Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KETERLIBATAN ANGGOTA KELUARGA DALAM PENERAPAN
AKUNTANSI PADA BISNIS KELUARGA
(Studi Kasus: Paris Grup Salatiga)
Oleh
Fendy Wibisono
NIM : 232014041
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, sejak awal perkuliahan
hingga selesainya skripsi ini, sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. oleh
karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ucapan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan penyertaan-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
2. Tante Wong Djay Tjoe selaku pemilik Toko Gloria Elektronik Salatiga yang telah
berbaik hati meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan kerja
sama ditengah kesibukan saat ada pembeli dan supplier.
3. Koh Willi, Koh Chandra, dan Koh Adisa selaku pemilik generasi ketiga terima kasih
atas bantuan dan motivasi yang diberikan sehingga penulisan tugas akhir dapat
terselesaikan dengan baik
4. Ibu Like Soegiono selaku dosen pembimbing yang dengan sabar mengarahkan,
memberikan petunjuk, nasehat, bimbingan dan memotivasi penulis sehingga
penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik
5. Ibu Arthik selaku wali studi yang telah membantu penulis dari awal perkuliahan
hingga terselesaikannya skripsi ini
6. Para dosen pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
serta pengajarannya
7. Papa dan Mama, terima kasih atas cinta, doa, dukungan dan kasih sayang yang
diberikan dari awal sampai akhir perkuliahan, juga Cik Nana, Cik Tata, dan Koh
Ryon kalian adalah kakakku yang selalu memberikan dukungan, motivasi, serta saran-
saran yang telah diberikan dari awal perkuliahanku sampai akhir.
8. Ellen yang selalu menemani, memberi dukungan, semangat dan perhatian selama ini.
9. Livia, Fajar, Robby, Meme, serta teman-teman grup jalan-jalan yok yang telah
memberikan banyak dukungan, semangat dan bantuan dari awal sampai akhir kuliah
10. Teman-teman kuliah lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,
terimakasih atas doa dan dukungan, perhatian dan semangat. Tuhan Memberkati
Akhir kata, semoga Tuhan yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan semua pihak
yang telah membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.
ix
MOTTO
Bersyukur dan berdoa selalu, serta bekerjalah dengan menggunakan hati
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah
selalu dalam pekerjaan Tuhan! sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan
jerih payahmu tidak sia-sia.
(1 Korintus 15:58)
Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau,
Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau, janganlah takut
dan janganlah patah hati.
(Ulangan 31:8)
Hidup ini seperti sepeda, agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak
(Albert Einstein)
Jangan pernah menunggu, waktunya tidak akan pernah tepat
(Napoleon Hill)
x
ABSTRACT
The purpose of study are to identify the involvement of family members in the family
business of paris group in the scope of Small and Medium Enterprises (SMEs) based on
socioemotional wealth model, by looking at the accounting process used. Primary data in this
research was obtained by interviewing four owners of each family business in paris group.
The results show that family businesses in paris group still consider more on family assets
that are the top priority, so it can not release what has stood up to be stopped.
Keywords : Family Businesses, Socioemotinal Wealth Model, Accounting Process
xi
SARIPATI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keterlibatan anggota keluarga
di bisnis keluarga paris group dalam lingkup Usaha Kecil Menengah (UKM) yang
berdasarkan model socioemotional wealth, dengan melihat proses pencatatan akuntansi yang
digunakan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara
sejumlah empat pemilik dari masing-masing usaha bisnis keluarga di paris group. Hasil
penelitian menunjukan bisnis keluarga di paris group tetap mempertimbangkan lebih pada
asset keluarga yang menjadi prioritas utama, sehingga tidak dapat melepaskan apa yang telah
berdiri untuk diberhentikan.
Kata kunci : Bisnis Keluarga, Model Socioemotional Wealth, Pencatatan Akuntansi
xii
KATA PENGANTAR
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata I
Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Dalam skripsi ini,
penulis membahas tentang Keterlibatan Anggota Keluarga Dalam Pengenalan Akuntansi
Pada Bisnis Keluarga dengan Studi Kasus di Paris Group, dimulai dari generasi pertama
masih menggunakan akuntansi sederhana hingga generasi ketiga yang sudah menggunakan
akuntansi secara komputerisasi.
Penulis berharap penelitian dapat bermanfaat bagi pembaca secara umum dan pihak-
pihak yang bersangkutan maupun peneliti lain. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini
masih terdapat kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran sangat dibutuhkan karena
semuanya akan menyempurnakan karya ini dan dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.
Salatiga, 2 Februari 2018
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ............................................................................................................... ........... i
Halaman Pernyataan Tidak Plagiat .......................................................................................... ii
Halaman Pernyataan Persetujuan Akses ................................................................................. iii
Halaman Penjelasan Karya Tidak Diunggah .......................................................................... iv
Halaman Persetujuan Pembimbing .......................................................................................... v
Halaman Pengesahan ............................................................................................................... vi
Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis .................................................................................. vii
Ucapan Terima Kasih ............................................................................................................ viii
Motto ........................................................................................................ ................................ix
Abstract .................................................................................................................................... x
Saripati .................................................................................................................................... xi
Kata Pengantar ....................................................................................................................... xii
Daftar Isi ............................................................................................................................... xiii
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
3. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... ... 2
4. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 3
KERANGKA BERPIKIR
1. Definisi Akuntansi ........................................................................................................ 3
2. Struktur Pengambilan Keputusan ................................................................................. 4
3. Definisi Bisnis Keluarga .............................................................................................. 5
4. Klasifikasi Bisnis Keluarga .......................................................................................... 5
xiv
5. Tujuan Dalam Bisnis Keluarga .................................................................................... 6
6. Pendekatan Socioemotional Wealth ............................................................................. 6
7. Keuntungan Model Socioemotional Wealth ................................................................ 7
8. Dimensi dari Model Socioemotional Wealth ............................................................... 8
METODA PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian ................................................................................................ 10
2. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................... 10
3. Metode Analisis Data ................................................................................................. 11
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Latar Belakang Usaha ................................................................................................ 11
2. Pencatatan Akuntansi Masing-Masing Usaha ............................................................ 15
3. Penyampaian Proses Pengambilan Keputusan ........................................................... 17
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ................................................................................................................. 18
2. Keterbatasan Penelitian .............................................................................................. 18
3. Saran ........................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di negara yang sangat maju seperti Amerika Serikat, 90% dari perusahaan besar
adalah bisnis keluarga atau perusahaan yang didominasi kelompok keluarga (Penelitian R.
Beckhard & W. Gibb Dyer dalam Buku CEO Wisdom2) Padahal menurut Naisbitt &
Aburdene hanya 30 persen dari seluruh bisnis keluarga yang dapat bertahan sampai ke
generasi keduanya. Secara umum bisnis keluarga akan berakhir tanpa kehadiran pendirinya.
