90
24 BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA A. Kajian Teori I. Pemahaman Konsep a. Pemahaman Pengertian pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikemukakan oleh Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44) mengemukakan bahwa : Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkan dengan hal-hal yang lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan ke dalam tiga bentuk, yaitu : menerjemahkan (translation), menginterprestasi (interpretation), dan mengekstrapolasi (extrapolation).

jbptunpaspp-gdl-lelisitinu-2321-2-babii (1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

h

Citation preview

80

BAB IIKAJIAN TEORI DAN PUSTAKA

A. Kajian TeoriI. Pemahaman Konsep a. PemahamanPengertian pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikemukakan oleh Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44) mengemukakan bahwa : Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.

Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkan dengan hal-hal yang lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan ke dalam tiga bentuk, yaitu : menerjemahkan (translation), menginterprestasi (interpretation), dan mengekstrapolasi (extrapolation).Sementara Benjamin S. Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50) mengatakan bahwa : Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri.Menurut Taksonomi Bloom (Daryanto, 2008: 106) mengemukakan : Pemahaman (comprehension) kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.

Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: a) Menerjemahkan (translation)Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation) arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya.b) Menginterprestasi (interpretation)Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan. Ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu komunikasi. c) Mengekstrapolasi (extrapolation)Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu : menerjemahkan (translation), menginterprestasi (interpretation), mengekstrapolasi (extrapolation).b. KonsepPengertian Konsep yang dikemukakan oleh S. Hamid Husen (Sapriya, 2009: 43) mengemukakan bahwa: Konsep adalah pengabstraksian dari sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama. Selanjutnya More (Sapriya, 2009: 43) bahwa Konsep itu adalah sesuatu ynag tersimpan dalam benak atau pikiran manusia berupa sebuah ide atau sebuah gagasan. Konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk konkrit atau abstrak, luas atau sempit, satu kata frase. Beberapa konsep yang bersifat konkrit misalnya : manusia, gunung, lautan, daratan, rumah, negara, dan sebagainya.Menurut Bloom (Vestari, 2009: 16) Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interprestasi dan mampu mengaplikasikannya.Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami. Adapun indikator-indikator yang menunjukkan pemahaman konsep matematika tersebut, menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2008 : 149 dalam Arvianto, Ilham Haris, dkk, (2011 : 172) meliputi hal-hal berikut: a) Menyatakan ulang sebuah konsep, b) Mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), c) Memberi contoh dan non contoh dari konsep,d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,e) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep menggunakan, Memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, f) Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

B. Konsep Pembelajaran IPS1. Pengertian Pembelajaran IPS Menurut Nasution (Isjoni, 2007: 21) mengemukakan bahwa: Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) ialah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya. Bahan ajarnya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti, geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata negara. Sedangkan menurut Hasan (Isjoni, 2007: 22) Pendidikan IPS dapat diartikan sebagai pendidikan memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja disiplin ilmu-ilmu sosial. Pendidikan IPS merupakan program pendidikan yang banyak mengandung muatan nilai sebagai salah satu karakteristiknya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Mulyana (Rudy gunawan, 2011: 23), bahwa : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Humaniora merupakan dua bidang kajian yang potensial bagi pengembangan tugas-tugas pembelajaran yang kaya nilai. Karakteristik ilmu yang erat kaitanya dengan kehidupan manusia dan banyak membahas tentang bagaimana manusia dapat menjalin hubungan harmonis dengan sesama, lingkungan dan Tuhan, membuat dua bidang kajian ini sangat kaya dengan sikap, nilai, moral,etika, dan perilaku.

Sedangkan menurut Somantri (Sapriya, 2009: 11) Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Sementara Djahiri dan Mamun (Rudy gunawan, 2011: 17) berpendapat bahwa: IPS atau studi sosial konsep-konsepnya merupakan konsep pilihan dari berbagai ilmu lalu dipadukan dan diolah secara didaktis-pedagogis sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.Menurut Sapriya (2009: 7) mengatakan bahwa : Ciri khas IPS sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik.

IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis, serta kebermaknaannya bagi siswa dalam kehidupannya mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA, atau membekali dan mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan IPS (social studies) bukan merupakan program pendidikan disiplin ilmu tetapi adalah suatu kajian tentang masalah-masalah sosial yang dikemas sedemikian rupa dengan mempertimbangkan faktor psikologis perkembangan peserta didik dan beban waktu kurikuler untuk program pendidikan.Dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu, serta memperkenalkan konsep, generalisasi; teori, cara berfikir, dan cara bekerja disiplin ilmu-ilmu sosial. IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik.2. Pembelajaran IPS di SD Berdasarkan Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.Menurut Rudy Gunawan (2011: 39) menyatakan bahwa: IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Ilmu pengetahuan sosial sebagai mata pelajaran tidak semata membekali ilmu saja lebih dari itu membekali juga sikap atau nilai dan keterampilan dalam hidup bermasyarakat sehingga mereka mengetahui benar lingkungan, masyarakat dan bangsanya dengan berbagai karakteristiknya. Dengan demikian, IPS sebagai suatu mata pelajaran di SD bertolak dari kondisi nyata di masyarakat dengan tujuan untuk memanusiakan manusia (siswa) melalui hubungan seluruh aspek manusia agar mereka tidak merasa asing dilingkungan masyarakatnya sendiri.Mata Pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Menurut Nursid (Isjoni, 2007: 19) Pengajaran pendidiakan IPS merupakan sistem pengajaran yang membahas, menyoroti, menelaah dan mengkaji gejala atau masalah sosial dan berbagai aspek kehidupan soial. Sedangkan menurut Rudy Gunawan (2011: 38) menyatakan bahwa: Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD hendaknya memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkret operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak).

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS SD mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial, memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Sistem pengajarannya menelaah dan mengkaji gejala atau masalah sosial dan berbagai aspek kehidupan soial, serta pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

a. Karakteristik Pendidikan IPSMenurut Sapriya (2009: 7), mengemukakan bahwa: Salah satu karakteristik social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Perubahan dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Ada beberapa karakteristik pembelajaran IPS yang dikaji bersama ciri dan sifat pembelajaran IPS menurut A Kosasih Djahiri (Sapriya, 2007: 19) adalah sebagi berikut:1) IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).2) Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja melainkan bersifat komrehensif (meluas) dari berbagai ilmu sosial dan lainnya sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik.3) Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analitis.4) Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa yang akan dating baik dari lingkungan fisik maupun budayanya.5) IPS dihadapkan pada konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah) sehingga titik berat pembelajaran adalah proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat.6) IPS mengutamakan hal-hal arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi.7) Pembelajaran IPS tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata juga nilai dan keterampilannya.8) Pembelajaran IPS berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.9) Dalam pengembangan Program pembelajaran IPS senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang terjadi ciri IPS itu sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran IPS adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Perubahan dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.b. Tujuan Pembelajaran IPS Menurut Rudy Gunawan (2011: 37) mengemukakan bahwa: Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga Negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab, sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga ahli dalam bidang ilmu sosial.

