Jurnal Arysta Prevalensi Insomnia Dan Faktor Yang Terkait Dalam Suatu Komunitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

translate jurnal jiwa

Citation preview

PREVALENSI INSOMNIA DAN FAKTOR YANG TERKAIT DALAM SUATU SAMPEL KOMUNITASINDIVIDU LANSIA DI KOREA SELATANABSTRAK

Latar Belakang: Insomnia adalah keluhan kejiwaan umum di antara individu lanjut usia. Studi ini meneliti korelasi antara prevalensi dan sosiodemografi insomnia dengan mempertimbangkan sampel komunitas individu lansia di Korea Selatan.

Metode: Sebuah survei rumah tangga (door to door) dilakukan di lima wilayah Korea Selatan dari bulan Juni 2008 sampai Agustus 2008. Di antara total 3.074 individu berusia 65 tahun ke atas, 2.002 peserta akan diwawancarai. Insomnia didefinisikan sebagai memiliki setidaknya satu dari empat keluhan tidur yang termasuk kesulitan dalam memulai tidur (DIS), kesulitan dalam mempertahankan tidur (DMS), Bangun terlalu pagi (EMA), dan non tidur restoratif (NRS) lebih dari tiga kali per minggu sejak 1 bulan lalu. Kuesioner The Restless Legs Syndrome (RLS), bentuk singkat dari skala Geriatri Depresi (GDS), dan tinjauan medis sistem yang diimplementasikan. Hasil: Insomnia ditemukan di 29,2% dari peserta. DIS, DMS, EMA, dan NRS menyumbang 19,4%, 21,7%, 19,6%, dan 8,0% dari peserta masing-masing. Pada Insomnia disertai dengan konsekuensi gejala pada siang hari menyumbang 17,1% dari peserta. Para peserta yang wanita, tidak memiliki pendidikan, tinggal sendirian, menunjukkan gejala RLS atau depresi, dan memiliki sejarah masa penyakit fisik secara signifikan lebih mungkin mendapakan insomnia. Prevalensi DIS, DMS, EMA, atau meningkatnya kasus insomnia berbanding dengan usia, sedangkan dari NRS sedikit menurun. Riwayat memilki trauma kepala, hiperlipidemia, penyakit jantung, anemia, atau depresi secara signifikan berhubungan dengan insomnia.

Kesimpulan: Masalah tidur yang umum di antara orang tua dan berhubungan erat dengan hidup mereka dan riwayat penyakit fisik.sebelumnya.

Kata kunci: komorbiditas medis, gangguan tidur, epidemiologi

Pengantar

Insomnia adalah keluhan umum di antara kejiwaan individu lanjut usia. Studi sebelumnya telah melaporkan insomnia yang mempengaruhi 6% sampai 44% dari semua orang tua

individu (Liu et al, 2000;. Su dkk., 2004; Makhlouf et al., 2007; Bonanni et al., 2010).

Namun, hasil mereka untuk Korea Selatan tidak bisa digeneralisasi karena mereka merupakan ambilan dari sampel kecil dan data lokal, memiliki tingkat respon yang rendah, dan dianggap terdiagnosa insomnia. Didalam tujuannya, penelitian ini meneliti prevalensi

insomnia antara individu-individu lansia di Selatan Korea melalui survei nasional.

Prevalensi yang dilaporkan insomnia bervariasi secara luas di seluruh studi karena tidak ada konsensus umum mengenai definisi insomnia. Untuk Kriteria DSM-IV mengenai insomnia mencerminkan gejala berikut: tiga gejala: kesulitan memulai tidur (DIS), kesulitan dalam mempertahankan tidur (DMS), dan non tidur restoratif (NRS) (American Psychiatric Asosiasi, 2000). Selain itu, pagi kebangkamin (EMA) telah dianggap sebagai dasar gejala insomnia (Liu et al, 2000;. Ohayon dan Hong, 2002; Rocha dkk., 2002; Roth et al., 2006; Xiang et al., 2008).

