62
i IDENTIFIKASI IBU BERSALIN DENGAN SEROTINUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Kebidanan Politeknik Kemenkes Kendari OLEH : SUSI AMINUDIN P00324014034 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KEMENKES KENDARI JURUSANKEBIDANAN PROGRAM STUDI D III 2017

IDENTIFIKASI IBU BERSALIN DENGAN SEROTINUS DI RUMAH … SUSI... · 2018. 8. 29. · Susi Aminuddin1 Aswita2 Heyrani3 Latar Belakang : Serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    IDENTIFIKASI IBU BERSALIN DENGAN SEROTINUSDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI

    PROVINSI SULAWESI TENGGARATAHUN 2016

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikanPendidikan Diploma III Jurusan Kebidanan

    Politeknik Kemenkes Kendari

    OLEH :

    SUSI AMINUDINP00324014034

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KEMENKES KENDARI

    JURUSANKEBIDANANPROGRAM STUDI D III

    2017

  • ii

  • iii

  • iv

    RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas

    1. Nama : Susi Aminuddin

    2. Tempat/Tanggal Lahir : Waya, 15 Mei 1995

    3. Jenis kelamin : Perempuan

    4. Agama : Islam

    5. Suku/Bangsa : Buton/Indonesia

    6. Alamat kendari : Andonohu

    7. Alamat MALUT : Desa Waya Kab. Halmahera Selatan

    B. Pendidikan

    1. SD Negeri 3 Usuku : Tamat Tahun 2008

    2. SMP Negeri 1 Tomia : Tamat Tahun 2011

    3. SMA Negeri 1 HALTENG : Tamat Tahun 2014

    4. Tedaftar sebagai Mahasiswa Kemenkes Kesehatan Republik

    Indonesia Politekkes Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan Tahun

    2014-Sekarang.

  • v

    ABSTRAK

    IDENTIFIKASI IBU BERSALIN DENGAN SEROTINUSDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI

    PROVINSI SULAWESI TENGGARATAHUN 2017

    Susi Aminuddin1 Aswita2 Heyrani3

    Latar Belakang : Serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42minggu (294 hari) dengan segala kemungkinan komplikasi.Tujuan penelitian : Untuk mengetahui identifikasi penyebab persalinanserotinus di ruang kebidanan RSUD Kota Kendari Tahun 2016.Metode Penelitian : Jenis penilitian ini menggunakan metode diskriptif. Populasiyaitu semua ibu yang bersalin dengan derotinus, jumlah total sampel 64 orangibu melahirkan menggunakan teknik total sampling.Hasil Penelitian : Kejadian serotinus 64 sampel graviditas ≥ 4 yaitu 25 orang(39,06%) dibandingkan dengan graviditas < 4 yaitu 39 orang (60,93%), paritas ≥4 yaitu 18 orang (28,12%) dibandingkan dengan paritas < 4 yaitu 46 orang(71,88%) dan umur ibu < 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 8 orang (12,5%)dibandingkan dengan umur ibu antara 20-35 tahun yaitu 56 orang (87,5%).Kesimpulan : Hasil penelitian bedasarkan jumlah kejadian serotinus dari 64sampel yang paling banyak berisiko pada graviditas sebanyak 25 (39,06%) orangsedangkan yang paling sedikit berisiko sebanyak 8 (12,5%) orang pada umur ibuSaran : Agar ibu hamil sering memeriksakan kehamilannya minimal 4 kaliselama kehamilan sedangkan petugas kesehatan khususnya bidan untukmeningkatkan mutu pelayanan antenatal care.

    Pustaka : 16 (1995-2008)

    Kata Kunci : Persalinan Serotinus, Umur, Graviditas, Paritas

    1. Mahasiswa DIII Kebidanan Politeknik Kemenkes Kendari2. Dosen Jurusan kebidanan Politeknik Kemenkes Kendari

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

    atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat

    menyelesaikan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Identifikasi

    Ibu Bersalin dengan serotinus di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

    Kendari Tahun 2016 ”.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya

    tulis ilmiah ini masih banyak terdapat kekeliruan, kesalahan, dan

    kekurangan disebabkan oleh keterbatasan waktu, pengetahuan dan

    kemampuan penulis. Oleh karena itu, saran, pendapat dan kritikan sangat

    penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah

    ini.

    Dalam penyelesaian penulisan Laporan Karya Tulis Ilmiah ini,

    penulis banyak mendapat bantuan dan arahan, dari berbagai pihak.

    terutama kepada Ibu Aswita, S.Si.T. MPH. Selaku pembimbing I, dan ibu

    Heyrani, S.SiT, M.Kes, selaku pembimbing II, dengan tulus mengarahkan

    dan membimbing penulis dari awal hingga akhir penyusunan Karya Tulis

    Ilmiah. kepada beliau penulis mengucapkan terima kasih.

  • vii

    Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada :

    1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekes Depkes Kendari.

    2. Ibu Halijah S.KM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan.

    3. Ibu dr. Hj. Asrida Mukkadim, M. Kes selaku direktur RSUD Kotaa

    kendari.

    4. Ibu Hj Siti Zaenab, SST, SKM, M.Keb, Ibu Arsulfa, S.Si.T, M.Keb, Ibu

    Yustiari, SST, M. Kes, sebagai penguji dalam ujian karya tulis ilmiah.

    5. Seluruh dosen polteknik kemenkes kendari jurusan kebidanan yang

    telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama

    mengikuti pendidikan dan staf dan tata usaha yang telah memberikan

    pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

    6. Bidan Irmawati, SKM, SST. Selaku Kepala RuanganTeratai RSUD

    Kota Kendari.

    7. Teristimewa kedua orang tuaku, yang telah memberikan doa,

    dukungan, pengorbanan dan kasih sayang yang begitu besar kepada

    penulis.

    8. Kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2014 khususnya tingkat

    III A terima kasih atas kebersamaan, kerja sama dan kekompakannya

    selama pendidikan.

    Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

    sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

    sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta

  • viii

    sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah

    selanjutnya.

    Kendari, Juli 2017

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL.............................................................................. iHALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iiiRIWAYAT HIDUP................................................................................... ivABSTRAK................................................................................................ vKATA PENGANTAR ........................................................................... viDAFTAR ISI......................................................................................... ixDAFTAR TABEL..................................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xiiBAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang..................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah............................................................... 3

    C. Tujuan Penelitian ................................................................. 3

    D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Telaah Pustaka.................................................................... 5

    B. Landasan Teori .................................................................... 24

    C. Kerangka Konsep ................................................................ 27

    BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian.................................................................... 28

    B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 28

    C. Populasi dan Sampel ........................................................... 28

    D. Variabel Penelitian .............................................................. 29

    E. Definisi Operasional............................................................. 29

    F. Jenis dan Sumber Data Penelitian ...................................... 30

    G. Pengolahan Data dan Analisis Data .................................... 30

    H. Penyajian Data .................................................................... 31

  • x

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................... 32

    B. Hasil Penelitian.................................................................... 35

    C. Pembahasan ....................................................................... . 37

    BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan........................................................................... 41

    B. Saran.................................................................................... 42

    DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR TABEL

    1. Distribusi identifikasi penyebab persalinan serotinus berdasarkan umur di

    ruang kebidanan RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

    2. Disrtribusi identifikasi penyebab persalinan serotinus berdasarkan

    kelompok umur diruang kebidanan RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara

    Tahun 2016.

