Upload
yati-maryati
View
5
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Fisika Material
Citation preview
LAPORAN AKHIR PRATIKUM
FISIKA MATERIAL II
MODUL 2.3
PENGUKURAN SUSCEPTIBILITAS DAN PERMEABILITAS BAHAN
MAGNET
Semester Genap
Tahun Ajaran 2014/2015
PRODI FISIKA-FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MEI 2015
Kelompok Praktikum : K1
Nama Mahasiswa : Yati Maryati
NPM Mahasiswa : 140310120002
Nama Partner : Miranda Savitri
NPM Partner : 140310120020
Hari/ Tanggal Praktikum : Selasa , 28 April 2015
Jam Praktikum : 08:00 – 10:30 WIB
Asisten Praktikum :Satria A
Hari/ Tangga Penyerahan Laporan : Selasa, 5 Mei 2015
MODUL 2.3
PENGUKURAN SUSCEPTIBILITAS DAN PERMEABILITAS BAHAN
MAGNET
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami prinsip pengukuran melalui rangkaian RLC.
2. Menentukan nilai susceptibilitas dan permeabilitas bahan – bahan magnet.
II. TEORI DASAR
2.1 Pengertian Magnet
Kata magnet berasal dari Magnesia, nama suatu kota di kawasan Asia. Di
kota inilah orang-orang Yunani sekitar tahun 600 SM menemukan sifat magnetik
dari mineral magnetik. Secara umum, pengertian magnet adalah kemampuan suatu
benda untuk menarik benda-benda lain yang berada disekitarnya. Magnet dapat
dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam lainnya. Di perkirakan orang Cina
adalah yang pertama kali memanfaatkan batu magnet ini sebagai kompas, baik di
darat maupun di laut. Hingga saat ini, magnet banyak dimanfaatkan untuk perangkat
elektronik, seperti bel listrik, telepon, dan mikrofon.
Berdasarkan asalnya, magnet dibagi menjadi dua kelompok, yaitu magnet
alam dan magnet buatan. Magnet alam adalah magnet yang ditemukan di alam,
sedangkan magnet buatan adalah magnet yang sengaja dibuat oleh manusia. Magnet
buatan selanjutnya terbagi lagi menjadi magnet tetap (permanen) dan magnet
sementara. Magnet tetap adalah magnet yang sifat kemagnetannya tetap (terjadi
dalam waktu yang relatif lama). Sebaliknya, magnet sementara adalah magnet yang
sifat kemagnetannya tidak tetap atau sementara. Sebuah magnet terdiri atas magnet-
magnet kecil yang mengarah ke arah yang sama. Magnet-magnet kecil ini disebut
magnet elementer. Pada logam yang bukan magnet, magnet elementernya
mempunyai arah sembarangan sehingga efeknya saling meniadakan dan
mengakibatkan tidak adanya kutub-kutub di ujung logam. Berdasarkan
kemagnetannya, benda dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Benda magnetik: Benda magnetik adalah benda yang dapat ditarik oleh
magnet dengan cukup kuat. Contoh: besi, baja, nikel, kobalt.
b. Benda bukan Magnetik (non magnetik): Benda yang sedikit atau tidak dapat
ditarik oleh magnet. Bendan non magnetik ini terbagi lagi menjadi bahan
feromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik.
Gambar 1. Magnet
Magnet mempunyai 2 kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Di kutub-
kutub inilah kekuatan sifat kemagnetan yang paling besar. Jika 2 kutub yang
sama/sejenis (selatan-selatan/utara-utara) bertemu maka akan saling tarik menarik,
sebaliknya jika yang bertemu tidak sejenis (selatan-utara/utara-selatan) maka akan
saling tarik menarik. Bagian kutub ini adalah ciri khas yang terus melekat atau tidak
dapat dipisahkan dari suatu magnet. Seandainya kita memotong sebuah magnet,
maka masing-masing potongan tersebut akan membentuk kutub-kutub magnet yang
baru. Suatu magnet memiliki medan magnet. Medan magnet adalah daerah di sekitar
magnet di mana magnet lain masih dapat dipengaruhi oleh gaya magnet jika berada
pada daerah itu. Medan magnet itu sering digambarkan dengan garis gaya magnet.
