forum Lesson Study harus
bertindak sebagai fasilitator, bukan instruktur. Fasilitator harus dapat memotivasi peserta
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar para peserta dapat maju bersama.
Gambar . Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study
Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study
Siklus pengkajian pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahapan, seperti diperlihatkan
dalam Gambar 3. Kalau pelatihan konvensional bersifat top-down, artinya materi
pelatihan sudah disiapkan dan diberikan oleh instruktur, sebaliknya pelatihan melalui
Lesson Study bersifat bottom-up karena materi pelatihan berbasis permasalahan yang
dihadapi para dosen, kemudian dikaji secara kolaboratif dan berkelanjutan. Lesson Study
dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu tahapan pertama adalah Plan (merencanakan),
tahapan kedua adalah Do (melaksanakan), dan tahapan ketiga adalah See (merefleksi)
yang berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan
mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continous improvement).
Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu plan (merencanakan), do
(melaksanakan), dan see (merefleksi) secara berkelanjutan (Saito, 2007). Dengan kata
lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah
berakhir (continous improvement), alias inovasi yang tiada henti.
Peningkatan mutu pendidikan melalui Lesson Study dimulai dari tahap perencanaan
(plan) yang bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa
dan berpusat pada siswa (student centered), bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi
dilakukan bersama, beberapa guru dapat berkolaborasi atau guru-guru dan dosen dapat
pula berkolaborasi untuk memperkaya ide-ide dan wawasan. Perencanaan diawali dari
analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Permasalahan dapat berupa
materi bidang studi, bagaimana menjelaskan suatu konsep, dapat juga berupa problem
pedagogi tentang metode pembalajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan
efisien ataupun permasalahan fasilitas, bagaimana menyiasati kekurangan fasilitas
pembelajaran. Selanjutnya guru secara bersama-sama mencari solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran (lesson
plan), teaching materials berupa media pembelajaran dan lembar kerja siswa serta metode
evaluasi.
Teaching materials yang telah dirancang perlu diujicoba sebelum diterapkan di dalam
kelas. Pertemuan-pertemuan yang sering dilakukan dalam workshop antara guru-guru dan
dosen-dosen dalam rangka perencanaan pembelajaran mendorong terbentuknya
kolegalitas antara guru dengan guru, dosen dengan guru, dosen dengan dosen, sehingga
dosen tidak merasa lebih tinggi atau sebaliknya guru tidak merasa lebih rendah. Mereka
sharing pengalaman dan saling belajar sehingga melalui kegiatan-kegiatan pertemuan
dalam rangka lesson study ini terbentuk mutual learning (saling belajar).
Langkah kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan (do) pembelajaran untuk
menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Dalam
perencanaan telah disepakati siapa guru yang akan mengimplementasikan pembelajaran
dan sekolah yang menjadi tuan rumah.
Langkah ini bertujuan untuk mengujicoba efektivitas model pembelajaran yang telah
dirancang. Guru-guru lain dari sekolah yang bersangkutan atau dari sekolah lain
bertindak sebagai observer pembelajaran. Observer juga bisa datang dari para dosen,
mahasiswa, dinas pendidikan, dewan sekolah, komite sekolah maupun pihak-pihak lain
yang berkenan dan peduli dengan pembelajaran tersebut. Termasuk kepala sekolah juga
terlibat dalam pengamantan pembelajaran sekaligus sebagai pemandu kegiatan ini.
Sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya dilakukan briefing kepada para pengamat
untuk menginformasikan kegiatan pembelajara yang direncanakan oleh seorang guru
sekaligus mengingatkan bahwa selama pembelajaran berlangsung pengamat tidak
mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktivitas siswa selama
pembelajaran.
Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi siswa-siswa, siswa-sumber belajar/bahan-
ajar, siswa-guru dan siswa-lingkungan. Lembar observasi pembelajaran perlu dimiliki
oleh para pengamat sebelum pembelajaran dimulai. Para pengamat dipersilahkan
mengambil tempat di ruang kelas yang memungkinkan dapat mengamati aktivitas siswa.
