Upload
monica-siringo
View
193
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Hasil dari praktikum CRF dimuat dalam laporan tetap
Citation preview
Pengendalian Aliran Fluida (CRF)
I. Tujuan percobaan :
1. Menjelaskan pengendalian proporsional dan terminologi yang digunakan.
2. Melakukan simulasi dengan unit CRF dan mencetak grafik pengendalian.
II. Alat yang digunakan :
Satu set peralatan CRF
III. Dasar teori
Sistim pengendalian secara kontinyu dapat dilakukan dengan menggunakan tiga aksi
pengendalian : proprsional, integral dan derivatif.
Sinyal regulasi yang dihitung berdasarkan errornya yang didapat dar selisih antara set
point/dengan control point (harga pengukuran, adalah keluaran yang merupakan jumlah dari
ketiga yang digunakan. Sinyal regulasi tersebut akan : proporsional terhadap error,
proporsional terhadap integral overtime dan proporsional terhadap derifatif (laju)).
Aksi Proprsional
Aksi ini proporsional (sebanding) dengan error antara set point dan control point dan
mempunyai ciri, yaitu harga konstanta proporsional (proporsional gain).
Ketika sinyal kontrol mencapai 100% maka katup proporsional akan terbuka penuh
error mencapai saturasi (jenuh) dan perubahan error tidak akan memberikan harga baru
terhadap sinyal regulasi krena sistim menjadi jenuh.
Prporsionak band adalah interval error yang diizinkan dimana sinyal kontrol masih
dapat memberikan harga regulasi pada renge 0% - 100%.
X = e . 100 /PB atau X = e . Kp
Semakin besar PB dengan harga error yang sama, maka semakin kecil harga x dan
karenanya mengecilkan harga proporsional gain dari controller, misalnya, proporsional
controler digunakan untuk mendapatkan aliran sebanding dengan 50% harga maksimum.
Pada awalnya, tanpa adanya aliran sinyal kontrol x akan mengakibatkan error awalnya dan
menutupnya katup sebagian. Katup kemudian mengecilkan aliran air dan mencapai
equilibrium.
Disini jelas bahwa kondisi tidak dapat dicapai apabila error = nol, karena sinyal
kontrol x juga akan nol dan katup akan menutup sehingga tak ada air mengalir. Keadaan ini
dicapai oleh adanya error yang konstan dan residu (sisa) yang disebut offset.
CONTOH GERAKAN AKSI PROPORSIONAL
Dimulai dengan PB = 80%, equlibrium dicapai dengan aliran 22% (offset = 28%). Pada
kondisi ini, sinyal regulasi akan :
X = ( 50-22) . 100/80 = 35%
Hal ini berarti, katup proporsional berada pada posisi 35% dari bukaan maksimumnya yang
membikan aliran 22%. Jika karena suatu alasan aliran diperbesar, error yang akan berburang dan
sinyal kontrol juga berkurang. Sebaliknya, penguapan laju aliran akan memperbesar error dan katup
akan terbuka lebar.
Titik Equilibrium P merupakan perpotongan antar kurva yang menyatakan hubungan antara
laju alir dan sinyal kontrol. PB = 80% ( X = 60% dan laju alir 50% ), PB = 100% ( X =50% dan laju
alir = 50%).
Apabila proporsional band diubah dari 80% menjadi 100% maka titik equlibrium P dicapai
pada harga lebih rendah dari PB lebih dari PB sebelumnya, yaitu dengan regulasi 32% dan laju alir
18% dengan error residu 32%. Error bertambah.
Sebaliknya, apabila PB lebih kecil dari 80% maka offset juga berkurang. Namun, walau
hubungan antara sinyal regulasi dan laju alir nampaknya benar-benar berbanding lurus, prinsip diatas
ternyata tidak sepenuhnya berlaku, malainkan berdasarkan ketentuan berikut :
Aksi proporsional tidak mampu mengurangi error dan mencapai set point.