Di Indonesia situasinya tidak berbeda jauh. Data yang diambil dari data internal The Jakarta
Consulting Group menunjukan 88 persen perusahaan swasta nasional berada ditangan
keluarga. Sebagian perusahaan keluarga tidak dapat bertahan ketika para pendirinya masih
hidup, akan tetapi banyak pula yang dapat bertahan dan berkembang sampai beberapa
generasi. (A.B. Susanto & Yohana Susanto 2014)
Keberlangsungan bisnis keluarga tidak lepas dari suksesi tiap pemilik bisnis tersebut,
Penggantian seorang pemimpin/manajemen dalam keluarga merupakan salah satu momen
penting dalam kelangsungan bisnis keluarga. Tidak jarang kegagalan dalam menjalankan
bisnis keluarga muncul karena kesalahan yang dilakukan oleh generasi berikutnya, oleh
karena itu pentingnya mempersiapkan segala sesuatu untuk generasi penerus tersebut lebih
awal. Salah satu kunci kesuksesan dalam menjalankan bisnis tersebut dengan pengenalan
akuntansi di perusahaan-perusahaan yang relatif kecil. (Madeline, dan Ronny 2015)
Meskipun keberhasilan usaha kecil menengah bergantung pada banyak faktor, baik
eksternal maupun internal, penerapan praktik akuntansi yang baik sangat penting untuk
kelangsungan hidup dan pertumbuhan bisnis tersebut. (Collis dan Jarvis,2002; Leichti, 1981;
McMahon,2001; McMahon and Holmes,1991) Oleh sebab itu, pemilik dari bisnis keluarga
tersebut dituntut untuk mengenal akuntansi secara umum. Mengenal akuntansi secara umum
itu penting bagi pemilik untuk melakukan pencatatan akuntansi dari segi penjualan,
pembelian, persediaan, kas masuk, kas keluar, dan masih banyak lagi sesuai dengan
kebutuhan dari pemilik. Cara pencatatan akuntansi dari generasi pertama ke generasi
selanjutnya pun berbeda sesuai dengan perkembangan jaman yang ada. Sebagai contoh
generasi pertama pencatatan akuntansinya masih menggunakan manual, sedangkan generasi
selanjutatnya sudah menggunakan pencatatan komputerisasi.
2
Meskipun demikian, proses pengenalan praktik akuntansi ke dalam usaha kecil
menengah masih kurang dipahami, dengan hanya sejumlah kecil studi yang membahas
masalah ini. (Falconer and Reid,2000). Disamping itu, penggunaan catatan akuntansi di
UKM masih minim. Sebagai salah satu bisnis keluarga yang masih kecil berada di kota
Salatiga adalah Paris Group. Paris Group merupakan bisnis keluarga yang saat ini sudah
memiliki 3 generasi, dengan generasi pertama didirikan oleh Oh Hwe Tjin pada tahun 1974
yang menyediakan roti & snack, selanjutnya generasi kedua dikelola oleh Wong Djay Tjoe
pada tahun 1982 dengan menjualkan barang-barang elektronik dan generasi ketiga, anak yang
pertama adalah William Arifin pada tahun 2016 yang menjual sparepart elektronik dan
peralatan listrik rumah tangga pada tahun, anak yang kedua Chandra Arifin yang menjual
perlengkapan sound system pada tahun 2009, anak yang ketiga Adisa Putra Arifin yang
menjual peralatan lampu pada tahun 2015.
Hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa pada ketiga generasi tersebut terdapat
perbedaan dalam hal cara pencatatan akuntansi. Generasi pertama pencatatan akuntansi masih
sekedar kas masuk dan kas keluar secara manual, sehingga kas keluar tidak boleh lebih besar
dari kas masuk. Generasi kedua cara pencatatan akuntansi sudah ada pencatatan persedian
secara manual, sehingga barang yang sudah habis dan barang yang baru saja masuk dapat
diketahui jumlahnya, untuk generasi ketiga cara pencatatan akuntansi sudah menggunakan
komputerisasi, sehingga lebih memudahkan pemilik mengetahui persediaan, retur barang, kas
masuk dan kas keluar dengan segera.
Sering ditemukannya kegagalan seorang pemimpin untuk mengelola bisnis
keluarganya di Indonesia, salah satunya kutipan dari surat kabar diberitakan bahwa
perusahaan keluarga yaitu perusahaan jamu “Nyonya Meneer” yang mengalami
kebangkrutan karena tidak mampu bersaing dengan pesaing yang lain dan pemilik tidak
mampu membayar kepada para kreditur sehingga perusahaan tersebut dinyatakan pailit oleh
hakim. (Kompasiana 2017).
Pada kasus tersebut dapat dilihat tentang praktek akuntansi di bisnis keluarga
menambahkan kompleksitas keterlibatan keluarga dalam bisnis tersebut. Salah satu pembeda
antara bisnis keluarga dengan bisnis yang lain yaitu pada sejauh mana faktor non-ekonomi
mempengaruhi keputusan mendasar oleh pemilik bisnis keluarga.
Berdasarkan hal tersebut, masalah yang diangkat adalah bagaimana keterlibatan
anggota keluarga dalam menjalankan bisnis keluarga khususnya di Paris Group? Tujuan dari
3
penelitian ini untuk mengidentifikasi keterlibatan anggota keluarga di bisnis keluarga paris
group dalam lingkup Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berdasarkan model socioemotional
wealth, dengan melihat proses pencatatan akuntansi yang digunakan. Adapun manfaat yang
diperoleh untuk mengetahui apakah model socioemotional wealth dalam prakteknya bagi
pemilik bisnis keluarga tersebut digunakan atau tidak dengan melihat pencatatan
akuntansinya.
Tinjauan Pustaka
Definisi Akuntansi
Menurut Kieso (2002 : 2), akuntansi didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan
tiga karakteristik penting dari akuntansi: (1) pengidentifikasian, pengukuran, dan
pengkomunikasian informasi keuangan tentang (2) entitas ekonomi kepada (3) pemakai yang
berkepentingan. Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang
menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi
dan kondisi perusahaan. (Warren, 2006).
Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2000) dalam Standar
Akuntansi Keuangan terdiri dari 5 (lima) yaitu: neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan-laporan tersebut
mempunyai fungsi masing-masing yang berguna untuk memberikan informasi mengenai
posisi bisnis suatu usaha.
Laporan Laba Rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode
tertentu, misal sebulan atau setahun. Laporan ini melaporkan tentang pendapatan dan beban
selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan atau matching concept yaitu
dengan membandingkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya
beban tersebut. Laporan ini juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban
yang disebut dengan keuntungan bersih atau juga sebaliknya, jika beban lebih besar dari pada
pendapatan disebut rugi bersih. (Warren, 2006).
Laporan Perubahan modal suatu ikhtisar mengenai perubahan pada modal pemilik
yang telah terjadi selama periode waktu tertentu seperti pada bulanan maupun tahunan.
Laporan ini dibuat setelah laporan laba rugi karena laporan laba rugi ikut muncul pada
laporan ini. (Warren, 2006).
4
Neraca merupakan sebuah laporan yang berisi daftar mengenai aset, kewajiban, dan
modal pemilik pada tanggal tertentu. Pada umumnya tanggal pada neraca menggunakan hari
pada akhir bulan atau akhir tahun. (Warren, 2006).
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan arus kas
keluar atau setara kas. Laporan Arus Kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan
para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam Aset bersih perusahaan, struktur
keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah
serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
Informasi Arus Kas juga berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai
dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari
berbagai perusahaan (Endif, 2009). Dalam metode berbasis kas, pendapatan dilaporkan pada
periode dimana kas didapatkan atau diterima.
Akuntansi bermanfaat untuk menghasilkan laporan yang berfungsi sebagai sumber
informasi utama yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan bagi pemangku
kepentingan atau stake holder (Warren, 2006).
Struktur Pengambilan Keputusan
Menurut Marshall Romney dan Paul Steinbart (2006), pengambilan keputusan tiap
organisasi berbeda-beda, perbedaannya dalam hal sejauh mana organisasi mereka terstruktur.
Terdapat 3 jenis struktur pengambilan keputusan
1. Pengambilan keputusan terstruktur adalah suatu kejadian/peristiwa yang sifatnya
berulang, rutin, dan dipahami dengan baik sehingga bisa didelegasikan kepada
karyawan tingkat rendah dalam organisasi.
2. Pengambilan keputusan semi terstruktur ditandai dengan peraturan pengambilan
keputusan yang tidak lengkap dan kebutuhan akan penilaian-penilaian subyektif untuk
melengkapi analisis data formal.