Biasanya para pengamat berdiri di sisi kiri dan kanan di dalam ruang kelas agar aktivitas
siswa dapat teramati dengan baik. Selama pembelajaran berlangsung para pengamat tidak
boleh berbicara dengan sesama pengamat dan tidak mengganggu aktivitas serta
konsentrasi siswa. Para pengamat dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran
melalaui video camera atau foto digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan studi
lebih lanjut. Keberadaan para pengamat di ruang kelas disamping mengumpulkan
informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung
dan bukan untuk mengevaluasi guru. Sekali lagi, bukan dimaksudkan untuk
mengevaluasi sang guru apalagi “menghakimi”-nya.
Langkah ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi (see). Setelah selesai
pembelajaran, langsung dilakukan diskusi antara guru dan para pengamat yang dipandu
oleh kepala sekolah atau personel yang ditunjuk untuk membahas pembelajaran. Guru
mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan
pembelajaran, selanjutnya para pengamat diminta menyampaikan komentar dan lesson
lent dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas siswa. Jika terpaksa harus
memberi kritik atau saran, tentunya kritik dan saran untuk guru disampaiakan secara
bijak demi perbaikan pembelajaran, dan sebaliknya guru harus dapat menerima masukan
dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari
diskusi (refleksi) ini diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan
penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran
indiividual, maupun menajerial.
Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada
saat diskusi dalam tahapan refleksi (see) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik
yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk merancang dan
mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik. Pada tataran manajerial, dengan
pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah
akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan
manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala
sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya
secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang
sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga
diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya
sebagai pemimpin pendidikan di sekolah. Pada prinsipnya, semua orang yang terlibat
dalam kegiatan Lesson Study harus memperoleh lessont lent, dengan demikian kita
membangun komunitas belajar melalui Lesson Study. Meminjam istilah Ridwan (dalam
Adib, 2007), salah seorang pakar Lesson Study, kata kunci Lesson Study adalah
keberanian guru “membuka kelas” untuk diamati proses/aktivitas pembelajaran siswanya
oleh para observer.
Lesson Study pada mulanya merupakan serangkaian kegiatan atau proses yang
sistematis digunakan oleh guru-guru di Jepang untuk menguji efektifitas pengajaran
dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran ( Garfield, 2006 ). Yang dimaksud proses
sistematis adalah koolaborasi antara guru dengan guru, dan jika memungkinkan dalam
penyusunan plane ini dapat melibatkan warga sekolah; orang tua/wali siswa, komite, atau
pihak peduli pendidikan sehingga sampai refleksinya. Dalam lesson study perencanaan
pembelajaran (plane) disusun secara bersama yang dituangkan dalam rencana program
pembelajaran (RPP). Pada kegiatan plane ini juga ditetapkan seorang guru model yang
akan acting didalam kelas. Jika.. Guru model pada saat acting melaksanakan Rencana
Program Pembelajaran disertai oleh para observer.
Lesson Study merupakan bagian dari proses pembinaan profesi yang guru-guru Jepang
lakukan melalui pengujian secara sistematis dengan cara mengamati pelaksanaan belajar
dalam kelas. Tujuannya adalah meningkatkan efektivitas belajar siswa. Dalam melakukan
pengamatan beberapa guru berkolaborasi dalam kelompok kecil. Seluruh anggota tim
terlibat dalam perencanaan, melaksanaan pembelajaran, mengoboservasi, dan mengamati
dengan kritis cara belajar (http://www.tc.columbia.edu/lessonstudy/lessonstudy.html;
2007).