    3. Distribusi identifikasi penyebab persalinan serotinus berdasarkan graviditas

    diruang kebidanan RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

    4. Distribusi identifikasi penyebab persalinan serotinus berdasarkan

    graviditas berisiko dan tidak berisiko di ruang kebidanan RSUD Provinsi

    Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

    5. Distribusi identifikasi penyebab persalinan serotinus berdasarkan paritas di

    ruang kebidanan RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

    6. Distribusi identifikasi penyebab persalinan serotinus berdasarkan kelompok

    paritas berisiko dan tidak berisiko di ruang kebidanan RSUD Provinsi

    Sulawesi Tenggara Tahun 2016.

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Master Tabel Hasil Penelitian.

    Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Politeknik KesehatanKendari.

    Lampiran 3. Surat Pengantar Pengambilan Data Awal Dari SIRS RSUDKota Kendari.

    Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian dari polteknik kesehatankendari.

    Lampilan 5. Surat Izin Penelitian Dari Balitbang

    Lampiran 6. Surat Pengantar Penelitian Dari SIRS ke RuangTeratai/Bersalin RSUD Kota Kendari.

    Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari RuangTeratai/Bersalin RSUD Kota Kendari.

    Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari RSUDKota Kendari.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi

    waktu 42 minggu atau lebih belum terjadi persalinan. Kejadian

    kehamilan lewat waktu berkisar antara 10% dengan variasi 4% sampai

    15%. Perlu diperhatikan bahwa sebagian besar ibu di daerah

    pedesaan tidak mengetahui dengan pasti tanggal haid terakhir,

    sehingga sulit melakukan evaluasi.Data statistik menunjukkan angka

    kematian ibu dalam kehamilan cukup bulan hanya 1-2%, sedangkan

    yang dalam kehamilan lewat waktu mencapai 5-7% (Manuaba,

    2010).Di indonesia pada tahun 2011 tercatat 85 orang (0,20%)

    meninggal dari 31.855 ibu hamil yang mengalami kehamilan

    serotinus,sedangkan pada tahun 2012 tercatat 91 orang (0,26%)

    meninggal dari 31.891 ibu hamil yang mengalami kehamilan serotinus

    (Saifuddin, 2008).

    Serotinus dapat berdampak negatif terhadap kehamilan terutama

    pada janin. Dampak negatifnya yaitu penuaan plasenta, cairan

    ketuban berubah warna dan kekentalan, cairan ketuban berkurang

    bahkan bisa mengering habis, pada Ibu dapat mengakibatkan distosia

    (kesulitan melahirkan) karena aksi uterus tidak terkoordinir dan

    perdarahan setelah melahirkan bahkan dapat menimbulkan kematian

    bayi. Kematian janin akibat kehamilan lewat waktu terjadi pada 30%

  • 2

    sebelum persalinan, 55% dalam persalinan,dan 5% postnatal.

    Penyebab utama kematian adalah hipoksia, dan aspirasi mikonium.

    Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir ialah suhu yang

    tidak stabil, Hipoglikemia, polisitemia dan kelainan neurologic.

    Penyebab pasti partus serotinus sampai saat ini belum diketahui.

    Namun faktor yang mempengaruhi terjadinya serotinus adalah

    hormonal, dimana kadar progesteron tidak cepat turun walaupun

    kehamilan cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin

    berkurang. Faktor predisposisi terjadinya persalinan serotinus adalah

    graviditas, umur,paritas, sosial ekonomi dan penyakit ibu

    (Wiknjosastro, 2011).

    Kejadian kehamilan serotinus di Indonesia pada tahun 2013

    sebesar 11.830 kasus yang tersebar diseluruh daerah yang ada di

    Indonesia. Jumlah kejadian kehamilan serotinus di Sulawesi Tenggara

    pada tahun 2013 sebesar 2980 kasus.

    Kejadian kehamilan serotinus di RSUD Kota Kendari tahun 2014

    penyulit kehamilan dalam persalinan yaitu IUFD, serotinus,

    preeklamsia, KPD dan intra uterin dari 1251 persalinan, tahun 2015

    kejadian serotinus sebanyak 31 orang (3,26%) dari 950 persalinan,

    sedangkan tahun 2016 dari 867 persalinan tercatat 33 kasus (6,13%)

    kejadian serotinus.

    Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

    suatu penelitian dengan judul “Identifikasi Ibu Bersalin dengan

  • 3

    Serotinus di RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun

    2016”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah bagaimanakah identifikasi ibu bersalin dengan

    serotinus di RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun

    2016?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengidentifikasi kejadian ibu bersalin dengan serotinus di

    RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengidentifikasi kejadian ibu bersalin dengan serotinus

    berdasarkan graviditas ibu di RSUD Kota Kendari Provinsi

    Sulawesi Tenggara tahun 2016.

    b. Untuk mengidentifikasi kejadian ibu bersalin dengan serotinus

    berdasarkan paritas ibu bersalin di RSUD Kota Kendari

    Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016

    c. Untuk mengidentifikasi kejadian ibu bersalin dengan serotinus

    berdasarkan umur ibu di RSUD Kota Kendari Provinsi

    Sulawesi Tenggara tahun 2016.

  • 4

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Untuk menambah pengetahuan tentang serotinus sehingga

    faktor risiko terjadinya serotinus dapat diminimalkan.

    2. Manfaat Praktis

    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi

    RSUD Kota Kendari dalam menentukan program pelayanan

    kesehatan selanjutnya.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Telaah Pustaka

    1. Tinjauan Khusus Serotinus

    a. Definisi Serotinus

    Serotinus adalah kehamilan yang melampaui umur 294

    hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasi

    (Manuaba, 2008). Menurut Depkes RI (2003) serotinus adalah

    kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu (294 hari)

    atau melebihi 2 minggu dari perkiraan persalinan yang dihitung

    mulai dari hari pertama haid terakhir (HPHT).Sedangkan partus

    serotinus adalah berakhirnya suatu kehamilan dengan umur

    kehamilan lebih dari 42 minggu (Wiknjosastro, 2011).

    b. Insiden

    Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%,

    bervariasi antara 3,5-14%. Data statistik menunjukkan, angka

    kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang

    dalam kehamilan cukup bulan, di mana angka kematian

    kehamilan lewat waktu mencapai 5-7% (Wiknjosastro, 2007).

    5

  • 6

    c. Etiologi

    Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan

    kadar esterogen pada kehamilan normal umumnya tinggi.

    Faktor hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun

    walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan

    uterus terhadap oksitosin berkurang. Factor lain adalah

    hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu

    keluarga tertentu.

    Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42

    minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari

    menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi

    juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi

    gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh

    kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang

    sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai

    terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang

    tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi

    postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum, 55% intrapartum,

    dan 15% postpartum. Diduga faktor yang mempengaruhi

    adalah

    1) Faktor potensial yaitu adanya defisiensi hormone

    adenocorticotropik (ACTH) pada fetus atau defisiensi

    sulfate plasenta, dan kelainan system saraf pusat pada

  • 7

    janin yang sangat berperan misalnya pada keadaan

    anensefal.

    2) Selain faktor yang mengganggu mulainya persalinan baik

    faktor ibu, plasenta maupun anak.

    3) Sebagai keadaan langka yang berkaitan dengan kehamilan

    yang lama mencakup anensefalus hipoplasio adrenal janin,

    tidak adanya kelenjar hipofise pada janin, defisiensi

    sulfatase plasenta dan kehamilan ekstrauteri. Meskipun

    etiologi kehamilan yang lama tidak dipahami sepenuhnya,

    keadaan klinis ini memberikan suatu gambaran yang umum

    yaitu penurunan kadar estrogen pada kehamilan normal

    yang umumnya tinggi.

    4) Faktor lain yang mempengaruhi dari berbagai faktor

    demografik ibu seperti paritas, graviditas, umur, riwayat

    post term sebelumnya dan status social ekonomi.

    d. Pathofisiologi

    Perubahan plasenta menunjukkan penurunan diameter

    dan panjang vilikorialis nekrosis fibrionid dan terjadi arterosis

    pembuluh darah desidua dan korion. Perubahan ini disertai

    dengan terjadinya gambaran infark hemoragik yang merupakan

    tempat penimbunan kalsium dan pembentukan infark pada

    kehamilan lewat waktu infark ditemukan 60-80% pada plasenta.

    Apabila kehamilan berlangsung melampaui masa fungsi

    plasenta, maka janin mungkin kekurangan nutrisi oksigen

  • 8

    akibat dari penurunan fungsi plasenta. Sindroma postmaturus

    dapat terjadi hanya 10-20% dari bayi persalinan kehamilan

    lewat waktu.

    Gawat janin dapat terjadi akibat penekanan tali pusat

    yang dihubungkan dengan oligohidramnion. Walaupun dapat

    bertumbuh menjadi postmaturitas, sebagian (25-30%) janin

    juga dapat terus tumbuh dan melebihi 4000 gram.

    e. Manifestasi klinik

    Keadaan klinis yang dapat ditemukan adalah gerakan

    janin yang jarang yaitu secara subyektif 7 kali/20 menit atau

    secara subyektif kurang 10 kali/20 menit. Pada bayi akan

    ditemukan tanda-tanda lewat waktu yaitu:

    1) Stadium I : kulit kehilangan vernix kaseosa dan terjadi

    laserasi sehingga kulit kering, rapuh dan mudah

    mengelupas.

    2) Stadium II : seperti pada stadium I disertai pewarnaan

    meconium (kehijauan) dikulit.

    3) Stadium III : seperti stadium I disertai pewarnaan

    kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat (Manuaba,

    2008).

  • 9

    f. Pemeriksaan penunjang

    1) USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidromnion, derajat

    maturitas plasenta.

    2) CTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin.

    3) Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau

    amniostomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif atau

    tidak dengan tes tekanan dinilai apakah reaktif atau tidak

    dengan tes tekanan oksitosin.

    4) Pemeriksaan sitology vagina dengan indeks koriopiknotik >

    20% (Mansjoer, 2003).

    g. Diagnosis

    Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam

    menentukan diagnosis kehamilan postterm karena diagnosis ini

    ditegakkan berdasarkan umur kehamilan, bukan terhadap

    kondisi kehamilan. Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai

    kehamilan postterm merupakan kesalahan dalam menentukan

    umur kehamilan. Kasus kehamilan postterm yang tidak dapat

    ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%.

    Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari

    perhitungan rumus Naegele setelah mempertimbangkan siklus

    haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka pengukuran

    tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan

    informasi mengenai usia gestasi lebih tepat. Keadaan klinis

    yang mungkin ditemukan ialah air ketuban yang berkurang dan

  • 10

    gerakan janin yang jarang. Dalam menentukan diagnosis

    kehamilan postterm di samping dari riwayat haid, sebaiknya

    dilihat pula hasil pemeriksaan antenatal.

    h. Komplikasi kehamilan serotinus

    a) Komplikasi pada ibu

    1). Morbiditas/mortalitas ibu: dapat meningkat sebagai

    akibat dari makrosomia janin dan tulang tengkorak

    menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadinya

    distosia persalinan,partus lama, dan meningkatkan

    persalinan traumatis/pendarahan post partum akibat

    bayi besar.

    2). Aspek emosi: ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana

    kehamilan terus berlangsung melewati taksiran

    persalinan. Komentar tetangga atau teman seperti

    “belum lahir juga” akan menambah frustasi ibu.

    b) Komplikasi pada janin

    1). Oligohidramnion: air ketuban normal pada kehamilan

    34-37 minggu adalah 1000 cc. Aterm 800 cc, dan lebih

    dari 42 minggu 400 cc. Akibat oligohidramnion adalah

    amnion menjadi kental karena mekonium (diaspirasi

    oleh janin), asfiksia intrauterina (gawat janin), pada in

    partu (aspirasi air ketuban, nilai apgar rendah, sindrom

  • 11

    gawat paru, bronkus paru tersumbat sehingga

    menimbulkan atelektasis).

    2). Warna mekonium: mekonium keluar karena refleks

    vagus terhadap usus. Peristaltik usus dan terbentuknya

    sfingter ani membuat mekonium keluar. Aspirasi air

    ketuban yang disertai mekonium dapat menimbulkan

    gangguan pernapasan bayi/janin, gangguan sirkulasi

    bayi setelah lahir dan hipoksia intrauterine sampai

    kematian janin.

    3). Makrosomia: dengan plasenta yang masih baik, terjadi

    tumbuh kembang janin dengan berat 4500 gram yang

    disebut makrosomia. Akibatnya terhadap persalinan

    adalah perlu dilakukan tindakan operatif seksio sesaria,

    dapat terjadi trauma persalinan karena operasi vaginal,

    distosia bahu yang menimbulkan kematian bayi atau

    trauma jalan lahir bayi.

    4). Dismaturitas bayi: pada usia kehamilan 37 minggu, luas

    plasenta 11m2 selanjutnya terjadi penurunan fungsi

    sehingga plasenta tidak berkembang atau terjadi

    klasifikasi dan aterosklerosis pembuluh darah.

    Penurunan kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan

    perubahan metabolisme menuju anaerob sehingga

  • 12

    terjadi dismaturitas dengan gejala Clifford yang ditandai

    dengan :

    a) Kulit: subkutan berkurang dan diwarnai mekonium

    b) Otot makin lemah

    c) Kuku tampak panjang

    d) Tampak keriput

    e) Tali pusat lembek, mudah tertekan dan disertai

    oligohidramnion (Manuaba, 2010).

    c) Pencegahan

    Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan

    pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama

    kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu),

    1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28

    minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila

    keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1

    bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada

    kehamilan 7-8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir.

    Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan

    benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan

    serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu

    seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan

    perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan

    tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu.

  • 13

    Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir

    hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu).

    Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari

    1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari

    pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7

    diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.

    d) Penanganan Kehamilan Serotinus

    1. Setelah usia kehamilan > 40 minggu yang penting adalah

    monitoring janin sebaik-baiknya

    2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufiensi plasenta,

    persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan

    ketat

    3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan

    serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi

    persalinan dengan atau tanpa amniotomi

    Tindakan Operasi Sectio Cesarea dapat dipertimbangkan

    pada:

    1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum

    matang

    2) Pembukaan yang belum lengkap

    3) Persalinan lama

    4) Terjadi tanda gawat janin

    5) Primigravida tua

    6) Kematian janin dalam kandungan

  • 14

    7) Preeklamsia

    8) Hipertensi menahun

    9) Infertilitas

    10) Kesalahan letak janin

    2. Tinjauan Umum Persalinan

    a. Definisi

    Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung

    dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat

    terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya

    sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan

    pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 2010).

    Beberapa istilah yang berhubungan dengan umur kehamilan

    dan berat janin yang dilahirkan sebagai berikut :

    1) Abortus yaitu terhentinya kehamilan sebelum janin dapat

    hidup pada umur kehamilan kurang dari 22 minggu dengan

    berat badan kurang dari 500 gram.

    2) Partus immaturus adalah pengeluaran buah kehamilan

    yang dapat hidup dengan umur kehamilan antara 22

    minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat badan

    antara 500 gram dan 999 gram.

    3) Partus premature adalah pengeluaran buah kehamilan

    yang dapat hidup dengan umur kehamilan antara 28

    minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan

    antara 1000 gram dan 2499 gram.

  • 15

    4) Partus maturus (aterm) adalah pengeluaran buah

    kehamilan yang dapat hidup dengan umur kehamilan

    antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan berat

    badan 2500 gram atau lebih.

    5) Partus posmaturus adalah pengeluaran buah kehamilan

    yang dapat hidup setelah umur kehamilan 42 minggu

    (Sastrawinata, 2004).

    b. Macam-macam persalinan

    1) Persalinan biasa (normal/spontan): bila persalinan

    seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

    2) Persalinan buatan: bila persalinan dengan rangsangan

    sehingga terdapat kekuatan untuk melahirkan.

    3) Persalinan anjuran: persalinan yang memerlukan bantuan

    dan mempunyai trauma persalinan sehingga kualitas

    persalinan tidak terjamin (Manuaba, 2010).

    c. Gejala persalinan

    Gejala-gejala persalinan antara lain kekuatan his makin sering

    terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin

    pendek, dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu

    pengeluaran lendir dan bercampur darah, dapat disertai

    ketuban pecah, pada pemeriksaan dalam di jumpai perubahan

    serviks (perlunakan serviks, perdarahan serviks, terjadi

    pembukaan serviks).

    d. Proses persalinan

  • 16

    1. Kala I

    Waktu untuk pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan

    lengkap

    2. Kala II

    Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his

    ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar

    hingga lahir.

    3. Kala III

    Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.

    4. Kala IV

    Waktu mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam (Manuaba,

    2008).

    e. Mekanisme persalinan

    Mekanisme persalinan adalah rentetan gerakan pasif dari janin

    melalui jalan lahir. Mekanisme persalinan mengacu kepada

    bagaiman janin menyesuaikan dan meloloskan diri dari panggul

    ibu. Gerakan utama:

    1) Turunnya kepala : masuknya kepala dalam PAP/ majunya

    kepala. Faktor-faktor penyebab/majunya kepala adalah

    tekanan cairan amnion, tekanan langsung fundus pada

    bokong, kontraksi otot-otot abdomen, ekstensi atau

    pelurusan badan janin.

    2) Fleksi

  • 17

    Dagu dibawah lebih dekat ke arah dada janin dan diameter

    sub occipito brekmatika (9,5) menggantikan diameter

    occipito frontal (11 cm)

    3) Putaran paksi dalam

    Merukapakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi

    kepala terhadap jalan lahir khususnya untuk bidang tengah

    PBP.

    4) Ekstensi

    Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di

    dasar panggul terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.

    5) Putaran paksi luar

    Setelah kepala lahir maka kepala akan kembali ke arah

    punggung untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi

    karena putaran paksi dalam.

    6) Ekspulsi

    Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah

    simpisis dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu

    belakang.Kemudian menyusul bahu depan dan selanjutnya

    seluruh badan anak lahir searah dengan paksi janin lahir.

    f. Teori sebab persalinan

    Sebab terjadinya suatu persalinan jingga saat ini masih

    berupa suatu teori yang kompleks, banyak faktor yang

    mengakibatkan persalinan itu terjadi antara lain : faktor humoral,

    pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh

  • 18

    saraf dan nutrisi. Semua factor tersebut belum dapat dipastikan

    oleh karena itu masih diperlukan penilitian terlebih lanjut. Teori

    yang mendukng terjadinya suatu persalinan yaitu:

    1). Teori oksitosin

    Peranan oksitosin pada persalinan yaitu dikeluarkannya

    oksitosin oleh neurohipofise wanita hamil pada saat wanita

    tersebut mulai masuk perasalinan. peranan utamanya pada fase

    ekspulsi dan postpartum, pada postpartum setelah fetus dan

    plasenta lahir menimbulkan kontraksi dan retraksi uterus

    sehingga jumlah perdarahan yang terjadi berkurang (pada saat

    ini pembuatan prostaglandin oleh amnion sudah tidak ada lagi)

    bahwa oksitosin adalah obat yang dapat menimbulkan kontraksi

    uterus pada kehamilan lanjut sudah diketahui secara luas kadar

    reseptor untuk oksitosin pada beberapa kehamilan cukup bulan

    dan selama persalinan, juga didapat kenaikan kadar oksitosin

    dalam cairan amnion selama persalinan. Dapat disimpulkan

    bahwa oksitosin berperan penting pada akhir persalinan

    termasuk lahirnya plasenta, mempertahankan kontraksi uterus

    setelah persalinan (mengurangi jumlah darah yang hilang, dan

    pada saat ibu menyusui bayinya karena pada waktu bayi

    menghisap puting susu ibu terjadi hipersekresi dari oksitosin dan

    air susu mengalir keluar).

  • 19

    2). Teori panarikan (withdrawal progesteron)

    Penarikan progesteron merupakan keadaan endokrin

    penting yang mendasari proses biomolekuler untuk bermulanya

    persalinan. Dari semua penalitian pada manusia kadar

    progesteron sekurang-kurangnya pada darah ibu tidak

    menurunpada waktu sebelum persalinan mulai berlangsung.

