62
BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, Hal 369). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada manifestasi bakteri pada saluran kemih (Engram, 1998 : 121). Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini 1

MAKALAH INFEKSI SALURAN KEMIH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAKALAH INFEKSI SALURAN KEMIH

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. PENGERTIANInfeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, Hal 369).Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada manifestasi bakteri pada saluran kemih (Engram, 1998 : 121).Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

B. TANDA DAN GEJALA1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemihb. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubisc. Hematuriad. Nyeri punggung dapat terjadi

2. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :a. Demamb. Menggigilc. Nyeri panggul dan pinggangd. Nyeri ketika berkemihe. Malaisef. Pusingg. Mual dan muntah

C. ETIOLOGI1. Dapat berasal dari organisme pada feses yang naik dari perineum uretra dan kandung kemih, serta menempel pada permukaan mukosa.2. Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap .3. Gangguan status metabolis (diabetes).4. Refluks uretrovesikel (aliran balik) urine dari uretra ke dalam kandung kemih.5. Uretrovesikel atau refluks uretrovesikel aliran balik urin dari kandung kemih ke dalam kedua ureter.6. Kontaminasi fekal.7. Hubungan seksual yang berperan masuknya organisme dari perineum ke dalam kandung kemih.8. Pemasangan alat ke dalam traktus urinarius

D. PATOFISIOLOGIMasuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi.2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplay jantung ke ginjal.3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui helium ginjal.4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending. Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi.Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat lain.Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa terjadi oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui ureter naik ke ginjal untuk menyebabkan infeksi.Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.

E. MACAM MACAM ISK1. Infeksi saluran kemih bagian bawah yaitu:a. Peradangan pada urethra atau urethritis.b. Peradangan pada kandung kemih atau cystitis.c. Peradangan pada prostat atau prostatitis.

2. Infeksi saluran bagian kemih atas yaitu:a. Pielonefritis akutb. Pielonefritis kronik

F. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATANPasien dianjurkan banyak minum agar diuresis meningkat, diberikan obat yang menyebabkan suasana urin alkali jika terdapat disuria berat dan diberikan antibiotik yang sesuai. Biasanya ditujukan untuk bakteri Gram-negatif dan obat tersebut harus tinggi konsentrasinya dalam urin. Wanita dengan bakteriuria asimtomatik atau gelaja ISK bagian bawah cukup diobati dengan dosis tunggal atau selama 5 hari. Kemudian dilakukan pemeriksaan urin porsi tengah seminggu kemudian, jika masih positif harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada pria, kemungkinan terdapat kelainan saluran kemih lebih besar, sehingga sebaiknya diberikan terapi antibiotik selama 5 hari, bukan dosis tunggal dan diadakan pemeriksaan lebih lanjut. Terdapat 2 jenis ISK rekuren. Yang paling sering adalah kuman baru pada setiap serangan, biasanya pada wanita dengan gejala sistitis akut rekuren atau pasien dengan kelainan anatomi.Pasien diminta banyak minum agar sering berkemih dan dianjurkan untuk minum antibiotik segera setelah berhubungan intim. Pada kasus sulit dapat diberikan profilaksis dosis rendah sebelum tidur setiap malam, misalnya nitro furantoin, trimetroprim dan sulfametoksazol, biasanya 3-6 bulan.Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:1. Terapi antibiotika dosis tunggal2. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari3. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu4. Terapi dosis rendah untuk supresiPemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkinan adanya:1. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan2. Interansi obat3. Efek samping obat4. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjalResiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:1. Efek nefrotosik obat2. Efek toksisitas obat

G. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL1. Penyebaran Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.2. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.4. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.