Menurut Jim Stigler dan James Hiebert (http://www.aft.org/teachers/ downloads/
lesson_study.pdf, 2007) berbeda dengan model pengembangan professional lain karena
kegiatan itu langsung dikaitkan pada kegiatan belajar mengajar. Dijelaskannya bahwa
yang menjadi fokus perhatian adalah kegiatan mengajar bukan guru; siswa belajar bukan
produk belajar siswa. Sukses lesson study diukur dengan indikator guru belajar, bukan
dari seberapa keterpenuhan syarat kegiatan belajar. Kesempurnaan kegiatan mengukur
bagaimana proses bukan pada tujuan. Sukses guru dalam bekerja kelompok ditentukan
oleh keberhasilan merumuskan perencanaan, pengamatan, dan membahas data hasil
pengamatan.
Lesson study memberi kesempatan nyata kepada para guru menyaksikan pembelajaran
(teaching) dan pemelajaran atau proses belajar siswa (learning) di ruang kelas. Lesson
study membimbing guru untuk memfokuskan diskusi-diskusi mereka pada perencanaan,
pelaksanaan, observasi/pengamatan, dan refleksi pada praktik pembelajaran di kelas.
Dengan menyaksikan praktik pembelajaran yang sebenarnya di ruang kelas, guru-guru
dapat mengembangkan pemahaman atau gambaran yang sama tentang apa yang
dimaksud dengan pembelajaran efektif, yang pada gilirannya dapat membantu siswa
memahami apa yang sedang mereka pelajari.
Karakteristik unik yang lain dari lesson study adalah bahwa lesson study menjaga agar
siswa selalu menjadi detak jantung kegiatan pengembangan profesi guru. Lesson study
memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti proses belajar serta
pemahaman siswa dengan cara mengamati dan mendiskusikan praktik pembelajaran di
kelas. Kesempatan ini juga memperkuat peran guru sebagai peneliti di dalam kelas. Guru
membuat hipotesis (misalnya, jika kami mengajar dengan cara tertentu, anak-anak akan
belajar) dan mengujinya di dalam kelas bersama siswanya. Kemudian guru mengumpul-
kan data ketika melakukan pengamatan terhadap siswa selama berlangsungnya pelajaran
dan menentukan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak di kelas.
Ciri lain dari lesson study adalah bahwa ia merupakan pengembangan profesi yang
dimotori guru. Melalui lesson study, guru dapat secara aktif terlibat dalam proses
perubahan pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Selain itu, kolaborasi dapat
membantu mengurangi isolasi di antara sesama guru dan mengembangkan pemahaman
bersama tentang bagaimana secara sistematik dan konsisten memperbaiki proses
pembelajaran dan proses belajar di sekolah secara keseluruhan. Selain itu, lesson study
merupakan bentuk penelitian yang memungkinkan guru-guru mengambil peran sentral
sebagai peneliti praktik kelas mereka sendiri dan menjadi pemikir dan peneliti yang
otonom tentang pembelajaran (teaching) dan pemelajaran atau proses belajar siswa
(learning) di ruang kelas sepanjang hidupnya.
Manfaat Lesson Study
Kegiatan lesson study bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan professional guru.
Yang menarik dalam kegiatan ini adalah memanfaatkan kepakaran para guru melalui
kegiatan kerja sama untuk memperbaiki kinerja mengajar dengan memanfaatkan hasil
pengamatan pelaksanaan tugas mengajar dalam pelaksanaan tugas yang sesungguhnya.
Dengan melaksanakan kerja sama memperbaiki pelaksanaan tugas pada level sekolah
yang dilaksanakan langsung oleh para guru akan sangat bermanfaat karena akan
mengurangi tingkat kebergantungan para guru dalam meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan terbaiknya melalui peningkatan pemahaman terhadap efektivitas kinerja
belajar siswa.
Lesson study menjadi penting karena kegiatan itu bermanfaat meningkatkan kemampuan
guru dalam menguasai materi pelajaran, meningkatkan keterampilan merencanakan
pembelajaran, meningkatkan keterampilan menerapkan metode dan pelaksanaan
pembelajaran secara umum, meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan
pengamatan terhadap siswa yang sedang melaksanakan belajar, meningkatkan
kemampuan kerja sama dengan teman sejawat serta dengan memperluas jaringan kerja,
memperbaiki kinerja melalui pelaksanaan tugas sehari-hari dan membuka isolasi kelas
sehingga peningkatan kemampuan diperoleh dengan tidak mengurangi hak siswa untuk
mendapat pelayanan belajar.
