INJEKSI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

injeksi

Citation preview

2.2 Pembuatan Sediaan InjeksiPembuatan sediaan yang akan di gunakan untuk injeksi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan benda asing. Cara pembuatan obat yang baik (CPOB) mensyaratkan pula tiap wadah akhir injeksi harus di amati satu per satu secara fisik. Kemudian, kita harus menolak tiap wadah yang menunjukan pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual.Bentuk suatu obat yang di buat sebagai obat suntik tergantung pada sifat obat sendiri yang memperhatikan sifat fisika dan kimia serta pertimbangan terapetik tertentu. Pada umumnya jika obat tidak stabil dalam larutan maka kita harus membuatnya sebagai serbuk kering yang bertujuan di bentuk dengan penambahan pelarut yang tepat pada saat akan di berikan. Cara lainnya adalah membuatnya dengan bentuk suspense partikel obat dalam pembawa yang tidak melarutkan obat. Bila obat tidak stabil dengan adanya air maka pelarut dapat dig anti sebagian atau seluruhnya dengan pelarut yag tepat utuk obat agar stabil. Bila obat tidak larut dalam air maka obat suntik dapat di buat sebagai suspensi air atau larutan obat dalam pelarut bukan air, seperti minyak nabati. Bila larutan air yang di inginkan maka kita sering memakai garam yang larut dari obat yang tidak larut untuk memenuhi sifat kelarutan yang di isyaratkan. Larutan air atau larutan yang bercampur dengan darah dapat di suntikkan langsung ke dalam aliran darah. Cairan yang tidak bercampur dengan darah, seperti obat suntik berminyak atau suspensi, dapat menghambat aliran darah normal dalam system peredaran darah dan umumnya di gunakan terbatas untuk pemberian bukan intravena.Kita dapat mengatur mulai dan lamanya obat bekerja dengan bentuk kimia obat yang digunakan, keadaan fisik obat suntik (larutan atau suspensi) , dan pembawa yang di gunakan. Obat yang sangat larut dalam cairan tubuh umumnya paling cepat diabsorbsi dan mulai kerjanya paling cepat. Artinya, obat dalam larutan air mempunyai mula kerja yang lebih cepat dari pada obat dalam larutan minyak. Obat suspensi dalam air pun bekerja lebih cepat dari pada obatsuspensi dalam minyak. Alasanya adalah sediaan dalam air lebih mudah bercampur dengan cairan tubuh sesua di suntikan dan kemudian kontak partikel obat dengan cairan tubuh menjadi lebih cepat. Kita seringkali membutuhkan kerja obat yang lebih panjang untuk mengurangi pengulangan pemberian suntikan. Jenis suntikan dengan kerja yang panjang biasa di sebut jenis sediaan depot atau repository.Dalam pembuatan obat suntik, syarat utamanya ialah obat harus streril, tidak terkontaminasi bahan asing, dan di simpan dalam wadah yang menjamin sterilitas.2.3 Klasifikasi Sediaan InjeksiSediaan injeksi dibagi dalam klasifikasi sebagai berikut :1. Larutan sejati dengan pembawa air, contohnya injeksi vitamin c Formulasinya sebagai berikut : Resep vitamin c dengan kadar 2% 5% 10% Vitamin c 2,0 5,0 10,0 Natrium hydrogen karboat 0,9 2,4 4,8 Tiourium 0,012 0,012 0,012 Natrium klorida 0,2 - - Air untuk injeksi ad 100 ml 100 ml 100 ml Pembuatan: Kita jenuhkan air untuk injeksi steril dengan karbondioksida selama sekurangnya 10 menit. Larutan vitamin c secara aseptic dengan tioureum, lalu tambahka natrium klorida dan natrium hydrogen karbonat sedikit demi sedikit. Selama penetrelan dengan natrium hydrogen karbonat sampai PH 6,5 - 6,7 ,kita harus mencegahnkelebihan basa setempat dengan aliran gas inert. Proses pembuatan memerlukan pencegahan dterhadap panas, cahaya, dan logam berat seperti Cu, Fe dan Mn.2. Larutan sejati dengan pembawa minyak, contohnya injeksi kamfer Formulanya sebagai