Banyak pendapat yang mengemukakan tentang tujuan pendidikan IPS, diantaranya oleh The Multi Consortium Of Performance Based Teacher Education di AS pada tahun 1973 Djahiri dan Mamun (Rudy gunawan, 2011: 20) menyatakan bahwa sebagai berikut :1) Mengetahui dan mampu menerapkan konsep-konsep ilmu sosial yang penting, generalisasi (konsep dasar) dan teori-teori kepada situasi data yang baru.2) Memahami dan mampu menggunakan beberapa struktur dari suatu disiplin atau antar disiplin untuk digunakan sebagai bahan analisis data baru.3) Mengetahui teknik-teknik penyelidikan dan metode-metode penjelasan yang dipergunakan dalam studi sosial secara bervariasi serta mampu menerapkannya sebagai teknik penelitian dan evaluasi suatu informasi.4) Mampu mempergunakan cara berpikir yang lebih tinggi sesuai dengan tujuan dan tugas yang didapatnya.5) Memiliki keterampilan dalam memecahkan permasalahan (Problem Solving).6) Memiliki self concept (konsep atau prinsip sendiri) yang positif.7) Menghargai nilai-nilai kemanusiaan.8) Kemampuan mendukung nilai-nilai demokrasi.9) Adanya keinginan untuk belajar dan berpikir secara rasional.10.Kemampuan berbuat berdasarkan sistem nilai yang rasional dan mantap

Tujuan pendidikan IPS menurut Isjoni (2007: 50-51) dapat dikelompokkan menjadi empat kategori sebagai berikut :1) Knowledge, yang merupakan tujuan utama pendidikan IPS, yaitu membantu para siswa belajar tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya.2) Skills, yang berhubungan denga tujuan IPS dalam hal ini mencakup keterampilan berpikir (thinking skills).3) Attitudes, dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok sikap yang diperlukan untuk tingkah laku berpikir (intelektual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior).4) Value, dalam hubungan ini adalah nilai yang terkandung dalam masyarakat sekitar didapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar didapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar maupun lembaga pemerintah (falsafah bangsa).

Sementara menurut Wahab (Rudy gunawan, 2011: 21) menyatakan bahwa: Tujuan Pengajaran IPS disekolah tidak lagi semata-mata untuk memberi pengetahuan dan menghapal sejumlah fakta dan informasi akan tetapi lebih dari itu. Para siswa selain diharapkan memiliki pengetahuan mereka juga dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya.

Sedangkan menurut Chapin dan Messick (Isjoni, 2007: 39) secara khusus tujuan pengajaran IPS di sekolah dasar dapat dikelompokkan ke dalam empat komponen, yaitu :1) Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.2) Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk mencari dan mengolah/memproses informasi.3) Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.4) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (2011: 17), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah membantu tumbuhnya warga negara yang baik dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya.c. Ruang lingkup Pembelajaran IPSSedangkan ruang lingkup mata pelajaran IPS dalam kurikulum KTSP 2006 (2011: 17) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan2) Keberlanjutan dan Perubahan3) Sistem Sosial dan Budaya4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan d. Materi dalam Pembelajaran IPS Di dalam kurikulum KTSP 2006 pada mata pelajaran IPS kelas IV SD terdapat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar seperti pada table sebagai berikut:Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarMata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)Kelas IV Semester IStndar KompetensiKompetensi Dasar

1. Memahami sejarah dan kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.1.1. Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.

1.2. Mendeskripsi-kan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/ko-ta dan propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya.

1.3. Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat.

1.4. Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi).

3. Penyusunan RPP dan Implementasi Berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses.Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester.Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.a. Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk Ml, MTs, MA, dan MAK.b. RPP (Rencana Proses Pembelajaran) RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.Komponen RPP adalah : Identitas mata pelajaranIdentitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. Standar kompetensiStandar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. Kompetensi dasarKompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Indikator pencapaian kompetensiIndikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tujuan pembelajaranTujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Materi ajarMateri ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Alokasi waktuAlokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. Metode pembelajaranMetode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI. c. Implementasi Pembelajaran IPSPelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. 1) Kegiatan PendahuluanDalam kegiatan pendahuluan, guru:(a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; (b) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; (c) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; (d) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. 2) Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. a) EksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru:(1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;(2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;(3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;(4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan(5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.b) ElaborasiDalam kegiatan elaborasi, guru:(1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;(2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;(3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;(4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;(5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;(6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;(7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;(8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;(9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. c) KonfirmasiDalam kegiatan konfirmasi, guru:(1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,(2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,(3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,(4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar menggunakan bahasa yang baku dan benar;b) membantu menyelesaikan masalah;c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. 3) Kegiatan PenutupDalam kegiatan penutup, guru:(a) bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; (b) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; (c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;(d) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

C. Hakikat Aktifitas Siswa Dalam PembelajaranMenurut Dave Meiner (dalam Rohaeni, 2011: 10) mengemukakan bahwa:

Belajar berdasarkan aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin, sehingga dapat membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Mengajak orang untuk bangkit dan bergerak secara berkala akan menyegarkan tubuh, meningkatkan peredaran darah ke otak serta dapat berpengaruh positif pada belajar.

Rohaeni (2011: 12) menyatakan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah siswa giat-aktif dengan anggota badan, membuat suatu permainan atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Kegiatan fisik tersebut sebagai kegiatan yang tampak, yaitu saat siswa melakukan percobaan, membuat kontruksi model, dan lain-lain. Sedangkan siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) terjadi jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pengajaran. Ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, dan sebagainya. Kegiatan psikis tersebut tampak bila ia sedang mengamati dengan teliti, memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan sebagainya. Selanjutnya Hamalik mengatakan penggunaan aktivitas besar nilainya dalam pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses pembelajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa, siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri, siswa dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dapat mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup sehingga kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi siswa.Mengenai jenis-jenis aktivitas, Paul B. Diedrich dalam Rohaeni (2011: 16) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolong-kan kedalam 8 kelompok, yaitu:1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan, wawancara, diskusi, interupsi.3) Listeningactivities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan laporan, angket, menyalin.5) Drawingactivities, misal: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.6) Motoractivities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.7) Mentalactivities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Dengan mengemukakan beberapa pandangan di atas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh Sardiman bahwa: Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik metode mengajar di dalam kelas maupun metode mengajar di luar kelas. Penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk yang berlainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan dengan orientasi sekolah yang menggunakan jenis kegiatan tersebut.Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri tentang konsep dengan bantuan guru.

D. Metode Pembelajaran1. Definisi Metode PembelajaranMetode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode jg dapat diartikan sebagai cara yang sistematis digunakan untuk mencapai tujuan. Dalam pembelajaran, metode merupakan alat yang harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai.Menurut Sanjaya (2007: 147) bahwa metode, adalah:

Cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal. Hal ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian metode memegang peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Keberhasilan guru dalam mengajar tergantung dengan metode apa yang digunakan.

Menurut Surachman dalam Suryosubroto (2002: 148), bahwa metode pengajaran, adalah cara pelaksanaan proses pengajaran atau saat bagaimana sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada siswa.Dalam proses belajar mengajar, penggunaan metode mengajar tidaklah sama untuk setiap pokok bahasan, metode mengajar harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Penggunaan metode yang tidak tepat dalam prosesbelajar akan menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk belajar atau dapat menyebabkan siswa menjadi pelajar yang pasif, sehingga hasil belajar rendah.Sedangkan Nababan dalam Sapriya (2007: 16) menyamai metode dengan metodologi yang artinya adalah cara memudahkan sehingga dalam proses belajar-mengajar perlu dicapai dan dikembangkan. Oleh karena itu, dalam belajar IPS perlu dikembangkan metodologi pengajaran IPS secara cermat sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi siswa. Seorang guru selalu berusaha menggunakan metode mengajar yang paling efektif dan menggunakan alat atau media yang terbaik. Pelaksanaan pembelajaran IPS sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Meode sangat berpengaruh terhadap penentuan tujuan pembelajaran.Istilah metode, pendekatan sering dipakai secara tumpang tindih. Metode pembelajaran tidak ada yang sempurna, setiap metode selalu memiliki kekurangan dan kelebihan. Meskipun sudah banyak dilakukan penelitian dan eksperimen mengenai metode-metode mana yang paling efektif, tetapi masih tetap sulit untuk membuktikan secara ilmiah metode mana yang paling baik (Nababan dalam Sapriya, 2007: 17).Kedudukan metode dalam proses belajar mengajar sebagaimana dikemukakan oleh Saepul Bahri Djamarah (2006: 90) Kedudukan metode sebagai alat motivasi intrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Karena itu dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Roestiyah N.K. dalam Saepul Bahri Djamarah (2006: 74), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik pengajaran atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Metode pengajaran menurut Winarno Surakhmad dalam Suryosubroto (2002: 148) Metode belajar adalah cara-cara pelaksanaan dari proses pengajaran, atau bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah. Sedangkan menurut Saeful Bahri Djamarah (2006: 72) metode merupakan alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.Jadi metode pembelajaran IPS ialah agar kita, guru memiliki pengetahuan yang luas tentang metode-metode dan memiliki keterampilan untuk menerapkannya. Mengetahui keunggulan dan kelemahan dari tiap-tiap metode mengajar sangat penting agar kita dapat menerapkan metode itu dengan tepat, sehingga tujuan instruksional kita dapat tercapai secara. (Rusefendi, 2005: 285).Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara atau alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu metode sangat penting karena merupakan alat motivasi belajar siswa dan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.2. Macam-macam Metode pembelajaranBerkenaan dengan banyaknya metode mengajar Saeful Bahri Djamarah (2006: 82) membagi metode menjadi beberapa macam, yaitu:a. Metode Proyekb. Metode Eksperimenc. Metode Diskusid. Metode Sosiodramae. Metode Demonstrasif. Metode Problem Solvingg. Metode Karyawisatah. Metode Tanya Jawabi. Metode Latihanj. Metode Ceramah

