23
BAB I PENDAHULUAN I.1 Dasar Teori I.1.1 Pertolongan Pertama ( PPGD ) Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha pertama yang dilakukan pada kondisi gawat darurat untuk menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat (cidera atau sakit mendadak). Prinsip utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Filosofi PPGD adalah “Time saving is Live saving” yang berarti bahwa seluruh tindakan pada kondisi ini pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit (henti nafas selama 2-3 menit dapat menyebabkan kematian). Pertolongan pertama tidak melakukan penanganan medis yang sesuai, tetapi hanya memberikan bantuan sementara sampai didapatkan (bila diperlukan) perawatan medis, atau sampai dipastikan kemungkinan pulih tanpa perawatan medis, atau sampai dipastikan kemungkinan pulih tanpa perawatan medis. Pada kebanyakan kasus cidera dan penyakir membutuhkan hanya perawatan pertolongan pertama. Dari semua tindakan yang dilakukan selama pemeriksaan awal, penolong harus berhati-hati dan tidak memindahkan korban bila tidak penting untuk 1

Kegawat Daruratan Dental

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dental

Citation preview

Page 1: Kegawat Daruratan Dental

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Dasar Teori

I.1.1 Pertolongan Pertama ( PPGD )

Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian

usaha pertama yang dilakukan pada kondisi gawat darurat untuk menyelamatkan

pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat (cidera atau sakit mendadak).

Prinsip utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi

gawat darurat. Filosofi PPGD adalah “Time saving is Live saving” yang berarti

bahwa seluruh tindakan pada kondisi ini pasien dapat kehilangan nyawa dalam

hitungan menit (henti nafas selama 2-3 menit dapat menyebabkan kematian).

Pertolongan pertama tidak melakukan penanganan medis yang sesuai, tetapi

hanya memberikan bantuan sementara sampai didapatkan (bila diperlukan)

perawatan medis, atau sampai dipastikan kemungkinan pulih tanpa perawatan

medis, atau sampai dipastikan kemungkinan pulih tanpa perawatan medis. Pada

kebanyakan kasus cidera dan penyakir membutuhkan hanya perawatan

pertolongan pertama.

Dari semua tindakan yang dilakukan selama pemeriksaan awal, penolong

harus berhati-hati dan tidak memindahkan korban bila tidak penting untuk

menyelamatkan jiwa. Semua gerakan yang tidak penting atau pengenanannya

yang kasar harus dihindari karena dapat memperburuk cidera tulang belakang atau

fraktur yang tidak terdeteksi. Dalam rangka untuk memberikan pertolongan

pertama yang baik, penolong harus mampu mengidentifikasi cidera korban atau

sakit mendadak dan menentukan keparahannya.

Untuk mengetahui keparahannya, penolong harus mengikuti pendekatan

sistematis atau yang dikenal sebagai pengkajian korban. Pengkajian korban

bertujuan untuk (1) mendapatkan persetujuan korban, konsen polisi atau dalam

keadaan darurat dapat dilakukan tanpa izin, (2) mendapatkan kepercayaan korban,

(3) mengidentifikasi masalah korban dan menentukan kebutuhan PPGD, (4)

1

Page 2: Kegawat Daruratan Dental

mendapat informasi tentang korban yang dapat berguna untuk pemberian layanan

kedaruratan medis (LKM).

Pengkajian korban secara medis dibagi menjadi dua langkah yaitu :

1. Pemeriksaan Primer yang meliputi A-B-C-(D-H)

A= Airway B=Breathing C=Circulation

D= Disability H=Hemorhagie

2. Pemeriksaan Sekunder yang meliputi

a. Wawancara yang terdiri dari SAMPLE PAIN

S=Symptom (Gejala/keluhan utama), A=Alergy, M=Medicine

(Obat-obatan), P=Pain (Penyakit terdahulu), L=Last eat (makan

terakhir), E=Excidence (Peristiwa yang terjadi sebelum

kedaruratan), P=Periode (berapa lama), A=Area (di mana),

I=Intensitas, N=Nulitas (apa yang menghentikannya).

