Upload
sonny-subhansyah
View
103
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ede
Citation preview
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
LAPORAN I
PROJECT WORK II JEMBATAN
SPESIFIKASI UMUM
SPESIFIKASI ADMINISTRASI
SPESIFIKASI TEKNIS
DOKUMEN PELELANGAN NASIONAL
PENYEDIAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
(PEMBORONGAN)
UNTUK KONTRAK HARGA SATUAN
PENYUSUN : ARUM DILAM PRATIWI
NIM : 310912036Z
PEMBIMBING : EDY PRAMONO
BAB I
NOMOR PAKET : -
NAMA PAKET : PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN RANGKA
BAJA DAN BETON BERTULANG PEKANBARU – RIAU
PROVINSI : RIAUKABUPATEN :
SPESIFIKASI UMUM
Pasal 1
Pengertian dan Istilah
1. Pengguna Jasa adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan Jasa
milik daerah Pekanbaru.
2. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah pejabat
pemegang kewenangan penggunaan daerah Pekanbaru pengguna APBD.
3. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat
yang ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.
4. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan jasa.
5. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit
organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan pengadaan jasa di
daerah yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada
unit yang sudah ada.
6. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki sertifikat keahlian
pengadaan jasa yang melaksanakan pengadaan jasa.
7. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/ pejabat yang
ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan.
8. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi
lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan
pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
9. Penyedia Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang
menyediakan pekerjaan jasa konstruksi.
10. Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah
dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme dalam pengadaan jasa.
11. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
12. Sertifikat Keahlian Pengadaan Jasa adalah tanda bukti pengakuan dari
pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi dibidang pengadaan
jasa.
13. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh ULP/Pejabat
Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh
para pihak dalam proses pengadaan jasa.
14. Kontrak Pengadaan Jasa yang selanjutnya disebut kontrak adalah
perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Jasa.
15. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan pekerjaan konstruksi untuk
semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua pekerjaan konstruksi/ yang
memenuhi syarat.
16. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan, adalah jaminan tertulis
yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang
dikeluarkan oleh Bank Umum yang diserahkan oleh penyedia jasa kepada
PPK/ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia Jasa.
17. Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement adalah pengadaan jasa
yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi
elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
18. Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut LPSE
adalah unit kerja daerah yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem
pelayanan pengadaan jasa secara elektronik.
19. E-Tendering adalah tata cara pemilihan penyedia Jasa yang dilakukan
secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia jasa yang terdaftar
pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan 1
(satu) kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan.
20. Katalog elektronik atau E-Catalogue adalah sistem informasi elektronik
yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari
berbagai penyedia jasa pemerintah.
21. E-Purchasing adalah tata cara pembelian jasa melalui sistem katalog
elektronik.
22. Pelaksana Pengawasan Teknis adalah personil yang ditunjuk untuk
mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam waktu tertentu sesuai jangka
waktu yang telah ditetapkan sebagaimana dalam kontrak pada paket
pekerjaan tersebut, dalam hal ini adalah Direksi Harian dan Pengawas
Lapangan
23. Penyedia jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan
usahanya menyediakan layanan jasa;
24. Sub penyedia jasa adalah penyedia jasa yang mengadakan perjanjian kerja
dengan penyedia jasa penanggungjawab kontrak, untuk melaksanakan
sebagian pekerjaan setelah disetujui oleh KPA/KPJ.
Pasal 2
Ruang Lingkup
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menentukan nama paket pekerjaan
yang dituangkan dalam data lelang dan diumumkan secara luas melalui
media internet.
2. Penyedia jasa harus memilih paket pekerjaan berdasarkan IUJK sesuai
dengan bidang sub bidang yang telah ditentukan dalam data lelang.
3. Pemenang lelang wajib menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu
yang ditentukan dalam data lelang dan syarat-syarat khusus kontrak
dengan mutu sesuai spesifikasi teknis dan biaya sesuai kontrak.
4. Lingkup pekerjaan yang dilelangkan sesuai dengan ketentuan dalam data
lelang.
Pasal 3
Prinsip-Prinsip Pengadaan
Pengadaan Jasa menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Efisien;
b. Efektif;
c. Transparan
d. Terbuka;
e. Bersaing;
f. Adil/tidak diskriminatif; dan
g. Akuntabel.
Pasal 4
Etika Pengadaan
Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Jasa harus
mematuhi etika sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk
mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan
Pengadaan Jasa;
b. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan
Dokumen Pengadaan Jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan
untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam Pengadaan Jasa;
c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung
yang berakibat terjadinya persaingan tidak sehat;
d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak;
e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para
pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
proses Pengadaan Jasa;
f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan negara dalam Pengadaan Jasa;
g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau
kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak
lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; dan
h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk
memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa
saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga
berkaitan dengan Pengadaan Jasa.
Pasal 5
Persyaratan Peserta Lelang
1. Penyedia Jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Jasa wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
menjalankan kegiatan/usaha;
b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial
untuk menyediakan Jasa;
c. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia jasa
dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir baik dilingkungan
pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak;
d. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi
penyedia jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;
e. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain
yang diperlukan dalam pengadaan jasa;
f. Dalam hal penyedia jasa akan melakukan kemitraan, penyedia jasa
harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/kemitraan yang
memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili
kemitraan tersebut;
g. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya
tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas
nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang
dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani Penyedia
Jasa;
h. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir
(SPT Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh
Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi
Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam
tahun berjalan.
i. Memiliki PKP (Perusahaan Kena Pajak).
j. Memiliki SIUJK (Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi).
k. Memiliki SBU (Sertifikat Badan Usaha)
l. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada
kontrak;
m. Tidak masuk dalam Daftar Hitam;
n. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa
pengiriman; dan
o. Menandatangani Pakta Integritas.
2. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
huruf h dan huruf i, dikecualikan bagi Penyedia Jasa orang perorangan.
3. Pegawai daerah Pekanbaru dilarang menjadi penyedia jasa, kecuali yang
bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan daerah Pekanbaru.
4. Penyedia Jasa yang keikutsertaannya menimbulkan pertentangan
kepentingan dilarang menjadi penyedia jasa.
5. Penyedia Jasa yang berminat mengikuti pemilihan penyedia jasa,
mendaftar untuk mengikuti Pelelangan kepada ULP.
6. Penyedia Jasa mengambil dokumen pengadaan dari ULP/ atau mengunduh
dari website yang digunakan oleh ULP yaitu
(http://eproc.pekanbarukab.go.id).
Pasal 6
Pakta Integritas
1. Pakta integritas berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi,
korupsi dan nepotisme (KKN) yang dibuat oleh penyedia jasa.
2. Penyedia jasa harus menandatangani pakta integritas pada saat pemasukan
dokumen penawaran yang selanjutnya diikuti oleh ULP.
3. Pakta integritas harus ditandatangani oleh pemimpin/ direktur utama
perusahaan atau penerima kuasa dari direktur utama yang nama penerima
kuasanya tercantum dalam akta pendirian atau perubahannya, atau kepala
cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan
dengan dokumen otentik, atau pejabat yang menurut perjanjian kerjasama
adalah yang berhak mewakili perusahaan yang bekerjasama.
Pasal 7
Sumber Dana
Sumber dana pengadaan jasa berasal dari APBD Tahun 2012
Pasal 8
Metode Pemilihan
Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi pada Proyek Pembangunan Jembatan
Rangka dan Beton Bertulang Pekanbaru II dilakukan dengan Pelelangan
Umum PascaKualifikasi.
Pasal 9
Metode Penyampaian Dokumen
Metode pemasukan Dokumen Penawaran pada pelelangan jasa konstruksi
Jembatan Rangka dan Beton Bertulang Pekanbaru II adalah metode satu
sampul
Pasal 10
Metode Evaluasi
Penilaian kualifikasi dilakukan dengan metode sistem gugur.
Pasal 11
Jenis Kontrak
Jenis kontrak pada Pengadaan Jasa konstruksi pembangunan Jembatan
Rangka dan Beton Bertulang Pekanbaru II adalah jenis Kontrak Lump
Sump, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian
harga;
b. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa;
c. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan isi kontrak;
d. Sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (outputbased);
e. Total harga penawaran bersifat mengikat; dan
f. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
Pasal 12
Tanda Bukti Perjanjian
Tanda bukti perjanjian yang digunakan pada Proyek Pembangunan
Jembatan Rangka dan Beton Bertulang Pekanbaru II menggunakan Surat
Perjanjian.
Pasal 13
Metode Penilaian Kualifikasi
Metode penilaian kualifikasi pada pengadaan jasa konstruksi Jembatan
Rangka dan Beton Bertulang Pekanbaru II menggunakan metode
Pascakualifikasi, Dimana formisian kualifikasi disampaikan bersamaan
dengan dokumen penawaran.
Pasal 14
Jaminan Penawaran
1. Jaminan Penawaran diberikan oleh penyedia jasa lainnya pada saat
memasukkan penawaran, yang besarnya antara 1% (satu perseratus)
hingga 3% (tiga perseratus) dari total HPS.
2. Jaminan Penawaran dikembalikan kepada penyedia jasa setelah PPK
menerima jaminan pelaksanaan untuk penandatanganan kontrak.
3. Jaminan Penawaran untuk keperluan pelelangan pekerjaan, ditujukan
kepada
Yth. :
PANITIA PENGADAAN JASA PEMBANGUNAN JEMBATAN
RANGKA DAN BETON BERTULANG PEKANBARU II, RIAU. Bagi
peserta yang dinyatakan kalah, jaminan Penawaran akan dikembalikan
segera setelah penunjukan pemenang dan berakhirnya masa sanggah.
4. Jaminan penawaran diterbitkan oleh bank umum (tidak termasuk bank
perkreditan rakyat) atau perusahaan asuransi yang mempunyai program
asuransi kerugian dan direasuransikan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
5. Penawaran harus dilampiri dengan jaminan penawaran dengan substansi
format jaminan penawaran harus sesuai dengan ketentuan di dalam
dokumen pengadaan.
6. Bilamana ketentuan dimaksud diatas tidak sesuai maka penawaran
dinyatakan gugur administrasi.
7. Jaminan penawaran dari peserta lelang yang tidak menang dikembalikan
segera setelah penetapan pemenang lelang.
8. Masa berlaku surat jaminan penawaran sekurang-kurangnya 28 (dua puluh
delapan) hari kalender lebih lama dari masa berlaku penawaran.
9. Nama penawar sama dengan nama yang tercantum dalam jaminan
penawaran dengan nilai tidak kurang dari yang dipersyaratkan dalam
dokumen pemilihan penyedia jasa.
10. Paket pekerjaan yang dijaminkan sama dengan paket pekerjaan yang
dilelang
11. Jaminan penawaran dari pemenang lelang dikembalikan segera setelah
pemenang lelang menanda tangani perjanjian dan menyerahkan jaminan
pelaksanaan.
12. Jaminan penawaran akan disita apabila:
a. Peserta lelang menarik penawarannya selama masa berlakunya
penawaran; atau
b. Peserta lelang menolak koreksi aritmatik atas harga penawarannya
(Jika menggunakan koreksi aritmatik); atau
c. Pemenang lelang mengundurkan diri; atau
d. Pemenang lelang dalam batas waktu yang ditentukan gagal:
1). Menyerahkan jaminan pelaksanaan; atau
2) Menandatangani surat perjanjian.
Pasal 15
Ketetapan Waktu
1. Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi dilakukan dengan ketetapan
waktu sebagai berikut:
a. Penayangan pengumuman lelang/seleksi dilaksanakan paling kurang
7 (tujuh) hari kerja;
b. Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan (Dokumen
Kualifikasi dan Dokumen Pemilihan) dimulai sejak tanggal
pengumuman sampai dengan 1 (satu) hari kerja sebelum batas akhir
pemasukan Dokumen Penawaran;
c. Pemberian penjelasan dilaksanakan paling cepat 4 (empat) hari kerja
sejak tanggal pengumuman lelang/ seleksi;
d. Pemasukan Dokumen Penawaran dimulai 1 (satu) hari kerja setelah
pemberian penjelasan;
e. Batas akhir pemasukan Dokumen Penawaran paling kurang 2 (dua)
hari kerja setelah penjelasan dengan memperhitungkan waktu yang
diperlukan untuk mempersiapkan Dokumen Penawaran sesuai dengan
jenis, kompleksitas dan lokasi pekerjaan;
f. Evaluasi penawaran dapat dilakukan sesuai dengan:
1) waktu yang diperlukan; atau
2) jenis dan kompleksitas pekerjaan;
g. Masa sanggah terhadap hasil lelang/seleksi selama 5 (lima) hari kerja
setelah pengumuman hasil lelang/seleksi dan masa sanggah banding
selama 5 (lima) hari kerja setelah menerima jawaban sanggahan;
h. SPPBJ diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah
pengumuman penetapan pemenang lelang/seleksi apabila tidak ada
sanggahan, atau setelah sanggahan dijawab dalam hal tidak ada
sanggahan banding;
i. Dalam hal sanggahan banding tidak diterima, SPPBJ diterbitkan
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah adanya jawaban sanggahan
banding dari Kepala Daerah dan Kontrak ditandatangani paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterbitkannya SPPBJ.
2. Pengaturan jadwal/waktu diluar proses sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a sampai dengan huruf j, diserahkan sepenuhnya kepada ULP.
Pasal 16
Tata Cara pelelangan
1. Pelelangan berpedoman kepada KEPPRES No. 54 tahun 2010 dengan
memilih tata cara pemasukan dokumen penawaran sistem satu sampul.
2. Untuk sistem 1 (satu) sampul keseluruhan dokumen penawaran dijilid
menjadi 1 (satu) buku dan dimasukkan ke dalam satu sampul, yang
mencakup semua persyaratan yang ditentukan dalam dokumen lelang.
3. Sampul disiapkan oleh Pemberi Tugas dan akan didistribusikan kepada
Kontraktor pada saat penjelasan pekerjaan
4. Sampul direkat dengan lem, disebelah belakang dilak pada 5 (lima)
tempat. Satu tempat ditengah dan empat masing-masing di sudut sampul.
5. Pada sampul tidak boleh terdapat tulisan-tulisan atau simbol-simbol yang
menandakan identitas peserta.
6. Peserta lelang harus menyegel. Jika tidak disegel dan ditandai, ULP tidak
bertanggung jawab apabila terjadi salah penempatan atau pembukaan dini
sampul penawaran oleh pihak yang tidak berkepentingan.
7. Dokumen penawaran sebelum dimasukkan kedalam sampul panita,
terlebih dahulu, dimasukkan ke dalam sampul yang disediakan oleh
kontraktor sendiri dengan ukuran bebas, tetapi dapat dimasukkan dalam
sampul panita, terbuat dari kertas samson warna coklat harus tidak
tembus baca.
Cover Depan Cover Belakang
Lak
Pasal 17
Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Kualifikasi dan Pengadaan
Pendaftaran dan pengambilan akan diadakan pada :
Hari/Tanggal : Rabu, 2 Mei 2012 –Rabu, 9 Mei 2012
Waktu : Jam Kerja
Tempat : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU
Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru
Pasal 18
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
1. Penjelasan akan diadakan pada :
Hari/Tanggal : Kamis, 10 Mei 2012
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU
Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru
Peserta sebelum mengajukan penawaran diwajibkan melakukan
peninjauan ke lapangan atas resiko dan biaya sendiri, untuk memperoleh
segala keterangan mengenai keadaan lapangan, dimana pekerjaan akan
dilaksanakan.