Error residu atau offset bertambah dengan bertambahnya PB.
Pengendalian
Sistem proses adalah rangkaian operasi yang dilakukan konversi material secara fisika
dan kimia, sehingga material yang dihasilkan memiliki keadaan yang lebih bermanfaat.
Peranan pengendalian proses pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan proses
agar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Sistem pengendalian atau
teknik pengaturan juga dapat
didefinisikan suatu usaha
atau perlakuan terhadap suatu sistem dengan masukan tertentu guna mendapatkan keluaran
sesuai yang diinginkan . Dalam buku berjudul ”Modern Control Systems”, bahwa sistem
pengaturan merupakan hubungan timbal balik antara komponen-komponen yang membentuk
suatu konfigurasi sistem yang memberikan suatu hasil yang dikehendaki berupa respon (Dorf,
1983).
Sistem Pengendalian
Dalam melakukan studi proses penting untuk diketahui bahwa proses yang
berlangsung di Industri Kimia sesungguhnya (real world) berjalan secara dinamik, yakni
variabel- variabel yang menentukan terjadinya proses itu berubah-ubah terhadap waktu. Agar
proses itu berjalan sesuai dengan target-target yang ditentukan, maka proses itu harus
dikontrol secara automatis.
Target-target proses yang tersebut antara lain adalah:
1. Terjaminnya keselamatan (safety) baik bagi buruh maupun peralatan yang ada.
2. Terjaganya kualitas produk, misalnya komposisi produk, warna, dll. Pada keadaan
yang kontinyu dan dengan biaya minimum.
3. Proses berlangsung sesuai dengan batasan lingkungan, maksudnya limbah yang
dihasilkan oleh proses tersebut tidak melebihi ambang batas lingkungan.
4. Proses berlangsung sesuai dengan batasan-batasan operasinya. Berbagai jenis
peralatan yang digunakan dalam sebuah pabrik kimia memiliki batasan (constraint) yang
inherent untuk operasi peralatan tersebut. Batasan-batasan itu seharusnya terpenuhi di seluruh
operasi sebuah pabrik.
5. Ekonomis, operasi sebuah pabrik harus sesuai dengan kondisi pasar, yakni
ketersediaan bahan baku dan permintaan produk akhirnya. Oleh karena itu, harus seekonomis
mungkin dalam konsumsi bahan baku, energi, modal, dan tenaga kerja. Hal ini membutuhkan
pengontrolan kondisi operasi pada tingkat yang optimum, sehingga terjadi biaya operasi yang
minimum, keuntungan yang maksimum, dan sebagainya.
Jenis – Jenis Variabel Proses dalam sistem pengendalian:
1. Proses Variable (PV) adalah besaran fisika atau kimia yang menunjukkan keadaan
sistem proses yang dikendalikan tetap atau terkendali.
2. Manipulated Variable (MV) adalah varible yang digunakan untuk melakukan koreksi
atau pengendalian PV (Proses Variable). Masukan dari suatu proses yang dapat diubah-ubah
atau dimanipulasi agar process variable besarnya sesuai dengan set point (sinyal yang
diumpankan pada suatu sistem kendali yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
keluaran sistem kontrol).
3. Set Point (SP) adalah nilai variabel yang diinginkan (nilai acuan) dari suatu proses.
Suatu kontroler akan selalu berusaha menyamakan variabel terkendali terhadap set point.
4. Gabungan (W) adalah variabel masukan yang mampu mempengaruhi nilai PV (Proses
Variable) tetapi tidak digunakan untuk mengendalikan suatu proses.
5. Variabel keluaran tidak dikendalikan adalah variabel yang menunjukkan keadaan
sistem proses tetapi tidak dikendalikan secara langsung.