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Pemeriksaan tubuh secara keseluruhan dari kepala hingga kaki dan

Tag (peringatan medis dipakai seperti kalung atau gelang yang

menarik perhatian di saat terjadi keadaan darurat). Tag sebaiknya

tidak dilepaskan dari orang yang mengalami cedera atau sakit

Bila diperlukan, hubungi Sistem Layanan Kedaruratan Medis (LKM) untuk

memberikan bantuan seperti regu penolong (pemadam kebakaran), polis, layanan

ambulan (1-1-8) atau dokter pribadi. Beritahukan apa yang terjadi dengan

menyebut:

a. Jumlah korban

b. Kesadaran korban

c. Perkiraan usia dan jenis kelamin

d. Lokasi kejadian secara lengkao

e. Nama dan nomor telepon anda/pelapor

2

Page 3: Kegawat Daruratan Dental

Persyaratan Dasar PPGD

1. Ada pasien yang tidak sadar

2. Kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong

3. Beritahu pada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong

4. Cek kesadaran pasien dengan melakukan metode AV-PU

Cara melakukan cek kesadaran pasien dengan metode AV-PU

a. A (Alert) : Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin

V

b. V (Verbal) : Coba panggil korban dengan berbicara keras

di ttelinga korban dan usahakan jangan menggoyang atau

menyentuh pasien, jika tidak ada respon lanjutkan ke P.

c. P (Pain) : Beri rangsang nyeri pada pasien, dengan

menekan bagian putih pada kuku tangan tepatnya di pangkal kuku,

dan dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada

(sternum) dan juga areal di atas bagian mata (supra orbital).

d. U (Unresponsive) : Jika tetap tidak bereaksi maka orang berada

dalam keadaan tidak sadar.

I.1.2 Resusitasi Jantung Paru ( RJP )

Merupakan tindakan penggabungan penyelamatan pernapasan (dari mulut

ke mulut) dengan kompresi dada eksternal. Tujuan RJP yang terpenting ialah

mengusahakan sekuat tenaga agar ventilasi paru dapat pulih kembali seperti

sediakala. RJP bermanfaat untuk menyelamatkan korban serangan jantung, kasus

tenggelam, kekurangan nafas, tersengat listrik, dan kelebihan obat.

RJP dilakukan pada saat jantung dan pernapasan korban telah berhenti

bekerja. Penyelamatan pernapasan digunakan pada saat jantung masih berdenyut

tetapi tidak ada pernapasan tidak ada. Seorang dokter gigi seharusnya mampu

mengenali tanda-tanda serangan jantung, memberian RJP dan menghubungi

LKM.

Tanda-tanda serangan jantung meliputi:

3

Page 4: Kegawat Daruratan Dental

a. Nyeri dada atau rasa tak enak di bagian tengah dada (terutama sebelah iri),

bisa menyebar ke bahu kiri, lengan kiri atas, leher kiri, rahang, dada

dengan tengah dan perut kiri bagian atas diikuti perasaan tertekan berat

atay remyk yang berlangsung tak lebih dari beberapa menit atau berlalu

hilang dan kembali.

b.Sesak napas, sulit napas

c. Pusing dan pingsan

d.Mual, muntah

e. Palpitasi (detak jantung yang tidak beraturan dan cepat)

f. Keringat dingin

g.Demam

h.Rasa kembung atau perasaan tersedak (mungkin terasa seperti rasa panas

dalam lambung)

RJP dapat digolongkan dalam tiga macam cara yaitu dengan pemberian (1) nafas

bantuan, (2) nafas buatan dan (3) pijat jantung.

I.1.2.1 Nafas Bantuan

Nafas bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk

menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal (frekuensi napas

orang dewasa muda adalah 12-20 kali per menit). Jika frekuensi nafas : 6 kali

per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan

sehingga total nafas permenitnya menjad normal (12 kali).

I.1.2.2 Nafas Buatan

Nafas buatan adalah cara melakukan nafas buatan yang sama dengan nafas

bantuan, tetapi nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti

napas. Diberikan dua kali secara efektif agar dada dapat mengembang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan RJP

yaitu:

1. Periksa kesadaran orang yang akan diberi bantuan pernapasan

4

Page 5: Kegawat Daruratan Dental

2. Harus ada tenaga lain yang dapat menolong

3. Posisi penderita:

Letakkan penderita dengan muka menghadapa ke atas (posisi

telentang) pada dasar yang kokoh. Kontrol kepala dan leher ketika

akan membalik penderita, terutama bila terdapat tanda-tanda trauma,

fraktur atau luka-luka di dalam tubuh yang dapat memperburuk

perawatan selanjutnya. Apabila penderita mengalami trauma medulla

spinalis, pertahankan kepala penderita pada posisi netral dan gerakkan

bersama badan sebagai satu bagian.