H. NIC1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine berhubungan dengan adanya halangan, striktur.

Intervensi prioritas NIC :a. Perawatan retensi urin b. Kateterisasi urine

Aktivitas lain NIC :a. Pantau asupan dan haluaran.b. Pantau derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi.c. Bagi cairan dalam sehari untuk menjamin asupan yang adekuat tanpa adanya distensi kandung kemih yang berlebihan.d. Gunakan kekuatan sugesti dengan mengalirkan air atau membilas toilet.e. Stimulasi refleks kandung kemih dengan menempelkan es ke abdomen, menekan bagian dalam paha atau mengalirkan air.f. Berikan cukup waktu untuk pengosongan kandung kemih (10 menit).g. Lakukan kateterisasi untuk mengeluarkan residu, jika diperlukan. h. Ajarkan manuver valsavas jika diindikasikan (dengan menegangkan abdomen, sandarkan ke depan pada kedua paha, kontrasikan otot abdomen dan regangkan/ tahan nafas sambil meregangkan/ manuver valsavas, tahan pegangan/ nafas sampai aliran urin berhenti, tunggu satu menit dan regangkan sepanjang mungkin, lanjutkan sampai tidak ada urin yang keluar, catat keluaran urin, selidiki penurunan/ penghentian aliran urin ).

2. Nyeri berhubungan dengan infeksi saluran perkemihan.Intervensi prioritas NIC :1. Penatalaksanaan nyeri.2. Pemberian analgesik

Aktivitas lain NIC :a. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian.b. Gunakan lembar alur nyeri untuk memantau pengurangan nyeri dari analgesik dan kemungkinan efek sampingnya.c. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor partisipasinya.d. Observasi isyarat ketidaknyamanan nonverbal, khuususnya pada mereka yang tidak mampu mengkomunikasikannya secara efektif.e. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika pengurangan nyeri tidak dapat dicapai.f. Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan saran koping.g. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, seberapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.h. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat.i. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologik sebelum, setelah dan jika memungkinkan selama aktivitas yang menyakitkan, sebelum nyeri terjadi atau meningkat, dan selama penggunaan tindakan pengurangan nyeri yang lain.j. Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu.k. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi dengan pengkajian nyeri dan efek sampingnya.l. Instruksikan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih (misal, demam, menggigil, nyeri pinggang, hematuria, perubahan konsistensi, dan bau urin).

3. Resti terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah.

Intervens prioritas NIC :a. Panduan sistem kesehatanb. Bantuan modifikasi diri

Aktivitas lain NIC :a. Bantu pasien/ keluarga memahami kebutuhan untuk mengikuti penanganan sesuai dengan program dan konsekuensi akibat ketidakpatuhan.b. Informasikan sumber-sumber komunitas yang tepat dan orang yang dapat dihubungi kepada pasien.c. Konsultasikan dengan dokter tentang perubahan yang mungkin dalam program pengobatan untuk mendukung kepatuhan pasien.d. Dukung pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhan tentang hospitalisasi serta hubungan dengan pemberi pelayanan kesehatan.e. Berikan dukungan pada anggota keluarga untuk membantu mereka mampertahankan hubungan positif dengan pasien.f. Berikan penguatan positif terhadap tindakan kepatuhan untuk mendukung prilaku positif yang terus-menerus.g. Dukung pasien untuk mengkaji keyakinan dan nilai pribadi serta kepuasan terhadap hal tersebut.h. Kaji dengan pasien hambatan yang mungkin untuk mengubah perilaku.i. Identifikasi dengan pasien strategi yang paling efektif untuk mengubah perilaku.j. Bantu pasien dalam mengidentifikasi meskipun keberhasilan yang kecil.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah. Intervensi prioritas klinik :a. Pengelolaan nutrisib. Pengelolaan gangguan makan

Intervensi lain NIC :a. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan maka ketahui makanan kesukaan pasien.b. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinyac. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. d. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian makan melalui selang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankane. Tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, secara tepat jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, khususnya untuk pasien dengan kebutuhan energi tinggi.f. Buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan kedalam jadwal makan, lingkungan makan, kesukaan/ ketidaksukaan pasien, dan suhu makanan.g. Bantu pasien untuk menulis tujuan mingguan yang realistis untuk aktivitas dan asupan makanan.h. Tawarkan porsi besar pada siang hari ketika nafsu makan tinggi ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.i. Hindari prosedur invasif sebelum makan.j. Berikan pasien minuman dan camilan bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap dikonsumsi, bila memungkinkan.k. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan pasien.