Jika menginginkan siswa anda cerdas dan kreatif, Jangan paksa mereka untuk giat
belajar. Jangan pula paksakan untuk rajin membaca. Tetapi, andalah yang harus giat
belajar. Andalah yang harus banyak membaca. Itulah yang disampaikan Muchlas Yusak,
dalam acara seminar dan loka karya “Mencari Solusi Peningkatan Mutu Pendidikan
Berkelanjutan” yang diselenggarakan penerbit Tiga Serangkai di Hotel Plaza Tegal,
Sabtu: 22 Maret 2008.
Giat belajar dan rajin membaca memang senjata ampuh yang dilontarkan guru kepada
siswa-siswi yang bermasalah dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang tidak dapat
mengerjakan soal atau siswa yang tidak bisa menjawab ketika ditanya, sering kali divonis
tidak belajar atau kurang banyak membaca. Mereka sering dipersalahkan, meskipun
dengan perlakuan yang berbeda. Sementara teknik, metode dan pendekatan pembelajaran
yang digunakan, sering luput dari pengamatan. Meskipun upaya peningkatan mutu telah
banyak dilakukan; bermacam-macam teknik, metode dan pendeketan pembelajaran telah
banyak ditawarkan. Semua itu tetap belum mampu mendongkrak mutu pendidikan negara
kita. Mengapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini, Stigler dan Hiebert (1999:
115-150, dalam Muchlas Yusak) mengusulkan Lesson Study sebagai suatu bentuk
pengembangan profesi guru yang dapat membantu dalam memperbaiki/meningkatkan
mutu praktek pembelajaran di kelas (classroom practices).
Penutup
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa
Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto
Yoshida. Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas
guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar
menjadi lebih efektif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan; b. Praktek mengajar; c. Observasi; d. Refleksi/ kritikan terhadap
pembelajaran;
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu
membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang
menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas
sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil
mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-
sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan
seterusnya kembali ke (2). Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
a. Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga
dan pada setiap tingkatan kelas; b. Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
Daftar Pustaka:
Adib, Khoirul. 2007. Lesson Study: Starting Point Revolusi Pendidikan yang Masih
Terabaikan. Malang : Universitas Negeri Malang.
Alessi, S.M. dan Trollip, S.R. 1991. Computer Based Instruction: Methods and
Development. New Jersey; Prentice Hall.
Angkowo dan Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta; Grasindo.
Ardana, Made.2001. Pengembangan Model Kooperatif Individuasi Berbantu
Berwawasan Konstruktivis. Singaraja:Aneka Widya SIKIP Singaraja.
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta;
Rajawali Pers.
Bahri Djamarah, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta;
PT Rineka Cipta.
Bagus Takwin, Konstruktivisme dalam Pemikiran , Sabtu, 01 Desember 2007
Bambang Aryawan, PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)
UNTUK MEMBANGUN PENGETAHUAN SISWA , Rabu, 29 Juli 2009,
http://riyadi.purworejo.asia/2009/07/pembelajaran-cooperative-.html
Bahaudin. Taufik. 1999. Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen Manusia.
Elex Media Komputindo: Jakarta.
Buzan. Tony dan Barry. 2004. Memahami Peta Pikiran : The Mind Map Book. Interaksa:
Batam.
Buzan. Tony. 2004. Mind Map: Untukmeningkatkan Kreativitas. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Dryden. Gordon. 2003. Revolusi Cara Belajar : The Learning Revolution Bagian I. Kaifa:
Bandung.
Database Otanomi Daerah Propinsi Jawa Timur. 2005. Profil Malang Raya (Online) .
