2
Pikiran Rakyat o Se/,sa 0 Rabu 0 Kam;s 0 Jumat 4 5 6 7 8 9 10 11 20 21 2:? 23 24 €i> 26 OMar OApr .Me; OJun OJul 0 Ags o Sabtu 0 Mlnggu 12 13 14 15 16 27 28 29 30 31 o Sep 0 Okt 0 Nov 0 Des Ju~s T~rbaik_ Pulibl~an EI~onomi Raky~t - :..= ~ ------......- " M ASYARAKATln- donesia semakin ak- rab dengan istiIah "neoliberalisme" yang lekat de- ngan salah satu calon Wakil Presiden RI periode menda- tang. Sebagian kalangan meng- ungkapkan kekhawatirannya jika prinsip yang dianut Boe- diono itu akan menjerumuskan kemandirian perekonomian bangsa. Sebagian lagi justru berkata sebaIiknya, neoliberal- isme tidak bisa dihindari kare- na pemerintab Indonesia su- dab terlanjur berutang akibat ketidakmampuan menyeleng- garakan pembangunan dengan modal sendiri. Meski Boediono menolak keras disebut pengikut neolibe- ralisme, namun opini menge- nai konsep ekonomi yang lebih mengacu pada pasar ini terus bermunculan. Dikatakan, mes- ki Indonesia sudab terbebas darijeratan utang Internation- al Monetary Fund (IMF) ketika Boediono menjadi Menteri Keuangan era Megawati, na- mun rupanya masih ada "per- panjangan tangan" IMF melalui Letter of Intent (LoI). Menurut Guru Besar Fakul- tas Ekonomi Universitas Pa- djadjarpn, Prof. Soeharsono Sagir, Indonesia memang su- dab menganut aliran neoliberal sejak pemerintah tidak memili- ki modal membangun negeri. "Hanya saja banyak masyarakat yang tidak tabu dan tidal.<memahami ini. Mes- ki disebut neoliberal, tetapi saya amati pemerintab masih memiliki peran dalam pereko- nomian bangsa melalui kebi- jakan fiskalnya serta araban kepada bank sentral," katanya di Bandung, Jurnat (22/5). Setelah 63 tabun merdeka, saat ini Indonesia masih belum juga dapat terbebas dari ~tang. Bahkan beban utang publik perkapita atau utang yang harus ditan~~etiap ~a negara mencapai Rp 11,8juta. "Padahal sebelurn tabun 1967, Indonesia bisa dikatakan lead- ing di antara negara-negara di Asia Tenggara. Tetapi karena lengah, semakin lama kas ne- gara selalu defisit karena pem- biayaan untukjangka pendek (misalnya pembangunan fisik) lebih besar daripada yang bersifatjangka panjang (seper- ti menyiapkan surnber daya manusia unggw). Sejak itulah Indonesia tidak bisa lepas dari utang luar negeri," papar Prof. Sagir. Kebergantungan terhadap luar negeri inilah yang dice- maskan kalangan penolak neo- libetalisme. Padahal di tengah kesulitan ekonomi, rakyat san- gat membutuhkan dukungan pemerintab. Jika paham ne- oliberal dijalankan di Indone- sia. akan sangat berpengaruh terhadap keberpihakan kepiida rakyat, karena peran pemerin- tab yang terbatas kepentingan pasar. Menurut Rektor Institut Manajemen Koperasi Indone- sia (Ikopin), Prof. RuDyIndra- wan, ketika Indonesia terpuruk akibat krisis moneter tabun 1997, banyak pengamat ekono- I mi asing yang mengatakan bahwa Indonesia akan porak poranda. Dikata}can,jutaan penduduk akan mati, bayi ke- laparan, dan perekonomian akan runtuh. "Mendengar itu, para inves- tor asing dan pemain pasar modallari tunggang langgang. Tetapi nyatanya, perekonomi- an bangsa bisa bangkit karena ada usaha keeil menengah yang terus tumbuh di kalangan masyarakat dan tidak tergoy- ahkan oleh krisis. Sayangnya, setelah kondisi perekonomian stabil dan membaik, para pe- main "lama" kembali mengin- vasi dan kini arusnya semakin kencang. Hasilnya, sekarang ini UKM kembali terping- girkan," papamya. Indikasi hal tersebut terlihat dari kucuran kredit perbankan yang hingga 80% mengalir kepada pemodal besar. "De- ngan realisasi pemberian kre- dit maksimal30% untuk UKM tentu tidak sebanding dengan jQIl1lahnyayang mencapai 90% dari total keseluruhan pen- gusaha di Indonesia. Jika ingin berbuat adil, seharusnyape- merintab bisa memberi rasio yang lebih besar bagi pelaku UKM daripada pemodal besar yang biasanya berasal dari luar negeri (asing)," kata RuDy. Mengenai keikutsertaan In- donesia dalam pasar bebas di- sebutkan RuDy,bisa memoti- vasi pelaku pasar untuk sukses. "Hanya saja selamanya kita akan menjadi pecundang kare- na kalah kekuatan. Bisa dikatakan negara kita belum cukup mampu dan siap berga- bung dalam perdagangan be- bas di manajumlah rakyat miskin masih tinggi dan peng- angguran belurn berkurang signifikan. Untuk itu rakyat masih sangat memerlukan ~--- - sokongan yang besar dari pe- merintab untuk berkembang," tandasnya. Pada akhimya, RuDyber- anggapan bahwa konsep neo- liberal akan menjadi benturan besar bagi tujuan pemerintab menyelenggarakan kesejahte- raan rakyat. Ketakutan lainnya adalah penyerahan aset nasio- nal kepada swasta karenaakan semakin meminimalkan peran pemerintah. Logikanya, jika aset dimiliki sebagian besar pelaku asing, maka keputusan pemerintab tidak akan memili- ki kekuatan. ~~- ~~- Kllplng HUn/as Unpod 2009