I. NOC1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine berhubungan dengan adanya halangan, striktur.

NOC :a. Pasien menunjukkan kemampuan sistem perkemihan untuk menyaring sisa, menyimpan zat terlarut dan mengumpulkan serta membuang urin dengan pola sehat.b. Pasien melaporkan penurunan spasme kandung kemih.

2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.NOC :a. Pasien mampu menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.b. Pasien mampu mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri.c. Melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan.d. Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non analgesik secara tepat.

3. Resti terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah. NOC :a. Melaporkan penggunaan strategi untuk menghilangkan perilaku tidak sehat dan memaksimalkan kesehatan.b. Menimbang risiko/ keuntungan dari perilaku kesehatan.c. Patuh pada pengobatan dan program penanganan.d. Melaporkan efek penanggulangan yang penting dan efek samping.e. Melaporkan pengendalian gejala penyakit.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, perubahan berhubungan dengan gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah. NOC :a. Menunjukkan status gizib. Toleransi terhadap diit yang dianjurkanc. Status gizi : nilai gizi.

BAB IITINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH

Tanggal masuk: 6 April 2012Jam: 07.00 WIBNo RM: 180412Tgl pengkajian: 6 April 2012Diagnosa medis: Infeksi Saluran Kemih

A. PENGKAJIAN1. Identitas Pasien dan Penanggung JawabIdentitas PasienIdentitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. HUmur : 23 TahunAgama : IslamJenis Kelamin : PerempuanAlamat : PiyunganSuku/Bangsa : IndonesiaPekerjaan : Rumah TanggaPendidikan : SMAStatus : KawinNama : Tn. R Umur : 28 TahunAgama : IslamJenis Kelamin : Laki-lakiAlamat : PiyunganSuku/Bangsa : IndonesiaPekerjaan : SwastaPendidikan : SMAStatus : Suami dari pasienStatu

B. RIWAYAT KESEHATAN1. Keluhan UtamaKlien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah.

2. Riwayat Kesehatan Sekaranga. Waktu terjadinya sakitPasien mengatakan nyeri dirasakan sejak 3 hari yang lalu.

b. Proses Terjadinya SakitPasien mengatakan awalnya merasa nyeri di perut bagian bawah, kemudian pasien merasa ingin BAK tetapi pasien hanya mengeluarkan sedikit urin dan terdapat darah.

c. Upaya yang telah dilakukanPasien mengatakan pernah berobat ke puskesmas dan dirujuk ke rumah sakit.

d. Hasil pemeriksaan sementara/ sekarangDari hasil pemeriksaan sekarang yang telah dilakukan didapatkan data TD : 160/90, Nadi : 120 kali/menit, RR : 29 kali/menit, T : 38, GFR turun hingga 5 ml/menit.

3. Riwayat kesehatan dahulua. Penyakit dahuluPasien mengatakan belum pernah menderita infeksi saluran kemih sebelumnya.

b. PerlukaanPasien mengatakan tidak pernah mengalami luka yang sangat parah.

c. Dirawat di RSPasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan penyakit gastritis akut.d. Alergi obat atau makananPasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.

4. Riwayat Kesehatan KeluargaPasien mengatakan bahwa ibu saya mempunyai riwayat penyakit hipertensi.

5. Genogram

Keterangan :: Laki-laki

: Perempuan

: Hipertensi

: Pasien ISK

C. POLA FUNGSI KESEHATAN1. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatanPasien mengatakan pasien tidak mengetahui tentang penyakitnya.