Selain itu juga Winarno Surakhmad dalam S. Suryosubroto (2002: 43) mengatakan bahwa macam-macam metode yang dapat digunakan dalam mengajar adalah:a. Metode ceramahb. Metode latihan siap/drillc. Metode Tanya jawabd. Metode diskusie. Metode demonstrasi dan eksperimenf. Metode rasitasi/pemberian tugasg. Metode karyawisatah. Metode kerja kelompoki. Metode system reguj. Metode sosiodrama

Mengelola pembelajaran di dalam kelas memerlukan tahapan-tahapan yang harus ditempuh. Tahapan tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan dan tahapan evaluasi dan tindak lanjut. Pada tahapan perencanaan itulah guru menentukan metode dan strategi yang akan digunakan pada tahap pelaksanaan.Menurut Khaerudin Kurniawan (2007: 6) Pembelajaran aktif adalah strategi pengajaran yang mendorog siswa untuk aktif secara mental, fisik dan emosional khususnya selama kegiatan pembelajaran, ketika siswa pengetahuan baru secara terus menerus berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan beberapa sumber belajar.3. Kriteria Pemilihan Metode PembelajaranFaktor-faktor yang secara umum dijadikan dasar untuk memilih metode mengajar yang tepat bagi suatu proses belajar mengajar menurut E. Kusmana (1985: 164-168) dalam http://id.shvoong.com yang diakses pada tanggal 5 Juni 2012, pukul 20.00 adalah:a. Tujuan yang ingin dicapai.b. Faktor siswa.c. Faktor guru.d. Faktor dana dan fasilitas yang tersedia.e. Faktor sifat dan materi yang hendak disajikan.f. Faktor waktu yang tersedia bagi pelaksanaan proses belajar mengajar.

Mengenai faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar adalah sebagai berikut:Yang di maksud dengan tujuan yang ingin dicapai ialah tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran merupakan rumusan yang menggambarkan tentang perubahan tingkah laku apa yang akan diperoleh, siswa sebagai akibat dan pengajaran. Dalam sistem pengajaran, tujuan harus dapat memberikan gambaran yang jelas tentang bentuk tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki siswa, karena itu tujuan harus merupakan suatu rumusan yang bersifat sempit dan spesifik. Dalam menentukan tujuan yang spesifik, harus diperhatikan tiga unsur yaitu meliputi aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotor.Tujuan yang jelas dan spesifik akan memberikan pegangan dan petunjuk tentang metode mengajar. Hal ini sesuai dengan fungsi metode itu sendiri yaitu cara untuk mencapai tujuan. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam pemilihan metode mengajar yang tepat untuk mencapai tujuan haruslah memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan.Faktor siswa sebagai subjek ajar yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, setiap siswa mempunyai keragaman masing-masing. Hal ini yang harus diperhatikan dalam faktor siswa diantaranya usia, latar belakang, potensi-potensinya, kemampuan dan motivasi. Hal tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Disamping itu jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar juga sangat besar pengaruhnya terhadap pemilihan metode mengajar.Faktor guru dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas mendorong, membimbing, dan member fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai keberhasilan pengajaran.Salah satu faktor untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar, guru harus dapat menerapkan suatu cara untuk tercapainya tujuan tersebut. Guru di tuntut untuk dapat menggunakan berbagai metode, baik secara tunggal maupun bervariasi, dengan berpedoman dengan tujuan yang akan dicapainya. Setiap metode mengajar mempunyai kebaikan dan kelemahannya. Suatu metode yang baik bagi seorang guru, belum tentu baik untuk guru yang lain di dalam menyampaikan suatu materi pelajaran. Untuk menghasilkan metode yang efektif maka seorang guru harus dapat memahami dan mengerti kebaikan dan kelemahan dan masing-masing tersebut. Berdasarkan kemampuan guru dalam menggunakan dan memilih metode mengajar, maka hal ini dapat menunjang tercapainya proses belajar mengajar yang efektif.Faktor sifat materi yang akan disampaikan isi proses belajar mengajar akan tercermin dalam bahan yang dipelajari oleh siswa. Hal ini akan berpengaruh terhadap metode mengajar yang akan dipilih, karena dengan mengetahui sifat materi pelajaran terlebih dahulu. Menurut E Kusmana (1979: 86) dalam http://id.shvoong.com yang diakses pada tanggal 5 Juni 2012, pukul 20.00 karakteristik bahan pelajaran dapat dikelompokan sebagai berikut: Materi pelajaran dapat dikelompokan atas mata pelajaran Vokasional yaitu mata pelajaran yang membina kecakapan tertentu yang menjabat suatu jabatan dan mata pelajaran yang membina pengetahuan umum. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam memilih metode mengajar itu, haruslah melihat karakteristik dan bahan mata pelajaran tersebut. Karena metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan pelajaran yang bersifat vokasinal akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk pelajaran yang bersifat non vokasional.Faktor dana dan fasilitas yang tersedia dalam menggunakan metode mengajar tertentu, seringkali masalah dana dan fasilitas merupakan masalah yang menjadi penentu penggunaannya. Tidak jarang karena dana tidak tersedia, sesuatu metode yang dianggap baik untuk menyajikan suatu materi tidak dapat digunakan. Yang termasuk ke dalam factor ini antara lain: alat peraga, alat-alat praktek, buku-buku, perpustakaan serta biaya.Faktor waktu yang tersedia bagi pelaksanaan proses belajar mengajar salah satu hambatan yang sering dialami dalam mengajar adalah faktor waktu, karena sering kali seorang guru tidak dapat mengendalikan waktu, sehingga terjadi bahan pelajaran sudah selesai, tetapi waktu masih panjang. Atau sebaliknya, waktu sudah habis tetapi bahan belum tuntas. Hal ini membawa pengaruh terhadap proses belajar mengajar.Oleh karena itu dalam pemilihan metode belajar mengajar, faktor waktu harus diperhatikan. Agar faktor waktu dapat diatur dengan sebaik-baiknya, diperlukan pengendalian waktu yaitu dengan menyusun jadwal dan alokasi waktu. Dalam pengajaran, alokasi waktu berpedoman dengan tujuan. Berapa banyak tujuan yang akan dicapai, serta berapa lama suatu materi dapat dipelajari siswa, seorang guru dapat membuat perincian waktu yang telah ditetapkan di dalam kurikulum, sehingga proses belajar mengajar dapat sesuai dengan waktu yang direncanakan.Faktor-faktor yang diuraikan di atas dapat membantu dalam memilih dan menetapkan metode mengajar yang paling tepat yang akan digunakan, sehingga keberhasilan proses belajar mengajar akan terwujud.Metode-metode yang terdapat dalam kurikulum, bukanlah suatu yang baku yang harus dilaksanakan. oleh karena itu, disamping melaksanakan metode-metode yang terdapat dalam kurikulum dapat dipergunakan pula metode-metode lain yang mendukung metode-metode tersebut. Guru dituntut untuk memilih dan menggunakan suatu atau beberapa metode yang dipergunakannya dalam menyajikan materi pelajaran. Menurut Arif S. Sadiman dkk, (dalam http://id.shvoong.com yang diakses pada tanggal 5 Juni 2012, pukul 20.00) bahwa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode adalah tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa, jenis rangsangan belajar yang diinginkan, keadaan latar belakang dan lingkungan siswa, situasi kondisi setempat dan luas jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan dalam norma/kriteria keputusan pemilihan. Hakikat dari pemilihan metode ini pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai atau mengadaptasi media yang bersangkutan Arief S. Sadiman dkk, (dalam http://id.shvoong.com yang diakses pada tanggal 5 Juni 2012, pukul 20.00) mengemukakan kriteria dalam pemilihan metode pembelajaran adalah :1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode yang dipilih berdasarkan tujuan insrtuksional yang diterpakan secara umum mengacu kepada kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga arah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh siswa seperti menghafal, melakukan kegiatan fisik, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi media yang berbeda, contoh film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.3) Praktis, luwes dan bertahan, jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber cara lainnya memproduksi, maka tidak perlu dipaksakan. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih metode mudah dilaksanakan oleh guru dan siswa. Metode yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya.4) Guru terampil melaksanakannya, ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun jenis metode yang digunakan, guru harus mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Nilai dan manfaat metode sangat ditentukan oleh guru yang menggunakannya.5) Pengelompokan sasaran, metode yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Oleh karena itu ada berbagai macam mtode yang digunakan untuk jenis kelompok besar, kecil, dan perorangan.