€i> o OMar OApr OJun OJul Ags Okt Des Ju~s T~rbaik Pulibl ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/pikiranrakyat... · Presiden RI periode menda- ... Keuangan era Megawati,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: €i> o OMar OApr OJun OJul Ags Okt Des Ju~s T~rbaik Pulibl ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/pikiranrakyat... · Presiden RI periode menda- ... Keuangan era Megawati,

Pikiran Rakyato Se/,sa 0 Rabu 0 Kam;s 0 Jumat

4 5 6 7 8 9 10 11

20 21 2:? 23 24 €i> 26OMar OApr .Me; OJun OJul 0 Ags

o Sabtu 0 Mlnggu12 13 14 15 16

27 28 29 30 31

o Sep 0 Okt 0 Nov 0 Des

Ju~s T~rbaik_ Pulibl~anEI~onomi Raky~t- :..= ~ ------......-

"

M ASYARAKATln-donesia semakin ak-rab dengan istiIah

"neoliberalisme" yang lekat de-ngan salah satu calon WakilPresiden RI periode menda-tang. Sebagian kalangan meng-ungkapkan kekhawatirannyajika prinsip yang dianut Boe-diono itu akan menjerumuskankemandirian perekonomianbangsa. Sebagian lagi justruberkata sebaIiknya, neoliberal-isme tidak bisa dihindari kare-na pemerintab Indonesia su-dab terlanjur berutang akibatketidakmampuan menyeleng-garakan pembangunan denganmodal sendiri.

Meski Boediono menolakkeras disebut pengikut neolibe-ralisme, namun opini menge-nai konsep ekonomi yang lebihmengacu pada pasar ini terusbermunculan. Dikatakan, mes-ki Indonesia sudab terbebasdarijeratan utang Internation-al Monetary Fund (IMF) ketikaBoediono menjadi MenteriKeuangan era Megawati, na-mun rupanya masih ada "per-panjangan tangan" IMFmelalui Letter of Intent (LoI).

Menurut Guru Besar Fakul-tas Ekonomi Universitas Pa-djadjarpn, Prof. SoeharsonoSagir, Indonesia memang su-dab menganut aliran neoliberalsejak pemerintah tidak memili-ki modal membangun negeri."Hanya saja banyakmasyarakat yang tidak tabudan tidal.<memahami ini. Mes-ki disebut neoliberal, tetapisaya amati pemerintab masihmemiliki peran dalam pereko-nomian bangsa melalui kebi-jakan fiskalnya serta arabankepada bank sentral," katanyadi Bandung, Jurnat (22/5).

