86
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN DISUSUN OLEH : Fachrul Ariansyah G1C 008 006 PROGRAM STUDY KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MATARAM

Laporan Tetap Anstru Arians

  • Upload
    ismyana

  • View
    161

  • Download
    35

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

DISUSUN OLEH :

Fachrul Ariansyah

G1C 008 006

PROGRAM STUDY KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2010

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan tetap praktikum Kimia Analisis Instrumen ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Kimia Analisis InstrumenDisetujui pada tanggal: 22 Desember 2010

Mengetahui:

Coordinator

Putu Eka Wahyu

G1C 007 032ACARA I

ACARA II

Agus Supriadi Ridwan

Ni Wayan Sriwidani G1C 007 003

G1C 007 027

ACARA III

ACARA IV

Asri Puji Lestari

Maratul Husna Ramdhani G1C 006 004

G1C 007 018KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan hidayahnya laporan ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Analisis Instrumen.

Pembuatan laporan ini, merupakan hasil praktikum yang bertujuan untuk memehami secara mendalam materi- materi kuliah dan mengetahui prosedur kerja dari praktikum yang telah dilakukan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karna itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi penyempurnaan penyusunan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat bermaanfat khususnya bagi mahasiswa kimia.

Mataram, 22 Desember 2010

penulis

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ..........................................................................................................Kata Pengantar ....................................................................................................................Daftar Isi .............................................................................................................................Acara I : Penetapan Kadar CoCl2 dengan Menggunakan Alat Spektrofotometri Absorpsi Sinar Tampak ...............................................................................................................................Acara II : Penyelidikan Sifat Keaditifan dari Absorban Komponen-Komponen Campuran dan Penetapan Konsentrasi Masing-Masing Komponen Tanpa Pemisahan .............................Acara III : Analisis Ion Kompleks [Fe(SCN)N]3-N .............................................................Acara IV : Percobaan Dasar Alat Spektrofotometer Serapan Atom ...................................Acara V : Resume Analisis Sampel Dengan Alat Spektrofotometer Infra Merah (IR) ....PENETAPAN KADAR CoCl2 DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SPEKTROFOTOMETRI ABSORPSI SINAR TAMPAK

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan :

1. Mahasiswa trampil mengoprasikan alat spektrofotometer absorpsi dengan cara dan urutan langkah-langkah yang benar

2. Terampil menentukan tabung-tabung kuvet yang saling berpadanan (matched)

3. Terampil membuat larutan dengan volume tertentu dan konsentrasi (ppm) tertentu untuk :

a. membuat spektum absorpsi larutan CoCl2b. membuat kurva kalibrasi untuk CoCl2c. metapkan konsentrasi larutan CoCl2 yang tidak diketahui

2. Hari/tanggal : Rabu, 10 November 2010

3. Tempat

: Laboratorium Kimia, FMIPA, Lantai III, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Pengabsorsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan oksilasi electron bonding. Akibatnya, panjang gelombang absorbsi maksimum dapat dikorelasi dengan jahit molekul-molekul yang ada di dalam molekul yang diselidiki. Oleh karena itu, spektroskopi serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul. Electron-elektron yang bertanggung jawab pada pengabsorsian cahaya oleh suatu molekul organic adalah electron-elektron yang terlibat didalam pembentukan ikatan di antara atom-atom dan electron-elektron bebas atau tidak berpasangan seperti pada atom-atom oksigen, halogen, belerang, dan juga nitrogen (Hendayana, 1994 : 155-156).

Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi dalam daerah UV-Vis karena mengandung electron, baik sekutu maupun menyendiri yang dapat dieksitasikan ketingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang dimana absorbsi itu terjadi, bergabung dengan beberapa kuat electron itu terikat dalam molekul tersebut. Electron dalam suatu ikatan kovalen hingga terikat dengan kuat, dimana diperlukan energi radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek untuk eksisjasinya. Electron dalam rangkap dua atau rangkap tiga agak mudah dieksistasikan kedalam orbital yang lebih tinggi ( Underwood, 2002 : 388-390 ).

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektro meter dan fotometer. Spektrofoto meter menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi, spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direflikasikan ataau dimisikan sebagai pungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometr dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar-sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai sperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkn trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayak panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang kontinu, monokromator , sel pengabsorpsi untuk larutan sample atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaaan absorpsi antara sample dan blangko ataupun pembanding ( Khopkar, 2007 : 216 ).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat praktikum

pipet tetes

gelas ukur 50 ml dan 100 ml

labu ukur 100 ml

alat spektrofotometer + kuvet

botol semprot

pipet volum

2. Bahan praktikum

CoCl2. 6 H2O 0,1 M

HCl 0,1 %

Aquades

D. SKEMA KERJA

a. Memilih tabung-tabung kuvet yang saling berpadanan atau metched

Kuvet blangko

Dicuci bersih dan dikeringkan

Dibuat larutan CoCl2. 6H2O

sebanyak 0,5, 1,0, 2,5 dan 5,0.

+ 100 ml aquades

Kuvet

diisi masing-masing dgn larutan CoCl2. 6H2O (satu konsentrasi saja)

Atur panjang gelombang 510 nm

Nol kan nilai absorban

Tabung dimasukkan pd alat UV-Vis

Dan dibuat nilai transmitan hingga 90 %T

Tabung kuvet 90 % T

sebagai pembanding

Dimasukkan tabung kuvet yang berisi larutan yg sama, dicatat %Tnya masing-masing

Dipilih 3 tabung kuvet yg selisih pembacaanya 1% thp pmbcaan 90%

Dan digunakan kuvet-kuvet tsb untk percobaan selanjutnya

Hasil

b. Menentukan panjang gelombang CoCl2Alat spektrofotometer UV-Vis

Diatur instrumen ke panjang gelombang maksimum

Dimasukkan larutan HCl 1% ke dalam kuvet

Diatur hingga menunjukkan angka nol

Dibaca dan dicatat nilai absorban tiap larutan

Hasil

c. Menentukan konsentrasi larutan sampel

Larutan sampel

Dimasukkan ke dalam kuvet

Dibaca nilai absorbannya

Hasil

A. HASIL PENGAMATAN

Nilai %Transmitan pada berbagai volume larutan

Volume larutan (ml)% Transmitan (%)

0,574,7

1,074,7

2,575,2

5,075,9

Nilai absorban pada berbagai panjang gelombang

Panjang gelombang (nm)Absorban (A)

4500,155

4550,098

4600,075

4650,055

4700,036

4750,020

4800,003

485-0,013

490-0,025

495-0,034

Nilai absorban pada berbagai volume

Volume larutan (ml)Absorban (A)

0,50,060

1,00,069

5,00,122

Nilai absorban sampel

Panjang gelombang (nm)Absorban (A)

4500,166

F. ANALISIS DATA

1. Memilih tabung kuvet yang berpadanan

*Mencari nilai A dari nilai %T yang didapat dari pengukuran

Rumus : A=-log T

a. Pengukuran 1

T=74,7% =0,747

A=-log 0,747

=0,126

b. Pengukuran 2

T=74,7% =0,747

A=-log 0,747

=0,126

c. Pengukuran 3

T=75,2% =0,752

A=-log 0,752

=0,243

d. Pengukuran 4

T=75,9% =0,759

A=-log 0,75

=0,119

2. Menentukan panjang gelombang maksimum

Grafik hubungan antara dengan dengan nilai A

3. Membuat kurva kalibrasi COCl2Kurva kalibrasi merupakan hubugan antara konsentarasi dengan absorbansi

Menentukan nilai konsentrasi dengan rumus pengenceran,

Diket: COCl2.6H2O 0,1M

Pelarut HCl 0,1%

Volume sebelum pengenceran:0,5 ml, 1 ml, 2,5 ml dan 5 ml

V pengenceran=10 ml

Dit: konsentrasi COCl2 setelah pengenceran

V sebelum pengenceran=V setelah pengenceran

1. Pada V=0,5ml

M1.V1=M2.V2

0,1 M . 0,5 ml=M2. 10 ml

M2 =

=0,005 M

2. Pada V=1 ml

M1.V1=M2.V2

0,1 M . 1 ml=M2. 10 ml

M2 =

= 0,01

4. Pada V=2,5 ml

M1.V1=M2.V2

0,1 M . 1 ml=M2. 10 ml

M2=

= 0,025 M

5. Pada V=5 ml

M1.V1=M2.V2

0,1 M . 1 ml=M2. 10 ml

M2=

= 0,05 M

Grafik hubungan konsentrasi dengan absorban

Menentukan konsentrasi larutan sampel

Nilai absorban=X=0,116

Y=3,0969X

= 3,0969 x 0,116

= 0,359

Jadi nilai konsentrasi sampel yang didapat adalah 0,359 M.

G. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini, yang bertujuan untuk trampil mengoprasikan alat spektrofotometer absorpsi dengan cara dan urutan langkah-langkah yang benar, trampil menentukan tabung-tabung kuvet yang saling berpadanan ( matched ), dan trampil membuat larutan dengan volume tertentu dan konsentrasi ( ppm ) tertentu untuk :

a. membuat spektum absorpsi larutan CoCl2b. membuat kurva kalibrasi untuk CoCl2c. menetapkan konsentrasi larutan CoCl2 yang tidak diketahui

Dari tujuan praktikum diatas , maka akan dibahas yang berhubungan dengan alat spektrofotometer UV-Vis, cara penggunaannya dll. Pada percobaan ini, diperoleh nilai %T yang dapat dilihat atau terbaca pada alat spektofotometer UV-Vis sehingga dari sini dapat diperoleh nilai absorbannya dengan menggunakan rumus :

A = - log T

Spektrofotometer dapat digunakan untuk mengukur serapan baik didaerah tampak dengan panjang gelombang antara 380-750 nm. Sebelum sample diukur terlebih dahulu ditentukan panjang gelombang yang akan digunakan, Pada percobaan ini panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang maksimal pada suatu sample yang akan diukur %T ataupun absorbannya yaitu 510 nm. Lalu pada percobaan ini nilai absorbannya dinolkan dulu tujuannya adalah untuk menyetandarkan alat yang akan digunakan. Percoban yang pertama kali dilakukan adalah menentukan larutan blangko yang menjadi larutan blangko pada percobaan ini adalah larutan HCl yang dengan konsentrasi 1%. Kegunaan dari larutan blangko adalah untuk menstandarkan alat spektrofotometer UV-Vis yang digunakan sehingga dapat ditentukan nilai %T .

Sampel yang dapat diukur % transmitannya dari 4 sampel yang digunakan diperoleh dua sample yang mempunyai transmitan yang sama yaitu kuvet nomer 1 dan 2 yaitu sebesar 74,7% dan 74,7 % . Sehingga kuvet yang digunakan pada kedua sample ini dikatakan matchad atau sepadan. Machad atau sepadan maksudnya adalah ketika kuvet-kupet yang digunakan dapat memberikan nilai transmitan yang sama atau hamper sama, minimal selisihnya kurang dari 1%. Adapaun dua kuvet yang dikatakan tidak sepadan karena adanya perbedaan dari masing-masing kuvet tersebut. Pada percobaan yang kedua yaitu menentukan nilai absorbans pada panjang gelombang yang berbeda-beda sehingga diperoleh nilai absorbans yang berbeda-beda. Dalam hal ini, panjang gelombang yang digunakan sangat berpengaruh terhadap nilai absorban yang diperoleh, semakin besar panjang gelombang yangdigunakan maka absorbans yang diperolehpun akan semakin kecil dan sebaliknya, semakin kecil panjang gelombang yang digunakan maka nilai absorbannyapun akan semakin besar.

Pada percobaan ini kurva kalibrasi yang diperoleh pada kurva pertama jelas bahwa absorbannya semakin menurun karena meningkatnya panjang gelombang yang digunakan. Pada kurva yang kedua yaitu semakin kecil konsentrasi yang diperoleh maka nilai absorbanya akan semakin meningkat. Jadi, nilai dari konsentrasi dan panjang belombang yang digunakan sangat mempengaruhi naik turunnya absorban dari suatu sample.

H. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang diperoleh maka dapat disimpulkan sbb :

Nilai tranmitan dan absorban suatu senyawa dapat diukur dengan alat spektrofotometer UV-Vis

Kuvet kuvet yang dikatakan mechad atau sepadan adalah kuvet-kuvet yang mampu memberikan nilai transmitan yang sama atau minimal selisihnya kurang dari Satu

Sample-sampel yang dikatakan meched adalah pada sampel ke dua dan ke tiga

Nilai absorban yang diperoleh dipengaruhi oleh panjang gelombang yang digunakan

Kurva kalibrasi yang diperoleh menujukkan adanya pengaruh panjang gelombang dan konsentrasi yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Handayana, sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Semarang Press.

Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Underwood, AL. 2002. Analisis Kimia Kuntitatif. Jakarta : Erlangga.

PERCOBAAN II

PENYELIDIKAN SIFAT KEADITIFAN DARI ABSORBANS KOMPONEN-KOMPONEN CAMPURAN DAN PENETAPAN KONSENTRASI MASING-MASING KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tujuan

: Melihat sifat keaditifan absorbans suatu campuran dan menentukan

konsentrasi masing-masing komponen ( Co 2+ dan Cr3+ ).

Hari, Tanggal: Rabu, November 2010

Tempat: Laboratorium Kimia Fakultas MIPA, Univertas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Spektrofotometer absorbs sinar merupakan sebuah instrument untuk mengukur absorbsi sinar/penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu suatu atom atau molekul.Proses absorbs cahaya oleh suatu molekul merupakan suatu bentuk intraksi antara gelombang cahaya (foton) dan atom/molekul.Energi cahaya diserap oleh atom/molekul yang kemudian digunakan oleh electron didalam atom/molekul.Energi tersebut digunakan electron untuk bertransisi ketingkat energy yang lebih tinggi.Absorbsi sinar akan terjadi jika seleisih kedua tingkat energy elektronik tersebut bersesuaian dengan energy foton yang dating (Underwood.1999:391-392).

Adapun yang mempengaruhi absorbans yang meliputi jenis pelarut, PH larutan ,suhu ,konsentrasi elektrolit yang tinggi dan adanya zat penganggu.Pengaruh ini harus diketahui agar kondisi yang dipilh sedemikian hingga absorbsi tidak akan bepengaruh sedikitpun,Kebersihan juga harus diperhatikan dengan membersihkan kuvet dari bekas jari pada dinding kuvet dengan tissue,setelah itu disiapkan larutan standar dengan komposisi yang mirip dengan komposisi cuplikan yang sebenarnya dengan konsentrasi cuplikan berada diantara koenstrasi,konsentrasi larutan standar (Hendrayana.1994:176-177).

Jika suatu berkas sinar melewati suatu medium homogeny, sebagian dari cahaya dating (P0) diabsorpsi sebanyak (Pa) sebagian dapat diabaikan dipantulkan (Pr) sedangkan sisanya ditransmisikan (Pt) dengan efek intensitas murni sebesar :

P0 = Pa + Pt + Pr

Pada prakteknya, nilai Pt adalah kecil sekali (~ 4 %) sehingga untuk tujuan praktis Lambert (1760) dan beer (1852) dan juga Bouger menunjukan hubungan berikut:

b= jarak tempuh optic, c= konsentrasi

a= tetapan absorpsivitas, T= transmitan

A= absorbansi,

-Log T = i.e.A = abc

adalah opasitas (tidak tembus cahaya)

A = abc

a = absorpsivitas (yakni tetap)

Hukum diatas dapat ditinjau sebagai berikut :

Jika suatu berkas radiasi monokromatik yang sejajar jatuh pada medium pengabsorpsi pada sudut tegak lurus setiap lapisan yang sangat kecilnya akan menurunkan intensitas berkas.

Jika suatu cahaya monokromatis mengenai suatu medium yang transparan, laju pengurangan intensitas dengan ketebalan medium sebanding dengan intensitas cahaya

Intensitas berkas monokromatis berkurang secara eksponensial bila konsentrasi zat pengabsorpsi bertambah (Khopkar, 2008).

