15
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK PKMRS FAKULTAS KEDOKTERAN Maret 2015 UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA INFEKSI SALURAN KEMIH OLEH : FITRI ANI AZIS 110 210 0082 DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2015

infeksi Saluran Kemih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PKMRS ILmu kesehatan Anak

Citation preview

  • BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK PKMRS FAKULTAS KEDOKTERAN Maret 2015 UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

    INFEKSI SALURAN KEMIH OLEH :

    FITRI ANI AZIS 110 210 0082

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

    MAKASSAR 2015

  • 2

    INFEKSI SALURAN KEMIH

    PENDAHULUAN

    Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang umum

    mengenai balita, anak usia sekolah, maupun remaja. Bayi dan anak - anak dengan

    usia kurang dari 2 tahun merupakan usia yang memiliki resiko tinggi untuk

    mengalami infeksi saluran kemih dan memiliki resiko lebih tinggi untuk

    mengalami kerusakan parenkim ginjal. Infeksi saluran kemih umumnya lebih

    sering terjadi pada wanita karena memiliki uretra yang lebih pendek daripada pria,

    namun pada masa neonatus ISK lebih sering terdapat pada bayi laki - laki

    dibandingkan pada bayi perempuan. Infeksi saluran kemih dapat mengenai setiap

    lokasi dalam saluran kemih dari ginjal hingga uretra pada bagian distal. Sistem

    saluran kemih dibagi menjadi saluran kemih bagian atas dan bawah. Saluran

    kemih bagian atas terdiri dari ginjal dan ureter sedangkan pada bagian bawah

    terdiri dari vesica urinaria dan uretra. Klinis dari masingmasing infeksi pada

    saluran kemih dapat berbeda, begitu juga pada pengobatannya dan seringkali

    gejala ISK pada anak - anak tidak begitu jelas dibandingkan dengan gejala pada

    orang dewasa. Pada bayi infeksi saluran kemih merupakan penyebab yang paling

    sering dari demam dan mungkin menjadi penyebab paling sering dari kerusakan

    parenkim ginjal.1,2,3

    Infeksi pada saluran kemih dapat disertai dengan kelainan anatomi

    maupun kelainan struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik. Namun

    ISK paling sering disebabkan oleh bakteri Escherichia Coli, sehingga pada

    pengobatannya perlu diberikan antibiotik, namun pada infeksi yang berat dan

    sudah menimbulkan kerusakan pada berbagai macam organ, membutuhkan terapi

    suportif dan antibiotik yang adekuat. Tujuan terapi pada infeksi organ urogenitalia

    adalah mencegah atau menghentikan diseminasi bakteri dan produk yang

    dihasilkan oleh bakteri pada sirkulasi sitemik dan mencegah terjadinya kerusakan

    organ urogenitalia.3

  • 3

    EPIDEMIOLOGI

    Infeksi saluran kemih merupakan penyakit yang relatif sering pada anak.

    Kejadian ISK tergantung pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi ISK pada

    neonatus berkisar antara 0,1% hingga 1%, dan meningkat menjadi 14% pada

    neonatus dengan demam, dan 5,3% pada bayi. Pada bayi asimtomatik, bakteriuria

    didapatkan pada 0,3 hingga 0,4%. Resiko ISK pada anak sebelum pubertas 3-5%

    pada anak perempuan dan 1-2% pada anak laki. Pada anak dengan demam

    berumur kurang dari 2 tahun, prevalensi ISK 3-5%. 4

    Data studi kolaboratif pada 7 rumah sakit institusi pendidikan dokter

    spesialis anak di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun (1984-1989)

    memperlihatkan insidens kasus baru ISK pada anak berkisar antara 0,1%-1,9%

    dari seluruh kasus pediatri yang dirawat. Di RSCM Jakarta dalam periode 3 tahun

    (1993-1995) didapatkan 212 kasus ISK, rata-rata 70 kasus baru setiap tahunnya.4

    Infeksi saluran kemih kemih lebih umum terjadi pada bayi laki-laki yang

    tidak di khitan. Sesudahnya, infeksi lebih sering mengenai wanita. Infeksi saluran

    kemih simtomatis dan asimtomatis terjadi pada 1,2-1,9% pada anak perempuan

    usia sekolah dan paling banyak terjadi pada golongan umur 7 sampai 10 tahun,

    infeksi sangat jarang terjadi pada laki laki dengan golongan umur yang sama.