2. ULP dapat memberikan penjelasan lanjutan dengan cara melakukan
peninjauan lapangan.
3. Pemberian penjelasan harus dituangkan dalam Berita Acara Pemberian
Penjelasan yang ditandatangani oleh ULP dan minimal 1 (satu) wakil
dari peserta yang hadir.
4. ULP memberikan salinan Berita Acara Pemberian Penjelasan dan
Adendum Dokumen Pengadaan kepada seluruh peserta, baik yang
menghadiri atau tidak menghadiri pemberian penjelasan, yang akan
diambil oleh peserta pada :
Hari/Tanggal : Jumat, 11 Mei 2012
Waktu : Jam Kerja
Tempat : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU
Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru
5. Apabila tidak ada peserta yang hadir atau yang bersedia menandatangani
Berita Acara Pemberian Penjelasan, maka Berita Acara Pemberian
Penjelasan cukup ditandatangani oleh anggota ULP yang hadir.
6. Dalam acara penjelasan dokumen lelang, dijelaskan mengenai:
a. Metoda penyelenggaraan pelelangan;
b. Cara penyampaian penawaran;
c. Dokumen yang harus dilampirkan dalam dokumen penawaran;
d. Acara pembukaan dokumen penawaran;
e. Metoda evaluasi;
f. Hal-hal yang menggugurkan penawaran;
g. Jenis kontrak yang akan digunakan;
h. Ketentuan dan cara sub kontrak sebagian pekerjaan kepada usaha
kecil termasuk koperasi kecil;
i. Masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan jaminan
penawaran.
7. Ketidakhadiran peserta pada saat pemberian penjelasan tidak dapat
dijadikan dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran.
Pasal 19
Pemasukan Dokumen Penawaran
1. Pemasukan dokumen penawaran akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Senin, 14 Mei 2012 - Rabu, 16 Mei 2012
Waktu : Jam Kerja
Tempat : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU
Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru
2. Batas akhir pemasukan dokumen penawaran akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Rabu, 16 Mei 2012
Waktu : 12.00 WIB
Tempat : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU
Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru
3. ULP dapat mengundurkan batas akhir waktu pemasukan penawaran
dengan mencantumkan hal tersebut dalam addendum dokumen lelang.
4. Setiap penawaran yang diterima oleh ULP setelah batas akhir waktu
pemasukan penawaran akan ditolak dan dikembalikan kepada peserta
lelang dalam keadaan tertutup (sampul dalam tidak dibuka).
5. Penyedia jasa dapat mengubah, menambah dan/atau mengganti dokumen
penawaran sebelum batas akhir pemasukan penawaran.
Pasal 20
Pembukaan Dokumen Penawaran
1. Pembukaan Dokumen Penawaran dilaksanakan sesuai dengan KEPRES
No. 54 Tahun 2010.
2. Pembukaan Dokumen Penawaran akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Rabu, 16 Mei 2012
Waktu : 13.00 s/d 15.00
Tempat : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU
Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru
3. ULP membuka dokumen penawaran di hadapan peserta lelang, pada
waktu dan tempat sesuai ketentuan dalam data lelang.
4. Para penawar/wakil penawar yang hadir harus memperlihatkan identitas
atau surat keterangan/penugasan dari perusahaan untuk menghadiri
pembukaan dokumen penawaran dan menandatangani daftar hadir
sebagai bukti kehadirannya.
5. ULP meneliti isi kotak/tempat pemasukan dokumen penawaran dan
menghitung jumlah penawaran yang masuk. Jika penawaran hardcopy
dan di Portal e-Procurement kurang dari tiga ULP tidak akan membuka
penawaran online di portal e-Procurement Pemerintah daerah Pekanbaru.
Selanjutnya pelelangan tidak dapat diteruskan dan akan dilakukan
pelelangan ulang dengan mengumumkan kembali dan mengundang
peserta lelang yang baru.
6. ULP meminta kesediaan sekurang kurangnya dua wakil peserta lelang
yang hadir sebagai saksi. Apabila tidak terdapat saksi dari peserta
pelelangan yang hadir, Panitia menunda pembukaan kotak penawaran
sekurang-kurangnya dua jam. Setelah sampai waktu yang telah
ditentukan, wakil peserta lelang tetap tidak ada yang hadir, acara
pembukaan penawaran dilakukan dengan disaksikan oleh dua saksi di
luar ULP yang ditunjuk secara tertulis oleh ULP.
7. ULP memastikan terlebih dahulu bahwa peserta lelang yang datang
adalah peserta yang memasukkan penawaran di portal e-Procurement
sebelum sampul berkenaan dibuka. Jika penawar yang datang tidak sama
dengan yang ada pada list di portal e- Procurement, maka dianggap tidak
ada penawaran.
8. ULP memeriksa, menunjukkan dan membacakan dihadapan para peserta
pelelangan mengenai dokumen penawaran yang terdiri dari :
a. Surat penawaran yang menyebutkan masa berlaku penawaran
b. Jaminan penawaran
c. Daftar kuantitas dan harga
9. ULP harus membuat Berita Acara Pembukaan Penawaran (BAPP).
Pasal 21
Evaluasi penawaran
1. Dalam melakukan evaluasi penawaran, ULP harus berpedoman pada tata
cara/kriteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan.
2. Evaluasi Penawaran akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Rabu, 16 Mei 2012
Waktu : 15.00 s/d selesai
Tempat : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU
Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru
3. Dalam evaluasi penawaran, ULP dan penyedia jasa dilarang melakukan
tindakan post bidding.
4. Penilaian penawaran dilakukan oleh panitia pelelangan berdasarkan
evaluasi administrasi, teknis dan biaya, berpedoman pada ketentuan yang
diatur dalam KEPRES No. 54 Tahun 2010.
Pasal 22
Penetapan dan Pengumuman Pemenang
1. ULP menetapkan hasil pemilihan Penyedia Jasa.
2. ULP mengumumkan hasil pemilihan Penyedia Jasa setelah ditetapkan
melalui website http://eproc.pekanbarukab.go.id dan papan pengumuman
resmi.
3. Penetapan Pemenang akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Jumat, 18 Mei 2012
Waktu : 09.00 s.d selesai
Tempat : Dinas Pekerjaan Umum Wilayah RIAU
Jl Letjen S. Parman no.18 Pekanbaru
4. Peserta yang dinyatakan sebagai pemenang pelelangan dan diberikan Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK), wajib melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan yang tercantum dalam SPMK.
5. Penarikan diri setelah peserta dinyatakan sebagai pemenang
mengakibatkan Jaminan Penawaran yang telah diserahkan dicairkan
kepada kas daerah serta penyedia jasa dikenakan sanksi berupa
laranganuntuk mengikuti kegiatan pengadaan jasa diinstansi pemerintah
selama 2 (dua) tahun.
6. Jika pemenang pertama mengundurkan diri, maka pemenang kedua dapat
ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan kontraktor sesuai dengan harga
penawaran pemenang pertama.
7. Jika pemenang kedua tidak bersedia untuk ditunjuk sebagai pelaksana
pekerjaan maka dapat ditunjuk pemenang ketiga untuk melaksanakannya
sesuai dengan penawaran pemenang pertama.
8. Jika ketiga pemenang tersebut tidak bersedia ditunjuk sebagai pelaksana
pekerjaan, selanjutnya dilakukan pelelangan ulang.
Pasal 23
Sanggahan dan Sanggahan Banding
1. Peserta pemilihan penyedia jasa yang merasa dirugikan, baik secara
sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya dapat mengajukan
sanggahan secara tertulis apabila menemukan:
a. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam
peraturan presiden ini dan yang telah ditetapkan dalam dokumen
pengadaan barang/jasa;
b. Adanya rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang
tidak sehat; dan/atau
c. Adanya penyalahgunaan wewenang oleh ULP dan/atau pejabat yang
berwenang lainnya.
2. Surat sanggahan disampaikan kepada ULP dan ditembuskan kepada PPK,
PA/KPA dan APIP daerah Pekanbaru yang bersangkutan paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang.
3. ULP wajib memberikan jawaban tertulis atas semua sanggahan paling
lambat 5 (lima) hari kerja setelah surat sanggahan diterima.
4. Penyedia Jasa yang tidak puas dengan jawaban sanggahan dari ULP dapat
mengajukan sanggahan banding kepada daerah paling lambat 5 (lima)
hari kerja setelah diterimanya jawaban sanggahan.
5. Kepala Daerahmemberikan jawaban atas semua sanggahan banding
kepadapenyanggah banding paling lambat 15 (lima belas) hari
kerjasetelah surat sanggahan banding diterima.
6. Dalam hal sanggahan banding dinyatakan benar, jaminan sanggahan
banding dikembalikan kepada penyanggah serta melakukan evaluasi
ulang atau pengadaan jasa ulang.
7. Dalam hal sanggahan banding dinyatakan salah, jaminan sanggahan
banding disita dan disetorkan ke kas daerah, serta kepala daerah
memerintahkan agar ULP melanjutkan proses pengadaan jasa ulang.
8. Peserta yang mengajukan sanggahan bandingwajib menyerahkan jaminan
sanggahan banding yang berlaku20 (dua puluh) hari kerja sejak
pengajuan sanggahan banding.
9. Jaminan sanggahan banding ditetapkan sebesar 20/00 (dua perseribu) dari
nilai total HPS atau paling tinggi sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).
10. Dalam hal tidak terdapat sanggahan, SPPBJ harus diterbitkanpaling
lambat 6 (enam) hari kerja setelah pengumumanpenetapan pemenang dan
segera disampaikan kepada pemenangyang bersangkutan.
Pasal 24
Pemilihan Gagal
Pelelangan gagal apabila:
1. Jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses pascakualifikasi kurang
dari 3 (tiga) peserta;
2. Jumlah peserta yang memasukan dokumen penawaran untuk pengadaan
pekerjaan konstruksi kurang dari 3 (tiga) peserta;
3. Tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran;
4. Dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti/indikasi terjadi persaingan
tidak sehat;
5. Harga penawaran terendah terkoreksi untuk kontrak lump sum lebih tinggi
dari HPS;
6. Seluruh harga penawaran yang masuk untuk kontrak Lump Sum diatas
HPS;
7. Sanggahan hasil Pelelangan dari peserta ternyata benar; atau
8. Calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2, setelah dilakukan
evaluasi dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi dan/atau pembuktian
kualifikasi.
9. Pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan KPA
ternyata benar.
Pasal 25
Pelelangan Ulang
1. Dalam hal Pelelangan dinyatakan gagal, maka ULP segera melakukan:
a. Evaluasi ulang;
b. Penyampaian ulang dokumen penawaran
c. Pelelangan ulang; atau
d. Penghentian proses pelelangan.
2. Dalam hal pelelangan ulang jumlah penyedia jasa yang ikut hanya 2 (dua)
peserta, proses pelelangan dilanjutkan.
3. Dalam hal pelelangan ulang jumlah penyedia jasa yang memasukkan
penawaran hanya 2 (dua) peserta, proses pelelangan dilanjutkan
4. Dalam hal pelelangan ulang jumlah penyedia jasa yang ikut hanya 1 (satu)
peserta, pelelangan ulang dilakukan seperti proses penunjukan langsung.
BAB II
SYARAT ADMINISTRASI
Pasal 26
Hak Dan Kewajiban Penyedia Jasa
1. Menerima pembayaran uang muka, hasil pekerjaan, dan uang retensi.
2. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadual
pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak.
3. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada KPA.
4. Memberikan peringatan dini dan keterangan-keterangan yang diperlukan
untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan KPA.
5. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan
yang telah ditetapkan dalam kontrak.
6. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi lingkungan
baik di dalam maupun di luar tempat kerja dan membatasi perusakan dan
pengaruh/gangguan kepada masyarakat maupun miliknya, sebagai akibat
polusi, kebisingan dan kerusakan lain yang disebabkan kegiatan penyedia
jasa.
Pasal 27
Penandatanganan Kontrak Pengadaan Jasa
1. Penandatanganan kontrak pengadaan jasa dilakukan setelah DIPA/DPA
disahkan.
2. Para pihak menandatangani kontrak setelah penyedia jasa menyerahkan
jaminan pelaksanaan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung
sejak diterbitkannya SPPBJ.
3. Pihak yang berwenang menandatangani kontrak pengadaan jasa atas nama
penyedia jasa adalah direksi yang disebutkan namanya dalam akta
pendirian/anggaran dasar penyedia jasa, yang telah didaftarkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
4. Pihak lain yang bukan direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam
akta pendirian/anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat
menandatangani kontrak pengadaan jasa, sepanjang mendapat
kuasa/pendelegasian wewenang yang sah dari direksi atau pihak yang sah
berdasarkan akta pendirian/anggaran dasar untuk menandatangani kontrak
pengadaan jasa.
Pasal 28
Jaminan Pelaksanaan
1. Jaminan pelaksanaan diberikan setelah diterbitkannya SPPBJ dan sebelum
penandatanganan kontrak pekerjaan konstruksi.
2. Besarnya jaminan pelaksanaan adalah 5% (lima persen) dari nilai kontrak
3. Jaminan pelaksanaan berlaku sejak tanggal kontrak sampai serah terima
pertama pekerjaan konstruksi.
4. Jaminan pelaksanaan dikembalikan setelah:
a. Penyerahan jasa lainnya dan sertifikat garansi; atau
b. Penyerahan jaminan pemeliharaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai
kontrak khusus bagi penyedia pekerjaan konstruksi.
5. Apabila penyedia jasa yang ditunjuk sebagai pemenang lelang tidak
menyerahkan jaminan pelaksanaan selama 14 (empat belas) hari kerja
setelah diterbitkannya SPPBJ, maka penyedia jasa dinyatakan batal
sebagai pemenang lelang dan disita jaminan penawarannya serta
dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 29
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
1. KPA harus sudah menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari sejak penandatanganan kontrak, setelah dilakukan penyerahan
lapangan.
2. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan
kontrak yang akan dinyatakan penyedia barang/jasa dalam pernyataan
dimulainya pekerjaan
Pasal 30
Penyerahan Lapangan
1. KPA wajib menyerahkan seluruh/sebagian lapangan pekerjaan kepada
penyedia jasa sebelum diterbitkannya surat perintah mulai kerja
2. Sebelum penyerahan lapangan, KPA bersama-sama penyedia jasa
melakukan pemeriksaan lapangan berikut bangunan bangunan pelengkap
dan seluruh aset milik KPA yang akan menjadi tanggung jawab penyedia
jasa, untuk dimanfaatkan dijaga dan dipelihara.
3. Hasil pemeriksaan lapangan dituangkan dalam berita acara serah terima
lapangan yang ditandatangani kedua belah pihak.
Pasal 31
Pemeriksaan Bersama
1. Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, setelah penerbitan SPMK, konsultan
pengawas selaku pelaksana pengawasan teknis dan penyedia jasa
melaksanakan pemeriksaan lapangan bersama dengan melakukan
pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lapangan untuk setiap rencana
mata pembayaran guna menetapkan kuantitas awal.
2. Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan dalam berita acara.
Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak
maka harus dituangkan dalam bentuk adendum kontrak.
3. Selanjutnya pemeriksaan lapangan bersama terhadap setiap mata
pembayaran harus dilakukan oleh konsultan pengawas selaku pelaksana
pengawasan teknis selaku pelaksana pengawasan teknis, dan penyedia jasa
selama periode pelaksanaan kontrak untuk menetapkan kuantitas pekerjaan
yang telah dilaksanakan guna pembayaran hasil pekerjaan.
Pasal 32
Persiapan Pelaksanaan Kontrak
1. Sebelum pelaksanaan kontrak KPA bersama-sama dengan penyedia jasa,
unsur perencanaan, dan unsur pengawasan, menyusun rencana
pelaksanaan kontrak.
2. KPA harus menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterbitkannya SPMK.
3. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat adalah:
a. Organisasi kerja;
b. Tata cara pengaturan pekerjaan;
c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil;
e. Penyusunan rencana pemeriksaan lapangan;
f. Sosialisasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat
mengenai rencana kerja;
g. Penyusunan program mutu.
Pasal 33
Uang Muka
1. Jaminan uang muka diberikan oleh penyedia jasa terhadap pembayaran
uang muka yang diterimanya.
2. Besarnya jaminan uang muka adalah senilai uang muka yang diterimanya.
3. Pengembalian uang muka diperhitungkan secara proporsional pada setiap
tahapan pembayaran.
4. Uang Muka dapat diberikan kepada penyedia jasa untuk:
a. Mobilisasi alat dan tenaga kerja;
b. Pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material;
dan/atau
c. Persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan pengadaan jasa
5. Uang muka dapat diberikan kepada penyedia jasa dengan ketentuan,
paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari nilai kontrak pengadaan
jasa.
6. Nilai jaminan uang muka secara bertahap dapat dikurangi secara
proporsional sesuai dengan pencapaian prestasi pekerjaan.
Pasal 34
Awal Pelaksanaan Pekerjaan
1. Untuk dapat memulai melaksanakan pekerjaan, kontaraktor akan
menerima surat penyerahan lapangan dari pengguna jasa.
2. Setelah kontraktor menerima surat perintah mulai kerja dan penyerahan
lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja kontraktor wajib
menyerahkan pengembangan rencana kerja, metoda yang diusulkan dan
tata cara pelaksanaan kepada konsultan pengawas untuk mendapatkan
persetujuan pengguna jasa.
3. Kontraktor wajib memberitahukan kepada konsultan pengawas dan
pengguna jasa pada waktu akan memulainya pekerjaan. Kelalaian
kontraktor dalam hal ini, penunjukan sebagai kontraktor dibatalkan dan
jaminan pelaksanaan akan dicairkan dan dan disetorkan ke kas daerah.
4. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan menurut rencana kerja yang
telah disetujui tersebut dan harus menyerahkan detail program kerja
kepada konsultan pengawas, yang menunjukan kapan pekerjaan
dilaksanakan, kapan peralatan impor akan sampai di site, yang secara
keseluruhan harus dibuatkan Time Schedule dalam bentuk balok
(Barchart) dilengkapi Kurva S.
5. KPA harus sudah menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari sejak penandatanganan kontrak, setelah dilakukan penyerahan
lapangan.
6. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan
kontrak yang akan dinyatakan penyedia jasa dalam pernyataan dimulainya
pekerjaan.
Pasal 35
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan selama terhitung sejak tanggal
ditandatanganinya kontrak jasa pemborongan ini sampai dengan serah
terima pekerjaan tingkat I (STPT-1).
2. Pekerjaan tersebut dalam Pasal 1 (satu) diatas, harus sudah selesai
dilaksanakan dan dilakukan Serah Terima Pekerjaan Tingkat I (STPT-I),
oleh penyedia jasa kepada KPA,
3. Batas waktu dapat diperpanjang dengan persetujuan tertulis dari penyedia
jasa, berdasarkan berita acara dari konsultan pengawas, setelah
mempertimbangkan permintaan secara tertulis dari KPA dengan
mengemukakan alasan-alasan yang cukup kuat, diluar kewenangan dan
kekuasaan KPA antara lain :
a. Pembebasan tanah/bangunan, dan atau utilitas, dari penguasaan pihak
lain, yang dilaksanakan oleh penyedia jasa;
b. Terjadinya keadaan kahar;
c. Perubahan desain;
d. Keterlambatan yang disebabkan oleh penyedia jasa.
Pasal 36
Perubahan Kontrak
1. Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan
dalam dokumen kontrak, PPK bersama penyedia jasa dapat melakukan
perubahan kontrak yang meliputi:
a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak;
b. Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
lapangan; atau
d. Mengubah jadwal pelaksanaan.
2. Pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan ketentuan:
a. Tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum
dalam perjanjian/kontrak awal; dan
b. Tersedianya anggaran.
3. Penyedia jasa dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama
berdasarkan kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak lain,
kecuali sebagian pekerjaan utama kepada penyedia jasa spesialis.
4. Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penyedia
jasa dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai
dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam dokumen kontrak.
5. Perubahan kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan
sepanjang disepakati kedua belah pihak.
6. Perubahan kontrak harus dibuat bila terjadi perubahan kontrak. Perubahan
kontrak dapat terjadi apabila:
a. Perubahan pekerjaan disebabkan oleh perbedaan atas perhitungan
menyeluruh atas hasil pengukuran pada saat pekerjaan fisik akan
mulai dilaksanakan.
b. Terjadinya peristiwa-peristiwa diluar kekuasaan atau kemampuan
penyedia jasa yang dianggap sebagai keadaan kahar yang disetujui
oleh KPA.
c. Jika terdapat sesuatu yang belum cukup diatur dalam kontrak dan/atau
perubahan yang dianggap perlu oleh kedua belah pihak.
7. Prosedur perubahan kontrak dilakukan sebagai berikut:
a. KPA memberikan perintah tertulis kepada penyedia jasa untuk
melaksanakan perubahan kontrak,atau penyedia jasa mengusulkan
perubahan kontrak;
b. Penyedia jasa harus memberikan tanggapan atas perintah perubahan
dari KPA dan mengusulkan perubahan harga (bila ada) selambat-
lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari atau selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari sejak terjadinya kahar;
c. Atas usulan perubahan harga dilakukan negosiasi dan dibuat berita
acara hasil negosiasi;
d. Berdasarkan berita acara hasil negosiasi dibuat amandemen kontrak.
Pasal 37
Kompensasi
1. Kompensasi dapat diberikan kepada penyedia jasa bila dapat dibuktikan
merugikan penyedia jasa dalam hal sebagai berikut:
a. Penyedia jasa belum bisa masuk ke lokasi pekerjaan, karena KPA
tidak menyerahkan seluruh/sebagian lapangan kepada penyedia jasa;
b. KPA tidak memberikan gambar, spesifikasi, atau instruksi sesuai
jadwal yang telah ditetapkan;
c. KPA memodifikasi atau mengubah jadwal yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan;
d. KPA menginstruksikan untuk melakukan pengujian tambahan yang
setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak diketemukan
kerusakan/kegagalan/ penyimpangan pekerjaan;
e. KPA menolak sub penyedia jasa tanpa alasan yang wajar;
f. Penyedia jasa lain, petugas pemerintah, petugas utilitas atau KPA tidak
bekerja sesuai waktu yang ditentukan, sehingga mengakibatkan
keterlambatan dan/atau biaya tambah bagi penyedia jasa.
g. KPA menunda berita acara penyerahan pertama pekerjaan dan/atau
berita acara penyerahan akhir pekerjaan.
h. KPA memerintahkan penundaan pekerjaan.
2. Penyedia jasa dapat meminta kompensasi biaya dan/atau waktu
pelaksanaan.
Pasal 38
Sertifikat Garansi
1. Dalam pengadaan jasa, penyedia jasa menyerahkan sertifikat garansi.
2. Sertifikat garansi diberikan terhadap kelaikan penggunaan jasa hingga
jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan dalam kontrak.
3. Sertifikat garansi diterbitkan oleh pengguna jasa atau pihak yang ditunjuk
secara sah oleh pengguna jasa.
Pasal 39
Asuransi
1. Penyedia jasa wajib mengasuransikan tenaga kerja (Jamsostek) pada
perusahaan asuransi tenaga kerja yang telah ditetapkan pemerintah sesuai
ketentuan yang berlaku, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah
dimulainya pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
2. Selama masa pelaksanaan pekerjaan sampai dengan berakhirnya masa
pemeliharaan, penyedia jasa wajib mengasuransikan pada perusahaan
asuransi yang disepakati kedua belah pihak atas pelaksanaan pekerjaan ini,
dan terhadap kemungkinan tuntutan ganti rugi sebagai akibat dari
pelaksanaan pekerjaan yang salah oleh penyedia jasa, serta semua
kemungkinan kerugian lain yang tercakup dalam polis Contractor’s All
Risk (CAR), dengan nilai pertanggungan sebesar nilai riil pekerjaan
tersebut sebelum PPN sebesar 10 % (sepuluh persen), paling lambat 14
(empat belas) hari kerja sejak dimulainya pelaksanaan pekerjaan
dimaksud;
3. Semua polis asuransi sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini, dibuat
untuk dan atas nama KPA, dan polis asli serta bukti pembayaran premi asli
yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa harus diserahkan kepada KPA
paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah premi dibayarkan.
4. Apabila terjadi risiko atas pekerjaan yang diasuransikan tersebut diatas,
maka hak klaim asuransi sepenuhnya berada pada KPA, dan uang
pertanggungan yang diperoleh dari perusahaan asuransi digunakan untuk
perbaikan kembali bangunan yang mengalami resiko oleh penyedia
barang/jasa;
5. Perusahaaan asuransi penerbit jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) adalah perusahaan asuransi umum yang memiliki izin untuk menjual
produk jaminan (suretyship) sebagaimana ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
Pasal 40
Laporan Hasil Pekerjaan
1. Buku Harian Lapangan (BHL) diisi oleh penyedia jasa dan diketahui oleh
konsultan pengawas selaku pelaksana pengawasan teknis, dan selanjutnya
mencatat seluruh rencana dan realisasi aktivitas pekerjaan sebagai bahan
laporan harian.
2. Laporan harian dibuat oleh penyedia jasa, diperiksa oleh konsultan
pengawas selaku pelaksana pengawasan teknis, dan disetujui oleh pejabat
pembuat komitmen.
3. Laporan harian berisi:
a. Tugas, penempatan dan jumlah tenaga kerja di lapangan;
b. Jenis dan kuantitas bahan di lapangan;
c. Jenis, jumlah dan kondisi peralatan di lapangan;
d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
e. Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan;
f. Catatan lain yang dianggap perlu.
4. Laporan mingguan dibuat oleh penyedia jasa, terdiri dari rangkuman
laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan mingguan serta
catatan yang dianggap perlu.
5. Laporan bulanan dibuat oleh penyedia jasa, terdiri dari rangkuman laporan
mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan serta catatan
yang dianggap perlu.
6. Untuk kelengkapan laporan, penyedia jasa dan konsultan pengawas selaku
pelaksana pengawasan teknis wajib membuat foto-foto dokumentasi
pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 41
Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan
1. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh terjadinya
keadaan kahar tidak dikenakan sanksi.
2. Penyedia Jasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka
waktu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dapat dikenakan denda
keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak atau
bagian kontrak untuk setiap hariketerlambatan dan tidak melampaui
besarnya jaminan pelaksanaan.
3. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia
jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak maka
pemutusan kontrak;
Pasal 42
Syarat-Syarat Pembayaran
1. Pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk pembayaran
berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan (termin).
2. Pembayaran prestasi kerja diberikan kepada penyedia jasa setelah
dikurangi angsuran pengembalian uang muka dan denda apabila ada, serta
pajak.
3. Permintaan pembayaran kepada PPK untuk kontrak yang menggunakan
subkontrak, harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh
subkontraktor sesuai dengan perkembangan (progress) pekerjaannya.
4. Pembayaran bulanan/termin untuk pekerjaan konstruksi, dilakukan senilai
pekerjaan yang telah terpasang.
5. PPK dapat menahan sebagian pembayaran prestasi pekerjaan sebagai uang
retensi untuk jaminan pemeliharaan pekerjaan konstruksi.
6. Untuk setiap pengajuan permintaan pembayaran angsuran (termijn).
Penyedia jasa diwajibkan menyertakan laporan rincian kemajuan fisik
pekerjaan yang ditanda tangani oleh konsultan pengawas.
7. Yang diperhitungkan sebagai kemajuan fisik pekerjaan adalah bagian-
bagian pekerjaan yang telah selesai dikerjakan (volume terpasang),
memenuhi persyaratan, disetujui dan diterima baik oleh konsultan
pengawas.
8. Pembayaran-pembayaran angsuran dilakukan setelah bagian pekerjaan
yang bersangkutan (volume terpasang) telah diperiksa/disetujui oleh
konsultan pengawas, yang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan
fisik pekerjaan yang dilengkapi bukti hasil uji kualitas material dan
ditandatangani oleh pejabat pembuat komitmen.
9. KPA wajib melakukan pembayaran kepada penyedia jasa paling lambat 7
(tujuh) hari dari tanggal berita acara pemeriksaan fisik pekerjaan yang
ditandatangani oleh konsultan pengawas.
10. Pembayaran atau angsuran mengenai pelaksanaan
pemborongan/pembelian melalui SPMK dilakukan atas dasar berita acara
yang menyertakan bahwa penyerahan jasa atau prestasi yang benar-benar
diselesaikan sesuai dengan SPMK yang bersangkutan.
11. Berita acara sebagaimana dimaksud pada point 10 diatas adalah berita
acara prestasi pekerjaan yang dibuat oleh rekanan dan ditandatangani
bersama oleh pemborong/ rekanan dengan pimpro dan khusus untuk
pekerjaan bidang pemborongan berita acara bobot pekerjaan yang telah
dilaksanakan di lapangan dan ditandatangani bersama oleh penyedia jasa.
12. Berita acara bobot pekerjaan sebagaimana dimaksud point11 di atas
disiapkan/dibuat dan ditandatangani oleh rekanan serta diajukan kepada
kepala suku dinas wilayah kota yang tembusannya disampaikan kepada
pimpro.
13. Dalam hal pekerjaan diawasi oleh konsultan pengawas, berita acara bobot
pekerjaan sebagaimana dimaksud pada point 12 di atas disiapkan / dibuat
dan ditandatangani oleh rekanan serta diajukan penyandang dana DPU
Pekanbaru.
14. Perhitungan prosentase bobot pekerjaan atas dasar prosentase bobot dari
perhitungan yang tercantum dalam RAB penyedia jasa.