C. ALAT DAN BAHAN

Alat

1. Spektrofotometer uv-vis

2. Kuvet

3. Pipet volume 10Ml

4. Gelas Kimia 100mL

5. Labu ukur

6. Gelas Ukur7. Botol dial Bahan

1. Larutan Co(NO3)2 2. Larutan Cr(NO3)2

3. Aquades

4. Larutan campuran Cr(NO3)2 0,05M dan Co(NO3)2 0,100M

5. Larutan Cr(NO3)2 0,05M

D. PROSEDUR KERJA

a. Percobaan pertama

Larutan Cr(111) 0,025M larutan Co (11) 0,1m camp lar Cr0,05M dan Co 0,1M msing 10ml

Spektrofotometer uv-vis(panjang gel 500-570nm inteval 10nm)

b. Percobaan kedua

Lar Cr(III)

larCo(II)

Spektrofotometer uv-vis (panjang gelombangnya dari panjang gelombang yang memiliki A paling tinggi pada acara 1)

E. HASIL PENGAMATAN1. Sifat aditif dari absorbansi untuk campuran larutan Cr(III) dan Co(II)

(nm)Co 0,1 MCr 0,025 MLarutan campuran

5100,4850,2360,416

5200,4650,2810,419

5300,3830,3600,418

5400,2860,4130,403

5500,1980,4740,391

5600,1270,5230,373

5700,0890,5470,359

5800,0590,5480,344

5900,0450,5210,324

6000,0390,4880,304

2. Penentuan nilai k dari larutan Cr(III) dan Co(II)

a. Pengukuran absorbansi larutan Cr(III) pada panjang gelombang 570 nm

Konsentrasi (M)0,010,020,030,040,05

Absorbans0,1310,2260,3400,4460,548

b. Pengukuran absorbansi larutan Co(II) pada panjang gelombang 510 nm

Konsentrasi (M)0,020,040,060,080,1

Absorbans0,1170,2070,2940,4040,485

F. ANALISA DATA1. Perhitungan Volume sebelum diencerkan(untuk Co(II)

Dik:

V2=10mL

M1=0,100M

M2=0,02.0,04M.0,06M.0,08M.0,1M

Untuk M=0,04M

Untuk M=0,08M

Untuk M=0,1M

Menentukan Volume Cr(III) sebelum pengenceran

Dik:V2=10mL

M1=0,025M

M2=0,01M.0,02M.0,03M.0,04M.0,05M

Untuk M=0,03M

Untuk V=0,04M

Untuk Cr(III)0,05M

1. Grafik hubungan antara absorbans dengan panjang gelombang untuk Co

2. Grafik hubungan antara panjang gelombang dengan absorbans pada larutan Cr(III)

3. Grafik hubungan antara panjang gelombang dengan absorbans pada larutan campuran Co(II) dengan Cr(III)

4. Hubungan grafik antara koenstrasi dengan absorbans pada larutan Cr(III)

5. Grafik hubungan antara koenstrasi dengan absorbans pada larutan Cr(III)

Perhitungan K dengan melihat grafik hubungan koenstrasi dengan absorbans

Untuk Co(II)

Persamaan umum y=A+Bx

Dimana:

y=absorbans(A)

x=koenstrasi(C)

y=5,053x

Slope

Dimana slope=a.b=K=3,02

Menghitung nilai K untuk Cr(III)

y=5,053x

Slope=a.b=K=5,053

6. Menghitung nilai koenstrasi Co(II) dan Cr(III)

y=A+Bx

Slope yang didapatkan dalam larutan Cr(II) adalah 5,053dalam hal ini slope menandakan nilai a.b

Sehingga koenstrasi dapat diperoleh dengan

Campuran yaitu 0,419

Dan C standar adalah koenstrasi Co(II) awal sebelum dicampurkan yaitu 0,05M

Dimana Y adalah merupakan absorbans

sehingga

Untuk menghitung nilai koenstrasi

y=11,29x

dimana Absorbans standar=11,29

y=11,29x0,1

y=1,129

y=Absorbans untuk Cr(III)

G. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yakni penyelidikan sifat keaditifan dari komponen-komponen campuran dan penetapan konsentrasi masing-masing komponen tanpa pemisahan,cuplikan yang digunakan adalah larutan Cr(III) dan Co(II) dan campuran keduanya.

Sifat keaditifan dari komponen-komponen dapat diketahui menggunakan alat spektrofotometer uv-vis. Prinsip kerja alat ini yaitu penembakan sinar uv kedalam cuplikan dengan panjang gelombang tertentu yang dimana cuplikan ini harus dilarutkan dan dimasukkan kedalam kuvet yang dimana kuvet ini dimasukkan kedalam ruang hampa sehingga didapat absorbansinya ataupun transmitannya yang langsung dibaca oleh alat ini. Absorpsi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap suatu cahaya sedangkan Transmitan adalah kemampuan suatu zat untuk memantulkan suatu cahaya. Daya Absorpsi dan transmitan suatu zat dipengaruhi oleh atom-atom yang menyusun cuplikan atau sampel tersebut, apabila atom-atom penyusunnya memililki daya serap tinggi maka akan memiliki transmitans rendah begitu sebaliknya.

Larutan Cr(III) dengan konsentrasi 0.01M, 0.02M, 0.03M, 0.04M dan 0.05M serta larutan Co(II) 0.02M, 0.04M, 0.06M, 0.08M dan 0.1M dibuatuntuk diuji dengan Spekrometer uv-vis. Pengkuran absorbansi pada panjang gelombang 510 nm-600 nm dengan interval 10 dan larutan mana yang memiliki absobansi tinggi maka panjang gelombang tersebut yang digunakan sebagai panjang gelombang standar atau panjang gelombang untuk masing-masing 5 larutan Cr dan Co yang memiliki konsentrasi berbeda-beda. Berdasarkan kurva absorban dari hasil pengamatan ternyata untuk larutan Co(II) panjang gelombang maksimumnya adalah pada 510nm sedangkan untuk Cr(III) pada 580nm sedangkan untuk campuran pada 520nm, dari hasil pengukuran absorban menggunakan spektrofotometer uv-vis.

Pengukuran absorbansi larutan standar pada panjang gelombang 580 nm untuk Cr dan 510 nm untuk Co. Pengukuran ini dilakukan untuk menentukan harga k larutan. Dari pengamatan terlihat nilai absorbannya semakin tinggi dengan semakin besarnya konsentrasi. Dari data harga absorbansi larutan-larutan yang didapatkan selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai k untuk masing-masing panjang gelombang pada setiap konsentrasi.

Untuk menentukan keaditifan suatu komponen dapat dilihat dari konsentrasi larutan tersebut pada kondisi homogen dan setelah heterogen (percampuran). Komponen yang memiliki konsentasi konstan atau bergeser sedikit sebelum dan setelah pencampuran adalah komponen yang memiliki sifat aditif. Dari perhitungan analisa data didapat komponen Co(II) lebih aditif dibandingkan dari Cr(III).

H. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan, analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Spektrofotomer uv-vis berfungsi sebagai alat mengukur absorbansi dan transmitan suatu cuplikan atau zat

2. Cuplikan yang bisa diukur oleh spetrofotometer uv-vis harus cair sehingga sebelum diukur harus diencerkan untuk zat yang berbentuk padat

3. Absorbansi suatu zat ditentukan oleh elektron-elektron yang ada pada cuplikan tersebut,seperti elekton bebas suatu senyawa atau unsur

4. suatu zat atau komponen dikatakan aditif kalau antara komponen yang satu dengan yang lain tidak saling bereaksi. Konsentarsi pada keadaan homogen dan setelah heterogen konstan atau bergeser sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph.1982. Kimia Organik ilid 2. Jakarta:Erlangga.

Hendrayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen .semarang : Ikip semarang Press.

Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimi Analitik. Jakarta : UI-Press.

PERCOBAAN III

ANALISIS ION KOMPLEKS [FE(SCN)N]3-NA. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tujuan:Untuk menentukan rumus kimia ion kompleks yang tersusun dari ion Fe3+ dan SCN- secara spektrofotometri.

Hari, tanggal: Rabu, 10 November 2010.

Tempat: Laboratorium Kimia Dasar Fakultas MIPA, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur trasmitan (T atau %T) atau absorbansi (A) suatu cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer dapat digunakan untuk mengukur serapan baik di daerah tampak (sinar tampak) dengan daerah panjang gelombangg antara 380-750nm, di daerah ultra lembayung (sinar UV/ ultraviolet) dengan panjang gelombang antara 200- 380 nm (Riyadi, 2010).