4. Membuat jalan napas dan menjaga agar jalan napas tetap terbuka

5. Upayakan agae ridak ada yang menghalangi jalan pernapasan seperti

lidah, cairan lendir, muntah, yang mungkin dapat menghalangi gerakan

udara melalui faring, demikian pula ikat pinggang, BH dan stagen

harus dilonggarkan. Bagi penderita yang tenggelam, air masuk ke

dalam paru atau lambung harus dikeluarkan.

Tindakan resusitasi perlu diperhatikan saat (1) denyut arteri mulai

teraba, (2) mulai timbul pernapasan spontan, dan (3) secara bertahap

kesadaran penderita pulih kembali.

Tindakan resusitasi perlu dihentikan saat tindakan RJP efektif telah

berlangsung selama 30 menit tetapi kriteria berikut dijumpai:

a. Ketidaksadaran menetap

b. Pernapasan spontan tidak muncul

c. Pupil berdilatasi dan menetap

d. Denyut nadi tidak teraba

e. Denyut nadi karotis tidak teraba

Penghentian resusitasi dilakukan mengingat pernapasan yang telah terhenti

selama 30 menit biasanya menunjukkan kematian serebal atau pasien

sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat), sehingga

resusitasi dianggap tidak berguna lagi. Faktor lain yang mungkin dapat

5

Page 6: Kegawat Daruratan Dental

digunakan sebagai keputusan untuk menghentikan tindakan RJP adalah

kondisi penolong yang telah lelah dan sudah tidak kuat lagi, bantuan sudah

datang, dan atau perjanjian tertulis dengan pasien dan keluarganya untuk

tidak melakukan resusitasi.

I.1.2.3 Pijat Jantung

Pijat jantung adalah usaha untuk memaksa jantung memompa darah ke

seluruh tubuh. pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang

tidak teraba. Pijat jantung umumnya dikombinasikan dengan nafas buatan.

1.1.2.4 Prosedur Standar RJP

1. Bebaskan / longgarkan pakaian korban di daerah dada (buka kancing

baju bagian atas agar dada terlihat

2. Posisikan diri disebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati

kepala sejajar dengan bahu pasien.

3. Cek apakah ada tanda-tanda berikut :

a. Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)

b. Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (terjatuh dari sepeda

motor)

c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cidera di tulang belakang

bagian leher. Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan

terjadinya cidera di tulang belakang bagian leher/cervical. Cedera

pada bagian ini sangat berbahaya karena di sini terdapat saraf-saraf

yang mengatur fungsi vital manusia (napas dan denyut jantung)

d. Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah pernapasan dari

mulut ke mulut

Jika tanda-tanda tersebut, maka beralih ke bagian atas, jepit kepala pasien

dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak lagi (imobilitas) dan

lakukan jaw thrust. Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya

cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.

6

Page 7: Kegawat Daruratan Dental

4. Sambil melakukan (1) dan (2) di atas, kemudian dilakukan pemeriksaan

kondisi Airway ( jalan napas), Breathing ( pernapasan) pasien. Metode

pengecekan napas menggunakan metode Look, Listen dan Feel.

a. Look; lihat apakah ada gerakan dada ( gerakan nafas ), apakah gerakan

tersebut simetris atau tidak.

b. Listen; dengarkan apakah ada suara nafas normal dan apakah ada suara

napas tambahan abnormal ( bisa timbul akibat ada hambatan sebagian )

c. Feel; rasakan ada atau tidak hembusan nafas menggunakan pipi.

Gambar: cara melakukan metode look, listen dan feel.

Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas:

1. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan

jalan napas bagian atas ole adanya benda padat, jika ada suara seperti ini

lakukan pengecekan langsung menggunakan cara cross finger untuk

membuka mulut menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan

yang digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang atas ke atas,

telunjuk menekan rahang bawah ke bawah. Lihatlah apakah ada benda yang

menyangkut pada tenggorokan korban misalkan gigi palsu. Pindahkan benda

tersebut.