(http://www.otonomnet.com/jatim/index.asp.profil=malang/diakses 3 Juni 2009).
Direktori Lembaga Pendidikan Nasional (DLPN). 2008. Mutu Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Depdiknas.
De Porter. Bobbi, dkk. 2000. Quantum Teaching. Kaifa: Bandung.
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2000. Quantum Business: Membiasakan Bisnis
secara Etis dan Sehat. Bandung: Penerbit KAIFA.
DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2001. Quantum Teaching:
Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Penerbit KAIFA.
Djangi Muh. Jasri.1994. Memanfaatkan Siswa yang Pandai sebagai Tutor Sebaya dalam
Pengajaran Biologi di SMA. Makalah dalam Jurnal Transformasi. Makassar.FPMIPA
UNM.
Dewantara, K.H. 2004. Karya K.H. Dewantara, bagian pertama: Pendidikan. Yogyakarta:
Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Dryden, Gordon dan Jeanette Vos. 1999. The Learning Revolution: To Change the Way
the World Learns. Selandia Baru: The Learning Web.
Fosnot, C. 1996. “Constructivism: A Psychologycal Theory of Learning”. Dalam C.
Fosnot (Editor): Constructivism: Theory, Perspectives, and Practice. NewYork: Teachers
College.
Garfield, J. (2006). Exploring the Impact of Lesson Study on Developing Effective
Statistics Curriculum. (Online): diambil tanggal 19-6-2006 dari:
www.stat.auckland.ac.nz/-iase/publication/-11/Garfield.doc
Giddens, Anthony. 2001. Runway World. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Glazer,E.2001. Problem Based Instruction. http://www.coe.uga.edu.epltt/problem
basedinstruc.htm
Hendayana S.. 2006. Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan
Guru (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press.
Hidayati, S., Listyani. E. & Warsono. 2006. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Lesson
Study. Makalah disajikan dalam Pelatihan Lesson Study Bagi Guru Berprestasi dan
Pengurus MGMP MIPA Seluruh Indonesia, PPPG Kesenian Yogyakarta, tanggal 26
Nopember – 10 Desember.
Hidayat. Nandang. Meningkatkan Energi Belajar Melalui Belajar kuantum (Quantum
Learning): Bogor.
Istamar Syamsuri (2007),Membangun Learning Community menuju sekolah berprestasi
Apa dan mengapa Lesson Study
Istamar Syamsuri dan Ibrohim (2008) Lesson Study (studi Pembelajaran), FMIPA, UM,
Malang.
Ibrahim, Muslimin. Mohammad Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan
Masalah .Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
I Wayan Dasna dan Sutrisno. 2000. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based
Learning) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
Jensen. Eric dan Karen Makowitz. 2002. Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun
Ingatan Super. Kaifa : Bandung.
Kardi, Soeparman. Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas
Negeri Malang.
Karim, M. A. 2006. Implementation of Lesson Study for Improving The Quality of
Mathematics Instruction in Malang. Tsukuba Journal of Educational Study in
Mathematics, (Online), Vol.25,
(http://www.human.tsukuba.ac.jp/~mathedu/journal/vol25/karim.pdf, diakses 3 Januari
2009).
Lewis, Catherine C. (2002). Lesson study: A Handbook of Teacher-Led Instructional
Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc.
Lie, Anita (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
ruang-ruang kelas. PT Grasindo.
Makmun. Abin Syamsudin. 2000. Psikologi Kependidikan Remaja Rosda
Karya.Bandung.
Madarijul Huda Pati. Laporan Penelitian Dosen Muda. FMIPA: Universitas Negeri
Semarang.
Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbook. New York: McGraw-Hill.
Parmin dan Siti Aminah. 2008. Menerapkan Lesson Study Dalam Pembelajaran di MI
http://batang-karso.blogspot.com/2009/05/laporan-lesson-study.html
Robert E. Slavin (1994), A Practical Guide to Cooperative Learning. Disadu oleh
Muhammad Nur, 2005, dalam Pembelajaran Kooperatif, Surabaya, Pusat Sains dan
Matematika Sekolah Unesa.