Setelah 63 tabun merdeka,saat ini Indonesia masih belumjuga dapat terbebas dari ~tang.Bahkan beban utang publikperkapita atau utang yangharus ditan~~etiap ~a

negara mencapai Rp 11,8juta."Padahal sebelurn tabun 1967,Indonesia bisa dikatakan lead-ing di antara negara-negara diAsia Tenggara. Tetapi karenalengah, semakin lama kas ne-gara selalu defisit karena pem-biayaan untukjangka pendek(misalnya pembangunan fisik)lebih besar daripada yangbersifatjangka panjang (seper-ti menyiapkan surnber dayamanusia unggw). Sejak itulahIndonesia tidak bisa lepas dariutang luar negeri," papar Prof.Sagir.

Kebergantungan terhadapluar negeri inilah yang dice-maskan kalangan penolak neo-libetalisme. Padahal di tengahkesulitan ekonomi, rakyat san-gat membutuhkan dukunganpemerintab. Jika paham ne-oliberal dijalankan di Indone-sia. akan sangat berpengaruhterhadap keberpihakan kepiidarakyat, karena peran pemerin-tab yang terbatas kepentinganpasar.

Menurut Rektor InstitutManajemen Koperasi Indone-sia (Ikopin), Prof. RuDyIndra-wan, ketika Indonesia terpurukakibat krisis moneter tabun1997, banyak pengamat ekono-

I mi asing yang mengatakanbahwa Indonesia akan porakporanda. Dikata}can,jutaanpenduduk akan mati, bayi ke-laparan, dan perekonomianakan runtuh.

"Mendengar itu, para inves-tor asing dan pemain pasarmodallari tunggang langgang.Tetapi nyatanya, perekonomi-an bangsa bisa bangkit karenaada usaha keeil menengahyang terus tumbuh di kalanganmasyarakat dan tidak tergoy-ahkan oleh krisis. Sayangnya,setelah kondisi perekonomianstabil dan membaik, para pe-main "lama" kembali mengin-vasi dan kini arusnya semakinkencang. Hasilnya, sekarang

ini UKM kembali terping-girkan," papamya.

Indikasi hal tersebut terlihatdari kucuran kredit perbankanyang hingga 80% mengalirkepada pemodal besar. "De-ngan realisasi pemberian kre-dit maksimal30% untuk UKMtentu tidak sebanding denganjQIl1lahnyayang mencapai 90%dari total keseluruhan pen-gusaha di Indonesia. Jika inginberbuat adil, seharusnyape-merintab bisa memberi rasioyang lebih besar bagi pelakuUKM daripada pemodal besaryang biasanya berasal dari luarnegeri (asing)," kata RuDy.

Mengenai keikutsertaan In-donesia dalam pasar bebas di-sebutkan RuDy,bisa memoti-vasi pelaku pasar untuk sukses."Hanya saja selamanya kitaakan menjadi pecundang kare-na kalah kekuatan. Bisadikatakan negara kita belumcukup mampu dan siap berga-bung dalam perdagangan be-bas di manajumlah rakyatmiskin masih tinggi dan peng-angguran belurn berkurangsignifikan. Untuk itu rakyatmasih sangat memerlukan~--- -sokongan yang besar dari pe-merintab untuk berkembang,"tandasnya.

Pada akhimya, RuDyber-anggapan bahwa konsep neo-liberal akan menjadi benturanbesar bagi tujuan pemerintabmenyelenggarakan kesejahte-raan rakyat. Ketakutan lainnyaadalah penyerahan aset nasio-nal kepada swasta karenaakansemakin meminimalkan peranpemerintah. Logikanya, jikaaset dimiliki sebagian besarpelaku asing, maka keputusanpemerintab tidak akan memili-ki kekuatan.