Studi sebelumnya telah menghasilkan hasil yang beragam untuk hubungan antara berbagai hubungan sosiodemografi dan insomnia antara individu lansia (Su et al, 2004;.. Makhlouf et al, 2007; Bonanni et al., 2010). Hal ini menunjukkan perlu untuk lebih memahami hubungan

antara berbagai variabel sosiodemografi dan Insomnia antara individu lanjut usia. Namun, beberapa studi epidemiologi telah meneliti hubungan antara insomnia dan sosiodemografi

korelasi dengan kontrolnya yaitu individu- individu yang memiliki riwayat penyakit. Studi ini meneliti prevalensi dan korelasi sosiodemografi insomnia di wakilkan oleh sampel komunitas individu lansia di Korea Selatan. Selain itu, studi ini meneliti hubungan antara umur, riwayat penyakit dahulu dan insomnia.

Metode

Dari bulan Juni 2008 sampai Desember 2008, secara nasional studi epidemiologi dilakukan untuk memperkirakan prevalensi demensia dan risiko yang terkait faktor dengan mempertimbangkan sampel individu komunitas lansia di Korea Selatan berusia 65 tahun atau lebih (Kim et al., 2011). Kami bekerja secara multistage (banyak tempat) dengan desain berdasarkan cluster sampling. Untuk mendapatkan sampel, kami menggunakan enam data kabupaten besar yaitu, termasuk wilayah metropolitan Seoul dan lima provinsi, dan dari ini kami memilih 15 daerah acak (tujuh kabupaten metropolitan, enam kabupaten yang mewakili kota menengah, dan dua kabupaten pedesaan). Dari daerah acak ini, kami dipilih secara acak desa untuk mendapatkan minimum populasi 5.000 orang lansia berdasarkan daftar nama perumahan dan kemudian diidentifikasi 10% dari individu-individu sebagai peserta dengan perhitungan random sampling. Jumlah total peserta adalah 8.199 (Kim et al., 2012b). Penelitian ini adalah disetujui oleh dewan peninjau kelembagaan Seoul National University College of Medicine. Kami informasi semua peserta tentang tujuan penelitian ini dan metode, dan semua sukarela menandatangani sebuah informasi lembar persetujuan.

Pengumpulan data

Dari 15 daerah acak dipilih, kami memilih lima untuk penelitian. Kelima daerah termasuk

empat daerah perkotaan (Seoul, Incheon, Daegu, dan Gwangju) dan satu daerah pedesaan (Yeoncheon). ini dikarena total 3.074 orang tua yang mau mengikuti studi. Di antaranya, 1.985 menyelesaikan Pemeriksaan Status Mini-Mental versi Korea (MMSE-KC) (Lee et al., 2002), versi Korea dari skala Geriatri Depresi (GDS) (Bae dan Cho, 2004), kuesioner untuk tidur di terakhir bulan (Kim et al., 2012b), empat-item Restless leg syndrome (RLS) (Allen et al., 2003), dan kuesioner sepuluh-barang untuk meninjau sistem (Kim et al., 2012b) melalui wawan caara secara langsung, menunjukkan tingkat respon 64,6%. Pewawancara, termasuk perawat, sosial pekerja, dan mahasiswa kedokteran, yang memiliki pengalaman dengan survei epidemiologi psikiatri dan akrab dengan daerah studi, direkrut pada setiap pusat penelitian. Semua pewawancara menerima suatu pelatihan satu hari yang termasuk di dalamnya mengenai keterampilan wawancara umum dan instrumen wawancara, wawancara tiruan, dan role and play latihan menggunakan protokol standar dan materi pelatihan. Sepanjang sesi pelatihan , pelatih memantau pada wawancara dan memberikan umpan balik kepada pewawancara.

