46
Hakikat Lesson Study Oleh : Rum Rosyid NIP : 196609141990021002 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Hakikat Lesson Study

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hakikat Lesson Study

Hakikat Lesson Study

Oleh : Rum Rosyid

NIP : 196609141990021002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

TAHUN 2010

Page 2: Hakikat Lesson Study

Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT kami dapat menyelesaikan karya

ilmiah mengenai Lesson Study sebagai kegiatan pembelajaran yang memusatkan pada

kegiatan membelajarkan siswa. Semoga shalawat dan salam atas Nabi Besar Muhammad

SAW. Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam

bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh

Makoto Yoshida. Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan

profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar

mereka agar menjadi lebih efektif.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:

a. Perencanaan; b. Praktek mengajar; c. Observasi; d. Refleksi/ kritikan terhadap

pembelajaran;

2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu

membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang

menunjang;

3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas

sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana;

4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil

mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui;

5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-

sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.

Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah

perbaikan untuk pembelajaran berikutnya;

6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan

seterusnya kembali ke (2).

Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut: a. Dapat diterapkan di setiap

bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan

kelas; b. Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah. Terselesaikannya tulisan ini tidak

Page 3: Hakikat Lesson Study

terlepas dukungan dari kolega di FKIP UNTAN. Semoga diskusi-diskusi dilingkungan

perguruan tinggi akan menambah pencerahan bagi diri dan masyarakat.

Ahirul kalam

Pontianak, 8 Agustus 2010

Rum Rosyid

Page 4: Hakikat Lesson Study

Daftar Isi

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 4

Pendahuluan 5

Pengertian Lesson Study 12

Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study 15

Manfaat Lesson Study

20

Penutup 21

Daftar Pustaka: 22

Page 5: Hakikat Lesson Study

Pendahuluan

Sebagaimana dipaparkan pada latar belakang di atas, bahwa dari berbagai laporan hasil

riset, diperoleh gambaran umum bahwa mutu pendidikan di negeri ini masih

memprihatinkan. Oleh karena itu, ada panggilan moral bagi setiap elemen yang terlibat

dalam pendidikan untuk terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini.

Sebagaimana diyakini bahwa mutu pendidikan berbanding lurus dengan mutu

pendidiknya, artinya kualitas (mutu) pendidikan merupakan dampak dari profesionalisme

pendidiknya. Parameter keprofesionalan pendidik tersebut adalah seperti diamanatkan

dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP Nomor 19/2005.

Merujuk pada UU dan PP di atas, seorang pendidik dikatakan memiliki keprofesionalan

jika memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional

dan kompetensi sosial. Namun demikian untuk menjadi pendidik profesional bukanlah

perkara mudah tapi diperlukan usaha-usaha yang sistemik dan konsisten serta

berkesinambungan dari pendidik itu sendiri maupun pihak-pihak pengambil kebijakan.

Gambar Struktur Paradigma Lesson Study

Prinsip Bushido : Kerja keras; Kejujuran; Tanggung jawab;

Loyalitas; Kerjasama; Budaya Malu

Prinsip Kaizen (Penyempurnaan) : Kualitas; Efisiensi; Tepat

Waktu

Prinsip Manajemen : TQC; Zero Defect; Just in Time;

Prinsip Organisasi (Quality Assesment) : lebih berorientasi

proses daripada orientasi hasil;

Siklus : Plan; Do, Checkt; Act;

Lesson Study : Plan; Do; See; Reflection.

Taxonomy LS : Kognitif; Afektif; Psikomotorik

Lesson study mempunyai pengertian belajar pada suatu pembelajaran. Seseorang (guru

atau calon guru) bisa belajar tentang bagaimana melakukan pembelajaran pada mata

Page 6: Hakikat Lesson Study

pelajaran tertentu melalui tampilan pembelajaran yang ada (live/real atau rekaman video).

Guru bisa mengadopsi metode, teknik, ataupun strategi pembelajaran, penggunaan media,

dan sebagainya yang diangkat oleh guru penampil untuk ditiru atau dikembangkan di

kelasnya masing-masing. Guru lain/pengamat perlu melakukan analisis untuk

menemukan positif-negatifnya kelas pembelajaran tersebut dari menit ke menit. Hasil

analisis ini sangat diperlukan sebagai bahan masukan bagi guru penampil untuk

perbaikan atau lewat profil pembelajaran tersebut, guru/pengamat bisa belajar atas

inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru lain.

Sejak zaman kuno proses transformasi pendidikan dari orang tua kepada anak, guru

kepada murid, doses kepada mahasiswa, ustadz kepada santri, pamong belajar kepada

warga belajar, motode yang paling kuno adalah ceramah (one way communication),

kemudian ada kemajuan yang dikenal dengan diskusi dan tanya jawab (two way

communication), hingga saat ini telah puluhan bahkan ratusan metode proses

membelajaran yang dikembangkan oleh para ahli, praktisi dan teknobirokrasi bahwa

proses transformasi dari “pemberi” (orang tua, guru, usntadz, pamong belajar, dosen) ke 

yang ”diberi” ( anak, murid, santri, warga belajar, mahasiswa) semakin banyak

alternatifnya  sehingga diharapkan proses transformasi pendidikan tersebut semakin baik

dan mudah  yang pada gilirannya  bermuara pada hasil pendidikan yang bermutu.

 

Namun dalam realitas, berbagai metode, model, cara dalam proses transformasi

pendidikan tersebut, belum begitu banyak dikuasi oleh para “pemberi” dan apalagi

diamalkan dalam melakukan proses transformasi pendidikan. Masih jarang proses

transformasi itu dilakukan oleh si “pemberi” dengan cara berkolaborasi. Contoh

sederhana: ketika seorang ayah melakukan proses pendidikan / mengajar kepada anaknya

mengaji / membaca jarang kita melihat ibunya turut memperhatikan, bagaimana ayahnya

mengajar kepada anaknya atau sebaliknya. Begitu pula ketika sang guru mendidik di

depan kelas, secara konvensional diajar sendiri. Jarang dilakukan bersama (dua guru atau

lebih), hanya sejumlah sekolah bagus saja yang ada semacam mengajar secara tim yang

semenjak perencanaan hingga melakukan tindakan perbaikan dalam proses pembelajaran

dirumuskan /dilakukan secara bersama.