Spektrofotometri UV-VIS merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna (Koopal, et al., 2001).

Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri. Ikatan kovalen antara ion logam pusat dan ligan membedakan senyawa kompleks koordinasi sebagai golongan tersendiri senyawa kimia yang mempunyai susunan dan bangun tertentu. Jumlah ikatan pada senyawa kompleks diantara atom-atomnya lebih dari pada yang diharapkan dari segi valensinya, seperti (Cu(NH3)4(3+ termasuk kation atau (Fe(SCN)n(3-n yang termasuk jenis anion. Ion CN- disebut ligan. Ligan berupa molekul organik yang dapat membentuk kompleks. Kebanyakan atom ligan memberikan sepasang elektron bebas kepada ion meskipun ada beberapa molekul yang menggunakan elektron (. Pada umumnya ion ligan transisi deret I, bilangan koordinasi 6 dan deret kedua dan ketiga bilangan koordinasinya 8. Bila ligan besar maka nilangan koordinasinya turun (Surdia,1993 : 29).

Ion logam dalam senyawa kompleks disebut ion pusat, sedangkan ion atau molekul netral yang mempunyai pasangan elektron bebas disebut ligan. Kompleks kelat atau sepit adalah kompleks yang terbentuk apabila ion pusat bersenyawa dengan ligan yang mempunyai dua atau lebih gugus. Banyaknya ikatan kovalen koordinasi yang terjadi antara ligan dengan ion pusat disebut bilangan koordinasi. Pembentukan kompleks oleh ligan bergantung pada kecenderungan untuk mengisi orbital kosong dalam usaha mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil. Untuk memudahkan ekstraksi maka ion logam yang bermuatan harus dinetralkan oleh ion atau molekul netral menjadi kompleks tidak bermuatan (Khopkar, 1984: 95).

C. ALAT DAN BAHAN

Alat

Spektrofotometer

Labu ukur 10mL

Pipet volume 5 mL

Pipet volume 1 mL

Silinder ukur 25 mL

Bolb

Pipet tetes

Bahan

Larutan Fe3+ 0,0025M

Larutan KSCN 0,01M

Larutan HNO3 4M

Aquades

Tissue

Kertas label

D. SKEMA KERJA

1. Metode Perbandingan Mol

campuran Fe3+, KSCN, HNO3, aquades

10ml campuran (dengan perbandingan tertentumasing-masing campuran (konsentrasi tertentu)

masing-masing campuran (konsentrasi tertentu)

hasil (ditentukan rumus kompleksnya)

2. Metode Variasi Kontinu

campuran ion Fe3+, HNO3, aquades

10ml campuran (dengan perbandingan tertentu

masing-masing campuran (volume tertentu)

masing-masing campuran (konsentrasi tertentu)

hasil (ditentukan rumus kompleksnya)

E. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel 1. Perbandingan volume pembentuk ion kompleks [Fe(SCN)n]3-n dan absorbansinya.

No.Volume larutan

Ion Fe3+ 0,0025 MVolume

HNO3 4 MVolume

aquadesLarutan

KSCN 0,01 MSerapan

(A)

1.4 ml1 ml5,0 ml0,0 ml0,473

2.4 ml1 ml4,5 ml0,5 ml0,528

3.4 ml1 ml4 ml1,0 ml0,551

4.4 ml1 ml3,5 ml1,5 ml0,600

5.4 ml1 ml3,0 ml2,0 ml0,640

1. Tabel 2. Seri larutan-larutan ion kompleks [Fe(SCN)n]3-n dan absorbansinya.

No.Volume larutan

Ion Fe 3+ 0,0025 MVolume

HNO3 4 MVolume

aquadesVolume larutan ion SCN- 0,0025 MSerapan

(A)

1.6 ml1 ml3 ml0,0 ml0,695

2.5 ml1 ml3 ml1 ml0,638

3.4 ml1 ml3 ml2 ml0,546

4.3 ml1 ml3 ml3 ml0,424

5.2 ml1 ml3 ml4 ml0,308

F. ANALISIS DATA

a. Metode perbandingan mol

1. Mencari nilai mol dari Fe3+ dengan rumus pengenceran

Diket : Fe3+ 0,0025= 4 ml

Aquades = 5 ml,4,5 ml,4 ml,3,5 ml dan 3 ml

Pengenceran 1

0,0025x 4 = M2 x 5

M2 = 2 x 10-3 M

Pengenceran ke 2

0,0025 x 4 = M2 x 4,5

M2 = 2,22 x 10-3 M

Pengenceran ke 3

0,0025 x 4 = M2 x 4

M2 = 2,5 x 10-3 M

Pengenceran ke 4

0,0025 x 4 = M2 x 3,5

M2 = 2,8x 10-3 M Pengenceran 5

0,0025 x 4 =M2 x 3M2 = 3,33 x 10-3 M2. Mencari nilai mol dari Fe3+ Mol Fe3+Mol 1 = MxV = 2 x 10-3 x 5 = 0,01 mmol

Mol 2 = MxV = 2,22x 10-3 x 4,5 = 9,99 x10 -3 mmol

Mol 3 = MxV = 2,5 x 10-3 x 4 = 0,01 mmol

Mol 4 = MxV = 2,8x 10-3 x 3,5 = 0,0098 mmol

Mol 5 = MxV = 3,33 x 10-3 x 3 = 0,0099 mmol3. Mencari nilai mol dari SCN- Mencari mol SCN-

Mol 1 = MxV = 0,01 x 0 = 0 mmol

Mol 2 = MxV = 0,01 x 0,5 = 5 x10-3 mmol

Mol 3 = MxV = 0,01 x 1 =0,01 mmol

Mol 2 = MxV = 0,01 x 1,5 =0,015 mmol

Mol 2 = MxV = 0,01 x 2 = 0,02 mmol

4. Menghitung nilai perbandingan mol SCN- : Fe3+

EMBED Equation.3mmol

mmol

mmol

mmol

mmol

5. Tabel Hubungan Antara Perbandingan Mol Dengan Absorban

No.Perbandingan molAbsorban (A)

1.0 mmol0,473

2.0,5 mmol0,528

3.1 mmol0,551

4.1,53 mmol0,600

5.2,02 mmol0,640

6. Grafik hubungan antara absorban dengan perbandingan mol

= 1,5

= 1,5

Mol SCN- = 0,015

Jadi perbandingan mol SCN- : Fe3+ yaitu 0,015 : 0,01 = 1: 1 sehingga n = 1 dan ion kompleks yang terbentuk yaitu [Fe( SCN)n]3-n = [Fe(SCN)1]3-1= [Fe(SCN)]2+

2. Metode variasi kontinu

1. Mencari fraksi volume anionnya

a) = = 0

b) = = 0,1

c) = = 0,2

d) = = 0,3

e) = = 0,4

2. Tabel fraksi volum anion dan absorban

No.Fraksi volum anionAbsorban (A)

1.00,695

2.0,10,638

3.0,20,546

4.0,30,424

5.0,40,308

3. Grafik hubungan antara fraksi volum anionnya dengan absorban

G. PEMBAHASAN

Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri. Pada pembentukan kompleks salah satu fenomena yang paling umum yang muncul adalah terbentuknya perubahan warna pada larutan. Sifat dari ion ini dapat digunakan untuk menentukan baik susunan (komposisi) maupun stabilitasnya. Karena kemampuannya membentuk zat warna maka senyawa kompleks umumnya menunjukkan serapan selektif dalam spektrofotometri pada daerah tampak dan ultra ungu (uv-vis).