Variabel sosiodemografi dan klinis

Kami menilai variabel sosiodemografi. Beberapa item terfokus pada usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan (tahun), status perkawinan (menikah / dipisahkan atau bercerai / janda (er) / tunggal), perilaku merokok di tahun lalu (bungkus / hari), dan konsumsi alkohol dalam satu tahun terakhir. Satu minuman adalah setara dengan segelas anggur, setengah pint bir, atau ukuran tunggal (Kim et al., 2011). Kami mendefinisikan penggunaan alkohol yang berlebihan sebagai setidaknya tiga gelas alkohol per hari (Ohayon dan Hong, 2002) dan didefinisikan gangguan kognitif bila standar deviasi di 1,5 bawah norma MMSE-KC (Lee et al., 2004) yang disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan pendidikan. Awalnya GDS terdiri dari 30

item, namun kami menggunakan 15 item dari versi Korea pendek-bentuk GDS, yang telah divalidasi oleh Bae dan Cho (2004). Kami menggunakan nilai cut-off dari 8 seperti yang disarankan oleh Bae dan Cho (2004). Kami mendiagnosis RLS ketika seorang individu menjawab "ya" untuk semua empat item RLS (Allen et al., 2003).

Penilaian kualitas tidur

Untuk menilai kualitas tidur, kami menggunakan kuesioner dari Epidemiologi Korea DAS Studi Replikasi (KECA-R) (Kim et al., 2012a). Pertanyaan tentang insomnia adalah sebagai berikut:

1. "Selama sebulan terakhir, seberapa sering Anda harus kesulitan tidur karena kesulitan memulai tertidur? " (DIS)

2. "Selama sebulan terakhir, seberapa sering Anda harus kesulitan tidur karena Anda bangun terlalu sering setelah Anda pergi tidur? "(DMS)

3. "Selama sebulan terakhir, seberapa sering Anda harus kesulitan tidur karena Anda bangun terlalu dini dan tidak dapat kembali tidur? "(EMA)

4. "Selama satu bulan terakhir, apakah Anda pernah terbangun merasa lelah dan tidak segar? "(NRS)

5. "Berapa banyak dari masalah telah mengalami kesulitan dalam Tidur karena berhubungan dengan aktivitas anda pada kegiatan siang hari (yaitu, kelelahan, kesulitan dalam pekerjaan atau belajar, kesulitan konsentrasi, mood depresi)? "

Pilihan respon untuk DIS, DMS, EMA, dan NRS termasuk "tidak ada," " bila kurang dari dua hari per Minggu, "" tiga atau empat hari per minggu, "dan" hampir setiap malam, "dan orang-orang untuk konsekuensi siang hari termasuk "tidak ada," "sedikit," "banyak," dan "berat." Kami mendefinisikan kehadiran DIS, DMS, EMA, atau NRS tiga atau lebih episode gejala di bulan lalu (Kim et al., 2012a). Kami mendefinisikan insomnia kehadiran setidaknya satu dari empat keluhan tidur. Karena kriteria diagnostik di edisi keempat Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Mental (DSM-IV) (Amerika Psychiatric Association, 2000) mempertimbangkan signifikan distress atau gangguan aktivitas individu di siang hari sebagai salah satu kriteria diagnostik utama untuk insomnia, kami mengidentifikasi kehadiran ini sebagai distress atau gangguan oleh "banyak" atau "Sangat" respon ke item untuk konsekuensi siang hari (Rocha dkk, 2002;. Kim et al, 2012a.). Kami mendefinisikan Insomnia disertai dengan gangguan pada siang hari sebagai ada atau tidaknya satu dari empat tidur keluhan disertai dengan derajat sedang sampai berat gangguan pada siang hari. Riwayat penyakit DahuluInformasi tentang riwayat penyakit dahuludinilai menggunakan pertanyaan biner untuk setiap dari kategori sepuluh penyakit berikut: trauma kepala (dengan kehilangan kesadaran selama lebih dari 10 menit), hipertensi, diabetes mellitus, hiperlipidemia, stroke, penyakit jantung, aterosklerosis, anemia, ginjal penyakit, dan depresi. Kami mendefinisikan adanya dari riwayat penyakit dahulu kecuali untuk depresi karena depresi adalah jenis penyakit psikologis yang dapat mengganggu tidur.