Page 7: Hakikat Lesson Study

Lesson Study adalah suatu proses kolaboratif dimana sekelompok guru mengidentifikasi

suatu masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi

kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan dibelajarkan),

membelajarkan siswa sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran

sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran,

membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi

pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain. Lesson Study merupakan

model pembinaan profesi pendidik melalui studi pembelajaran atau pengkajian

pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinammbungan berlandaskan prinsip-prinsip

kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Implementasi

model Lesson Study juga akan memberikan pengalaman baru yang amat berharga bagi

proses penempaan diri sebagai guru dan pendidik untuk berinovasi secara terus-menerus.

Lesson Study dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan

guru, yaitu dengan menguraikan delapan pengalaman yang diberikan Lesson Study

kepada guru sebagai berikut. Lesson Study memungkinkan guru untuk:

1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan dari pembelajaran, materi pokok, dan

bidang studi.

2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran terbaik yang dapat dikembangkan.

3) memperdalam pengetahuan mengenai mengenai materi pokok yang diajarkan.

4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai berkaitan

dengan siswa.

5) merancang pembelajaran secara kolaboratif.

6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa.

7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat/penuh daya, dan

8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega.

Lesson Study bukanlah metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study

dapat menerapkan berbagai motode atau strategi pembelajaran yang dianggap efektif dan

sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahana faktual yang dihadapi guru di kelas

Page 8: Hakikat Lesson Study

nyata. Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Lewis

merekomendasikan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah

memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan

secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada

siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk

kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan,

pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap

ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam

pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study),

(4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah

pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan

keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama

berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui

pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang

dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam

membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo

miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan

tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.

Dalam tulisannya yang lain, Lewis (2004) menambahkan ciri-ciri esensial dari Lesson

Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di

Jepang, yaitu:

1). Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan

dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka

panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan

kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan

kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan,

mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.

Page 9: Hakikat Lesson Study

2). Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan

pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta

sangat sulit untuk dipelajari siswa.

3). Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah

pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa

menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam

kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-

hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya

tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah

supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.

4). Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan

merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan

pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat

dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan

video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan

melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan

jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali.

Penggunaan camera digital maupun videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya

sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.

Lesson study mentargetkan pencapaian berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi

kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar adalah kebiasaan berpikir dan bersikap (the

habbits of mind and heart that are fundamental to success in school). Kebiasaan berpikir

dan bersikap itu berupa ketekunan (peristence), kerjasama (cooperation), tanggung jawab

(responsibility), dan kemauan untuk bekerja keras (willingness to work hard). Oleh

karena itu, guru harus bekerja sama sebagai satu tim untuk menciptakan lingkungan

belajar yang baik.

Tim guru, dapat dibentuk di Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP) tingkat sekolah maupun tingkat kabupaten. Sehingga, Lesson Study

merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan kegiatan MGMP dan dapat

Page 10: Hakikat Lesson Study

memperbaiki belajar mengajar guru melalui pengembangan pengetahuan keprofesionalan

bersama-sama berdasarkan praktik pembelajaran.

Menurut Lewis (2006), tahap-tahap yang perlu di lakukan dalam menerapkan suatu

Lesson Study adalah sebagai berikut, pertama membentuk grup Lesson Study, anggota

kelompok Lesson Study dapat direkrut dari guru, dosen, pejabat pendidikan, dan/atau

pemerhati pendidikan. Yang sangat penting adalah mereka yang mempunyai komitmen,

minat, dan kemauan untuk melakukan inovasi dan memperbaiki kualitas pendidikan.

Kedua, memfokuskan Lesson Study, yang perlu dilakukan guru yaitu memilih mata

pelajaran, serta memilih topik (unit) dan pelajaran (Lesson).

Ketiga, Merencanakan Research Lesson, dalam merencanakan suatu Research Lesson (a

teacher-led instructional improvement), di samping mengkaji pelajaran-pelajaran yang

sedang berlangsung, kita perlu mengembangkan suatu rencana untuk memandu belajar

(plan to guide learning). Rencana itu akan memandu pengajaran, pengamatan, dan diskusi

tentang research lesson serta mengungkap temuan yang muncul selama lesson Study

berlangsung.

Keempat, mengajar dan mengamati Research Lesson, guru anggota kelompok yang sudah

di tunjuk dan disepakati melaksanakan tugas untuk mengajar materi yang telah

ditetapkan, sedangkan anggota kelompok yang lain mengamati Lesson tersebut.

Pengamat akan mengumpulkan data yang diperlukan selama pelajaran berlangsung.

Untuk mendokumentasikan Research Lesson dilakukan dengan menggunakan kamera,

karya siswa, dan catatan observasi naratif

Kelima, mendiskusikan dan menganalisis Research Lesson. Research Lesson yang sudah

diimplementasikan perlu didiskusikan dan dianalisis. Hal itu perlu dilakukan sebagai

bahan untuk perbaikan atau revisi Research Lesson. Dengan demikian research Lessson

diharapkan akan menjadi lebih sempurna, efektif dan efisien.

Page 11: Hakikat Lesson Study

Keenam, merefleksikan Lesson Study dan merencanakan tahap-tahap berikutnya. Dalam

merefleksikan lesson study hal yang perlu dilakukan adalah memikirkan tentang apa-apa

yang sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa-apa yang masih

perlu diperbaiki.

Lesson study memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan perubahan secara

sistemik. Menurut Lewis (2006) lesson study tidak hanya memberikan sumbangan

terhadap pengetahuan keprofesionalan guru, tetapi juga terhadap peningkatan system

pendidikan yang lebih luas.