Pada percobaan analisis ion kompleks [Fe(SCN)n]3-n ini bertujuan untuk menentukan rumus kimia ion kompleks yang tersusu dari ion Fe3+ dan SCN- secara spektrofotometri. Digunakannya ion Fe3+ dan SCN- pada praktikum ini dikarenakan ion Fe3+ (ferri) dalam suasana asam dapat bereaksi dengan ion SCN- membentuk ion kompleks berwarna merah. pada percobaan ini, untuk memberikan suasana asam, ke dalam ion Fe3+ ditambahkan dengan asam kuat yakni HNO3. digunakan nya HNO3 dikarenakan larutan ini selain berperan sebagai pelarut anorganik bagi ion Fe3+, juga berperan dalam megoptimalkan proses penyerapan zat oleh spektrofotometer, karena HNO3 merupakan jenis pelarut yang ideal untuk melarutkan ion logam Fe3+ dikarenakan larutan ini tidak menyerap pada panjang gelombang serapan ion kompleks yang terbentuk antara ion Fe3+ dan SCN-. Dalam proses analisis dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis digunakan panjang gelombang sebesar 480nm. Digunakannya panjang gelombang sebesar 480 nm , dikarenakan pada panjang gelombang tersebut terjadi penyerapan optimum oleh ion kompleks yang terbentuk dari ion Fe3+ dan SCN- . Selain itu, pada panjang gelomang tersebut tidak terjadi penyerapan oleh pelarut HNO3 yang dapat mengganggu hasil dari pembacaan absorbansi/ serapan oleh spektrofotometer uv-vis. Untuk menentukan angka banding mol, sebelumnya diukur absorbannya dengan menggunakan alat spektrofotometer, dari hasil pengamatan semakin banyak penambahan garam KSCN maka nilai absorbannya semakin besar. Nilai angka banding mol didapat dengan mengalurkan grafik hubungan antara perbandingan mol dengan absorbannya. Jumlah perbandingan mol yang didapat adalah 1:1 sedangkan rumus ion kompleksnya ialah [Fe(SCN)]2+.

Pada percobaan kedua digunakan metode variasi kontinu. Penentukan ion kompleks dari metode variasi kontinu ini maka tahap awal dalam analisis data adalah menentukan fraksi volume dari Fe3+. Digunakan perhitungan fraksi volume dan bukan fraksi mol dikarenakan pada perbandingan volume VM/Vtotal sesuai dengan perbandingan mol antar anion dan kation dalam kompleks. Dengan hanya menghitung fraksi volume dari ion Fe3+ (kation), nilainya sudah mewakili dari fraksi volume pada ion SCN-. Dengan membuat grafik hubungan antara fraksi volume (sumbu x) dengan nilai serapan (A) (sumbu y). Dari grafik ini dapat ditentukan perbandingan banyaknya mol ion Fe dengan ion SCN dalam ion kompleks pada titik setaranya. Pada grafik gambarnya melengkung kebawah, semakin banyak penambahan ion Fe3+ dan SCN- maka nilai absorbannya semakin besar.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, analisa data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Untuk menentukan rumus kimia ion kompleks dari senyawa ini digunakan metode perbandingan mol dan variasi kontinu.

Digunakannya panjang gelombang 480 nm pada spektrofotometer uv-vis karena senyawa kompleks dengan warna merah muda memiliki nilai serapan maksimal pada panjang gelombang 480 nm.

Rumus ion kompleks yang didapat ialah [Fe(SCN)]2+.

Adanya peambahan HNO3 berperan dalam proses pembentukan senyawa kompleks berwarna yaitu untuk member suasana asam dan pelarut senyawa kompleks tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Khopkar. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Koopal, L. K., Willem, H. V. R., and David, G. K., 2001. Humic matter and contaminants. General aspects and modeling metal ion binding. Pure Appl. Chem. 73: 2005-2016.

Riyadi, Wahyu. 2010. Macam Spektrofotometri dan Perbedaannya (Vis, UV, dan IR). http://wahyuriyadi.blogspot.com/2009/07/macam-spektrofotometri-dan-perbedaannya.html (12 November 2010).

Surdia, M. 1993. Dasar Kimia Analitik. Bandung : Bina Aksara Rupa.PERCOBAAN IV

PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

a. Tujuan : - Memahami prinsip kerja dasar spektrofotometer serapan atom

Menentukan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometer serapan atom

b. Hari, Tanggal: Rabu, 10 November 2010

c. Tempat: Laboratorium kimia Fakultas MIPA, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang elombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm, sedang kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat tingkat eksitasinya pun bermacam macam. Misalkan unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai konfigurasi 1s2 2s2 2p6 3s1, tingkat dasar electron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan energy. Electron ini dapat tereksitasi ke tingkat 3p dengan energi 2,2 eV ataupun ke tingkat 4p dengan energi 3,6 eV masing masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm (Khopkar, 2008). Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut (Roth.1998)Prinsip kerja dari AAS yaitu absorsi cahaya oleh atom-atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada tertentu tergantung pada sifat unsurnya, misalnya Na menyerap cahaya pada = 589 nm, Cl pada 358,5 nm, sedangkan K pada 766,5 nm. Cahaya pada ini mempunyai energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Keberhasilan analisis ini tergantung pada eksitasi dengan cara memperoleh garis resonansi yang tepat. Logam-logam yang mudah menguap seperti Cu umumnya ditentukan pada suhu rendah, sedangkan unsur diatomisasi perlu suhu yang tinggi umumnya bahan bakar yang digunakan adalah propana, butana, hidrogen dan asetilena. Gangguan utama dalam absorpsi atom adalh efek matriks yang mempenagruhi proses pengatoman. Baik jauhnya disosiasi menjadi atom-atom pada suatu temperatur tertentu maupun laju paoses bergantung sekali pada komposisi keseluruhan dari sampel. Misalnya jika suatu larutan kalsium klorida dikabutkan dan dilarutkan pertikel-partikel halus CaCl2 padat akan terdisosiasi menghasilkan atom Ca dengan lebih mdah daripada partikel kalsium fosfat Ca3(PO4). Efek matriks seringkali merupakan masalah dalam analisis kimia dan seringkali efek-efek ini menentukan pentingnya dalam spektroskopi karena komposisi kasar yang umum dari sampel dapat mengeluarkan efek yang besar terhadap jauhnya dan laju disosiasi yang menghasilkan uap atom yang diinginkan. Terutama penting bahwa larutan standar sangat mirip dengan sampel tak diketahui dalam hal komposisi umum, sehubungan dengan komponen-komponen yang berada dengan kuantitas besar (Underwood. 1998).C. ALAT DAN BAHAN

1. ALAT

Pipet volum 10 ml dan 1 ml

Labu takar 50 ml dan 100 ml

Pipet tetes

Gelas kimia

Botol kaca mini

Alat AAS

2. BAHAN

Larutan Cu2+ 5 ppm

Aquades

HNO3 5 N

Larutan Al3+ 100 ppm

Larutan Sr 20.000 ppm

Larutan Ca

Kertas label

D. PROSEDUR KERJA

1. Gangguan aluminium dalam analisa kalsium

Penentuan Parameter Alat-Alat Dan Kondisi Analisa

1. Frofil Nyala (pengaruh tinggi pembakar terhadap absorbans)

Larutan Cu2+ 5 ppm

Ukur absorbans pada panjang gelombang 324,7 nm pd berbagai tinggi pembakar 0-20 nm dengan parameter alat lainnya yang optimum

Buat garfik antara absorbans dan tinggi pembakar

Hasil

2. Pengaruh Komposisi gas bakar terhadap penyerapan sinar atau Absorbans

Larutan Cu2+ 5 ppm

Ukur absorbans larutan pada panjang gelombang 324,7 nm pada berbagai komposisi gas bakar dimana laju aliran udara 10 L/ menit dan laju aliran C2H2 bervariasi antara 1,5 3,5 L/ menit dengan parameter alat lainnya yang optimum

Buat grafik hubungan antara Absorbans terhadap laju aliran C2H2Hasil

3. Kepekaan dan Daerah Konsentrasi

Larutan Cu2+ Dibuat 1,2,5,8,10 dan 15 ppm masing-masing 50 ml

Ukur Absorbans dari keenam larutan di atas pada panjang gelombang 324,7 nm

Buat grafik hubungan antara absorbans terhadap konsentrasi larutan Cu2+ Tentukan daerah konsentrasi tembaga dalam analisa pada panjang gelombang 324,7 nm

Hitung kepekaan analisa tembaga pada panjang gelombang 324,7 nm tersebut

Hasil

4. Gangguan Aluminium dalam Analisa Kalsium

1 ml HNO3 5 N + 10 ml Larutan Ca2+ 100 ppm

Maing-masing Dimasukkan kedalam 6 buah labu takar 50 ml

Kedalam labu takar ke 2,3,4,5 dan 6 masukkan larutan Al3+ 100 ppm

Encerkan keenam labu takar tersebut dengan air sampai tanda batas

Buat larutan blangko : 1 ml lrutan HNO3 5 N dimasukkan kedalam labu takar 50 ml dan diencerkan sampai tanda batas