    ETIOLOGI

    Escherichia Coli merupakan bakteri utama penyebab terjadinya ISK, pada

    wanita 70-90% penyebab ISK adalah E.Coli, kemudian disebabkan oleh

    Klebsiella dan Proteus. Pada beberapa laporan penelitian menyatakan bahwa pada

    anak laki - laki yang berumur lebih dari 1 tahun, infeksi akibat proteus sama

    banyaknya dengan ISK yang disebabkan oleh E.Coli, laporan lain menyatakan

    bahwa suatu organisme gram positif dalam jumlah lebih besar pada laki-laki dan

    Staphylococcus Saprophtycus terbukti menjadi patogen pada wanita maupun laki -

    laki.

  • 4

    PATOFISIOLOGI

    Hampir semua ISK menyebar secara asendens, pada periode neonatus

    bakteri mencapai saluran kemih melalui aliran darah atau uretra yang selanjutnya

    bakteri akan naik dari saluran kemih dari bawah. Perbedaan individu dalam

    keretanannya terhadap infeksi saluran kemih ditentukan oleh faktor-faktor hospes

    dalam menghasilkan antibodi dan faktor - faktor lain yang yang mempengaruhi

    perlekatan bakteri pada epitel introitus dan uretra. Awal terjadinya ISK adalah

    bakteri berkolonisasi di perineum pada anak perempuan atau di preputium pada

    anak laki-laki. Kemudian bakteri masuk kedalam saluran kemih mulai dari uretra

    secara asending. Setelah sampai di kandung kemih, bakteri bermultiplikasi dalam

    urin dan melewati mekanisme pertahanan antibakteri dari kandung kemih dan

    urin. Pada keadaan normal papila ginjal memiliki sebuah mekanisme anti refluks

    yang dapat mencegah urin mengalir secara retrograd menuju collecting tubulus.

    Akhirnya bakteri bereaksi dengan urotelium atau ginjal sehingga menimbulkan

    respons inflamasi dan timbul gejala ISK. 5,6

    Bila organisme dapat masuk kedalam kandung kemih, beratnya infeksi dapat

    menggambarkan virulensi dari bakteri dan faktor anatomi seperti vesikouretra,

    obstruksi, statis urin dan adanya kalkuli. Dengan adanya stagnansi urin,

    kesempatan untuk berkembang biak bakteri menjadi meningkat, karena urin

    merupakan media biakan bakteri yang sangat baik. Pembesaran kandung kemih

    akan mengurangi aliran darah ke dinding kandung kemih dan dapat menurunkan

    resistensi alami kandung kemih terhadap infeksi. Stagnansi urin bisa terjadi pada

    keadaan, miksi yang tidak teratur atau sering menahan miksi, adanya dilatasi atau

    reflux pada sistem urinaria, jaringan atau sel kanker yang nekrosis yang dapat

    menjadi tempat persembunyian bakteri sehingga sulit dibersihkan oleh aliran

    urine. Mekanisme tubuh terhadap invasi bakteri terdiri dari mekanisme

    fungsional, anatomis dan imunologis. Pada keadaan anatomi normal,

    pengosongan kendung kemih terjadi reguler, drainase urin baik dan pada saat

    setiap miksi, urin dan bakteri dieliminasi secara efektif. Pada tingkat seluler,

    bakteri dihancurkan oleh lekosit polimorfonuklear dan komplemen. Maka setiap

  • 5

    keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan normal tersebut dapat

    menyebabkan risiko terjadinya infeksi.

    Gangguan dari flora periuretra normal, yang merupakan bagian dari

    pertahanan tubuh melawan kolonisasi bakteri patogen, mempermudah terjadinya

    ISK. Bakteri dari flora periuretra berada di distal uretra, tetapi urine normal

    berada dalam keadaan steril di proksimal uretra, kandung kemih, dan bagian

    proksimal lainnya pada saluran kemih. Kuman patogen saluran kemih dapat

    mencapai kandung kemih dan berkembang biak bila infeksi terjadi. Patogenesis

    ISK adalah berdasarkan adanya pili atau fimbrae pada permukaan bakteri.