Nurhadi.2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Robinson, Naomi. 2006. Lesson Study: An example of its adaptation to Israeli middle
school teachers . (Online): stwww.weizmann.ac.il/G-math/ICMI/ Robinson_proposal.doc
Richardson, J. 2006. Lesson study: Teacher Learn How to Improve Instruction. Nasional
Staff Development Council . (Online): www.nsdc.org. 03/05/06.
Robinson, Naomi. 2006. Lesson Study: An example of its adaptation to Israeli middle
school teachers . (Online): stwww.weizmann.ac.il/G-math/ICMI/ Robinson_proposal.doc
Richardson, J. 2006. Lesson study: Teacher Learn How to Improve Instruction. Nasional
Staff Development Council . (Online): www.nsdc.org. 03/05/06.
Saito, E., Imansyah, H. dan Ibrohim. 2005. Penerapan Studi Pembelajaran di Indonesia:
Studi Kasus dari IMSTEP . Jurnal Pendidikan “Mimbar Pendidikan”, No.3. Th. XXIV:
24-32.
Silberman, Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Step to Teach Any Subject.
Massachusetts: A Simon and Schuster Company.
Sumar Hendayana dkk (2007) Lesson Study : Pengalaman IMSTEP-JICA, FPMIPA UPI
dan JICA, Bandung.
Sukirman. 2006. Peningkatan Keprofesionalan Guru Melalui Lesson Study. Makalah
disajikan dalam Pelatihan Lesson StudyBagi Guru Berprestasi dan Pengurus MGMP
MIPA Seluruh Indonesia, PPPG Kesenian Yogyakarta, tanggal 26 Nopember – 10
Desember 2006.
Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo
Perkasa. Jakarta.
Sudjana,Nana.2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru
Algensindo.
Sugiarto. Iwan. 2004 Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik dan
Kreatif. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.Saito, E., (2006). Development of school
based in-service teacher training under the Indonesian Mathematics and Science Teacher
Education Project . Improving Schools. Vol.9 (1): 47-59
Resnick, Lauren B., John M. Levine, & Stephanie D. Teasley. 1991. Perspectives on
Socially Shared Cognition. Washington, DC: American Psychological Association.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Vygotsky, L.S. 1978. Mind in Society. Cambridge: Harvard University Press.
Paul Suparno, Konstruktivisme dan Dampaknya terhadap Pendidikan , Kompas Online
Selasa, 19 November 1996 , http://www.kompas.com
David and Roger Johnson. “An Overview of Cooperative Learning.” [Online] 15 October
2001. http://www.clcrc.com/pages/overviewpaper.html.
Howard Community College’s Teaching Resources. “Ideas on Cooperative Learning and
the use of Small Groups.” [Online] 15 October 2001.
http://www.howardcc.edu/profdev/resources/learning/groups1.htm.
Kagan, S. Kagan Structures for Emotional Intelligence. Kagan Online Magazine. 2001,
http://www.kaganonline.com/Newsletter/index.html
Jacobsen, David A.; Eggen, Paul; Kauchak, Donald (2009). Metode-metode pengajaran.
Penerbit Pustaka Pelajar.
Eggen, Paul; Kauchak, Donald (2010). Educational Psychology. Pearson Education,
Inc.,.
Gunter, Mary A; Estes, Thomas H. Mintz, Susan L. (2007). Instruction: A Model
Approach. Pearson Education, Inc.,.
Yamin, Martinis; Ansari, Bansu (2008). Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa. Gaung Persada Press.
Miarso, Yusufhadi Prof.Dr, (2007) Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta :
Prenada Media
Ibrahim, Muslimin. Mohammad Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
I Wayan Dasna dan Sutrisno. 2000. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based
Learning) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
Kardi, Soeparman. Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas
Negeri Malang.
Nurhadi.2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Winkel, W.S. (1999). Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Gramedia.