Klasifikasi Kebutuhan Sistem Pengendalian
Ada 3 klasifikasi kebutuhan sistem pengendalian secara umum:
1. Menekan pengaruh gangguan (disteurbance/upset) eksternal.
2. Memastikan kestabilan suatu proses kimia.
3. Optimisasi performansi suatu proses kimia.
Aspek-aspek Desain Sistem Kontrol
Variabel (laju alir, suhu, tekanan, konsentrasi, dll) dalam proses dibagi menjadi 2 kelompok:
1. Variabel masukan (input):
a) manipulated (adjustable) variable
b) disturbance:
2. Variabel keluaran (output):
a) dapat dikur (measured): suhu produk, laju alir produk, dll.
b) tak dapat diukur (unmeasured): suhu di tray
Adapun elemen-elemen disain sistem kontrol:
1. Mendefinisikan obyektif pengontrolan
2. Menyeleksi pengukuran
3. Menyeleksi variabel yang dimanipulasikan
4. Menyeleksi konfigurasi kontrol
5. Mendisain kontroler
Tipe-tipe Pengendalian
Sistem Pengendalian (Control System) adalah rangkaian operasi yang dilakukan
konversi material secara fisika dan kimia sehingga material yang dihasilkan memiliki
keadaan yang lebih bermanfaat. Peranan pengendalian proses pada dasarnya adalah suatu
usaha untuk mencapai tujuan proses agar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Seluruh komponen yang terlihat dalam pengendalian proses disebut sistem
pengendalian atau control system. Tipe-tipe pengendalian antara lain:
1. Pengendalian On-Off
Pengendalian On-Off merupakan cara sederhana untuk mengimplementasikan
kontrol otomatis menggunakkan dua posisi akutator seperti kontroler dengan open position
atau berdasarkan terminoloi biasa On-Off position.
Sistem pengendalian dua posisi ialah sistem pengendalian yang mempunyai element
koreksi (error detector) memiliki dua tempat kedudukan, maksudnya element kendali akhir
mempunyai kedudukan pada kondisi ON dan OFF (buka atau tutup).
Pada pengendalian ini, sinyal keluaran dari kendali akan tetap pada harga maksimum
atau minimum.
2. Pengendalian Proporsional
Pengendalian proporsional merupakan cara termudah untuk mengimplementasikan
pengontrol kontinyu yaitu dengan memperhitungkan sinyal x (t) menjadi proporsional
perbedaan (et) sehingga:
X (t) = Kp. e(t)
Dimana :
Kp : koefisien
Sebagai ganti dari Kp adalah proporsional band, menjelaskan dengan hubungan Kp,
biasanya dari:
PB=
Pengendalian Proporsional Integral
Tentu saja pengendali proporsional e (t) tidak pernah bernilai nol jika kita
mengharapkan x (t) tidak sama dengan nol. Pengendalian dapat dirancang menjadi bentuk
LP, sinyal akan menjadi proporsional (to the discrepancy) dan nilai differensial.
X(t) = Kp. e(t) + K.I.Int (o,t,e(s)); T1 =
Pengaruh penambahan integral adalah :
a. Memperlambat respon
b. Cenderung stabil
3. Pengendalian Proporsional Integral Diferensial (PID)
Aksi kontrol yang ketiga dapat ditambahkan untuk mempercepat respon, yaitu
derivative action. Meskipun respon cepat tetapi sistem menjadi peka terhadap
noise/bising/turbulen, karena derivative perubahan error persamaan yang ada dalam PID.
adalah komponen simpul umpan balik yang umum dalam sistem kontrol industri. Pengkontrol
mengambil harga terukur dari suatu proses atau peralatan lainnya dan membandingkannya dengan
harga setpoint acuan; beda/deviasi (error signal)nya kemudian digunakan menyetel beberapa masukan
ke proses agar mengembalikan harga proses terukur ke harga setpoint yang diinginkan. Tidak seperti
pengkontrol sederhana, pengkontrol PID bisa mengatur keluaran proses didasarkan pada penyebab
dan laju perubahan deviasi, sehingga kontrol menjadi stabil dan lebih akurat.