berikut ; Injeksi kamfer denga kadar 10% Kamfer 100% Minyak zaitun netral p.i 100 mlSebagai pembawa oba suntik kamfer, kita dapat pula memakai eter atau campuran miyak dan eter seperti resep di bawah ini :Kamfer 10,0Eter 40,0Minyak zaiun netral p.i 100mlPembuatan : Kamfer di larutkan secara aseptik dalam eter untuk narkosa dan minyak zaitun netral steril dalam wadah setril.3. Larutan sejati dengan pembawa campuran, contohnnya injeksi Phenobarbital Formulanya sebagai berikut ; Injeksi Phenobarbital natrium 10% Dalam farmakope Denmark: Phenobarbital 3,0 Phenobarbital natrium 6,72 Uretan 25,0 Spiritus 94% W/W Gliserin steril 12,5 Air untuk injeksi ad 100 ml Pembuatan : Kita memakai campuran gliserin dengan alkohol untuk melarutkan ketiga zat dan menambahkan air p.i sedikit demi sedikit sampai larut sempurna. Dalam CMN dan sorgdrager :Phenobarbital 5% 10% 20%Phenobarbital 5,0 10,0 20,0Dietilamina 1,375 2,750 5,5Larutan petit p.i ad 100ml 100ml 100mlLarutan petit untuk injeksi menurut CMN adalah campuran :Alkohol 96% 260Gliseri 350Air ad 100ml Pembuatan: Kita larutkan Phenobarbital dengan dietil amina, lalu menambahkan larutan petit sedikit demi sedikit dan mengocokannya hingga larut.FMI memberikan resep sebagai berikut :Amilenhidrat 0,38Uretan 0,35Air untuk injeksi ad 1,0 ml4. Suspensi steril dengan pembawa air, contohnya injeksi calciferol ( vit D2 ). Formulannya sebagai berikut: Vit D2 10 Alkohol 250 Tween 200 Air untuk injeksi ad 1000 ml Pembuatan : Kita larutkan vit D2 dalam alkohol dengan menambahkan tween sedikit demi sedikit hingga larutan jernih secara aseptic ( 1 satuan international = 0,025 mikrogram vit D2 muri).5. Suspensi steril dengan pembawa minyak contohnya injeksi bismuthsubsalisilat. Formulannya sbb : Resep bismuthsubsalisilat dalam kadar 10% dan 17,5% Bismuthsubsalisilat 10 17,5 Minyak zaitun netral steril ad 100 100 Pembuatannya :Pembuatan secara aseptic bismuthsubsalisilat adalah menggerus dalam mortar sedikit demi sedikit dan melarutkannya dalam minyak zaitun.6. Emulsi streil contohnya infus invelip 20% Resep : intravenous fat emultion 20% Soylbean oil 200 mg Glycerol 25 g Egg phosphatide 12 g Sodium oleat 0,3 g Sodium hydrokside qs pH=8 Aqua untuk injeksi 10000 ml7. Serbuk kering di larutkan dengan air Pembuatan obat sutik dengan sediaan serbuk kering karena bahan padat sangat tidak stabil dalam larutan.Contohnya: injeksi solumedrol 500 mg dengan wadah yang dikemas sedemikian rupa sehingga bila petugas akan menggunakan pelarut di atasnya, maka tinggal memencet tutup vial agar pelarut turun ke bawah dan melarutkan zat aktif yang tersedia di dalamnnya.Formulannya sbb:Solumedrol 500 mgPembuatan : Kita masukan serbuk solumedrol kering ke dalam vial secara septic dengan pelarut air p.i yang telah di siapkan.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembuatan Obat Suntik2.4.1Pelarut dan PembawaPelarut dan pembawa air utuk obat suntikA. pelarut yang paling sering di gunakan dalam obat suntik secara besar besaran adalah air untuk injeksi atau yang di sebut WFI ( water for injectioin ).1) Persyaratan WFI menurut standar BP ( 20010 dan EP ( 2002) tidak boleh mengandung :a.) Total karbonorganik tidak boleh lebih dari 0,5 mg per liter. Kemudian bila 25 ml air untuk injeksi di tambahkan kalsium hidroksida LP maka selama 5 menit harus tetap jernih.b.) Klorida tidak boleh lebih dari 0.5 ppm. Kemudia, bila100 ml air untuk injeksi di tambahkan 1ml peraknitrat LP , maka setelah di diamkan selama 5 menit harus tetap tidak berwarna dan jernih.c.) Amonia tidak boleh lebih dari 0,1 ppm. Kemudian, bila 50 ml air untuk injeksi di tambahkan 1 ml kalium raksa ( II ) iodide Lp dalam suasana alkalis dan dilihat dalam tabung nassler, maka tidak memperlihatka pewarnaanyang lebih kuat dari pada pewaraan yang di beri 50 ml air yang bebas amonik P setelah penambahan 2 ml pereaksi nassler LP dan di periksa pada keadaan yang sama.d.) Nitrat boleh lebih dari 0,2 ppm. Kemudia, 5 ml air untuk injeksi tidak bole memberikan warna biru pada batas permukaan setelah di tuangkan dengan hati hati ke dalam 5 ml difenilalamina LP.e.) Logam berat cu,fe,pb tidak bole lebih dari 0,1 ppm kemudian bila 100 ml air untuk injeksi di tambahka 1 tetes larutan natrium sulfide LP,maka harusntetap jernih dan tidak berwarna.f.) Oksidator tidak boleh lebih dari 5 ppm. Kemudian, bila 100 ml air untuk injeksi di didihkan selama 3 menit serta di tambahkan 10 ml asam sulfat encer P dan 0,5 ml kalium permanganate 0,01 N , maka tidak menghilangkan sama sekali warna larutan.g.) Bebas pirogen.h.) pH 5,0-7,0, pemeriksaan dengan 1m ml air untuk injeksi dengan di tambahkan 2 tetes larutan merah metal LP tidak boleh memberikan warnah merah. Kemudian 10 ml air untuk injeksi dengan di tambahkan 5 tetes larutan biru bromtimol LP tidak bole memberikan warna biru.2) Penyiapan air untuk injeksi ( WFI ) harus di simpan dalam wadah yang tertutup rapat pada temperature di bawah atau di atas kisaran temperature ideal mikroba dapat tumbuh. Air untuk obat suntik bertujuan di guakan dalam waktu 24 jam sesudah penampungan.3) Proses pembuatan WFI menurut USP melalui 4 tahapan.B. Steril water of injection ( air steril untuk injeksi ) adalah air untuk injeksi yang di sterilkan dan di kemas dengan cara yang sesuai , tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lain. Syarat steril water of injection adalah cairan jernih , steril, bebas pirogen, tak bebrau, tidak berwarna, tidak berasa serta tidak mengandung logam logam berat seperti cu,fe,pb dan zat- zat pereduksi dan lain-lain, pH 5,0-7,0.Menurut Operation Manual for Implementation of GMP, proses pembuatan Sterile Water for Injection melalui 3 prose sebagai berikut:1)Proses pertama adalah persiapan (pretreatment) uuntuk mendapatkan Water for Injection dimulai dari sumber air (sumur atau mata air) yang ditampung dan diendapkan, kemudian diberi penyaring pasir dan diberi klorin,sehingga air dapat diminum (drinking water). Air minum disaring dengan karbomaktif, lalu disaring kembali dengan filter 5-10 m.2)Proses kedua adalah proses final treatment biasanya dilakukan Reverse osmosis dengan menggunakan chemical softening (kation dan anion), atau menggunakan Twin Bed Column lalu disaring lagi menggunakan filter 5-10 m kemudian disaring lagi menggunakan filter yang lebih kecil dengan ukuran filter 2 m bila perlu menggunakan ozonisator atau ultraviolet atau pemanasan dengan temperatur diatas 70C kemudian dimasukan dalam tangki penampung dengan temperatur 70C kemudian di EDI (Electro deionization) atau didestilasi dimasukkan kedalam tangki penampung lalu disaring dengan filter bakteri 0,2 m.3)Proses ketiga adalah proses sterilisasi WFI dengan menggunakan auutoklaf,sehingga mendapatkan WFI steril.C.Bacteriostatic Water for Injectionadalah air steril untuk obat suntik yang mengandung satu atau lebih zat antimikroba yang sesuai. Air dikemas dalam vial tidak lebih dari 30 ml,lalu etiket harus mencantumkan nama dan perbandingan zat antimikroba yang dikandung. Air digunakan sebagai pembawa steril dalam sedian-sediaan obat suntik dengan volume kecil(kurang dari 5 ml).D.Sodium Chloride Injectionadalah larutan steril dan isotonik natrium klorida dalam air untuk obat suntik . Larutan tidak mengandung zat antimikroba. Kandungan ion Na dan Cl dalam obat suntik