Diukur absorbans kalsium dari keenam larutan diatas terhadap blangko pada panjang gelombang 422,7 nm

Tentukan gangguan dalam analisa kalsium

Hasil

Penentuan konsentrasi Sampel dengan Alat Spektrofotometri Serapan Atom

a. Pembuatan Kurva Klaibrasi

Larutan Cu2+ 1,3,5,7 ppm masing-masing 50 ml

Ukur absorbans larutan pada panjang gelombang 324,7 nm

Catat Absorbansi dari masing-masing larutan

Buat kurva kalibrasi dengan menggunakan absorban sebagai ordinat dan konsentrasi sebagai absis

Hasil

b. Penentuan Konsentrasi

Cuplikan Cu2+ Absorbans di ukur

Tentukan konsentrasi dengan dua cara :

- Alurkan pada grafik kurva kalibrasi

- Bandingkan dengan Absorbans standar

HasilE. HASIL PENGAMATAN

a. Gangguan aluminium dalam analisa kalsium

NoPerlakuanAbsorbans (A)% residu

1Blanko 0,0062,0 %

2HNO3 + Ca2+ + Al3+ 2ml0,0604,2 %

3HNO3 + Ca2+ + Al3+ 4ml0,0474,3 %

4HNO3 + Ca2+ + Al3+ 6ml0,0391,0 %

5HNO3 + Ca2+ + Al3+ 8ml0,0323,3%

6HNO3 + Ca2+ + Al3+ 10 ml0,0271,3 %

7HNO3 + Ca2+ 0,0252,0 %

b. Cara mengatasi aluminium dalam analisa kalsium dengan strontium sebagai zat pembebas

NoPerlakuanAbsorbans (A)% residu

1Blanko 0,0043,2 %

2HNO3 + Ca2+ 0,0662,6 %

3HNO3 + 5 ml Sr2+ + Ca2+ 0,0430,2 %

4HNO3 + 5 ml Al3++ Ca2+ 0,0712,4 %

5HNO3 + 5 ml Al3++ Ca2+ + 5 ml Sr2+0,0691,2 %

6HNO3 + 5 ml Sr2+0,0075,0 %

Penentuan Konsentrai Sampel dengan Alat Spektrofotometri serapan Atom

c. Pembuatan kurva kalibrasi

NoLarutanAbsorbans (A)% residuKonsentasi (ppm)

1Cu2+ 1 ppm0,0258,8 %

2Cu2+ 3 ppm0,0821,4 %

3Cu2+ 5 ppm0,1742,7 %

4Cu2+ 7 ppm0,2662,4 %

5Sampel0, 429-3,32

d. Penentuan konsentrasi

NoLarutan standar Absorbans (A)% residu

1Cu2+ 2 ppm0,14218,6 %

2Cu2+ 4 ppm0,1672,6 %

3Cu2+ 6 ppm0,2572,7 %

4Cu2+ 8 ppm0,3822,9 %

5Cu2+ 10 ppm0, 4551,5 %

F. ANALISA DATA

1. Persamaan Reaksi

a. Dengan HNO3Ca2+ + HNO3 Ca(NO3)23Ca(NO3)2 + 2Al3+ 2 Al(NO3)3 + Ca2+b. Dengan H2O

[Al(H2O)6]3+ + H2O [Al(H2O)5(OH)]2+ + H3O+Ca2+ + 2H2O Ca(OH)2 + 2H+

2. Perhitungan

a. Perhitungan Pengenceran

Rumus umum pengenceran: M1 x V1 = M2 x V21. Perhitungan volume awal (V1) untuk Cu2+:

2. Perhitungan untuk Cu2+ 1ppm:

Diketahui :M1= 100 ppm

V2= 50 ml

M2= 1 ppm

Ditanya: M2 : ?

Penyelesaian:

M1 x V1= M2 x V2

100 ppm x V1= 1 ppm x 50 ml

V1=

= 0,5 ml

3. Perhitungan untuk Cu2+ 3 ppm:

Diketahui :M1= 100 ppm

V2= 50 ml

M2= 3 ppm

Ditanya: M2 : ?

Penyelesaian:

M1 x V1= M2 x V2

100 ppm x V1= 3 ppm x 50 ml

V1=

= 1,5 ml

4. Perhitungan untuk Cu2+ 5 ppm:

Diketahui :M1= 100 ppm

V2= 50 ml

M2= 5 ppm

Ditanya: M2 : ?

Penyelesaian:

M1 x V1= M2 x V2

100 ppm x V1= 5 ppm x 50 ml

V1=

= 2,5 ml

5. Perhitungan untuk Cu2+ 7 ppm:

Diketahui :M1= 100 ppm

V2= 50 ml

M2= 7 ppm

Ditanya: M2 : ?

Penyelesaian:

M1 x V1= M2 x V2

100 ppm x V1= 7 ppm x 50 ml

V1=

= 3,5 ml

Grafik hubungan antara absorbansi (A) dengan konsentrasi (C) pada percobaan

Diketahui: nilai slope= 0,035

maka dari hasil pengukuran diperoleh persamaan Lambert-Beer:

A= 0,035 C

Untuk konsentrasi sampel nilainya adalah:

diketahui absorbansi sampel: 0,429

A

= 0,035 C

0,429= 0,035 C

Csampel=

= 12,25714286 ppm

12,26 ppm

Grafik hubungan antara absorbansi (A) dengan konsentrasi (C) standar

Diketahui: nilai slope= 0,045

maka dari hasil pengukuran diperoleh persamaan Lambert-Beer:

A= 0,045 C

Untuk konsentrasi sampel nilainya adalah:

diketahui absorbansi sampel: 0,429

A

= 0,045 C

0,429= 0,045 C

Csampel=

= 9,533333333 ppm

9,53 ppm

G. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan dasar spektrofotometer serapan atom. Percobaan ini bertujuan untuk memhami prinsip kerja dasar spektrofotometer serapan ato dan dapat menentukan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometer serapan atom.

Prinsip kerja AAS yaitu absorpsi cahaya oleh panjang gelombang tertentu. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom . Keberhasilan analisis, ini tergantung pada proses eksitasi dan cara memperoleh garis resonansi yang tepat. Dalam praktikum ini dilakukan tiga macam percobaan yaitu gangguan aluminium dalam analisa kalsium, cara mengatasi gangguan aluminium dalam analisa kalsium dengan stronsium sebagai zat pembebas dan Pembuatan kurva kalibrasi.

Percobaan pertama dilakukan beberapa langkah diantaranya adalah pembuatan larutan sampel 0.5 mL HNO3 5N dan 5 mL Ca2+ 100 ppm dengan penambahan aluminium dengan ukuran tertentu pada enam labu takar sehingga didapat konsentrasi larutan yang berbeda beda. Dari hasil pengamatan yang didapatkan bahwa nilai maksimun pada HNO3 + Ca2+ + Al3+ 4ml dengan berat optimum atau % residu larutan dalah 4,3% pada 0,043A. Reksi kimia dapat terjadi dalam nyala dan menghasilkan interferensi dalam nyala tersebut. Reaksi kimia ini dapat terjadi akibat disosiasi tidak sempurna pada pembentukan senyawa refraktori dalam nyala. Al dapat memebentuk senyawa refraktori dalam nyala. Interferensi ini dapat dapat dieleminasi dengan penambahan garam dalam sampel. Pada percobaan selanjutnya yakni gangguan aluminium dalam analisis kalsium, pada percobaan ini digunakan pelarut HNO3 karena asam tidak dapat menyerap sinar-sinar dari katoda kalsium dan asam ini merupakan pelarut yang baik untuk unsure anorganik sehingga blanko yang digunakan adalah asam ini. Pengaruh aluminium dapat dilihat dari sifatnya yang menggangu daya serap dari kalsium, yang berperan sebagai penggangu adalah ion aluminium. Salah satu cara mengatasi ion pengganggu tersebut adalah dengan cara menambahkan zat pembebas yakni dengan penambahan Stronsium karena ion inilah yang akan berikatan dengan Al sehingga tidak terjadi gangguan dari ion Al. Dari hasil pengukuran absorban Ca+ yang menggunakan zat pembebas dan tidak, didapat hasil yang berbeda yakni pada bagian yang menggunakan zat pembebas memiliki absorban yang lebih sedikit tetapi absorban ini lebih valid sedangka pada bagian yang tidak menggunakan zat pembebas memiliki absorban yang lebih besar tetapi tidak valid karena diduga absorbansinya masih terganggu oleh aluminium. Pada pembuatan kurva kaliberasi dengan cara membuat kurva absorban VS konsentrasi maksimum dari logam Cu yang kemudian ditarik garis lurus dan didapat persamaan dari garis lurus tersebut. H. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengamatan, analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. AAS merupakan alat yang digunakan untuk menetapkan absorbansi atau transmitan suatu sampel logam.