3. Pengambilan keputusan tidak terstruktur merupakan suatu kejadian/peristiwa yang
sifatnya tidak berulang dan tidak rutin
5
Definisi Bisnis Keluarga
Menurut Lipman (2010) mendefinisikan bisnis keluarga sebagai sebuah bisnis yang
dapat diatur atau dimanajemen oleh setiap anggota keluarga dan dimiliki oleh anggota
keluarga itu juga. Sedangkan menurut Poza (2010) bisnis keluarga merupakan bisnis yang
memiliki kontrol kepemilikan, partisipasi manajerial, dan nilai-nilai yang dianut oleh pemilik
bisnis itu sendiri dan setiap anggota keluarga yang memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap bisnis tersebut. Sehingga dari pernyataan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa definisi dari bisnis keluarga adalah sebuah binis yang memiliki kontrol kepemilikan,
partisipasi manajerial, dan nilai-nilai yang dianut oleh pemilik bisnis itu sendiri serta dapat
diatur atau dimanajemen dan dimiliki oleh setiap anggota keluarga yang memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap bisnis tersebut.
Klasifikasi Bisnis Keluarga
Menurut Lipman (2010), bisnis keluarga dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1. Dari aspek kepemilikan yaitu :
a. Controlling Owner
Kontrol dari pemilik atau pendiri perusahaan keluarga. Kepemilikan dikuasai
oleh satu individu atau dua individu, Sebagai contoh suami dan isteri dengan
hanya satu kepemilikan namun dimiliki oleh beberapa anggota keluarganya.
b. Sibling Partnership
Dua atau lebih saudara kandung memiliki kepemilikan dan kontrol yang
efektif atas perusahaan. Klasifikasi kepemilikan atas bisnis keluarga ini
disebut tipe bisnis oleh generasi kedua.
c. Cousin Consortium
Banyak sepupu dalam keluarga merupakan pemegang saham perusahaan.
Klasifikasi kepemilikan atas perusahaan keluarga ini disebut tipe bisnis oleh
generasi ketiga dan selanjutnya
2. Bisnis keluarga tersebut diatur oleh anggota keluarga atau bisnis keluarga tersebut
dimiliki oleh keluarga tetapi diatur oleh bukan anggota keluarga melainkan orang-
orang yang ahli dalam bisnis atau disebut para profesional.
3. Bisnis keluarga juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran atau skala dan
kedewasaan dan kematangan bisnis keluarga tersebut
6
4. Bisnis keluarga juga dapat diklasifikasikan berdasarkan perusahaan keluarga tersebut
bersifat privately atau pribadi dan publicly atau umum
Tujuan Dalam Bisnis Keluarga
Menurut Carlock dan Ward (2010) ada empat set kunci mengenai tujuan yang penting
bagi bisnis keluarga. Tujuan ini disajikan secara lintas budaya yang berbeda tetapi merupakan
upaya keluarga untuk bekerja sama untuk menciptakan makna lebih dari keuntungan
ekonomis yang merupakan dasar bagi sebagian besar hubungan bisnis
1. Ekonomi adalah tujuan bisnis keluarga dalam rangka penciptaan kekayaan dan juga
mempertahankan kekayaan atau kelimpahan ekonomi tersebut untuk kemakmuran dan
kesejahteraan keluarga yang merupakan proteksi keuangan atau kekayaan bagi
keluarga.
2. Sosial adalah bisnis keluarga dalam simbol tanggung jawab keluarga dan reputasi
bisnis keluarga yang menjadi penting bagi keluarga. Keluarga juga mungkin melihat
diri mereka sebagai bagian dari bisnis keluarga yang memberikan kontribusi mewakili
kepentingan komunitas bisnis yang lebih besar atau bahkan bagi negara mereka.
3. Psikologi adalah tujuan bisnis keluarga dalam rangka untuk pengembangan bakat
individu tiap anggota keluarga yang terlibat dalam bisnis keluarga dan untuk
kesejahteraan emosional merupakan usaha keluarga dalam menggunakan kegiatan
usahanya sebagai platform untuk mengembangkan keterampilan anggota keluarga
untuk mengalami kesuksesan sebagai kaum professional di bisnis keluarga.
4. Spiritual adalah tujuan bisnis keluarga dalam rangka keluarga berusaha untuk
menciptakan pribadi atau karakteristik pribadi yang lebih dalam atau menciptakan
makna kolektif dalam hidup. Biasanya tujuan ini melalui komitmen keagamaan atau
layanan kepada orang lain tanpa koneksi bisnis
Pendekatan Model Socioemotional Wealth
Gomez-Mejia dkk. (2007) mengembangkan model "Socioemotional Wealth" secara
umum untuk menjelaskan tentang banyaknya temuan yang menggunakan model tersebut.
Model ini diciptakan sebagai perpanjangan umum teori agensi perilaku, yang dirumuskan
tahun sebelumnya oleh Wiseman dan Gomez-Mejia (1998) dan Gomez-Mejia, Welbourne,
dan Wiseman (2000) Teori perilaku agensi mengintegrasikan unsur teori prospek, teori
perilaku dari bisnis, dan teori keagenan. Fundamental untuk teori ini adalah gagasan bahwa
7
perusahaan membuat pilihan tergantung pada titik acuan prinsip pada perusahaan yang
dominan. Prinsip ini akan membuat keputusan sedemikian rupa sehingga mereka menyimpan
akumulasi endowmen/kemampuan di dalam bisnis. Pada prinsip bisnis keluarga, penekanan
dalam mempertahankan socioemotional wealth menjadi kritis. Oleh karena itu, pemilik dari
bisnis keluarga ini memiliki kerangka masalah dalam hal menilai bagaimana tindakan akan
mempengaruhi endowmen/kemampuan sosioemosional. Bila ada ancaman terhadap
endowmen/kemampuan tersebut, keluarga tersebut bersedia membuat keputusan yang tidak
didorong oleh logika ekonomi, dan kenyataannya keluarga tersebut bersedia untuk
menempatkan bisnis tersebut pada risiko jika ini adalah apa yang diperlukan untuk
mempertahankan kemampuan/endowmen tersebut.
Keuntungan Model Socioemotional Wealth
Meskipun socioemotional wealth merupakan model yang masih baru ditemukan dan
perlu adanya penelitian selanjutnya untuk memperkuat model ini, model socioemotional
wealth ini telah terbukti menjadi lensa analitis untuk menafsirkan berbagai fenomena bisnis
keluarga. Ada beberapa alasan terkait model ini dapat diterapkan dalam bisnis keluarga.
Pertama, seperti yang telah disebutkan sebelumya, model socioemotional wealth berakar kuat
dalam teori perilaku keagenan, dan karenanya memiliki basis konseptual yang kuat. Kedua,
endowmen/kemampuan dari model ini dalam gagasan yang tidak menolak argumen utama
dari perspektif agensi yang menunjukan bahwa anggota keluarga adakalanya dapat
berperilaku oportunis.
Model socioemotional wealth juga membantu menjelaskan penyimpangan dari hasil
yang konsistensi dengan prediksi teori agensi dengan membiarkan risiko diferensial
preferensi untuk anggota keluarga. Misalnya, bertentangan dengan pandangan berbasis agensi
yang konvensional (Anderson & Reeb, 2003b), Gomez-Mejia et al. (2010), menerapkan
pendekatan socioemotional wealht, berpendapat bahwa bisnis keluarga bersedia untuk
menimbulkan risiko bisnis signifikan jika perlu dengan melakukan diversifikasi lebih sedikit
yang bertujuan untuk mempertahankan socioemotional wealth.