    Terdapat 2 tipe fimbrae yaitu tipe I dan tipe II. Fimbrae tipe I terdapat pada

    seluruh strain E.Coli. Karena perlekatan pada sel target dapat dihambat oleh D-

    Mannose, maka fimbrae ini disebut juga mannose sensitive dan tidak berperan

    dalam pielonefritis. Perlekatan fimbrae tipe II tidak dihambat oleh mannose,

    sehingga disebut juga mannose resistant, fimbrae ini hanya terdapat pada

    beberapa strain E.Coli. Reseptor fimbriae tipe II adalah suatu glikospingolipid

    yang terdapat pada sel uroepitel dan sel darah merah. Fraksi Gal 1-4

    oligosakaridase adalah resptor. Karena fimbrae tersebut dapat diaglutinasi oleh P

    blood eritrosit maka disebut sebagai P fimbrae. Bakteri dengan P fimbrae lebih

    sering menyebabkan pielonefritis. Sekitar 76-94% strain pielonefritogenik E. coli

    mempunyai P fimbrae, sedangkan strain sistitis sekitar 19-23%.1,3,5

    MANIFESTASI KLINIS

    Bakteriuria asimtomatik sering terjadi, pada kebanyakan kasus.

    Manifestasi klinis sering kali gagal menunjukkan secara jelas apakah infeksi

    sebatas pada saluran kemih atau telah melibatkan ginjal. Gejala klinik ISK pada

    anak sangat bervariasi, ditentukan oleh intensitas reaksi peradangan, letak infeksi

    (ISK atas dan ISK bawah), dan umur pasien. Sebagian ISK pada anak merupakan

    ISK asimtomatik, umumnya ditemukan pada anak umur sekolah, terutama anak

    perempuan dan biasanya ditemukan pada uji tapis (screening programs). ISK

  • 6

    asimtomatik umumnya tidak berlanjut menjadi pieolonefritis dan prognosis

    jangka panjang baik.

    Pada bayi biasanya terjadi demam, berat badan menurun, tidak dapat

    tumbuh dengan baik, nausea, muntah, diare dan ikterus. Pada anak dengan demam

    tanpa diketahui penyebabnya biakan urin harus diambil untuk mengesampingkan

    infeksi saluran kemih. Dalam suatu penelitian pada bayi diruang gawat darurat

    dengan suhu lebih dari 38.3oC tetapi tanpa suatu penyebab yang jelas 7.5%

    menderita infeksi saluran kemih. Biakan urin harus dilakukan pada bayi yang

    demam, kelak pada masa kanak-kanak sering berkemih, sakit selama berkemih,

    inkotinensia urin yang berkaitan dengan urgensi, mengompol pada anak yang

    sudah tidak lagi mengompol, nyeri perut dan urin yang berbau busuk merupakan

    gejala yang sering terjadi. Sistitis kronis atau yang sering kambuh seringkali

    menjadi penyebab terjadinya inkotinensia pada siang hari dan manifestasi

    ketidakstabilan kandung kemih lainnya yang mungkin menetap walaupun urin

    telah steril. Pada anakanak usia kurang dari dua tahun memiliki resiko tinggi

    luka pada ginjal dibanding usia yang lebih tua, karena tanda yang kurang

    menyebabkan keterlambatan pengobatan dengan antibiotik. Bayi sering mendapat

    demam dan gejala lainnya, seperti rewel, tak mau menyusu, nyeri perut, muntah

    dan diare.5,7

    Pada anak-anak yang telah berhasil untuk ke toilet, enuresis merupakan

    manifestasi yang lebih sering pada infeksi saluran kemih. Sedangkan pada usia

    sekolah, anak - anak dan remaja gejala yang paling sering hadir adalah gejala pada

    orang dewasa, termasuk disuria, hematuria, frekuensi kencing, dan urgensi dalam

    berkemih. Kadang-kadang tampak hematuria sebagai tanda sistitis hemoragika

    yang disebabkan oleh E. Coli. Pada pielonefritis akut biasanya terjadi demam

    mengigil, sakit panggul atau perut nyeri tekan. Ginjal dapat membesar, anak -

    anak dengan pielonefritis kronis seringkali tidak bergejala. secara umum, anak -

    anak dan remaja dengan infeksi saluran kemih memiliki pemeriksaan fisik

    normal. Namun, bagaimanapun pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan suatu

    penemuan penting secara klinis. Sebagai contoh, pada palpasi abdomen dapat

  • 7

    ditemukan massa yang menghalangi aliran urin yang normal, seperti pada kasus

    adanya impaksi tinja.2

    Hipertensi arterial biasanya berkaitan dengan jaringan parut ginjal.

