Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL
ANALISIS STRUKTUR KEUANGAN PADA PERUSAHAAN
PT. GMF AEROASIA Tbk
OLEH :
KELOMPOK KOSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN
ACC SEMINAR (03/12/2020)
Pembimbing :Erni Masdupi, PhD
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat beserta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan International
Field Study (sistem daring) Magister Manajemen Keuangan Pada Perusahaan PT. GMF
AEROASIA. Shalawat beriringan salam juga kami sampaikan ke hadirat baginda Rasulullah
SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.
Terselesaikannya penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada
kesempatan ini kami penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang telah membantu baik dalam proses penelitian maupun selama penulisa. Ucapan
terima kasih ini disampaikan kepada :
1. Ibu Erni Masdupi, SE, M.Si, Ph.D sebagai ketua Program Studi Magister Manajemen
UNP
2. Ibu Vidyarini Dwita, SE.,MM.,Ph.D serta Bapak Gesit Thabrani, SE M.T selaku
moderator dalam acara International Field Study yang telah mengatur sedemikan baik
dan lancarnya pelaksanaan acara Field Study ini.
3. Kedua narasumber yaitu Mrs. Jenifer selaku konsultas bisnis dari Amerika Serikat dan
juga Ibu Dyanti Permata Sari ST, MBA selaku perwakilan dari PT. GMF AeroAsia
sebagai perusahaan tujuan field study yang telah memberikan materi Field Study dengan
bagus dan jelas.
4. Staf akademik sekretariat Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi UNP, atas
bantuannya dalam mengurus keperluan akademik dan administrasi selama penulis
melaksanakan studi
5. Teristimewa teman-teman seperjuangan kami Magister Manajemen konsentrasi
Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen Pemasaran.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan ilmu manajemen dimasa
depan. Aamiin.
Padang, November 2020
Manajemen Keuangan XXXVII
ANGGOTA
INTERNATIONAL FIELD STUDY (DARING)
MAGISTER MANAJEMEN ANGKATAN XXXVII
KE PERUSAHAAN PT. GMF AEROASIA Tbk
No Nama NIM
1 Alfitra 19081005
2 Elsa Rahmah Nurutami 19081008
3 Oky Marzuki 19081023
4 Rafita Khairunnisak 19081026
5 Regi Arnandes Pratama 19081027
6 Rifaldi Hary Pratama 19081029
7 Yopi Adhimas Fitra 19081037
8 Ema Yohana 19081045
9 Mona Sulistiyani 19081057
10 Rohadatul Aisy 19081064
11 Romika Putra 19081065
12 Yayad Dauna 19081071
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Anggota ii
Daftar Isi iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
D. Manfaat 3
BAB 2 KAJIAN TEORI
A. Struktur Keuangan 5
BAB 3 PEMBAHASAN
A. Profil Perusahaan 8
B. Kebijakan Struktur Keuangan Perusahaan 13
C. Struktur Keuangan Perusahaan 16
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan berkembangnya globalisasi pada dunia saat ini, sehingga memacu
perusahaan untuk tetap bisa bertahan dalam pasar dan bahkan ingin selalu berkembang dari
waktu ke waktu. Hal ini membuat perusahaan harus tetap mengembangkan inovasi dan
kreatifitas supaya menciptakan hal yang selalu dibutuhkan dan diinginkan konsumen termasuk
dalam dunia penerbangan. Dengan kebutuhan konsumen yang serba ingin cepat dan dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, maka setiap awak penerbangan berlomba-
lomba untuk mengembangkan pruduk dan jasa mereka. Banyak cara yang dilakukan perusahaan
penerbangan dalam memasarkan produknya, dimulai dari menawarkan dengan harga yang murah
sampai dengan menawarkan dengan kualitas yang tinggi. Semua itu tergantung dengan strategi
pasar yang mereka kembangkan dan target pasar yang mereka ciptakan. Seperti yang dilakukan
oleh PT. Garuda Indonesia yang merupakan maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep
pada full service airline (maskapai dengan pelayanan penuh). Perusahaan ini sangat
mengutamakan pelayanan yang berkualitas untuk penumpang walaupun dalam segi harga
memang terbilang cukup mahal, namun nilai jualnya adalah kualitasnya. Dengan kualitas
pelayanan yang baik maka Garuda Indonesia juga harus melakukan perawatan khusus guna
mendorong operasional berjalan dengan baik. Dalam hal perawatan pesawat terbang Garuda, PT
Garuda memiliki anak perusahaan yang focus pada perawatan dan perbaikan pesawat terbang
dari Garuda yaitu PT. GMF Aeroasia.
PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) untuk selanjutnya disebut PT. GMF AeroAsia
Tbk adalah perusahaan yang fokus dalam melayani perawatan dan perbaikan pesawat terbang
atau maintenance, repair & overhaul (MRO) yang terbesar se-Asia yang berlokasi di bandar
udara Soekarno Hatta. GMF AeroAsia merupakan salah satu perusahaan dengan laporan
keuangan terbaik di dunia, Laporan Tahunan 2013 GMF meraih peringkat keempat dalam
50 Annual Report terbaik Dunia di ajang "Vision Award 2013/14" yang diselenggarakan League
of American Communications Professionals; penghargaan Best Report Narrative serta Platinum
Award juga diraih GMF di ajang yang sama. Pada 10 Oktober 2017, PT GMF AeroAsia
Tbk resmi mencatatkan dirinya sebagai anak usaha BUMN yang go-publik melalui IPO di Bursa
Efek Indonesia dengan berkode saham GMFI .Dengan pencatatan ini, maka PT GMF AeroAsia
menjadi perusahaan Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) pertama yang masuk dalam
daftar perusahaan Tbk di Indonesia.
Berdasarkan hasil laporan keuangan pada tahun 2019, GMF Aeroasia mengalami
kerugian yang cukup besar. Kutipan dari Idx Channel menyatakan bahwa PT. GMF Aeroasia
pada tahun 2019 membukukan kerugian sebesar $3.18 juta USD atau sebesar Rp. 51.93 miliyar
rupiah. Hal ini bertolak belakang dengan tahun sebelumnya 2018 yaitu dengan laba bersih
$11.12 Juta USD. Kerugian ini disebabkan karena meningkatnya beban usaha perusahaan mulai
dari beban pegawai, beban material, beban subkontrak, dan beban penyusutan. Sedangkan beban
operasional yang mengalami sedikit penurunan. Selain itu beban keuangan perusahaan juga naik
dari $ 16.1 juta USD menjadi $19.5 juta USD. Pendapatan bersih juga mengalami penurunan
yang sangat drastis dari $7.74 juta USD menjadi $1.95 juta USD. Hutang yang akan jatuh tempo
kurang dari 1 tahun ini adalah sebesar $141.24 juta USD dari dua kreditur besar yaitu kreditur
Bank BNI sebesar $108.02 juta USD dan kreditur dari Indonesia Infrastructure Finance sebesar
$33.2 juta USD.
Pada field study kali ini kami berkesempatan untuk mempelajari struktur keuangan
perusahaan PT. GMF AeroAsia. Tidak ditemukan masalah yang berarti hanya saja hampir semua
perusahaan juga akan mengalami hal demikian dalam kondisi seperti ini. Namun kebijakan-
kebijakan yang diambil tentang poin-poin terkait dapat dijadikan sumber pengetahuan baru untuk
kedepannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pembahasan laporan ini
adalah:
1. Bagaimanakah analisis struktur keuangan PT. GMF AeroAsia Tbk?
C. TUJUAN LAPORAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui struktur keuangan PT. GMF AeroAsia Tbk?
D. MANFAAT LAPORAN
Adapun manfaat dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa Magister Manajemen
Diharapkan laporan ini berguna bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang
struktur keuangan PT. GMF AeroAsia.
2. Bagi Perusahaan
Laporan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi masukan bagi perusahaan
mengenai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi peringkat kinerja keuangan serta
sebagai pertimbangan untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Bagi akademisi
Bagi akademisi, diharapkan laporan ini bisa menambah wawasan atau menjadi referensi
bagi laporan selanjutnya.
BAB 2
KAJIAN TEORI
A. STRUKTUR KEUANGAN
Menurut Sawir (2005) struktur keuangan adalah cara perusahaan mendanai aktivanya.
Aktiva perusahaan didanai dengan hutang jangka pendek, jangka panjang, dan modal pemegang
saham, sehingga seluruh sisi aktiva dari neraca memperlihatkan struktur keuangan. Sedangkan
struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham
preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham
biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Struktur modal merupakan
bagian dari struktur keuangan.
Menurut Weston dan Copeland (1997) struktur keuangan sebagai cara bagaimana
perusahaan membiayai aktivanya. Struktur dapat dilihat pada seluruh sisi kanan neraca yang
terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Struktur
keuangan adalah perimbangan perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Keputusan struktur keuangan berkaitan dengan pemilihan sumber dana, baik pendanaan yang
berasal dari dalam maupun pendanaan yang berasal dari luar, yang akan mempengaruhi nilai
perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi.
Sedangkan dana yang bersumber dari eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan
pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang
bagi perusahaan dan dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.
Riyanto (2008) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan
perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila struktur keuangan
tercermin pada keseluruhan passiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada
utang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut
merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. dengan demikian maka struktur modal
hanya merupakan sebagian saja dari struktur keuangan. Menurut Farah Margaretha (2004),
struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka
panjang dan modal sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya struktur keuangan berbeda dengan
struktur modal. Struktur modal mengacu pada proporsi hutang jangka panjang dan ekuitas.
sedangkan, struktur keuangan mengacu pada kekayaan bersih atau ekuitas pemilik dan semua
kewajiban (jangka panjang maupun jangka pendek) struktur keuangan di sebuah perusahaan
terlihat pada sisi kiri neraca yang terdiri atas kewajiban ditambah ekuitas. Sedangkan struktur
modal adalah jumlah total dari semua sumber modal jangka panjang termasuk surat utang, utang
jangka panjang, modal saham preferensi, modal saham ekuitas dan laba ditahan. Atau dalam kata
lain, struktur modal perusahaan adalah bagian dari struktur keuangan yang mencerminkan
sumber modal jangka panjang. Perusahaan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis
kombinasi sumber-sumber dana yang ekonomis guna membelanjai kebutuhan investasi serta
kegiatan usahanya dalam melakukan keputusan pendanaan.
Untuk itu, dalam penetapan struktur keuangan, perusahaan perlu mempertimbangkan
berbagai variabel yang mempengaruhinya. Weston dan Brigham (1991) mengemukakan
beberapa variabel yang mempengaruhi struktur keuangan perusahaan : pertumbuhan penjualan,
stabilitas penjualan, struktur saingan, struktur aktiva, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman.
Dalam laporan keuangan perusahaan PT GMF AeroAsia Tbk melihat struktur keuangan
mereka pada tahun 2018 memiliki total aset sebesar $709.424.473 = $436.395.637 (jumlah
liabilitas) + $273.028.836 (jumlah ekuitas). Yang artinya bahwa perusahaan memiliki total
kewajiban hampir 1,6 kali dari total ekuitasnya. Sedangkan pada tahun 2019 total aset PT GMF
AeroAsia adalah sebesar $756.390.458 = $491.115.127 (jumlah liabilitas) + $265.275.331
(jumlah ekuitas). Yang artinya perusahaan memiliki total kewajiban hampir 1,85 kali dari total
ekuitasnya.
Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa total aset secara keseluruhan yang
dimiliki perusahaan PT GMF AeroAsia Tbk memang meningkat di tahun 2019 sebesar 6,6%
dibandingkan dengan tahun 2018, akan tetapi total kewajiban (liablitas) perusahaan mengalami
peningkatan juga sebesar 12,54% serta jumlah ekuitas juga mengalami penurunan sekitar 2,84%.
Hal itu tidak terlepas dari kerugian yang disebabkan oleh meningkatnya beban usaha perusahaan
mulai dari beban pegawai, beban material, beban subkontrak, dan beban penyusutan serta hutang
jatuh tempo perusahaan pada dua kreditur yaitu BNI dan Indonesia Infrastructure Finance.
BAB 3
PEMBAHASAN
A. PROFIL PERUSAHAAN
PT GMF AeroAsia adalah perusahaan internasional yang mempekerjakan sekitar 4300
karyawan yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini memberikan layanan pesawat dari
berbagai jenis dan merupakan salah satu fasilitas perawatan pesawat terbesar di Asia GMF
AeroAsia merupakan salah satu perusahaan dengan laporan keuangan terbaik di dunia, Laporan
Tahunan 2013 GMF meraih peringkat keempat dalam 50 Annual Report Terbaik Dunia di ajang
"Vision Award 2013/14" yang diselenggarakan League of American Communications
Professionals; penghargaan Best Report Narrative serta Platinum Award juga diraih GMF di
ajang yang sama.
Garuda Maintenance Facility (GMF), merupakan salah satu program pemerintah pada
tahun 1980. Wiweko sebagai direktur Utama Garuda Indonesia pada masa itu mengajukan
kepada pemerintah Indonesia, bahwa Garuda Indonesia akan pindah dengan konsekuensi
diberikan pendukung penerbangan, yakni berupa hangar pesawat. Garuda Indonesia mengajak
konsulta asing, kontrak pendanaan antara pemerintah Indonesia dengan AMRO Bank (sebagai
penyandang dana), dimana proyek ini mengeluarkan biaya sebesar 45 juta gulden atau sekitar
165 juta dollar AS. Ketika proyek tersebut masih berjalan secara prematur, ternyata kondisi
perekonomian di Indonesia tidak terlalu menggembirakan. Hal ini mengakibatkan pihak
pemerintah Indonesia melakukan penjadwalan ulang atas semua proyek yang ingin dan sedang
dilaksanakan berdasarkan instuksi Presiden No. 13/1983 yang terjadi kemudian pada Juni 1983
adalah, dibatalkannya kontak kerja antara pemerintah RI dengan AMRO Bank. Secara yuridis
memang kontrak tersebut belum seratus persen sah, mengingat klausal pemerintah Indonesia
belum ditandatangani. Dengan adanya kontrak diatas, Garuda Indonesia mendapat tugas baru
yaitu untuk mencari cara lain guna membangun fasilitas perawatan dan perbengkelan
pesawatnya.
Berawal dari Divisi Maintenance & Engineering (M&E) Garuda Indonesia pada tahun
1984 yang kemudian berkembang menjadi unit bisnis mandiri. Pada tahun 1998, Divisi M&E
berubah menjadi Strategic Business Unit Garuda Maintenance Facility (SBU-GMF) yang
menangani seluruh aktivitas perawatan armada Garuda Indonesia agar Garuda Indonesia dapat
fokus pada bisnis intinya sebagai operator penerbangan. Kemampuan GMF semakin diakui
dengan keberhasilannya meraih berbagai sertifikasi nasional dan internasional, antara lain DKU-
PPU (Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara), FAA (Federal Aviation and
Administration) dan EASA (European Aviation Safety Agency).
Pada tahun 2002, Garuda Indonesia melakukan ‘spinoff’ terhadap SBU-GMF sehingga
resmi menjadi anak Perusahaan dengan nama PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia dengan
Akta Pendirian No. 93 tanggal 26 April 2002 oleh Notaris Arry Soepratno, S.H. dan mengalami
perubahan Anggaran Dasar sebagaimana ternyata dalam Akta Pernyataan Keputusan para
Pemegang Saham No. 47 tanggal 17 Februari 2015. GMF mampu melaksanakan perawatan dan
perbaikan pesawat terbang secara terintegrasi atau dikenal dengan bisnis Maintenance, Repair
and Overhaul (MRO) mulai dari perawatan Line Maintenance sampai Overhaul, perawatan dan
perbaikan mesin serta komponen, proses modifikasi dan cabin refurbishment.
Pengembangan usaha terus dilakukan dan pada tahun 2012, GMF mulai memberikan jasa
perawatan Industrial Gas Turbine Engine (IGTE) serta perawatan Industrial Generator Overhaul,
yang menjadi sumber pendapatan baru. Selain itu juga dimulainya era pembukuan dalam bahasa
Inggris dengan mata uang Dollar Amerika Serikat (USD). Pada tahun 2013, GMF melakukan
penambahan dua bidang usaha baru yaitu SBU Engine Maintenance dan SBU IGTE serta
pembangunan empat hangar. Dioperasikannya empat hangar pada tahun 2015 sebagai hangar
narrow body terbesar di dunia memiliki kapasitas 16 line pesawat merupakan langkah GMF
dalam pengembangan kapasitas perawatan pesawat sesuai dengan tuntutan pertumbuhan bisnis
perusahaan.
Puncaknya, menjelang akhir tahun 2017, tepatnya pada tanggal 10 Oktober 2017, GMF
menjadi emiten pertama di industri MRO yang melakukan Penawaran Saham Perdana (Initial
Public Offering/IPO) kepada publik. Momentum tersebut menjadi tonggak sejarah penting bagi
Perseroan untuk semakin mengukuhkan posisi GMF untuk menjadi Top 10 MRO di dunia.
Sepanjang tahun 2018, GMF berhasil menjajaki kerja sama strategis dengan beberapa entitas
bisnis seperti AFI – KLM, PT Indopelita Aircraft Services (IAS), dan sebagainya. Kerja sama
strategis ini bertujuan untuk meningkatkan volume bisnis dan brand image Perseroan. Dengan
begitu, nama GMF akan semakin terekspos di dunia perawatan pesawat terbang. Pada tahun
2019, GMF terus melanjutkan dan mengembangkan kerjasama-kerjasama dengan partner-partner
lokal maupun internasional. Atas kinerja perusahaan di segmen bisnis Airframe Maintenance,
GMF dianugerahi penghargaan Top 9 Airframe MRO in the World 2019, dengan capaian 3,2
juta, pada perhelatan Aviation Week Networks Editor’s Choice Award 2019. Penghargaan ini
mengukuhkan posisi GMF di kancah dunia sebagai perusahaan MRO yang kompeten dan terus
berkembang.
Adapun visi dari perusahaan melalui tahapan pencapaian Visi dan Misi GMF :
1. Visi Tahap I (2003-2007) : Membangun Pondasi Untuk Dominasi Regional.
2. Visi Tahap II (2008-2015) : Menjadi MRO Kelas Dunia Pilihan Customer.
3. Visi Tahap III (2016-2020) : 10 besar MRO Dunia.
Pada tahun 2018, GMF berada pada fase Visi Tahap III untuk menjadi 10 besar MRO
dunia. Dasar Pengesahan Visi dan Misi GMF telah melakukan kajian terhadap Visi dan Misi
Perusahaan serta masih menetapkannya dalam RJPP 2017-2021 yang disahkan tanggal 31 Mei
2017.
Visi dari GMF sendiri adalah Menjadi 10 Besar MRO di dunia, ketatnya persaingan
industri penerbangan telah memberikan inspirasi bagi GMF untuk senantiasa “menyediakan
solusi perawatan pesawat terbang” yang dilakukan secara terpadu dan handal sebagai kontribusi
dalam mewujudkan lalu lintas udara yang aman dan menjamin kualitas kehidupan umat manusia.
Misi dari GMF adalah untuk menyediakan solusi perawatan pesawat terbang yang
terpadu dan handal sebagai kontribusi dalam mewujudkan lalu lintas udara yang aman dan
menjamin kualitas kehidupan umat manusia.
Kemudian GMF juga Menciptakan budaya perusahaan yang baik dan berkualitas
memerlukan suatu fondasi yang kuat pada perusahaan, salah satunya dalam menerapkan nilai-
nilai inti perusahaan. GMF percaya bahwa Budaya perusahaan akan semakin kuat dengan
terinternalisasinya nilai-nilai perusahaan yang mampu mendominasi nilai individu setiap
karyawan. Mengingat pentingnya nilai-nilai inti perusahaan, maka fokus utama budaya
perusahaan di GMF adalah program internalisasi nilai-nilai inti perusahaan sebagai sarana agar
para karyawan mampu memahami nilai-nilai perusahaanbukan hanya secara kognitif
(knowledge) saja, tetapi juga secara afektif (emosi), sehingga dapat ditunjukkan dalam perilaku
seluruh karyawan. Nilai-nilai inti GMF tergambar dalam GMF Values, yang telah menjadi
pedoman bagi insan GMF dalam menjalankan praktik bisnis.
Adapun GMF Values yang telah dicanangkan sejak Oktober 2011 ini dijabarkan sebagian
berikut:
1. Concern for People
GMF harus memiliki ketulusan dan kelurusan hati yang diekspresikan melalui satunya kata
dengan perbuatan dalam menerapkan nilai-nilai, etika bisnis dan profesi serta peraturan
perusahaan secara konsisten meskipun dalam keadaan yang sulit untukmelakukannya
sehingga dapat dipercaya.
2. Integrity
GMF harus piawai dan sungguh-sungguh dalam menuntaskan tugas sesuai standar teknis,
bisnis, dan etika yang berlaku.
3. Professional
Insan GMF harus senantiasa bekerja sama secara kompak yang dilandasi oleh rasa saling
menghormati, saling memahami fungsi dan peran masing- masing agar dapat menyelesaikan
pekerjaan sampai tuntas dengan memberdayakan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan perusahaan.
4. Teamwork
Insan GMF harus senantiasa bekerja sama secara kompak yang dilandasi oleh rasa saling
menghormati, saling memahami fungsi dan peran masing- masing agar dapat menyelesaikan
pekerjaan sampai tuntas dengan memberdayakan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan perusahaan.
5. Customer Fokus
Insan GMF harus senantiasa melakukan segala upaya dan tindakan untuk memenuhi
kebutuhan bahkan lebih dari yang diharapkan pelanggan secara tulus dan penuh semangat.
Sejalan dengan pertumbuhan pasar industri Maintenance Repair & Overhaul (MRO),
GMF telah menetapkan struktur organisasi perusahaan berdasarkan Surat Keputusan Direktur
Utama No. DT/SKEP-5001/2019 tanggal 21 Januari 2019 tentang Organisasi Induk PT Garuda
Maintenance Facility Aero Asia Tbk., Perusahaan dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang
membawahi 4 (empat) Direktorat, 13 (tiga belas) unit bisnis, dan 11 (sebelas) supporting unit.
Struktur Organisasi GMF dapat dilihat pada bagan berikut ini :
B. KEBIJAKAN STRUKTUR KEUANGAN
Struktur keuangan mengacu pada kekayaan bersih atau ekuitas pemilik dan semua
kewajiban (jangka panjang maupun jangka pendek) struktur keuangan di sebuah perusahaan
terlihat pada sisi kiri neraca yang terdiri atas kewajiban ditambah ekuitas. Struktur keuangan
dicerminkan pada rasio Debt Equity Ratio yang merupakan perbandingan antara hutang dan
modal, diketahui dari perhitungan rasio DER PT. GMF tahun 2018 adalah 160% dan tahun 2019
sebesar 185%. Dalam kata lain PT GMF dalam kebijakan keuangannya lebih memilih sumber
pendanaannya dalam bentuk hutang dari pada modal, dan tahun 2019 terdapat peningkatan
proporsi hutang terhadap modal. Penggunaan hutang akan memberikan dampak yang baik bagi
perusahaan dalam hal pengurangan pajak, akan tetapi juga memberikan tekanan terhadap kondisi
keuangan perusahaan dalam bentuk beban bunga, pada tahun 2019 perusahaan menanggung
beban bunga sebesar $19.591.875 atau lebih besar dari beban bunga yang ditanggung perusahaan
ditahun 2018 sebesar $16.102.259, sehingga mempengaruhi laba perusahaan.
Puncaknya di tahun 2020 beban bunga ini akan semakin berdampak buruk terhadap
kondisi keuangan perusahaan, disatu sisi pendapatan PT. GMF menurun karena buruknya bisnis
penerbangan yang disebabkan pendemi COVID-19 akan tetapi pada satu sisi lain kewajiban
dalam bentuk beban bunga tetap harus dipenuhi. Laporan keuangan yang dipublikasikan PT.
GMF melalui Bursa Efek Indonesia mencatat, selama semester I 2020, perseroan yang
menggunakan mata uang USD, memperoleh pendapatan sebesar US$159,23 juta dengan
kerugian bersih senilai US$99,26 juta. Atau sekitar Rp 2,30 triliun dan Rp 1,43 triliun (asumsi
kursRp 14,500 per USD). Dibandingkan periode sama tahun lalu yaitu dengan pendapatan
sebesar US$246,26 juta atau Rp 3,57 triliun.
Selain itu diketahui pula bahwa total aset secara keseluruhan yang dimiliki perusahaan
PT GMF AeroAsia Tbk memang meningkat di tahun 2019 sebesar 6,6% dibandingkan dengan
tahun 2018, akan tetapi total kewajiban (liablitas) perusahaan mengalami peningkatan sebesar
12,54% serta jumlah ekuitas juga mengalami penurunan sekitar 2,84%. Hal itu dapat dilihat
dalam laporan keuangan perusahaan bahwa pada tahun 2019 PT GMF AeroAsia Tbk
membukukan kerugian sebesar $3.18 juta USD atau sebesar Rp. 51.93 miliyar rupiah. Hal ini
bertolak belakang dengan tahun sebelumnya 2018 yaitu dengan laba bersih $11.12 Juta USD.
Kerugian ini disebabkan karena meningkatnya beban usaha perusahaan mulai dari beban
pegawai, beban material, beban subkontrak, dan beban penyusutan. Sedangkan beban
operasional yang mengalami sedikit penurunan. Selain itu beban keuangan perusahaan juga naik
dari $ 16.1 juta USD menjadi $19.5 juta USD. Pendapatan bersih juga mengalami penurunan
yang sangat drastis dari $7.74 juta USD menjadi $1.95 juta USD. Hutang yang akan jatuh tempo
kurang dari 1 tahun ini adalah sebesar $141.24 juta USD dari dua kreditur besar yaitu kreditur
Bank BNI sebesar $108.02 juta USD dan kreditur dari Indonesia Infrastructure Finance sebesar
$33.2 juta USD.
C. KEBIJAKAN KEUANGAN PERUSAHAAN
Pada saat dilakukannya field study secara virtual dengan menggunakan aplikasi
zoommeeting terdapat beberapa pembahasan terkait kebijakan keuangan yang dilaksanakan oleh
perusahaan. Adapun pembahasan antara lain sebagai berikut:
1. Kebijakan Salary Expense (Biaya Gaji)
Dari pembahasan narasumber ibu Dyanti Permata Sari diketahui PT. GMF merupakan salah
satu perusahaan yang sangat bagus dalam pengelolaan SDM mulai dari perekrutan,
peningkatan kapasitas pegawai, jenjang karier serta kompensasi kerja yang diberikan. Hal
ini tentu berdampak kepada besarnya biaya gaji (salary expense) yang akan mereka
keluarkan. Sehingga untuk tetap mempertahankan kinerja keuangan perusahaan mereka
menerapkan standar bahwa untuk salary expense maksimal 27 % dari keseluruhan total
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sehingga manajer SDM dan Manajer Keuangan
dapat mengontrol besarnya biaya terkait kompensasi gaji ini.
2. Kebijakan atas fixed cost ( Biaya Sewa)
Salah satu strategi perusahaan dalam mengelola fixed cost adalah dengan melakukan kerja
sama persewaan tempat dengan PT. Angkasa Pura. Mengingat PT. GMF mempunyai hangar
yang berada di beberapa lokasi luar dan dalam negeri. Sehingga dengan tidak membuat
kantor atau hangar sendiri dapat menghemat biaya pendirian kantor serta biaya lainnya
seperti biaya maintanance, biaya listrik, dll.
BAB 4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) untuk selanjutnya disebut PT. GMF AeroAsia
adalah perusahaan yang fokus dalam melayani perawatan dan perbaikan pesawat terbang atau
maintenance, repair & overhaul (MRO) yang terbesar se Asia yang berlokasi di bandar udara
Soekarno Hatta. GMF AeroAsia merupakan salah satu perusahaan dengan laporan keuangan
terbaik di dunia, Laporan Tahunan 2013 GMF meraih peringkat keempat dalam 50 Annual
Report terbaik Dunia di ajang "Vision Award 2013/14" yang diselenggarakan League of
American Communications Professionals; penghargaan Best Report Narrative serta Platinum
Award juga diraih GMF di ajang yang sama. Namun pada tahun 2017 sampai sekarang, PT GMF
mengalami penurunan pendapatan.
Berdasarkan hasil perhitungan kami mengenai struktur keuangan PT. GMF,
menyimpulkan bahwa pembiayaan perusahaan dalam menggunakan hutang mengalami
peningkatan dan hutang PT GMF lebih besar dari pada modal.
B. SARAN
PT. GMF AeroAsia Tbk telah mengalami penurunan pendapatan sejak 2017 serta
mengalami kerugian pada tahun 2019 dan struktur keuangan mereka menggunakan hutang
mengalami peningkatan dan hutang PT GMF AeroAsia Tbk lebih besar dari pada modal.
Meskipun demikian hal ini tetap diapresiasi karena nilai perusahaan PT. GMF AeroAsia Tbk
tetap mengalami peningkatan. Kami menyarankan agar penambahan utang harusnya diimbangi
dengan penambahan current ratio menjadi tidak turun. Hal ini sesuai dengan teori dari Munawir
(2004) yang menyatakan bahwa current ratio merupakan salah satu rasio untuk menentukan
fungsi likuiditas yang sama menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi.
Selain itu hal yang perlu diperhatikan juga oleh PT GMF AeroAsia Tbk adalah bahwa
divisi keuangan dan akuntansi akan selalu memiliki tanggung jawab besar dalam mengelola
keuangan bisnis. Sehingga divisi ini kami sarankan perlu mendapatkan perhatian yang khusus
dan tingkat transparansi yang tinggi untuk menghindari munculnya masalah-masalah keuangan
perusahaan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes, Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Bambang Riyanto. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta: BFPE.
Brigham, J.C. 1991. Social Psychology: Edisi Kedua. New York: Harper Collins Publishers Inc.
Brigham, F., dan J. Houston. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Bursa Efek Indonesia. 2020. “Annual Report”. www.idx.co.id. diakses Senin 23 November 2020
Pukul 14:00 WIB.
Bursa Efek Indonesia. 2020. “Keterbukaan Informasi”. www.idx.co.id. diakses Senin 23
November 2020 Pukul 15:00 WIB.
Farah Margaretha. 2004. Teori Dan Aplikasi Manajemen Keuangan Investasi dan Sumber Dana
Jangka Pendek. PT. Grasindo. Jakarta.
S, Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan Edisi ke-4. Yogyakarta : Liberty.
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1997. Manajemen Keuangan. Jilid 2. Erlangga.
Jakarta.