Garis gaya magnet adalah pola garis yang terbentuk di sekitar medan magnet. Sifat
garis gaya magnet tersebut adalah:
Garis gaya magnet keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub
selatan.
Garis gaya magnet tidak pernah berpotongan.
Gambar 2. Arah garis-garis gaya magnet
2.2 Medan Magnet
Medan magnet didefinisikan sebagai ruang disekitar sebuah magnet atau di
sekitar sebuah penghantar yang dialiri arus. Medan magnet merupakan besaran
vektor, sehingga kita dapat menggunakan garis medan untuk menyatakan medan
magnet. Salah satu besaran medan magnet adalah induksi magnet dan dinyatakan
dengan vector ̅. Garis medan induksi magnet disebut garis induksi. Seperti halnya
pada medan listrik, jumlah garis gaya yang menembus pada suatu permukaan luasan
S dapat ditentukan bila induksi magnet pada tiap titik pada permukaan luasan S
tersebut diketahui. Bila ̅ adalah vektor elemen luas pada luasan S tertentu dan ̅
adalah vektor induksi pada elemen luas tersebut, maka jumlah garis gaya atau Fluks
Ф yang keluar dari permukaan luasan S adalah:
(1)
Integral pada persamaan (1) adalah integral permukaan. Integral ̅ ̅ menyatakan
produk scalar vector ̅ dan ̅. Persamaan (1) juga dapat ditulis :
(2)
adalah sudut antara vektor B dan dA, sedangkan Bn = B cos adalah komponen B
pada arah normal. Hubungan diatas berasal dari gambaran besar induksi magnet (B)
sebagai rapat garis gaya tiap satuan luas, sehingga besar induksi magnet (B) dapat
disebut sebagai rapat fluks
2.3 Medan Magnetik Dari Suatu Muatan Bergerak
Medan magnet dapat dihasilkan dari suatu muatan listrik q yang bergerak
dengan kecepatan v. Medan magnet yang dihasilkan pada jarak r dari muatan
bergerak q adalah sebesar :
(3)
di mana μo adalah kostanta permeabilitas udara yang besarnya 4πx10-7
N/A2.
r merupakan jarak dari muatan terhadap titik di mana medan magnet diukur dan r
vektor satuan dengan arah tegak lurus permukaan yang dibentuk perkalian vektor v
dan r.
Gambar 3. Arah medan magnet yang dihasilkan dari sebuah muatan listrik yang bergerak
2.4 Medan Magnet Di Sekitar Kawat Berarus Listrik
Karena medan magnet dapat timbul pada muatan yang bergerak, maka dapat
dipastikan bahwa kawat berarus listrik akan menimbulkan medan magnet, sebab arus
merupakan muatan listrik yang bergerak. Hal ini pertama kali diamati oleh HC.