    3). Hipotesa sistem komunikasi organ

    Suatu hal yang mungkin sulit untuk dipercayai bahwa janin

    dapat mengirimkan sarat kepada ibu untuk memmulai proses

    persalinan bila dari jaringan dan organ-organ janin telah

    sempurna. Apabila keadaan ini benar terjadi sebagai syarat fetus

    kepada ibu melalui sistem komunikasi organ. Apabila memang

    demikian keadaanya adalah sangat penting untuk menentukan

    komponen dari sistem komunikasi organ mekanisme timbulnya

    dan bagaimana isyarat janin dikirimkan ke ibu juga penting untuk

    menentukan komponen jawaban yang terjadi akibat isyarat

    tersebut. Menurut Manuaba (2010) dikemukakan teori yang

    menyatakan kemungkinan terjadinya persalinan yaitu

    a) Teori keregangan; otot rahim mempunyai kemampuan

    meregang dalam batas-batas tertentu, setelah melewati batas

    tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.

  • 20

    Contohnya pada hamil ganda sering terjadi setelah

    keregangan tertentu sehingga menimbulkan persalinan.

    b) Teori penurunan progesteron: proses penuaan plasenta

    terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu dimana terjadi

    penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah menaglami

    penyempitan dan buntu, produksi progesteron mengalami

    penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap

    oksitosin, akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah

    tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

    c) Teori oksitosin internal: oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar

    hipofisis posterior, perubahan keseimbangan estrogen dan

    progesteron dapat mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga

    sering terjadi kontraksi Braxton Hiks, menurunya konsentrasi

    progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat

    meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dapat dimulai.

    d) Teori prostaglandin: konsentrasi prostaglandin meningkat

    sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh

    desisua, pemberian prostaglandin dapat menimbulkan

    kontaksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan,

    prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya

    persalinan.

  • 21

    e) Teori hipotalamus pituitari dan galndula suprarenalis: teori ini

    menunjukkan pada kehamilan dengan anensepalus sering

    terjadi perlambatan persalinan karena tidak terbentuk

    hipotalamus, pemberian kortokosteroid yang menyebabkan

    prematuritas janin, induksi (mulai persalinan), galndula

    suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

    3. Tinjauan Umum Tentang Faktor Predisposisi Serotinus

    a. Graviditas

    Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang

    telah dialami oleh ibu tanpa memandang hasil akhir

    kehamilan. Graviditas I dan graviditas ≥ IV mempunyai

    angka kematian maternal yang lebih tinggi. Ibu yang baru

    pertama kali hamil merupakan suatu hal yang baru dalam

    hidupnya sehingga secara psikologis mentalnya belum siap

    dan ini akan memperbesar terjadinya komplikasi. Selain itu

    juga serotinus sering terjadi pada graviditas tinggi hal ini

    disebabkan karena fungsi alat-alat vital dan organ reproduksi

    mulai mengalami kemunduran yang diakibatkan semakin

    rendahnya hormon-hormon yang berfungsi dalam proses

    kematangan reproduksi sehat dan hormon tersebut sangat

    berpengaruh dalam proses kehamilan.

    Kehamilan lebih dari 3 kali, maka Rahim ibu teregang

    adanya janin dalam kandungan. Bila terlalu sering

  • 22

    mengalami kehamilan, Rahim akan semakin lemah dan

    kemungkinan bayinya akan mengalami komplikasi

    (Wiknjosastro, 2011).

    b. Paritas

    Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami oleh

    ibu.Paritas pertama atau lebih dari 3 kali mempunyai resiko

    yang lebih besar terhadap janin dan ibunya.Ibu yang baru

    pertama kali melahirkan merupakan suatu hal yang baru

    dalam hidupnya sehingga secara psikologis mentalnya

    belum siap, hal ini memperbesar kemungkinan terjadinya

    komplikasi.Semakin tinggi paritas, semakin tinggi resiko ibu

    dan bayinya.Hal ini pada paritas tinggi atau ibu yang telah

    melahirkan lebih dari 3 kali fungsi alat-alat vital dalam organ

    reproduksi telah mengalami kemunduran yang diakibatkan

    semakin rendahnya fungsi hormon-hormon yang ada dalam

    tubuh (Wiknjosastro, 2011).

    c. Umur

    Umur adalah lamanya seorang hidup yang dihitung

    berdasarkan ulang tahun terakhirnya. Pada umur kurang dari

    20 tahun atau lebih dari 35 tahun dapat membahayakan ibu

    saat kehamilan dan persalinan dan meningkatkan resiko

    terhadap janinnya karena pada umur kurang dari 20 tahun

    rahim dan panggul seringkali belum tumbuh mencapai

  • 23

    ukuran dewasa. Akibatnya ibu hamil pada usia itu mungkin

    mengalami persalinan macet atau gangguan lain.

    Selain itu juga pada umur kehamilan kurang dari 20

    tahun ibi bersalin belum siap menerima tanggung jawab

    sebagai orang tau dan belum sepenuhnya menghadapi

    kehamilan dan pada umur kurang dari 20 tahun ini fungsi

    organ reproduksi belum matang sedangkan pada umur lebih

    dari 35 tahun, kesehatan ibu sudah menurun akibatnya ibu

    hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar

    untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan

    perdarahan karena pada usia tersebut fungsi organ

    reproduksinya sudah mengalami kemunduran dan hormone

    yang berada dalam tubuh menurun fungsinya karena

    hormone tersebut berpengaruh pada kehamilan, persalinan

    dan nifas (Wiknjosastro, 2011).

    d. Sosial Ekonomi

    Faktor ekonomi merupakan dasar yang paling banyak

    dikemukakan oleh ibu jika terjadi sesuatu yang tidak

    diinginkan pada periode kehamilan, persalinan dan

    nifas.Keadaan pendapat yang tidak memadai menjadikan

    ibu enggan memeriksa kehamilannya pada petugas

    kesehatan.Hal ini menyebabkan ibu tidak memperoleh

    pelayanan obstetric yang memadai dan hanya

  • 24

    mengandalkan untuk memeriksakan kehamilannya

    (Manuaba, 2008).

    d. Penyakit Ibu

    Penyakit ibu yang menyertai kehamilan antara lain:

    1) Anemia

    2) Diabetes mellitus

    3) Penyakit jantung

    4) Hepatitis

    5) Penyakit ginjal dan saluran kencing.

    B. Landasan Teori

    Serotinus adalah kehamilan yang melampaui umur kehamilan

    294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasi

    (Manuaba, 2010). Menurut Depkes RI (2003) serotinus adalah

    kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu (294 hari) atau

    melebihi 2 minggu dari perkiraan persalinan yang dihitung mulai dari

    hari pertama haid terakhir (HPHT). Demikian pula menurut

    Wiknjosastro (2011) bahwa partus serotinus adalah berakhirnya suatu

    kehamilan dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu.

    Penyebab pasti partus serotinus sampai saat ini belum diketahui.