2. Pola metabolik-nutrisia. Sebelum sakitPasien mengatakan sebelum sakit nafsu makannya tidak terganggu, makan 3 kali dalam sehari, setiap makan 1 porsi selalu habis dan minum air putih sekitar 4-5 gelas dalam 1 hari.

b. Selama sakitPasien mengatakan selama sakit nafsu makannya berkurang, makan 3 kali/hari namun dengan 1 porsi tidak pernah habis sehingga berat badan menurun 2 kg.

3. Pola aktivitas-latihana. Sebelum sakitAktivitas01234

Makan

Mandi

Berpakaian

Eliminasi

Mobilisasi ditempat tidur

Berpindah

Ambulansi

Naik Tangga

Keterangan :0: Mandiri1: Di bantu sebagian2: Di bantu orang lain3: Di bantu orang dan alat4: Ketergantungan/ tidak mampu

a. Sebelum sakit

Aktivitas01234

Makan

Mandi

Berpakaian

Eliminasi

Mobilisasi ditempat tidur

Berpindah

Ambulansi

Naik Tangga

Keterangan :0: Mandiri1: Di bantu sebagian2: Di bantu orang lain3: Di bantu orang dan alat4: Ketergantungan/ tidak mampu4. Pola istirahat tidura. Sebelum sakitPasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur 8 jam dan tidak terjaga pada malam hari sehingga dapat tidur dengan nyenyak.

b. Selama sakitPasien mengatakan selama sakit tidurnya terganggu, tidur kurang dari 8 jam karena sering terjaga pada malam hari.

5. Pola persepsi kognitifa. Sebelum sakitPasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu berkomunikasi dan mengerti apa yang sedang dibicarakan, berespon dan berorientasi dengan baik terhadap orang lain.

b. Selama sakitPasien mengatakan selama sakit pasien masih bisa berkomunikasi dan mengerti apa yang sedang dibicarakan, berespon dan berorientasi dengan baik pada orang lain.

6. Pola konsep diri/ persepsi diria. Gambaran diriPasien mengatakan selalu berusaha untuk bersyukur dengan keadaan saya, meskipun dengan kondisi sakit yang dideritanya saat ini.

b. Identitas diriPasien mengatakan dapat mengenali dirinya sendiri dan keluarganya.

c. Peran diriPasien mengatakan Saya berperan sebagai ibu rumah tangga .

d. Ideal diriPasien mengatakan Saya ingin menjadi seorang ibu dan istri yang baik bagi anak dan suami saya, serta dapat membahagiakan mereka.

e. Harga diriPasien mengatakan saya tidak pernah malu dengan keadaan saya yang seperti ini dan saya selalu percaya diri.

7. Pola hubungan peranHubungan pasien dengan keluarga dan teman-temanya baik. Pasien selalu ramah pada orang lain.

8. Pola reproduktif dan seksualitasPasien mengatakan selama sakit pasien tidak melakukan hubungan dengan istrinya.

9. Pola toleransi terhadap stres dan kopingPasien mengatakan saya berusaha untuk selalu tenang dalam menghadapi masalah apapun, dan saat mendapati masalah saya selalu bercerita kepada suami.

10. Pola nilai dan keyakinana. Sebelum sakitPasien mengatakan selalu melaksanakan shalat wajib 5 waktu.

b. Selama sakitPasien mengatakan Saya selalu melaksanakan shalat wajib 5 waktu.11. Pola eliminasia. Sebelum sakitPasien mengatakan sebelum sakit tidak mengalami gangguan BAB dan BAK, BAK 5-6 kali/hari, warna sedikit kekuningan.

b. Selama sakitPasien mengatkan selama sakit mengalami gangguan pada BAK nya, merasa nyeri saat BAK,urin yang dikeluarkan sedikit dan terdapat darah, BAK hanya 2-3 kali/hari.

D. PEMERIKSAAN FISIK

KEPALA DAN LEHER

Rambut : Rambut panjang, keriting, warna hitam, tidak rontok, tidak ada ketombe, kutu, lesi pada kulit kepala ,dan tidak ada tanda-tanda inflamasi pada kulit kepala.