Melalui Lesson Study, guru secara kolaboratif berupaya menterjemahkan tujuan dan

standar pendidikan ke alam nyata di kelas. Mereka berupaya merancang pembelajaran

sedemikian sehingga siswa dapat dibantu untuk mengetahui kompetensi dasar yang

diharapkan. Selain itu, mereka berupaya merancang suatu scenario pembelajaran yang

memperhatikan kompetensi dasar dan pengembangan kebiasaan berpikir ilmiah, dimana

siswa diajak untuk mengendalikan variable dan juga memperoleh pengetahuan tertentu

yang terkait dengan materi yang dibelajarkan. Setelah itu rancangan pembelajaran

dilaksanakan, diamati, didiskusikan, direvisi, dan jika perlu dibelajarkan lagi dikelas

lainnya.

Penyelenggaraan proses belajar mengajar menutut guru untuk menguasai isi atau materi

bidang studi yang akan diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi

tersebut. Sebagai penyelenggara proses belajar-mengajar guru juga harus bersikap

profesional. Guru harus dapat mengembangkan sikap positif dalam pembelajaran dan

dapat merespon ide-ide siswa. Melalui lesson study, guru dapat mengamati pelaksanaan

pembelajaran yang diteliti (research lesson) dan juga dapat mengadopsi pembelajaran

yang sejenis setelah mengamati respon siswa yang tertarik dan termotivasi untuk belajar

dengan cara seperti yang dilaksanakan melalui pengamatan langsung terhadap

pembelajaran yang diteliti maupun laporan tertulis, video, ataupun berbagi pengalaman

dengan kolega. Sehingga dengan adanya Lesson Study, guru dapat memperbaiki mutu

Page 12: Hakikat Lesson Study

pengajarannya di kelas serta meningkatkan profesionalisme guru.

Kita memasuki gelombang revolusi dunia yang ke tiga (The Third Wave), yang ditandai

dengan  globalisasi system teknologi informasi. Bersamaan  dengan era globalisasi

tersebut termasuk menerjang sampai ulu hati di dunia pendidikan, yang berimbas pada

permasalahan yang dihadapi oleh siswa dan guru yang  semakin kompleks dalam proses

pembelajaran.

Murid semakin banyak alternative dalam menetukan cara belajar, anak dipengaruhi dunia

luar dengan berbagai permainan baik yang positif hingga yang menyesatkan, sehingga

jika  proses pembelajaran yang dilaksanakan secara standar atau biasa-biasa saja, maka

murid tidak tertarik untuk belajar disekolah maupun dirumah. Phenomena ini membuat

kita para pemangku kepentingan didunia pendidikan (stakeholders) baik pendidik dan

tenaga kependidikan lainnya harus semakin ekstra untuk mencari solusi bagaimana

supaya siswa kembali memiliki gairah belajar dan guru juga semakin berdedikasi

melaksanakan tugasnya.

Dari kondisi demikian, seorang guru PKn Jepang  bersama teman-temannya mencoba

mencari solusi pendekatan, motode pembelajaran, apa yang saat ini sangat popular

disebut dengan Lesson Study. Dengan Lesson Study siswa lebih berusaha untuk belajar

dengan baik karena merasa diawasi para observer. Guru yang bertindak sebagai guru

model juga berusaha untuk tampil prima karena merasa merasa juga diperhatikan para

observer meskipun tugas observer hanya sebatas mengawasi dan konsentrasi belajar

siswa.

Pengertian Lesson Study

Istilah lesson study diambil dari bahasa Jepang jugyokenkyuu yang digunakan oleh

Makoto Yoshida yang berarti penelitian mengenai belajar atau ‘research lesson’ (RBS

Currents, Spring/ Summer 2002). Pada dasarnya istilah ini digunakan Jepang dalam

mengembangkan profesionalisme guru dengan tujuan tercapainya pengembangan

kemampuan mengajar secara berkelanjutan agar siswa dapat meningkatkan kemampuan

Page 13: Hakikat Lesson Study

belajarnya. Yang menjadi fokus perhatian dalam kegiatan adalah bagaimana siswa

berpikir dan belajar.

Lesson study, adalah proses pengembangan profesi inti yang dipraktikkan guru-guru di

Jepang agar secara berkelanjutan mereka dapat memperbaiki mutu pengalaman belajar

siswa dalam proses pembelajaran. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto

Yoshida.  Praktik ini mempunyai sejarah panjang, dan secara signifikan telah membantu

perbaikan dalam pembelajaran (teaching) dan pembelajaran/proses belajar (learning)

siswa dalam kelas, juga dalam pengembangan kurikulum. Banyak guru sekolah dasar dan

sekolah menengah di Jepang menyatakan bahwa lesson study merupakan salah satu

pendekatan pengembangan profesi penting yang telah membantu mereka tumbuh

berkembang sebagai profesional sepanjang karer mereka (Yoshida 1999)

 

Salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran/ perkuliahan di

Perguruan Tinggi adalah dengan melaksanakan Lesson Study. Lesson Study merupakan

suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara

kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas yang saling

membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar. Lesson Study berasal dari

bahasa Jepang (dari kata: jugyokenkyu) yaitu suatu proses sistematik yang digunakan

oleh guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarannya dalam rangka

meningkatkan hasil pembelajaran (Garfield, 2006). Proses sistematik yang dimaksud

adalah kerja guru-guru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan perangkat

pembelajaran, melakukan observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajaran secara

bersiklus dan terus menerus. Menurut Lewis (2002) ide yang terkandung di dalam Lesson

Study sebenarnya singkat dan sederhana, yakni jika seorang guru ingin meningkatkan

pembelajaran, salah satu cara yang paling jelas adalah melakukan kolaborasi dengan guru

lain untuk merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang

dilakukan.

Apabila kita cermati definisi Lesson Study, maka kita menemukan 7 kata kunci, yaitu

pembinaan profesi, pengkajian pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan, kolegialitas,

Page 14: Hakikat Lesson Study

mutual learning, dan komunitas belajar. Lesson Study bertujuan untuk melakukan

pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan agar terjadi peningkatan profesionalitas

pendidik terus menerus. Kalau tidak dilakukan pembinaan terus menerus maka

profesionalitas dapat menurun dengan bertambahnya waktu.