Analisis statistik

Dalam semua analisis kami menggunakan bobot yang dirancang untuk memperhitungkan probabilitas seleksi yang tidak sama dan penyesuaian untuk populasi independen kontrol dan nonresponses. Selain itu, kami menggunakan bobot pasca-stratifikasi untuk menyesuaikan sampel perkiraan berdasarkan jenis kelamin, usia, populasi, dan nonresponses. xKami melakukan t-test independent untuk analisis bivariat menggunakan variabel sosiodemografi, RLS, PDK, dan sejarah hidup fisik penyakit. Kami melakukan regresi logistik ganda analisis untuk masing-masing lima hasil (DIS, DMS, EMA, NRS, dan insomnia) untuk menentukan hubungan mereka dengan sosiodemografi dan gejala klinis. Selain itu, kami menyelidiki hubungan dengan insomnia dan sistem tinjauan medis melalui analisis regresi logistik dengan control variabel yaitu sosiodemografi dan gejala klinis. Kami menyesuaikan semua variabel berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, gaya hidup, konsumsi alkohol, merokok perilaku, skor MMSE, RLS, dan saat ini. Untuk depresi kami kecualikan data yang dihilang dari analisis. Kami dianggap sebagai p-nilai yang lebih rendah dari 0,05 signifikan. Semua analisis yang digunakan SPSS 12.0 (SPSS Inc, Chicago, IL).

Hasil

Tabel 1 menunjukkan prevalensi empat tidur keluhan dan insomnia menurut sociodemo-

grafis dan klinis korelasi. DIS, DMS, EMA, dan NRS dilaporkan oleh 19,4% (95% CI = 18,4-20,3), 21,7% (95% CI = 20,8-22,7), 19,6% (95% CI = 18,7-20,5), dan 8,0% (95% CI = 7.4- 8.6) dari peserta, masing-masing, dan insomnia, oleh 29,2% (95% CI = 28,2-30,3). Sebagai tambahan, Insomnia disertai dengan gangguan di siang hari dilaporkan 17,1% (95% CI = 16,3-18,0). Gambar 1 menunjukkan hasil untuk semua empat keluhan tidur dan insomnia untuk setiap kelompok usia. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang kompleks antara umur dan masing-masing dari empat keluhan tidur (Tabel 3). Prevalensi DIS, DMS, EMA, dan insomnia sedikit meningkat dengan usia, sedangkan yang dari NRS

sedikit menurun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75,1% dan 58,6% dari

peserta melaporkan insomnia pada bulan lalu mengeluh konsekuensi siang hari dan moderat konsekuensi siang hari yang berat masing-masing. peserta dengan riwayat penyakit dahulu lebih mungkin untuk melaporkan gangguan pada siang hari dari pada mereka yang tidak (37,0% vs 31,0%, p < 0,001). Keempat keluhan tidur secara signifikan terkait sampai derajat sedang gangguan siang derajatnya parah (Tabel 2). Tabel 3 menunjukkan hubungan antara klinis korelasi dan insomnia dengan menyesuaikan untuk usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, konsumsi alcohol, perilaku merokok, disfungsi kognitif, RLS,

Tabel 1. Prevalensi gejala insomnia yang menurut korelasi sosiodemografi dan klinis

Tertimbang ( Lampiran)Depresi saat ini, dan riwayat penyakit dahulu penyakit. Peserta perempuan secara signifikan lebih mungkin melaporkan DIS, EMA, dan insomnia, dan adanya hubungan yang signifikan antara kurangnya sebuah pendidikan dan DIS, DMS, dan EMA. Mereka peserta yang hidup sendiri secara signifikan lebih mungkin melaporkan NRS dan insomnia, dan Penggunaan alkohol memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan NRS. RLS secara signifikan berhubungan dengan DIS, DMS, EMA, dan insomnia (p