Inti utama dalam model socioemotional wealth adalah bahwa ketika ada keterlibatan
yang cukup banyak dalam anggota keluarga untuk menjalankan bisnis tersebut, maka bisnis
keluarga tersebut akan lebih cenderung menanggung biaya dan ketidakpastian yang terlibat
dalam melakukan tindakan tertentu, yang didorong oleh keyakinan bahwa risiko yang harus
dilakukan tindakan tersebut diimbangi dengan manfaat non-ekonomi daripada potensi dalam
menghasilkan keuntungan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian terbaru yang mengusulkan
8
pandangan kedua (agensi dan stewardship) untuk memiliki aplikasi terhadap konteks bisnis
keluarga namun dalam situasi yang berbeda, tergantung pada tingkat keterikatan aktor
keluarga dalam keluarga dan dalam bisnis (Le Breton -Miller, Miller, & Lester, 2011).
Dimensi dari Model Socioemotional Wealth
Berdasarkan literatur bisnis keluarga dan disiplin ilmu sosial dasar yang
mendukungnya, tahap selanjutnya adalah mengungkap dan menguraikan berbagai dimensi
socioemotional wealth. Dimensi itu adalah
1. Pengendalian keluarga dan pengaruhnya
Dimensi pertama ini merujuk untuk pengendalian dan pengaruh anggota keluarga.
Salah satu karakteristik utama yang membedakan bisnis keluarga adalah anggota
keluarga dapat memberikan kontrol atas keputusan strategis (Chua et al., 1999;
Schulze, Lubatkin, & Dino, 2003b). Oleh karena itu, bisnis keluarga lebih cenderung
mempertahankan kontrol langsung dan tidak langsung pemilik dan mempengaruhi
atas urusan bisnis tanpa memperhatikan keuangan (Gomez-Mejia et al., 2007).
2. Mengidentifikasi anggota keluarga dengan bisnis
Dimensi kedua membahas identifikasi kedekatan keluarga dengan perusahaan.
Banyak ilmuwan bisnis keluarga berpendapat bahwa intermeshing keluarga dan bisnis
menimbulkan identitas unik di dalam perusahaan keluarga (misalnya, Berrone et al.,
2010; Dyer & Whetten, 2006). Identitas pemilik perusahaan keluarga terkait erat
dengan organisasi yang biasanya membawa nama keluarga. Hal ini menyebabkan
perusahaan dilihat baik oleh pemangku kepentingan internal maupun eksternal
sebagai berkepanjangan dari keluarga itu sendiri. Secara internal, ini mungkin
memiliki pengaruh signifikan terhadap sikap tidak hanya terhadap karyawan,
misalnya, tetapi juga terhadap proses internal lainnya dan pada kualitas layanan dan
produk yang mereka berikan (Carrigan & Buckley, 2008; Teal, Upton, & Pelaut,
2003). Secara eksternal, ini membuat anggota keluarga cukup peka terhadap citra
eksternal yang mereka proyeksikan kepada pelanggan, pemasok, dan pemangku
kepentingan eksternal lainnya (Micelotta & Raynard, 2011).
3. Mengikat ikatan social
Dimensi ketiga mengacu pada hubungan sosial perusahaan keluarga. Penelitian
terbaru oleh Cruz, Justo, dan De Castro (2012) berpendapat bahwa socioemotional
wealth menyediakan hubungan kekerabatan dengan beberapa manfaat kolektif yang
9
sama yang muncul dalam jaringan tertutup, termasuk sosial kolektif modal,
kepercayaan relasional (Coleman, 1990), dan perasaan
kedekatan dan solidaritas interpersonal (Uzzi, 1997). Obligasi timbal balik yang
terlihat dalam bisnis keluarga adalah tidak secara eksklusif antara anggota keluarga
tapi kemungkinan besar untuk diperluas ke sejumlah besar konstituen (Miller,
Jangwoo, Sooduck, & LeBreton-Miller, 2009). Untuk Misalnya, perusahaan keluarga
sering kali memiliki vendor yang dihormati
dan pemasok, yang mungkin dipandang, atau mungkin sebenarnya
jadilah, anggota keluarga (Uhlaner, 2006).
4. Keterikatan emosional
Dimensi keempat berkaitan dengan konten afektif socioemotional wealth dan
mengacu pada peran emosi dalam konteks bisnis keluarga. Meskipun emosi adalah
"bagian integral dan tidak terpisahkan dari kerja organisasi sehari-hari" (Ashforth &
Humphrey, 1998, hal 98), dalam organisasi di mana hubungan keluarga mendominasi,
ada sejarah dan pengetahuan yang lebih panjang tentang pengalaman bersama dan
kejadian masa lalu yang menyatu dengan pengaruh dan membentuk aktivitas,
kejadian, dan hubungan terkini. Memang, banyak ilmuwan melihat pembauran faktor
emosional yang berasal dari keterlibatan keluarga dengan faktor bisnis sebagai atribut
khas perusahaan keluarga (Eddleston & Kellermanns, 2007; Taguiri & Davis, 1996).
Dengan sifat mereka sendiri, keluarga dicirikan oleh berbagai emosi, beberapa di
antaranya positif, seperti kehangatan, kelembutan, cinta, penghiburan, dan
kebahagiaan, dan hal lain yang negatif, seperti kemarahan, ketakutan, kesepian,
kegelisahan, kesedihan , kekecewaan, dan depresi (Epstein, Bishop, Ryan, Miller, &
Keitner, 1993). Emosi ini dihasilkan dari situasi sehari-hari dan tidak statis, karena
mereka muncul dan berkembang melalui lebih banyak kejadian kritis di setiap sistem
bisnis keluarga (suksesi, perceraian, penyakit, keluarga atau kerugian bisnis,
kemerosotan ekonomi, dll; Dunn, 1999; Gersick, Davis, Hampton, & Lansberg ,
1997; Shepherd, Wiklund, & Haynie, 2009).
5. Pembaruan ikatan keluarga ke dalam bisnis melalui suksesi generasi
Dimensi kelima dan terakhir socioemotional wealth mengacu pada tujuan
menyerahkan bisnis ini kepada generasi mendatang. Memang, Zellweger dan
Astrachan (2008), dan Zellweger, Kellermanns, dkk. (2011) menyarankan
keberlanjutan transgenerasional ini sebagai salah satu aspek sentral socioemotional
wealth. Arti generasi penerus ini memiliki implikasi penting bagi horison waktu
10
dalam proses pengambilan keputusan. Dari perspektif pemegang saham keluarga,
perusahaan bukan hanya aset yang mudah dijual, karena perusahaan tersebut
melambangkan warisan keluarga dan tradisi (Casson, 1999; Tagiuri & Davis, 1992).
Akibatnya, anggota keluarga memandang bisnis tersebut sebagai investasi keluarga
jangka panjang untuk diwariskan kepada keturunan (Berrone et al., 2010). Bukti
menunjukkan bahwa mempertahankan bisnis untuk generasi masa depan biasanya
dilihat sebagai tujuan utama perusahaan keluarga (Kets de Vries, 1993; Zellweger,
Kellermanns, dkk., 2011) dan bahwa banyak bisnis keluarga menunjukkan cakrawala
perencanaan jangka panjang (Miller & Le Breton-Miller, 2006b; Miller, Le Breton-
Miller, & Scholnick, 2008; Sirmon & Hitt, 2003).
Pendekatan Penelitian
Berdasarkan persoalan penelitian yang telah dirumuskan pada pendahuluan, penelitian
ini merupakan studi kasus, yang artinya peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana
praktek akuntansi dapat dikenal dan berkembang di bisnis keluarga khususnya di Paris
Group. Narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wong Djay Tjoe sebagai
pemilik bisnis keluarga pada generasi kedua, William Arifin sebagai anak pertama dari
pemilik bisnis keluarga pada generasi kedua, Chandra Arifin sebagai anak kedua dari pemilik
bisnis keluarga pada generasi kedua, dan Adisa Putra Arifin sebagai anak ketiga dari pemilik
bisnis keluarga. Narasumber terpilih merupakan aktor kunci yang mengetahui praktek
akuntansi dalam bisnis keluarga tersebut.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data kualitatif, dengan melakukan wawancara mendalam
kepada narasumber untuk menggali ide, persepsi, dan pendapat mengenai praktek akuntansi
dalam menjalankan usahanya. Selain itu, juga dilakukan observasi, dengan mengikuti proses
praktek akuntansi yang dilakukan dalam bisnis keluarga terutama di Paris Group ini.