Bagaimana membinanya, yaitu melalui pengkajian pembelajaran secara terus menerus

dan berkolaborasi. Pengkajian pembelajaran harus dilakukan secara berkala, misalnya

seminggu sekali atau dua minggu sekali karena membangun komunitas belajar adalah

membangun budaya yang memfasilitasi anggotanya untuk saling belajar, saling koreksi,

saling menghargai, saling bantu, saling menahan ego.

Membangun budaya tidak sebentar, melainkan memerlukan waktu lama. Berapa lama

waktu diperlukan untuk membangun budaya komunitas belajar tidak ada batasan,

semakin lama semakin baik. Berkenaan dengan pembelajaran, tidak ada pembelajaran

yang sempurna, selalu ada celah untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, pembelajaran

harus dikaji secara terus menerus agar lebih baik dan lebih baik lagi. Pengkajian

pembelajaran dimaksudkan untuk mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran

agar terjadi peningkatan mutu pembelajaran terus menerus. Objek kajian pembelajaran

dapat meliputi: materi ajar, metode/strategi/pendekatan pembelajaran, LKM (Lembar

Kerja Mahasiswa), media pembelajaran, seting kelas, dan asesmen. Mengapa pengkajian

pembelajaran dilakukan secara berkolaborasi? Karena lebih banyak masukan perbaikan

akan meningkatkan mutu pembelajaran itu sendiri. Menurut diri sendiri rasanya persiapan

pembelajaran sudah bagus, tetapi ketika mendapat masukan dari orang lain ternyata

masih ada hal-hal yang bisa meningkatkan mutu persiapan pembelajaran.

Prinsip kolegialitas dan mutual learning (saling belajar) diterapkan dalam berkolaborasi

ketika melaksanakan kegiatan Lesson Study. Dengan kata lain, peserta kegiatan Lesson

Study tidak boleh merasa superior (merasa paling pintar) atau inferior (merasa rendah

diri) tetapi semua peserta kegiatan Lesson Study harus mempunyai niat untuk saling

belajar. Peserta yang sudah paham atau memiliki ilmu lebih harus mau berbagi dengan

peserta yang belum paham, sebaliknya peserta yang belum paham harus mau bertanya

kepada peserta yang sudah paham. Narasumber dalam forum Lesson Study harus

Page 15: Hakikat Lesson Study

bertindak sebagai fasilitator, bukan instruktur. Fasilitator harus dapat memotivasi peserta

untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar para peserta dapat maju bersama.

Gambar . Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study

Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study

Siklus pengkajian pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahapan, seperti diperlihatkan

dalam Gambar 3. Kalau pelatihan konvensional bersifat top-down, artinya materi

pelatihan sudah disiapkan dan diberikan oleh instruktur, sebaliknya pelatihan melalui

Lesson Study bersifat bottom-up karena materi pelatihan berbasis permasalahan yang

dihadapi para dosen, kemudian dikaji secara kolaboratif dan berkelanjutan. Lesson Study

dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu tahapan pertama adalah Plan (merencanakan),

tahapan kedua adalah Do (melaksanakan), dan tahapan ketiga adalah See (merefleksi)

yang berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan

mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continous improvement).

Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu plan (merencanakan), do

(melaksanakan), dan see (merefleksi) secara berkelanjutan (Saito, 2007). Dengan kata

lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah

berakhir (continous improvement), alias inovasi yang tiada henti.

Page 16: Hakikat Lesson Study

Peningkatan mutu pendidikan melalui Lesson Study dimulai dari tahap perencanaan

(plan) yang bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa

dan berpusat pada siswa (student centered), bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif

dalam proses pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi

dilakukan bersama, beberapa guru dapat berkolaborasi atau guru-guru dan dosen dapat

pula berkolaborasi untuk memperkaya ide-ide dan wawasan. Perencanaan diawali dari

analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Permasalahan dapat berupa

materi bidang studi, bagaimana menjelaskan suatu konsep, dapat juga berupa problem

pedagogi tentang metode pembalajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan

efisien ataupun permasalahan fasilitas, bagaimana menyiasati kekurangan fasilitas

pembelajaran. Selanjutnya guru secara bersama-sama mencari solusi terhadap

permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran (lesson

plan), teaching materials berupa media pembelajaran dan lembar kerja siswa serta metode

evaluasi.

Teaching materials yang telah dirancang perlu diujicoba sebelum diterapkan di dalam

kelas. Pertemuan-pertemuan yang sering dilakukan dalam workshop antara guru-guru dan

dosen-dosen dalam rangka perencanaan pembelajaran mendorong terbentuknya

kolegalitas antara guru dengan guru, dosen dengan guru, dosen dengan dosen, sehingga

dosen tidak merasa lebih tinggi atau sebaliknya guru tidak merasa lebih rendah. Mereka

sharing pengalaman dan saling belajar sehingga melalui kegiatan-kegiatan pertemuan

dalam rangka lesson study ini terbentuk mutual learning (saling belajar).

Langkah kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan (do) pembelajaran untuk

menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Dalam

perencanaan telah disepakati siapa guru yang akan mengimplementasikan pembelajaran

dan sekolah yang menjadi tuan rumah.

Langkah ini bertujuan untuk mengujicoba efektivitas model pembelajaran yang telah

dirancang. Guru-guru lain dari sekolah yang bersangkutan atau dari sekolah lain

bertindak sebagai observer pembelajaran. Observer juga bisa datang dari para dosen,

Page 17: Hakikat Lesson Study

mahasiswa, dinas pendidikan, dewan sekolah, komite sekolah maupun pihak-pihak lain

yang berkenan dan peduli dengan pembelajaran tersebut. Termasuk kepala sekolah juga

terlibat dalam pengamantan pembelajaran sekaligus sebagai pemandu kegiatan ini.

Sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya dilakukan briefing kepada para pengamat

untuk menginformasikan kegiatan pembelajara yang direncanakan oleh seorang guru

sekaligus mengingatkan bahwa selama pembelajaran berlangsung pengamat tidak

mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktivitas siswa selama

pembelajaran.

Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi siswa-siswa, siswa-sumber belajar/bahan-

ajar, siswa-guru dan siswa-lingkungan. Lembar observasi pembelajaran perlu dimiliki

oleh para pengamat sebelum pembelajaran dimulai. Para pengamat dipersilahkan

mengambil tempat di ruang kelas yang memungkinkan dapat mengamati aktivitas siswa.

Biasanya para pengamat berdiri di sisi kiri dan kanan di dalam ruang kelas agar aktivitas

siswa dapat teramati dengan baik. Selama pembelajaran berlangsung para pengamat tidak

boleh berbicara dengan sesama pengamat dan tidak mengganggu aktivitas serta

konsentrasi siswa. Para pengamat dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran

melalaui video camera atau foto digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan studi

lebih lanjut. Keberadaan para pengamat di ruang kelas disamping mengumpulkan

informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung

dan bukan untuk mengevaluasi guru. Sekali lagi, bukan dimaksudkan untuk

mengevaluasi sang guru apalagi “menghakimi”-nya.

Langkah ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi (see). Setelah selesai

pembelajaran, langsung dilakukan diskusi antara guru dan para pengamat yang dipandu

oleh kepala sekolah atau personel yang ditunjuk untuk membahas pembelajaran. Guru

mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan

pembelajaran, selanjutnya para pengamat diminta menyampaikan komentar dan lesson

lent dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas siswa. Jika terpaksa harus

memberi kritik atau saran, tentunya kritik dan saran untuk guru disampaiakan secara

bijak demi perbaikan pembelajaran, dan sebaliknya guru harus dapat menerima masukan

Page 18: Hakikat Lesson Study

dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari

diskusi (refleksi) ini diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan

penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran

indiividual, maupun menajerial.

Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada

saat diskusi dalam tahapan refleksi (see) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik

yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk merancang dan

mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik. Pada tataran manajerial, dengan

pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah

akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan

manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala

sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya

secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang

sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga

diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya

sebagai pemimpin pendidikan di sekolah. Pada prinsipnya, semua orang yang terlibat

dalam kegiatan Lesson Study harus memperoleh lessont lent, dengan demikian kita

membangun komunitas belajar melalui Lesson Study. Meminjam istilah Ridwan (dalam

Adib, 2007), salah seorang pakar Lesson Study, kata kunci Lesson Study adalah

keberanian guru “membuka kelas” untuk diamati proses/aktivitas pembelajaran siswanya

oleh para observer.

Lesson Study pada mulanya merupakan serangkaian kegiatan atau proses yang

sistematis digunakan oleh guru-guru di Jepang untuk menguji efektifitas pengajaran

dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran ( Garfield, 2006 ). Yang dimaksud proses

sistematis adalah koolaborasi antara guru dengan guru, dan jika memungkinkan dalam

penyusunan plane ini dapat melibatkan warga sekolah; orang tua/wali siswa, komite, atau

pihak peduli pendidikan sehingga sampai refleksinya.  Dalam lesson study perencanaan

pembelajaran (plane) disusun secara bersama yang dituangkan dalam rencana program

pembelajaran (RPP). Pada kegiatan plane ini juga ditetapkan seorang guru model yang

Page 19: Hakikat Lesson Study

akan acting didalam kelas. Jika.. Guru model pada saat acting melaksanakan Rencana

Program Pembelajaran disertai oleh para observer.

Lesson Study merupakan bagian dari proses pembinaan profesi yang guru-guru Jepang

lakukan melalui pengujian secara sistematis dengan cara mengamati pelaksanaan belajar

dalam kelas. Tujuannya adalah meningkatkan efektivitas belajar siswa. Dalam melakukan

pengamatan beberapa guru berkolaborasi dalam kelompok kecil. Seluruh anggota tim

terlibat dalam perencanaan, melaksanaan pembelajaran, mengoboservasi, dan mengamati

dengan kritis cara belajar (http://www.tc.columbia.edu/lessonstudy/lessonstudy.html;

2007).

Menurut Jim Stigler dan James Hiebert (http://www.aft.org/teachers/ downloads/

lesson_study.pdf, 2007) berbeda dengan model pengembangan professional lain karena

kegiatan itu langsung dikaitkan pada kegiatan belajar mengajar. Dijelaskannya bahwa

yang menjadi fokus perhatian adalah kegiatan mengajar bukan guru; siswa belajar bukan

produk belajar siswa. Sukses lesson study diukur dengan indikator guru belajar, bukan

dari seberapa keterpenuhan syarat kegiatan belajar. Kesempurnaan kegiatan mengukur

bagaimana proses bukan pada tujuan. Sukses guru dalam bekerja kelompok ditentukan

oleh keberhasilan merumuskan perencanaan, pengamatan, dan membahas data hasil

pengamatan.

Lesson study memberi kesempatan nyata kepada para guru menyaksikan pembelajaran

(teaching) dan pemelajaran atau proses belajar siswa (learning) di ruang kelas. Lesson

study membimbing guru untuk memfokuskan diskusi-diskusi mereka pada perencanaan,

pelaksanaan, observasi/pengamatan, dan refleksi pada praktik pembelajaran di kelas.

Dengan menyaksikan praktik pembelajaran yang sebenarnya di ruang kelas, guru-guru

dapat mengembangkan pemahaman atau gambaran yang sama tentang apa yang

dimaksud dengan pembelajaran efektif, yang pada gilirannya dapat membantu siswa

memahami apa yang sedang mereka pelajari.

Karakteristik unik yang lain dari lesson study adalah bahwa lesson study menjaga agar

siswa selalu menjadi detak jantung kegiatan pengembangan profesi guru. Lesson study

memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti proses belajar serta

Page 20: Hakikat Lesson Study

pemahaman siswa dengan cara mengamati dan mendiskusikan praktik pembelajaran di

kelas. Kesempatan ini juga memperkuat peran guru sebagai peneliti di dalam kelas. Guru

membuat hipotesis (misalnya, jika kami mengajar dengan cara tertentu, anak-anak akan

belajar) dan mengujinya di dalam kelas bersama siswanya. Kemudian guru mengumpul-

kan data ketika melakukan pengamatan terhadap siswa selama berlangsungnya pelajaran

dan menentukan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak di kelas.