    Refluks netropati biasanya dihubungkan dengan kombinasi reflux vesikoureter

    dan infeksi, menjadi penyebab 15% kasus gagal ginjal pada stadium akhir pada

    anak di Amerika serikat. Sepsis biasa terjadi pada bayi dan anak yang lebih tua

    dengan infeksi dan obstruksi saluran kemih. Hiperamonemia dengan manifestasi

    sistem saraf pusat merupakan komplikasi yang jarang pada saluran kemih yang

    disebabkan oleh proteus dan terkait dengan statis atau obstruksi saluran kemih.2,5

    Faktor resiko terjadinya bakteriuria dan kerusakan ginjal pada setiap orang

    berbeda-beda faktor resiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya

    kerusakan ginjal adalah

    1. Bakteriuria pada bayi.

    2. ISK yang berulang pada wanita usia muda yang mengalami ISK pada usia

    kurang dari 15 tahun.

    3. Kerusakan pada jaringan ginjal merupakan faktor risiko untuk kerusakan

    ginjal di masa depan.

    4. Polimorfisme genetik host mempengaruhi ISK dan kerusakan pada ginjal

    PEMERIKSAAN

    Diagnosis infeksi saluran kemih tergantung pada biakan bakteri yang

    berasal dari urin. Penemuan setiap bakteri di dalam urin yang berasal dari

    kandung kemih atau pelvis ginjal menunjukkan adanya infeksi. Diagnosis yang

    tepat mungkin sulit untuk didapatkan, karena seringkali kontaminasi spesimen

    yang dikeluarkan atau pengobatan penderita sebelumnya dengan antibotika.5

    Pada anak anak yang telah terlatih menggunakan toilet, biakan urin yang

    diperoleh dari uliran pancar tengah (mid stream urine) diperoleh sesudah

    membersihkan meatus uretra dengan larutan providone iodium dan

    membersihkannnya dengan air steril atau garam faali, biasanya memuaskan. Pada

    wanita, labia harus dibuka secara manual untuk menghindarkan kontaminasi atau

  • 8

    kontak urin dengan kulit. Pada laki - laki yang tidak dikhitan, prepurtium harus

    ditarik ke belakang, bila prepurtium tidak dapat di retraksi, cara pengumpulan urin

    ini tidak dapat dipercaya. Untuk spesimen dari mid stream urin, hitungan koloni

    seringkali digunakan untuk membedakan spesimen yang terinfeksi dan yang

    terkontaminasi. Biakan yang menunjukkan lebih dari 105 koloni/ml organisme

    tunggal spesifikasinya lebih dari 90% untuk infeksi saluran kemih. Namun

    demikian harus diketahui bahwa hitungan koloni yang lebih rendah pada penderita

    terinfeksi mungkin disebabkan karena kekeringan yang berlebihan, pengosongan

    kandung kemih yang terlalu dini atau karena pengobatan dengan antibiotika,

    hitungan demikian tidak mengesampingkan infeksi. 5,8

    Pada bayi dan anak laki - laki maupun anak wanita muda yang dikhitan,

    penerapan penggunaan kantong pengumpul urin steril yang tertutup dan

    direkatkan sesudah disinfeksi kulit genitalia merupakan hal yang bermanfaat,

    terutama bila hasil biakan steril. Spesifitas biakan ini jauh lebih rendah daripada

    biakan spesimen dari mid stream urin. Negatif palsu pada biakan urin dapat

    diakibatkan oleh pengobatan antibiotika yang tidak diketahui, pengenceran dari

    kekeringan yang berlebihan atau kontaminasi spesimen dengan larutan septik.

    Analisis seharusnya diambil dari spesimen yang sama seperti pada biakan.