Data yang akan diperoleh mengenai latar belakang dari bisnis keluarga tersebut, siapa
yang memulai bisnis keluarga itu, siapa yang memicu bisnis keluarga tersebut untuk
diperluas, bagaimana sistem akuntansi di masing-masing bidang bisnis keluarga tersebut,
perubahan-perubahan apa saja yang dialami dari generasi pertama sampai generasi ketiga,
bagaimana cara membuat suatu keputusan saat bisnis dengan menggunakan informasi
keuangan dari sistem akuntansi yang digunakan.
11
Metode Analisis Data
Terdapat langkah-langkah dalam menganalisis data dari penelitian ini yaitu langkah
pertama membuat daftar pertanyaan untuk dapat mewawancarai pemilik mengenai latar
belakang usaha, sistem akuntansi, perubahan-perubahan dalam proses akuntansi, dan proses
pengambilan keputusan di bisnis keluarga Paris Grup dengan merekam setiap wawancara
yang diubah menjadi manuscript, kemudian langkah kedua memilih data yang akan
digunakan dan yang tidak akan digunakan. Setelah itu, langkah ketiga adalah melakukan
penyusunan kalimat secara logis dan sistematis sehingga mudah dipahami.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengelompokan praktek akuntansi pada
generasi pertama, kedua, dan ketiga yang dimulai dari mengidentifikasi, bagaimana
mencatatnya, bagaimana mempostingnya, bagaimana dibuat laporan keuangan, bagaimana
dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan bisnis, hal tersebut digunakan supaya
memudahkan dalam proses analisis data. Kemudian langkah terakhir merangkum data yang
telah dididapat dari narasumber.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam penelitian ini, penggalian semua informasi berkaitan dengan praktek akuntansi
di Paris Group yang dilakukan pada kurun waktu bulan Desember 2017. Pertanyaan kepada
pemilik generasi kedua dan ketiga (sebagai narasumber) dengan pertanyaan yang terstruktur.
Pada bagian pertama tentang latar belakang dari masing-masing usaha tersebut, kemudian
yang kedua berkaitan sistem akuntansi yang mereka lakukan pada tiap usaha itu, selanjutnya
yang ketiga berkaitan dengan pengambilan keputusan dari pemilik dengan melihat laporan
keuangan yang telah dibuat.
Latar Belakang Usaha
Paris Group didirikan oleh Oh Hwe Tjin pada tahun 1974, semula bergerak dibidang
roti & snack sebagai generasi yang pertama. Kemudian bisnis tersebut diteruskan kepada
anaknya sebagai generasi yang kedua yaitu Wong Djay Tjoe yang semula meneruskan usaha
dibidang roti & snack, namun seiring dengan berjalannya waktu usaha yang dimiliki generasi
pertama mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga memutuskan untuk
memberikan modal awal kepada anaknya dengan mencoba bisnis baru dan memutuskan
untuk usaha dibidang listrik dan elektronik pada tahun 1982.
12
Hal ini tidak berbeda jauh dengan generasi selanjutnya yaitu ketiga anak dari Wong
Djay Tjoe, yang pada awalnya meneruskan usaha dari neneknya sebagai generasi pertama
dan ibunya sebagai generasi kedua. Anak yang pertama, William Arifin semula meneruskan
dari usaha neneknya yaitu dibidang roti & snack, namun sekarang mencoba bisnis yang baru
dibidang sparepart elektronik dan peralatan listrik rumah tangga pada tahun. Anak yang
kedua, Chandra Arifin semula meneruskan usaha ibunya yaitu dibidang listrik dan elektronik,
namun sekarang mencoba bisnis yang baru dibidang peralatan sound system pada tahun 2009.
Anak yang ketiga, Adisaputra Arifin semula juga meneruskan usaha dari ibunya yaitu
dibidang listrik dan elektronik, namun sekarang mencoba bisnis yang baru dibidang lampu
hias dan lampu panggung pada tahun 2015.
Paris Group sendiri dapat dikatakan sebagai bisnis keluarga karena generasi pertama
masih menjadi bagian pemilik dari generasi kedua dan ketiga. Ketiga generasi tersebut
memiliki kesamaan dalam sejarah mendirikan masing-masing usaha dengan dilatar belakangi
oleh masih sedikitnya jenis produk yang dijual atau dipasarkan pada kota Salatiga namun
dengan bidang usaha yang lain serta ingin mencoba usaha sendiri yang baru. Secara ringkas
akan dijelaskan dengan gambar tabel berikut ini
Tabel 1.
Bisnis Keluarga di Paris Group
Nama Pemilik Tahun Berdiri Jenis Usaha Generasi
Oh Hwe Tjin 1974 Roti & Snack Pertama Wong Djay Tjoe 1982 Listrik dan Elektronik Kedua
William Arifin 2016 Sparepart Elektronik & Peralatan
Listrik Rumah Tangga
Ketiga
Chandra Arifin 2009 Peralatan Sound System Ketiga
Adisaputra Arifin 2015 Peralatan lampu Ketiga
Sumber : Hasil wawancara
Dalam perkembangan usahanya, pemilik generasi kedua mencoba untuk meneruskan
dan menambahkan usaha dari generasi kedua ke generasi ketiga. Hal ini didasarkan pada
pernyataan ibu Wong Djay Tjoe yang diungkapkan sebagai berikut :
“Ada 3 anggota keluarga yaitu anak sendiri yang mengembangkan usaha ini serta produk
yang mereka jual mirip cuman dikembangkan, misalnya saya jual alat listrik kaya bohlam,
lampu, TL, tetapi anak jual lampu hias, terus kalau saya jual misalnya untuk elektronik
13
sparepart, speaker-speaker, namun anak jual audio mobil, untuk sound system. Dulu mungkin
anak melihat perkembangannya toko bagus dan masih bisa dikembangkan jenis-jenis yang
tidak sama tapi mirip atau merk lain dengan kualitas lain, misalnya kalau yang punya saya
kualitas sedang atau kecukupan, anak-anak yang diatasnya lagi yang kualitasnya lebih bagus
lagi, sama-sama speaker tapi beda kualitas, sama-sama bohlam tapi beda merk”
Awal mula membuka usaha juga diungkapkan oleh masing-masing pemilik usaha dari
generasi kedua dan generasi ketiga. Hal ini telah disampaikan oleh pemilik generasi kedua
ibu Wong Djay Tjoe sebagai berikut :
“Bisnis yang saya jalankan adalah peralatan listrik dan sudah berjalan selama 35 tahun.
Dulu masih menjalankan usaha dari orang tua saya yaitu roti dan snack, tapi saya suami
saya ingin mencoba bisnis yang baru yang masih sedikit orang yang berjualan peralatan
listrik dan dari saudara sendiri belom ada yang merintis usaha tersebut”
Sedikit berbeda yang telah disampaikan mengenai awal membuka usaha oleh pemilik
generasi ketiga yaitu anak pertamanya, William Arifin yang mengungkapkan sebagai berikut:
“Usaha yang saya jalankan ini sparepart elektronik dan peralatan listrik rumah tangga.