Ciri lain dari lesson study adalah bahwa ia merupakan pengembangan profesi yang

dimotori guru. Melalui lesson study, guru dapat secara aktif terlibat dalam proses

perubahan pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Selain itu, kolaborasi dapat

membantu mengurangi isolasi di antara sesama guru dan mengembangkan pemahaman

bersama tentang bagaimana secara sistematik dan konsisten memperbaiki proses

pembelajaran dan proses belajar di sekolah secara keseluruhan. Selain itu, lesson study

merupakan bentuk penelitian yang memungkinkan guru-guru mengambil peran sentral

sebagai peneliti praktik kelas mereka sendiri dan menjadi pemikir dan peneliti yang

otonom tentang pembelajaran (teaching) dan pemelajaran atau proses belajar siswa

(learning) di ruang kelas sepanjang hidupnya.

Manfaat Lesson Study

Kegiatan lesson study bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan professional guru.

Yang menarik dalam kegiatan ini adalah memanfaatkan kepakaran para guru melalui

kegiatan kerja sama untuk memperbaiki kinerja mengajar dengan memanfaatkan hasil

pengamatan pelaksanaan tugas mengajar dalam pelaksanaan tugas yang sesungguhnya.

Dengan melaksanakan kerja sama memperbaiki pelaksanaan tugas pada level sekolah

yang dilaksanakan langsung oleh para guru akan sangat bermanfaat karena akan

mengurangi tingkat kebergantungan para guru dalam meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan terbaiknya melalui peningkatan pemahaman terhadap efektivitas kinerja

belajar siswa.

Lesson study menjadi penting karena kegiatan itu bermanfaat meningkatkan kemampuan

guru dalam menguasai materi pelajaran, meningkatkan keterampilan merencanakan

Page 21: Hakikat Lesson Study

pembelajaran, meningkatkan keterampilan menerapkan metode dan pelaksanaan

pembelajaran secara umum, meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan

pengamatan terhadap siswa yang sedang melaksanakan belajar, meningkatkan

kemampuan kerja sama dengan teman sejawat serta dengan memperluas jaringan kerja,

memperbaiki kinerja melalui pelaksanaan tugas sehari-hari dan membuka isolasi kelas

sehingga peningkatan kemampuan diperoleh dengan tidak mengurangi hak siswa untuk

mendapat pelayanan belajar.

Jika menginginkan siswa anda cerdas dan kreatif, Jangan paksa mereka untuk giat

belajar. Jangan pula paksakan untuk rajin membaca. Tetapi, andalah yang harus giat

belajar. Andalah yang harus banyak membaca. Itulah yang disampaikan Muchlas Yusak,

dalam acara seminar dan loka karya “Mencari Solusi Peningkatan Mutu Pendidikan

Berkelanjutan” yang diselenggarakan penerbit Tiga Serangkai di Hotel Plaza Tegal,

Sabtu: 22 Maret 2008.

Giat belajar dan rajin membaca memang senjata ampuh yang dilontarkan guru kepada

siswa-siswi yang bermasalah dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang tidak dapat

mengerjakan soal atau siswa yang tidak bisa menjawab ketika ditanya, sering kali divonis

tidak belajar atau kurang banyak membaca. Mereka sering dipersalahkan, meskipun

dengan perlakuan yang berbeda. Sementara teknik, metode dan pendekatan pembelajaran

yang digunakan, sering luput dari pengamatan. Meskipun upaya peningkatan mutu telah

banyak dilakukan; bermacam-macam teknik, metode dan pendeketan pembelajaran telah

banyak ditawarkan. Semua itu tetap belum mampu mendongkrak mutu pendidikan negara

kita. Mengapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini, Stigler dan Hiebert (1999:

115-150, dalam Muchlas Yusak) mengusulkan Lesson Study sebagai suatu bentuk

pengembangan profesi guru yang dapat membantu dalam memperbaiki/meningkatkan

mutu praktek pembelajaran di kelas (classroom practices).

Penutup

Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa

Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto

Yoshida. Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas

Page 22: Hakikat Lesson Study

guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar

menjadi lebih efektif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:

a. Perencanaan; b. Praktek mengajar; c. Observasi; d. Refleksi/ kritikan terhadap

pembelajaran;

2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu

membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang

menunjang.

3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas

sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.

4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil

mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.

5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-

sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.

Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah

perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan

seterusnya kembali ke (2). Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:

a. Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga

dan pada setiap tingkatan kelas; b. Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.

Daftar Pustaka:

Adib, Khoirul. 2007. Lesson Study: Starting Point Revolusi Pendidikan yang Masih

Terabaikan. Malang : Universitas Negeri Malang.

Alessi, S.M. dan Trollip, S.R. 1991. Computer Based Instruction: Methods and

Development. New Jersey; Prentice Hall.

Angkowo dan Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta; Grasindo.

Page 23: Hakikat Lesson Study

Ardana, Made.2001. Pengembangan Model Kooperatif Individuasi Berbantu

Berwawasan Konstruktivis. Singaraja:Aneka Widya SIKIP Singaraja.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta;

Rajawali Pers.

Bahri Djamarah, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta;

PT Rineka Cipta.

Bagus Takwin, Konstruktivisme dalam Pemikiran , Sabtu, 01 Desember 2007

Bambang Aryawan, PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)

UNTUK MEMBANGUN PENGETAHUAN SISWA , Rabu, 29 Juli 2009,

http://riyadi.purworejo.asia/2009/07/pembelajaran-cooperative-.html

Bahaudin. Taufik. 1999. Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen Manusia.

Elex Media Komputindo: Jakarta.

Buzan. Tony dan Barry. 2004. Memahami Peta Pikiran : The Mind Map Book. Interaksa:

Batam.

Buzan. Tony. 2004. Mind Map: Untukmeningkatkan Kreativitas. Gramedia Pustaka

Utama: Jakarta.

Dryden. Gordon. 2003. Revolusi Cara Belajar : The Learning Revolution Bagian I. Kaifa:

Bandung.

Database Otanomi Daerah Propinsi Jawa Timur. 2005. Profil Malang Raya (Online) .