    Namun faktor yang mempengaruhi terjadinya serotinus adalah

    hormonal, dimana kadar progesteron tidak cepat turun walaupun

    kehamilan cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin

    berkurang (Wiknjosastro, 2011). Serotinus dapat berdampak negatif

    terhadap kehamilan terutama pada janin. Dampak negatifnya yaitu

  • 25

    penuaan plasenta, cairan ketuban berubah warna dan kekentalan,

    cairan ketuban berkurang bahkan bisa mengering habis, pada Ibu

    dapat mengakibatkan distosia (kesulitan melahirkan) karena aksi

    uterus tidak terkoordinir dan perdarahan setelah melahirkan bahkan

    dapat menimbulkan kematian bayi.

    Faktor predisposisi terjadinya persalinan serotinus adalah

    graviditas, umur, paritas, sosial ekonomi dan penyakit ibu

    (Wiknjosastro, 2011). Graviditas adalah jumlah kehamilan selurunya

    yang telah dialami oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilan.

    Graviditas ibu merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya

    serotinus karena jumlah graviditas dapat mempengaruhi keadaan

    kesehatan ibu dalam kehamilan (Nurdiana, 2008). Graviditas ≥ IV

    merupakan faktor risiko terjadinya serotinus. Paritas juga merupakan

    faktor risiko terjadinya serotinus. Semakin sering seorang wanita

    mengalami kehamilan dan persalinan (paritas lebih dari 3) maka

    uterus akan semakin lemah dan fungsi alat-alat vital dalam organ

    reproduksi telah mengalami kemunduran yang diakibatkan semakin

    rendahnya fungsi hormon-hormon yang ada dalam tubuh

    (Wiknjosastro, 2011).

    Usia ibu juga merupakan faktor predisposisi terjadinya serotinus

    yaitu usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Pada usia

  • 26

    kurangnya perhatian terhadap kehamilannya sedangkan pada usia

    >35 tahun terjadi penurunan fungsi reproduksi, penurunan daya tahan

    tubuh dan berbagai penyakit kronis sehingga usia tersebut sangat

    berisiko untuk terjadinya komplikasi pada kehamilan dan

    persalinannya.

    C. Kerangka Konsep

    Keterangan :

    Variabel terikat (dependent) : serotinus

    Variabel bebas (independent) : graviditas, paritas, umur.

    Graviditas

    SerotinusParitas

    Umur

  • 27

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang

    dimaksudkan untuk mendeskriptifkan mengenai suatu keadaan secara

    obyektif (Notoatmodjo, 2004).

    B. Waktudan Tempat Penelitian

    1. Waktu penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d April tahun 2017.

    2. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Kendari.

    C. PopulasidanSampelPenelitian

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang bersalin

    dengan Serotinus di RSUD Kota Kendaritahun 2016 yang

    berjumlah 64 orang.

    2. Sampel

    Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin dengan

    serotinus dan tercatat dalam medical record sebanyak 64 orang.

    Penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah secara total

    sampling yaitu semua ibu bersalin dengan serotinus di RSUD Kota

    Kendaritahun 2016.

    27

  • 28

    D. Variabel Penelitian

    1. Variable bebas (Independen) yaitu graviditas, paritas dan umur.

    2. Variabel terikat (Dependen) yaitu serotinus.

    E. DefinisiOperasional

    a. Serotinus

    Serotinus adalah kehamilan dengan umur kehamilannya lebih dari

    42 minggu (Manuaba, 2008).

    b. Graviditas

    Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah dialami

    oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilan.

    Kriteria obyektif:

    a. Berisiko : graviditas ≥ IV

    b. Tidak berisiko : bila graviditas I sampai III ( Wiknjosastro,

    2011)

    3. Paritas

    Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu

    Kriteria obyektif :

    a. Berisiko : paritas ≥ IV

    b. Tidak berisiko : bila paritas I sampai III

    4. Umur

    Umur adalah lamanya hidup seseorang ibu yang dihitung

    berdasarkan ulang tahun terakhirnya.

    Kriteria obyektif :

    a. Berisiko : bila umur < 20 tahun dan > 35 tahun

  • 29

    e. Tidak berisiko : bila umur 20-35 tahun

    F. JenisdanSumber Data Penelitian

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder

    yang diperoleh dari buku register (medical record) RSUD Kota Kendari

    yang meliputi data ibu bersalin normal dan serotinus berdasarkan

    graviditas, paritas dan umur.

    G. Pengolahan Data dan Analisis Data

    1. Pengolahan data

    Data yang diperoleh diolah secara manual dengan menggunakan

    kalkulator.

    2. Analisis data

    Analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif yaitu

    perhitungan presentase dengan rumus :

    Keterangan :

    X = nilai persentase yang diperoleh

    F = jumlah variabel yang diteliti

    n = jumlah sampel penelitian

    K = konstanta (100%)(Natsir, 2009).

    ᵡ= × k

  • 30

    H. Penyajian Data

    Data yang sudah diolah disajikan dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi dinarasikan secara deskriptif dan di persentasikan.

  • 31

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Letak Geografis

    RSUD Kota Kendari terdapat dikelurahan kambu kecamatan

    kambu atau terletak di jalan brigjen Z. A Sugianto No. 30 kendari

    dengan luas lahan ± 13.000 m2.

    RSUD Kota Kendari memiliki batas-batas sebagai berikut :

    a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mandonga

    b. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Poasia

    c. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Mokoau

    d. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan wua-wua

    2. Status Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

    Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari pertama kali

    didirikan pada tahun 1972 yang merupakan bangunan peninggalan

    pemerintah Hindia Belanda yang telah mengalami beberapa kali

    perubahan status antara lain :

    a. Rumah Sakit Tentara/Militer tahun 1945-1960

    b. Rumah Sakit Kabupaten Kendari tahun 1960-1989

    c. Rumah Sakit Plus Gunung Jati 1989-2003

    d. Berdasarkan Perda Kota No. 17 tahun 2001 kembali berstatus

    rumah sakit dengan nama RSUD Kota Kendari.

    31

  • 32

    e. Diresmikan penggunaanya sebagai RSUD Kota Kendari oleh

    bapak Walikota Kendari Pada tanggal 23 Januari 2003

    f. Pada Tahun 2008, oleh pemerintah Kota Kendari telah

    membebaskan lahan seluas 13.000 M2 untuk relokasi Rumah

    Sakit,yang dibangun secara bertahap dengan menggunakan

    dana APBD, TP, DAK dan DPPIPD.

    g. Pada tanggal 4 Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah

    Kota Kendari resmi menempati Gedung baru yang terletak di

    Jl.Brigjen Z.A Sugianto No : 39 Kel. Kambu Kec.Kambu Kota

    Kendari.

    h. Pada tanggal 12-14 Desember 2012 tekah divisitasi oleh TIM

    Komite Akreditasi Rumah Sakit ( KARS ), dan berhasil

    terakreditasi penuh sebanyak 5 pelayanan ( Administrasi &

    Manajemen, Rekam Medik, Pelayanan Keperawatan,

    Pelayanan Medik dan IGD ).