2. Lampu yang digunakan dalam AAS harus sesuai dengan unsur yang dianalisa.

3. Nilai absorbansi pada percobaan aluminium semakin kecil ini disebabkan karena adanya aluminium dan kalsium sebagai pengganngu.

4. Strontium dapat digunakan sebagai zat pembebas dari larutan pengganggu.

5. Dalam penentuan konsentrasi sampel nilai absorbansi Cu2+ berbanding lurus dengan konsentrasi, semakin besar konsentrasi maka absorbansinya pun semakin besar.DAFTAR PUSTAKAKhopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Ui-Press.

Underwood and Day. 2002. Analisa Kimia Kualitatif. Jakarta : Erlangga.

Roth, Michele. 2008. Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode AAS. Jakarta : UI-Press.

RESUME TENTANG ALAT INFRA MERAH(IR)1. Pengertian InframerahSinar Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Namanya berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi inframerah memiliki jangkauan tiga "order" dan memiliki panjang gelombang antara 700nm dan 1mm.

Gambar dari seekor anjing kecil diambil dari cahaya inframerah-tengah (warna salah) Gelombang Inframerah dan Milimeter digunakan dengan meluas sebagai saluran komunikasi jarak dekat seperti penggunaan alat pengendali jarak jauh (remote control) bagi televisi, radio dan sebagainya.Kemudahan media bergelombang inframerah dan milimeter ini, boleh digunakan di dalam sebuah organisasi atau rangkaian kawasan setempat (LAN). Pengguna boleh memasang pemancar dan penerima gelombang infra merah dalam rangkaian mereka. Dengan pemasangan ini, penyambungan komputer yang berupaya menerima pakai inframerah dan milimeter dapat digunakan dalam sebuah LAN tanpa penyambungan secara fisikal terhadap komputer-komputer berangkaian yang ada.Oleh itu, rangkaian antara komputer-komputer atau pengguna-pengguna tidak memerlukan plug in untuk pelaksanaannya. Kelebihan media bergelombang jenis ini adalah mudah untuk dipasang, biayanya yang rendah dan selamat digunakan karena ia tidak mudah tersebar kepada media gelombang jenis lain. Ini dapat mencegah kecurian atau pengintipan ke atas sembarang data oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

2. Alat spektroskopi IRInfrared vibrational spectroscopy (see also near infrared spectroscopy ) is a technique which can be used to identify molecules by analysis of their constituent bonds. Inframerah vibrational spectroscopy (lihat juga dekat inframerah spectroscopy) adalah teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi molekul oleh analisis mereka memangkatkan obligasi. Each chemical bond in a molecule vibrates at a frequency which is characteristic of that bond. Setiap ikatan kimia dalam molekul bergetar pada frekuensi yang khas itu obligasi. A group of atoms in a molecule (eg CH 2 ) may have multiple modes of oscillation caused by the stretching and bending motions of the group as a whole. Kelompok atom dalam molekul (misalnya CH 2) dapat memiliki beberapa modus osilasi yang disebabkan oleh gerakan yang memanjang dan lipatan kelompok secara keseluruhan. If an oscillation leads to a change in dipole in the molecule, then it will absorb a photon which has the same frequency. Jika osilasi mengarah ke perubahan dipole dalam molekul, maka yang akan menyerap photon yang memiliki frekuensi yang sama. The vibrational frequencies of most molecules correspond to the frequencies of infrared light. Vibrational frekuensi yang paling molekul sesuai dengan frekuensi cahaya inframerah. Typically, the technique is used to study organic compounds using light radiation from 4000-400 cm -1 , the mid-infrared. Biasanya, teknik ini digunakan untuk belajar organik compounds menggunakan lampu radiasi dari 4000-400 cm -1, pada pertengahan inframerah. A spectrum of all the frequencies of absorption in a sample is recorded. J semua spektrum frekuensi penyerapan dalam sampel tersebut. This can be used to gain information about the sample composition in terms of chemical groups present and also its purity (for example a wet sample will show a broad OH absorption around 3200 cm -1 ). Ini dapat digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai contoh dari segi komposisi kimia kelompok hadir serta kemurnian (misalnya basah sampel akan menampilkan luas OH penyerapan sekitar 3200 cm -1). 3. Gambar alat spektroskofi IR

Komponen alat pada alat ini adalah sebagai berikut:

Bagian pokok dari spektrofotometer inframerah adalah sumber cahaya inframerah, monokromator dan detector. Cahaya dari sumber dilewatkan melalui cuplikan, dipecah menjadi frekuensi-frekuensi individunya dalam monokromator dan intensitas relatif dari frekuensi individu diukur oleh detektor

a) Sumber inframerah

Sumber yang umum digunakan adalah merupakan batang yang dipanaskan oleh listrik yang berupa :

Nernst glower (campuran oksida dari Zr, Y, Er, dsb).

Globar (silikon karbida)

Berbagai bahan keramik

b) Monokromator

Prisma dan grating keduanya dapat digunakan. Kebanyakan prisma yang digunakan adalah NaCl hanya transparan dibawah 625 cm-1, sedang halide logam lainnya harus digunakan pada pekerjaan dengan frekuensi yang rendah (missal CsI, atau campuran ThBr dan ThI) yang dikenal sebgai KRS-5. Grating dan prisma mempunyai peranan dalam meresolusi spektra dan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan. Tabel berikut menyatakan hubungan anatara bahan prisma dan daerah jangkauan frekuensi.

Bahan prismaGelasQuartzCaF2SiFNaClKBr (CsBr)CsI

Daerah frekuensi (cm-1)Diatas 3500Diatas 28605000-13005000-17005000-6501.100-2851000-200

Daerah panjang gelombang(m)Dibawah 2.86Dibawah 3.52.0-7.72.0-5.72-15.49-3510-50

Pada umumnya grating memberikan hasil yang lebih baik daripada prisma pada frekuensi yang tinggi. Ketidak untungan terhadap NaCl adalah sifatnya yang higroskopis hingga cermin-cermin harus dilindungi dari kondensasi uap.

c) Detektor

Alat-alat yang modern kebanyakan memakai detektor Thermopile dasar kerja dari thermopile adalah sebagai berikut : jika dua kawat logam berbeda dihubungkan antara ujung kepala dan ekor menyebabkan adanya arus yang mengalir dalam kawat. Dalam spektrofotometer inframerah arus ini akan sebanding dengan intensitas radiasi yang jatuh pada thermopile.

d) Cara Penanganan

Berikut cara penanganan yang disederhanakan terhadap alat inframerah dan diagram alat Double Beam (berkas rangkap) spektrofotometer inframerah e) Kalibrasi skala frekuensi

Sebelum melakukan pekerjaan skala kertas pencatat harus dikalibrasi. Kalibrasi dapat dikerjakan dengan menggunakan spektrum polistiren (atau dari indena). Spektrum tersebut menunjukkan banyak puncak/pita yang tajam mempunyai frekuensi yang tepat dan telah diketahui. Puncak yang biasa digunakan sebagai kalibrasi berasal dari polistiren adalah 1601 cm-1.

f) Skala absorbansi dan transmintasi

Intensitas pita serapan dalam spektra infra merah tidak dapat dengan mudah diukur dengan ketepatan yang sama seperti dalam spektra ultra violet. Biasanya untuk orang-orang organik cukup mengetahui bahwa intensitas serapan adalah kuat, s, medium, m, lemah, w, atau tak menentu, v. Absorbansi suatu cuplikan pada frekuensi tertentu didefinisikan sebagai :

A = log (Io/I)

dimana Io dan I masing-masing adalah intensitas cahaya sebelum dan sesudah mengadakan interaksi dengan cuplikan. Transmintasi cuplikan didefinisikan sebagai

T = I/IoHubungan antara absorbansi dengan transmintasi dinyatakan dengan :

A = log (I/T)

g) Cara-cara Penanganan Cuplikan

Cara-cara penanganan cuplikan tergantung daripada jenis cuplikan yaitu apakah berbentuk gas, cairan atau padatan. Gaya-gaya intermolekul sangat berbeda yang melalui dari padatan ke cairan ke gas dan spektrum inframerah biasanya akan menunjukkan efek dari perbedaan-perbedaan ini dalam bentuk pergeseran-pergeseran frekuensi atau pita-pita tambahan dan sebagainya. itulah sebabnya yang paling penting adalah mencatat spektrum dengan cara-cara penanganan cuplikan sesuai.