7

Page 8: Kegawat Daruratan Dental

2. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan

saluran napas karena cairan misalkan darah, maka lakukan cross-finger

seperti pada snoring, kemudian lakukan finger-sweap dengan menggunakan 2

jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari

cairan.

3. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena

pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan

manuever head tilt and chin lift atau jaw thrust saja. Jika suara nafas tidak

terdengar karena ada hambatan total pada jalan nafas, maka dapat dilakukan:

a. Back blow, sebanyak lima kali, yaitu dengan memukul menggunakan

telapak tangan pada daerah antara tulang skapula di punggung. Back blow

tidak dilakukan pada dewasa karena dikhawatirkan menjadi sumbatan

lengkap atau penuh.

b. Heimlich Manuever, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu

menarik tangan ke arah belakang atas

8

Page 9: Kegawat Daruratan Dental

9

Page 10: Kegawat Daruratan Dental

.

10

Page 11: Kegawat Daruratan Dental

3. Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi, atau obesitas dengan cara

memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong lengan ke arah dalam

atas.

(c) Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa panas dari korban

(5) Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi

pernafasan pasien itu dalam 1 menit (pernafasan normal adalah 12 - 20 kali per

menit).

itu dalam 1 menit (pernafasan normal adalah 12 - 20 kali per menit).

(6) Jika frekuensi nafas normal maka pantau terus kondisi pasien dengan tetap

melakukan Look, Listen, and Feel.

(7) Jika frekuensi nafas < 12 kali per menit, maka berikan nafas bantuan ( detail

tentang nafas bantuan di bawah)

(8) Jika pasien mengalami nafas berikan nafas buatan

(9) Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi arteri karotis

yang terletak dileher (cek dengan 2 jari di tonjolan ditengah tenggorokan,lalu

gerakkan jari kesamping,jangan terhambat oleh otot leher (sterno-kleido-

mastoideus), rasakan denyut nadi karotis selama 10 detik.

) Cek lagi nadi karotis (dengan metode di atas) selama 10 detik, jika teraba

lakukan Look, Listen, and Feel lagi. Jika tidak teraba ulangi poin nomor 10;

atau dihentikan (lihat syarat RJP).

(12) Setelah berhasil mengamankan kondisi di atas periksalah tanda – tanda

shock pada pasien.

a) Denyut nadi > 100 kali per menit

b) Telapak tangan basah, dingin, dan pucat

c) Capillary Refill Time (CRT) > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara

menekan ujung kuku pasien dengan kuku pemeriksaan selama 5 detik,

11

Page 12: Kegawat Daruratan Dental

lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yang dibutuhkan agar warna kuku

merah lagi.

(13) Jika pasien shock lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan

mengang-kat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah

akan lebih banyak ke jantung. Pertahankan posisi shock sampai bantuan

datang atau tanda tanda shock menghilang.

(14) Jika ada perdarahan pada pasien, hentikan perdarahan dengan cara menekan

atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat

mengakibatkan jaringan yang dibebat mati).

(15) Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan

Look, Listen, and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk

secara tiba-tiba.

1.1.3 Perlindungan Diri Bagi Penolong

(1) Pastikan tempat member pertolongan tidak akan membahayakan penolong

dan pasien,

(2) Minimalisasi kontak langsung dengan pasien untuk mencegah penularan

penyakit,

(3) Selalu memperhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan

pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan

dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.

12

Page 13: Kegawat Daruratan Dental

BAB II

HASIL PERCOBAAN

1.1 Pertanyaan

1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan

pengetahuan tentang BLS ?

Karena nantinya saat menjalani profesi sebagai dokter gigi harus

mempuyai keterampilan dan kemampuan dalam melakukan BLS

karena keadaan gawat darurat bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan

pada siapa saja. Kpndisi gawat darurat ini menuntut seorang dokter

gigi untuk mengantisipasi kajadian tersebut sesuai yang dijelaskan

dalam Kep.Menkes no. 39 tahun 2007 bahwa salah satu lingkup kerja

dokter gigi adalah memberikan pelayanan gawat darurat ( basic

emergency care ) yang terdiri dari BLS.