Mata : Bentuk mata kanan dan kiri sama, scelera berwarna putih, iris hitam, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis.

Telinga: Bentuk telinga kanan dan kiri sama, tidak ada nyeri tekan pada telinga dan tidak terdapat penumpukan serumen, tidak ada tanda-tanda infllamasi

Hidung: Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi dan tanda-tanda inflamasi, tidak ada nyeri tekan pada area hidung dan tidak ada perdarahan, tidak ada polip, dan tidak ada sekret.

Mulut: Bibir kering, lidah kemerahan, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan tonsil, tidak ada stomatitis , mukosa bibir kering.

Gigi: Warna gigi agak kekuningan, tidak ada nyeri pada gigi, gigi berlubang.

Leher: Bentuk leher simetris tidak ada kelainan, warna leher sama dengan warna kulit di sekitarnya, tidak ada tanda-tanda inflamasi, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada nyeri tekan pada leher.

DADA

Inspeksi : Bentuk dada simetris, warna dada sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak ada lesi, tidak ada kelainan pada bentuk dada, irama napas reguler.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tactil fremitus (+)

Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada dada dan pada daerah jantung perkusi redup.

Auskultasi : Suara napas vesikuler

JANTUNG

Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat di intracosta ke 5 mid clavicula sinistra.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba

Perkusi : Terdengar bunyi redup pada area jantung dan tidak ada pembesaran jantung.

Auskultasi : S1 dan S2 terdengar rentang normal ( lub....dub....).

ABDOMEN

Inspeksi : Kulit abdomen tidak mengkerut, tidak ada lesi dan tanda-tanda inflamasi,tidak ada edema dan warna kulit sama dengan warna di sekitarnya.

Auskultasi : Bising usus hiperperistaltik 37 kali/menit

Perkusi : Perkusi abdomen pekak

Palpasi : Nyeri tekan pada perut bagian bawah

INGUINAL & GENETALIA

Inspeksi : Tidak terkaji / pasien keberatan

Palpasi : Tidak terkaji / pasien keberatan

EKSTRIMITAS

Inspeksi : Pasien terpasang infuse pada tangan dextra, warna kulit coklat sawo, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada tanda-tanda inflamasi Kekuatan Otot:

44

44

Palpasi: Akral hangat, tidak ada nyeri, tidak ada pitting edema, kulit kering, turgor kulit menurun

E. DATA FOKUSData SubjektifData Objektif

Pasien mengatakan Nyeri pada perut bagian bawah. Pasien mengatakan nyeri saat BAK, BAK sedikit dan terdapat darah, BAK hanya 2-3 kali/hari. Pasien mengatakan selama sakit nafsu makan menurun, makan 3x/hari namun tidak habis. Berat badan menurun 2 kg. RR : 29 kali/menit. BB : 47 kg. Bising usus hiperperistaltik 37 kali/menit. Nadi : 120 kali/menit. T : 38 o C. Turgor kulit menurun. nyeri tekan pada perut bagian bawah. bibir kering dan pucat. mukosa bibir kering. wajah tampak gelisah.

F. ANALISIS DATAProblemEtiologiSymptom

Nyeri AkutAgen Cidera BiologisDS : Pasien mengatakan Nyeri pada perut bagian bawah. Pasien mengatakan nyeri saat BAK. wajah tampak gelisahDO :wajah tampak gelisah

Gangguan eliminasi urinInfeksi saluran kemihDS : Pasien mengatakan nyeri saat BAK, BAK sedikit dan terdapat darahDO :Nyeri tekan pada perut bagian bawah.