kurang lebih 154 mEq per liter. Larutan dapat digunakan sebagai pembawa steril dalam pembuatan larutan atau suspensi obat untuk pemberian secara parenteral.E.Bacteriostatic Sodium Chloride Injectionadalah larutan steril dan isotonik natrium klorida dalam air untuk obat suntik. Larutan mengandung satu atau lebih zat antimikroba yang sesuai dan harus tertera dalam etiket. Kadar sodium Chloride sebesar 0,9% untuk membuat larutan isotonis. Larutan harus dikemas dalam wadah tidak lebih besar dari 30 ml. Bila larutan digunakan sebagai pembawa ketelitin,maka kita harus melakukan pengemasan untuuk menjamin ketercampuran obat dengan pengawet yang ada dan dengan natrium klorida.Pelarut dan Pembawa Bukan AirMinyak: Olea neutralisata ad injectionemSetiap farmakope mencantumkan jenis minyak tumbuhan (nabati) yang berbeda-beda. Minyak kacang (Oleum Arachidis),minyak zaitun(Oleum Olivarum),minyak mendel,minyak bunga matahari,minyak kedelai,minyak biji kapuk dan minyak wijen (Oleum sesami) adalah beberapa jenis minyak yang sering digunakan sebagai pembawa pembawa injeksi. Minyak harus netral secara fisiologis dan dapat diterima tubuh dengan baik. Persyaratan untuk ini adalah tingkat kemurniaan yang tinggi dan menunjukan bilangan asam dan bilangan peroksida yang rendah. Sebelum memakainya,kita netralkan minyak-minyak dari asam lemak bebas melalui pengocokan denagn etanol supaya tidak merangsang. Pemakaiannya secara intravena tidak tidak dimungkinkan karena tidak tercampurkannya dengan serum darah dan dapat menyebabkan terjadinya emboli paru-paru. Oleh karena itu, penggunaannya hanya ditujukan untuk preparat injeksi intramuskular dan subkutan. Larutan atau suspensi minyak mempunyai waktu kerja lama (depo), sering sampai 1 bulan penyerapan obat dan membebaskan bahan aktifnya secara lambat.Minyak hewan,yaitu minyak kaki sapi,diperoleh dari perdagangan hasil pemurnian lapisan lemak kuku sapi atau tulang kaki bawah. Fraksi yang diperoleh melalui pengepresan dingin menggunakan sebagai bahan pelarut obat injeksi yang dapat diterima tubuh tanpa rangsanganMinyak setelah disterilkan disebut Olea Netralisata ad Injectionem.Tabel 3.1 Contoh beberapa obat suntik dalam minyakObat SuntikMinyakGolongan atau KegunaanInjeksi DesoksikortikosteronAcetateInjeksi DimerkaprolInjeksi Estradiol SipionatInjeksi Estradiol valeratInjeksi EstronInjeksi ProgesteronInjeksi Testosteron sipionatInjeksi Testosteron enantatInjeksi kamferInjeksi BismuthsubsalisilatInjeksi Prokaina PenisilinaWijenKacangTanahBiji KapukWijen atauJarakWijenWijenBiji kapukWijenZaitunZaitunSteroidadrenokortikalAntidot keracunan arsen,emas,merkuriEstrogenEstrogenEstrogenProgestinAndrogenAndrogenAnaleptikaSifilis-AntibiotikBukan Minyak,yaitu: Alkohol, Propyleneglycol, Gycerine,Paraffin liq,dan Ethyl oleat Alkohol, prophylenglycol, Glycerine, dan lain-lain dicampur air dapat dipakai sebagai obat suntik, disamping melarutkan, ternyata mempertinggi stabilitas obat dan larutannya pula.2.4.2 Cara Pemberian Pemberian secara i.v. menimbulkan efek yang lebih cepat daripada i.m. dan lebih cepat dari pada s.c.2.4.3 Partikel Zat Aktif dan Bentuk PolimorfismeSemakin halus ukuran paritkel zat aktif,semakin cepat efek yang ditimbulkan. Kemudian, bentuuk amorf memberikan efek yang lebih cepat daripada yang bentuk kristal.2.4.4 Zat PengawetPenambahan bahan pengawet tergantung pada bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan formula obat suntik.2.4.5 Bentuk SediaanLarutan sejati memberikan efek yang lebih cepat daripada larutan suspensi (sustained release action) atau emulsi.2.4.6 Tonisitas Larutan Obat Suntik1. IsotonisJika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darh merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan diantara keduanya, maka larutan dikatakan isotoni (ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl)` 2. Isoosmotik Jika suatu larutan memiliki tekanan osmose sama dengan tekanan osmose serum darah, maka larutan dikatan isoosmotik (0,9% NaCl, 154 mmol Na + dan 154 mmol Cl per liter = 308 mmol per liter, tek osmose 6,86). Pengukuran menggunakan alat osmometer dengan kadar mol zat per liter larutan. 