    Kegagalan dalam mendiagnosis infeksi urin secara akurat dapat menyebabkan

    keterlambatan pengobatan dan dapat meningkatkan resiko kerusakan parenkim

    ginjal. Piuria (leukosit di dalam urin) menimbulkan dugaan adanya infeksi, tetapi

    infeksi dapat terjadi tanpa piuria, oleh karena itu penemuan ini lebih konfirmatif

    daripada diagnostik, sebaliknya piuria dapat ada tanpa infeksi saluran kemih.

    Hematuria mikroskopik adalah hal yang umumnya terdapat pada sistitis

    akut. Pada infeksi ginjal akut, leukositosis, neutrofilia dan kenaikan LED serta

    protein C-reaktif biasa terjadi, namun pada anak - anak untuk membedakan

    infeksi saluran kemih bagian atas dengan bagian bawah seperti deteksi bakteri

    yang terselubung dengan antibodi, respons terhadap pengobatan antibiotika dosis

    tunggal, dan uji imunologis dan biokimiawi tidak dapat dipercaya.

    Ketidakmampuan memekatkan urin merupakan hal yang biasa tetapi tidak dapat

    dipercaya pada pielonefritis akut dan kronis. Pada 30% bayi dengan infeksi pada

  • 9

    ginjal, kadar kreatinin serum sementara meningkat, karena sepsis biasa terjadi

    pada infeksi ginjal, terutama pada bayi dan dengan obstruksi, biakan darah harus

    diambil selama demam infeksi. 5,8

    Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan jika telah dikonfirmasi dengan kultur urin

    kuantitatif.

    1. Ultrasonografi (USG)

    a) Pemeriksaan USG dari saluran kemih pada bayi, anak kecil atau dewasa

    dengan diagnosis pertama pielonefritis akut.

    b) USG mungkin terabaikan untuk anak perempuan >2 tahun dengan

    episode sistitis akut pertama maupun kedua, bila respon terapi cepat dan

    memuaskan.

    c) Dengan akut sistitis, USG saluran kemih pada bayi perempuan dan laki-

    laki pada semua umur dengan ISK pertama kali.

    2. Voiding cystourethrogram (VCUG)

    a) Lakukan VCUG pada pasien anak dengan pyelonefritis akut yang

    belum pernah pencitraan saluran kemih sebelumnya.

    b) Beberapa klinisi melakukan VCUG pada pasien yang berusia >4-5

    tahun dengan pielonefritis akut yang memiliki pola berkemih yang

    normal ketika tak terinfeksi.

    c) VCUG tidak diperlukan untuk menilai anak dengan sistitis akut yang

    telah berespon cepat terhadap terapi, kecuali USG saluran kemih tak

    normal.

    d) VCUG dapat dilakukan bila urin bersih dari bakteri dan piuria dan

    berkemih telah kembali seperti sebelumnya.

    e) Beberapa klinisi merekomendasikan menunggu 4-6 minggu untuk

    dilakukan VCUG. Bila anak dalam terapi antibakteri pada masa ini,

    rekomendasi ini diterima.

    DIAGNOSIS BANDING

    Radang pada genitalia eksterna, vulvitis dan vaginitis yang disebabkan oleh

    ragi, cacing kremi, dan agen lain dapat disertai gejala yang mirip dengan sititis.

  • 10

    Sititis virus dan kimiawi harus dibedakan dari sititis bakterial berdasarkan atas

    riwayat penyakit dan hasil biakan urin. Secara radiografi, ginjal hipoplastik dan

    displatik, atau ginjal kecil akibat gangguan vaskuler, dapat tampak sama dengan

    pielonefritis kronis namun, pada piolenefritis kronis biasanya terdapat refluks

    vesikoureter. Sistitis hemoragik akut seringkali disebabkan oleh E.Coli telah

    dihubungkan juga dengan adenovirus type 11 dan 21. Sistitis adenovirus lebih

    sering terdapat pada laki-laki, sembuh dengan sendirinya, dengan hematuria yang

    berlangsung kira - kira selama empat hari. Sistitis eosinofilik merupakan bentuk

    sistitis yang tidak jelas dan kadang - kadang ditemukan pada anak. Gejala umum

    adalah sititis dengan hematuria, dilatasi ureter, dan gagalnya pengisian kandung

    kemih yang disebabakan oleh massa yang secara histologis terdiri atas infiltrat

    radang dengan eosinofil. 5

    PENATALAKSANAAN

    Tata laksana ISK didasarkan pada beberapa faktor seperti umur pasien,

    lokasi infeksi, gejala klinis, dan ada tidaknya kelainan yang menyertai ISK.