15. Tahap pembayaran dilaksanakan proyek sebagai berikut :
TahapanPrestasi Perhiungan Termin Angsuran
Pembayaran
Uang muka 20%
I 35% = 35% - (35% x 20%) 28% 7%
II 50% = 15% - (15% x 20%) 12% 3%
III 75% = 25% - (25% x 20%) 20% 5%
IV 100% = 25% - (25% x 20%) 20% 5%
Total 80% 20%
jaminan pemeliharaan 5%
16. Apabila pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia jasa dianggap cukup
besar, maka pembayaran pekerjaan diukur lebih dari 5 (lima) angsuran
dengan ketentuan bahwa setiap angsuran pembayaran tidak diperkenankan
lebih besar dari prestasi pekerjaan.
Pasal 43
Penangguhan Pembayaran
1. KPA berhak melakukan penangguhan pembayaran pada setiap tahap
angsuran pembayaran (termijn) jika penyedia jasa tidak melaksanakan
kewajiban sesuai dengan kontrak, dengan surat pemberitahuan
penangguhan pembayaran disertai alasan yang jelas.
2. KPA memberikan kesempatan kepada penyedia jasa untuk segera
memperbaiki kekurangan dan atau kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan
dan pelaksanaan pekerjaan dimulai paling lambat 3 hari sejak diterimanya
surat pemberitahuan penangguhan pembayaran
3. KPA akan melakukan pembayaran yang ditangguhkan sebagaimana
disebut dalam ayat (1) diatas kepada penyedia jasa, setelah penyedia jasa
memperbaiki kekurangan dan atau kesalahan dan dituangkan dalam suatu
berita acara yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan konsultan
pengawas.
4. Penangguhan pembayaran sebagaimana disebut pada ayat (1) diatas tidak
berakibat pada perubahan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 44
Keterlambatan Pembayaran
1. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh PPK atas keterlambatan
pembayaran adalah sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat
dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlakupada saat itu
menurut ketetapan Bank Indonesia; atau
2. Dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam kontrak.
Pasal 45
Penjelasan Tambahan
1. Pembayaran sewa direksi kit dan gudang lapangan ditambahkan biaya
mobilisasi dari SUB dinas awal ke lokasi proyek pulang – pergi.
2. Apabila terjadi perpanjangan waktu di lapangan yang bukan kesalahan
kontrakan, maka kelebihan waktu tersebut tidak diperhitungkan sebagai
pembayaran sewa direksi kit dan gudang lapangan tersebut sampai dengan
proyek selesai.
Pasal 46
Perpanjangan Waktu Pelaksanaan
1. Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh KPA atas
pertimbangan yang layak dan wajar, yaitu untuk:
a. Pekerjaan tambah;
b. Perubahan disain;
c. Keterlambatan yang disebabkan oleh KPA;
d. Masalah yang timbul di luar kendali penyedia jasa;
e. Keadaan kahar.
2. Penyedia jasa mengusulkan secara tertulis perpanjangan waktu
pelaksanaan dilengkapi alasan dan data kepada KPA. KPA menugaskan
konsultan pengawas selaku pelaksana pengawasan teknis untuk meneliti
dan mengevaluasi usulan tersebut. Hasil penelitian dan evaluasi
dituangkan dalam berita acara dilengkapi dengan rekomendasi dapat atau
tidaknya diberi perpanjangan waktu.
3. Berdasarkan berita acara hasil penelitian dan evaluasi perpanjangan waktu
pelaksanaan dan rekomendasi, maka KPA dapat menyetujui/tidak
menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan.
4. Apabila perpanjangan waktu pelaksanaan disetujui, maka harus
dituangkan di dalam amandemen kontrak.
Pasal 47
Serah Terima Pekerjaan
1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) sesuai dengan
ketentuan yang tertuang dalam kontrak, penyedia jasa mengajukan
permintaan secara tertulis kepada KPA melalui PPK untuk penyerahan
pekerjaan.
2. KPA menunjuk panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan untuk melakukan
penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
3. Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan melalui
PPK memerintahkan penyedia jasa untuk memperbaiki dan/atau
melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam
kontrak.
4. Panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan
setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
kontrak.
5. Khusus pekerjaan konstruksi/jasa lainnya:
a. Penyedia pekerjaan konstruksi/jasa lainnya melakukan pemeliharaan
atas hasil pekerjaan selama masa yang ditetapkan dalam kontrak,
sehingga kondisinya tetap seperti pada saat penyerahan pekerjaan;
b. Masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6
(enam) bulan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3
(tiga) bulan; dan
c. Masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran.
6. Setelah masa pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berakhir,
PPK mengembalikan jaminan pemeliharaan/uang retensi kepada penyedia
jasa.
7. Penyedia jasa menandatangani berita acara serah terima akhir pekerjaan
pada saat proses serah terima akhir (Final Hand Over).
8. Penyedia jasa yang tidak menandatangani berita acara serah terima akhir
pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dimasukkan dalam daftar
hitam.
Pasal 48
Denda dan Ganti Rugi
1. Apabila penyerahan pekerjaan tingkat pertama (STPT – I), dilakukan
melampaui batas waktu yang telah disepakati, maka penyedia jasa
dikenakan denda keterlambatan untuk setiap satu hari keterlambatan
sebesar 1‰ (satu permil) dari biaya pelaksanaan pekerjaan
2. Apabila jadwal waktu penyerahan pekerjaan tingkat I (STPT-I) yang telah
disepakati ternyata dilampaui, sedangkan pekerjaan secara keseluruhan
belum selesai, dan karena sesuatu hal terjadi pemutusan kontrak, maka
penyedia jasa tetap dikenakan denda tersebut ayat (1) .Pasal ini, dengan
mempertimbangkan nilai fisik (volume terpasang) yang telah dilaksanakan
dan yang dapat disetujui KPA.
3. Semua denda tersebut diatas, dapat dilaksanakan oleh KPA melalui
pemotongan terhadap pembayaran angsuran (termijn) yang diterimakan
kepada penyedia jasa.
4. Besarnya denda yang dibayar oleh KPA atas keterlambatan pembayaran
tagihan penyedia jasa sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat
dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu
menurut ketetapan Bank Indonesia, atau dapat diberikan kompensasi
sesuai ketentuan dalam dokumen kontrak.
Pasal 49
Jaminan Pemeliharaan
1. Jaminan pemeliharaan wajib diberikan oleh penyedia pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai
100% (seratus perseratus).
2. Jaminan pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak
harus diberikan kepada PPK untuk menjamin pemeliharaan pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya yang telah diserahkan.
3. Jaminan pemeliharaan dikembalikan setelah 14 (empat belas) hari kerja
setelah masa pemeliharaan selesai.
4. Masa pemeliharaan untuk pekerjaan ditetapkan selama 180 (seratus
delapan puluh) hari terhitung sejak dilakukan serah terima pekerjaan
tingkat I (STPT-I) antara KPA dengan penyedia jasa.
5. Penyedia jasa dalam masa pemeliharaan tersebut diwajibkan mengadakan
pemeliharaan pekerjaan agar tetap sempurna sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.
6. Segala biaya yang diperlukan untuk pekerjaan pemeliharaan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab penyedia jasa
7. Apabila penyedia jasa tidak mengindahkan kewajiban tersebut diatas,
maka pekerjaan pemeliharaan akan dilaksanakan oleh pihak lain atas
perintah KPA dan biaya pemeliharaannya dibebankan kepada penyedia
jasa.
8. Setelah masa pemeliharaan pekerjaan berakhir dan penyedia jasa sudah
memenuhi kewajibannya sesuai ayat 5 dan ayat 6, maka diadakan serah
terima pekerjaan Tingkat II (STPT – II/Terakhir), dan penyedia jasa
dibebaskan dari kewajibannya dalam pemeliharaan.
Pasal 50
Kegagalan Bangunan
1. Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan setelah diserah terimakan
oleh penyedia jasa kepada KPA, baik secara keseluruhan maupun sebagian
menjadi tidak berfungsi dan atau tidak sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang
menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan atau KPA;
2. Penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang
terjadi pada pekerjaan sebagaimana dimaksud oleh kontrak ini.
3. Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa
ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan kontruksi dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun.
4. Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan
penyedia jasa, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak
lain, maka penyedia jasa wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang
usaha dan dikenakan ganti rugi;
5. Apabila penyedia jasa melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah
ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau
kegagalan bangunan, dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara
atau dikenakan denda paling banyak sebesar 10% (sepuluh persen) dari
nilai kontrak
6. Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih penilai
ahli yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat
independen dan mampu memberikan penilaian secara obyektif, yang harus
dibentuk dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya
laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan.
7. Penilai ahli yang dimaksud disepakati bersama oleh KPA dan penyedia
jasa.
Pasal 51
Pemutusan Kontrak
1. PPK dapat memutuskan kontrak secara sepihak apabila:
a. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia
jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak;
b. Penyedia Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan
tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan;
c. Penyedia Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau
pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh instansi
yang berwenang; dan/atau
d. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau
pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan pengadaan jasa
dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.
2. Dalam hal pemutusan kontrak dilakukan karena kesalahan penyedia jasa:
a. Jaminan pelaksanaan dicairkan;
b. Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia barang/jasa atau jaminan
uang muka dicairkan;
c. Penyedia jasa membayar denda; dan/atau
d. Penyedia jasa dimasukkan dalam daftar hitam.
Pasal 52
Penyelesaian Perselisihan
1. Dalam hal terjadi perselisihan antara para pihak dalam penyediaan jasa
pemerintah, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan
tersebut melalui musyawarah untuk mufakat.
2. Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak tercapai, penyelesaian perselisihan tersebut dapat dilakukan melalui
arbitrase, apabila penyelesaian secara arbitase tidak selesai maka
dilakukan penyelesaian di pengadilan negeri setempat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS
DIVISI 1
PERSIAPAN
LINGKUP PEKERJAAN
1. Pekerjaan persiapan lokasi proyek meliputi :
a) Mobilisasi dan demobilisasi
b) Pembersihan lokasi proyek
c) Pengukuran lokasi proyek
d) Pengadaan direksi keet, gudang dan los kerja yang terdiri dari
pekerjaan mulai dari membangun, menyediakan, memasang,
memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya
kontrak harus memindahkan atau membuang semua bangunan
kantor darurat.
e) Pembuatan dokumen rekaman proyek
f) Pembuatan papan nama proyek
2. Pekerjaan timbunan
Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan
dan pemadatan tanah atau bahan berbutir dengan menggunakan
alat berat yang disetujui untuk pembuatan timbunan.
3. Pekerjaan timbunan kembali
Pekerjaan ini mencakup penimbunan kembali struktur. pengadaan,
pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah.
4. Tiang pancang
Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan, pengangkutan,
penyimpanan, pemancangan serta pengujian test tiang pancang.
5. Pekerjaan struktur beton
Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk
pengecoran beton, pengadaan bekisting struktur jembatan,
penulangan, perawatan beton sampai dengan pekerjaan
pengecetan.
6. Pekerjaan struktur beton bawah
Pekerjaan ini meliputi abutment, pilar, pile cap, dan pier hed pada
jembatan. Dimulai dari persiapan, bekisting, pembesian, pengadaan
alat, pengecoran beton, perawatan beton sampai dengan pekerjaan
finishing
7. Pekerjaan lean concrete
persiapan lapisan alas, pengangkutan dan penyiapan agregat,
pencampuran, pengadukan, pengangkutan, penuangan, pemadatan,
finishing, dan pemeliharaan
8. Baja struktur
Pekerjaan akan mencakup penyediaan, fabrikasi, pemasangan,
galvanisasi dan pengecatan logam struktur sebagaimana yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini atau sebagaimana yang
ditunjukkan dalam Gambar.
9. Baja Tulangan
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja
tulangan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar,
10. Expansion joint
Pemasokan dan pemasangan sambungan lantai yaitu expansion
joint elastobond asphaltic plug sampai dengan pemeliharaan..
11. Bearing pad dan Elastomer
Pekerjaan ini akan terdiri dari penyediaan dan pemasangan
landasan bearing pad type 1 sampai dengan pemeliharaan.
12. Sandaran (railing)
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan, fabrikasi dan pemasangan
sandaran baja untuk jembatan seperti galvanisasi, pengecatan tiang
sandaran, pelat dasar, dan baut pemegang.
13. Deck drain
Pekerjaan ini juga mencakup penyediaan, pemberian bahan anti
karat , pemasangan deck drain.
14. Pekerjaan lapisan permukaan
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan
bahan aspal pada permukaan bukan beraspal.
15. Lampu penerangan ganda
Pekerjaan ini meliputi memasok, merakit dan memasang
perlengkapan jalan yaitu lampu penerangan jalan
16. Marka Jalan
Pengecatan marka jalan, perbaikan marka yang tidak sesuai dengan
spesifikasi.
17. Pembersihan akhir
Pegembalian bagian-bagian dari tempat kerja, pemeriksaan ulang
untuk mengetahui kerusakan fisik yang mungkin ditemukan.
JAMINAN MUTU
Penggunaan standar yang tercantum dalam Spesifikasi ini
mencakup, tetapi tidak terbatas pada, standar yang dirumuskan
oleh badan-badan dan organisasi-organisasi berikut :
a. SII = Standar Industri Indonesia
b. SNI = Standar Nasional Indonesia
c. AASHTO = American Association of State Highway and
Transportation Officials
d. ACI = American Concrete Institute
e. AISC = American Institute of Steel Construction.
f. ANSI = American National Standard Institute
g. ASTM = American Society for Testing and Materials
h. AWS = American Welding Society Inc.
i. CRSI = Concrete Reinforcing Steel Institute
j. NEC = National Electrical Code
k. BS = British Standards
SEKSI 1.1
MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
1.1.1 UMUM
1. Uraian
Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam kontrak ini
akan tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus
dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari
Dokumen Kontrak, dan secara umum harus memenuhi berikut:
a. Ketentuan Mobilisasi untuk Semua Kontrak
i. Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan
untuk base camp Kontraktor dan kegiatan pelaksanaan.
ii. Mobilisasi Kepala Pelaksana (General Superintentent) yang
memenuhi jaminan kualifikasi (sertifikasi).
iii. Mobilisasi semua staf pelaksana dan pekerja yang
diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan
dalam kontrak.
iv. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar
peralatan yang tercantum dalam Penawaran.
b. Kegiatan Demobilisasi untuk Semua Kontrak
Pembongkaran tempat kerja oleh kontraktor pada saat akhir
kontrak, termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan
perlengkapan dari tanah milik pemerintah dan pengembalian
kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum
pekerjaan dimulai.
2. Periode Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan harus diselesaikan dalam
jangka waktu 60 hari terhitung mulai tanggal mulai kerja, kecuali
penyediaan fasilitas dan pelayanan pengendalian mutu harus
diselesaikan dalam waktu 45 hari.
1.1.2 PROGRAM MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
1. Dalam waktu 7 hari setelah Penandatangan Kontrak, Kontraktor
harus melaksanakan Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction
Meeting) yang dihadiri Pemilik, Direksi Pekerjaan, Wakil Direksi
Pekerjaan (bila ada) dan Kontraktor untuk membahas semua hal baik
yang teknis maupun yang non teknis dalam proyek ini.
2. Dalam waktu 14 hari setelah Rapat Pra Pelaksanaan, Kontraktor
harus menyerahkan Program Mobilisasi (termasuk program
perkuatan jembatan, bila ada) dan Jadwal Kemajuan Pelaksanaan
kepada Direksi Pekerjaan untuk dimintakan persetujuannya.