Jadi berdasarkan pendapat para ahli di atas bahwa dalam pemilihan metode itu harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran serta tepat dalam pemilihan metodenya, selain itu juga guru harus pandai dan terampil dalam melaksanakan atau menggunakan metode tersebut supaya siswa paham dan mengikuti pelajaran dengan menggunakan metode yang kita terapkan di kelas.

E. Hakikat Metode Field Trip1. Definisi Metode Field TripKemampuan mengungkapkan, memperluas bahkan mempelajari dan mengkaji kembali pengalaman mereka merupakan proses field trip. Metode field trip sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 192-193) dalam http://Repository.upi.edu/operator/upload/t_pk_0908362_table_of_contents.pdf yang diakses pada tanggal 15 Mei 2012, pukul 19.20 dengan istilah pendekatan berbasis pengalaman merupakan suatu proses belajar mengajar yang berfokus atau menekankan pengalaman siswa, baik pengalaman intelektual, emosional, sosial maupun fisik-motorik. Lebih lanjut dikatakan oleh Sukmadinata bahwa pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman sesungguhnya hanya melanjutkan dan memformalkan proses kehidupan, dan perkembangan. Perkembangan manusia dicapai melalui serentetan pengalaman, pengalaman menginderakan seperti: melihat, mencium, meraba, mengecap dll. Pengalaman berfikir seperti mengingat, menangkap, menghayal, berfantasi, mengasosiasikan, menguraikan, memadukan, menafsirkan, menyimpulkan, memecahkan masalah. Pengalaman sosial seperti berelasi, berkomunikasi, berinteraksi, bekerja sama, memimpin, dipimpin. Pengalaman emosional seperti: menyenangi, menghargai, mengagumi, mencintai, membenci, atau disenangi. Dalam metode field trip, pengalaman-pengalaman hidup siswa sengaja dibuat dan diciptakan sehingga menjadi terencana, lebih sistematis, disadari, diarahkan dan terbimbing. Dalam proses belajar mengajar kadang-kadang siswa perlu diajak ke luar kelas sekolah, untuk meninjau tempat-tempat atau objek yang lain. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS pada konsep pasar ini adalah metode field trip. Metode ini dapat diartikan sebagai kunjungan atau karyawisata. Menurut Roestiyah (2008: 85) pembelajaran dengan menggunakan metode field Trip yaitu: Field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan. Cara mengjara dengan metode field trip yaitu mengajak siswa ke suatu tempat untuk melihat objek tertentu di luar sekolah mempelajari atau menyelidiki sesuatu pada tempat seperti pasar, bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sagala (2006: 214) mengatakan bahwa field trip adalah pesiar yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Dengan field trip sebagai metode belajar mengajar, siswa di bawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar.Menurut pendapat para ahli di atas, jadi metode field trip ini adalah merupakan bentuk metode pembelajaran yang dilakukan di luar kelas (karyawisata), dengan melihat dan terjun langsung ke lapangan siswa dapat lebih mudah memahami pembelajaran dan siswa akan lebih aktif dalam menganalisis permasalahan-permasalaham dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPS tentang masalah-masalah lingkungan, selain itu juga pembelajaran di luar kelas membuat siswa terhindar dari rasa jenuh sehingga siswa akan lebih leluasa berimajinasi.2. Karakteristik Metode Field TripMetode field trip adalah cara untuk menguasai materi pembelajaran oleh siswa dengan membawa siswa langsung ke objek yang terdapat di luar kelas metode ini juga dikenal dengan lingkungan kehidupan nyata, dengan tujuan supaya siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung.Metode ini diterapkan karena objek yang diamati terdapat di luar kelas. Selain itu, pengalaman langsung dapat membuat siswa lebih tertarik pada pembelajaran yang diikutinya sehingga siswa lebih ingin mendalami masalah yang diamati dengan mencari informasi dari buku dan sumber lainnya yang ada kaitan dengan apa yang diamati, metode ini bias menumbuh kembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar sebagai ciptaan tuhan. Metode ini juga dapat member hiburan kepada siswa dan mereka merasa lebih senang dalam belajar sehingga para siswa dapat menumbuhkan kreatifitasnya.Menurut Roestiah NK (2009: 116) karakteristik metode field trip yaitu:

a. Menemukan sumber bahan belajar sesuai dengan perkembangan masyarakat, dilaksanakan di luar sekolah atau kelas.b. Memiliki perencanaan.c. Aktivitas siswa lebih muncul daripada guru.d. Aspek pembelajaran merupakan salah satu implementasi diri pembelajaran berbasis konseptual. Banyak pendekatan atau metode yang digunakan oleh guru dalam usaha untuk membuat siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan kepada siswa salah satunya adalah metode field trip. Metode ini bukanlah metode yang paling ampuh dalam belajar mengajar tetapi merupakan salah satu alternative dari sekian banyak metode yang ada. Metode field trip lebih banyak memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran. Sehingga pengajaran menjadi lebih hidup karena siswa merasa nyaman dengan objek yang diamati Djamarah (2005: 204).Menurut pendapat para ahli di atas bahwa karakteristik metode Field Trip ini yaitu pembelajarannya dilakukan di luar kelas dan direncanakan dulu sebelumnya, seperti yang dikemukakan oleh menurut Djamarah (2005: 204) bahwa metode ini bukanlah metode paling ampuh dalam belajar mengajar tetapi merupakan salah satu alternative dari sekian banyak metode yang ada karena metode field trip ini dilaksanakan di luar kelas diharapkan siswa akan lebih aktif dan kreative dalam menganalisis pembelajaran atau objek yang diamati.3. Tujuan Metode Field TripSetiap ada perencanaan sudah pasti mempunyai tujuan. Menurut Djamarah (2005: 223) dalam proses belajar mengajar metode field trip mempunyai tujuan:a. Dengan melaksanakan field trip diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya.b. Menghayati tugas/pekerjaan seseorang serta dapat bertanya langsung, dengan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum.c. Mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, supaya dapat mengambil kesimpulan, sekaligus dalam waktu yang sama ia bias mempelajari beberapa mata pelajaran.

Sedangakn Roestiyah NK (2008: 168) menyebutkan bahwa tujuan metode field trip adalah:a. Menghindari siswa dari rasa jenuh, karena metode field trip ini membelajarannya dilakukan di luar kelas.b. Dengan terjun langsung ke obyek yang di telitinya diswa bias lebih mudah memahami.c. Siswa dapat melihat langsung, mendengar, dan mengamati pembelajaran sehingga siswa dapat membuat kesimpulan dengan sendiri.d. Dengan melihat langsung ingatan siswa akan lebih lama dan melekat dibandingkan dengan pembelajaran yang di sampaikan dengan menggunakan metode ceramah oleh guru di dalam kelas.

Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan metode field trip adalah untuk menghindari rasa bosan siswa dengan pembelajaran di dalam kelas, juga dengan menggunakan metode field trip siswa terjun langsung ke lapangan dan melihat langsung, mendengar sehingga siswa bisa meneliti suatu obyek dan menyimpulkannya sendiri, selain itu juga dengan terjun langsung ke lapangan ingatan siswa tentang pembelajaran tersebut akan lebih mudah di ingat oleh siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang disampaikan langsung oleh guru dengan menggunakan metode ceramah di dalam kelas.4. Langkah-langkah pelaksanaan Metode Field TripMenurut E Mulyana (2006: 112) Agar penerapan metode field trip dapat dilakukan secara efektif maka, dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah berikut: a) Persiapan, b) Perencanaan, c) Pelaksanaan, d) Menulis laporan pengamatan.a. PersiapanDalam merencanakan tujuan field trip, guru harus menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik yang cocok, menentukan objek yang menarik dan sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan kepada siswa dan lamanya waktu kunjungan, menghubungi pimpinan/pemilik obyek yang akan dikunjungi, pembagian tugas kepada siswa, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok. Untuk kelancaran dan keamanan kunjungan ini, guru perlu menunjuk seorang siswa sebagai koordinator.b. PerencanaanTempat yang menjadi tujuan akan dibicarakan bersama siswa dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi: tujuan field trip, objek yang akan diamati serta jumlah siswa yang ikut partisipasi dalam field trip.1) Dibentuk kelompok termasuk ketua kelompok.2) Menentukan metode pengumpulan data, berbentuk wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi.3) Penyusunan kegiatan selama field trip berlangsung. Kepada para siswa harus ditanamkan disiplin dalam mentaati waktu yang telah direncanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana.4) Mengurus perizinan dari pimpinan sekolah dan izin tempat yang akan dikunjungi.c. PelaksanaanDalam pelaksanaan field trip, siswa melakukan tugas sesuai dengan pembagian kelompok yang telah ditetapkan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, dan mengarahkan bila perlu menegur sekiranya ada siswa yang tidak mentaati ketentuan yang telah dibuat. Ketua tim atau rombongan mengatur segala sesuatunya dan dibantu oleh petugas lainnya, mematuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugaspada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya serta member petunjuk bila perlu.d. Menulis laporan pengamatanPada akhir penerapan metode field trip siswa diminta untuk menulis paragraph/karangan dari kesimpulan yang diperoleh, menindak lanjut hasil pengamatan seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain. Hasil paragraf/karangan siswa dikumpulkan setelah waktunya selesai.5. Keunggulan Metode Field TripSetiap metode yang digunakan sudah pasti mempunyai keunggulan dan kelemahan. Suhardjono (2004: 85) mengungkapkan bahwa metode field trip memiliki keunggulan seperti:a. Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung,b. Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya,c. Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil,d. Member kesempatan kepada peserta didik untuk melihat di mana peserta ditunjukan kepada perkembangan tekhnologi mutakhir.

Sedangkan menurut Saiful Sagala (2006: 215) metode karyawisata mempunyai beberapa keunggulan, antara lain ialah:a. Anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka ragam dari dekat,b. Anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan,c. Anak didik dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan secara langsung,d. Anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang di berikan on the spot, dane. Anak didik dapat mempelajari sesuatu secara integral dan komprehensif.Menurut pendapat para ahli di atas, keunggulan metode field trip yaitu siswa bisa bisa mengamati kenyataan-krnyataan yang beranekaragam secara langsung, sehingga siswa dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan secara langsung. Selain itujuga dengan mencoba pengalaman baru belajar di luar kelas siswa dapat mempelajari sesuatu secara integral dan komprehensif. Jadi dengan menggunakan metode field trip diharapkan siswa dapat lebih cepat memahami pembelajaran.6. Kekurangan Metode Field TripSetiap ada kelebihan sudah tentu mempunyai kekurangan adapun kekurangan dari metode field trip menurut Suhardjono (2004: 85) adalah:a. Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari sekolah,b. Kadang-kadang sulit untuk mendapat izin dari pimpinan/Kepala sekolah atau kantor yang akan dikunjungi,c. Biaya transportasi dan akomodasi mahal.Adapun kelemahan-kelemahan dari metode karyawisata menurut Saiful Sagala (2006: 215) antara lain:a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak,b. Jika karyawisata sering dilakukan akan mengganggu kelancaran rencana pelajaran, apalagi jika tempat-tempat yang dikunjungi jauh dari sekolah,c. Kadang-kadang mendapat kesulitan dalam bidang pengangkutan,d. Jika tempat yang dikunjungi itu sukar diamati, akibatnya siswa menjadi bingung dan tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan,e. Memerlukan pengawasan yang ketat, danf. Memerlukan biyaya yang relative tinggi.

Menurut pendapat para ahli di atas tentang kelemahan-kelemahan metode field trip, disini peneliti sudah memikirkannya sebelum mengangkat judul dengan menggunakan metodefield trip ini, menurut Suhardjono (2004: 85) metode fieldtrip itu memerlukan biyaya yang lebih mahal dan memakan waktu lebih bila lokasinya jauh dari sekolah, maka dari itu untuk menghindari hal tersebut peneliti mengambil lokasi yang tidak jauh dari sekolah, sehingga dalam biaya akan jauh lebih irit karena tidak memerlukan transportasi, akan lebih menghemat waktu dan mempermudah perizinan dari kepala sekolah.

F. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan1. Hasil penelitian Sukaendah (2010)Dalam skripsinya Pengaruh Metode Field Trip Dalam Pembelajaran IPA Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Perubahan kenampakan Bumi dan Benda Langit.Masalah yang ada di kelas IV semester II SDN Kacapiring yaitu guru kurang memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat melalui pengolahan kelas yang baik terutama dalam materi pembelajaran IPA, Gaya mengajar guru selalu mendominasi kegiatan belajar menjadi salah satu faktor penyebab siswa sukar untuk memahami materi Mengenal berbagai energy yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya. Sehingga siswa kurang merasa nyaman dalam belajar, maka guru harus dapat memilih dan menggunakan metode yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan intelektualnya adalah dengan menggunakan metode di luar kelas (field trip). Melalui field trip ini siswa aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya, tudak hanya menerima informasi yang disampaikan oleh guru.Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini adalah Apakah Pengaruh Metode di Luar Kelas (Field Trip) Dalam Pembelajaran IPA Terhadap Peningkatan pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit di kelas IV SDN. Kacapiring Kota bandung?Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Perubahan kenampakan Bumi dan Benda langit dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar.Pembelajaran tentang perubahan kenampakan bumi dan benda langit, siswa dibawa ke lokasi Museum Geologi Bandung untuk melihat, menyimak dan mencatat proses terjadinya peristiwa tersebut melalui catatan-catatan penting, media-media gambar foto yang rill serta bentuk-bentuk peraga yang sesuai aslinya berdasarkan skala perbandingan, telah tersedia di lokasi tersebut dengan dipandu oleh petugas gedung dan guru. Dari hasil proses pembelajaran tersebut, siswa lebih mudah menyerap secara langsung dan mendapatkan informasi yang mendekati dengan kejadian yang sesungguhnya, serta sekaligus menjadi ajang rekreasi.Pembelajaran pada dasarnya adalah memperdayakan daya ingat atau memori dalam berbagai tingkat kebutuhan. Metode diluar kelas (field trip) memberikan pengalaman belajar pada siswa untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar pada materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit.Kendala yang dialami dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode field trip. Kendala tersebut diantaranya pada awal pembelajaran khususnya pada materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit, masih terdapat beberapa siswa yang kurang berkonsentrasi karena mereka baru mengenal tempat yang dikunjungi.Suatu kelebihan pada metode field trip meliputi siswa dapat mengemukakan pendapatnya secara bebas mengenai materi yang dipelajarinya dan mencoba semua alat peraga yang tersedia. Siswa lebih ceria dan semangat karena mereka belajar di tempat yang baru, sehingga memudahkan siswa mengingat materi yang dipelajarinya.Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis, pembelajaran metode field trip, siswa dapat meningkatkan hasil belajar dan siswa dapat terlibat secara langsung dan aktif , sehingga menimbulkan motivasi dan semangat belajar yang tinggi dan mendapat pengalaman yang menyenangkan.Tingkat motivasi siswa yang belajar menggunakan metode ceramah melalui metode field trip siswa belajar aktif, kreatif, dan menyenangkan, sedangkan menggunakan metode lain seperti ceramah, siswa belajar secara pasif dan tidak termotivasi, kurangnya semangat belajar berdampak pada hasil belajar siswa tidak meningkat.Dengan membawa siswa belajar dari situasi biasa pada dunia nyata akan lebih menarik, semangat dan perhatian mereka, dibandingkan dengan hanya mencari akal-akalan cerita. Padahal dari sejak usia anak telah dibanjiri dengan stimulus-stimulus dari dunia nyata.Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Berdasarkan data hasil pengamatan pada proses pembelajaran siklus I, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Berdasarkan hasil observasi siswa pada siklus ke-1 menunjukkan bahwa tingkat aktivitas siswa rata-rata dalam proses pembelajaran adalah 1,48 atau memiliki kategori kurang.Berdasarkan data hasil belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus ke-1 hasil pretes dengan nilai tertinggi adalah 40 yang diperoleh oleh 2,6 % dari jumlah siswa (1 orang siswa) dan yang terendah adalah 0 yang diperoleh oleh 7,9 % dari jumlah siswa (3 orang siswa). Sedangkan hasil postes dengan nilai terbesar adalah 80 yang diperoleh oleh 7,9 % dari jumlah siswa (3 orang siswa) dan hasil postes terendah adalah 0 yang diperoleh oleh 2,6 % dari jumlah siswa (1 orang siswa). Gain (peningkatan) tertinggi adalah 70 dan masih ada 3 siswa yang belum mengalami peningkatan. 81,58 % siswa belum memenuhi KKM pada siklus ke_1.Lalu hasil penelitian observasi pada siklus ke-2 menunjukkan bahwa pada siklus ke-2 tingkat aktivitas siswa rata-rata dalam proses pembelajaran adalah 3,12 atau memiliki kategori baik. Selain itu data hasil belajar siswa pada siklus ke-2 menunjukkan hasil pretes dengan nilai terbesar adalah 100 yang diperoleh oleh 5,3 % dari jumlah siswa (2 orang siswa) dan yang terendah adalah 0 yang diperoleh oleh 15,8 % dari jumlah siswa (6 orang siswa). Sedangkan hasil postes dengan nilai terbesar adalah 100 yang diperoleh oleh 26,3 % dari jumlah siswa (10 orang siswa) dan hasil postes terendah adalah 0 yang diperoleh oleh 2,6 % dari jumlah siswa (1 orang siswa). Gain (peningkatan) tertinggi adalah 100 yang diperoleh oleh 5,3 % dari jumlah siswa (2 orang siswa) dan masih ada 10,5 % siswa (4 orang siswa) yang belum mengalami peningkatan. Dan 60,52 % dari jumlah siswa telah mencapai KKM.Pada siklus ke-3 hasil pretes dengan nilai terbesar adalah 100 yang diperoleh oleh 7,5% dari jumlah siswa (3 orang siswa) dan yang terendah adalah 30 yang diperoleh oleh 2,5% dari jumlah siswa (1 orang siswa). Sedangkan hasil postes dengan nilai terbesar adalah 100 yang diperoleh oleh 30% dari jumlah siswa (12 orang siswa) dan hasil postes terendah adalah 70 yang diperoleh oleh 37,5% dari jumlah siswa (15 orang siswa). Gain (peningkatan) tertinggi adalah 60 yang diperoleh oleh 2,5% dari jumlah siswa (1 orang siswa). 100% siswa telah mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70.Dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Kacapiring pada mata pelajaran IPA pada segi pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis siswa, kemudian siswa secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri dengan mengamati benda-benda yang ada di Musium Geologi.Berdasarkan penelitian hasil belajar siswa dengan menggunakan metode belajar di luar kelas (field trip) lebih tinggi dibandingkan siswa belajar dengan menggunakan metode belajar di dalam kelas. Hal ini ditunjukan dari perbedaan hasil rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang pada awalnya tidak jauh berbeda. Setelah postes dilakukan, dengan perbandingan 90% hasil belajar siswa kelas eksperimen dan 75% hasil belajar siswa kelas kontrol.Peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas eksperimen berdampak terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini disebabkan karena pada saat kegiatan pembelajaran siswa terlibat secara aktif melalui kegiatan pencarian, pengelolaan, dan pengembangan informasi mengenai materi yang dipelajarinya. Berbeda dengan kelas kontrol yang hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru (teacher oriented).Secara lebih khusus, dapat disimpulakan bahwa:a. Peningkatan hasil belajar dan pemahaman siswa yang menggunakan metode field trip, lebih tinggi daripada siswa yang telah belajar dengan menggunakan metode belajar di dalam kelas.b. Metode field trip menunjukan adanya interaksi siswa dengan lingkungan alam.2. Hasil penelitian Iin Indrayani (2009)Dalam skripsinya Penerapan Metode Field Trip pada Konse Pasar untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (PTK Pada Kelas III SDN Babakan Ciparay 9 Kota Bandung. Berdasarkan hasil penemuan di lapangan peneliti menemukan fakta bahwa.a) Keadaan kelas kurang kondusif karena siswa terfokus pada pembelajaran konvensional sehingga terasa monoton dan membosankan bagi siswa.b) Aktivitas siswa kurang aktif hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru.c) Dalam tanya jawab hanya didominasi oleh siswa yang pintar saja.d) Penggunaan media pembelajaran kurang optimal.Dalam suatu proses belajar mengajar tujuan yang hendak dicapai adalah bagaimana caranya agar pelajaran yang diberikan oleh guru dapat disenangi oleh siswa. Maka dari itu salah satu langkah yang harus dikuasai oleh guru yaitu dengan menguasai tekhnik-tekhnik dalam mengajar atau biasa disebut metode mengajar.Berdasarkan masalah diatas penulis mengangkat masalah. Penerapan Metode Field Trip Pada Konsep Pasar Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di Kelas III Sekolah Dasar. Penulis menggunakan pendekatan metode Field Trip karena kebetulan lokasi sekolah kelas III berdekatan dengan Pasar Induk caringin. Untuk memanfaatkan sarana yang ada penulis beranggapan pemahaman siswa tentang pasar akan lebih bermakna, bermanfaat dan menyenangkan apabila siswa secara langsung mengunjungi Pasar tradisional dan Pasar Modern.Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan metode field trip dalam proses pembelajaran IPS di SD agar dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pasar dalam belajar IPS meliputi keterampilan bekerja sama, mengemukakan pendapat, menghormati pendapat orang lain, kemampuan mengontrol diri serta tukar pendapat dan pengalaman dengan orang lain, dan pemahaman konsep pasar tradisional dan pasar modern.Pembelajaran dengan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan situasi, kondisi dan tujuan pembelajaran merupakan suatu tekhnik guru untuk mengubah sebuah pembelajaran yang menarik minat, perhatian dan aktivitas siswa dengan situasi yang hangat. Salah satunya adalah dengan menerapkan metode field trip. Dengan metode field trip siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran dan memberikan rasa senang dapat mengenal lingkungan sekitar.Dalam pemilihan tempat hendaknya yang tidak terlalu jauh dari sekolah agar mudah dijangkau oleh siswa. Diterapkan metode field trip bertujuan agar siswa dapat menunjukan sikap berani, siswa dapat melakukan kerjasama, siswa dapat memberikan tanggapan terhadap situasi di lingkungan sekitar, mengenal situasi dan kondisi yang ada.Pada saat melakukan kegiatan awal, guru memberikan apresiasi dengan mengajukan pertanyaan, peserta didik serentak menjawab dengan jawaban yang bervariasi dan guru menanggapi jawaban tersebut dengan memberikan pujian dan penghargaan. Guru memberikan tes awal sebelum kegiatan pembelajaran ini dengan menggunakan lembar kerja siswa.Pada saat pelaksanaan pertama guru menjelaskan tentang materi pelajaran secara singkat, lalu guru dan siswa berkunjung ke lokasi yaitu pasar Induk Caringin Bandung. Siswa mengamati keadaan pasar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Setelah selesai kunjungan siswa membuat kesimpulan hasil kunjungan ke pasar Induk Caringin Bandung dan setelah itu siswa melaksanakan evaluasi yang diberikan oleh guru.Dari pengamatan terhadap proses belajar dapat dilihat pada lembar pengamatan dan alat pengumpul lainnya yang telah dipersiapkan menunjukan proses belajar jadi menyenangkan. Hal tersebut membuat siswa lebih memahami materi pembelajaran karena siswa dibawa langsung ke tempat yang sedang dipelajari sehingga membantu terjadinya proses belajar yang menyenangkan. Selain itu juga motivasi siswa yang berupa keinginan memperoleh informasi dan pemahaman terhadap materi pelajaran sangat tinggi. Hasil belajar siswa dapat mencapai nilai ketuntasan minimal (KKM).Keinginan siswa untuk belajar merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pembelajaran. Metode field trip merupakan metode yang dapat menumbuhkan motivasi dalam belajar. Hal ini dapat ditunjukan dengan adanya pertanyaan yang diajukan oleh siswa terhadap masalah-masalah yang belum dimengerti, saling memberikan pendapat kepada teman yang lain, kemampuan siswa untuk mencari jawaban sekitar permasalahan secara bersama-sama dengan teman dengan benar.Dengan penerapan metode field trip maka proses belajar yang berlangsung selama penelitian menunjukan kemajuan yang mengembirakan, hubungan guru dan siswa dapat terjalin dengan harmonis, dan pembelajaran lebih aktif dengan ditandai pemahaman siswa terhadap materi lebih banyak.Penerapan metode field trip dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa. Pada siklus 1 hasil tes menunjukan rata-rata nilai 66, sedangkan pada siklus II rata-rata nilai 75, dan pada siklus ke III nilai rata-ratanya naik menjadi 81 dengan kenaikan nilai rata-rata sekitar 14 atau 23%. Presentase nilai yang telah mencapai nilai Kriteria Ketentuan minimal (KKM) sebesar 100%, berarti semua siswa sudah berhasil mencapai nilai KKM.Setelah dilakukan analisis pada hasil penilaian proses dan hasil belajar yang dilaksanakan dengan menggunakan metode field trip dinyatakan sudah cukup berhasil dan tidak perlu diadakan perbaikan pada pembelajaran berikutnya.Dari hasil penelitian di atas dengan diterapkan metode field trip pada pembelajaran IPS menunjukan bahwa adanya peningkatan motovasi siswa terhadap mata pelajaran IPS, meningkatkan proses belajar yang efektif serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan metode field trip pada mata pelajaran IPS kelas III dengan pokok bahasan membedakan pasar modern dan tradisional di SDN Babakan Ciparay 9 sangat cocok digunakan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian proses, wawancara siswa dan hasil diskusi dengan observer dari dua siklus PTK yang dilakukan bahwa penggunakan metode field trip dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan semua siswa berpendapat penggunaan metode field trip sangat menarik dan sangat menyenangkan serta banyak saran dari siswa proses pembelajaran terus menggunakan metode field trip, karena denganterjun langsung ke lapangan secara nyata siswa lebih mudah dalam mengingat materi pelajaran sehingga hasil belajarpun meningkat.