Sebelumnya saya meneruskan usaha dari nenek saya yaitu roti dan snack, alasan saya
meneruskan usahanya karena bisnis yang dijalankan oleh nenek saya udah cukup lama dan
sayang apabila bisnis tersebut diberhentikan, sehingga saya yang dipercayakan untuk
mengelola bisnisnya. Terus saya memiliki ide untuk membuka usaha yang baru dengan
mengembangkan produk yang lain pada tahun 2016. Hingga saat ini saya masih mengelola
dua tempat usaha”
Lain halnya yang disampaikan dengan kakaknya, pemilik generasi ketiga yaitu anak
keduanya, Chandra Arifin mengungkapkan mengenai awal mula membuka usahanya sebagai
berikut :
“Bisnis yang saya jalankan ini perlengkapan sound system baik untuk mobil, ruangan indoor,
karaoke, dan acara outdoor. Dulu saya melihat perkembangan toko milik mama saya bagus
terus saya tertarik untuk mulai berusaha sendiri, pada waktu itu modal masi dipinjamkan
sama mamaku. Lalu saya mencoba mengembangkan usaha dari mamaku dengan coba-coba
belajar peralatan sound system, hingga akhirnya saya berjualan perlengkapan sound system
sampai sekarang dari tahun 2009.”
14
Tidak berbeda jauh dengan kakaknya yang kedua, pemilik generasi ketiga yaitu anak
ketiganya, Adisa Putra Arifin yang menyampaikan awal mula membuka usahanya sebagai
berikut :
“Bisnis yang saya jalankan ini perlengkapan lampu seperti lampu hias taman dan lampu
panggung. Awalnya saya melihat barang dagangan punya mama saya kurang lengkap dan
bisa dikembangkan lagi, Lalu saya mencoba mengembangkan usaha dengan diberikan modal
oleh mama saya, sehingga saya mempunyai ide untuk membuka usaha yang belom ada
dimiliki oleh saudara saya yaitu dibidang peralatan lampu pada tahun 2015”
Dari pernyataan yang telah diungkapkan oleh ketiga generasi tersebut, sehingga dapat
diringkas dalam bentuk tabel sebagai berikut
Tabel 2.
Peralihan Generasi di Paris Group
Generasi Alasan Buka Usaha Bentuk Bisnis
1 Masih sedikit orang yang memiliki usaha
roti Roti & Snack
2
Mengendalikan bisnis orang tua yang
sudah berkembang Roti & Toko elektronik
Mencoba bisnis baru yang sedikit dimiliki orang lain
3 (Anak Pertama)
Meneruskan usaha dari nenek supaya lebih
berkembang Roti, sparepart elektronik & peralatan rumah tangga
Diberikan modal tambahan oleh nenek
untuk membuka usaha lain
3 (Anak Kedua)
Mengendalikan bisnis orang tua yang
mulai berkembang Toko elektronik & peralatan sound system
Diberikan modal tambahan oleh orang tua untuk membuka usaha yang lain
3 (Anak Ketiga)
Mengendalikan bisnis orang tua supaya
lebih berkembang
Toko elektronik & peralatan
lampu Mencoba bisnis baru yang sedikit dimiliki
orang lain
Diberikan modal tambahan oleh orang tua
untuk membuka usaha yang lain
Sumber : Hasil wawancara
Dari tabel tersebut menunjukan bahwa bisnis keluarga di paris group berkaitan
dengan dimensi-dimensi dari model socioemotional wealth yaitu dimensi yang pertama
15
mengenai pengendalian keluarga dimana dilakukan oleh generasi pertama masih punya
kendali hingga generasi ketiga yakni anak pertama dari generasi kedua, kemudian generasi
kedua juga punya kendali pada anak nya yang kedua dan ketiga. Dimensi yang kedua tentang
mengidentifikasi setiap anggota keluarga dengan bisnis yang dijalankan oleh generasi
pertama dan kedua di Paris Group.
Dimensi yang ketiga dalam hal mengikat ikatan sosial dimana ketika ada salah satu
anggota keluarga yang mengalami butuh dana yang lebih, maka anggota keluarga yang lain
turut membantu meskipun dana yang diberikan tersebut merupakan dana untuk pengelolaan
bisnis. Dimensi keempat adalah keterikatan emosional ditekankan dalam menjalankan sebuah
bisnis keluarga dimana sejarah saat pertama kali bisnis tersebut dijalankan, ada suka maupun
duka tersendiri serta keterlibatan tiap anggota keluarganya. Keterikatan emosional mengacu
pada peran emosional dalam konteks bisnis keluarga yang tidak dapat dipisahkan untuk dapat
menghadapi suatu keadaan yang sifatnya mendesak.
Dimensi yang terakhir adalah mengacu pada tujuan menyerahkan sebuah bisnis
keluarga di Paris Group kepada generasi mendatang, karena sebuah bisnis bukanlah aset yang
mudah untuk dijual melainkan bisnis tersebut adalah warisan dan tradisi turun temurun dari
keluarga tersebut. Akibatnya, anggota keluarga memandang bisnis tersebut sebagai investasi
keluarga jangka panjang untuk diwariskan kepada keturunan. Terbukti pada bisnis keluarga
Paris group ini dimana generasi pertama masih memberikan modal hingga ke generasi ketiga
untuk mengelola bisnis yang baru. Pada awal pemberian modal kepada generasi kedua dan
ketiga yaitu William Arifin dikarenakan kondisi ekonomi keluarga tersebut pada saat itu
kurang baik sehingga generasi pertama memutuskan atau memberi kepercayaannya dengan
memberikan modal tambahan. Namun untuk generasi ketiga anak yang kedua dan ketiga
diberikan modal tambahan dari generasi kedua atau dari orang tuanya.
Pencatatan Akuntansi Masing-Masing Usaha
Pencatatan akuntansi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam menjalankan
usaha tersebut. Pencatatan akuntansi di Paris Group masih dilakukan sendiri oleh pemilik dari
masing-masing generasi. Namun pada generasi ketiga yaitu William Arifin mendapatkan
kepercayaan dari generasi pertama untuk melakukan pencatatan pada bisnisnya, sehingga
William Arifin melakukan pencatatan di dua tempat yaitu pada bisnis milik generasi pertama
dan bisnis miliknya sendiri.
16
Setiap pencatatan akuntansi yang digunakan oleh setiap pemilik usaha dari generasi
ke generasi pasti berbeda. Tidak berbeda dengan pencatatan akuntansi dari bisnis keluarga di
Paris Group pada generasi pertama sampai ke generasi ketiga juga mengalami perbedaan.
Perbedaan pencatatan akuntansi dari masing-masing pemilik usaha dari generasi pertama
sampai generasi ketiga dapat diuraikan sebagai berikut
Tabel 3.
Prosedur Pencatatan Tiap Generasi
Menggunakan
Akuntansi/Tidak
Pencatatan/Pembukuan Prosedur
Pencatatan
Generasi
Pertama
Tidak menggunakan
akuntansi, hanya ada pembukuan
Hanya mencatat kas masuk dan
kas keluar untuk membeli atau menjual barang dagangan
Secara manual
Generasi Kedua
Menggunakan akuntansi tapi masih yang sederhana
Sudah mencatat hutang, piutang, dan keuntungan yang diperoleh
Secara manual
Generasi
Ketiga
Menggunakan akuntansi tapi
masih yang sederhana
Mencatat dengan lebih komplek
yaitu :
Secara manual
dan
komputerisasi 1. Hutang dan piutang
lebih kompleks dengan
menghitung tanggal
jatuh tempo serta diskon
2. Pembelian, penjualan, retur pembelian, retur
penjualan
3. Persediaan yang dicatat secara komputerisasi
Sumber : Hasil Wawancara
Tabel diatas merupakan hasil wawancara dari tiap-tiap generasi. Selain itu, manfaat
yang dirasakan dalam pembukuan tiap generasi berbeda-beda, seperti yang disampaikan oleh
generasi kedua, ibu Wong Djay Tjoe sebagai berikut
“Nota masuk dicatat terus nanti kalau misalnya bayar, bayar tanggal sekian untuk nota
tanggal sekian juga dicatat, kas pengeluaran dan pemasukan juga dicatat. Manfaatnya jadi
tau hutangku masih berapa, biasanya keuntungan toko juga tidak begitu banyak biar dapat
tambahan itu misalnya yang bisa ditabung kan kayak utang sebulan sebelum jatuh tempo
kira-kira jatuh tempo tanggal sekian ada lebih misalnya ditabung dideposito apa gitu supaya
bisa tau gitu berapa yang bisa ditabung, berapa lagi yang bisa untuk ambil barang.”