Kekurangan volume cairanKegagalan mekanisme regulasiDS : Pasien mengatakan Berat badan menurun 2 kg.DO : BB : 47 kg. Bising usus hiperperistaltik 37 kali/menit. Nadi : 120 kali/menit Turgor kulit menurun bibir kering mukosa bibir kering

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis ditandai dengan 2. Kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme regulasi3. Gangguan eliminasi urinarius b/d obstruksi anatomik

H. PERENCANAAN NIC DAN NOCHr/tglJamNo DxNOC/ tujuanNIC / intervensiTtd

06/04/2012

07/04/201207.00

07.00

1

2

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :Pain Level (2102) :1. Pasien tidak melaporkan nyeri2. Wajah pasien tidak mengekspresikan nyeri3. Pasien tidak gelisah4. Frekuensi napas rentang normal (16-24x/mnt)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kekurangan volume cairan dapat teratasi dengan kriteria :Fluid Balance (0601) :1. TD rentang normal2. Nadi rentang normal (80-100x/mnt)3. BB stabil4. Turgor kulit membaik5. Mukosa bibir lembab6. Intake dan output dalam 24 jam seimbang

Pain Management :1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas2. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan3. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri5. Kurangi factor presipitasi nyeri6. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan7. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,non farmakologi)8. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi9. Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi10. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri11. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil12. Monitor TTV

Fluid Management :1. Timbang berat badan tiap hari 2. Jaga keakuratan catatan intake dan output3. Monitor status hidrasi (kelembapan mukosa membran, denyut nadi, tekanan darah ortostatikl)4. Monitor vital signs5. Monitor status nurtrisi 6. Berikan cairan 7. Berikan terpai intravena jika diresepkan 8. Tingkatkan masukan oral9. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

08/04/201207.003Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam gangguan eliminasi urinarius dapat teratasi dengan kritera :Urinary Elimination (0503) :1. Pola eliminasi baik2. Urin keluar banyak3. Warna urin normal4. Tidak ada darah5. Tidak nyeri saat BAK6. BAK rentang normal (5-6 kali/hari).Urinary Elimination Management :1. Monitor eliminasi urin termasuk frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna2. Monitor tanda dan gejala retensi3. Ajarkan pasien mengenai tanda dan gejala infeksi saluran kemih4. Anjurkan kepada pasien atau keluarga untuk mencatat output urine5. Batasi cairan sesuai keperluan6. Catat waktu BAK terakhir7. Monitor TTV

I. IMPLEMENTASIHari/ tglJamNo DxTindakanResponParaf

Jumat,06/04/2012

Sabtu,07/04/201207:00

08:30

11:00

13:20

15:00

18:30

07:00

08:30

11:00

13:20

15:00

16:30

17.00

19.30

20.00

07.00

08.30

11.00

13.20

15.001

Menanyakan keluhan pasien

Menimbang berat badan pasien

Menanyakan jumlah air kencing yang keluar

Memeriksa denyut nadi, turgor kulit, dan mukosa bibir klien

Mengukur tekanan darah,frekuensi pernapasan,mengukur suhu,

Menghitung denyut nadi

Mengkaji lokasi,intensitas,serta area penjalaran nyeri.

Mengobservasi adanya abdominal pain

Mengukur TTV

Mengajarkan pasien teknik relaxsasi untuk mengatasi nyeri (teknik distorsi serta guide imagine)

Menjelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang tersebut.

Menganjurkan pasien banyak minum air putih 3-4 liter/hari selama tidak ada kontraindikasi

Memberikan posisi dan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Menganjurkan pasien atau keluarga untuk mencatat jumlah urine yang keluar

Mengukur TTV

Menanyakan keluhan pasien

Mengajarkan pasien teknik relaxsasi yaitu tarik nafas dalam melalui hidung dan mengeluarkannya perlahan memalui mulut.

Memeriksa denyut nadi, turgor kulit, dan mukosa bibir klien

Memberikan minum pasien air putih

Menanyakan pola eliminasi pasienDS: Pasien mengatakan merasa nyeri pada perut bagian bawahnnya.

DO: BB 47 kg

DS: Pasien mengatakan air kencing yang keluar masih sedikit

DO: turgor kulit belum membaik, mukosa bibir masih kering,

DO :Nadi: 112x/mntTD : 140/95 RR: 28x/mnt,

DO Nadi: 112x/mnt.

DS : Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah.