3. Program mobilisasi harus menetapkan waktu untuk semua kegiatan
mobilisasi yang disyaratkan dalam Pasal 1.2.1.(1) dan harus
mencakup informasi tambahan berikut :
a. Lokasi base camp kontraktor dengan denah lokasi umum dan denah
detail di lapangan yang menunjukkan lokasi kantor kontraktor,
bengkel, gudang, mesin pemecah batu dan instalasi pencampur aspal,
serta laboratorium bilamana fasilitas tersebut termasuk dalam
cakupan kontrak.
b. Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari
semua peralatan yang tercantum dalam daftar peralatan yang
diusulkan dalam penawaran, bersama dengan usulan cara
pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan dilapangan.
c. Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan
dalam penawaran harus memperoleh persetujuan dari direksi
pekerjaan.
d. Suatu daftar detil yang menunjukkan struktur yang memerlukan
perkuatan agar aman dilewati alat-alat berat, usulan metodologi
pelaksanaan dan jadwal tanggal mulai dan tanggal selesai untuk
perkuatan setiap struktur.
e. Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar
chart) yang menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi utama dan suatu
kurva kemajuan untuk menyatakan persentase kemajuan mobilisasi.
SEKSI 1.2
PEKERJAAN PEMBERSIHAN
1.2.1 UMUM
Selama periode pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memelihara
pekerjaan bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, kotoran dan
sampah, yang diakibatkan oleh operasi pelaksanaan.
1.2.2 PEMBERSIHAN SELAMA PELAKSANAAN
1. Kontraktor harus melakukan pembersihan secara teratur untuk
menjamin bahwa tempat kerja, struktur, kantor sementara, tempat
hunian dipelihara bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, sampah
dan kotoran lainnya.
2. Bilamana dianggap perlu, Kontraktor harus menyemprot bahan dan
sampah yang kering dengan air untuk mencegah debu atau pasir
yang beterbangan.
3. Kontraktor haruis menyediakan drum di lapangan untuk menampung
sisa bahanbangunan, kotoran dan sampah sebelum dibuang.
4. Kontraktor harus membuang sisa bahan bangunan, kotoran dan
sampah di tempat yangt elah ditentukan sesuai dengan peraturan
pusat maupun daerah dan Undang-undang Pencemaran Lingkungan
yang berlaku.
5. Kontraktor tidak diperkenankan mengubur sampah atau sisa bahan
bangunan di lokasi proyek tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
6. Kontraktor tidak diperkenankan membuang limbah berbahaya,
seperti cairan kimia, minyak atau thinner cat ke dalam saluran atau
sanitasi yang ada.
7. Kontraktor tidak diperkenankan membuang sisa bahan bangunan ke
dalam sungai atau saluran air.
8. Bilamana kontraktor menemukan bahwa saluran drainase samping
atau bagian lain dari sistem drainase yang dipakai untuk pembuangan
setiap jenis bahan selain dari pengaliran air permukaan, baik oleh
pekerja Kontraktor maupun pihak lain, maka kontraktor harus segera
melaporkan kejadian tersebut kepada Direksi Pekerjaan, dan segera
mengambil tindakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan untuk mencegah terjadinya pencemaran lebih lanjut.
SEKSI 1.3
PENGUKURAN LOKASI PROYEK
1.3.1 UMUM
Selama 30 hari pertama sejak periode mobilisasi. Kontraktor harus
mengerahkan personil tekniknya untuk melakukan survei lapangan
dan membuat laporan tentang kondisi fisik. Pekerjaan survei
lapangan ini harus dilaksanakan pada seluruh panjang jalan dalam
lingkup kontrak.
1.3.2 PENETAPAN TITIK PENGUKURAN
1. Pada umumnya, patok kilometer lama harus menjadi patokan untuk
memulai pekerjaan.
2. Jika dipandang perlu menurut pendapat direksi pekerjaan maka
Kontraktor harus melakukan survei dengan akurat dan memasang
“Bench Mark” (BM) pada lokasi tertentu di sepanjang proyek untuk
memungkinkan revisi minor terhadap Gambar, pengukuran
ketinggian permukaan perkerasan atau penetapan titik pengukuran
(setting out) yang akan dilakukan. Bench Mark permanen harus
dibuat di atas tanah yang tidak akan mudah bergeser.
3. Kontraktor harus memasang titik patok pelaksanaan yang
menunjukkan garis dan ketinggian untuk pekerjaan perbaikan.
4. Kontraktor harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran
dan penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan
(Bouwplank), termasuk penyediaan Back Mark atau Line Offset
Mark.
SEKSI 1.4
PENGADAAN DIREKSI KEET DAN FASILITASNYA
1. Uraian
Menurut Seksi ini, Kontraktor harus membangun, menyediakan,
memasang, memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat
selesainya kontrak harus memindahkan atau membuang semua
bangunan kantor darurat, yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan
pengawasan proyek.
2. Ketentuan Umum
a. Penempatan direksi keet harus diusahakan sedekat mungkin
dengan daerah kerja (site) dan telah mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan.
b. Bangunan untuk kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga terbebas dari polusi yang dihasilkan
oleh kegiatan pelaksanaan.
c. Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural
yang baik, tahan cuaca, dan elevasi lantai yang lebih tinggi dari
tanah di sekitarnya.
d. Sesuai pilihan Kontraktor, bangunan dapat dibuat di tempat atau
dirakit dari komponen-komponen pra-fabrikasi.
e. Kantor lapangan harus didirikan diatas pondasi yang mantap dan
dilengkapi dengan penghubung dengan untuk pelayanan utilitas.
f. Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk
bangunan dapat baru atau bekas pakai, tetapi dengan syarat harus
dapat berfungsi, cocok dengan maksud pemakaiannya dan tidak
bertentangan dengan perundang-undangan dan peraturan yang
berlaku.
g. Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus ditimbun
dan diratakan sehingga layak untuk ditempati bangunan, bebas
dari genangan air, diberi pagar keliling, dan dilengkapi minimum
dengan jalan masuk dari kerikil serta tempat parkir.
h. Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan
kebutuhan P3K yang memadai di barak, kantor.
i. Ukuran kantor dan fasilitasnya sesuai untuk kebutuhan umum
j. Kontraktor dan harus menyediakan sebuah ruangan yang
digunakan untuk rapat kemajuan pekerjaan.
3. Alat Komunikasi
a. Kontraktor harus menyediakan suatu saluran langsung.
b. Bilamana sambungan saluran telepon tidak mungkin disediakan,
atau tidak dapat disediakan dalam periode mobilisasi, maka
Kontraktor harus menyediakan pengganti telpon satelit
(menggunakan sistem satelit Inmarsat atau Iridium atau sejenis)
yang dapat berkomunikasi 2 arah (2-way) dengan jelas dan dapat
diandalkan antara kantor Pemilik, kantor Tim Supervisi
Lapangan dan titik terjauh di lapangan.
4. Perlengkapan dalam Ruang Rapat dan Ruang Penyimpanan
Dokumentasi Proyek
a. Meja rapat dengan kursi untuk paling sedikit 8 orang
b. Rak atau laci untuk penyimpanan gambar dan arsip untuk
Dokumentasi Proyek secara vertikal atau horisontal, yang
ditempatkan di dalam atau dekat dengan ruang rapat.
SEKSI 1.5
PENGADAAN GUDANG
1. Uraian
Menurut Seksi ini, Kontraktor harus membangun, menyediakan,
memasang, memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat
selesainya kontrak harus memindahkan atau membuang semua
bangunan kantor darurat, yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan
pengawasan proyek.
2. Ketentuan Umum
a. Kontraktor harus menyediakan sebuah bengkel di lapangan yang
diberi perlengkapan yang memadai serta dilengkapi dengan daya
listrik, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki peralatan
yang digunakan dalam pelaksanaan Pekerjaan. Sebuah gudang
untuk penyimpanan suku cadang juga harus disediakan.
b. Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan
pelindung yang cocok sehingga bahan-bahan yang disimpan tidak
akan mengalami kerusakan.
c. Sesuai pilihan Kontraktor, bangunan dapat dibuat di tempat atau
dirakit dari komponen-komponen pra-fabrikasi.
d. Gudang sementara harus didirikan diatas pondasi yang mantap
dan dilengkapi dengan penghubung dengan untuk pelayanan
utilitas.
e. Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk
bangunan dapat baru atau bekas pakai, tetapi dengan syarat harus
dapat berfungsi, cocok dengan maksud pemakaiannya dan tidak
bertentangan dengan perundang-undangan dan peraturan yang
berlaku.
f. Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan
kebutuhan P3K yang memadai.
SEKSI 1.6
PENGADAAN LOS KERJA
1. Uraian
Menurut Seksi ini, Kontraktor harus membangun, menyediakan,
memasang, memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat
selesainya kontrak harus memindahkan atau membuang semua
bangunan kantor darurat, yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan
pengawasan proyek.
2. Ketentuan Umum
a. Kontraktor harus menyediakan sebuah los kerja di lapangan yang
diberi perlengkapan yang memadai serta dilengkapi dengan daya
listrik.
g. Sesuai pilihan Kontraktor, bangunan dapat dibuat di tempat atau
dirakit dari komponen-komponen pra-fabrikasi.
h. Los kerja harus didirikan diatas pondasi yang mantap dan
dilengkapi dengan penghubung dengan untuk pelayanan utilitas.
i. Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk
bangunan dapat baru atau bekas pakai, tetapi dengan syarat harus
dapat berfungsi, cocok dengan maksud pemakaiannya dan tidak
bertentangan dengan perundang-undangan dan peraturan yang
berlaku.
j. Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan
kebutuhan P3K yang memadai.
SEKSI 1.7
PENGADAAN BARAK
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
a. Lantai : Kayu Borneo
b. Atap : Asbes semen bergelombang
c. Kaso Ukuran 5/7 : Jenis kayu meranti atau sejenisnya
d. Papan : Tripleks 3 mm, ukuran 122 cm x 244 cm
e. Finishing : di cat dengan cat kayu
f. Paku dan perlengkapan lainnya
g. Khusus untuk direksi keet dan WC pekerja diperlukan bak penampung
air dan kloset jongkok.
SEKSI 1.8
DOKUMEN REKAMAN PROYEK
1.8.1 UMUM
Selama pelaksanaan Pekerjaan Kontraktor harus menjaga rekaman
yang akurat dari semua perubahan yang terjadi dalam Dokumen
Kontrak dalam satu set Dokumen Rekaman Proyek, dan harus
memindahkan informasi akhir tersebut ke dalam Dokumen Rekaman
Akhir sebelum penyelesaian Pekerjaan.
1.8.2 DOKUMEN REKAMAN PROYEK
1. Dokumen Kerja (Job Set)
Segera setelah Pengumuman Pemenang, Kontraktor dapat
memperoleh 1 (satu) set lengkap semua Dokumen yang berhubungan
dengan Kontrak tanpa biaya dari Direksi Pekerjaan. Dokumen Kerja
akan mencakup :
a. Syarat-syarat Kontrak.
b. Spesifikasi.
c. Gambar.
d. Addenda (bila ada).
e. Modifikasi lainnya terhadap Kontrak.
f. Catatan hasil pengujian lapangan (bila ada).
2. Penyimpanan Dokumen Kerja
Dokumen Kerja harus disimpan dan diarsipkan dalam rak-rak di
kantor lapangan, dan Kontraktor harus menjaga dokumen kerja
tersebut terlindung dari kehilangan atau kerusakan sampai
pemindahan data akhir ke dalam Dokumentasi Proyek Akhir telah
selesai dilaksanakan.
SEKSI 1.9
PAPAN NAMA PROYEK
Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum.
Papan nama proyek memuat :
1. Nama Proyek
2. Nama beserta logo pemilik Proyek
3. Nama konsultan perncana
4. Nama beserta logo pengawas proyek
5. Nama pelaksanan (kontraktor)
6. Lokasi Proyek
7. Proyek dimulai bulan, tanggal dan tahun
Bentuk tulisan dengan huruf capital warna hitam, tinggi huruf 8 cm,
tebal 1 cm untuk pemborong, perencana, dan konsultan pengawas, dan
huruf yang lain disesuaikan dengan keadaan
Bahan-bahan yang digunakan :
Tiang : Kayu borneo
Papan atau Rangka : BJLS 32
Ukuran / Dimensi : 2 m x 1.5 m
Finishing : BJLS dengan cat dasar kuning
Isi tulisan : Minimal menyebutkan
Nama Proyek, Pemborong, Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas, dan lain-
lain yang berkenaan dengan nama proyek
ini
Bentuk Tulisan : Tulisan dengan huruf capital warna hitam,
tinggi huruf 8 cm, tebal 1 cm untuk
Pemborong, Perencana, dan Konsultan
Pengawas, dan huruf yang lain disesuaikan
dengan keadaan
SEKSI 1.10
PAGAR KEAMANAN
Kontraktor diwajibkan memelihara dan melengkapi / menganti pagar
Keamanan yang rusak disekeliling site agar tetap rapi dan tidak merusak
pemandangan selama masa pelaksanaan serta membongkar setelah
penyelesaian pekerjaan. Semua harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Dinas Tata Kota setempat.
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
a. Rangka : Kayu dengan jarak 3 m
b. Penutup : Lembar BJLS 30
c. Finishing : Di meni dan di cat
d. Pondasi : Beton campuran 1 : 2 : 3 sebagai bahan penahan
kaso
e. Paku dan perlengkapan lainnya
Tinggi pagar adalah 1.5 m diukur dari muka dasar tanah.
Pemagaran dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan proyek dan
dicabut kembali sebelum ada perintah dari Konsultan Pengawas.
DIVISI 2
PEKERJAAN TANAH
SEKSI 2.1
TIMBUNAN
2.2.1 UMUM
1. Uraian
a. Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir dengan
menggunakan alat berat yang disetujui untuk pembuatan
timbunan, untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan
garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui.
b. Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini yaitu
timbunan biasa.
2. Toleransi Dimensi
a. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih
tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup
rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin
aliran air permukaan yang bebas.
c. Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih
dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan.
d. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal
padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat
kurang dari 10 cm.
3. Perbaikan Terhadap Timbunan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
atau Tidak Stabil
a. Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang
yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang
disyaratkan harus diperbaiki dengan menggemburkan
permukaannya dan membuang atau menambah bahan
sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan
pembentukan kembali dan pemadatan kembali.
b. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-
batas kadar airnya yang disyaratkan atau seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air
secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan menggunakan
"motor grader" atau peralatan lain yang disetujui.
c. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti
dinyatakan dalam batas batas kadar air yang disyaratkan atau
seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor
grader atau alat lainnya secara berulang ulang dengan selang
waktu istirahat selama penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif
lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat dicapai
dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut,
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut
dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang
lebih cocok.
d. Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan
atau banjir atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan
pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan
permukaan masih memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini.
e. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau
ketentuan sifat-sifat bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi
pemadatan tambahan, penggemburan yang diikuti dengan
penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan
dan penggantian bahan.
f. Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau
menjadi lembek setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan
diterima oleh Direksi Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan
dari Spesifikasi ini.
2.2.2 BAHAN
Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri
dari bahan galian tanah yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai
yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen..
Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang
berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut
AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande
Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang
berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus
digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada
penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau
kekuatan geser yang tinggi Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak
boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar
perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan.
Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari
1,25, atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh
AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh
digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan
antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase
kadar lempung (SNI 03-3422-1994).
2.2.3 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN
1. Penghamparan Timbun an
a. Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah
disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila
dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang
disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis,
lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga
sama tebalnya.
b. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi
sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat
cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk
persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama
musim hujan.
2. Pemadatan Timbunan
a. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap
lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai
dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan
yang disyaratkan.
b. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana
kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air
optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air
optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan
kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan
sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti
yang disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh
Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
d. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak
menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap
ruas akan menerima jumlah usahapemadatan yang sama.
Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat
dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati
harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh
usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
e. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu
sisi abutment, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan
struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat
menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan
pada struktur.
f. Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan yang
bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan
lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment sampai
struktur bangunan atas telah terpasang.
g. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan
pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal
dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan
dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual
dengan berat minimum 10 kg.
2.2.4 JAMINAN MUTU
1. Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah
a. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi
tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk
tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan
pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang diperoleh
harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize)
tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi
tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari
kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI
03-1742-1989. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap
lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-
1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan
kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus
memperbaiki pekerjaan. Pengujian harus dilakukan sampai
kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
2. Percobaan Pemadatan
Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan
peralatan untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan.:
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah
lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang
disyaratkan tercapai sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam
menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air
untuk seluruh pemadatan berikutnya.
SEKSI 2.2
TIMBUNAN KEMBALI
2.3.1 UMUM
Pekerjaan ini mencakup penimbunan kembali struktur dan untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan
sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang
yang disyaratkan atau disetujui. Timbunan yang dicakup oleh
ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
timbunan biasa.
2.3.2 BAHAN
Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri
dari bahan galian tanah yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai
yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen..
Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145
atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification
System".
Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25,
atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258
sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks
Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung
(SNI 03-3422-1994).
DIVISI 3
STRUKTUR
SEKSI 3.1
BETON
3.1.1 UMUM
1. Uraian
a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup
pelaksanaan seluruh struktur beton, sesuai dengan Spesifikasi
dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang
ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana yang diperlukan
oleh Direksi Pekerjaan.
b. Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk
pengecoran beton, pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai
kerja, atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi
tetap kering.
c. Syarat dari SNI-03-2847-2002 harus diterapkan sepenuhnya
pada semua pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam kontrak
ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan ketentuan dalam
Spesifikasi ini, dalam hal ini ketentuan dalam Spesifikasi ini
yang harus dipakai.
2. Toleransi
a. Toleransi Dimensi :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m.
+ 5 mm
Panjang keseluruhan lebih dari 6 m
+ 15 mm
Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara
kepala jembatan
- 0 dan + 10 mm
b. Toleransi Bentuk :
Persegi (selisih dalam panjang diagonal)
10 mm
Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis
yang dimaksud) untuk panjang s/d 3 m
12 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m
15 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m
20 mm
c. Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) :
Kedudukan permukaan horizontal dari rencana
± 10 mm
Kedudukan permukaan vertikal dari rencana
± 20 mm
d. Toleransi Alinyemen Vertikal :
Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding
± 10 mm
e. Toleransi Ketinggian (elevasi) : Puncak lantai kerja di bawah pondasi
± 10 mm
Puncak lantai kerja di bawah pelat injak
± 10 mm
Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang
± 10 mm
f. Toleransi Alinyemen Horisontal : 10 mm dalam 4 m panjang
mendatar.
g. Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton Tulangan :
Selimut beton sampai 3 cm
0 dan + 5 mm
Selimut beton 3 cm - 5 cm
- 0 dan + 10 mm
Selimut beton 5 cm - 10 cm
± 10 mm
3. Standar Rujukan
Standar Industri Indonesia (SII)
SII-13-1977 : Semen Portland. (AASHTO M85 - 75)
Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI-03-2847-2002 :Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2.
SK SNI M-02-1994-03 :Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam
(AASHTO T11 - 90) Agregat Yang Lolos Saringan No.200
(0,075mm).
SNI 03-2816-1992 :Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam
(AASHTO T21 - 87) Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton.
SNI 03-1974-1990 :Metode Pengujian Kuat Tekan Beton
(AASHTO T22 - 90)
Pd M-16-1996-03 :Metode Pembuatan dan Perawatan Benda
(AASHTO T23 - 90) Uji Beton diLapangan.
SNI 03-1968-1990 :Metode Pengujian tentang Analisis
(AASHTO T27 - 88) Saringan Agregat Halus dan Kasar.
SNI 03-2417-1991 :Metode Pengujian Keausan Agregat
(AASHTO T96 - 87) dengan Mesin LosAngeles.
SNI 03-3407-1994 :Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk
(AASHTO T104 - 86) Agregat Terhadap Larutan Natrium Sulfat
dan Magnesium Sulfat.
SK SNI M-01-1994-03 :Metode Pengujian Gumpalan Lempung
(AASHTO T112 - 87) dan Butir-butir Mudah Pecah Dalam
Agregat
SNI 03-2493-1991 :Metode Pembuatan dan Perawatan Benda
(AASHTO T126 - 90) Uji Beton di Laboratorium.
SNI 03-2458-1991 :Metode Pengambilan Contoh Untuk
(AASHTO T141 - 84) Campuran Beton Segar
4. Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria
toleransi yang disyaratkan atau yang tidak memiliki permukaan
akhir yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi
sifat-sifat campuran yang disyaratkan, harus mengikuti
petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat
meliputi :
i. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan
yang belum dikerjakan;
ii. Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil
pengujiannya gagal;
iii. Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian
bagian pekerjaan yang dipandang tidak memenuhi
ketentuan;
b. Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan
beton atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada,
Direksi Pekerjaan dapat meminta kontraktor melakukan
pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa
mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan
adil. Biaya pengujian tambahan tersebut haruslah menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
c. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser
haruslah sesuai dengan ketentuan Spesifikasi ini.
3.1.2 BAHAN
1. Semen
a. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis
semen Portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis
IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh Direksi
Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan
gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
b. Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu
merk semen portland yang dapat digunakan di dalam proyek.
2. A i r
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau
pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang
merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air
akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam
AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan
tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang
diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan,
maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar
semen + pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan
memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan dapat digunakan
bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan
28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling atau
minum pada periode perawatan yang sama.
3. Ketentuan Gradasi Agregat
a. Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan dalam Tabel 3.1.2.(1), tetapi bahan yang tidak
memenuhi ketentuan gradasi tersebut tidak perlu ditolak bila
Kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton
yang dihasilkan memenuhi sifat-sifat campuran yang yang
disyaratkan dalam Pasal 3.1.3.(3).
Tabel 3.1.2 (1) Ketentuan Gradasi Agregat
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk AgregatASTM (mm) Halus Kasar
2" 50.8 - 100 - -1 1/2" 38.1 - 95-100 - -
1" 25.4 - - 100 -3/4" 19 - 35-70 90-100 1001/2" 12.7 - - - 90-1003/8" 9.5 100 0-10 20-55 40-70No.4 4.75 95-100 0-5 0-10 0-15No.8 2.36 - - 0-5 0-5No.16 1.18 45-80 - - -No.50 0.3 10-30 - - -No.100 0.15 2-10 - - -
b. Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel
terbesar tidak lebih dari ¾ dari jarak minimum antara baja
tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-
celah lainnya di mana beton harus dicor.
4. Sifat-sifat Agregat
a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang
bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu
(rock) atau berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan
pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang
ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus
memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel 3.1.2.
(2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan
prosedur SNI/AASHTO yang berhubungan.
Tabel 3.1.2.(2) Sifat-sifat Agregat
Sifat-sifat Metode PengujianBatas Maksimum yang
Diijinkan untuk AgregatKeausan Agregat dengan Mesin Los SNI 03-2417-1991 - 40%Angles pada 500 putaranKekekalan Bentuk Batu terhadap
SNI 03-3407-1994 10% 12%Larutan Natrium Sulfat atau Magne-Sium Sulfat Setelah 5 siklusGumpalan Lempung dan Partikel SK-SNI M-01-1994-
030.50% 0.25%
yang mudah Pecah
Bahan yang Lolos Ayakan No.200SK SNI M-02-1994-
033% 1%
3.1.3 PENCAMPURAN DAN PENAKARAN
1. Rancangan Campuran Proporsi bahan dan berat penakaran harus
ditentukan dengan menggunakan metode yang disyaratkan dalam SNI
dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam Tabel 3.1.3.(1).
2. Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang
diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi
dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk
pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi
ketentuan sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.3.(3)
di bawah.
Tabel 3.1.3.(1) Batasan Proporsi Takaran Campuran
Mutu Ukuran Rasio Air/Semen Maks Kadar Semen MinBeton Agregat Maks (mm) (terhadap berat) (kg/m3 dari campuran)K600 - - -K500 - 0.375 450K400 37 0.45 356
25 0.45 37019 0.45 400
K350 37 0.45 31525 0.45 33519 0.45 365
K300 37 0.45 30025 0.45 32019 0.45 350
K250 37 0.50 29025 0.50 31019 0.50 340
K175 - 0.57 300K125 - 0.60 250
3. Konversi kekuatan beton dari nilai K menjadi nilai fc’
Jika nilai kuat tekan beton dengan bentuk benda uji kubus ukuran
15x15x15, untuk mengkonversi kuat tekan karakteristik menjadi fc’
dengan benda uji berbentuk cilinder diameter 15 mm; tinggi 30 mm.
maka dikalikan dengan faktor konversi sebesar 0,83.
4. Ketentuan Sifat-sifat Campuran
a. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi
kuat tekan dan "slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan
dalam Tabel 3.1.3.(2), atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Tabel 3.1.3 (2) Ketentuan Sifat Campuran
MutuKuat Tekan Karakteristik Min (kg/cm2)
" SLUMP"(mm)Benda Uji Kubus Benda Uji Silinder
Beton 15x15x15 cm3 15 cm x 30 cmDigetarkan
Tidak7 hari 28 hari 7 hari 28 hari Digetarkan
K600 390 600 325 500 20-50 -K500 325 500 260 400 20-50 -K400 285 400 240 330 20-50 -K350 250 350 210 290 20-50 50-100K300 215 300 180 250 20-50 50-100K250 180 250 150 210 20-50 50-100K225 150 225 125 190 20-50 50-100K175 115 175 95 145 20-50 50-100K125 80 125 70 105 20-50 50-100
b. Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak
boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi
Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya dalam
kuantitas kecil untuk bagian tertentu dengan pembebanan ringan.
c. Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat
beton di bawah kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 3.1.3.(2),
maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih
lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat
diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan-
tindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton
berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus dipandang tidak sebagai pekerjaan yang tidak
dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki. Kekuatan
beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil
pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan
yang dipertanyakan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang
diperoleh dari rumus yang diuraikan dalam dalam spesifikasi ini.
5. Penyesuaian Campuran
a. Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan
proporsi yang semula dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka
Kontraktor akan melakukan perubahan pada berat agregat
sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apapun kadar semen
yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang
telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan.
Bahan tambah (aditif) untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya
diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
6. Penakaran Agregat
a. Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila
digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah
setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen.
Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
b. Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan
dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati
keadaan jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan
agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat
harus telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk
menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.
7. Pencampuran
a. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara
mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat
menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan.
b. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai
dan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan
jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.
c. Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan
semen yang telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur
dijalankan sebelum air ditambahkan.
d. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai
dimasukkan ke dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang
diperlukan harus dimasukkan sebelum waktu pencampuran telah
berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk
mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk
mesinyang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk
tiap penambahan 0,5 m3.
e. Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara
manual, sedekat mungkin dengan tempat pengecoran.
Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus
dibatasi pada beton non-struktural.
3.1.4 PELAKSANAAN PENGECORAN
1. Penyiapan Tempat Kerja
Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan
benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau
selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak
bergeser pada saat pengecoran.
2. Acuan
a. Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan
dari adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi
yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan
b. Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk
permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang
diserut dengan tebal yang merata harus digunakan untuk
permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam
Acuan harus dibulatkan.
c. Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa
merusak beton.
3. Pengecoran
a. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi
dengan air atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak
yang tidak meninggalkan bekas.
b. Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton
tidak dicor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam
setelah pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek
sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting
time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambah
(aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang
disetujui oleh Direksi.
c. Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari
segregasi partikel kasar dan halus dari campuran.
d. Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki
bentuk yang rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus
dicor dalam lapisan-lapisan horisontal dengan tebal tidak
melampaui 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat
30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
4. Konsolidasi
a. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif
0,25 kg, dan boleh diletakkan diatas acuan supaya dapat
menghasilkan getaran yang merata.
b. Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari
jenis pulsating (berdenyut) dan harus mampu menghasilkan
sekurang-kurangnya 5000 putaran per menit apabila digunakan
pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan
radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
c. Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan
dalam Tabel 3.1.4.(5).
Tabel 3.1.4.(5) Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis
dari Dalam
Kecepatan Pengecoran Beton (m3/Jam) Jumlah Alat4 28 312 416 520 6
3.1.5 PENGERJAAN AKHIR
1. Pembongkaran Acuan
Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, kolom yang tipis
dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton.
Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, ,
tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling
sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.
2. Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
Bilamana Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat
keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound),
membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton.
Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan semen acian (semen
dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Lubang
harus selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang
terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus dibuat
menyusut sebelumnya dengan mencampurnya kira-kira 30 menit
sebelum dipakai.
3. Perawatan Dengan Pembasahan
a. Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai
mengeras, dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat
menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat
jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat
atau lembaran bahan penyerap air harus dibebani atau diikat ke
bawah untuk mencegah permukaan yang terekspos dari aliran
udara.
Bilamana digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus
dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan
beton. Lalu lintas tidak boleh diperkenankan melewati permukaan
beton dalam 7 hari setelah beton dicor.
b. Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan
awal yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang
ditambah bahan tambah (aditif), harus dibasahi sampai
kekuatanya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 hari.
SEKSI 3.2
BAJA STRUKTUR
3.2.1 UMUM
1. Uraian
Pekerjaan ini mencakup struktur baja, yang dilaksanakan memenuhi
garis, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar atau
yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini terdiri dari
pelaksanaan struktur baja baru. Pekerjaan akan mencakup penyediaan,
fabrikasi, pemasangan, galvanisasi dan pengecatan logam struktur
sebagaimana yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini atau sebagaimana
yang ditunjukkan dalam Gambar.
2. Toleransi
a. Diameter Lubang
Lubang pada elemen utama : + 1,2 mm -
0,4 mm
Lubang pada elemen sekunder : + 1,8 mm -
0,4 mm
b. Alinyemen Lubang
Elemen utama, dibuat di bengkel : + 0,4 mm
Elemen sekunder, dibuat di lapangan : + 0,6 mm
c. Gelagar
Lendutan Balik : penyimpangan dari lendutan balik (camber)
yang disyaratkan + 0,2 mm per meter panjang balok atau + 6 mm,
dipilih yang lebih kecil.
d. Kabel
Lubang keluar kabel dalam acuan : ± 2 mm
Selimut kabel : ± 5 mm
3. Standar Rujukan
AASHTO M160M - 90 : General Requirements for Rolled Steel
Plates, Shapes, Sheet Piling and Bar for
Structural Use.