    Sistitis dan pielonefritis memerlukan pengobatan yang berbeda. Keterlambatan

    pemberian antibiotik merupakan faktor risiko penting terhadap terjadinya jaringan

    parut pada pielonefritis. Sebelum pemberian antibiotik, terlebih dahulu diambil

    sampel urin untuk pemeriksaan biakan urin dan resistensi antimikroba.

    Penanganan ISK pada anak yang dilakukan lebih awal dan tepat dapat mencegah

    terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut. Sampai saat ini masih belum ada

    keseragaman dalam penanganan ISK pada anak, dan masih terdapat beberapa hal

    yang masih kontroversi. Beberapa protokol penanganan ISK telah dibuat

    berdasarkan hasil penelitian multisenter berupa uji klinis dan meta-analisis,

    meskipun terdapat beberapa perbedaan tetapi protokol penanganan ini saling

    melengkapi. Secara garis besar, tata laksana ISK terdiri atas:4

    1. Eradikasi infeksi akut

    2. Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan fungsional pada ginjal dan

    saluran kemih

    3. Deteksi dan mencegah infeksi berulang.

  • 11

    Tujuan eradikasi infeksi akut adalah mengatasi keadaan akut, mencegah

    terjadinya urosepsis dan kerusakan parenkim ginjal. Jika seorang anak dicurigai

    ISK, berikan antibiotik dengan kemungkinan yang paling sesuai sambil

    menunggu hasil biakan urin, dan terapi selanjutnya disesuaikan dengan hasil

    biakan urin. Pemilihan antibiotik harus didasarkan pada pola resistensi kuman

    setempat atau lokal, dan bila tidak ada dapat digunakan profil kepekaan kuman

    yang terdapat dalam literatur. Umumnya hasil pengobatan sudah tampak dalam

    48-72 jam pengobatan. Bila dalam waktu tersebut respon klinik belum terlihat

    mungkin antibiotik yang diberikan tidak sesuai atau mungkin yang dihadapi

    adalah ISK kompleks, sehingga antibiotik dapat diganti. Selain pemberian

    antibiotik, dianjurkan untuk meningkatkan asupan cairan. Penelitian tentang lama

    pemberian antibiotik pada sistitis menunjukkan tidak ada perbedaan dalam

    outcome anak dengan pemberian antibiotik jangka pendek dibandingkan dengan

    jangka panjang. Oleh karena itu, pada sistitis diberikan antibiotik jangka pendek.

    Biasanya, untuk pengobatan ISK simpleks diberikan antibiotik per oral selama 7

    hari, tetapi ada penelitian yang melaporkan pemberian antibiotik per oral dengan

    waktu yang lebih singkat (3-5 hari), dan efektifitasnya sama dengan pemberian

    selama 7 hari. NICE (National Institute for Health and Clinical Excellence)

    merekomendasikan penanganan ISK fase akut, sebagai berikut:4,8

    1. Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus segera dirujuk ke dokter

    spesialis anak, pengobatan harus dengan antibiotik parenteral.

    2. Bayi 3 bulan dengan pielonefritis akut/ISK atas:

    Pertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis anak.

    Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik yang

    resistensinya masih rendah berdasarkan pola resistensi kuman, seperti

    sefalosporin atau ko-amoksiklav.

    Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan, terapi dengan antibiotik

    parenteral, seperti sefotaksim atau seftriakson selama 2-4 hari

    dilanjutkan dengan antibiotik per oral hingga total lama pemberian 10

    hari.

  • 12

    3. Bayi 3 bulan dengan sistitis/ ISK bawah:

    Berikan antibiotik oral selama 3 hari berdasarkan pola resistensi

    kuman setempat. Bila tidak ada hasil pola resistensi kuman, dapat

    diberikan trimetroprim, sefalosporin, atau amoksisilin.