3. Hipotonis Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah, sehingga menyebabkan air akan melintasi membran sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah . Peristiwa demikian disebut hemolisa. 4. Hipertonis Turunnya titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga menyebakan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan selsel darah merah. Peristiwa demikian disebut plasmolisa. Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah: NaCl, Glukosa,Sukrosa,KNO3, dan NaNO3.2.4.7 pH Obat Suntik1. Isohidris: Kondisi suatu larutan zat yang pH-nya sesuai dengan pH fisiologis tubuh sekitar 7,4.2. Euhidris: Usaha pendekatan pH larutan suatu zat secara teknis kearah pH fisiologis tubuh dilakukan pada zat yang tidak stabil pada pH fisiologis seperti garam alkaloid, vitamin C.Menurut BP:1.Dalam pembuatan obat suntik, kita perlu menetapkan pH obat suntik.2.Beberapa obat suntik harus dibuat dalam jjarak pH tertentu.3.Untuk memperoleh pH tertentu, kita menggunakan bantuan dapar.Fungsi larutan dapar dalam obat suntik adalah:1.Meningkatkan stabilitas obat, misalnya injeksi vit C dan injeksi luminal2.Mengurangi rasa nyeri dan iritasi3.Dapat pula menghambat pertumbuhan bakteri (bukan tujuan sebenarnya)4.Meningkatkan aktivitas fisiologis obatGaram alkaloid dan vitamin B1 menghendaki pH 3-4, adrenalin pH 2-3,, dan luminal Na, PAS menghendaki pH lebih dari 8. Untuk mendapatkan pH tertentu yang tetap, kita menggunakan penambahan larutan dapar. Umumnya, kita menggunakan larutan dapar fosfat, larutan dapar boraks, dan larutan dapar lain yang berkapasitas dapar rendah.2.4.8 StabilitasUSP menginjinkan penambahan zat-zat yang sesuai kedalam sediaan yang resmi digunakan sebagai obat suntik. Tujjuannya adalah meningkatkan kestabilan asal sesuai dengan monografi masing-masing, tidak berbahaya dalam jumlah yang diberikan, dan tidak mengganggu efek terapi sediaan.Senyawa-senyawa penambah kebanyakan adalah pengawet antimikroba, dapar, penambah kelarutan, antioksidan, dan zat-zat pembantu farmasi lainnya. Zat pewarna dilarang keras diberikan dalam produk parenteral.Persyaratan USP ialah satu atau lebih senyawa yang ditambahkan keproduk parenteral dalam wadah dosis ganda untuk mencegah pertumbuhan mikroba, tanpa mengindahkan cara sterilisasi yang digunakan kecuali jika dinyatakan dalam masing-masing monografi. Karena banyaknya pengawet yang umum bersifat toksis bila diberikan dalam jumlah berlebih atau mengiritasi bila diberikan secara parenteral, kita perlu melakukan penelitian khusus pada pemilihan zat pengawet yang sesuai.Pada zat pengawet berikut, batas maksimum yang dinyatakan berlaku untuk penggunaan dalam produk parenteral, yaitu: zat-zat yang mengandung merkuri atau kation = 0,01%, untuk zat-zat seperti khlorobutanol, kresol, fenol = 0,5%, untuk zat-zat sulfur dioksida, sebagai antioksidan atau senyawa sulfit (ekuivalen), bisulfit, atau metabisulfit dari kalium atau natrium = 0,2%. Selain zat penambah untuk menstabilkan, udara di dalam produk obat suntik sering dengan gas inert, seperti nitrogen. Tujuannya untuk meningkatkan kestabilan produk dengan mencegah reaksi kimia antara