~~- ~~-

Kllplng HUn/as Unpod 2009

Page 2: €i> o OMar OApr OJun OJul Ags Okt Des Ju~s T~rbaik Pulibl ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/pikiranrakyat... · Presiden RI periode menda- ... Keuangan era Megawati,

"Dampaknya pasti kepaaamasyarakat banyak. Karenabagaimanapun, setiap pelakuusaha yang bermain dalamperdagangan bebas akanmengutamakan kepentinganpasar. Jika pun Indonesia telahsiap memasuki pasar bebas, ituberarti pemerintah menyalahiUUD 1945 bahwa segala sum-ber daya nasional harns dikelo-la sebesar-besarnya untuk ke-pentingan rakyat," ungkapnya.

NeoliberaliSmeDalam definisinya, neolibe-- -- - - --

ralisme mengacu pada filosofiekonomi-politik akhir abad 20yang menolak hambatan daripemerintah dalam ekonomidomestik karena akan meng-arab pada penciptaan distorsidan high cost economy yangakan berujung pada tindakankoruptif. Paham ini fokus ke-pada pasar dan perdaganganbebas serta mengizinkan arnsinvestasi intemasional agar se-mua negara bisa mendapatkankeuntungan.

Pada dasarnya, konsep inimerupakan koreksi atas pahamekonomi liberal yang hancursetelah krisis ekonomi tahun1930. Juga dipicu oleh embar-go sebagian besar negara peng-hasil minyak di Timur Tengahatas dukungan AS kepada Is-rael dalam Perang Yom Kippurtahun 1973. Hal ini menye-babkan lonjakan biaya penye-leggaraan negara yangmenyulitkan banyak negara.

Saat itulah ide libertarianmendominasi yang kemudianmenyepaka,ti bahwa intervensinegara harns dikurangi sehing-ga individu akan lebih bebasberusaha. Pemahaman inilahyang akhimya disebut sebagaineoliberalisme.

Dikatakan pula, paham inibertujuan mengembalikankepercayaan pada kekuasaanpasar, dengan pembenaranmengacu pada kebebasan.Contohnya, pemerintah tidakberhak ikut campur dalam pe-nentuan gaji pekelja atau da-lam masalah tenaga kelja ka-rena sepenuhnya merupakanurusan pengusaha dan pekelja.

Pendorong utama kembali-nya kekuatan pasar adalah pri-vatisasi aktivitas ekonomi, ter-lebih pada usaha yang dikelolapemerintah. Sayangnya, pri-vatisasi ini tidak teljadi di ne-gara kapitalis besar,justru ter-jadi di negara-negara berkem-bang. Privatisasi telah menga-lahkan nasionalisasi yang men-jadi kunci negara berbasis ke-sejahteraan. Karena dianggap-nya, nasionalisasi dapat meng-hambat aktivitas pengusaha se-hingga harns dihapuskan.

Intinya, penganut neolibe-ralisme menganggap tugas pe-merintah hanya menciptakan-------

lingkungan kondusif agar mo-dal dapat bergerak bebas de-ngan baik karena manajemenekonomi berganti dari basispersediaan menjadi basis per-mintaan. Dalam titik ini, pe-merintah dipaksa menjalankankebijakan pemotongan pen-geluaran untuk biaya publikseperti subsidi karena diang-gap pemborosan.

Di Indonesia, pelaksanaanagenda ekonomi neoliberaltelah dimulai sejak pertengah-an 1980-an antara lain melaluipaket kebijakan deregulasi dandebirokratisasi. Namun barnmenemukan momentumnyasetelah dilanda krisis moneterpertengahan 1997.

Menyusul kemerosotan nilairupiah, pemerintah Indonesiasecara resmi mengundang IMFuntuk memulihkan per-ekonomian Indonesia. Sebagaisyarat untuk mencairkan danatalangan yang disediakan IMF,

berkata dalam sebuah wawan-cara bahwa jika dilihat daribanyak sisi Indonesia sangatjauh untuk dikaitkan dengankonsep tersebut. "Indikatomyaadalah seberapajauh perannegara dalam perekonomian.Di Indonesia peran pemerintahsangat besar bagi perekonomi-an nasional. Salah satunyadengan memberikan batasanterhadap pelaku usaha denganmendirikan Komisi PengawasPersaingan Usaha (KPPU)yang menjadi wasit para peng-usaha itu. Kalaupun mau dili-hat dari porsiforeign direct in-vestment (FDI) terhadap per-tumbuhan domestik bruto, ni-lainya masih relatifkecil.Mungkin untuk beberapa sek-tor seperti pertambangan, FDIbisa saja besar. Tapi yang lainkan tidak. Bahkan untuk sek-tor perbankan, bank BUMNjustru mendominasi," paparAnton.