Gas

Untuk menangani cuplikan berbentuk gas,maka cuplikan harus dimasukkan dalam sel gas, sel ini menghadap langsung pada berkas sinar. Dalam bentuk yang dimodifikasi, cermin internal yang digunakan dapat memantulkan berkas sinar berulang kali melalui cuplikan untuk menaikkan sensitivitas. Sejumlah kecil senyawa-senyawa organik dapat ditentukan dalam bentuk gas, bahkan dalam sel-sel yang dipanaskan.

Cairan

Cara yang paling mudah dalam penanganan cuplikan bentuk cairan adalah menempatkan cuplikan tersebut sebagai film yang tipis di antara dua lapis NaCl yang transparan terhadap inframerah. Karena digunakan NaCl maka setelah selesai harus segera dibersihkan dengan mencuci menggunakan pelarut-pelarut seperti toluene, kloroform, dan sebagainya. NaCl harus dijaga tetap kering dan selalu dipegang pada ujung-ujungnya. Untuk spektra di bawah 250 cm-1, maka digunakan CsI, untuk cuplikan yang mengandung air dapat digunakan CaF2. Cuplikan cairan dapat juga ditentukan dalam larutan.

Padatan

Wujud cuplikan padat dapat bermacam-macam di antaranya kristal, amorf, serbuk, gel dan lain-lain. Bermacam metoda telah dikembangkan untuk penyediaan cuplikan padat hingga dapat langsung diukur.

Ada tiga cara yang umum untuk mencatat spektra bentuk padatan : peset KBr, mull dan bentuk film/lapisan tipis. Padatan juga dapat ditentukan dalam larutan tetapi spektra larutan mungkin memberikan kenampakan yang berbeda dari spektra bentuk padat, karena gaya-gaya intermolekul akan berubah.

1. Pelet KBr dibuat dengan menumbuk cuplikan (0,1 2,0 % berat) dengan KBr kemudian ditekan hingga diperoleh pellet KBr harus kering dan akan baik bila penumbukan dilakukan dibawah lampu inframerah untuk mencegah terjadinya kondensasi uap dari atmosfer yang akan memberikan serapan lebar pada 3500 cm-1.

2. Mull atau pasta dibuat dengan mencampur cuplikan dengan setetes minyak, pasta kemudian dilapiskan di antara dua keeping NaCl yang transparan. Bahan pasta harus transparan terhadap inframerah, tetapi hal ini tidak pernah ada dan struktur yang dihasilkan selalu menunjukkan serapan yang berasal dari bahan pasta adalah parafin cair.

3. Lapisan tipis padatan dapat dilapiskan pada keping-keping NaCl dengan cara meneteskan larutan dalam pelarut yang mudah menguap pada permukaan kepingan NaCl dan dibiarkan hingga pelarut menguap. Polimer-polimer berbagai lilin atau bahan-bahan lemak sering memberikan hasil yang baik, tetapi ada juga yang membentuk kristal yang tajam hingga tidak memberikan serapan.

4. Prinsip kerja alat spektroskopi IR

Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan spektrofotometer yang lainnya yakni interaksi energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1, di mana cm-1 yang dikenal sebagai wavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Untuk menghasilkan spektrum inframerah, radiasi yang mengandung semua frekuensi di wilayah IR dilewatkan melalui sampel. Mereka frekuensi yang diserap muncul sebagai penurunan sinyal yang terdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai spektrum radiasi dari% ditransmisikan bersekongkol melawan wavenumber.

Spektroskopi inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif (identifikasi) dari senyawa organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan oleh setiap organik zat dengan puncak struktural yang sesuai dengan fitur yang berbeda. Selain itu, masing-masing kelompok fungsional menyerap sinar inframerah pada frekuensi yang unik. Sebagai contoh, sebuah gugus karbonil, C = O, selalu menyerap sinar inframerah pada 1670-1780 cm-1, yang menyebabkan ikatan karbonil untuk meregangkan.

5. Jenis Vibrasi dalam IR

Atom-atom di dalam molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi biasanya terjadi peristiwa vibrasi. Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya. Vibrasi molekul sangat khas untuk suatu molekul tertentu dan biasanya disebut vibrasi finger print. Vibrasi molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu :

1. Vibrasi Regangan (Streching)

2. Vibrasi Bengkokan (Bending)

Vibrasi Regangan (Streching)Dalam vibrasi ini atom bergerak terus sepanjang ikatan yang menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak antara keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi regangan ada dua macam, yaitu:

1. Regangan Simetri, unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang datar.2. Regangan Asimetri, unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah tetapi masih dalam satu bidang datar.

Vibrasi Bengkokan (Bending)Jika sistim tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang mempengaruhi osilasi atom atau molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu :

a. Vibrasi Goyangan (Rocking), unit struktur bergerak mengayun asimetri tetapi masih dalam bidang datar.

b. Vibrasi Guntingan (Scissoring), unit struktur bergerak mengayun simetri dan masih dalam bidang datar.

c. Vibrasi Kibasan (Wagging), unit struktur bergerak mengibas keluar dari bidang datar.

d. Vibrasi Pelintiran (Twisting), unit struktur berputar mengelilingi ikatan yang menghubungkan dengan molekul induk dan berada di dalam bidang datar.6. Dareh Identifikasi IR

Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi bengkokan, khususnya goyangan (rocking), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 400 cm-1. Karena di daerah antara 4000 2000 cm-1 merupakan daerah yang khusus yang berguna untuk identifkasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah antara 2000 400 cm-1 seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan maupun bengkokan mengakibatkan absorbsi pada daerah tersebut.

Dalam daerah 2000 400 cm-1 tiap senyawa organik mempunyai absorbsi yang unik, sehingga daerah tersebut sering juga disebut sebagai daerah sidik jari (fingerprint region). Meskipun pada daerah 4000 2000 cm-1 menunjukkan absorbsi yang sama, pada daerah 2000 400 cm-1 juga harus menunjukkan pola yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa dua senyawa adalah sama.

diencerkan dengan aquades

dibuat 5 buah

diaduk hingga homogen

diberi label

diukur absorbansinya pada = 480nm

dibuat grafik A vs mol fraksi pereaksi (SCN-)

dibuat dengan perbandingan volume tertentu (pada tabel buku petunjuk)

dibuat 5 buah

diaduk hingga homogen

diberi label

diukur absorbansinya pada = 480nm

dibuat grafik A vs fraksi mol salah satu pereaksi

_1352890883.unknown

_1352935458.unknown

_1353638593.unknown

_1353638819.unknown

_1353638821.unknown

_1353638822.unknown

_1353638823.unknown

_1353638820.unknown

_1353638595.unknown

_1353638818.unknown

_1353638594.unknown

_1352935514.unknown

_1352935544.unknown

_1352935485.unknown

_1352890887.unknown

_1352934728.unknown

_1352935429.unknown

_1352935240.unknown

_1352935326.unknown

_1352934675.unknown

_1352890885.unknown

_1352890886.unknown

_1352890884.unknown

_1352695284.unknown

_1352890879.unknown

_1352890881.unknown

_1352890882.unknown

_1352890880.unknown

_1352890877.unknown

_1352890878.unknown

_1352890876.unknown

_1351597488.unknown

_1352695031.unknown

_1352695212.unknown

_1352694890.unknown

_1352689920.unknown

_1351597190.unknown

_1351597361.unknown

_1351596955.unknown