    Bila dalam 24-48 jam belum ada perbaikan klinis harus dinilai

    kembali, dilakukan pemeriksaan kultur urin untuk melihat

    pertumbuhan bakteri dan kepekaan terhadap obat. Di negara berkembang didapatkan resistensi kuman uropatogen yang tinggi

    terhadap ampisilin, kotrimoksazol, dan kloramfenikol, sedangkan sensitivitas

    sebagian besar kuman patogen dalam urin mendekati 96% terhadap gentamisin

    dan seftriakson. Berbagai antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan ISK, baik

    antibiotik yang diberikan secara oral maupun parenteral, seperti terlihat pada tabel

    1 dan tabel 2.4,9

  • 13

    PROGNOSIS

    Kerusakan ginjal pada komplikasi jangka panjang sebagai konsekuensi

    dari ISK kadang-kadang ditemukan di awal abad ke-20, pielonefritis akut menjadi

    penyebab tersering terjadinya hipertensi dan ESRD (End Stage Renal Disease)

    pada perempuan muda. Adanya hipertensi biasanya memberikan prognosis yang

    buruk. Anak dengan resiko komplikasi ini biasanya ditemukan dengan USG

    saluran kemih yang menunjukkan hidronefrosis. Penelitian pada neonatus

    menyebutkan bahwa kerusakan ginjal terkait dengan obstruksi di saluran keluar

    kandung kemih atau hidronefrosis non obstruktif karena VUR yang berat. Anak

    ini mungkin mendapat tambahan kerusakan ginjal sebagai hasil dari infeksi, tetapi

    ISK bukan faktor utama penyebab komplikasi renal.1,8

    KOMPLIKASI

    ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan

    meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal

    ginjal, komplikasi pada masa kehamilan seperti preeclampsia. Parut ginjal terjadi

    pada 8-40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko

    terjadinya parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik

    dalam tata laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih.1,4

    Gambar 1. Daerah yang paling sering mengalami parut ginjal, yang ditandai dengan

    penipisan pada daerah parenkim dan kerusakan dari calyx

  • 14

    KESIMPULAN

    ISK merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, sering

    merupakan tanda kelainan ginjal dan saluran kemih, dan potensial menyebabkan

    parut ginjal yang berlanjut menjadi gagal ginjal terminal. Diagnosis dini dan

    terapi adekuat sangat penting dilakukan agar penyakit tidak berlanjut. Peranan

    pencitraan sangat penting untuk mencari faktor predisposisi, dan jenis

    pemeriksaan tergantung pada tujuan dan fasilitas yang tersedia. Deteksi kelainan

    saluran kemih, meningkatkan strategi pemanfaatan pemeriksaan pencitraan, dan

    penggunaan antibiotik yang tepat akan menurunkan terjadinya parut ginjal dan

    komplikasinya. Pengobatan ISK bertujuan untuk mencegah terjadinya parut

    ginjal. Keberhasilan penanganan yang efektif ialah diagnosis dini dan pengobatan

    antibiotik yang adekuat, serta tindak lanjut yang terprogram.

  • 15

    DAFTAR PUSTAKA

    1. J Alan et all . Infection and Inflammation of the Pediatric Genitourinary Tract in Champbell Wash Urology 10th Edition. Elsevier. p 3084. 2010

    2. Mencl Francis, Biesbroeck Daan Urinary Tract Infections in Children and Adolescents in Pediatric Emergency Medicine. Saundes. Philadelphia. p:643.

    2008

    3. Purnomo Basuki. Dasar Dasar Urologi. Sagung Seto. Malang. p:51. 2011. 4. IDAI UKK Urologi. Konsensus Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. Jakarta.

    p.4.2011

    5. Behmarn Richard E et all. Infeksi Saluran Kemih dalam Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol 3. EGC. Jakarta. p.1865

    6. Shelov D Eric. Infection of The Urinary Tact in Netter Pediatrics. Elsevier. p. 584-52011

    7. O Connel Theodore. Urinary Tract Infection. Saunders. Philadelphia. p.312-5

    2010

    8. NICE. Urinary tract Infection in children. Diagnosis, Treatment and Long

    Trem Management. RCOG Press. London. p41-47 2007

    9. Stain Raimun et all. Urinary Tract Infections in Children. European Association Of Urology J. Mainz. p553-4.2014