(http://www.otonomnet.com/jatim/index.asp.profil=malang/diakses 3 Juni 2009).

Direktori Lembaga Pendidikan Nasional (DLPN). 2008. Mutu Tenaga Kependidikan.

Jakarta: Depdiknas.

De Porter. Bobbi, dkk. 2000. Quantum Teaching. Kaifa: Bandung.

DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar

Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.

DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2000. Quantum Business: Membiasakan Bisnis

secara Etis dan Sehat. Bandung: Penerbit KAIFA.

DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2001. Quantum Teaching:

Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Penerbit KAIFA.

Djangi Muh. Jasri.1994. Memanfaatkan Siswa yang Pandai sebagai Tutor Sebaya dalam

Pengajaran Biologi di SMA. Makalah dalam Jurnal Transformasi. Makassar.FPMIPA

Page 24: Hakikat Lesson Study

UNM.

Dewantara, K.H. 2004. Karya K.H. Dewantara, bagian pertama: Pendidikan. Yogyakarta:

Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Dryden, Gordon dan Jeanette Vos. 1999. The Learning Revolution: To Change the Way

the World Learns. Selandia Baru: The Learning Web.

Fosnot, C. 1996. “Constructivism: A Psychologycal Theory of Learning”. Dalam C.

Fosnot (Editor): Constructivism: Theory, Perspectives, and Practice. NewYork: Teachers

College.

Garfield, J. (2006). Exploring the Impact of Lesson Study on Developing Effective

Statistics Curriculum. (Online): diambil tanggal 19-6-2006 dari:

www.stat.auckland.ac.nz/-iase/publication/-11/Garfield.doc

Giddens, Anthony. 2001. Runway World. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Glazer,E.2001. Problem Based Instruction. http://www.coe.uga.edu.epltt/problem

basedinstruc.htm

Hendayana S.. 2006. Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan

Guru (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press.

Hidayati, S., Listyani. E. & Warsono. 2006. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Lesson

Study. Makalah disajikan dalam Pelatihan Lesson Study Bagi Guru Berprestasi dan

Pengurus MGMP MIPA Seluruh Indonesia, PPPG Kesenian Yogyakarta, tanggal 26

Nopember – 10 Desember.

Hidayat. Nandang. Meningkatkan Energi Belajar Melalui Belajar kuantum (Quantum

Learning): Bogor.

Istamar Syamsuri (2007),Membangun Learning Community menuju sekolah berprestasi

Apa dan mengapa Lesson Study

Istamar Syamsuri dan Ibrohim (2008) Lesson Study (studi Pembelajaran), FMIPA, UM,

Malang.

Ibrahim, Muslimin.  Mohammad Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan

Masalah .Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

I Wayan Dasna dan Sutrisno. 2000. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based

Learning) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Page 25: Hakikat Lesson Study

Jensen. Eric dan Karen Makowitz. 2002. Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun

Ingatan Super. Kaifa : Bandung.

Kardi, Soeparman. Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas

Negeri Malang.

Karim, M. A. 2006. Implementation of Lesson Study for Improving The Quality of

Mathematics Instruction in Malang. Tsukuba Journal of Educational Study in

Mathematics, (Online), Vol.25,

(http://www.human.tsukuba.ac.jp/~mathedu/journal/vol25/karim.pdf, diakses 3 Januari

2009).

Lewis, Catherine C. (2002). Lesson study: A Handbook of Teacher-Led Instructional

Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc.

Lie, Anita (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di

ruang-ruang kelas. PT Grasindo. 

Makmun. Abin Syamsudin. 2000. Psikologi Kependidikan Remaja Rosda

Karya.Bandung.

Madarijul Huda Pati. Laporan Penelitian Dosen Muda. FMIPA: Universitas Negeri

Semarang.

Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbook. New York: McGraw-Hill.

Parmin dan Siti Aminah. 2008. Menerapkan Lesson Study Dalam Pembelajaran di MI

http://batang-karso.blogspot.com/2009/05/laporan-lesson-study.html

Robert E. Slavin (1994), A Practical Guide to Cooperative Learning. Disadu oleh

Muhammad Nur, 2005, dalam Pembelajaran Kooperatif, Surabaya, Pusat Sains dan

Matematika Sekolah Unesa.

Nurhadi.2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.

Robinson, Naomi. 2006. Lesson Study: An example of its adaptation to Israeli middle

school teachers . (Online): stwww.weizmann.ac.il/G-math/ICMI/ Robinson_proposal.doc

Richardson, J. 2006. Lesson study: Teacher Learn How to Improve Instruction. Nasional

Staff Development Council . (Online): www.nsdc.org. 03/05/06.

Robinson, Naomi. 2006. Lesson Study: An example of its adaptation to Israeli middle

school teachers . (Online): stwww.weizmann.ac.il/G-math/ICMI/ Robinson_proposal.doc

Richardson, J. 2006. Lesson study: Teacher Learn How to Improve Instruction. Nasional

Page 26: Hakikat Lesson Study

Staff Development Council . (Online): www.nsdc.org. 03/05/06.

Saito, E., Imansyah, H. dan Ibrohim. 2005. Penerapan Studi Pembelajaran di Indonesia:

Studi Kasus dari IMSTEP . Jurnal Pendidikan “Mimbar Pendidikan”, No.3. Th. XXIV:

24-32.

Silberman, Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Step to Teach Any Subject.

Massachusetts: A Simon and Schuster Company.

Sumar Hendayana dkk (2007) Lesson Study : Pengalaman IMSTEP-JICA, FPMIPA UPI

dan JICA, Bandung.

Sukirman. 2006. Peningkatan Keprofesionalan Guru Melalui Lesson Study. Makalah

disajikan dalam Pelatihan Lesson StudyBagi Guru Berprestasi dan Pengurus MGMP

MIPA Seluruh Indonesia, PPPG Kesenian Yogyakarta, tanggal 26 Nopember – 10

Desember 2006.

Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo

Perkasa. Jakarta.

Sudjana,Nana.2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru

Algensindo.