x (t) = Kp. e (t) + KI Int (0, t, e (v) + Kd. d(e(t))
Koefisien Kd seperti istilah koefisien integral juga diketahui sebagai waktu derivative
atau waktu kenaikan (advance)
Td = Kd
Jenis-jenis Pengendalian berdasarkan Metode Umum
1. Sistem Pengendalian Manual
Sistem pengendalian dimana faktor manusia sangat dominan dalam aksi pengendalian
yang dilakukan pada sistem tersebut. Peran manusia sangat dominan dalam menjalankan
perintah, sehingga hasil pengendalian akan dipengaruhi pelakunya. Pada sistem kendali
manual ini juga termasuk dalam kategori sistem kendali jerat tertutup.
2. Sistem Pengendalian Otomatis
Sistem pengendalian dimana faktor manusia tidak dominan dalam aksi pengendalian
yang dilakukan pada sistem tersebut. Peran manusia digantikan oleh sistem kontroler yang
telah diprogram secara otomatis sesuai fungsinya, sehingga bisa memerankan seperti yang
dilakukan manusia. Di dunia industri modern banyak sekali sistem ken dali yang
memanfaatkan kontrol otomatis, apalagi untuk industri yang bergerak pada bidang yang
proses nya membahayakan keselamatan jiwa manusia.
3. Sistem Pengendalian Digital
Dalam sistem pengendalian otomatis terdapat komponen -komponen utama seperti
elemen proses, elemen pengukuran (sensing element dan transmitter), elemen controller
(control unit), dan final control element (control value ).
Pengendalian Digital
4. Sistem Pengendalian Kontinyu
Sistem pengendalian yang ber jalan secara kontinyu, pada setiap saat respon sistem
selalu ada. Sinyal e(t) yang masuk ke kontroler dan sinyal m(t) yang keluar dari kontroler
adalah sinyal kontinyu.
Pengendalian Kontinyu
5. Sistem pengendalian Adaptive
Sistem pengendalian yang mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan lingkungan disekitarnya.
6. Sistem Pengendalian Diskrit ( digital)
Sistem pengendalian yang berjalan secara diskrit, proses pengendalian tidak berjalan
setiap saat, hanya pada waktu -waktu tertentu saja (pada saat terjadi pencuplikan pada waktu
cupliknya). Pada gambar 2.2 sinyal e*(t) yang masuk ke kontroler dan sinyal m*(t) yang
keluar dari kontroler adalah sinyal digital. Sampler pada gambar 2.2 dipergunakan untuk
mengubah dari sinyal kontinyu e(t) menjadi sinyal digital e*(t). Rangkaian holding device
dipakai untuk mengubah sinyal digital ke sinyal kontinyu.
Pengendalian Disktrit
Konfigurasi Sistem Pengendali
1. Pengendali umpan maju
Logika kerjanya alat pengendali melakukan tindakan sebelum gangguan memberikan
akibat pada proses. Umumnya mempergunakan pengatur (controller) serta aktuator kendali
(control actuator) yang berguna untuk memperoleh respon sistem yang baik. Sistem kendali
ini keluarannya tidak diperhitungkan ulang oleh kontroler. Suatu keadaan apakah plant benar-
benar telah mencapai target seperti yang dikehendaki masukan atau referensi, tidak dapat
mempengaruhi kinerja kontroler.
Sistem pengendalian umpan maju
2. Pengendali umpan balik
Logika kerjanya alat pengendali melakukan tindakan setelah gangguan memberikan
akibat pada proses. sistem kendali ini memanfaatkan variabel yang sebanding dengan selisih
respon yang terjadi terhadap respon yang diinginkan.
Sistem pengendalian umpan balik
3. Pengendali Interensial
Yaitu jenis pengendali yang menggunakan hasil pengukuran sekunder untuk mengatur
peubah pengendalinya, misalnya untuk kasus pengaturan level. Hasil pengukuran yang
dikontrol adalah aliran masuk dan keluar.