AASHTO M164M - 90 : High Strength Bolts for Structural Steel
Joints.
AASHTO M169 - 83 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished,
Standard Quality.
AASHTO M183M - 90 : Structural Steel
ASTM A233 : Mild Steel, Arc Welding Electrode
ASTM A307 : Mild Steel Bolts and Nuts (Grade A)
AWS D20 : Standard Specification for Welded
Highway and Railway Bridges
4. Sistem Pra-tegang
Sistem pra-tegang yang akan digunakan harus dipilih oleh kontraktor
dengan memenuhi semua ketentuan di dalamnya dan atas persetujuan
dari Direksi Pekerjaan. Pada umumnya tidak terdapat perubahan
pada posisi sentroid gaya pra-tegang total sepanjang elemen tersebut
dan pada besar gaya pra-tegang efektif akhir sebagaimana yang
diuraikan dalam Gambar.
3.2.2 BAHAN
1. Baja Struktur
Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk baut harus
sesuai dengan ketentuan AASHTO M183M - 90 : Structural Steel.
Baja harus mempunyai tegangan leleh minimum sebesar 2500 kg/cm2
dan tegangan tarik minimum sebesar 4000 kg/cm2.
2. Baut, Mur dan Ring
a. Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307 Grade
A, dan mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segienam
(hexagonal).
b. Baut, Mur dan Ring dari Baja Geser Tegangan Tinggi
Baut, mur dan ring dari baja tegangan tinggi harus difabrikasi dari
baja karbon yang dikerjakan secara panas memenuhi ketentuan
dari AASHTO M164M – 90 dengan tegangan leleh minimum
5700 kg/cm2 dan pemuluran (elongation) minimum 12 %.
c. Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan
ketentuan dari AASHTO M164M - 90. Ukuran baut harus
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar.
3. Baja Pra-tegang
a. Untaian kawat (strand) pra-tegang harus terdiri dari 7 kawat
(wire) dengan kuat tarik tinggi, bebas tegangan, relaksasi rendah
dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel sesuai
dengan AASHTO M203 - 90. Untaian kawat tersebut harus
mempunyai kekuatan leleh minimum sebesar 16.000 kg/cm2 dan
kekuatan batas minimum dari 19.000 kg/cm2.
b. Kawat (wire) pra-tegang harus terdiri dari kawat dengan kuat tarik
tinggi dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan
harus sesuai dengan AASHTO M204 - 89.
c. Batang logam campuran dengan kuat tarik tinggi harus bebas
tegangan kemudian diregangkan secara dingin minimum sebesar
9.100 kg/cm2.
Kekuatan batas tarik minimum 10.000 kg/cm2.
Kekuatan leleh minimum, diukur dengan per panjangan 0,7%
menurut metode pembebanan tidak boleh kurang dari 9.100
kg/cm2.
Modulus elastisitas minimum 25.000.000 kg/cm2
Pemuluran (elongation) min. setelah runtuh (rupture) dihitung
rata-rata terhadap 20 batang adalah 4 %.
Toleransi diamater + 0,76 mm dan - 0,25 mm
4. Selongsong
Selongsong yang disediakan untuk kabel pasca-penegangan harus
dibentuk dengan bantuan selongsong berusuk yang lentur atau
selongsong logam bergelombang yang digalvanisasi, dan harus cukup
kaku untuk mempertahankan profil yang diinginkan antara titik-titik
penunjang selama pekerjaan penegangan. Ujung selongsong harus
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gerak bebas pada
ujung jangkar. Sambungan antara ruas-ruas selongsong harus benar-
benar merupakan sambungan logam dan segera harus ditutup sampai
rapat dengan menggunakan pita perekat tahan air.
Selongsong harus bebas dari belahan, retakan, dan sebagainya.
Sambungan harus dibuat dengan hati-hati dengan cara sedemikian
hingga saling mengikat rapat. Selongsong yang rusak harus
dikeluarkan dari tempat kerja.
3.2.3 KECAKAPAN KERJA
1. Lubang Untuk Baut
Lubang Untuk Baut Geser Tegangan Tinggi.
Pada umumnya diameter lubang 1 mm lebih besar dari diamater
nominal untuk baut sampai diameter 16 mm dan 1,5 mm lebih besar
dari diameter nominal untuk baut yang lebih besar.
Jarak dari pusat lubang ke tepi pelat tergantung pada ketebalan pelat.
Jarak minimum dari pusat lubang sampai tepi pelat hasil pemotongan
cara geser harus 1,7 kali diameter nominal baut, sedangkan untuk tepi
pelat yang diroll atau dipotong dengan las, harus 1,5 kali diameter
nominal baut.
3.2.4 PELAKSANAAN
1. Pengelasan
Permukaan las yang tampak harus dibersihkan dari residu kerak.
Semua percikan pengelasan yang mengenai permukaan harus
dibersihkan.
2. Pengecatan dan Galvanisasi
Semua permukaan baja lainnya harus dicat sesuai dengan ketentuan
dari Spesifikasi ini. Semua komponen Gelagar Baja Komposit
termasuk balok, pelat, baut, ring, diafragma dan sejenisnya harus
digalvanisasi dengan sistem pencelupan panas sesuai dengan ASTM
A123 – 89.
3. Perakitan Pekerjaan Baja
Setiap penguncian sementara harus dibiarkan sampai sambungan tarik
telah dibaut dan semua lubang pada titik buhul telah dijepit dan
dibaut. Baut permanen untuk sambungan elemen-elemen tekan tidak
boleh dimasukkan atau dikencangkan sampai seluruh bentangan
berayun. Sambungan (splices) dan penyambungan dilapangan (field
connections) harus mempunyai setengah jumlah lubang yang diisi
dengan baut dan pen (pin) silindris untuk pemasangan (setengah baut
dan setengah pin) sebelum dibaut dengan baut tegangan tinggi.
Sambungan (splices) dan penyambung (connections) yang akan
dilewati lalu-lintas selama pemasangan harus mempunyai lubang diisi
sebanyak 3/4-nya.
SEKSI 3.3
BAJA TULANGAN
3.3.1 UMUM
1. Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja
tulangan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. Standar Rujukan
A.C.I. 315 : Manual of Standard Practice for Detailing
Reinforced Concrete Structures, American
Concrete Institute.
AASHTO M31M – 90 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for
Concrete Reinforcement
AASHTO M32 – 90 : Cold Drawn Steel Wire for Concrete
Reinforcement.
AASHTO M55- 89 : Welded Steel Wire Fabrics for Concrete
Reinforcement.
AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded
Highway and Railway Bridges.
3. Toleransi
a. Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam
ACI 315.
b. Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton
yang menutup bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
i. 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan
udara atau terhadap air tanah atau terhadap bahaya
kebakaran;
ii. Untuk beton yang terendam/ tertanam atau terekspos
langsung dengan cuaca atau timbunan tanah tetapi masih
dapat diamati untuk pemeriksaan;
Tabel 3.4.1 Tebal Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan untuk Beton Yang Tidak Terekspos Tetapi Mudah
Dicapai
3.3.2 BAHAN
1. Baja Tulangan
a. Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang
sesuai dengan Gambar dan memenuhi Tabel 3.4.2.(1) berikut ini :
Tabel 3.4.2 (1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan
Mutu SebutanTegangan Leleh Karakteristik atau
Tegangan Karakteristik yang memberikanregangan tetap 0.2 (kg/cm2)
U24 Baja Lunak 2400U32 Baja Sedang 3200U39 Baja Keras 3900U48 Baja Keras 4800
b. Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan
pelat, anyaman tulangan yang di las yang memenuhi AASHTO
M55 dapat digunakan.
2. Tumpuan untuk Tulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau
bantalan beton pracetak dengan mutu Fc’25 seperti yang disyaratkan
dari Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan.
kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai
tumpuan.
Ukuran Batang Tulangan Tebal Selimut Betonyang akan diselimut (mm) Minimum (cm)
Batang 16 mm dan lebih kecil 3.5Batang 19 mm dan 22 mm 5.0Batang 25 mm dan lebih besar 6.0
3. Pengikat untuk Tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang
memenuhi AASHTO M32 - 90.
3.3.3 PEMBUATAN DAN PENEMPATAN
1. Pembengkokan
a. Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja
tulangan harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan
prosedur ACI 315, menggunakan batang yang pada awalnya lurus
dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau
kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui
oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk
menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah
banyak.
b. Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus
dibengkokkan dengan mesin pembengkok.
2. Penempatan dan Pengikatan
a. Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat
pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran.
Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap
tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
b. Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka
panjang tumpang tindih minimum haruslah 40 diameter batang
dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
SEKSI 3.4
SAMBUNGAN EKSPANSI (EXPANSION JOINT)
3.4.1 UMUM
a. Uraian
Pekerjaan ini akan terdiri dari pemasokan dan pemasangan
sambungan lantai yang yaitu expansion joint elastobond asphaltic
plug, dan setiap bahan pengisi (filler) dan penutup (sealer), untuk
sambungan antar struktur sesuai dengan Gambar dan sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Standar Rujukan
AASHTO M173 – 84 : Concrete Joint Sealer, Hot Poured ElasticType
AASHTO M220 - 84 : Preformed Elastomeric Compression Joint
Seals for Concrete.
c. Perletakan Elastomer (Elastomeric Bearing)
a) Sifat Sejajar
Toleransi sifat sejajar untuk sumbu penulangan pelat terhadap
dasar perletakan sebagai titik duga harus 1% dari diamater, untuk
pelat bulat dalam bidang datar, atau 1% dari sisi yang lebih
pendek untuk pelat empat persegi panjang dalam bidang datar.
b) Ukuran
Toleransi ukuran terhadap dimensi bidang datar pelat untuk
perletakan elastomer dengan penulangan pelat harus + 3 mm dan -
1 mm. Toleransi ukuran terhadap ketebalan lapisan penutup
bagian atas dan bawah untuk membungkus perletakan elastomer
harus antara + 20 % dan - 0 % dari ketebalan nominal, atau 1 mm,
dipilih yang lebih kecil. Toleransi ukuran terhadap masing-masing
ketebalan lapisan dalam perletakan elastomer harus + 20% dari
nilai ketebalan nominalnya, atau 3 mm, dipilih yang lebih kecil.
Toleransi ukuran terhadap ketebalan lapisan penutup sisi yang
membungkus perletakan elastomer harus + 3 mm dan - 0 mm.
d. Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Bahan pengisi sambungan (joint filler) yang belum mengisi celah
sambungan sampai penuh sebelum penutupan (sealing) harus
dikeluarkan dan diisi kembali dengan bahan pengisi sampai
penuh.
b) Penutup (sealer) yang gagal mengeras, mengalir atau
bergelembung harus dikeluarkan dan diganti.
3.4.2 BAHAN
1. Struktur Sambungan Ekspansi (Expansion Joint Structure)
a. Jenis struktur sambungan ekspansi tergantung pada jumlah
pergerakan lantai yang diperlukan dan sebagaimana yang
ditunjukkan dalam gambar.
b. Bahan Pengisi Sambungan (Joint Filler)
Bahan pengisi sambungan harus dari jenis kenyal yang tidak
dikeluarkan pracetak (premoulded non-extruding resilient type),
sesuai dengan AASHTO M153 - 84 atau AASHTO M213 – 81.
2. Penutup Sambungan (Joint Sealer)
Bahan untuk penutup sambungan horisontal harus sesuai dengan
AASHTO M173 - 84 : Hot Poured Elastic Sealer,
3.4.3 PELAKSANAAN
1. Penutup Sambungan Elastis
Sambungan pada lantai, harus dibentuk dengan akurat memenuhi
garis dan elevasi sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar atau
sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bahan pengisi
(filler) sambungan tidak boleh diisi sampai melebihi rongga yang
seharusnya diisi dengan penutup (sealer) kecuali bilamana lembaran
bahan pengisi yang terpisah digunakan sebagai cetakan.
2. Struktur Sambungan Ekspansi
Struktur sambungan ekspansi harus dipasang sesuai dengan gambar
dan petunjuk pabrik pembuatnya. Ukuran celah harus sesuai
(compatible) dengan temperature jembatan rata-rata pada saat
pemasangan.
SEKSI 3.5
PERLETAKAN (BEARING)
3.5.1 UMUM
1. Uraian
Pekerjaan ini akan terdiri dari penyediaan dan pemasangan landasan
bearing pad type 1 (300x400x500) untuk menopang gelagar atau
pelat seperti yang ditunjukkan pada gambar dan disyaratkan dalam
spesifikasi ini.
2. Toleransi
g) Penempatan Perletakan
Perletakan harus diletakkan sedemikian hingga sumbunya berada
dalam rentang + 3 mm dari posisi yang seharusnya.
h) Landasan Perletakan
Perletakan harus dilandasi pada seluruh bidang dasarnya
sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar atau disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Setelah pemasangan, tidak boleh terdapat
rongga atau bintik-bintik yang nyata pada landasan.
Bahan landasan harus mampu meneruskan beban yang diberikan
struktur tanpa kerusakan. Permukaan yang akan diberi adukan
semen untuk landasan harus disiapkan sebagaimana mestinya
sampai suatu keadaan yang sesuai (compatible) dengan adukan
semen yang dipilih. Permukaan atas dari setiap bidang landasan
di luar perletakan harus mempunyai kelandaian yang menurun
dari perletakan.
i) Ukuran Perletakan
Tabel 3.6.1.(1) Toleransi Dimensi Total Perletakan Yang
Diijinkan
Jenis PerletakanToleransi Ukuran Total
Bidang Datar Tebal Atau TinggiElastomer dengan ketebalan atau + 6 mm
± 1 mmtinggi sampai 200 mm - 3 mmElastomer dengan ketebalan atau + 6 mm
± 5%tinggi di atas 200 mm - 3 mmSelain Elastomer ± 3 mm ± 3 mm
3. Standar Rujukan
AASHTO M183 – 90 : Structural Steel.
AASHTO M192 - 86 : Steel Castings for Highway
Bridges.
AASHTO M251 - 90 : Laminated Elastomeric Bridge
Bearings.
ASTM A47 : Mild Castings (Grade No 35019).
ASTM D3183 : Elastomeric Bearings.
3.5.2 BAHAN
Elastomer untuk Perletakan
Elastomer yang digunakan dalam perletakan jembatan harus
mengandung baik karet alam maupun karet chloroprene sebagai
bahan baku polymer. Karet yang diolah kembali atau karet vulkanisir
tidak boleh digunakan. Bahan elastomer, sebagaimana yang
ditentukan dari pengujian, harus memenuhi ketentuan Tabel 3.6.2.(1)
berikut ini.