Sugiarto. Iwan. 2004 Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik dan

Kreatif. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.Saito, E., (2006). Development of school

based in-service teacher training under the Indonesian Mathematics and Science Teacher

Education Project . Improving Schools. Vol.9 (1): 47-59

Resnick, Lauren B., John M. Levine, & Stephanie D. Teasley. 1991. Perspectives on

Socially Shared Cognition. Washington, DC: American Psychological Association.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

Vygotsky, L.S. 1978. Mind in Society. Cambridge: Harvard University Press.

Paul Suparno, Konstruktivisme dan Dampaknya terhadap Pendidikan , Kompas Online

Selasa, 19 November 1996 , http://www.kompas.com

David and Roger Johnson. “An Overview of Cooperative Learning.” [Online] 15 October

2001. http://www.clcrc.com/pages/overviewpaper.html.

Page 27: Hakikat Lesson Study

Howard Community College’s Teaching Resources. “Ideas on Cooperative Learning and

the use of Small Groups.” [Online] 15 October 2001.

http://www.howardcc.edu/profdev/resources/learning/groups1.htm.

Kagan, S. Kagan Structures for Emotional Intelligence. Kagan Online Magazine. 2001,

http://www.kaganonline.com/Newsletter/index.html

Jacobsen, David A.; Eggen, Paul; Kauchak, Donald (2009). Metode-metode pengajaran.

Penerbit Pustaka Pelajar. 

Eggen, Paul; Kauchak, Donald (2010). Educational Psychology. Pearson Education,

Inc.,. 

Gunter, Mary A; Estes, Thomas H. Mintz, Susan L. (2007). Instruction: A Model

Approach. Pearson Education, Inc.,. 

Yamin, Martinis; Ansari, Bansu (2008). Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual

Siswa. Gaung Persada Press. 

Miarso, Yusufhadi Prof.Dr, (2007) Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta :

Prenada Media

Ibrahim, Muslimin.  Mohammad Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

I Wayan Dasna dan Sutrisno. 2000. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based

Learning) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Kardi, Soeparman. Mohammad Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas

Negeri Malang.

Nurhadi.2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.

Winkel, W.S. (1999). Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Gramedia.

Al-Qur'ān al Karim

Abdurrahman an Nahlawī, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Usūl at

Tarbiyah al Islāmiyah wa asālībuhā), terj. Herrỳ Noer Ali, CV Diponegoro, 1989.

Abu Tauhied Ms, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Yogyakarta: Sekretariat Ketua

Jurusan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 1990.

Ahmad Fuad al Ahwānī, At Tarbiyah fī al Islām, Al Qahirah: Dār al Ma'arif, tt

Ahmad Muflih Saefuddin, "Kualitas Akademik Lulusan Tarbiyah" (Makalah

dipresentasikan pada Seminar Nasional dan Sarasehan Mahasiswa Tarbiyah, Senat

Page 28: Hakikat Lesson Study

Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UII, Yogyakarta, 22 - 23 Januari 1992)

Agus Mirwan, Teori Mengajar, Yogyakarta: Sumbangsih Offset, 1989.

Al Gazalī, Ihyā' 'Ulūm ad Dīn, Bairut: Dār al Fikri, 1989, Cet. ke-2.

At Tirmiżī, Sunan Tirmiżī Jāmi' as Sahīh, ttp: Dār al Fikri, 1974

Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI

Press, 1986, Cet. 5,

Ibnu Kaśīr, Tafsir al-Qur'ān al-Karīm, Al-Haramain: tanpa penerbit, tanpa tahun terbit

Ibn Manzūr, Lisān al 'Arab, Bairut : Dār Lisan al 'Arab, tanpa tahun terbit.

M. T. Thahir Abdul Muin, Ikhtisar Ilmu Tauhid, Jakarta: Darun Najah, tt, Cet. ke-6,

Lebih lanjut sifat Tuhan dibagi menjadi: Sifat Nafsiyah, sifat Salbiyah, sifat Ma'ani, dan

sifat Maknawiyah.

Goetsch, David L dan Stanley B. Davis, Quality management: Introduction to Total

Quality Management for Production, Processing, and Service, (New Jersey:  Prentice-

Hall, Inc. 2000)

Marshal Sashkin dan Kisser, Putting Total Quality Management to Work, (San Francisco:

Berret – Kohler Publisher, 1993)

Munro. Lesley dan Malcolm, Menerapkan manajemen mutu terpadu, (Jakarta: PT

Gramedia, (Terjemahan), Cet. ke-3, 2002)

Sallis, Edward,  Total Quality Management in Education, (London: Kogan Page Limited,

1993)

Ary Ginanjar A. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

ESQ, Jakarta: Penerbit Arga.

Depdiknas (2003). Kurikulum 2004; Standar Kompetensi Kelas V Sekolah Dasar /

Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Puskur Dit PTK-SD

Depdiknas (2002). Pendekatan Kontekstual ; Contextual Teaching and Learning. Jakarta:

Direktorat PLP

Erman, S. Ar. (2004). Model-model Pembelajaran Matematika. Bandung: LPMP Jawa

Barat.

Erman, S.Ar, dkk. (2001). Common Text Book, Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung: JICA-FPMIPA UPI

Page 29: Hakikat Lesson Study

Erman, S.Ar. (2002). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar matematika. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Hamalik, Oemar (2002). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta: Bumi Aksara.

Maulana, Soni Farid (2004). Menulis Puisi Satu Sisi. Bandung: Pustaka Khalifah.

Maman Sulaeman, Maman (2006). Analisis Struktur Karya Satra Fiksi. Bandung:

Uninus.

Ruseffendi, ET (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta

Lainnya. Semarang: IKIP Semarang.

Sudjana (1980) Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito.

Suharsimi Arikunto (2002). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Depdikbud. 2003. Panduan Sosialisasi Pembelajaran PAKEM. Pati : Depdikbud. 

Depdikbud. 2003. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta :

Depdikbud. 

Depdikbud. 1995. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di SMP. Jakarta :

Depdikbud. 

Depdikbud. 1994.  Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Menengah Pertama.

Jakarta : Depdikbud. 

Depdikbud. 1996. Pengelolaan Sekolah di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta :

Depdikbud. 

Depdikbud. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah

Pertama. Jakarta : Depdikbud.