Oersted pada tahun 1820. Arah dari medan magnet dapat dilihat melalui aturan
tangan kanan dengan ibu jari menunjuk arah arus lisrik dan keempat jari lain yang
mengepal menunjukkan arah medan megnet. Besarnya medan magnet bergantung
dari bentuk kawat berarus dan dapat dihitung dengan hukum Biot-Savart. Untuk
kawat berarus, kita hanya menggantikan qv pada persamaan (1) di atas dengan
elemen arus Idl, karena keduanya identik, sehingga diperoleh :
(4)
r adalah jarak suau titik dengan kawat berarus. Persamaan (4) ini dikenal sebagai
hokum Biot-Savart
Gambar 4. Kawat lurus berarus menimbulkan medan B yang arahnya melingkar menurut aturan
tangan kanan
Pada gambar dl x r akan menghasilkan dl sin φ atau dl cos θ dan l = z tan θ sehingga:
karena itu medan magnet sejauh z adalah :
(5)
Jika dianggap panjang kawat tak-berhingga dibanding z, maka θ1 = π/2 dan θ2 =
+π/2. karenanya :
(6)
2.5 Kawat Lingkaran Berarus Listrik
Gambar 5. Kawat lingkaran berarus listrik
Medan Magnet Di Pusat Lingkaran :
(7)
Medan Magnet Sepanjang Sumbu Kawat Melingkar :
(8)
2.6 Solenoida
Gambar 6. Solenoida dengan inti besi
Solenoida adalah induktor yang terdiri gulungan kawat yang kadang di
dalamnya dimasukkan sebuah batang besi berbentuk silinder sebagai dengan tujuan
memperkuat medan magnet yang dihasilkannya. Solenoida digunakan dalam banyak
perangkat elektronika seperti bel pintu atau pengeras suara. Secara skematik bentuk
dari solenoida dapat dilihat pada gambar 4 di mana solenoida terdiri dari n buah
lilitan kawat berarus listrik I, medan magnet yang dihasilkan memiliki arah seperti
pada gambar, di mana kutub utara magnet mengikuti aturan tangan kanan 1.
Gambar 7. solenoida dengan banyaknya lilitan N
Besarnya kuat medan magnet yang dihasilkan pada sebuah titik P pada sumbu
di dalam solenida dapat difikirkan sebagai jumlah dari medan magnet yang
dihasilkan sebuah kawat berbentuk lingkaran yang telah kita hitung sebelumnya,
dengan x yang berubah, sehingga dari persamaan (7) :
Gambar 8. Medan magnet dalam suatu solenoida
jika solenoida memiliki panjang L yang terdiri dari N buah lilitan, maka jumlah
lilitan persatuan panjang sebut saja n adalah n=N/L. Maka jika kita jumlahkan
seluruh lilitan sebanyak ndx, kita harus melakukan integrasi untuk seluruh dx dari –
X1 ke X2 :
hasil dari bentuk integral ini dapat dilihat pada tabel-tabel integral baku pada buku
kalkulus anda, di mana berlaku :
Sehingga :
Sehingga medan magnet di tengah sumbu solenoida adalah :
(9)
Jika jari jari solenoida R kita anggap jauh lebih kecil dari x1 dan x2, maka
suku pertama dalam kurung pada persamaan terakhir dapat didekati :
begitu juga suku kedua, sehingga :
dengan demikian kita peroleh kuat medan magnet untuk solenoida dengan jumlah
lilitan persatuan panjang n adalah :
(10)
2.7 Rangkaian RLC
Sebuah rangkaian sederhana yang terdiri dari kawat konduktor dan elemen
rangkaian lainnya seperti resistor dan induktor yang dihubungkan secara seri dengan
sebuah batrai (ε) maka tegangan listrik (V) akan timbul pada masing–masing elemen
tersebut dan arus listrik (I) akan mengalir melalui elemen-elemen tersebut.
Rangkaian yang seperti ini sering disebut dengan rangkaian RL, secara prinsip skema
rangkaian RL ditunjukkan oleh gambar 9.
Gambar 9. Skema rangkaian RL
Sesaat setelah saklar ditutup pada rangkaian tidak mengalir arus (karena sifat
induktor yang tidak bisa berubah dengan seketika) maka sesaat setelah penutupan
saklar arus pada rangkaian adalah nol. Misalkan I adalah arus pada waktu t sesaat
setelah saklar ditutup maka laju perubahan arus pada waktu tersebut adalah sebesar
di/dt, sehingga besarnya tegangan yang melalui resistor pada waktu tersebut adalah
VR = IR
sedangkan tegangan yang melalui induktor adalah
VL = L di/dt
Hukum Kirchhoff yang berlaku untuk rangkaian RL ini adalah
ε − IR − L di/dt = 0
Solusi persamaan arus transier untuk persamaan diatas adalah
I(t) = ε/R (1 – e –Rt/L)
dimana:
VR = Tegangan resistor (Volt)
VL = Tegangan induktor (Volt)
I = Arus (Ampere)
R = Resistansi (Ω)
L = Induktansi (Henry)
di/dt= Laju perubahan arus
Persamaan Respon transien rangkaian RL dapat dilihat pada gambar 10 :
Gambar 10. Respon transien rangkaian RL
Dari gambar 8 dapat dilihat mula-mula arus sesaat i naik secara cepat,
kemudian bertambah secara lebih lambat dan mendekati nilai akhir I= ε/R. Pada
waktu yang sama dengan L/R arus tersebut naik menjadi (1 – 1/e) atau kira-kira 63%
dari nilai akhirnya. Kuantitas L/R menyatakan sebuah ukuran mengenai seberapa
cepat arus itu bertambah menuju nilai akhirnya atau biasa disebut konstanta waktu
dan dinyatakan dengan τ .
Induktor juga sering disebut dengan solenoida atau kumparan adalah sebuah
koil yang terdiri dari banyak lilitan dalam bentuk struktur silindris dengan jari-jari R
dan panjang ℓ. Fungsi utama dari induktor dalam rangkaian sederhana RL ini adalah
sebagai penyimpan energi, dimana energi yang disimpan ini adalah dalam bentuk
medan magnetik internal dengan garis-garis gaya magnet merupakan gabungan dari
garis-garis gaya magnet dari kawat melingkar. Besarnya medan magnet B yang
dihasilkan induktor dengan jumlah lilitan persatuan panjang n adalah :
B = μ0 . n . I
Induktor yang diberi tambahan inti apabila dialiri arus listrik dapat
menghasilkan medan magnet yang lebih besar dibanding induktor yang hanya
memiliki inti udara. Hal ini disebabkan medan magnet induktor akan membuat
magnet-magnet elementer (dipol–dipol magnet) material inti tersebut searah dan
termagnetisasi. Sebagai hasilnya, medan magnet yang terjadi merupakan gabungan
dari medan magnet selenoida (B0) dan medan magnet material inti (Binti), secara
matematis ditulis dengan :
BT = B0 + Binti
Besarnya medan magnet yang ditimbulkan material inti adalah :
B inti = μ0 . M
M menyatakan magnetisasi, untuk bahan paramagnetik dan feromagnetik
magnetisasi mempunyai arah yang sama dengan B0. Sehingga magnetisasi
berbanding lurus dengan medan magnetik solenoida yang dikerahkan untuk
menyearahkan dipol magnetik pada material inti tersebut. Dengan demikian dapat
ditulis :
M = xm (B0/μ0)
xm adalah suseptibilitas magnetik, yang nilainya berbeda-beda untuk masing-masing
material, yaitu:
1. Diamagnetik
Material diamagnetik ini mempunyai nilai suseptibilitas magnetik xm negatif
dan sangat kecil, beberapa material yang termasuk golongan ini adalah Timah,
Tembaga, Intan, Emas, Air raksa, Perak,Hidrogen (1 atm) dan Nitrogen. Medan
magnet luar yang diberikan pada material diamagnetik akan menyebabkan elektron-
elektron dalam atom akan mengubah geraknya menjadi sedemikian rupa sehingga
menghasilkan resultan medan magnet atomis yang arahnya berlawanan dengan
medan magnet luar tersebut. Keadaan inilah yang menyebabkan medan magnet
totalnya menjadi kecil. Besarnya suseptibilitas xm diamagnetik pada suhu ruang
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Xm diamagnetic pada suhu kamar
2. Paramagnetik
Material paramagnetik adalah material yang memiliki suseptibilitas magnetic
xm yang positif dan sangat kecil. Apabila tidak terdapat medan magnetik luar
momen magnetik ini tersusun secara acak, tetapi jika diberi medan magnet luar
momen magnetik ini akan cendrung menyearahkan sejajar dengan medannya.
Kecendrungan momen magnetik untuk sejajar dengan medannya ini dilawan oleh
kecendrungan momen untuk bergerak secara acak akibat gerakan termalnya sehingga
suseptibilitas paramagnetik semakin berkurang dengan semakin bertambahnya suhu.
Besarnya suseptibilitas xm paramagnetik pada suhu ruang dapat
dilihat pada tabel 2:
Tabel 2. Xm paramagnetik pada suhu kamar
3. Feromagnetik
Material feromagnetik merupakan material yang memiliki banyak spin
elektron yang tidak berpasangan dan masing-masing spin elektron yang tidak
berpasangan ini akan menimbulkan medan magnetik, sehingga medan magnet total
yang dihasilkan oleh satu atom menjadi lebih besar. Material yang masuk pada
golongan feromagnetik adalah besi murni, kobalt dan nikel serta gabungannya.
Material feromagnetik ini terdiri dari daerah-daerah kecil yang disebut domain, yang
berprilaku seperti magnet kecil dengan kutub utara dan selatan. Medan magnet luar
yang diberikan pada material ini akan membuat domain dengan momen magnet
paralel terhadap medan eksternal akan mengembang sementara yang lain mengerut.
Dalam penelitian ini telah dibuat sebuah rangkaian sederhana yang terdiri dari batrai,
kawat konduktor, resistor dan koil yang dihububungkan secara seri. Jumlah lilitan
dari koil divariasikan yaitu 50,100, dan 150 lilitan, sedangkan untuk inti koil dipilih
dari beberapa material yaitu Fe (besi), Al (Aluminium), dan Cu (Tembaga). Variable
yang diteliti adalah pengaruh penambahan inti terhadap medan magnet pada koil dan
pengaruh penambahan inti terhadap penambahan inti terhadap tegangan induktor dan
resistor. Penelitian medan magnetik juga dilakukan untuk medan magnet sebagai
fungsi arus dan medan magnet sebagai fungsi jarak.
Gambar 11. Arah domain-domain dalam bahan
ferromagnetik sebelum diberi medan magnet
luar.
Gambar 12. Arah domain dalam bahan
feromagnetik setelah diberi medan magnet luar.
Bahan feromagnetik sebelum diberi medan magnet luar mempunyai domain
yang momen magnetiknya kuat. Momen magnetik ini mempunyai arah yang
berbeda-beda dari satu domain ke domain yang lain, sehingga medan magnet yang
dihasilkan tiap domain saling meniadakan.
Jika bahan ini diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain ini akan
mensejajarkan diri searah dengan medan magnet dari luar tersebut. Semakin kuat
medan magnetnya semakin banyak domain-domain yang mensejajarkan dirinya.
Setelah seluruh domain terarahkan, penambahan medan magnet luar tidak memberi
pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain yang disearahkan. Keadaan ini
dinamakan keadaan saturasi (jenuh).
III. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Perangkat sinyal function generator dan osiloskop digital
Perangkat rangkaian RLC (R, C=220µF dan L)
Bahan padat Besi, Tembaga, Alumunium dan Teflon
3.2 Prosedur Eksperimen
1. Membuat rangkaian RLC, dimana R seri dengan LC paralel
2. Menghubungkan rangkaian tersebut dengan Sinyal Function Generator
(SFG) dan Osiloskop
3. Mengatur SFG untuk menemukan frekuensi resonansi
(Sebelumnya telah dihitung dengan rumus
√ )
4. Mencatat nilai finput, foutput, Vinput, dan Voutput
5. Mengulangi prosedur 3 dan 4 dengan 5 variasi finput
6. Mengulangi prosedur 3 sampai 5 dengan menambahkan beban (magnet,
alumunium, ferrite) ke dalam inductor.
IV. PENGOLAHAN DATA
4.1. Data Hasil Percobaan
Nilai komponen yang digunakan dan diketahui :
Literatur Permeabilitas tiap bahan
Sehingga:
( ) ( )
Menentukan Frekuensi Resonansi dari permeabilitas yang diketahui
1. Menentukan nilai induktansi Udara
( ) ( )
2. Menghitung nilai frekuensi resonansi udara
√
( )√( ) ( )
√
Tabel 1. Hasil perhitungan untuk semua bahan
Bahan µ bahan (H/m) L (H) Fres (Hz)
Udara 1,25667E-06 0,0002269 712,739
Alumunium 1,25667E-06 0,0002269 712,723
Ferrite 0,0008 0,114444 28,2478
Magnet 0,0008 0,114444 28,2478
𝜇𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑥 𝐻/𝑚
𝜇𝐴𝑙𝑢𝑚𝑢𝑛𝑖𝑢𝑚 𝑥 𝐻/𝑚
𝜇𝐹𝑒𝑟𝑟𝑖𝑡𝑒 𝑥 𝐻/𝑚
𝜇𝑀𝑎𝑔𝑛𝑒𝑡 𝑥 𝐻/𝑚
𝐶 𝜇𝐹 𝑥 𝐹
𝑙 𝑠𝑜𝑙𝑒𝑛𝑜𝑖𝑑𝑎 𝑥 𝑚
𝑟 𝑥 𝑚
Data Hasi Percobaan
Tabel 2. Udara
Fin (Hz) Fout (Hz) Vo (mV)
500 513,4 768
600 618 760
700 733,7 752
800 830,6 760
900 940,7 768
Tabel 3. Alumunim
Fin (Hz) Fout (Hz) Vo (mV)
500 514,7 768
600 619,8 768
700 732,1 664
800 837,1 760
900 945,8 768
Tabel 4. Ferrite
Fin (Hz) Fout (Hz) Vo (mV)
10 9,524 728
20 19,67 760
30 31,25 768
40 41,52 776
50 52,08 768
Tabel 5. Magnet
Fin (Hz) Fout (Hz) Vo (mV)
10 9,259 704
20 20,4 752
30 31,25 768
40 41,57 768
50 51,68 776
Keterangan :
Keadaan saat terjadi resonansi
Menghitung f resonansi, Induktansi L, permeabilitas µ, dan susceptibilitas χ
Contoh perhitungan untuk Udara (tanpa beban) :
⁄
( )
Tabel 6. Hasil perhitungan untuk semua bahan
No kondisi beban fres (Hz) Induktansi L (H) bahan (H/m) χm
1 Udara
2 Alumunium
3 Ferrite
4 Magnet
V. PEMBAHASAN HASIL
Pada praktikum mengenai pengukuran susceptibilitas dan permeabilitas
bahan magnet ini dilakukan percobaan dengan menggunakan metode induksi. Pada
percobaan ini terdapat dua prosedur utama, yaitu mengukur besarnya sinyal keluaran
dari rangkaian RLC tanpa beban yakni hanya udara dan dengan menggunkan beban
berupa alumunium, ferrite dan magnet yang dimasukan kedalam selenoida. Pada
rangkain RLC ini digunakanReesistor R = 82 ohm, kapasitor C=220 µF dan solenoid
dengan N = 50 lilitan, d = 2,52 cm dan l = 1,5 cm. Percobaan ini dilakukan dengan
memberikan variasi frekuensi untuk mendapatkan frekuensi resonansi pada setiap
bahan. Frekuensi resonansi akan terjadi ketika sinyal keluaran yang dihaslkan
bernilai paling kecil.
Sebelum menentukan frekuensi yang akan diberikan pada setiap bahan,
dihitung terlebihdahulu frekuensi resonansi berdasarkan µ literature yang telah
diketahui. Dengan menggunkanan perumusan yang telah ada dapat diketahui
perkiraan rentang nilai frekuensi yang harus diberikan untukmendapatkan frekuensi
resonansi. Hal ini dilakukan agar tidak terlalu banyak menggunakan variasi
frekuensi. Setelah menentukan besarnya frekuensi yang dilakukan, dilakukan
pengamatan nilai tegangan keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian dengan variasi
frekuensi yang diberikan. Setiap variasi diukur sebanyak 5 kali dengan variasi
frekuensi inputnya.
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa nilai yang didapat
untuk udara adalah ⁄ dan . Dari
hasil tersebut dapat kita lihat bahwa berdasarkan nilai suseptibilitasnya, udara dapat
digolongkan menjadi bahan paramagnetik. Seperti diketahui bahwa material
paramagnetik adalah material yang memiliki suseptibilitas magnetic xm yang positif
dan sangat kecil. Nilai tersebut juga berlaku untuk bahan alumunium, karena
frekuensi resonansi yang terjadi pada alumunium sama nilainya dengan frekuensi
resonansi yang terjadi pada udara atau tanpa beban. Berikut niai yang didapat untuk
bahan alumunium : ⁄ dan .
Sehingga bisa diketahui bahwa berdasarkan perhitungan ini alumunium termasuk
kedalam bahan paramagnetik. Nilai yang didapat untuk magnet adalah
⁄ dan . Nilai untuk ferrite juga sama dengan magnet
karena memiliki frekuensi resonansi yang sama. Dapat kita lihat bahwa nilai
susceptibilitas yang didapatkan oleh ferrite dan magnet adalah lebih besar dari 0
(x>>>0) yang menunjukan bahwa kedua bahan tersebut termasuk kedalam bahan
ferromagnetik.
Hasil percobaan yang didapat pada praktikum kali ini sudah mengarah pada
teori yang ada, hal ini ditunjukan oleh ferrite dan magnet yang merupakan bahan
ferromagnetic berdasarkan perhitungan susceptibilitas dan permeabilitasnya. Begitu
juga dengan alumunium yang menunjukan bahwa dia termasuk dalam bahan
paramagnetik.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada praktikum ini, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Prinsip pengukuran melalui rangkaian RLC ini dapat dijelaskan dengan
melihat bahwa, rangkaian RLC merupakan rangaian osilator yang memiliki
frekuensi resonansi, dimana nilai dari frekuensi resonansi ini dapat
digunakan untuk menentukan nilai dari permeabilitas (µ) dan susceptibilitas
(χ) suatu bahan yag ditambahkan pada selenoida dalam rangkaian yang
dianggap sebagai inductor.
2. Nilai susceptibilitas dan permeabilitas dari suatu bahan dapat ditentukan
melalui suatu metode induksi dengan menggunakan rangkaian RLC.
Berdasarkan nilai susceptibilitas dan permeabilitas yang didapat dapat
ditentukan sifat kemagnetan dari bahan yang digunakan sebagai sample
apakah termasuk pada bahan diamagnetik, paramagnetik atau ferromagnetik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fisika Dasar 2. BAB 6 MAGNETISME (1): Listrik Menghasilkan Medan Magnet.
http://yasmanrianto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24266/06+Magnetisme+
1.pdf. Diakses pada tanggal 20 April 2015.
2. Unila. Prinsip Dasar Magnetik. http://digilib.unila.ac.id/131/12/BAB%20III.pdf.
Diakses pada tanggal 20 April 2015
3. Giancoli,D.C. 1998. Fisika jilid 2. Terjemahan Dra.Yuhilza Hanum,M.Eng
dan Ir.Irwan Arifin, M.Eng. Penerbit Erlangga, Jakarta
4. Halliday,D. dan Resnick,R. 1998. Fisika Cetakan Ketiga. Terjemahan.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
5. Reitz, J.R., Milford, F.J., Christy, R.W. 1992. Foundation of Electromagnetic
Theory. Penerbit, Addison-wesley publishing company, Inc
6. Tipler,P.A. 1996, “Fisika Untuk Saint dan Teknik” Jilid 2, Edisi ketiga,
Penerbit Erlangga, Jakarta