Al-Qur'ān al Karim
Abdurrahman an Nahlawī, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Usūl at
Tarbiyah al Islāmiyah wa asālībuhā), terj. Herrỳ Noer Ali, CV Diponegoro, 1989.
Abu Tauhied Ms, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Yogyakarta: Sekretariat Ketua
Jurusan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 1990.
Ahmad Fuad al Ahwānī, At Tarbiyah fī al Islām, Al Qahirah: Dār al Ma'arif, tt
Ahmad Muflih Saefuddin, "Kualitas Akademik Lulusan Tarbiyah" (Makalah
dipresentasikan pada Seminar Nasional dan Sarasehan Mahasiswa Tarbiyah, Senat
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UII, Yogyakarta, 22 - 23 Januari 1992)
Agus Mirwan, Teori Mengajar, Yogyakarta: Sumbangsih Offset, 1989.
Al Gazalī, Ihyā' 'Ulūm ad Dīn, Bairut: Dār al Fikri, 1989, Cet. ke-2.
At Tirmiżī, Sunan Tirmiżī Jāmi' as Sahīh, ttp: Dār al Fikri, 1974
Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI
Press, 1986, Cet. 5,
Ibnu Kaśīr, Tafsir al-Qur'ān al-Karīm, Al-Haramain: tanpa penerbit, tanpa tahun terbit
Ibn Manzūr, Lisān al 'Arab, Bairut : Dār Lisan al 'Arab, tanpa tahun terbit.
M. T. Thahir Abdul Muin, Ikhtisar Ilmu Tauhid, Jakarta: Darun Najah, tt, Cet. ke-6,
Lebih lanjut sifat Tuhan dibagi menjadi: Sifat Nafsiyah, sifat Salbiyah, sifat Ma'ani, dan
sifat Maknawiyah.
Goetsch, David L dan Stanley B. Davis, Quality management: Introduction to Total
Quality Management for Production, Processing, and Service, (New Jersey: Prentice-
Hall, Inc. 2000)
Marshal Sashkin dan Kisser, Putting Total Quality Management to Work, (San Francisco:
Berret – Kohler Publisher, 1993)
Munro. Lesley dan Malcolm, Menerapkan manajemen mutu terpadu, (Jakarta: PT
Gramedia, (Terjemahan), Cet. ke-3, 2002)
Sallis, Edward, Total Quality Management in Education, (London: Kogan Page Limited,
1993)
Ary Ginanjar A. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,
ESQ, Jakarta: Penerbit Arga.
Depdiknas (2003). Kurikulum 2004; Standar Kompetensi Kelas V Sekolah Dasar /
Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Puskur Dit PTK-SD
Depdiknas (2002). Pendekatan Kontekstual ; Contextual Teaching and Learning. Jakarta:
Direktorat PLP
Erman, S. Ar. (2004). Model-model Pembelajaran Matematika. Bandung: LPMP Jawa
Barat.
Erman, S.Ar, dkk. (2001). Common Text Book, Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: JICA-FPMIPA UPI
Erman, S.Ar. (2002). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar matematika. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Hamalik, Oemar (2002). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Maulana, Soni Farid (2004). Menulis Puisi Satu Sisi. Bandung: Pustaka Khalifah.
Maman Sulaeman, Maman (2006). Analisis Struktur Karya Satra Fiksi. Bandung:
Uninus.
Ruseffendi, ET (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta
Lainnya. Semarang: IKIP Semarang.
Sudjana (1980) Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito.
Suharsimi Arikunto (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Depdikbud. 2003. Panduan Sosialisasi Pembelajaran PAKEM. Pati : Depdikbud.
Depdikbud. 2003. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta :
Depdikbud.
Depdikbud. 1995. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di SMP. Jakarta :
Depdikbud.
Depdikbud. 1994. Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta : Depdikbud.
Depdikbud. 1996. Pengelolaan Sekolah di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta :
Depdikbud.
Depdikbud. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta : Depdikbud.