oksigen dalam udara dengan obat.Larutan injeksi dengan bahan obat peka oksidasi membutuhkan upaya khusus untuk menstabilkannya. Khususnya jika bahan obat harus dilindungi sedemikian rupa sehingga sterilisasi panas dapat dilakukan. Kecepatan reaksi serta penguaraian akan naik dengan meningkatnya suhu.Agar sediaan obat injeksi tetap stabil, maka kita perlu memperhatikan hal-hal berikut:1. Untuk mencegah reaksi oksidasi, kita hendaknya mengupayakan agar obat tidak kontak dengan oksigen. Reaksi dapat terjadi melalui pengaliran gas netral, dalam hal ini sebaiknya dilakukan pada seluruh prosedur kerja. Jadi, pada saat menimbang, melarutkan, dan penyaringan, gas yang cocok adalah karbondioksida dan nitrogen. Pengaliran gas nitrogen seringkali tidak cukup memadai sebagai pelindung oksidasi, sehingga secara bersamaan masih ditambahkan stabilisator larutan antioksigen, misalnya larutan natirum bisulfit, natrium asamsulfoksilat, sistein, asam askorbat, dan lain-lain.2. Bila oksidasi dikatalisis oleh logam berat, maka penawarnya dilakukan reaksi komplekson dengan penambahan garam dinatrium EDTA.3. Bila ada rangsangan akibat cahaya terhadap proses oksidasi, maka pembuatan dan penyimpanan larutan injeksi sebaiknya terlindung dari cahaya.4. Bila bahan obat tidak dapat disterilisasi dengan panas, maka tersedia penyaring bebas kuman.5. Bila bahan obat rusak karena hidrolisis, maka kita lebih baik meraciknya dalam ampul kering.6. Untuk mneghindari kontaminasi bakteri kedalam preparat injeksi, kita memerlukan penambahan bahan pengawet (antimicrobial preservative).Umumnya, kita melakukan penambahan bagi preparat injeksi takaran ganda.2.4.9 Volume Obat SuntikVolume yang disiapkan utnuk obat suntik tergantung pada kelarutan zat aktif, tetapi juga dipengaruhi oleh cara pemberian. Contohnya pemberian secara intrakutan harus dibuat dalam volume kecil, hanya pemberian secara intravena yang dapat diberikan dengan volume besar.2.4.10 BiofarmasetikaObat suntik diberikan kedalam tubuh dengan berbagai cara pemberian. Dalam pembuatan formula steril, berbagai macam cara pemberian dengan biofarmasetika saling mempengaruhi. Contohnya obat suntik dengan cara pemberian intramuskular. Jarum suntik masuk kedalam jaringan dan membran otot dengan volume umumnyadibuat tidak lebih dari 2 ml. Dengan demikian, formula obat suntik dapat dibuat dalam bentuk larutan air, suspensi air, atau minyak. Kemudian, emulsi memiliki absorpsi dan distribusi obat berbeda.2.4.11 GravitasiFaktor gravitasi sangat penting dalam pembuatan obat suntik pada golongan obat anestesi. Pada pemberian obat anestesi secara intraspinal dan inhalasi, gravitasi mempengaruhi pergerakan obat dalam mencapai sasaran. Pasien kadang membutuhkan operasi pada bagian bawah tubuh dengan sebaiknya memiringkan kepala kebawah. Kita harus melakuka pemilihan larutan yang digunakan secara benar agar pergerakan obat mencapai sasaran. Contohnya, Cinchocaine HCL 1 ml yang dilarutkan dalam 1500 ml 0,5% NaCl mendapatkan tekanan hipobarik dengan berat 1,0036 per ml pada temperatur 37C. Sebaliknya, Cinchocaine HCL 1 ml yang dilaruutkan dalam 200 ml 6% Dektrose mendapatka tekanan hiperbarik dengan berat 1,02. Hal ini memengaruhi pergerakan obat mencapai sasaran.2.4.12 Wadah dan PenutupWadah dari botol kaca dengan dari plastik mempengaruhi proses sterilisasi sediaan obat yang akan dibuat. Wadah infus terbuat dari plastik dengan bahan polipropilen menghasilkan bentuk soft bag yang dapat disterilkan dengan cara overkill. Apabila wadah menggunakan bahan polietilen, maka menghasilkan bentuk plabottle yang tidak dapat disterilkan dengan cara overkill, tetapi dengan cara bioburden.