Penganalisisan sistem pengendalian
Dalam mengendalikan variabel proses adalah dengan analisis dan perancangan.
Beberapa faktor yang harus dikuasai untuk me lakukan analisis sistem pengendalian atau
teknik pengaturan adalah:
1. Penguasaan dasar-dasar matematika
Dasar analisis dan perancangan sistem pengendalian yang sering dijumpai yaitu
persamaan diferensial, Transpormasi Laplace, Transpormasi Z, Fourier, matrik, dan
sebagainya.
2. Penguasaan pemodelan matematika sistem fisik
Sebuah sistem fisik akan sulit di analisis apabila model matematika sistem tidak
diketahui.
3. Respon sistem pengendalian
Untuk memudahkan analisis biasanya dipergun akan respon transien dan frekuensi.
Contoh respon diilustrasikan pada gambar 2.7
Respon pengendalian
4. Kestabilan sistem pengendalian
Dasar analisis kestabilan biasanya dipergunakan kriteria Routh -Hurwitz, pecahan
kontinyu, letak akar dan Nyiquist.
Sistem Orde Pertama
Sistem orde pertama adalah sistem yang keluarannya dapat dimodelkan atau didekati
dengan suatu persamaan matematis berupa persamaan differensial orde pertama. Bentuk
umum sistem orde pertama untuk sistem linier atau linierisasi orde pertama adalah:
a1 0 y = b f(t)
dengan :
a1, a0 dan b = konstanta
f(t) = fungsi masukan
jika a0 0, persamaan dapat ditulis:
Selanjutnya didefinisikan:
dan
-Rangkaian alat pengrndalian CRF
Keterangan :
1. Tanki air
2. Pompa sentrifugal
3. Katup udara sebanding
4. Tranduser
5. Udara masuk bertekanan
6. Kompresor udara masuk bertekanan
7. Kompresor udara
8. Penggerak elektronok
9. Perlengkjapan elektrik
10. Seperangkat komputer
11. Valve manual
12. Katup selenoid untuk mengatasi gangguan
13. Flowmeter
14. Valve maual
15. Pengatur flow
16. Sensor flow
IV. Prosedur kerja :
a. Pengendalian Proporsional
SEBELUM MEMULAI, MEMASTIKAN SELURUH KABEL KOMPUTER DAN UNIT
CRF TERHUBUNGI DENGAN BAIK DAN BENAR, SELEKTOR PADA KOMPUTER
TERPASANG PADA KONDISI CRF DAN BUKAN CRL.
1. Menyeting selektor controller dipanel control pada posisi 1.
2. Menyeting selektor NOISE dipanel control pada posisi 0.
3. Mengidupkan unit CRF dengan menekan saklar utama di panel kontrol.
4. Mengatur tekanan pada input udara tekan (7) sehingga pembacaan pada (6) adalah 2 bar.
5. Menghidupkan komputer dan menjalankan program CRF, memilih file “NEW”.
6. Memastikan katup 10 dan 11 terbuka penuh.
7. Memilih PID regulator pada “selektor type”dimonitor komputer, mengklik 2x.
8. Melakukan pengaturan harga variabel sebagai berikut : SET PIONT = 30%, PB = 80%, lalu
mengklik OKE.
9. Mengklik START, dan mengamati grafik yang terbentuk. Setelah grafik stabil, melakukan
perubahan set point menjadi 50% dan mengamati perubahan variabel pengendalian ( actuating signal)
dan grafik yang terbentuk.
10. Mengklik FREEZE dan menghidupkan printer mengklik PRINT untuk mencetak grafik.
11. Mengulangi lagi langkah 8 untuk perubahan variabel, mengklik PARAM untuk memasukkan
harga-harga variabel baru.