DO : skala nyeri 7.DS : Pasien mengatakan nyeri pada perut.

DO : suhu 37,8o nadi 103x/mnt, TD

DO : pasien dapat mengikuti relaksasi yang diajarkan oleh perawat.

DO : pasien mengerti penjelasan yang telah diberikan oleh perawat.

DS : pasien mengatakan paham atas anjuran yang diberikan.

DO:memposisikan pasien supinasi, memberikan penerangan yang cukup.

DS : Pasien mengatakan hari ini pasien sudah BAK 3x. tidak keluar darah tapi urine yang keluar masih sedikit

DO : TD 140/95 mmHg, nadi 95x/mnt, suhu 37,6 o

DS : pasienmengatakan nyeri pada perutnya sudah mulai berkurang.DO : Skala nyeri 5

DO : pasien dapat mengikuti apa yang diajarkan perawat.

DO : turgor kulit dan mukosa bibir lembab, nadi 98x/mnt

DO : pasien minum sudah 8 gelas sehari ini.

DO : Pasien sudah BAK 3x. tidak ada darah dalam urine dan jumlah urine yang keluar masih sedikit.ARV

J. DOKUMENTASI ( EVALUASI AKHIR )Tgl/hariJamNo DxEvaluasiTtd

Senin,09/04/201219.45

1S :Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah berkurang setelah relaksasi.O : Skala nyeri 5, berat badan 47 kg

A : Masalah teratasi sebagianP :Lanjutkan intervensi

Senin,09/04/201221.152S : Pasien mengatakan urin yang dikeluarkan sudah mulai lancar.O :Turgor kulit lembabMukosa bibir lembabTD 140/95mmHgNadi 95 kali/menitSuhu 37,60 CA :Masalah teratasiP :Pertahankan intervensi

Senin,09/04/201217.003S : Pasien mengatakan urine yang keluar sudah normal seperti biasanya.Pasien mengatakan sudah BAK 3x sehari.O :Sudah tidak ada darah pada urine.Berat badan 48 kgTD : 120/90, RR : 18 kali/menitA :Tujuan tercapaiP : Pertahankan intervensi, jaga kondisi pasien.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Pada pengkajian penulis menyimpulkan data melalui ilustrasi kasus, wawancara, pemeriksaan fisik, tidak dilakukan karena penulis tidak mengkaji langsung pada klien, penulis hanya mendapatkan data dari ilustrasi kasus yang didapat. Data yang didapat pada kasus yaitu pada lubang kencing kadang keluar cairan putih kental, juga ketika dilakukan pemeriksaan kultur urine didapatkan adanya bakteri pada urine.Penyebaran Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.Dalam membuat perencanaan keperawatan penulis menyesuaikan dengan kondisi klien saat dikaji dan membuat prioritas masalah sesuai kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dan kebutuhan utama klien. Dalam pelaksanaan keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat. Dalam evaluasi penulis dapat menyimpulkan bahwa semua diagnose dapat teratasi dan tujuan keperawatan tercapai. Namun kendalanya kami tidak dapat mendokumentasikan data dengan baik sehingga untuk membuat evaluasi mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan penulis hanya mendapatkan data berdasarkan ilustrasi kasus. Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005). Penggunaan kateter terkait dengan kemungkinan lebih dari satu jenis bakteri penginfeksi. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang kedokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar penyakit (data bulan Juli Desember).

B. SaranUntuk teman sejawat dan penulis agar dapat memprioritaskan masalah sesuai kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, walaupun pendokumentasian data tidak dapat dilakukan karena data yang diperoleh hanya berdasarkan ilustrasi kasus tetapi rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik.Untuk perawat diruangan agar dapat mendokumentasikan semua data pada klien baik verbal maupun obyektif dengan benar sehingga dapat membuat evaluasi dengan baik. Untuk menunjang pendokumentasian pihak rumah sakit harus menyediakan lembaran renpra untuk perawat ruangan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan KeperawatanNugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUIPrice, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGCSmeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

37