    3. Sarana Gedung

    Dilokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung

    sebagai berikut :

    a. Gedung Anthurium ( Kantor )

    b. Gedung Bougenville ( Poliklinik )

    c. Gedung ( IGD )

    d. Gedung Matahari ( Radiologi )

    e. Gedung Crysant ( Kamar Operasi )

    f. Gedung Asoka ( ICU )

  • 33

    g. Gedung Teratai ( Obgyn – Poned )

    h. Gedung Lavender ( Rawat inap penyakit dalam )

    i. Gedung Mawar ( Rawat Inap Anak )

    j. Gedung Melati ( Rawat Inap Bedah )

    k. Gedung Tulip ( Rawat Inap Saraf & THT )

    l. Gedung Anggrek ( Rawat Inap VIP, Kls I, Kls II )

    m. Gedung Instalasi Gizi

    n. Gedung Loundry

    o. Gedung Laboratorium

    p. Gedung Kamar Jenazah

    Dalam Menunjang pelaksanaan kegiatan RSUD Kota Kendari

    dilengkapi dengan 4 unit mobil ambulance, 1 buah mobil direktur, 9

    buah mobil operasional dokter spesialis dan 10 buah sepeda motor.

    4. Ketenagaan

    Jumlah tenaga kerja yang ada di RSUD.Abunawas Kota

    Kendari pada tahun 2014 sebanyak 386 ( 175 PNS dan 211 Non

    PNS ), yang terdiri dari :

    a. Tenaga Medis

    b. Tenaga Paramedis Perawatan

    c. Tenaga Paramedis non Perawatan

    d. Tenaga administrasi

  • 34

    B. Hasil Penelitian

    Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit

    Umum Kota Kendari mulai tanggal Juni s/d Juli 2017, maka diperoleh

    data sebanyak 64 orang ibu yang melahirkan serotinus.

    Dari data sekunder yang diperoleh di ruang Kebidanan Rumah

    Sakit Umum Daerah Kota Kendari kemudian data di olah dengan cara

    manual dengan menggunakan kalkulator yang disajikan dalam bentuk

    tabel selanjutnya akan dinarasikan adapun peroleh tersebut diuraikan

    sebagai berikut :

    1. Graviditas

    Tabel 1. Distribusi Penyebab persalinan serotinusBerdasarkan Graviditas Diruang KebidananRumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun2016.

    S

    u

    m

    Sumber : Data Sekunder

    Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah ibu

    yang melahirkan dengan serotinus yang tidak beresiko berdasarkan

    graviditas yang paling banyak yaitu 39 (60,93%) orang sedangkan

    yang beresiko pada graviditas sebanyak 25 (39,06%) orang.

    2. Paritas

    Graviditas Jumlah (n) Persen (%)Beresiko (≥ IV) 25 39,06

    Tidak beresiko (I - III) 39 60,93

    Total 64 100

  • 35

    Tabel 2. Distribusi Penyebab persalinan serotinusBerdasarkan Paritas Diruang Kebidanan RumahSakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2016.

    Paritas Jumlah (n) Persen (%)Beresiko (≥ IV) 18 28,12

    Tidak beresiko (I - III) 46 71,88

    Total 64 100

    Sumber : Data Sekunder

    Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah ibu

    yang melahirkan dengan serotinus yang tidak beresiko berdasarkan

    paritas yang paling banyak yaitu 46 (71,88%) orang sedangkan

    yang beresiko sebanyak 18 (28,12%) orang.

    3. Umur Ibu

    Tabel 3. Distribusi Penyebab persalinan serotinusBerdasarkan Umur Diruang Kebidanan RumahSakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2016.

    Umur Jumlah (n) Persen (%)Beresiko (35) 8 12,5

    Tidak beresiko (20-35) 56 87,5

    Total 64 100

    Sumber : Data Sekunder

    Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah ibu

    yang melahirkan dengan serotinus yang tidak beresiko berdasarkan

  • 36

    umur yang paling banyak yaitu 56 (87,5%) orang sedangkan yang

    beresiko sebanyak 8 (12,5%) orang.

    C. Pembahasan

    1. Graviditas

    Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya telah dialami

    oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilan. Graviditas 1 dan

    graviditas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih

    tinggi. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan suatu hal yang

    baru dalam hidupnya sehingga secara psikologis mentalnya belum

    siap, dan ini akan memperbesar kemungkinan terjadinya komplikasi

    kehamilan. Serotinus sering terjadi pada graviditas tinggi sebab

    pada graviditas tinggi rahim ibu terasa adanya janin dalam, bila

    terlalu sering mengalami kehamilan rahim akan semakin lemah dan

    kemungkinan akan mengalami komplikasi.

    Hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

    bahwa sebagian besar ibu bersalin dengan serotinus pada

    graviditas < 4 yaitu 39 orang (60,93%) sedangkan pada kelompok

    berisiko ≥ 4 sebanyak 25 orang (39,06).

    Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan

    Sastrawinata bahwa serotinus lebih sering terjadi pada primigravida

    muda, primigravida tua, dan grandimulti paritas sebab semakin

    tinggi graviditas semakin tinggi resiko dalam kehamilan, persalinan

    dan nifas.

    2. Paritas

  • 37

    Paritas merupakan jumlah persalinan yang telah dialami oleh

    ibu. Paritas pertama atau lebih dari tiga kali mempunyai risiko yang

    lebih besar terhadap janin dan ibunya. Ibu yang pertaman kali

    melahirkan merupakan suatu hal yang baru dalam hidupnya

    sehingga secara psikologi mentalnya belum siap. Hal ini akan

    memperbesar kemungkinan komplikasi. Sedangkan ibu yang terlalu

    sering melahirkan fungsi alat-alat vitalnya dalam organ reproduksi

    telah mengalami kemunduran dan kemungkinan mengalami

    komplikasi yaitu pendarahan, persalinan lama dan bayinya berisiko.

    Hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

    diperoleh ibu bersalin pada paritas ≥ 4 yaitu 18 orang (28,12,%)

    sedangkan pada kelompok paritas < 4 merupakan ada kelompok

    paritas tidak berisiko sebanyak 46 orang (71,88%).

    Hasil ini sejalan dengan yang dikemukakan Winkjosastro

    bahwa paritas II – III merupakan paritas yang paling aman ditinjau

    dari sudut kematian maternal, sedangkan ≥ 4 atau < 4 mempunyai

    resiko yang lebih besar untuk terjadinya serotinus. Hal ini juga

    sesuai dengan kemaknaan berbagai faktor, demografi ibu seperti

    paritas dimana paritas 1 atau ≥ 4 mempunyai resiko yang lebih

    besar untuk terjadinya serotinus.

    3. Umur Ibu

    Umur adalah lamanya seseorang hidup yang dihitung

    berdasarkan ulang tahun terakhirnya (Sardianaya, 2006). Dalam

    kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan

  • 38

    dan persalinan adalah 20-35 tahun. Pada umur < 20 tahun fungsi

    organ reproduksi belum matang dan belum siap untuk menghadapi

    kehamilan akibatnya ibu akan mengalami persalinan macet dan

    meningkatkan resiko terhadap janin. Sedangkan pada umur > 35

    tahun terikat dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh

    serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.

    Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah

    Kota Kendari menunjukan bahwa sebagian besar ibu bersalin

    dengan serotinus pada umur 20-35 tahun yaitu 56 orang (87,5%),

    pada umur > 35 tahun yaitu 2 orang (3,12%).

    Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang

    dikemukakan Manuaba bahwa serotinus sering terjadi pada usia <

    20 tahun atau > 35 tahun. Hal ini erat kaitannya dengan

    kematangan sel-sel reproduksi serta tingkat kerja organ reproduksi

    sehingga usia tersebut dapat membahayakan ibu saat kehamilan

    dan persalinan serta meningkatkan resiko terhadap janinnya.

    Menurut pernyataan Mochtar (1998). Umur ibu merupakan salah

    satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu.

    Pada masa kehamilan ibu hamil dengan umur masih relatif

    muda atau sebaliknya terlalu tua, cenderung lebih muda mengalami

    komplikasi kehamilan dibandingkan dengan kurun reproduksi sehat

    yakni umur 20-35 tahun.

    Berdasarkan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

    sebagian besar ibu bersalin dengan serotinus pada umur 20-35

  • 39

    tahun. Hal ini di karenakan faktor yang mempengaruhi status

    kesehatan ibu dan janinnya, jadi tidak menutup kemungkinan ibu

    yang berumur 20-35 tahun akan mengalami persalinan serotinus.

  • 40

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari penelitian terdapat

    64 sampel di Rumah Sakit Umum Kota Kendari, dapat disimpulkan

    sebagai berikut :

    1. Hasil penelitian bedasarkan jumlah kejadian serotinus dari 64

    sampel yang paling banyak berisiko pada graviditas sebanyak

    25 (39,06%) orang sedangkan yang paling sedikit berisiko

    sebanyak 8 (12,5%) orang pada umur ibu.

    2. Hasil penelitian berdasarkan jumlah kejadian serotinus dari 64

    sampel yang tidak berisiko sebanyak 56 (87,5%) pada umur ibu

    sedangkan yang paling sedikit tidak berisiko sebanyak 39

    (60,93%) pada graviditas.

    B. Saran

    Dengan melihat hasil penelitian ini, agar terwujut derajat kesehatan

    ibu dan anak dapat tercapai guna memperbaiki kualitas hidup

    bangsa Indonesia dimasa yang akan datang :

    1. Untuk ibu hamil dianjurkan untuk rajin memeriksakan

    kehamilanya minimal 4 kali selama kehamilannya dan

    merencanakan persalinannya pada bidan atau tenaga kesehatan

    terlatih.

    40

  • 41

    2. Disarankan pada petugas kesehatan khususnya bidan untuk

    meningkatkan mutu pelayanan antenatal care dalam upaya

    angka kejadian ibu bersalin dengan serotinus.

    3. Bagi pihak Rumah Sakit khususnya pada bagian kebidanan dan

    KIA diharapkan untuk memberikan penyuluhan kepada ibu hamil

    untuk menghindari berbagai resiko kehamilan terutama

    serotinus.

  • 42

    DAFTAR PUSTAKA

    Depkes, RI., 2003. Profil Kesehatan RI.http://www.profil kesehatan.net.(diakses 20 Desember2016).

    Manuaba, Ida Bagus Gde, 2008.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungandan Keluarga Rerencana Untuk PendIdikan Bidan, Jakarta :EGC

    2008. Gawat – Darurat Obstetri – Ginekologi & Obstetri – GinekologiSosial untuk Profesi Bidan,Jakarta : EGC

    Manuaba, IBG., 2010. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin ObstetriGinekologi Dan Kb. Jakarta: EGC.

    Mansjoer, A., 2003. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: MediaAesculapsius.

    Najah, SN., 2004. Beberapa Karakteristik Ibu Yang BerpengaruhTerhadap Kejadian Persalinan Prematur (Studi Kasus Pada BulanJanuari-September2003 di RSUD dr. H. Soewondo Kendal.Skripsi.http:// persalinan prematur. Diakses tanggal 21 Januari2017.

    Natsir, J.E., 2008. Kinerja Perawat dalam Melaksanakan AsuhanKeperawatan di Rumah Sakit dan Faktor yang Mempengaruhinya.http://www.blogjoeharno.blogspot.com, diakses 20 Desember2016.

    Notoatmodjo,S., 2004. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

    Nurdiana, A, 2008. Profil Kelahiran Bayi Prematur di RSUD dr. SoebandiJember Periode 1 Januari 2003 – 31 Desember 2005.http://digilib.unej.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-grey-2008-astutinurd1469&idth=150&PHPSES. Diakses 21Januari 2017.

    Rustam, M, 2008. SinopsisObstetri :ObstetriOperatifObstetrisosial.Jakarta: EGC.

    Saifuddin, A.B., 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawiroharjdo.

  • 43

    Sastrawinata, S., 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.Jakarta: EGC.

    Sujiyatini, 2009. PanduanLengkapPelayanan KB Terkini. Jogjakarta:NuhaMedika.

    Wiknjosastro, H. 2007. PelayananKesehatan Maternal danNeonatal.Jakarta: PenerbitYayasanBinaPustaka.

    Wiknjosastro, gulardi, 2008 Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal,Jakarta : YBP-SP

    _____________, 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan BinaPustakaSarwono Prawiroharjdo.

  • 44

    MASTER TABEL

    IDENTIFIKASI IBU BERSALIN DENGAN SEROTINUSDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI

    PROVINSI SULAWESI TENGGARATAHUN 2016

    NO NAMA UMUR IBUGRAVIDITAS PARITAS

    KETERANGAN

  • 45

    32. Ny. S 21 th I I33. Ny. K 26 th V III34. Ny. O 26 th IV III35. Ny. B 23 th II II36. Ny. M 31 th IV IV37. Ny. O 22 th I I38. Ny. K 24 th III II39. Ny. M 29 th V IV40. Ny. A 20 th I I41. Ny. F 31 th VI V1 2 3 4 5 6 8

    42. Ny. R 24 th III II43. Ny. N 25 th IV II44. Ny. O 19 th I I45. Ny. B 27 th III II46. Ny. C 20 th I I47. Ny. L 37 th V IV48. Ny. T 31 th VI IV49. Ny. S 19 th I I50. Ny. U 24 th II I51. Ny. L 20 th I I52. Ny. U 26 th V II53. Ny. B 25 th III II54. Ny. D 22 th II II55. Ny. E 23 th II II56. Ny. S 38 th VII V57. Ny. A 20 th I I58. Ny. M 20 th II I59. Ny. L 29 th IV IV60. Ny. K 28 th V IV61. Ny. S 22 th II II62. Ny. U 22 th I I63. Ny. J 21 th I I64. Ny. O 28 th V IV

  • 46

  • 47

  • 48

  • 49

  • 50