12. Mengulangi langkah 9-11.
13. Setelah selesai, mengklik QUIT dan keluar dari program.
b. Pengendalian Proporsional Integral
SEBELUM MEMULAI, MEMASTIKAN SELURUH KABEL KOMPUTER DAN UNIT
CRF TERHUBUNGI DENGAN BAIK DAN BENAR, SELEKTOR PADA KOMPUTER
TERPASANG PADA KONDISI CRF DAN BUKAN CRL.
a) Menyeting selektor controller dipanel control pada posisi 1.
b) Menyeting selektor NOISE dipanel control pada posisi 0.
c) Mengidupkan unit CRF dengan menekan saklar utama di panel kontrol.
d) Mengatur tekanan pada input udara tekan (7) sehingga pembacaan pada (6) adalah 2 bar.
e) Menghidupkan komputer dan menjalankan program CRF, memilih file “NEW”.
f) Memastikan katup 10 dan 11 terbuka penuh.
g) Memilih PID regulator pada “selektor type”dimonitor komputer, mengklik 2x.
h) Melakukan pengaturan harga variabel sebagai berikut : SET PIONT = 30%, PB = 80%, lalu
mengklik OKE.
i) Mengklik START, dan mengamati grafik yang terbentuk. Setelah grafik stabil, melakukan
perubahan set point menjadi 50% dan mengamati perubahan variabel pengendalian ( actuating
signal) dan grafik yang terbentuk.
j) Mengklik FREEZE dan menghidupkan printer mengklik PRINT untuk mencetak grafik.
k) Mengulangi lagi langkah 8 untuk perubahan variabel, mengklik PARAM untuk memasukkan
harga-harga variabel baru.
l) Mengulangi langkah 9-11.
m) Setelah selesai, mengklik QUIT dan keluar dari program.
c. Pengendalian Proporsional Integral Derivatif
SEBELUM MEMULAI, MEMASTIKAN SELURUH KABEL KOMPUTER DAN UNIT CRF
TERHUBUNGI DENGAN BAIK DAN BENAR, SELEKTOR PADA KOMPUTER TERPASANG PADA KONDISI
CRF DAN BUKAN CRL.
a) Menyeting selektor controller dipanel control pada posisi 1.
b) Menyeting selektor NOISE dipanel control pada posisi 0.
c) Mengidupkan unit CRF dengan menekan saklar utama di panel kontrol.
d) Mengatur tekanan pada input udara tekan (7) sehingga pembacaan pada (6) adalah 2 bar.
e) Menghidupkan komputer dan menjalankan program CRF, memilih file “NEW”.
f) Memastikan katup 10 dan 11 terbuka penuh.
g) Memilih PID regulator pada “selektor type”dimonitor komputer, mengklik 2x.
h) Melakukan pengaturan harga variabel sebagai berikut : SET PIONT = 30%, PB = 80%, lalu
mengklik OKE.
i) Mengklik START, dan mengamati grafik yang terbentuk. Setelah grafik stabil, melakukan
perubahan set point menjadi 50% dan mengamati perubahan variabel pengendalian
( actuating signal) dan grafik yang terbentuk.
j) Mengklik FREEZE dan menghidupkan printer mengklik PRINT untuk mencetak grafik.
k) Mengulangi lagi langkah 8 untuk perubahan variabel, mengklik PARAM untuk memasukkan
harga-harga variabel baru.
l) Mengulangi langkah 9-11.
m) Setelah selesai, mengklik QUIT dan keluar dari program.
V. Analisa percobaan
Pada percobaan CRF ini merupakan termasuk pengendalian kontinyu. Pada
pengendalian laju alir (flow) digunakan beberapa macam mode pengendalian yaitu mode
proporsional, mode proporsional integral, mode proporsional derivatif dan mode proporsional
integral derivatif.
Pada percobaan pertama yaitu mode proporsional dimana parameternya set point dan
PB. Tetapi pada percobaan parameternya ditambah parameter integral time dan noise.