Senada dengan ibu Wong Djay Tjoe tersebut juga diungkapkan oleh anak pertama,
yaitu William Arifin adalah
17
“Kalau aku kan menjalankan dua usaha, jadi aku pisahin sendiri-sendiri antara toko
milik nenek dengan milik sendiri. Kalau di tempat nenek, saya masih meneruskan
cara mencatat dari nenek, cuman saya menambahkan akun persediaan, misal untuk
snack A sisa berapa, lalu akun gaji pegawai bulanan berapa, dan di tempat nenek
saya masih menggunakan cara yang manual karena stok barang di tempat nenek item
nya tidak terlalu banyak namun di tempat saya sendiri sudah menggunakan
komputerisasi karena stock barang yang terlalu banyak untuk dihafalkan.”
Sedikit berbeda dengan yang disampaikan oleh pemilik generasi ketiga, anak kedua
yaitu Chandra Arifin yang menyatakan sebagai berikut
“Cara mencatatnya ya saat ada hutang dicatat terus saat ada pembayaran hutang juga
dicatat, selain itu juga menginput persediaan saat barang datang dan saat barang terjual.
Kalo saya mencatatnya secara manual dan komputerisasi. Manfaatnya ya untuk melihat
utange berapa, yang udah dibayar mana aja, tau stok yang habis apa saja, terus data
penjualan tiap harinya makin meningkat atau menurun atau bisa jadi sama dengan hari
kemarin, dapat mengetahui kualitas barang yang dibeli dari supplier bagaimana dengan
melihat retur barang yang sering rusak atau tidak”
Lain halnya dengan yang diungkapkan oleh pemilik generasi ketiga, anak ketiga yaitu Adisa
Putra Arifin yang mengungkapkan sebagai berikut
“Kalo ditempatku dicatat saat ada hutang terus saat bayar hutang juga dicatat, stock barang
habis juga dicatat, Manfaatnya supaya tau hutang saya berapa, jatuh temponya kapan, ada
retur barang juga saya catat. Saya mencatatnya masih manual karena stock barang saya
tidak terlalu banyak dan sebagian masih bisa diingat barangnya.”
Dengan melihat hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa pencatatan akuntansi
yang digunakan tiap generasi beda-beda sesuai dengan kebutuhan yang dipakai oleh pemilik.
Kebutuhan dari generasi pertama dengan generasi kedua dan ketiga berbeda. Generasi
pertama memiliki kebutuhan bahwa berapa keuntungan yang akan didapat, generasi kedua
memiliki kebutuhan bahwa berapa keuntungan yang didapat, berapa hutang yang dimiliki,
menghitung gaji pegawai. Generasi ketiga mencakup semua generasi pertama dan kedua
namun ditambah dengan jumlah persediaan yang telah diatur dengan baik serta kualitas
barang yang dijualnya.
Proses Pengambilan Keputusan
18
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, pemilik dari masing-masing usaha
memiliki 3 sifat dalam pengambilan keputusan yaitu terstruktur, semi terstruktur dan tidak
terstruktur. Terstruktur merupakan keputusan yang sifatnya rutin, keputusan dimana para
pemilik generasi pertama hingga ketiga untuk membeli barang dagangan, menentukan
kualitas barang yang dilakukan oleh pemilik generasi ketiga. Sedangkan semi terstruktur
merupakan keputusan untuk menentukan kesepakatan harga antara supplier dan pembeli.
Kemudian keputusan yang sifatnya tidak terstruktur adalah keputusan yang sifatnya tidak
rutin, seperti yang dilakukan oleh pemilik generasi pertama hingga ketiga dalam membuka
usaha yang benar-benar baru serta produk yang dijual mereka berbeda.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam model socioemotional wealth, bisnis
keluarga paris group tetap mempertimbangkan lebih pada asset keluarga yang menjadi
prioritas utama, sehingga tidak dapat melepaskan apa yang sudah berdiri untuk diberhentikan
namun tiap anggota keluarga dapat membuka bisnis yang baru dengan mempertahankan
bisnis yang sudah ada. Hal tersebut dapat dilihat dari prinsip pencatatan akuntansi yang
digunakan dari generasi pertama sampai generasi ketiga, persamaannya sampai ke generasi
ketiga adalah membedakan pencatatan hutang dan piutang antara keluarga dengan orang lain,
hal ini terlihat jelas bahwa model socioemotional wealth diterapkan, kemudian perbedaannya
terletak pada sistem pencatatan pada generasi ketiga sudah menggunakan komputerisasi
untuk mencatat persediaan yang lebih mendetail.
Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu subyek yang diteliti terlalu sedikit dan masih
dalam kategori lingkup kecil di kota Salatiga
Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengatasi keterbatasan dalam penelitian ini
yang hanya disatu tempat, akan lebih baik dilakukan dengan tempat yang lain sehingga dapat
menjadi perbandingan, karena bisa jadi prakteknya berbeda-beda
19
DAFTAR PUSTAKA
A.B. Susanto & Yohana Susanto. http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/family-
business/budaya-perusahaan-keluarga. 2014.
A.M. Lilik Agung. CEO Wisdom 2. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2012.
Anderson, R. C., & Reeb, D. V. "Founding family ownership and firm performance: Evidence from the
S&P 500." Journal of Finance, 58,, 2003b: 1308-1328.
Ashforth, B., & Humphrey, R. "Emotion in the workplace: a reapprasial." Human Relations, 48(2),,
1995: 97-125.
Berone, P., Cruz, C., Gomez-Mejia, L., & Larraza-Kintana, M. "Socioemotional wealth and corporate
responses to institutional pressure: Do family-controlled firms pollute less?" Administrative Science
Quarterly, 55, 2010: 82-113.
Carlock, Randel S., & Ward, John L. "When family businesses are best the parallel planning process
for family harmony and business success. Great Britain: MPG Group, Bodmin and Kings Lynn." 2010.
Carrigan, M., & Buckley, J. ""What's so special about family business?" An exploratory study of UK
and Irish consumer experiences of family business." International Journal of Consumer Studies, 32,
2008: 656-666.
Cason, M. "The economics of family firm." Scandinavian Economic History Review, 47(1), 1999: 10-
23.
Chua, J. H., Chrisman, J.J., & Sharma, P. "Defining the family business by behaviour."
Enterprenerurship Theory and Practice, 23(4), 1999: 19-39.
Coleman, J. S. . "Social capital in the creation of human capital." American Journal of Sociology, 94,,
1988: S95-S120.
Collis dan Jarvis, 2002, 1981 Leichti, 2001 McMahon, and 1991 McMahon dan Holmes. ""Financial
information and the management of small private companies", "How accounting affect the
strategies of a new business", "Business growth and performance and the financial reporting
practices of Australian manufacturing SMEs"." Journal of Small Business and Enterprise Development
and Journal of small Business Management, 2002, 1981, 2001, 1991.
Cruz, C., Justo, R., & De Castro, J. "Does family employment enhance MSEs performance? Integrating
socioemotional wealth and family embeddedness perspective." Journal of Business Venturing, 27,,
2012: 62-76.