2. Apa yang anda lakukan apabila anda temukan gigi tiruan pasien anda

tertelan?

Jika gigi tiruan pasien tertelan maka hal yang akan saya lakukan yaitu

pertama memeriksa apakah terdengar suara “snoring” atau suara

seperti ngorok yang merupakan pertanda adanya penyumbatan atau

kebuntuan jalan nafas oleh benda padat. Jika terdengar suara tersebut

maka lakukan pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk

membuka mulut yaitu dengan menggunakan dua jari yaitu ibu jari dan

jari telunjuk yang digunakan untuk chin lift. Ibu jari digunakan untuk

mendorongrahang atas ke atas sedangkan jari telunjuk digunakan

untuk mendorong rahang bawah ke bawah. Kemudian lihatlah apakah

gigi tiruan tersebut menyangkut di tenggorokan korban. Jika iya maka

pindahkan gigi tiruan tersebut.

3. Apa gunanya metode back blow di bidang kedokteran gigi?

Metode back blow digunakan untuk membebaskan jalan nafas. Hal itu

dilakukan jika suara nafas tidak terdengar karena ada hambatan total

pada jalan nafas. Metode back blow dilakukan sebanyak lima kali

13

Page 14: Kegawat Daruratan Dental

yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan pada daerah

diantara tulang skapula di punggung. Back blow tidak dilakukan pada

orang dewasa karena dikhawatirkan terjadi sumbatan lengkap atau

penuh.

4. Apa gunanya metode heinlich manuever di bidang kedokteran gigi ?

Metode heimlich manuever digunakan untuk membebaskan sumbatan

total pada jalan nafas dengan cara memposisikan diri, kemudian

menarik tangan kearah belakang atas. Metode ini dapat dilakukan

pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa yang sadar dan tidak sadar.

Metode ini dapat dilakukan baik dengan posisi berbaring atau duduk

yang dapat dilakukan sendiri.

5. Apa gunanya metode Chest thrust di bidang kedokteran gigi ?

Metode chest trhust digunakan untuk membersihkan sumbatan total

pada jalan nafas yang digunakan pada ibu hamil, bayi, obesitas dengan

cara memposisikan diri berbaring, berdiri, atau sedikit membungkuk

lalu mendorong tangan ke arah dalam atas. Chest trhust bisa dilakukan

untuk korban bayi, anak, dan dewasa baik dalam keadaan sadar

maupun tak sadar.

6. Apa yang anda lakukan pada saat anda jumpai pasien anda mengalami

pingsan setelah dilakukan anastesi ?. Jelaskan.

Jika ada pasien pingsan hal yang harus dilakukan yaitu:

Lakukan pengecekan kesadaran pasien dengan metode AV-PU,

yaitu:

a. A (Alert) : Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin

V

b. V (Verbal) : Coba panggil korban dengan berbicara keras

di ttelinga korban dan usahakan jangan menggoyang atau

menyentuh pasien, jika tidak ada respon lanjutkan ke P.

c. P (Pain) : Beri rangsang nyeri pada pasien, dengan

menekan bagian putih pada kuku tangan tepatnya di pangkal

kuku, dan dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang

14

Page 15: Kegawat Daruratan Dental

dada (sternum) dan juga areal di atas bagian mata (supra

orbital).

d. U (Unresponsive) : Jika tetap tidak bereaksi maka orang berada

dalam keadaan tidak sadar

Jika pasien tidak sadar maka lkukan langkah berikut:

a. Pembebasan jalan nafas

Bebaskan jalan nafas dari segala sumbatan dengan mengangkat

dagu dan menarik kepala ke belakang ( metode head thilt, chin

lift atau jau trhust )

b. Call for help

Meminta bantuan untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut,

c. Perikasa pernafasan dengan cara:

- Look, yaitu meliohat apakah ada atau tidak aktifitas

pernafasan

- Listen, yaitu mendengarkan apakah ada suara pernafasan

yang abnormal

- Feel, yaitu rasakan ada atau tidak hembusan nafas

d. Apabila terjadi henti nafas lakukan pijat jantung dan nafas

buatan.

15

Page 16: Kegawat Daruratan Dental

BAB III

KESIMPULAN

16