Ternyata pada grafik 1 dapat dilihat bahwa harga pengukuran ( garis merah ) pada saat awal
jauh dari set point (garis kuning), tetapi pada saat disetting integral time dan noisenya harga
pengukuran akan mendekati set point serta katup akan membuka dan mendekati set point
hingga berimpit dengan harga pengukuran (garis merah) di garis dengan pada saat harga
integrativenya 0,4 antara harga pengukuran dan katup berimpit akan tetapi dengan di setting
integral time dan noise garis set point (garis kuning) berudah dari garis set point 40% menjadi
50% hal ini terjadi noise pada saat garis set point 50%.
Pada percobaan kedua yaitu mode proporsional integral. Mode ini merupakan mode
proporsional dan mode integral. Yang akan menghasilkan grafik yang lebih halus dibanding
dengan mode proporsional saja. Yang mempengaruhi pada pengendalian ini adalah waktu
integrative yang digunakan. Dari grafik 2 ini harga pengukuran (garis merah) mendekati garis
set point karena dengan waktu integrativenya = 0,3 menit maka harga pengukuran lebih cepat
mencapai garis set point, akan tetapi dengan adanya noise secara manual katup akan
membuka hingga menjauhi set point.
Pada percobaan ketiga yaitu mode proporsional derivatif. Mode ini merupakan mode
proporsional dan mode derivatif. Dimana parameter yang digunakan yaitu set point, PB dan
derivetive time. Pada grafik 3 dapat dilihat bahwa harga pengukuran ( garis merah) menjauhi
garis set point. Katup akan membuka pada 0,3 menit, pada waktu 0,3 menit itu katup akan
mendekati garis set point dan kemudian menjauhi garis set point. Ketika waktu diubah
menjadi 0,6 menit dimana harga pengukuran akan semakin jauh dari garis set point begitu
pun katupnya. Oleh karena itu semakin lama waktu derivatif semakin lama harga pengukuran
dan katup untuk mendekati set point.
Pada percobaan keempat yaitu mode proporsional integral derivatif. Pada grafik 4 ini
harga pengukuran akan mendekati garis set point kemudian akan menjauhi hingga nanti harga
pengukuran akan mendekati set point kembali. Pada katup akan mendekati garis set point
hingga berimpit dengan harga pengukuran di garis set point dan kemudian akan menjauhi
garis set point. Oleh karena itu semakin lama waktu integral dan waktu derivatif maka harga
pengukuran akan semakin lama untuk mendekati garis set point.
VI. Kesimpulan
Pengendalian alairan fluida ( CRF ) merupakan pengendalian kontinyu.
Semakin cepat waktu yang diperlukan suatu pengendali dalam mencapai set point,
maka semakin baik kinerja dari pengendali.
Sistem pengendalian yang digunakan sistem pengendali umpan balik dimana alat
pengendali melakukan tindakan gangguan akibat pada proses.
Konfigurasi yang digunakan untuk simulasi alat CRF adalah sistem close loop dan
pengendali PID.
Semakin besar harga waktu integral yang diinput / di set maka semakin lama untuk
mecapai set point.
Daftar Pustaka
Jobsheet, 2011, penuntun praktikum pengendalian proses, palembang : Politeknik
negeri sriwijaya.
http: // talhil.wordpres.com/2010/03/31/ Jurnal – Praktikum – Pengendalian.
GAMBAR PERALATAN
Seperangkat alat pengendalian CRF
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM PENGENDALIAN PROSES
Pengendalian Aliran Fluida (CRF)
Disusun Oleh:
Kelompok : II (dua)
Aulia saputri (061030401035)
Desi Rahmawati (061030401036)
Evy Kurniati (061030401040)
Lia Sari (061030401043)
Monica Asparani (061030401046)
Rajendra Eka P. (060930401049)
Suwanto (060930401052)
Kelas: 5 KIC
Instruktrur : Ir. Hj. Rusdianasari, M.Si
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2012