Dunn, B. "The family factor: The impact of family relationship dynamics on business-owning families
during transitions." Family Business Review, 12, , 1999: 41-60.
Dyer, W. G., & Whetten, D.A. "Family firms and social responsbility: Preliminary evidence from the
S&P500." Enterpreneurship Theory and Practice, 30,, 2006: 785-802.
20
Eddleston, K. A., & Kellermanns, F. W. "Destructive and productive family relationships: A
stewardship theory perspective." Journal of Business Venturing, 22, , 2007: 545-565.
Epstein, N. B., Bishop, D., Ryan, C., Miller, I., & Keitner, G. "The McMaster model view of healthty
family functioning. In F. Walsh (Ed.),." Normal family processes, 1993: 138-160.
Gersick, K., Davis, J., Hampton, M., & Lansberg, I. Generation to generation: Life cycles of the family
business, 1997.
Gomez-Mejia, dkk. "Socioemotional wealth and business risks in family-controlled firms: Evidence
from Spanish olive oil mills." Administrative Science Quarterly, 52, 2007: 106-137.
Gomez-Mejia, L. R., Makri, M., & Larraza Kintana, M. "Diversification decisions in family-controlled
firms." Journal of Management Studies, 47,, 2010: 223-252.
Gomez-Mejia, L. R., Welbourne, T. M., & Wiseman, R. M. "The role of taking and risk sharing under
gain-sharing." Academy of Management Review, 25(3), 2000: 492-507.
Kets de Vries, M. F. R. "The dynamics of family controlled firms: The good an the bad news."
Organizational Dynamics, 1993: 59-71.
Kompasiana. Pailit Jamu Nyonya Meneer. Agustus 8, 2017.
Le Breton-Miller, I., Miller, D., & Lester, R. H. S. "Stewardship or agency: A social embeddedness
reconciliation of conduct and performance in public family businesses." Organization Science, 22,
2011: 704-721.
Lipman, Frederick D. "The family business guide. United States of America: Palgrave Macmillan."
2010.
Madeline, dan Ronny . "Analisis Proses Perencanaan Suksesi Pada Perusahaan Yang Bergerak Di
Bidang Transportasi." AGORA, 2015: 1.
Marshall Romney & Paul Steinbart. Accounting Information Systems. United State of America:
Pearson Prentice Hall, 2006.
Micelotta, E., & Raynard, M. "Concealing or revealing the family? Corporate brand identify strategies
in family firm." Family Business Review, 24, 2011: 197-216.
Miller, D., Jangwoo, L., Sooduck, C., & Le Breton-Miller, I. "Filling the institutional void: The social
behaviour and performance of family vs non family technology firms in emerging markets ." Journal
of international Business Studies, 40,, 2009: 802-817.
Miller, D., Le Breton-Miller, I. "Priorities, practices and strategies in succesful and failing family
businesses: An elaboration and test of the configuration perspective." Strategic Organization, 4, ,
2006b: 379-407.
Miller, D., Le Breton-Miller, I., & Scholnick, B. "Stewardship vs stagnation: An empirical comparison
of small family and non-family businesses." Journal of Management Studies, 45,, 2008: 51-78.
21
Poza, Ernesto J. "Family business 2nd edition. United States of America: Thomson South-Western."
2007.
Reid, Falconer and. "Problems, Challenges and opportunities: the small business on a single decision-
maker." Management Accounting Research, 2002: Vol. 11 No. 4, pp. 385-390.
Roy Sembel, dkk. "Smart Saving and Borrowing for Ordinary Family." Jakarta: Elex media
Komputindo, 2003.
Schulze, W. S., Lubatkin, M. H., & Dino, R. N. "Toward a theory agency and altruism in family firms."
Journal of Business Venturing, 18,, 2003b: 450-473.
Shepherd, D. A., Wiklund, J., & Haynie, J. M. "Moving forward: Balancing the financial and emotional
cost of business failure." Journal of Business Venturing, 24, , 2009: 134-148.
Sirmon, D. G., & Hitt, M. "Managing resources: Linking unique resources, management, and wealth
creation in family firm." Entrepreneurship Theory and Practice, 27,, 2003: 339-358.
Tagiuri, R., Davis, J. "On the goal of successful family businesses." Family Business Review, 5,, 1992:
43-62.
Taguiri, R., Davis, J. A. "Bivalent attributes of the family firm." Family Business Review, 9,, 1996: 199-
208.
Teal, E. J., Upton, N., & Seaman, S.E. "Comparative analysis of strategic marketing practices of high-
growth U.S. family and non-family firms." Journal of Developmental Entrepreneurship, 8,, 2003: 177-
195.
Uhlaner, L.M. "Business family as a team: Underlying force for sustained competitive advantage. In
P. Z. Poutziouris, K. X. Smyrnios, & S. B. Klein (Eds.),." Handbook of Research on Family Business,
2006: 125-144.
Uzzi, B. "Social structure and competition in interfirm networks: The paradox of embeddedness."
Administrative Science Quarterly, 42, 1997: 35-67.
Wiseman, R.M & Gomez-Mejia, L.R. "A behavioral agency model of managerial risk taking ."
Academy of Management Review, 22, 1998: 133-153.
Zellweger, T. M., & Astrachan, J. H. . "On the emotional value of owning a firm." Family Business
Review, 4,, 2008: 347-363.
Zellweger, T. M., Kellermanns, F. W, Chrisman, J., & Chua, J. "Family control and family firm valuation
by family CEOs: The importance of intentions for transgenerational control." Organizational Science,
1,, 2011: 1-36.
22
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fendy Wibisono
Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 2 Juni 1996
Agama : Katholik
Alamat : Donoharjo Rt 3 Rw 2 Wuryorejo, Wonogiri
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 2002 – 2008 : SD Kanisius Wonogiri
2. 2008 – 2011 : SMP Kanisius Wonogiri
3. 2011 – 2014 : SMA Kristen Satya Wacana Salatiga
4. 2014 – 2018 : Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
PENGALAMAN PANITIA/KERJA
1. Tahun 2016 : Panitia Compay Visits “ACSOVESTA” (2016)
2. Tahun 2017 : Panitia Sociopreneur UKSW 2017
3. Tahun 2017 : Panitia Economic Fair 2017
23
LAMPIRAN
Gambar 1. Nota Penjualan, Pemilik Ibu Wong Djay Tjoe
Gambar 2. Nota Pembelian, Pemilik Ibu Wong Djay Tjoe
24
Gambar 3. Pencatatan di Buku Sendiri, Pemilik Wong Djay Tjoe
Gambar 4. Nota Penjualan, Pemilik William Arifin
25
Gambar 5. Nota Pembelian, Pemilik William Arifin
Gambar 6. Pencatatan di Buku Sendiri, Pemilik William Arifin
26
Gambar 7. Nota Penjualan, Pemilik Chandra Arifin
Gambar 8. Nota Pembelian, Pemilik Chandra Arifin
27
Gambar 9. Pencatatan Hutang, Pemilik Chandra Arifin
Gambar 10. Pencatatan Secara Komputerisasi, Pemilik Chandra Arifin
28
Gambar 11. Pencatatan Ketika Barang Masuk, Pemilik Chandra Arifin
Gambar 12. Pencatatan Ketika Barang Keluar, Pemilik Chandra Arifin
29
Gambar 13. Nota Penjualan, Pemilik Adisa Putra Arifin
Gambar 14. Nota Pembelian, Pemilik Adisa Putra Arifin
30
Gambar 15. Pencatatan di Buku Sendiri, Pemilik Adisa Putra Arifin
KETERLIBATAN ANGGOTA KELUARGA DALAM PENERAPAN AKUNTANSI PADA BISNIS KELUARGA(Studi Kasus: Paris Grup Salatiga)DAFTAR PUSTAKA