Tabel 3.6.2.(1) Ketentuan Bahan Elastomer
Pengujian Metode ASTM KetentuanKuat Tarik D412 min 169 kg/mm2Pemuluran sampai putus D412 min 350 %Pengaturan Tekan, 22 Jam D395
maks 25% pada 67°C (metode B)
Kuat sobekD624
min 13 kg/cm2(Die C)
Kekerasan (shore A) D2240 65±5Ketahanan Terhadap Ozone, D1149
Tidak ada keretakanregangan 20%, 100 jam (kecuali 100±20 bagianpada 38± 10°C per 1.000.000.000Kekakuan pada temperatur rendah,
D797 maks.350 kg/cm2Modulus Young pada 35°CKerapuhan pada Temperatur rendah,
D736 Memenuhi5jam pada - 40°C
Setelah pengujian percepatan penuaan (aging) sesuai dengan ASTM
D573 selama 70 jam pada 100oC, maka elastrometer tidak boleh
menunjukkan kemunduran yang melebihi Tabel 3.6.2.(2) berikut
ini:
Tabel 3.6.2.(2) Kemunduran Elastomer Setelah Pengujian Percepatan
Penulangan
3.5.3 PEMASANGAN
1. Landasan Perletakan
Bahan yang umum digunakan adalah adukan semen atau resin
kimiawi, adukan encer (grout) dan kemasan kering. Penggunaan
bahan seperti timbal, yang cenderung meleleh di bawah tekanan
beban, meninggalkan bintik-bintik besar, harus dihindarkan.
2. Penyetelan Perletakan Elastomer
Perletakan elastomer dapat diletakkan langsung pada beton, asalkan
berada dalam toleransi yang disyaratkan untuk kedataran dan
kerataan. Sebagai alternatif, perletakan tersebut harus diletakkan
pada suatu lapisan bahan landasan.
Kuat tarik,% perubahan Maks.15Pemuluran sampai putus 50% (tetapi tidak kurang dari 300% pemuluran total
bahan)Kekerasan Maks. 10 angka
SEKSI 3.6SANDARAN (RAILING)
3.6.1 UMUM
1. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan, fabrikasi dan pemasangan
sandaran baja untuk jembatan seperti galvanisasi, pengecatan tiang
sandaran, pelat dasar, baut pemegang, dan sebagainya, sebagaimana
yang ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan dan memenuhi spesifikasi ini.
2. Toleransi
Diameter lubang : + 1 mm, - 0,4 mm
Tiang Sandaran : Akan dipasang baris demi baris serta
ketinggian, tiang harus tegak dengan
toleransi tidak melampaui 3 mm per meter
tinggi.
Sandaran (railing) : Panel sandaran yang berbatasan harus
segaris satu dengan lainnya dalam rentang
3 mm.
Kelengkungan : Sandaran harus memenuhi kurva jembatan.
Kurva ini dapat dibentuk dengan
serangkaian tali antara tiang.
Tampak : Sandaran harus menunjukkan penampilan
yang halus dan seragam jika dalam posisi akhir.
3. Standar Rujukan
AASHTO M111 - 87 : Galvanizing..
AASHTO M183 - 90 : Structural Steel.
AWS D210 : Welded Highway and Steel Bridges.
3.6.2 BAHAN
1. Baja
Bahan untuk sandaran jembatan harus baja rol dengan tegangan leleh
2800 kg/cm2 memenuhi AASHTO M183 - 90 atau standar lain yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2. Baut Pemegang (Holding Down Bolt)
Baut pemegang harus berbentuk U dan berdiameter 25 mm
memenuhi ASTM A307 atau, bila disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
setara dengan baut jangkar Dengan Perekat Epoxy (Epoxy Bonded
Stud Anchor Bolts). Paku jangkar jenis lainnya tidak diijinkan.
Semua baut pemegang harus diproteksi terhadap korosi atau
digalvanisasi.
3.6.3 PERALATAN
1. Umum
Sandaran harus difabrikasi di bengkel yang disetujui. Sambungan
pada panel yang berbatasan harus sangat tepat (match-marked) untuk
maksud pemasangan.
2. Pengelasan
Pengelasan harus dilaksanakan oleh tenaga yang terampil, dengan
cara yang ahli, mengetahui detil semua sifat-sifat bahan. Lapisan
yang terekspos harus dikupas, digosok, dikikir dan dibersihkan untuk
mendapatkan penampilan yang bersih sebelum digalvanisasi.
3. Galvanisasi
Semua bagian baja harus digalvanisasi sesuai dengan AASHTO
M111 - 90 Galvanizing., kecuali jika galvanisasi ini telah
mempunyai tebal minimum 80 mikron. Pekerjaan pengeboran dan
pengelasan harus sudah selesai sebelum galvanisasi.
3.6.4 PELAKSANAAN
Sandaran harus dipasang dengan hati-hati sesuai dengan garis dan
ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar. Sandaran harus disetel
dengan hati-hati sebelum dimatikan agar dapat memperoleh
sambungan yang tepat, alinyemen yang benar dan lendutan balik
(camber) pada seluruh panjang.
SEKSI 3.7
TIANG PANCANG
3.7.1 UMUM
1. Uraian
Pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini akan mencakup tiang
pancang yang disediakan dan dipancang atau ditempatkan sesuai
dengan Spesifikasi ini, dan sedapat mungkin mendekati Gambar
menurut penetrasi atau ke dalamannya sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. Toleransi
a. Lokasi Kepala Tiang Pancang
Tiang pancang harus ditempatkan sebagaimana yang ditunjukkan
dalam Gambar. Penggeseran lateral kepala tiang pancang dari
posisi yang ditentukan tidak boleh melampaui 75 mm dalam
segala arah.
b. Kemiringan Tiang Pancang
Penyimpangan arah vertikal atau kemiringan yang disyaratkan
tidak boleh lebih melampaui 20 mm per meter (yaitu 1 dalam
50).
3. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak
Memenuhi Ketentuan
Pekerjaan perbaikan, seperti yang telah ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan dan
dikerjakan atas biaya Kontraktor akan mencakup, tetapi tidak
perlu dibatasi
berikut ini :
a. Penarikan kembali tiang pancang yang rusak dan penggantian
dengan tiang pancang baru atau lebih panjang, sesuai dengan
yang diperlukan.
b. Pemancangan tiang pancang kedua sepanjang sisi tiang
pancang yang cacat atau pendek. Perpanjangan tiang pancang
dengan cara penyambungan, seperti yang telah disyaratkan di
bagian lain dari seksi ini, untuk memungkinkan penempatan
kepala tiang pancang yang sebagaimana mestinya dalam pur
(pile cap).
3.7.2 BAHAN
1. Beton
Beton harus memenuhi ketentuan dari Seksi 3.1
2. Baja Tulangan
Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dari Seksi 3.4
3. Sepatu dan Sambungan Tiang Pancang
Sepatu dan sambungan tiang pancang harus seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
3.7.3 TIANG PANCANG BETON PRACETAK
1. Umum
Tiang pancang harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh
kekuatan yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan,
penanganan, dan tekanan akibat pemancangan tanpa kerusakan.
Selimut beton tidak boleh kurang dari 40 mm
2. Perpanjangan Tiang Pancang
Perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan
penyambungan tumpang tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada
kepala tiang pancang akan dipotong hingga baja tulangan yang
tertinggal mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter
tulangan.
Perpanjangan tiang pancang beton harus dilaksanakan dengan
menggunakan baja tulangan yang sama (mutu dan diameternya)
seperti pada tiang pancang yang akan diperpanjang. Baja spiral harus
dibuat dengan tumpang tindih sepanjang 2 kali lingkaran penuh dan
baja tulangan memanjang harus mempunyai tumpang tindih
minimum 40 kali diameter. Bilamana perpanjangan melebihi 1,50 m,
acuan harus dibuat sedemikian hingga tinggi jatuh pengecoran beton
tak melebihi 1,50 m.
3. Sepatu Tiang Pancang
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau
mempunyai sumbu yang sama (co-axial), jika dipancang masuk ke
dalam atau menembus jenis tanah seperti batu, kerikil kasar, tanah
liat dengan berangkal, dan tanah jenis lainnya yang mungkin dapat
merusak ujung tiang pancang beton.
DIVISI 4
DRAINASE
SEKSI 4.1 DECK DRAIN
4.1.1 UMUM
1. Uraian
Pekerjaan ini juga mencakup pemasangan deck drain dengan
pelapisan beton (concrete lined drains), bilamana diperlukan
dilengkapi dengan pelat penutup, pada lokasi yang disetujui.
2. Standar Rujukan
AASHTO M36– 90:Zinc Coated (Galvanized) Corrugated Iron or
Steel Culverts
4.1.2 BAHAN
1. Baja
Penggunaan material baja deck drain sebagai saluran drainase
jembatan harus memenuhi spesifikasi seksi 3.3
2. Adukan
Adukan untuk sambungan pipa dan kelilingnya harus dari adukan
semen yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi
ini.
4.1.3 PELAKSANAAN
Pemasangan Deck Drain
a. Pemasangan deck drain dipasang di lokasi penempatannya atau
dirakit di dalam lubang saluran yang telah disiapkan.
b. Deck drain yang terpasang harus dilengkapi dengan saringan agar
saluran tersebut nantinya tidak tersumbat oleh kotoran.
c. Semua deck drain yang telah dirakit harus dipasang dengan tepat dan
alur sambungan harus terpasang dengan benar untuk menghindari
adanya regangan yang berlebihan.
d. Deck drain harus dipasang dengan hati-hati, lidah sambungan harus
diletakkan di bagian hilir, lidah sambungan harus dimasukkan
sepenuhnya ke dalam alur sambungan dan sesuai dengan arah serta
kelandaiannya.
DIVISI 5
LAPIS PERMUKAAN
SEKSI 5.1
LAPISAN LASTON
5.1.1 UMUM
1. Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan
aspal pada permukaan bukan beraspal.
2. Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja
Lapisan laston harus dicampur hanya pada permukaan yang kering
atau mendekati kering, tidak boleh dilaksanakan waktu angin
kencang, hujan atau akan turun hujan.
3. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak
Memenuhi Ketentuan permukaan berwarna hitam yang merata dan
tidak berongga (porous). Tekstur untuk permukaan harus rapi dan
tidak boleh ada genangan.
5.1.2 BAHAN
Material yang terdiri dari campuran aspal keras, agregat dengan
gradasi menerus diicampur dalam keadaan panas.
5.1.3 PERALATAN
Alat yang digunakan adalah Asphalt finisher paver dilengkapi
dengan pneumatic tire rolle, tandem, three whell, asphalt sprayer.
Compressor, asphalt distributor.
5.1.4 PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Agregat yang dipanaskan sampai dengan 175C kemudian
disemprotkan dengan aspal panas kemudian diaduk kemudian
disimpan dalam pan dan siap didistribusikan ke dump truck dan
dikirim ke lokasi penggelaran.
2. Penggelaran dengan suhu minimum 115 dan cuaca cukup
mendukung (tidak hujan).
3. Permukaan jalan harus sudah diberi tack atau prime coakdan dimulai
dari posisi yang terjauh.
DIVISI 6
PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR
SEKSI 6.1
PEMASANGAN LAMPU GANDA
6.1.1 UMUM
1. Uraian
Pekerjaan ini meliputi memasok, merakit dan memasang
perlengkapan jalan yaitu lampu penerangan jalan.
Rambu jalan harus mempunyai ukuran, warna, jenis dan luas
permukaan yang memantul sesuai ketentuan dari Dinas Lalu Lintas
Angkutan Jalan Raya (DLLAJR).
6.1.2 BAHAN
1. Tiang Rambu
Tiang rambu harus merupakan pipa baja berdiameter dalam
minimum 40 mm, digalvanisir dengan proses celupan panas, sesuai
dengan ASTM A120. Bahan yang sama dipakai juga untuk
pelengkap pemegang dan penutup tiang rambu. Semua ujung yang
terbuka harus diberi tutup untuk mencegah pemasukan air.
2. Perangkat Keras, Sekrup, Mur, Baut dan Cincin
Perlengkapan tambahan harus berupa aluminium atau baja tahan
karat yang mempunyai kekuatan tarik tinggi untuk tiang rambu.
6.1.3 PELAKSANAAN
Jumlah, jenis dan lokasi pemasangan setiap rambu jalan harus sesuai
dengan perintah Direksi Pekerjaan. Semua rambu harus dipasang
dengan akurat pada lokasi dan ketinggian sedemikian rupa
hinggadapat menjamin bahwa rambu tersebut tertanam kuat di
tempatnya, terutama selama pengerasan (setting) beton.
SEKSI 6.2
MARKA JALAN
6.2.1 UMUM
1. Uraian
pengecatan marka jalan baik pada permukaan perkerasan pada lokasi
yang ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
2. Standar Rujukan
a. AASHTO M247 - 81 : Glass Beads Used in Traffic Paint (type 2).
b. AASHTO M248 - 90 : Ready Mixed White and Yellow Traffic
Paints.
c. AASHTO M249 - 79 : White and Yellow Thermoplastic Stripping
Material (Solid Form).
Konfigurasi, ukuran dan warna marka jalan harus memenuhi Peraturan
dan Perundang-undangan tentang Rambu Keamanan Jalan Repubik
Indonesia.
6.2.2 BAHAN
1. Cat untuk Marka Jalan
Cat haruslah bewarna putih atau kuning seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar dan memenuhi Spesifikasi menurut AASHTO berikut
ini :
a. Marka Jalan Termoplastik : AASHTO M249 – 79 (jenis padat,
bukan serbuk)
6.2.3 PELAKSANAAN
1. Pengecatan Marka Jalan
a. Penyiapan Permukaan Perkerasan
Sebelum penandaan marka jalan atau pengecatan dilaksanakan,
Kontraktor harus menjamin bahwa permukaan perkerasan jalan
yang akan diberi marka jalan harus bersih, kering dan bebas dari
bahan yang bergemuk dan debu.
b. Pelaksanaan Pengecatan Marka Jalan
i. Pengecatan marka jalan dilaksanakan pada garis sumbu,
garis lajur, garis tepi dan zebra cross dengan bantuan
sebuah mesin mekanis yang disetujui, bergerak dengan
mesin sendiri, jenis penghamparan otomatis dengan katup
mekanis yang mampu membuat garis putus-putus dalam
pengoperasian yang menerus (tanpa berhenti dan mulai
berjalan lagi) dengan hasil yang dapat diterima Direksi
Pekerjaan. Mesin yang digunakan tersebut harus
menghasilkan suatu lapisan yang rata dan seragam dengan
tebal minimum 1,50 mm untuk “cat termoplastik” belum
termasuk butiran kaca (glass bead) yang juga ditaburkan
secara mekanis, dengan garis tepi yang bersih (tidak
bergerigi) pada lebar rancangan yang sesuai. Bilamana
tidak disyaratkan oleh pabrik pembuatnya, maka cat
termoplastik harus dilaksanakan pada temperatur 204 - 218
°C.
ii. Bilamana penggunaan mesin tak memungkinkan, maka
Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan pengecatan marka
jalan dengan cara manual, dikuas, disemprot dan dicetak
iii. Butiran kaca (glass bead) harus ditaburkan dengan kadar
450 gram/m2 untuk semua jenis cat.
iv. Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas sampai
marka jalan ini dapat dilalui oleh lalu lintas tanpa adanya
bintik-bintik atau bekas jejak roda serta kerusakannya
lainnya.
v. Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang
merata dan memenuhi ketentuan baik siang maupun malam
hari harus diperbaiki oleh Kontraktor atas biayanya sendiri.