Dalam pembelaan, Bung Kamo menulisbahwa nasib ekonomi rakyat telah disem-

pitkan atau sama sekali didesak dandipadamkan oleh sistem monopoli. Kare-na itu, saat merdeka, Indonesia bertekad

memojukan kesf4ahteraan melalui ekono-mi rakyat

pemerintah Indonesia wajibmelaksanakan paket kebijakanKonsensus Washingtonmelalui penandatanganan Let-ter of Intent (LoI), yang salahsatu butir kesepakatannyaadalah pengbapusan subsidiuntuk bahan bakar minyak. Inisekaligus memberi peluangmasuknya perusahaan multi-nasional seperti SheD.Begitujuga dengan kebijakan privati-sasi beberapa BUMN, dianta-ranya Indosat, TeIkom, BNI,PT Tambang Timah dan AnekaTambang.

Meski begitu, beberapa wak-tu lalu, Kepala Ekonom BankDanamon, Anton Gunawan

Dari sisi utang luar negeri,Anronme~claskanbahwasaatinijustru sudah dikelola den-gan baik meski manajemenutangnya .masih perlu di-tingkatkan. "Ke depannya,bagaimana utang itu bisa digu-nakan dengan lebih efektif. Ja-di jangan banyak yang bocoratau terlambat pelaksanaanprojeknya," ungkapnya.

Sementara menurut ekonomFaisal Basri antara neoli-beralisme dan konsep ekonomikerakyatan yang diusungkalangan antineoliberalismetidak bisa dipertentangkan."Saat ini tidak ada neoliberal-isme murni yang diterapkan di

-- .....--------

negara mana pun. Yang men-dekati saja hanya Hong Kong.Sedangkan ekonomi kerakyat-an, adalah suatu prioritas kebi-jakan apakah suatu negaramemperhatikan kesejahteraanrakyatnya secaramenyeluruhatau tidak. Dengan demikian,ekonomi kerakyatan ini bisaditerapkan di sistem ekonomipropasar maupun sosialis.Contohnya, bisa dipakai di Ku-ba yang sosialis dan Norwegiayang propasar," katanya.

EkonomikerakyatanIstilah ini sebenamya sudah

tidak asing lagi bagi bangsa In-donesia. Tahun 1931dalambuku DauZatRakyat yang ditu-lis Bung Hatta terdapat artikclyang beljudul "Ekonomi Raky-at dalam Bahaya". Sedangkantiga tahun sebelumnya, dalampembelaan Bung Kamo (In-donesia Menggugat) di Lan-draad Bandung tertulis bahwanasib ekonomi rakyat telah dis-empitkan atau sarna sekalididesak dan dipadamkan olehsistem monopoli. Karena itu,pada saat merdeka tahun 1945,Indonesia bertekad memajukankesejahteraan melalui ekonomirakyat sehingga di'cantumkandalam Undang-Undang Dasar1945, Pasal33 dan 34.

Menanggapi hal di atas, Ru-DyIndrawan mengutarakanbahwa selama ini pemerintahbelum pemah mewujudkanamanat UUD 1945, khususnyaPasal34 mengenai pemeliha-raan fakir miskin dan anak ter-lantar. Selain itu, pemerintahjuga belum dapat berpihak pa-da pasar tradisional yangmerupakan implementasi dariperekonomian rakyat.

Poin penting dari ekonomikerakyatan adalah. sistemekonomi yang menekankanpada dimensi keadilan dalampenguasaan sumber dayaekonomi, proses produksi dankonsumsi. Dalam sistem ini ke-makmuran rakyat .}ebihdiuta-makan daripada kemakmuranorang perorang. Salah satubentuk yang bisa termasukdalam ekonomi kerakyatanadalah koperasi. (EvaFahas/dari berbagaisumber )***