23
LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PT. GMF AEROASIA Tbk OLEH : KELOMPOK KOSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN ACC SEMINAR (03/12/2020) Pembimbing :Erni Masdupi, PhD PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020

LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL

ANALISIS STRUKTUR KEUANGAN PADA PERUSAHAAN

PT. GMF AEROASIA Tbk

OLEH :

KELOMPOK KOSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN

ACC SEMINAR (03/12/2020)

Pembimbing :Erni Masdupi, PhD

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020

Page 2: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, nikmat beserta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan International

Field Study (sistem daring) Magister Manajemen Keuangan Pada Perusahaan PT. GMF

AEROASIA. Shalawat beriringan salam juga kami sampaikan ke hadirat baginda Rasulullah

SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Terselesaikannya penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada

kesempatan ini kami penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua

pihak yang telah membantu baik dalam proses penelitian maupun selama penulisa. Ucapan

terima kasih ini disampaikan kepada :

1. Ibu Erni Masdupi, SE, M.Si, Ph.D sebagai ketua Program Studi Magister Manajemen

UNP

2. Ibu Vidyarini Dwita, SE.,MM.,Ph.D serta Bapak Gesit Thabrani, SE M.T selaku

moderator dalam acara International Field Study yang telah mengatur sedemikan baik

dan lancarnya pelaksanaan acara Field Study ini.

3. Kedua narasumber yaitu Mrs. Jenifer selaku konsultas bisnis dari Amerika Serikat dan

juga Ibu Dyanti Permata Sari ST, MBA selaku perwakilan dari PT. GMF AeroAsia

sebagai perusahaan tujuan field study yang telah memberikan materi Field Study dengan

bagus dan jelas.

4. Staf akademik sekretariat Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi UNP, atas

bantuannya dalam mengurus keperluan akademik dan administrasi selama penulis

melaksanakan studi

5. Teristimewa teman-teman seperjuangan kami Magister Manajemen konsentrasi

Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen Pemasaran.

Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan ilmu manajemen dimasa

depan. Aamiin.

Padang, November 2020

Manajemen Keuangan XXXVII

Page 3: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

ANGGOTA

INTERNATIONAL FIELD STUDY (DARING)

MAGISTER MANAJEMEN ANGKATAN XXXVII

KE PERUSAHAAN PT. GMF AEROASIA Tbk

No Nama NIM

1 Alfitra 19081005

2 Elsa Rahmah Nurutami 19081008

3 Oky Marzuki 19081023

4 Rafita Khairunnisak 19081026

5 Regi Arnandes Pratama 19081027

6 Rifaldi Hary Pratama 19081029

7 Yopi Adhimas Fitra 19081037

8 Ema Yohana 19081045

9 Mona Sulistiyani 19081057

10 Rohadatul Aisy 19081064

11 Romika Putra 19081065

12 Yayad Dauna 19081071

Page 4: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Anggota ii

Daftar Isi iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan 3

D. Manfaat 3

BAB 2 KAJIAN TEORI

A. Struktur Keuangan 5

BAB 3 PEMBAHASAN

A. Profil Perusahaan 8

B. Kebijakan Struktur Keuangan Perusahaan 13

C. Struktur Keuangan Perusahaan 16

BAB 4 PENUTUP

A. Kesimpulan 17

B. Saran 17

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan berkembangnya globalisasi pada dunia saat ini, sehingga memacu

perusahaan untuk tetap bisa bertahan dalam pasar dan bahkan ingin selalu berkembang dari

waktu ke waktu. Hal ini membuat perusahaan harus tetap mengembangkan inovasi dan

kreatifitas supaya menciptakan hal yang selalu dibutuhkan dan diinginkan konsumen termasuk

dalam dunia penerbangan. Dengan kebutuhan konsumen yang serba ingin cepat dan dapat

memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, maka setiap awak penerbangan berlomba-

lomba untuk mengembangkan pruduk dan jasa mereka. Banyak cara yang dilakukan perusahaan

penerbangan dalam memasarkan produknya, dimulai dari menawarkan dengan harga yang murah

sampai dengan menawarkan dengan kualitas yang tinggi. Semua itu tergantung dengan strategi

pasar yang mereka kembangkan dan target pasar yang mereka ciptakan. Seperti yang dilakukan

oleh PT. Garuda Indonesia yang merupakan maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep

pada full service airline (maskapai dengan pelayanan penuh). Perusahaan ini sangat

mengutamakan pelayanan yang berkualitas untuk penumpang walaupun dalam segi harga

memang terbilang cukup mahal, namun nilai jualnya adalah kualitasnya. Dengan kualitas

pelayanan yang baik maka Garuda Indonesia juga harus melakukan perawatan khusus guna

mendorong operasional berjalan dengan baik. Dalam hal perawatan pesawat terbang Garuda, PT

Garuda memiliki anak perusahaan yang focus pada perawatan dan perbaikan pesawat terbang

dari Garuda yaitu PT. GMF Aeroasia.

PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) untuk selanjutnya disebut PT. GMF AeroAsia

Tbk adalah perusahaan yang fokus dalam melayani perawatan dan perbaikan pesawat terbang

Page 6: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

atau maintenance, repair & overhaul (MRO) yang terbesar se-Asia yang berlokasi di bandar

udara Soekarno Hatta. GMF AeroAsia merupakan salah satu perusahaan dengan laporan

keuangan terbaik di dunia, Laporan Tahunan 2013 GMF meraih peringkat keempat dalam

50 Annual Report terbaik Dunia di ajang "Vision Award 2013/14" yang diselenggarakan League

of American Communications Professionals; penghargaan Best Report Narrative serta Platinum

Award juga diraih GMF di ajang yang sama. Pada 10 Oktober 2017, PT GMF AeroAsia

Tbk resmi mencatatkan dirinya sebagai anak usaha BUMN yang go-publik melalui IPO di Bursa

Efek Indonesia dengan berkode saham GMFI .Dengan pencatatan ini, maka PT GMF AeroAsia

menjadi perusahaan Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) pertama yang masuk dalam

daftar perusahaan Tbk di Indonesia.

Berdasarkan hasil laporan keuangan pada tahun 2019, GMF Aeroasia mengalami

kerugian yang cukup besar. Kutipan dari Idx Channel menyatakan bahwa PT. GMF Aeroasia

pada tahun 2019 membukukan kerugian sebesar $3.18 juta USD atau sebesar Rp. 51.93 miliyar

rupiah. Hal ini bertolak belakang dengan tahun sebelumnya 2018 yaitu dengan laba bersih

$11.12 Juta USD. Kerugian ini disebabkan karena meningkatnya beban usaha perusahaan mulai

dari beban pegawai, beban material, beban subkontrak, dan beban penyusutan. Sedangkan beban

operasional yang mengalami sedikit penurunan. Selain itu beban keuangan perusahaan juga naik

dari $ 16.1 juta USD menjadi $19.5 juta USD. Pendapatan bersih juga mengalami penurunan

yang sangat drastis dari $7.74 juta USD menjadi $1.95 juta USD. Hutang yang akan jatuh tempo

kurang dari 1 tahun ini adalah sebesar $141.24 juta USD dari dua kreditur besar yaitu kreditur

Bank BNI sebesar $108.02 juta USD dan kreditur dari Indonesia Infrastructure Finance sebesar

$33.2 juta USD.

Page 7: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

Pada field study kali ini kami berkesempatan untuk mempelajari struktur keuangan

perusahaan PT. GMF AeroAsia. Tidak ditemukan masalah yang berarti hanya saja hampir semua

perusahaan juga akan mengalami hal demikian dalam kondisi seperti ini. Namun kebijakan-

kebijakan yang diambil tentang poin-poin terkait dapat dijadikan sumber pengetahuan baru untuk

kedepannya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pembahasan laporan ini

adalah:

1. Bagaimanakah analisis struktur keuangan PT. GMF AeroAsia Tbk?

C. TUJUAN LAPORAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui struktur keuangan PT. GMF AeroAsia Tbk?

D. MANFAAT LAPORAN

Adapun manfaat dari laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa Magister Manajemen

Diharapkan laporan ini berguna bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang

struktur keuangan PT. GMF AeroAsia.

2. Bagi Perusahaan

Laporan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi masukan bagi perusahaan

mengenai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi peringkat kinerja keuangan serta

sebagai pertimbangan untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja perusahaan.

3. Bagi akademisi

Page 8: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

Bagi akademisi, diharapkan laporan ini bisa menambah wawasan atau menjadi referensi

bagi laporan selanjutnya.

Page 9: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

BAB 2

KAJIAN TEORI

A. STRUKTUR KEUANGAN

Menurut Sawir (2005) struktur keuangan adalah cara perusahaan mendanai aktivanya.

Aktiva perusahaan didanai dengan hutang jangka pendek, jangka panjang, dan modal pemegang

saham, sehingga seluruh sisi aktiva dari neraca memperlihatkan struktur keuangan. Sedangkan

struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham

preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham

biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan. Struktur modal merupakan

bagian dari struktur keuangan.

Menurut Weston dan Copeland (1997) struktur keuangan sebagai cara bagaimana

perusahaan membiayai aktivanya. Struktur dapat dilihat pada seluruh sisi kanan neraca yang

terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Struktur

keuangan adalah perimbangan perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

Keputusan struktur keuangan berkaitan dengan pemilihan sumber dana, baik pendanaan yang

berasal dari dalam maupun pendanaan yang berasal dari luar, yang akan mempengaruhi nilai

perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi.

Sedangkan dana yang bersumber dari eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan

pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang

bagi perusahaan dan dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.

Riyanto (2008) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan

perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila struktur keuangan

tercermin pada keseluruhan passiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada

Page 10: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

utang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut

merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. dengan demikian maka struktur modal

hanya merupakan sebagian saja dari struktur keuangan. Menurut Farah Margaretha (2004),

struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka

panjang dan modal sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya struktur keuangan berbeda dengan

struktur modal. Struktur modal mengacu pada proporsi hutang jangka panjang dan ekuitas.

sedangkan, struktur keuangan mengacu pada kekayaan bersih atau ekuitas pemilik dan semua

kewajiban (jangka panjang maupun jangka pendek) struktur keuangan di sebuah perusahaan

terlihat pada sisi kiri neraca yang terdiri atas kewajiban ditambah ekuitas. Sedangkan struktur

modal adalah jumlah total dari semua sumber modal jangka panjang termasuk surat utang, utang

jangka panjang, modal saham preferensi, modal saham ekuitas dan laba ditahan. Atau dalam kata

lain, struktur modal perusahaan adalah bagian dari struktur keuangan yang mencerminkan

sumber modal jangka panjang. Perusahaan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis

kombinasi sumber-sumber dana yang ekonomis guna membelanjai kebutuhan investasi serta

kegiatan usahanya dalam melakukan keputusan pendanaan.

Untuk itu, dalam penetapan struktur keuangan, perusahaan perlu mempertimbangkan

berbagai variabel yang mempengaruhinya. Weston dan Brigham (1991) mengemukakan

beberapa variabel yang mempengaruhi struktur keuangan perusahaan : pertumbuhan penjualan,

stabilitas penjualan, struktur saingan, struktur aktiva, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman.

Dalam laporan keuangan perusahaan PT GMF AeroAsia Tbk melihat struktur keuangan

mereka pada tahun 2018 memiliki total aset sebesar $709.424.473 = $436.395.637 (jumlah

liabilitas) + $273.028.836 (jumlah ekuitas). Yang artinya bahwa perusahaan memiliki total

Page 11: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

kewajiban hampir 1,6 kali dari total ekuitasnya. Sedangkan pada tahun 2019 total aset PT GMF

AeroAsia adalah sebesar $756.390.458 = $491.115.127 (jumlah liabilitas) + $265.275.331

(jumlah ekuitas). Yang artinya perusahaan memiliki total kewajiban hampir 1,85 kali dari total

ekuitasnya.

Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa total aset secara keseluruhan yang

dimiliki perusahaan PT GMF AeroAsia Tbk memang meningkat di tahun 2019 sebesar 6,6%

dibandingkan dengan tahun 2018, akan tetapi total kewajiban (liablitas) perusahaan mengalami

peningkatan juga sebesar 12,54% serta jumlah ekuitas juga mengalami penurunan sekitar 2,84%.

Hal itu tidak terlepas dari kerugian yang disebabkan oleh meningkatnya beban usaha perusahaan

mulai dari beban pegawai, beban material, beban subkontrak, dan beban penyusutan serta hutang

jatuh tempo perusahaan pada dua kreditur yaitu BNI dan Indonesia Infrastructure Finance.

Page 12: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

BAB 3

PEMBAHASAN

A. PROFIL PERUSAHAAN

PT GMF AeroAsia adalah perusahaan internasional yang mempekerjakan sekitar 4300

karyawan yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini memberikan layanan pesawat dari

berbagai jenis dan merupakan salah satu fasilitas perawatan pesawat terbesar di Asia GMF

AeroAsia merupakan salah satu perusahaan dengan laporan keuangan terbaik di dunia, Laporan

Tahunan 2013 GMF meraih peringkat keempat dalam 50 Annual Report Terbaik Dunia di ajang

"Vision Award 2013/14" yang diselenggarakan League of American Communications

Professionals; penghargaan Best Report Narrative serta Platinum Award juga diraih GMF di

ajang yang sama.

Garuda Maintenance Facility (GMF), merupakan salah satu program pemerintah pada

tahun 1980. Wiweko sebagai direktur Utama Garuda Indonesia pada masa itu mengajukan

kepada pemerintah Indonesia, bahwa Garuda Indonesia akan pindah dengan konsekuensi

diberikan pendukung penerbangan, yakni berupa hangar pesawat. Garuda Indonesia mengajak

konsulta asing, kontrak pendanaan antara pemerintah Indonesia dengan AMRO Bank (sebagai

penyandang dana), dimana proyek ini mengeluarkan biaya sebesar 45 juta gulden atau sekitar

165 juta dollar AS. Ketika proyek tersebut masih berjalan secara prematur, ternyata kondisi

perekonomian di Indonesia tidak terlalu menggembirakan. Hal ini mengakibatkan pihak

pemerintah Indonesia melakukan penjadwalan ulang atas semua proyek yang ingin dan sedang

dilaksanakan berdasarkan instuksi Presiden No. 13/1983 yang terjadi kemudian pada Juni 1983

adalah, dibatalkannya kontak kerja antara pemerintah RI dengan AMRO Bank. Secara yuridis

memang kontrak tersebut belum seratus persen sah, mengingat klausal pemerintah Indonesia

Page 13: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

belum ditandatangani. Dengan adanya kontrak diatas, Garuda Indonesia mendapat tugas baru

yaitu untuk mencari cara lain guna membangun fasilitas perawatan dan perbengkelan

pesawatnya.

Berawal dari Divisi Maintenance & Engineering (M&E) Garuda Indonesia pada tahun

1984 yang kemudian berkembang menjadi unit bisnis mandiri. Pada tahun 1998, Divisi M&E

berubah menjadi Strategic Business Unit Garuda Maintenance Facility (SBU-GMF) yang

menangani seluruh aktivitas perawatan armada Garuda Indonesia agar Garuda Indonesia dapat

fokus pada bisnis intinya sebagai operator penerbangan. Kemampuan GMF semakin diakui

dengan keberhasilannya meraih berbagai sertifikasi nasional dan internasional, antara lain DKU-

PPU (Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara), FAA (Federal Aviation and

Administration) dan EASA (European Aviation Safety Agency).

Pada tahun 2002, Garuda Indonesia melakukan ‘spinoff’ terhadap SBU-GMF sehingga

resmi menjadi anak Perusahaan dengan nama PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia dengan

Akta Pendirian No. 93 tanggal 26 April 2002 oleh Notaris Arry Soepratno, S.H. dan mengalami

perubahan Anggaran Dasar sebagaimana ternyata dalam Akta Pernyataan Keputusan para

Pemegang Saham No. 47 tanggal 17 Februari 2015. GMF mampu melaksanakan perawatan dan

perbaikan pesawat terbang secara terintegrasi atau dikenal dengan bisnis Maintenance, Repair

and Overhaul (MRO) mulai dari perawatan Line Maintenance sampai Overhaul, perawatan dan

perbaikan mesin serta komponen, proses modifikasi dan cabin refurbishment.

Pengembangan usaha terus dilakukan dan pada tahun 2012, GMF mulai memberikan jasa

perawatan Industrial Gas Turbine Engine (IGTE) serta perawatan Industrial Generator Overhaul,

yang menjadi sumber pendapatan baru. Selain itu juga dimulainya era pembukuan dalam bahasa

Inggris dengan mata uang Dollar Amerika Serikat (USD). Pada tahun 2013, GMF melakukan

Page 14: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

penambahan dua bidang usaha baru yaitu SBU Engine Maintenance dan SBU IGTE serta

pembangunan empat hangar. Dioperasikannya empat hangar pada tahun 2015 sebagai hangar

narrow body terbesar di dunia memiliki kapasitas 16 line pesawat merupakan langkah GMF

dalam pengembangan kapasitas perawatan pesawat sesuai dengan tuntutan pertumbuhan bisnis

perusahaan.

Puncaknya, menjelang akhir tahun 2017, tepatnya pada tanggal 10 Oktober 2017, GMF

menjadi emiten pertama di industri MRO yang melakukan Penawaran Saham Perdana (Initial

Public Offering/IPO) kepada publik. Momentum tersebut menjadi tonggak sejarah penting bagi

Perseroan untuk semakin mengukuhkan posisi GMF untuk menjadi Top 10 MRO di dunia.

Sepanjang tahun 2018, GMF berhasil menjajaki kerja sama strategis dengan beberapa entitas

bisnis seperti AFI – KLM, PT Indopelita Aircraft Services (IAS), dan sebagainya. Kerja sama

strategis ini bertujuan untuk meningkatkan volume bisnis dan brand image Perseroan. Dengan

begitu, nama GMF akan semakin terekspos di dunia perawatan pesawat terbang. Pada tahun

2019, GMF terus melanjutkan dan mengembangkan kerjasama-kerjasama dengan partner-partner

lokal maupun internasional. Atas kinerja perusahaan di segmen bisnis Airframe Maintenance,

GMF dianugerahi penghargaan Top 9 Airframe MRO in the World 2019, dengan capaian 3,2

juta, pada perhelatan Aviation Week Networks Editor’s Choice Award 2019. Penghargaan ini

mengukuhkan posisi GMF di kancah dunia sebagai perusahaan MRO yang kompeten dan terus

berkembang.

Adapun visi dari perusahaan melalui tahapan pencapaian Visi dan Misi GMF :

1. Visi Tahap I (2003-2007) : Membangun Pondasi Untuk Dominasi Regional.

2. Visi Tahap II (2008-2015) : Menjadi MRO Kelas Dunia Pilihan Customer.

3. Visi Tahap III (2016-2020) : 10 besar MRO Dunia.

Page 15: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

Pada tahun 2018, GMF berada pada fase Visi Tahap III untuk menjadi 10 besar MRO

dunia. Dasar Pengesahan Visi dan Misi GMF telah melakukan kajian terhadap Visi dan Misi

Perusahaan serta masih menetapkannya dalam RJPP 2017-2021 yang disahkan tanggal 31 Mei

2017.

Visi dari GMF sendiri adalah Menjadi 10 Besar MRO di dunia, ketatnya persaingan

industri penerbangan telah memberikan inspirasi bagi GMF untuk senantiasa “menyediakan

solusi perawatan pesawat terbang” yang dilakukan secara terpadu dan handal sebagai kontribusi

dalam mewujudkan lalu lintas udara yang aman dan menjamin kualitas kehidupan umat manusia.

Misi dari GMF adalah untuk menyediakan solusi perawatan pesawat terbang yang

terpadu dan handal sebagai kontribusi dalam mewujudkan lalu lintas udara yang aman dan

menjamin kualitas kehidupan umat manusia.

Kemudian GMF juga Menciptakan budaya perusahaan yang baik dan berkualitas

memerlukan suatu fondasi yang kuat pada perusahaan, salah satunya dalam menerapkan nilai-

nilai inti perusahaan. GMF percaya bahwa Budaya perusahaan akan semakin kuat dengan

terinternalisasinya nilai-nilai perusahaan yang mampu mendominasi nilai individu setiap

karyawan. Mengingat pentingnya nilai-nilai inti perusahaan, maka fokus utama budaya

perusahaan di GMF adalah program internalisasi nilai-nilai inti perusahaan sebagai sarana agar

para karyawan mampu memahami nilai-nilai perusahaanbukan hanya secara kognitif

(knowledge) saja, tetapi juga secara afektif (emosi), sehingga dapat ditunjukkan dalam perilaku

seluruh karyawan. Nilai-nilai inti GMF tergambar dalam GMF Values, yang telah menjadi

pedoman bagi insan GMF dalam menjalankan praktik bisnis.

Page 16: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

Adapun GMF Values yang telah dicanangkan sejak Oktober 2011 ini dijabarkan sebagian

berikut:

1. Concern for People

GMF harus memiliki ketulusan dan kelurusan hati yang diekspresikan melalui satunya kata

dengan perbuatan dalam menerapkan nilai-nilai, etika bisnis dan profesi serta peraturan

perusahaan secara konsisten meskipun dalam keadaan yang sulit untukmelakukannya

sehingga dapat dipercaya.

2. Integrity

GMF harus piawai dan sungguh-sungguh dalam menuntaskan tugas sesuai standar teknis,

bisnis, dan etika yang berlaku.

3. Professional

Insan GMF harus senantiasa bekerja sama secara kompak yang dilandasi oleh rasa saling

menghormati, saling memahami fungsi dan peran masing- masing agar dapat menyelesaikan

pekerjaan sampai tuntas dengan memberdayakan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai tujuan perusahaan.

4. Teamwork

Insan GMF harus senantiasa bekerja sama secara kompak yang dilandasi oleh rasa saling

menghormati, saling memahami fungsi dan peran masing- masing agar dapat menyelesaikan

pekerjaan sampai tuntas dengan memberdayakan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai tujuan perusahaan.

5. Customer Fokus

Insan GMF harus senantiasa melakukan segala upaya dan tindakan untuk memenuhi

kebutuhan bahkan lebih dari yang diharapkan pelanggan secara tulus dan penuh semangat.

Page 17: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

Sejalan dengan pertumbuhan pasar industri Maintenance Repair & Overhaul (MRO),

GMF telah menetapkan struktur organisasi perusahaan berdasarkan Surat Keputusan Direktur

Utama No. DT/SKEP-5001/2019 tanggal 21 Januari 2019 tentang Organisasi Induk PT Garuda

Maintenance Facility Aero Asia Tbk., Perusahaan dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang

membawahi 4 (empat) Direktorat, 13 (tiga belas) unit bisnis, dan 11 (sebelas) supporting unit.

Struktur Organisasi GMF dapat dilihat pada bagan berikut ini :

B. KEBIJAKAN STRUKTUR KEUANGAN

Struktur keuangan mengacu pada kekayaan bersih atau ekuitas pemilik dan semua

kewajiban (jangka panjang maupun jangka pendek) struktur keuangan di sebuah perusahaan

terlihat pada sisi kiri neraca yang terdiri atas kewajiban ditambah ekuitas. Struktur keuangan

dicerminkan pada rasio Debt Equity Ratio yang merupakan perbandingan antara hutang dan

Page 18: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

modal, diketahui dari perhitungan rasio DER PT. GMF tahun 2018 adalah 160% dan tahun 2019

sebesar 185%. Dalam kata lain PT GMF dalam kebijakan keuangannya lebih memilih sumber

pendanaannya dalam bentuk hutang dari pada modal, dan tahun 2019 terdapat peningkatan

proporsi hutang terhadap modal. Penggunaan hutang akan memberikan dampak yang baik bagi

perusahaan dalam hal pengurangan pajak, akan tetapi juga memberikan tekanan terhadap kondisi

keuangan perusahaan dalam bentuk beban bunga, pada tahun 2019 perusahaan menanggung

beban bunga sebesar $19.591.875 atau lebih besar dari beban bunga yang ditanggung perusahaan

ditahun 2018 sebesar $16.102.259, sehingga mempengaruhi laba perusahaan.

Puncaknya di tahun 2020 beban bunga ini akan semakin berdampak buruk terhadap

kondisi keuangan perusahaan, disatu sisi pendapatan PT. GMF menurun karena buruknya bisnis

penerbangan yang disebabkan pendemi COVID-19 akan tetapi pada satu sisi lain kewajiban

dalam bentuk beban bunga tetap harus dipenuhi. Laporan keuangan yang dipublikasikan PT.

GMF melalui Bursa Efek Indonesia mencatat, selama semester I 2020, perseroan yang

menggunakan mata uang USD, memperoleh pendapatan sebesar US$159,23 juta dengan

kerugian bersih senilai US$99,26 juta. Atau sekitar Rp 2,30 triliun dan Rp 1,43 triliun (asumsi

kursRp 14,500 per USD). Dibandingkan periode sama tahun lalu yaitu dengan pendapatan

sebesar US$246,26 juta atau Rp 3,57 triliun.

Selain itu diketahui pula bahwa total aset secara keseluruhan yang dimiliki perusahaan

PT GMF AeroAsia Tbk memang meningkat di tahun 2019 sebesar 6,6% dibandingkan dengan

tahun 2018, akan tetapi total kewajiban (liablitas) perusahaan mengalami peningkatan sebesar

12,54% serta jumlah ekuitas juga mengalami penurunan sekitar 2,84%. Hal itu dapat dilihat

dalam laporan keuangan perusahaan bahwa pada tahun 2019 PT GMF AeroAsia Tbk

membukukan kerugian sebesar $3.18 juta USD atau sebesar Rp. 51.93 miliyar rupiah. Hal ini

Page 19: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

bertolak belakang dengan tahun sebelumnya 2018 yaitu dengan laba bersih $11.12 Juta USD.

Kerugian ini disebabkan karena meningkatnya beban usaha perusahaan mulai dari beban

pegawai, beban material, beban subkontrak, dan beban penyusutan. Sedangkan beban

operasional yang mengalami sedikit penurunan. Selain itu beban keuangan perusahaan juga naik

dari $ 16.1 juta USD menjadi $19.5 juta USD. Pendapatan bersih juga mengalami penurunan

yang sangat drastis dari $7.74 juta USD menjadi $1.95 juta USD. Hutang yang akan jatuh tempo

kurang dari 1 tahun ini adalah sebesar $141.24 juta USD dari dua kreditur besar yaitu kreditur

Bank BNI sebesar $108.02 juta USD dan kreditur dari Indonesia Infrastructure Finance sebesar

$33.2 juta USD.

Page 20: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

C. KEBIJAKAN KEUANGAN PERUSAHAAN

Pada saat dilakukannya field study secara virtual dengan menggunakan aplikasi

zoommeeting terdapat beberapa pembahasan terkait kebijakan keuangan yang dilaksanakan oleh

perusahaan. Adapun pembahasan antara lain sebagai berikut:

1. Kebijakan Salary Expense (Biaya Gaji)

Dari pembahasan narasumber ibu Dyanti Permata Sari diketahui PT. GMF merupakan salah

satu perusahaan yang sangat bagus dalam pengelolaan SDM mulai dari perekrutan,

peningkatan kapasitas pegawai, jenjang karier serta kompensasi kerja yang diberikan. Hal

ini tentu berdampak kepada besarnya biaya gaji (salary expense) yang akan mereka

keluarkan. Sehingga untuk tetap mempertahankan kinerja keuangan perusahaan mereka

menerapkan standar bahwa untuk salary expense maksimal 27 % dari keseluruhan total

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sehingga manajer SDM dan Manajer Keuangan

dapat mengontrol besarnya biaya terkait kompensasi gaji ini.

2. Kebijakan atas fixed cost ( Biaya Sewa)

Salah satu strategi perusahaan dalam mengelola fixed cost adalah dengan melakukan kerja

sama persewaan tempat dengan PT. Angkasa Pura. Mengingat PT. GMF mempunyai hangar

yang berada di beberapa lokasi luar dan dalam negeri. Sehingga dengan tidak membuat

kantor atau hangar sendiri dapat menghemat biaya pendirian kantor serta biaya lainnya

seperti biaya maintanance, biaya listrik, dll.

Page 21: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

BAB 4

PENUTUP

A. KESIMPULAN

PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) untuk selanjutnya disebut PT. GMF AeroAsia

adalah perusahaan yang fokus dalam melayani perawatan dan perbaikan pesawat terbang atau

maintenance, repair & overhaul (MRO) yang terbesar se Asia yang berlokasi di bandar udara

Soekarno Hatta. GMF AeroAsia merupakan salah satu perusahaan dengan laporan keuangan

terbaik di dunia, Laporan Tahunan 2013 GMF meraih peringkat keempat dalam 50 Annual

Report terbaik Dunia di ajang "Vision Award 2013/14" yang diselenggarakan League of

American Communications Professionals; penghargaan Best Report Narrative serta Platinum

Award juga diraih GMF di ajang yang sama. Namun pada tahun 2017 sampai sekarang, PT GMF

mengalami penurunan pendapatan.

Berdasarkan hasil perhitungan kami mengenai struktur keuangan PT. GMF,

menyimpulkan bahwa pembiayaan perusahaan dalam menggunakan hutang mengalami

peningkatan dan hutang PT GMF lebih besar dari pada modal.

B. SARAN

PT. GMF AeroAsia Tbk telah mengalami penurunan pendapatan sejak 2017 serta

mengalami kerugian pada tahun 2019 dan struktur keuangan mereka menggunakan hutang

mengalami peningkatan dan hutang PT GMF AeroAsia Tbk lebih besar dari pada modal.

Meskipun demikian hal ini tetap diapresiasi karena nilai perusahaan PT. GMF AeroAsia Tbk

tetap mengalami peningkatan. Kami menyarankan agar penambahan utang harusnya diimbangi

dengan penambahan current ratio menjadi tidak turun. Hal ini sesuai dengan teori dari Munawir

(2004) yang menyatakan bahwa current ratio merupakan salah satu rasio untuk menentukan

Page 22: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

fungsi likuiditas yang sama menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban

keuangannya yang harus segera dipenuhi.

Selain itu hal yang perlu diperhatikan juga oleh PT GMF AeroAsia Tbk adalah bahwa

divisi keuangan dan akuntansi akan selalu memiliki tanggung jawab besar dalam mengelola

keuangan bisnis. Sehingga divisi ini kami sarankan perlu mendapatkan perhatian yang khusus

dan tingkat transparansi yang tinggi untuk menghindari munculnya masalah-masalah keuangan

perusahaan dikemudian hari.

Page 23: LAPORAN FIELD STUDY INTERNATIONAL ANALISIS STRUKTUR

DAFTAR PUSTAKA

Agnes, Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Bambang Riyanto. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta: BFPE.

Brigham, J.C. 1991. Social Psychology: Edisi Kedua. New York: Harper Collins Publishers Inc.

Brigham, F., dan J. Houston. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Bursa Efek Indonesia. 2020. “Annual Report”. www.idx.co.id. diakses Senin 23 November 2020

Pukul 14:00 WIB.

Bursa Efek Indonesia. 2020. “Keterbukaan Informasi”. www.idx.co.id. diakses Senin 23

November 2020 Pukul 15:00 WIB.

Farah Margaretha. 2004. Teori Dan Aplikasi Manajemen Keuangan Investasi dan Sumber Dana

Jangka Pendek. PT. Grasindo. Jakarta.

S, Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan Edisi ke-4. Yogyakarta : Liberty.

Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1997. Manajemen Keuangan. Jilid 2. Erlangga.

Jakarta.