G. Kerangka BerpikirPemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interprestasi dan mampu mengaplikasikannya ( Bloom dalam Vestari 2009: 16).Pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS pada sumber daya alam di ditandai dengan kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami.Hal ini diperkuat oleh pendapat Asep Jihad dan Abdul Haris (2008 : 149 dalam Arvianto, Ilham Haris, dkk, (2011 : 172) bahwa indikator pemahaman konsep jika setelah pembelajaran siswa dapat : Menyatakan ulang sebuah konsep, Mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), Memberi contoh dan non contoh dari konsep, Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep menggunakan, Memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

Indikator-indikator tersebut tidak tampak seluruhnya pada siswa setelah mereka melakukan pembelajaran, hal ini terlihat pada saat observasi, yang dilakukan pada tanggal 28 Mei 2012 di kelas IV SDN Simpangsari yang menunjukan adanya ketidak pahaman tentang konsep sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi, kebanyakan siswa tidak dapat menyatakan ulang kembali materi yang telah di sampaikan oleh guru, siswa tidak dapat memberikan contoh dan non contoh dari materi tersebut, siswa tidak dapat menyajikan materi yang sudah di sampaikan dalam berbagai bentuk representasi matematis, diketahui bahwa faktor penyebabnya adalah faktor dari siswa sendiri dan faktor dari guru kelas. Faktor penyebab dari siswa adalah (1) jumlah siswa terlalu banyak (46 siswa, yang terdiri dari 25 orang putra, dan 21 orang putri), (2) siswa cenderung kurang aktif, (3) siswa belum memahami konsep tentang sumber daya alam, (4) siswa tidak memahami bahwa sumber daya alam itu terbagi menjadi dua bagian yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui, (5) siswa tidak memahami manfaat dari masing-masing sumberdaya alam tersebut untuk kegiatan ekonomi, (6) siswa tidak bisa menjelasan kembali materi yang disaimpaikan guru, (7) siswa tidak bisa mengerjakan LKS. Sedangkan faktor penyebab ketidak pahaman tentang konsep sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi dari faktor guru kelas adalah (1) guru dalam mengajarkan konsep sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi kepada siswa kurang melibatkan siswa secara aktif dalam interaksi belajar mengajar sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar, (2) pandangan guru masih menganggap siswa anak yang tidak tau apa-apa, sehingga model pembelajarannya masing menggunakan metode ceramah.Fakta tersebut, diperkuat dengan wawancara pada tanggal 28 Mei 2012, dengan guru dan salah satu siswa. Wawancara dengan guru, Bapak Aceng Sabur S.Pd,SD seorang guru kelas IV di SDN Simpangsari bahwa ketidak pahaman tentang konsep sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi yaitu: (1) guru beranggapan, jumlah siswa terlalu banyak, sehingga kelas kurang kondusif, (2) guru beranggapan, biasanya dalam mengajarkan IPS tentang sumber daya alam dengan metode ceramah, (3) guru beranggapan, kurangnya pemahaman mengenai metode-metode pengajaran yang dapat membuat pemahaman konsep siswa menjadi lebih cepat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Dilanjutkan wawancara, dengan Silva, Salman dan Rifki salah satu siswa kelas IV, pada pembelajaran IPS tentang sumber daya alam dianggap sulit di pahami karena: (1) siswa beranggapan, pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung cepat lupa, (2) siswa beranggapan, pembelajaran IPS membuat siswa merasa jenuh karena hanya mendengarkan guru menjelaskan saja, sehingga siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajarannya.Hal ini di perkuat juga berdasarkan hasil penelitian Sriawati tahun 2009 Universitas Pendidikan Indonesia dengan Judul Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Benda Melalui Metode Discovery Pada Siswa Kelas V SDN tundosoro Kabupaten Pasuruan. Dalam skripsinya peneliti menuliskan berbagai temuan masalah yang ada di sekolah tersebut tentang ketidak pahaman konsep, yaitu siswa tidak dapat menjelaskan kembali tentang perubahan benda, siswa terlihat sangat sulit untuk memahami materi pembelajaran yang telah di sampaikan oleh guru, dengan demikian akibat dari ketidak pahaman konsep tersebut maka hasil belajar siswa pun sangat rendah.Selain itu Bambang Eka Pranajaya dalam skripsinya Meningkatkan Pemahaman Konsep Sains Melalui Metode Bervariasi Pada Siswa Kelas V SDN Kubang Kabupaten Bandung Barat, berdasarkan latar belakang penulis menjabarkan bahwa pada saat ini tekhnologi berkembang pesat, maka hal ini harus diikuti dengan peningkatan mutu pendidikan, demikian juga dengan halnya pembelajaran Sains. Peningkatan Mutu pendidikan Sains mutlak diperlukan namun perlu disadari bahwa peningkatan mutu pendidikan Sains tidak dapat terwujud tanpa adanya peningkatan proses pembelajaran sains. Sedangkan kenyataan yang ada sebagian besar siswa beranggapan bahwa pelajaran sains adalah pelajaran yang tidak penting bahkan dinomorduakan. Akibatnya indikator yang ada tidak dapat dituntaskan secara maksimal, ini bias di lihat dari minimnya pengetahuan anak akan percobaan-percobaan yang mestinya harus di lakukan, sehingga pada hasil observasi di sekolah penulis menemukan berbagai macam ketidak pahaman siswa pada setiap pembelajaran khususnya pada pembelajaran sains.Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Somantri (Sapriya, 2009: 11). Salah satu karakteristik dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Perubahan dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkret operasional.Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun (2006: 575), tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Untuk mencapai tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar tersebut perlu dikembangkan strategi pembelajaran IPS yang menekankan pada keaktifan siswa dan menumbuhkan motivasi siswa serta kreativitas siswa dalam belajar agar kualitas proses pembelajaran IPS lebih memadai. Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang berorientasi pada siswa (Student centered) agar siswa terdorong untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran maka dalam proses pembelajaran perlu menggunakan metode pembelajaran.Menurut Sanjaya (2007: 147) bahwa metode, adalah:

Cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal. Hal ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian metode memegang peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Keberhasilan guru dalam mengajar tergantung dengan metode apa yang digunakan.

Menurut Surachman dalam Suryosubroto (2002: 148), bahwa metode pengajaran, adalah cara pelaksanaan proses pengajaran atau saat bagaimana sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada siswa.Dalam proses belajar mengajar, penggunaan metode mengajar tidaklah sama untuk setiap pokok bahasan, metode mengajar harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Penggunaan metode yang tidak tepat dalam prosesbelajar akan menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk belajar atau dapat menyebabkan siswa menjadi pelajar yang pasif, sehingga hasil belajar rendah.Menurut Roestiyah (2008: 85) pembelajaran dengan menggunakan metode field Trip yaitu: Field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan. Cara mengjara dengan metode field trip yaitu mengajak siswa ke suatu tempat untuk melihat objek tertentu di luar sekolah mempelajari atau menyelidiki sesuatu pada tempat seperti pasar, bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.Setiap metode yang digunakan sudah pasti mempunyai keunggulan dan kelemahan. Suhardjono (2004: 85) mengungkapkan bahwa metode field trip memiliki keunggulan seperti:a. Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung,b. Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya,c. Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil,d. Member kesempatan kepada peserta didik untuk melihat di mana peserta ditunjukan kepada perkembangan tekhnologi mutakhir.

Setiap ada kelebihan sudah tentu mempunyai kekurangan adapun kekurangan dari metode field trip menurut Suhardjono (2004: 85) adalah:a. Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari sekolah,b. Kadang-kadang sulit untuk mendapat izin dari pimpinan/Kepala sekolah atau kantor yang akan dikunjungi,c. Biaya transportasi dan akomodasi mahal.Menurut E Mulyana (2005: 112) dalam suatu situs internet di http://Repository.upi.edu/operator/upload/t_pk_0908362_table_of_contents.pdf yang diakses pada tanggal 15 Mei 2012 pukul 19.20. Agar penerapan metode field trip dapat dilakukan secara efektif maka, dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah berikut:a. Persiapan: Dalam merencanakan tujuan field trip, guru harus menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik yang cocok, menentukan objek yang menarik dan sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan kepada siswa dan lamanya waktu kunjungan, menghubungi pimpinan/pemilik obyek yang akan dikunjungi, pembagian tugas kepada siswa, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok. Untuk kelancaran dan keamanan kunjungan ini, guru perlu menunjuk seorang siswa sebagai koordinator.b. Perencanaan: Tempat yang menjadi tujuan akan dibicarakan bersama siswa dalam rangka menyusun perencanaan yang meliputi: tujuan field trip, objek yang akan diamati serta jumlah siswa yang ikut partisipasi dalam field trip. (1) Dibentuk kelompok termasuk ketua kelompok. (2) Menentukan metode pengumpulan data, berbentuk wawancara, pengamatan langsung, dokumentasi. (3) Penyusunan kegiatan selama field trip berlangsung. Kepada para siswa harus ditanamkan disiplin dalam mentaati waktu yang telah direncanakan sehingga pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan rencana. (4) Mengurus perizinan dari pimpinan sekolah dan izin tempat yang akan dikunjungi.c. Pelaksanaan: Dalam pelaksanaan field trip, siswa melakukan tugas sesuai dengan pembagian kelompok yang telah ditetapkan, sedangkan guru mengawasi, membimbing, dan mengarahkan bila perlu menegur sekiranya ada siswa yang tidak mentaati ketentuan yang telah dibuat. Ketua tim atau rombongan mengatur segala sesuatunya dan dibantu oleh petugas lainnya, mematuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugaspada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya serta member petunjuk bila perlu.d. Menulis laporan pengamatan: Pada akhir penerapan metode field trip siswa diminta untuk menulis paragraph/karangan dari kesimpulan yang diperoleh, menindak lanjut hasil pengamatan seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain. Hasil paragraf/karangan siswa dikumpulkan setelah waktunya selesai.

Melalui metode pembelajaran karyawisata ini siswa banyak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, yang akhirnya membuat siswa mampu memahami dan mengidentifikasi konsep IPS. Pemahaman konsep menurut Bloom (Vestari 2009: 16) adalah Kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interprestasi dan mampu mengaplikasikannya.

Identifikasi MasalahMenunjukan adanya ketidak pahaman konsep tentang sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi yaitu:Kebanyakan siswa tidak dapat menyatakan ulang kembali materi yang telah di sampaikan oleh guru.Siswa tidak dapat memberikan contoh dan non contoh dari materi tersebut.Siswa tidak dapat menyajikan materi yang sudah di sampaikan dalam berbagai bentuk representasi matematis.Rumusan Masalah Menyatakan ulang sebuah konsep,Mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya),Memberi contoh dan non contoh dari konsep,Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep menggunakan, Memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu,Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.SolusiRoestiyah (2008: 85) Field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan. Cara mengjara dengan metode field trip yaitu mengajak siswa ke suatu tempat untuk melihat objek tertentu di luar sekolah mempelajari atau menyelidiki sesuatu pada tempat seperti pasar, bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.HasilPemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interprestasi dan mampu mengaplikasikannya ( Bloom dalam Vestari 2009: 16).Berdasarkan uraian di atas, bahwa metode pembelajaran field trip (karyawisata) diperkirakan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam mata pelajaran IPS, khususnya pada materi Sumber daya alam di kelas IV SD. Hubungan tersebut dapat digambarkan dengan diagram berikut ini:

H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan Hipotesis Tindakan sebagai berikut: Diduga bahwa dengan penggunaan metode field trip dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat pada pembelajaran IPS di kelas IV SDN Simpangsari.Hipotesis tindakan di atas dapat dijabarkan secara khusus yaitu sebagai berikut:1. Perencanaan pembelajaran dengan penggunaan metode field trip dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat pada pembelajaran IPS di kelas IV SDN Simpangsari?2. Pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan metode field trip dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang je