44
KETERLIBATAN ANGGOTA KELUARGA DALAM PENERAPAN AKUNTANSI PADA BISNIS KELUARGA (Studi Kasus: Paris Grup Salatiga) Oleh Fendy Wibisono NIM : 232014041 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

KETERLIBATAN ANGGOTA KELUARGA DALAM ......Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2000) dalam Standar Akuntansi Keuangan terdiri dari 5 (lima) yaitu: neraca, laporan laba-rugi,

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • KETERLIBATAN ANGGOTA KELUARGA DALAM PENERAPAN

    AKUNTANSI PADA BISNIS KELUARGA

    (Studi Kasus: Paris Grup Salatiga)

    Oleh

    Fendy Wibisono

    NIM : 232014041

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

    Guna Memenuhi Sebagian dari

    Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

    Gelar Sarjana Ekonomi

    FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2018

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

  • viii

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, sejak awal perkuliahan

    hingga selesainya skripsi ini, sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. oleh

    karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada:

    1. Ucapan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan penyertaan-

    Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

    2. Tante Wong Djay Tjoe selaku pemilik Toko Gloria Elektronik Salatiga yang telah

    berbaik hati meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan kerja

    sama ditengah kesibukan saat ada pembeli dan supplier.

    3. Koh Willi, Koh Chandra, dan Koh Adisa selaku pemilik generasi ketiga terima kasih

    atas bantuan dan motivasi yang diberikan sehingga penulisan tugas akhir dapat

    terselesaikan dengan baik

    4. Ibu Like Soegiono selaku dosen pembimbing yang dengan sabar mengarahkan,

    memberikan petunjuk, nasehat, bimbingan dan memotivasi penulis sehingga

    penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik

    5. Ibu Arthik selaku wali studi yang telah membantu penulis dari awal perkuliahan

    hingga terselesaikannya skripsi ini

    6. Para dosen pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan ilmu

    serta pengajarannya

    7. Papa dan Mama, terima kasih atas cinta, doa, dukungan dan kasih sayang yang

    diberikan dari awal sampai akhir perkuliahan, juga Cik Nana, Cik Tata, dan Koh

    Ryon kalian adalah kakakku yang selalu memberikan dukungan, motivasi, serta saran-

    saran yang telah diberikan dari awal perkuliahanku sampai akhir.

    8. Ellen yang selalu menemani, memberi dukungan, semangat dan perhatian selama ini.

    9. Livia, Fajar, Robby, Meme, serta teman-teman grup jalan-jalan yok yang telah

    memberikan banyak dukungan, semangat dan bantuan dari awal sampai akhir kuliah

    10. Teman-teman kuliah lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,

    terimakasih atas doa dan dukungan, perhatian dan semangat. Tuhan Memberkati

    Akhir kata, semoga Tuhan yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan semua pihak

    yang telah membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

  • ix

    MOTTO

    Bersyukur dan berdoa selalu, serta bekerjalah dengan menggunakan hati

    Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah

    selalu dalam pekerjaan Tuhan! sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan

    jerih payahmu tidak sia-sia.

    (1 Korintus 15:58)

    Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau,

    Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau, janganlah takut

    dan janganlah patah hati.

    (Ulangan 31:8)

    Hidup ini seperti sepeda, agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak

    (Albert Einstein)

    Jangan pernah menunggu, waktunya tidak akan pernah tepat

    (Napoleon Hill)

  • x

    ABSTRACT

    The purpose of study are to identify the involvement of family members in the family

    business of paris group in the scope of Small and Medium Enterprises (SMEs) based on

    socioemotional wealth model, by looking at the accounting process used. Primary data in this

    research was obtained by interviewing four owners of each family business in paris group.

    The results show that family businesses in paris group still consider more on family assets

    that are the top priority, so it can not release what has stood up to be stopped.

    Keywords : Family Businesses, Socioemotinal Wealth Model, Accounting Process

  • xi

    SARIPATI

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keterlibatan anggota keluarga

    di bisnis keluarga paris group dalam lingkup Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

    berdasarkan model socioemotional wealth, dengan melihat proses pencatatan akuntansi yang

    digunakan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara

    sejumlah empat pemilik dari masing-masing usaha bisnis keluarga di paris group. Hasil

    penelitian menunjukan bisnis keluarga di paris group tetap mempertimbangkan lebih pada

    asset keluarga yang menjadi prioritas utama, sehingga tidak dapat melepaskan apa yang telah

    berdiri untuk diberhentikan.

    Kata kunci : Bisnis Keluarga, Model Socioemotional Wealth, Pencatatan Akuntansi

  • xii

    KATA PENGANTAR

    Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata I

    Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Dalam skripsi ini,

    penulis membahas tentang Keterlibatan Anggota Keluarga Dalam Pengenalan Akuntansi

    Pada Bisnis Keluarga dengan Studi Kasus di Paris Group, dimulai dari generasi pertama

    masih menggunakan akuntansi sederhana hingga generasi ketiga yang sudah menggunakan

    akuntansi secara komputerisasi.

    Penulis berharap penelitian dapat bermanfaat bagi pembaca secara umum dan pihak-

    pihak yang bersangkutan maupun peneliti lain. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini

    masih terdapat kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran sangat dibutuhkan karena

    semuanya akan menyempurnakan karya ini dan dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak

    yang membutuhkan.

    Salatiga, 2 Februari 2018

    Penulis

  • xiii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Judul ............................................................................................................... ........... i

    Halaman Pernyataan Tidak Plagiat .......................................................................................... ii

    Halaman Pernyataan Persetujuan Akses ................................................................................. iii

    Halaman Penjelasan Karya Tidak Diunggah .......................................................................... iv

    Halaman Persetujuan Pembimbing .......................................................................................... v

    Halaman Pengesahan ............................................................................................................... vi

    Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis .................................................................................. vii

    Ucapan Terima Kasih ............................................................................................................ viii

    Motto ........................................................................................................ ................................ix

    Abstract .................................................................................................................................... x

    Saripati .................................................................................................................................... xi

    Kata Pengantar ....................................................................................................................... xii

    Daftar Isi ............................................................................................................................... xiii

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1

    2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

    3. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... ... 2

    4. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 3

    KERANGKA BERPIKIR

    1. Definisi Akuntansi ........................................................................................................ 3

    2. Struktur Pengambilan Keputusan ................................................................................. 4

    3. Definisi Bisnis Keluarga .............................................................................................. 5

    4. Klasifikasi Bisnis Keluarga .......................................................................................... 5

  • xiv

    5. Tujuan Dalam Bisnis Keluarga .................................................................................... 6

    6. Pendekatan Socioemotional Wealth ............................................................................. 6

    7. Keuntungan Model Socioemotional Wealth ................................................................ 7

    8. Dimensi dari Model Socioemotional Wealth ............................................................... 8

    METODA PENELITIAN

    1. Pendekatan Penelitian ................................................................................................ 10

    2. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................... 10

    3. Metode Analisis Data ................................................................................................. 11

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    1. Latar Belakang Usaha ................................................................................................ 11

    2. Pencatatan Akuntansi Masing-Masing Usaha ............................................................ 15

    3. Penyampaian Proses Pengambilan Keputusan ........................................................... 17

    KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Kesimpulan ................................................................................................................. 18

    2. Keterbatasan Penelitian .............................................................................................. 18

    3. Saran ........................................................................................................................... 18

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    LAMPIRAN

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Di negara yang sangat maju seperti Amerika Serikat, 90% dari perusahaan besar

    adalah bisnis keluarga atau perusahaan yang didominasi kelompok keluarga (Penelitian R.

    Beckhard & W. Gibb Dyer dalam Buku CEO Wisdom2) Padahal menurut Naisbitt &

    Aburdene hanya 30 persen dari seluruh bisnis keluarga yang dapat bertahan sampai ke

    generasi keduanya. Secara umum bisnis keluarga akan berakhir tanpa kehadiran pendirinya.

    Di Indonesia situasinya tidak berbeda jauh. Data yang diambil dari data internal The Jakarta

    Consulting Group menunjukan 88 persen perusahaan swasta nasional berada ditangan

    keluarga. Sebagian perusahaan keluarga tidak dapat bertahan ketika para pendirinya masih

    hidup, akan tetapi banyak pula yang dapat bertahan dan berkembang sampai beberapa

    generasi. (A.B. Susanto & Yohana Susanto 2014)

    Keberlangsungan bisnis keluarga tidak lepas dari suksesi tiap pemilik bisnis tersebut,

    Penggantian seorang pemimpin/manajemen dalam keluarga merupakan salah satu momen

    penting dalam kelangsungan bisnis keluarga. Tidak jarang kegagalan dalam menjalankan

    bisnis keluarga muncul karena kesalahan yang dilakukan oleh generasi berikutnya, oleh

    karena itu pentingnya mempersiapkan segala sesuatu untuk generasi penerus tersebut lebih

    awal. Salah satu kunci kesuksesan dalam menjalankan bisnis tersebut dengan pengenalan

    akuntansi di perusahaan-perusahaan yang relatif kecil. (Madeline, dan Ronny 2015)

    Meskipun keberhasilan usaha kecil menengah bergantung pada banyak faktor, baik

    eksternal maupun internal, penerapan praktik akuntansi yang baik sangat penting untuk

    kelangsungan hidup dan pertumbuhan bisnis tersebut. (Collis dan Jarvis,2002; Leichti, 1981;

    McMahon,2001; McMahon and Holmes,1991) Oleh sebab itu, pemilik dari bisnis keluarga

    tersebut dituntut untuk mengenal akuntansi secara umum. Mengenal akuntansi secara umum

    itu penting bagi pemilik untuk melakukan pencatatan akuntansi dari segi penjualan,

    pembelian, persediaan, kas masuk, kas keluar, dan masih banyak lagi sesuai dengan

    kebutuhan dari pemilik. Cara pencatatan akuntansi dari generasi pertama ke generasi

    selanjutnya pun berbeda sesuai dengan perkembangan jaman yang ada. Sebagai contoh

    generasi pertama pencatatan akuntansinya masih menggunakan manual, sedangkan generasi

    selanjutatnya sudah menggunakan pencatatan komputerisasi.

  • 2

    Meskipun demikian, proses pengenalan praktik akuntansi ke dalam usaha kecil

    menengah masih kurang dipahami, dengan hanya sejumlah kecil studi yang membahas

    masalah ini. (Falconer and Reid,2000). Disamping itu, penggunaan catatan akuntansi di

    UKM masih minim. Sebagai salah satu bisnis keluarga yang masih kecil berada di kota

    Salatiga adalah Paris Group. Paris Group merupakan bisnis keluarga yang saat ini sudah

    memiliki 3 generasi, dengan generasi pertama didirikan oleh Oh Hwe Tjin pada tahun 1974

    yang menyediakan roti & snack, selanjutnya generasi kedua dikelola oleh Wong Djay Tjoe

    pada tahun 1982 dengan menjualkan barang-barang elektronik dan generasi ketiga, anak yang

    pertama adalah William Arifin pada tahun 2016 yang menjual sparepart elektronik dan

    peralatan listrik rumah tangga pada tahun, anak yang kedua Chandra Arifin yang menjual

    perlengkapan sound system pada tahun 2009, anak yang ketiga Adisa Putra Arifin yang

    menjual peralatan lampu pada tahun 2015.

    Hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa pada ketiga generasi tersebut terdapat

    perbedaan dalam hal cara pencatatan akuntansi. Generasi pertama pencatatan akuntansi masih

    sekedar kas masuk dan kas keluar secara manual, sehingga kas keluar tidak boleh lebih besar

    dari kas masuk. Generasi kedua cara pencatatan akuntansi sudah ada pencatatan persedian

    secara manual, sehingga barang yang sudah habis dan barang yang baru saja masuk dapat

    diketahui jumlahnya, untuk generasi ketiga cara pencatatan akuntansi sudah menggunakan

    komputerisasi, sehingga lebih memudahkan pemilik mengetahui persediaan, retur barang, kas

    masuk dan kas keluar dengan segera.

    Sering ditemukannya kegagalan seorang pemimpin untuk mengelola bisnis

    keluarganya di Indonesia, salah satunya kutipan dari surat kabar diberitakan bahwa

    perusahaan keluarga yaitu perusahaan jamu “Nyonya Meneer” yang mengalami

    kebangkrutan karena tidak mampu bersaing dengan pesaing yang lain dan pemilik tidak

    mampu membayar kepada para kreditur sehingga perusahaan tersebut dinyatakan pailit oleh

    hakim. (Kompasiana 2017).

    Pada kasus tersebut dapat dilihat tentang praktek akuntansi di bisnis keluarga

    menambahkan kompleksitas keterlibatan keluarga dalam bisnis tersebut. Salah satu pembeda

    antara bisnis keluarga dengan bisnis yang lain yaitu pada sejauh mana faktor non-ekonomi

    mempengaruhi keputusan mendasar oleh pemilik bisnis keluarga.

    Berdasarkan hal tersebut, masalah yang diangkat adalah bagaimana keterlibatan

    anggota keluarga dalam menjalankan bisnis keluarga khususnya di Paris Group? Tujuan dari

  • 3

    penelitian ini untuk mengidentifikasi keterlibatan anggota keluarga di bisnis keluarga paris

    group dalam lingkup Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berdasarkan model socioemotional

    wealth, dengan melihat proses pencatatan akuntansi yang digunakan. Adapun manfaat yang

    diperoleh untuk mengetahui apakah model socioemotional wealth dalam prakteknya bagi

    pemilik bisnis keluarga tersebut digunakan atau tidak dengan melihat pencatatan

    akuntansinya.

    Tinjauan Pustaka

    Definisi Akuntansi

    Menurut Kieso (2002 : 2), akuntansi didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan

    tiga karakteristik penting dari akuntansi: (1) pengidentifikasian, pengukuran, dan

    pengkomunikasian informasi keuangan tentang (2) entitas ekonomi kepada (3) pemakai yang

    berkepentingan. Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang

    menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi

    dan kondisi perusahaan. (Warren, 2006).

    Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2000) dalam Standar

    Akuntansi Keuangan terdiri dari 5 (lima) yaitu: neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan

    modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan-laporan tersebut

    mempunyai fungsi masing-masing yang berguna untuk memberikan informasi mengenai

    posisi bisnis suatu usaha.

    Laporan Laba Rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode

    tertentu, misal sebulan atau setahun. Laporan ini melaporkan tentang pendapatan dan beban

    selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan atau matching concept yaitu

    dengan membandingkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya

    beban tersebut. Laporan ini juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban

    yang disebut dengan keuntungan bersih atau juga sebaliknya, jika beban lebih besar dari pada

    pendapatan disebut rugi bersih. (Warren, 2006).

    Laporan Perubahan modal suatu ikhtisar mengenai perubahan pada modal pemilik

    yang telah terjadi selama periode waktu tertentu seperti pada bulanan maupun tahunan.

    Laporan ini dibuat setelah laporan laba rugi karena laporan laba rugi ikut muncul pada

    laporan ini. (Warren, 2006).

  • 4

    Neraca merupakan sebuah laporan yang berisi daftar mengenai aset, kewajiban, dan

    modal pemilik pada tanggal tertentu. Pada umumnya tanggal pada neraca menggunakan hari

    pada akhir bulan atau akhir tahun. (Warren, 2006).

    Laporan Arus Kas adalah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan arus kas

    keluar atau setara kas. Laporan Arus Kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan

    para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam Aset bersih perusahaan, struktur

    keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah

    serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.

    Informasi Arus Kas juga berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

    kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai

    dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari

    berbagai perusahaan (Endif, 2009). Dalam metode berbasis kas, pendapatan dilaporkan pada

    periode dimana kas didapatkan atau diterima.

    Akuntansi bermanfaat untuk menghasilkan laporan yang berfungsi sebagai sumber

    informasi utama yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan bagi pemangku

    kepentingan atau stake holder (Warren, 2006).

    Struktur Pengambilan Keputusan

    Menurut Marshall Romney dan Paul Steinbart (2006), pengambilan keputusan tiap

    organisasi berbeda-beda, perbedaannya dalam hal sejauh mana organisasi mereka terstruktur.

    Terdapat 3 jenis struktur pengambilan keputusan

    1. Pengambilan keputusan terstruktur adalah suatu kejadian/peristiwa yang sifatnya

    berulang, rutin, dan dipahami dengan baik sehingga bisa didelegasikan kepada

    karyawan tingkat rendah dalam organisasi.

    2. Pengambilan keputusan semi terstruktur ditandai dengan peraturan pengambilan

    keputusan yang tidak lengkap dan kebutuhan akan penilaian-penilaian subyektif untuk

    melengkapi analisis data formal.

    3. Pengambilan keputusan tidak terstruktur merupakan suatu kejadian/peristiwa yang

    sifatnya tidak berulang dan tidak rutin

  • 5

    Definisi Bisnis Keluarga

    Menurut Lipman (2010) mendefinisikan bisnis keluarga sebagai sebuah bisnis yang

    dapat diatur atau dimanajemen oleh setiap anggota keluarga dan dimiliki oleh anggota

    keluarga itu juga. Sedangkan menurut Poza (2010) bisnis keluarga merupakan bisnis yang

    memiliki kontrol kepemilikan, partisipasi manajerial, dan nilai-nilai yang dianut oleh pemilik

    bisnis itu sendiri dan setiap anggota keluarga yang memiliki pengaruh secara signifikan

    terhadap bisnis tersebut. Sehingga dari pernyataan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan

    bahwa definisi dari bisnis keluarga adalah sebuah binis yang memiliki kontrol kepemilikan,

    partisipasi manajerial, dan nilai-nilai yang dianut oleh pemilik bisnis itu sendiri serta dapat

    diatur atau dimanajemen dan dimiliki oleh setiap anggota keluarga yang memiliki pengaruh

    secara signifikan terhadap bisnis tersebut.

    Klasifikasi Bisnis Keluarga

    Menurut Lipman (2010), bisnis keluarga dapat diklasifikasi sebagai berikut :

    1. Dari aspek kepemilikan yaitu :

    a. Controlling Owner

    Kontrol dari pemilik atau pendiri perusahaan keluarga. Kepemilikan dikuasai

    oleh satu individu atau dua individu, Sebagai contoh suami dan isteri dengan

    hanya satu kepemilikan namun dimiliki oleh beberapa anggota keluarganya.

    b. Sibling Partnership

    Dua atau lebih saudara kandung memiliki kepemilikan dan kontrol yang

    efektif atas perusahaan. Klasifikasi kepemilikan atas bisnis keluarga ini

    disebut tipe bisnis oleh generasi kedua.

    c. Cousin Consortium

    Banyak sepupu dalam keluarga merupakan pemegang saham perusahaan.

    Klasifikasi kepemilikan atas perusahaan keluarga ini disebut tipe bisnis oleh

    generasi ketiga dan selanjutnya

    2. Bisnis keluarga tersebut diatur oleh anggota keluarga atau bisnis keluarga tersebut

    dimiliki oleh keluarga tetapi diatur oleh bukan anggota keluarga melainkan orang-

    orang yang ahli dalam bisnis atau disebut para profesional.

    3. Bisnis keluarga juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran atau skala dan

    kedewasaan dan kematangan bisnis keluarga tersebut

  • 6

    4. Bisnis keluarga juga dapat diklasifikasikan berdasarkan perusahaan keluarga tersebut

    bersifat privately atau pribadi dan publicly atau umum

    Tujuan Dalam Bisnis Keluarga

    Menurut Carlock dan Ward (2010) ada empat set kunci mengenai tujuan yang penting

    bagi bisnis keluarga. Tujuan ini disajikan secara lintas budaya yang berbeda tetapi merupakan

    upaya keluarga untuk bekerja sama untuk menciptakan makna lebih dari keuntungan

    ekonomis yang merupakan dasar bagi sebagian besar hubungan bisnis

    1. Ekonomi adalah tujuan bisnis keluarga dalam rangka penciptaan kekayaan dan juga

    mempertahankan kekayaan atau kelimpahan ekonomi tersebut untuk kemakmuran dan

    kesejahteraan keluarga yang merupakan proteksi keuangan atau kekayaan bagi

    keluarga.

    2. Sosial adalah bisnis keluarga dalam simbol tanggung jawab keluarga dan reputasi

    bisnis keluarga yang menjadi penting bagi keluarga. Keluarga juga mungkin melihat

    diri mereka sebagai bagian dari bisnis keluarga yang memberikan kontribusi mewakili

    kepentingan komunitas bisnis yang lebih besar atau bahkan bagi negara mereka.

    3. Psikologi adalah tujuan bisnis keluarga dalam rangka untuk pengembangan bakat

    individu tiap anggota keluarga yang terlibat dalam bisnis keluarga dan untuk

    kesejahteraan emosional merupakan usaha keluarga dalam menggunakan kegiatan

    usahanya sebagai platform untuk mengembangkan keterampilan anggota keluarga

    untuk mengalami kesuksesan sebagai kaum professional di bisnis keluarga.

    4. Spiritual adalah tujuan bisnis keluarga dalam rangka keluarga berusaha untuk

    menciptakan pribadi atau karakteristik pribadi yang lebih dalam atau menciptakan

    makna kolektif dalam hidup. Biasanya tujuan ini melalui komitmen keagamaan atau

    layanan kepada orang lain tanpa koneksi bisnis

    Pendekatan Model Socioemotional Wealth

    Gomez-Mejia dkk. (2007) mengembangkan model "Socioemotional Wealth" secara

    umum untuk menjelaskan tentang banyaknya temuan yang menggunakan model tersebut.

    Model ini diciptakan sebagai perpanjangan umum teori agensi perilaku, yang dirumuskan

    tahun sebelumnya oleh Wiseman dan Gomez-Mejia (1998) dan Gomez-Mejia, Welbourne,

    dan Wiseman (2000) Teori perilaku agensi mengintegrasikan unsur teori prospek, teori

    perilaku dari bisnis, dan teori keagenan. Fundamental untuk teori ini adalah gagasan bahwa

  • 7

    perusahaan membuat pilihan tergantung pada titik acuan prinsip pada perusahaan yang

    dominan. Prinsip ini akan membuat keputusan sedemikian rupa sehingga mereka menyimpan

    akumulasi endowmen/kemampuan di dalam bisnis. Pada prinsip bisnis keluarga, penekanan

    dalam mempertahankan socioemotional wealth menjadi kritis. Oleh karena itu, pemilik dari

    bisnis keluarga ini memiliki kerangka masalah dalam hal menilai bagaimana tindakan akan

    mempengaruhi endowmen/kemampuan sosioemosional. Bila ada ancaman terhadap

    endowmen/kemampuan tersebut, keluarga tersebut bersedia membuat keputusan yang tidak

    didorong oleh logika ekonomi, dan kenyataannya keluarga tersebut bersedia untuk

    menempatkan bisnis tersebut pada risiko jika ini adalah apa yang diperlukan untuk

    mempertahankan kemampuan/endowmen tersebut.

    Keuntungan Model Socioemotional Wealth

    Meskipun socioemotional wealth merupakan model yang masih baru ditemukan dan

    perlu adanya penelitian selanjutnya untuk memperkuat model ini, model socioemotional

    wealth ini telah terbukti menjadi lensa analitis untuk menafsirkan berbagai fenomena bisnis

    keluarga. Ada beberapa alasan terkait model ini dapat diterapkan dalam bisnis keluarga.

    Pertama, seperti yang telah disebutkan sebelumya, model socioemotional wealth berakar kuat

    dalam teori perilaku keagenan, dan karenanya memiliki basis konseptual yang kuat. Kedua,

    endowmen/kemampuan dari model ini dalam gagasan yang tidak menolak argumen utama

    dari perspektif agensi yang menunjukan bahwa anggota keluarga adakalanya dapat

    berperilaku oportunis.

    Model socioemotional wealth juga membantu menjelaskan penyimpangan dari hasil

    yang konsistensi dengan prediksi teori agensi dengan membiarkan risiko diferensial

    preferensi untuk anggota keluarga. Misalnya, bertentangan dengan pandangan berbasis agensi

    yang konvensional (Anderson & Reeb, 2003b), Gomez-Mejia et al. (2010), menerapkan

    pendekatan socioemotional wealht, berpendapat bahwa bisnis keluarga bersedia untuk

    menimbulkan risiko bisnis signifikan jika perlu dengan melakukan diversifikasi lebih sedikit

    yang bertujuan untuk mempertahankan socioemotional wealth.

    Inti utama dalam model socioemotional wealth adalah bahwa ketika ada keterlibatan

    yang cukup banyak dalam anggota keluarga untuk menjalankan bisnis tersebut, maka bisnis

    keluarga tersebut akan lebih cenderung menanggung biaya dan ketidakpastian yang terlibat

    dalam melakukan tindakan tertentu, yang didorong oleh keyakinan bahwa risiko yang harus

    dilakukan tindakan tersebut diimbangi dengan manfaat non-ekonomi daripada potensi dalam

    menghasilkan keuntungan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian terbaru yang mengusulkan

  • 8

    pandangan kedua (agensi dan stewardship) untuk memiliki aplikasi terhadap konteks bisnis

    keluarga namun dalam situasi yang berbeda, tergantung pada tingkat keterikatan aktor

    keluarga dalam keluarga dan dalam bisnis (Le Breton -Miller, Miller, & Lester, 2011).

    Dimensi dari Model Socioemotional Wealth

    Berdasarkan literatur bisnis keluarga dan disiplin ilmu sosial dasar yang

    mendukungnya, tahap selanjutnya adalah mengungkap dan menguraikan berbagai dimensi

    socioemotional wealth. Dimensi itu adalah

    1. Pengendalian keluarga dan pengaruhnya

    Dimensi pertama ini merujuk untuk pengendalian dan pengaruh anggota keluarga.

    Salah satu karakteristik utama yang membedakan bisnis keluarga adalah anggota

    keluarga dapat memberikan kontrol atas keputusan strategis (Chua et al., 1999;

    Schulze, Lubatkin, & Dino, 2003b). Oleh karena itu, bisnis keluarga lebih cenderung

    mempertahankan kontrol langsung dan tidak langsung pemilik dan mempengaruhi

    atas urusan bisnis tanpa memperhatikan keuangan (Gomez-Mejia et al., 2007).

    2. Mengidentifikasi anggota keluarga dengan bisnis

    Dimensi kedua membahas identifikasi kedekatan keluarga dengan perusahaan.

    Banyak ilmuwan bisnis keluarga berpendapat bahwa intermeshing keluarga dan bisnis

    menimbulkan identitas unik di dalam perusahaan keluarga (misalnya, Berrone et al.,

    2010; Dyer & Whetten, 2006). Identitas pemilik perusahaan keluarga terkait erat

    dengan organisasi yang biasanya membawa nama keluarga. Hal ini menyebabkan

    perusahaan dilihat baik oleh pemangku kepentingan internal maupun eksternal

    sebagai berkepanjangan dari keluarga itu sendiri. Secara internal, ini mungkin

    memiliki pengaruh signifikan terhadap sikap tidak hanya terhadap karyawan,

    misalnya, tetapi juga terhadap proses internal lainnya dan pada kualitas layanan dan

    produk yang mereka berikan (Carrigan & Buckley, 2008; Teal, Upton, & Pelaut,

    2003). Secara eksternal, ini membuat anggota keluarga cukup peka terhadap citra

    eksternal yang mereka proyeksikan kepada pelanggan, pemasok, dan pemangku

    kepentingan eksternal lainnya (Micelotta & Raynard, 2011).

    3. Mengikat ikatan social

    Dimensi ketiga mengacu pada hubungan sosial perusahaan keluarga. Penelitian

    terbaru oleh Cruz, Justo, dan De Castro (2012) berpendapat bahwa socioemotional

    wealth menyediakan hubungan kekerabatan dengan beberapa manfaat kolektif yang

  • 9

    sama yang muncul dalam jaringan tertutup, termasuk sosial kolektif modal,

    kepercayaan relasional (Coleman, 1990), dan perasaan

    kedekatan dan solidaritas interpersonal (Uzzi, 1997). Obligasi timbal balik yang

    terlihat dalam bisnis keluarga adalah tidak secara eksklusif antara anggota keluarga

    tapi kemungkinan besar untuk diperluas ke sejumlah besar konstituen (Miller,

    Jangwoo, Sooduck, & LeBreton-Miller, 2009). Untuk Misalnya, perusahaan keluarga

    sering kali memiliki vendor yang dihormati

    dan pemasok, yang mungkin dipandang, atau mungkin sebenarnya

    jadilah, anggota keluarga (Uhlaner, 2006).

    4. Keterikatan emosional

    Dimensi keempat berkaitan dengan konten afektif socioemotional wealth dan

    mengacu pada peran emosi dalam konteks bisnis keluarga. Meskipun emosi adalah

    "bagian integral dan tidak terpisahkan dari kerja organisasi sehari-hari" (Ashforth &

    Humphrey, 1998, hal 98), dalam organisasi di mana hubungan keluarga mendominasi,

    ada sejarah dan pengetahuan yang lebih panjang tentang pengalaman bersama dan

    kejadian masa lalu yang menyatu dengan pengaruh dan membentuk aktivitas,

    kejadian, dan hubungan terkini. Memang, banyak ilmuwan melihat pembauran faktor

    emosional yang berasal dari keterlibatan keluarga dengan faktor bisnis sebagai atribut

    khas perusahaan keluarga (Eddleston & Kellermanns, 2007; Taguiri & Davis, 1996).

    Dengan sifat mereka sendiri, keluarga dicirikan oleh berbagai emosi, beberapa di

    antaranya positif, seperti kehangatan, kelembutan, cinta, penghiburan, dan

    kebahagiaan, dan hal lain yang negatif, seperti kemarahan, ketakutan, kesepian,

    kegelisahan, kesedihan , kekecewaan, dan depresi (Epstein, Bishop, Ryan, Miller, &

    Keitner, 1993). Emosi ini dihasilkan dari situasi sehari-hari dan tidak statis, karena

    mereka muncul dan berkembang melalui lebih banyak kejadian kritis di setiap sistem

    bisnis keluarga (suksesi, perceraian, penyakit, keluarga atau kerugian bisnis,

    kemerosotan ekonomi, dll; Dunn, 1999; Gersick, Davis, Hampton, & Lansberg ,

    1997; Shepherd, Wiklund, & Haynie, 2009).

    5. Pembaruan ikatan keluarga ke dalam bisnis melalui suksesi generasi

    Dimensi kelima dan terakhir socioemotional wealth mengacu pada tujuan

    menyerahkan bisnis ini kepada generasi mendatang. Memang, Zellweger dan

    Astrachan (2008), dan Zellweger, Kellermanns, dkk. (2011) menyarankan

    keberlanjutan transgenerasional ini sebagai salah satu aspek sentral socioemotional

    wealth. Arti generasi penerus ini memiliki implikasi penting bagi horison waktu

  • 10

    dalam proses pengambilan keputusan. Dari perspektif pemegang saham keluarga,

    perusahaan bukan hanya aset yang mudah dijual, karena perusahaan tersebut

    melambangkan warisan keluarga dan tradisi (Casson, 1999; Tagiuri & Davis, 1992).

    Akibatnya, anggota keluarga memandang bisnis tersebut sebagai investasi keluarga

    jangka panjang untuk diwariskan kepada keturunan (Berrone et al., 2010). Bukti

    menunjukkan bahwa mempertahankan bisnis untuk generasi masa depan biasanya

    dilihat sebagai tujuan utama perusahaan keluarga (Kets de Vries, 1993; Zellweger,

    Kellermanns, dkk., 2011) dan bahwa banyak bisnis keluarga menunjukkan cakrawala

    perencanaan jangka panjang (Miller & Le Breton-Miller, 2006b; Miller, Le Breton-

    Miller, & Scholnick, 2008; Sirmon & Hitt, 2003).

    Pendekatan Penelitian

    Berdasarkan persoalan penelitian yang telah dirumuskan pada pendahuluan, penelitian

    ini merupakan studi kasus, yang artinya peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana

    praktek akuntansi dapat dikenal dan berkembang di bisnis keluarga khususnya di Paris

    Group. Narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wong Djay Tjoe sebagai

    pemilik bisnis keluarga pada generasi kedua, William Arifin sebagai anak pertama dari

    pemilik bisnis keluarga pada generasi kedua, Chandra Arifin sebagai anak kedua dari pemilik

    bisnis keluarga pada generasi kedua, dan Adisa Putra Arifin sebagai anak ketiga dari pemilik

    bisnis keluarga. Narasumber terpilih merupakan aktor kunci yang mengetahui praktek

    akuntansi dalam bisnis keluarga tersebut.

    Teknik Pengumpulan Data

    Penelitian ini menggunakan data kualitatif, dengan melakukan wawancara mendalam

    kepada narasumber untuk menggali ide, persepsi, dan pendapat mengenai praktek akuntansi

    dalam menjalankan usahanya. Selain itu, juga dilakukan observasi, dengan mengikuti proses

    praktek akuntansi yang dilakukan dalam bisnis keluarga terutama di Paris Group ini.

    Data yang akan diperoleh mengenai latar belakang dari bisnis keluarga tersebut, siapa

    yang memulai bisnis keluarga itu, siapa yang memicu bisnis keluarga tersebut untuk

    diperluas, bagaimana sistem akuntansi di masing-masing bidang bisnis keluarga tersebut,

    perubahan-perubahan apa saja yang dialami dari generasi pertama sampai generasi ketiga,

    bagaimana cara membuat suatu keputusan saat bisnis dengan menggunakan informasi

    keuangan dari sistem akuntansi yang digunakan.

  • 11

    Metode Analisis Data

    Terdapat langkah-langkah dalam menganalisis data dari penelitian ini yaitu langkah

    pertama membuat daftar pertanyaan untuk dapat mewawancarai pemilik mengenai latar

    belakang usaha, sistem akuntansi, perubahan-perubahan dalam proses akuntansi, dan proses

    pengambilan keputusan di bisnis keluarga Paris Grup dengan merekam setiap wawancara

    yang diubah menjadi manuscript, kemudian langkah kedua memilih data yang akan

    digunakan dan yang tidak akan digunakan. Setelah itu, langkah ketiga adalah melakukan

    penyusunan kalimat secara logis dan sistematis sehingga mudah dipahami.

    Langkah selanjutnya adalah melakukan pengelompokan praktek akuntansi pada

    generasi pertama, kedua, dan ketiga yang dimulai dari mengidentifikasi, bagaimana

    mencatatnya, bagaimana mempostingnya, bagaimana dibuat laporan keuangan, bagaimana

    dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan bisnis, hal tersebut digunakan supaya

    memudahkan dalam proses analisis data. Kemudian langkah terakhir merangkum data yang

    telah dididapat dari narasumber.

    Hasil Penelitian dan Pembahasan

    Dalam penelitian ini, penggalian semua informasi berkaitan dengan praktek akuntansi

    di Paris Group yang dilakukan pada kurun waktu bulan Desember 2017. Pertanyaan kepada

    pemilik generasi kedua dan ketiga (sebagai narasumber) dengan pertanyaan yang terstruktur.

    Pada bagian pertama tentang latar belakang dari masing-masing usaha tersebut, kemudian

    yang kedua berkaitan sistem akuntansi yang mereka lakukan pada tiap usaha itu, selanjutnya

    yang ketiga berkaitan dengan pengambilan keputusan dari pemilik dengan melihat laporan

    keuangan yang telah dibuat.

    Latar Belakang Usaha

    Paris Group didirikan oleh Oh Hwe Tjin pada tahun 1974, semula bergerak dibidang

    roti & snack sebagai generasi yang pertama. Kemudian bisnis tersebut diteruskan kepada

    anaknya sebagai generasi yang kedua yaitu Wong Djay Tjoe yang semula meneruskan usaha

    dibidang roti & snack, namun seiring dengan berjalannya waktu usaha yang dimiliki generasi

    pertama mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga memutuskan untuk

    memberikan modal awal kepada anaknya dengan mencoba bisnis baru dan memutuskan

    untuk usaha dibidang listrik dan elektronik pada tahun 1982.

  • 12

    Hal ini tidak berbeda jauh dengan generasi selanjutnya yaitu ketiga anak dari Wong

    Djay Tjoe, yang pada awalnya meneruskan usaha dari neneknya sebagai generasi pertama

    dan ibunya sebagai generasi kedua. Anak yang pertama, William Arifin semula meneruskan

    dari usaha neneknya yaitu dibidang roti & snack, namun sekarang mencoba bisnis yang baru

    dibidang sparepart elektronik dan peralatan listrik rumah tangga pada tahun. Anak yang

    kedua, Chandra Arifin semula meneruskan usaha ibunya yaitu dibidang listrik dan elektronik,

    namun sekarang mencoba bisnis yang baru dibidang peralatan sound system pada tahun 2009.

    Anak yang ketiga, Adisaputra Arifin semula juga meneruskan usaha dari ibunya yaitu

    dibidang listrik dan elektronik, namun sekarang mencoba bisnis yang baru dibidang lampu

    hias dan lampu panggung pada tahun 2015.

    Paris Group sendiri dapat dikatakan sebagai bisnis keluarga karena generasi pertama

    masih menjadi bagian pemilik dari generasi kedua dan ketiga. Ketiga generasi tersebut

    memiliki kesamaan dalam sejarah mendirikan masing-masing usaha dengan dilatar belakangi

    oleh masih sedikitnya jenis produk yang dijual atau dipasarkan pada kota Salatiga namun

    dengan bidang usaha yang lain serta ingin mencoba usaha sendiri yang baru. Secara ringkas

    akan dijelaskan dengan gambar tabel berikut ini

    Tabel 1.

    Bisnis Keluarga di Paris Group

    Nama Pemilik Tahun Berdiri Jenis Usaha Generasi

    Oh Hwe Tjin 1974 Roti & Snack Pertama Wong Djay Tjoe 1982 Listrik dan Elektronik Kedua

    William Arifin 2016 Sparepart Elektronik & Peralatan

    Listrik Rumah Tangga

    Ketiga

    Chandra Arifin 2009 Peralatan Sound System Ketiga

    Adisaputra Arifin 2015 Peralatan lampu Ketiga

    Sumber : Hasil wawancara

    Dalam perkembangan usahanya, pemilik generasi kedua mencoba untuk meneruskan

    dan menambahkan usaha dari generasi kedua ke generasi ketiga. Hal ini didasarkan pada

    pernyataan ibu Wong Djay Tjoe yang diungkapkan sebagai berikut :

    “Ada 3 anggota keluarga yaitu anak sendiri yang mengembangkan usaha ini serta produk

    yang mereka jual mirip cuman dikembangkan, misalnya saya jual alat listrik kaya bohlam,

    lampu, TL, tetapi anak jual lampu hias, terus kalau saya jual misalnya untuk elektronik

  • 13

    sparepart, speaker-speaker, namun anak jual audio mobil, untuk sound system. Dulu mungkin

    anak melihat perkembangannya toko bagus dan masih bisa dikembangkan jenis-jenis yang

    tidak sama tapi mirip atau merk lain dengan kualitas lain, misalnya kalau yang punya saya

    kualitas sedang atau kecukupan, anak-anak yang diatasnya lagi yang kualitasnya lebih bagus

    lagi, sama-sama speaker tapi beda kualitas, sama-sama bohlam tapi beda merk”

    Awal mula membuka usaha juga diungkapkan oleh masing-masing pemilik usaha dari

    generasi kedua dan generasi ketiga. Hal ini telah disampaikan oleh pemilik generasi kedua

    ibu Wong Djay Tjoe sebagai berikut :

    “Bisnis yang saya jalankan adalah peralatan listrik dan sudah berjalan selama 35 tahun.

    Dulu masih menjalankan usaha dari orang tua saya yaitu roti dan snack, tapi saya suami

    saya ingin mencoba bisnis yang baru yang masih sedikit orang yang berjualan peralatan

    listrik dan dari saudara sendiri belom ada yang merintis usaha tersebut”

    Sedikit berbeda yang telah disampaikan mengenai awal membuka usaha oleh pemilik

    generasi ketiga yaitu anak pertamanya, William Arifin yang mengungkapkan sebagai berikut:

    “Usaha yang saya jalankan ini sparepart elektronik dan peralatan listrik rumah tangga.

    Sebelumnya saya meneruskan usaha dari nenek saya yaitu roti dan snack, alasan saya

    meneruskan usahanya karena bisnis yang dijalankan oleh nenek saya udah cukup lama dan

    sayang apabila bisnis tersebut diberhentikan, sehingga saya yang dipercayakan untuk

    mengelola bisnisnya. Terus saya memiliki ide untuk membuka usaha yang baru dengan

    mengembangkan produk yang lain pada tahun 2016. Hingga saat ini saya masih mengelola

    dua tempat usaha”

    Lain halnya yang disampaikan dengan kakaknya, pemilik generasi ketiga yaitu anak

    keduanya, Chandra Arifin mengungkapkan mengenai awal mula membuka usahanya sebagai

    berikut :

    “Bisnis yang saya jalankan ini perlengkapan sound system baik untuk mobil, ruangan indoor,

    karaoke, dan acara outdoor. Dulu saya melihat perkembangan toko milik mama saya bagus

    terus saya tertarik untuk mulai berusaha sendiri, pada waktu itu modal masi dipinjamkan

    sama mamaku. Lalu saya mencoba mengembangkan usaha dari mamaku dengan coba-coba

    belajar peralatan sound system, hingga akhirnya saya berjualan perlengkapan sound system

    sampai sekarang dari tahun 2009.”

  • 14

    Tidak berbeda jauh dengan kakaknya yang kedua, pemilik generasi ketiga yaitu anak

    ketiganya, Adisa Putra Arifin yang menyampaikan awal mula membuka usahanya sebagai

    berikut :

    “Bisnis yang saya jalankan ini perlengkapan lampu seperti lampu hias taman dan lampu

    panggung. Awalnya saya melihat barang dagangan punya mama saya kurang lengkap dan

    bisa dikembangkan lagi, Lalu saya mencoba mengembangkan usaha dengan diberikan modal

    oleh mama saya, sehingga saya mempunyai ide untuk membuka usaha yang belom ada

    dimiliki oleh saudara saya yaitu dibidang peralatan lampu pada tahun 2015”

    Dari pernyataan yang telah diungkapkan oleh ketiga generasi tersebut, sehingga dapat

    diringkas dalam bentuk tabel sebagai berikut

    Tabel 2.

    Peralihan Generasi di Paris Group

    Generasi Alasan Buka Usaha Bentuk Bisnis

    1 Masih sedikit orang yang memiliki usaha

    roti Roti & Snack

    2

    Mengendalikan bisnis orang tua yang

    sudah berkembang Roti & Toko elektronik

    Mencoba bisnis baru yang sedikit dimiliki orang lain

    3 (Anak Pertama)

    Meneruskan usaha dari nenek supaya lebih

    berkembang Roti, sparepart elektronik & peralatan rumah tangga

    Diberikan modal tambahan oleh nenek

    untuk membuka usaha lain

    3 (Anak Kedua)

    Mengendalikan bisnis orang tua yang

    mulai berkembang Toko elektronik & peralatan sound system

    Diberikan modal tambahan oleh orang tua untuk membuka usaha yang lain

    3 (Anak Ketiga)

    Mengendalikan bisnis orang tua supaya

    lebih berkembang

    Toko elektronik & peralatan

    lampu Mencoba bisnis baru yang sedikit dimiliki

    orang lain

    Diberikan modal tambahan oleh orang tua

    untuk membuka usaha yang lain

    Sumber : Hasil wawancara

    Dari tabel tersebut menunjukan bahwa bisnis keluarga di paris group berkaitan

    dengan dimensi-dimensi dari model socioemotional wealth yaitu dimensi yang pertama

  • 15

    mengenai pengendalian keluarga dimana dilakukan oleh generasi pertama masih punya

    kendali hingga generasi ketiga yakni anak pertama dari generasi kedua, kemudian generasi

    kedua juga punya kendali pada anak nya yang kedua dan ketiga. Dimensi yang kedua tentang

    mengidentifikasi setiap anggota keluarga dengan bisnis yang dijalankan oleh generasi

    pertama dan kedua di Paris Group.

    Dimensi yang ketiga dalam hal mengikat ikatan sosial dimana ketika ada salah satu

    anggota keluarga yang mengalami butuh dana yang lebih, maka anggota keluarga yang lain

    turut membantu meskipun dana yang diberikan tersebut merupakan dana untuk pengelolaan

    bisnis. Dimensi keempat adalah keterikatan emosional ditekankan dalam menjalankan sebuah

    bisnis keluarga dimana sejarah saat pertama kali bisnis tersebut dijalankan, ada suka maupun

    duka tersendiri serta keterlibatan tiap anggota keluarganya. Keterikatan emosional mengacu

    pada peran emosional dalam konteks bisnis keluarga yang tidak dapat dipisahkan untuk dapat

    menghadapi suatu keadaan yang sifatnya mendesak.

    Dimensi yang terakhir adalah mengacu pada tujuan menyerahkan sebuah bisnis

    keluarga di Paris Group kepada generasi mendatang, karena sebuah bisnis bukanlah aset yang

    mudah untuk dijual melainkan bisnis tersebut adalah warisan dan tradisi turun temurun dari

    keluarga tersebut. Akibatnya, anggota keluarga memandang bisnis tersebut sebagai investasi

    keluarga jangka panjang untuk diwariskan kepada keturunan. Terbukti pada bisnis keluarga

    Paris group ini dimana generasi pertama masih memberikan modal hingga ke generasi ketiga

    untuk mengelola bisnis yang baru. Pada awal pemberian modal kepada generasi kedua dan

    ketiga yaitu William Arifin dikarenakan kondisi ekonomi keluarga tersebut pada saat itu

    kurang baik sehingga generasi pertama memutuskan atau memberi kepercayaannya dengan

    memberikan modal tambahan. Namun untuk generasi ketiga anak yang kedua dan ketiga

    diberikan modal tambahan dari generasi kedua atau dari orang tuanya.

    Pencatatan Akuntansi Masing-Masing Usaha

    Pencatatan akuntansi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam menjalankan

    usaha tersebut. Pencatatan akuntansi di Paris Group masih dilakukan sendiri oleh pemilik dari

    masing-masing generasi. Namun pada generasi ketiga yaitu William Arifin mendapatkan

    kepercayaan dari generasi pertama untuk melakukan pencatatan pada bisnisnya, sehingga

    William Arifin melakukan pencatatan di dua tempat yaitu pada bisnis milik generasi pertama

    dan bisnis miliknya sendiri.

  • 16

    Setiap pencatatan akuntansi yang digunakan oleh setiap pemilik usaha dari generasi

    ke generasi pasti berbeda. Tidak berbeda dengan pencatatan akuntansi dari bisnis keluarga di

    Paris Group pada generasi pertama sampai ke generasi ketiga juga mengalami perbedaan.

    Perbedaan pencatatan akuntansi dari masing-masing pemilik usaha dari generasi pertama

    sampai generasi ketiga dapat diuraikan sebagai berikut

    Tabel 3.

    Prosedur Pencatatan Tiap Generasi

    Menggunakan

    Akuntansi/Tidak

    Pencatatan/Pembukuan Prosedur

    Pencatatan

    Generasi

    Pertama

    Tidak menggunakan

    akuntansi, hanya ada pembukuan

    Hanya mencatat kas masuk dan

    kas keluar untuk membeli atau menjual barang dagangan

    Secara manual

    Generasi Kedua

    Menggunakan akuntansi tapi masih yang sederhana

    Sudah mencatat hutang, piutang, dan keuntungan yang diperoleh

    Secara manual

    Generasi

    Ketiga

    Menggunakan akuntansi tapi

    masih yang sederhana

    Mencatat dengan lebih komplek

    yaitu :

    Secara manual

    dan

    komputerisasi 1. Hutang dan piutang

    lebih kompleks dengan

    menghitung tanggal

    jatuh tempo serta diskon

    2. Pembelian, penjualan, retur pembelian, retur

    penjualan

    3. Persediaan yang dicatat secara komputerisasi

    Sumber : Hasil Wawancara

    Tabel diatas merupakan hasil wawancara dari tiap-tiap generasi. Selain itu, manfaat

    yang dirasakan dalam pembukuan tiap generasi berbeda-beda, seperti yang disampaikan oleh

    generasi kedua, ibu Wong Djay Tjoe sebagai berikut

    “Nota masuk dicatat terus nanti kalau misalnya bayar, bayar tanggal sekian untuk nota

    tanggal sekian juga dicatat, kas pengeluaran dan pemasukan juga dicatat. Manfaatnya jadi

    tau hutangku masih berapa, biasanya keuntungan toko juga tidak begitu banyak biar dapat

    tambahan itu misalnya yang bisa ditabung kan kayak utang sebulan sebelum jatuh tempo

    kira-kira jatuh tempo tanggal sekian ada lebih misalnya ditabung dideposito apa gitu supaya

    bisa tau gitu berapa yang bisa ditabung, berapa lagi yang bisa untuk ambil barang.”

    Senada dengan ibu Wong Djay Tjoe tersebut juga diungkapkan oleh anak pertama,

    yaitu William Arifin adalah

  • 17

    “Kalau aku kan menjalankan dua usaha, jadi aku pisahin sendiri-sendiri antara toko

    milik nenek dengan milik sendiri. Kalau di tempat nenek, saya masih meneruskan

    cara mencatat dari nenek, cuman saya menambahkan akun persediaan, misal untuk

    snack A sisa berapa, lalu akun gaji pegawai bulanan berapa, dan di tempat nenek

    saya masih menggunakan cara yang manual karena stok barang di tempat nenek item

    nya tidak terlalu banyak namun di tempat saya sendiri sudah menggunakan

    komputerisasi karena stock barang yang terlalu banyak untuk dihafalkan.”

    Sedikit berbeda dengan yang disampaikan oleh pemilik generasi ketiga, anak kedua

    yaitu Chandra Arifin yang menyatakan sebagai berikut

    “Cara mencatatnya ya saat ada hutang dicatat terus saat ada pembayaran hutang juga

    dicatat, selain itu juga menginput persediaan saat barang datang dan saat barang terjual.

    Kalo saya mencatatnya secara manual dan komputerisasi. Manfaatnya ya untuk melihat

    utange berapa, yang udah dibayar mana aja, tau stok yang habis apa saja, terus data

    penjualan tiap harinya makin meningkat atau menurun atau bisa jadi sama dengan hari

    kemarin, dapat mengetahui kualitas barang yang dibeli dari supplier bagaimana dengan

    melihat retur barang yang sering rusak atau tidak”

    Lain halnya dengan yang diungkapkan oleh pemilik generasi ketiga, anak ketiga yaitu Adisa

    Putra Arifin yang mengungkapkan sebagai berikut

    “Kalo ditempatku dicatat saat ada hutang terus saat bayar hutang juga dicatat, stock barang

    habis juga dicatat, Manfaatnya supaya tau hutang saya berapa, jatuh temponya kapan, ada

    retur barang juga saya catat. Saya mencatatnya masih manual karena stock barang saya

    tidak terlalu banyak dan sebagian masih bisa diingat barangnya.”

    Dengan melihat hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa pencatatan akuntansi

    yang digunakan tiap generasi beda-beda sesuai dengan kebutuhan yang dipakai oleh pemilik.

    Kebutuhan dari generasi pertama dengan generasi kedua dan ketiga berbeda. Generasi

    pertama memiliki kebutuhan bahwa berapa keuntungan yang akan didapat, generasi kedua

    memiliki kebutuhan bahwa berapa keuntungan yang didapat, berapa hutang yang dimiliki,

    menghitung gaji pegawai. Generasi ketiga mencakup semua generasi pertama dan kedua

    namun ditambah dengan jumlah persediaan yang telah diatur dengan baik serta kualitas

    barang yang dijualnya.

    Proses Pengambilan Keputusan

  • 18

    Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, pemilik dari masing-masing usaha

    memiliki 3 sifat dalam pengambilan keputusan yaitu terstruktur, semi terstruktur dan tidak

    terstruktur. Terstruktur merupakan keputusan yang sifatnya rutin, keputusan dimana para

    pemilik generasi pertama hingga ketiga untuk membeli barang dagangan, menentukan

    kualitas barang yang dilakukan oleh pemilik generasi ketiga. Sedangkan semi terstruktur

    merupakan keputusan untuk menentukan kesepakatan harga antara supplier dan pembeli.

    Kemudian keputusan yang sifatnya tidak terstruktur adalah keputusan yang sifatnya tidak

    rutin, seperti yang dilakukan oleh pemilik generasi pertama hingga ketiga dalam membuka

    usaha yang benar-benar baru serta produk yang dijual mereka berbeda.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam model socioemotional wealth, bisnis

    keluarga paris group tetap mempertimbangkan lebih pada asset keluarga yang menjadi

    prioritas utama, sehingga tidak dapat melepaskan apa yang sudah berdiri untuk diberhentikan

    namun tiap anggota keluarga dapat membuka bisnis yang baru dengan mempertahankan

    bisnis yang sudah ada. Hal tersebut dapat dilihat dari prinsip pencatatan akuntansi yang

    digunakan dari generasi pertama sampai generasi ketiga, persamaannya sampai ke generasi

    ketiga adalah membedakan pencatatan hutang dan piutang antara keluarga dengan orang lain,

    hal ini terlihat jelas bahwa model socioemotional wealth diterapkan, kemudian perbedaannya

    terletak pada sistem pencatatan pada generasi ketiga sudah menggunakan komputerisasi

    untuk mencatat persediaan yang lebih mendetail.

    Keterbatasan

    Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu subyek yang diteliti terlalu sedikit dan masih

    dalam kategori lingkup kecil di kota Salatiga

    Saran

    Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengatasi keterbatasan dalam penelitian ini

    yang hanya disatu tempat, akan lebih baik dilakukan dengan tempat yang lain sehingga dapat

    menjadi perbandingan, karena bisa jadi prakteknya berbeda-beda

  • 19

    DAFTAR PUSTAKA

    A.B. Susanto & Yohana Susanto. http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/family-

    business/budaya-perusahaan-keluarga. 2014.

    A.M. Lilik Agung. CEO Wisdom 2. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2012.

    Anderson, R. C., & Reeb, D. V. "Founding family ownership and firm performance: Evidence from the

    S&P 500." Journal of Finance, 58,, 2003b: 1308-1328.

    Ashforth, B., & Humphrey, R. "Emotion in the workplace: a reapprasial." Human Relations, 48(2),,

    1995: 97-125.

    Berone, P., Cruz, C., Gomez-Mejia, L., & Larraza-Kintana, M. "Socioemotional wealth and corporate

    responses to institutional pressure: Do family-controlled firms pollute less?" Administrative Science

    Quarterly, 55, 2010: 82-113.

    Carlock, Randel S., & Ward, John L. "When family businesses are best the parallel planning process

    for family harmony and business success. Great Britain: MPG Group, Bodmin and Kings Lynn." 2010.

    Carrigan, M., & Buckley, J. ""What's so special about family business?" An exploratory study of UK

    and Irish consumer experiences of family business." International Journal of Consumer Studies, 32,

    2008: 656-666.

    Cason, M. "The economics of family firm." Scandinavian Economic History Review, 47(1), 1999: 10-

    23.

    Chua, J. H., Chrisman, J.J., & Sharma, P. "Defining the family business by behaviour."

    Enterprenerurship Theory and Practice, 23(4), 1999: 19-39.

    Coleman, J. S. . "Social capital in the creation of human capital." American Journal of Sociology, 94,,

    1988: S95-S120.

    Collis dan Jarvis, 2002, 1981 Leichti, 2001 McMahon, and 1991 McMahon dan Holmes. ""Financial

    information and the management of small private companies", "How accounting affect the

    strategies of a new business", "Business growth and performance and the financial reporting

    practices of Australian manufacturing SMEs"." Journal of Small Business and Enterprise Development

    and Journal of small Business Management, 2002, 1981, 2001, 1991.

    Cruz, C., Justo, R., & De Castro, J. "Does family employment enhance MSEs performance? Integrating

    socioemotional wealth and family embeddedness perspective." Journal of Business Venturing, 27,,

    2012: 62-76.

    Dunn, B. "The family factor: The impact of family relationship dynamics on business-owning families

    during transitions." Family Business Review, 12, , 1999: 41-60.

    Dyer, W. G., & Whetten, D.A. "Family firms and social responsbility: Preliminary evidence from the

    S&P500." Enterpreneurship Theory and Practice, 30,, 2006: 785-802.

  • 20

    Eddleston, K. A., & Kellermanns, F. W. "Destructive and productive family relationships: A

    stewardship theory perspective." Journal of Business Venturing, 22, , 2007: 545-565.

    Epstein, N. B., Bishop, D., Ryan, C., Miller, I., & Keitner, G. "The McMaster model view of healthty

    family functioning. In F. Walsh (Ed.),." Normal family processes, 1993: 138-160.

    Gersick, K., Davis, J., Hampton, M., & Lansberg, I. Generation to generation: Life cycles of the family

    business, 1997.

    Gomez-Mejia, dkk. "Socioemotional wealth and business risks in family-controlled firms: Evidence

    from Spanish olive oil mills." Administrative Science Quarterly, 52, 2007: 106-137.

    Gomez-Mejia, L. R., Makri, M., & Larraza Kintana, M. "Diversification decisions in family-controlled

    firms." Journal of Management Studies, 47,, 2010: 223-252.

    Gomez-Mejia, L. R., Welbourne, T. M., & Wiseman, R. M. "The role of taking and risk sharing under

    gain-sharing." Academy of Management Review, 25(3), 2000: 492-507.

    Kets de Vries, M. F. R. "The dynamics of family controlled firms: The good an the bad news."

    Organizational Dynamics, 1993: 59-71.

    Kompasiana. Pailit Jamu Nyonya Meneer. Agustus 8, 2017.

    Le Breton-Miller, I., Miller, D., & Lester, R. H. S. "Stewardship or agency: A social embeddedness

    reconciliation of conduct and performance in public family businesses." Organization Science, 22,

    2011: 704-721.

    Lipman, Frederick D. "The family business guide. United States of America: Palgrave Macmillan."

    2010.

    Madeline, dan Ronny . "Analisis Proses Perencanaan Suksesi Pada Perusahaan Yang Bergerak Di

    Bidang Transportasi." AGORA, 2015: 1.

    Marshall Romney & Paul Steinbart. Accounting Information Systems. United State of America:

    Pearson Prentice Hall, 2006.

    Micelotta, E., & Raynard, M. "Concealing or revealing the family? Corporate brand identify strategies

    in family firm." Family Business Review, 24, 2011: 197-216.

    Miller, D., Jangwoo, L., Sooduck, C., & Le Breton-Miller, I. "Filling the institutional void: The social

    behaviour and performance of family vs non family technology firms in emerging markets ." Journal

    of international Business Studies, 40,, 2009: 802-817.

    Miller, D., Le Breton-Miller, I. "Priorities, practices and strategies in succesful and failing family

    businesses: An elaboration and test of the configuration perspective." Strategic Organization, 4, ,

    2006b: 379-407.

    Miller, D., Le Breton-Miller, I., & Scholnick, B. "Stewardship vs stagnation: An empirical comparison

    of small family and non-family businesses." Journal of Management Studies, 45,, 2008: 51-78.

  • 21

    Poza, Ernesto J. "Family business 2nd edition. United States of America: Thomson South-Western."

    2007.

    Reid, Falconer and. "Problems, Challenges and opportunities: the small business on a single decision-

    maker." Management Accounting Research, 2002: Vol. 11 No. 4, pp. 385-390.

    Roy Sembel, dkk. "Smart Saving and Borrowing for Ordinary Family." Jakarta: Elex media

    Komputindo, 2003.

    Schulze, W. S., Lubatkin, M. H., & Dino, R. N. "Toward a theory agency and altruism in family firms."

    Journal of Business Venturing, 18,, 2003b: 450-473.

    Shepherd, D. A., Wiklund, J., & Haynie, J. M. "Moving forward: Balancing the financial and emotional

    cost of business failure." Journal of Business Venturing, 24, , 2009: 134-148.

    Sirmon, D. G., & Hitt, M. "Managing resources: Linking unique resources, management, and wealth

    creation in family firm." Entrepreneurship Theory and Practice, 27,, 2003: 339-358.

    Tagiuri, R., Davis, J. "On the goal of successful family businesses." Family Business Review, 5,, 1992:

    43-62.

    Taguiri, R., Davis, J. A. "Bivalent attributes of the family firm." Family Business Review, 9,, 1996: 199-

    208.

    Teal, E. J., Upton, N., & Seaman, S.E. "Comparative analysis of strategic marketing practices of high-

    growth U.S. family and non-family firms." Journal of Developmental Entrepreneurship, 8,, 2003: 177-

    195.

    Uhlaner, L.M. "Business family as a team: Underlying force for sustained competitive advantage. In

    P. Z. Poutziouris, K. X. Smyrnios, & S. B. Klein (Eds.),." Handbook of Research on Family Business,

    2006: 125-144.

    Uzzi, B. "Social structure and competition in interfirm networks: The paradox of embeddedness."

    Administrative Science Quarterly, 42, 1997: 35-67.

    Wiseman, R.M & Gomez-Mejia, L.R. "A behavioral agency model of managerial risk taking ."

    Academy of Management Review, 22, 1998: 133-153.

    Zellweger, T. M., & Astrachan, J. H. . "On the emotional value of owning a firm." Family Business

    Review, 4,, 2008: 347-363.

    Zellweger, T. M., Kellermanns, F. W, Chrisman, J., & Chua, J. "Family control and family firm valuation

    by family CEOs: The importance of intentions for transgenerational control." Organizational Science,

    1,, 2011: 1-36.

  • 22

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Fendy Wibisono

    Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 2 Juni 1996

    Agama : Katholik

    Alamat : Donoharjo Rt 3 Rw 2 Wuryorejo, Wonogiri

    Email : [email protected]

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    1. 2002 – 2008 : SD Kanisius Wonogiri

    2. 2008 – 2011 : SMP Kanisius Wonogiri

    3. 2011 – 2014 : SMA Kristen Satya Wacana Salatiga

    4. 2014 – 2018 : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

    PENGALAMAN PANITIA/KERJA

    1. Tahun 2016 : Panitia Compay Visits “ACSOVESTA” (2016)

    2. Tahun 2017 : Panitia Sociopreneur UKSW 2017

    3. Tahun 2017 : Panitia Economic Fair 2017

  • 23

    LAMPIRAN

    Gambar 1. Nota Penjualan, Pemilik Ibu Wong Djay Tjoe

    Gambar 2. Nota Pembelian, Pemilik Ibu Wong Djay Tjoe

  • 24

    Gambar 3. Pencatatan di Buku Sendiri, Pemilik Wong Djay Tjoe

    Gambar 4. Nota Penjualan, Pemilik William Arifin

  • 25

    Gambar 5. Nota Pembelian, Pemilik William Arifin

    Gambar 6. Pencatatan di Buku Sendiri, Pemilik William Arifin

  • 26

    Gambar 7. Nota Penjualan, Pemilik Chandra Arifin

    Gambar 8. Nota Pembelian, Pemilik Chandra Arifin

  • 27

    Gambar 9. Pencatatan Hutang, Pemilik Chandra Arifin

    Gambar 10. Pencatatan Secara Komputerisasi, Pemilik Chandra Arifin

  • 28

    Gambar 11. Pencatatan Ketika Barang Masuk, Pemilik Chandra Arifin

    Gambar 12. Pencatatan Ketika Barang Keluar, Pemilik Chandra Arifin

  • 29

    Gambar 13. Nota Penjualan, Pemilik Adisa Putra Arifin

    Gambar 14. Nota Pembelian, Pemilik Adisa Putra Arifin

  • 30

    Gambar 15. Pencatatan di Buku Sendiri, Pemilik Adisa Putra Arifin

    KETERLIBATAN ANGGOTA KELUARGA DALAM PENERAPAN AKUNTANSI PADA BISNIS KELUARGA(Studi Kasus: Paris Grup Salatiga)DAFTAR PUSTAKA