25
Pengendalian Aliran Fluida (CRF) I. Tujuan percobaan : 1. Menjelaskan pengendalian proporsional dan terminologi yang digunakan. 2. Melakukan simulasi dengan unit CRF dan mencetak grafik pengendalian. II. Alat yang digunakan : Satu set peralatan CRF III. Dasar teori Sistim pengendalian secara kontinyu dapat dilakukan dengan menggunakan tiga aksi pengendalian : proprsional, integral dan derivatif. Sinyal regulasi yang dihitung berdasarkan errornya yang didapat dar selisih antara set point/dengan control point (harga pengukuran, adalah keluaran yang merupakan jumlah dari ketiga yang digunakan. Sinyal regulasi tersebut akan : proporsional terhadap error, proporsional terhadap integral overtime dan proporsional terhadap derifatif (laju)). Aksi Proprsional Aksi ini proporsional (sebanding) dengan error antara set point dan control point dan mempunyai ciri, yaitu harga konstanta proporsional (proporsional gain).

laporan tetap CRF

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hasil dari praktikum CRF dimuat dalam laporan tetap

Citation preview

Page 1: laporan tetap CRF

Pengendalian Aliran Fluida (CRF)

I. Tujuan percobaan :

1. Menjelaskan pengendalian proporsional dan terminologi yang digunakan.

2. Melakukan simulasi dengan unit CRF dan mencetak grafik pengendalian.

II. Alat yang digunakan :

Satu set peralatan CRF

III. Dasar teori

Sistim pengendalian secara kontinyu dapat dilakukan dengan menggunakan tiga aksi

pengendalian : proprsional, integral dan derivatif.

Sinyal regulasi yang dihitung berdasarkan errornya yang didapat dar selisih antara set

point/dengan control point (harga pengukuran, adalah keluaran yang merupakan jumlah dari

ketiga yang digunakan. Sinyal regulasi tersebut akan : proporsional terhadap error,

proporsional terhadap integral overtime dan proporsional terhadap derifatif (laju)).

Aksi Proprsional

Aksi ini proporsional (sebanding) dengan error antara set point dan control point dan

mempunyai ciri, yaitu harga konstanta proporsional (proporsional gain).

Ketika sinyal kontrol mencapai 100% maka katup proporsional akan terbuka penuh

error mencapai saturasi (jenuh) dan perubahan error tidak akan memberikan harga baru

terhadap sinyal regulasi krena sistim menjadi jenuh.

Prporsionak band adalah interval error yang diizinkan dimana sinyal kontrol masih

dapat memberikan harga regulasi pada renge 0% - 100%.

X = e . 100 /PB atau X = e . Kp

Semakin besar PB dengan harga error yang sama, maka semakin kecil harga x dan

karenanya mengecilkan harga proporsional gain dari controller, misalnya, proporsional

controler digunakan untuk mendapatkan aliran sebanding dengan 50% harga maksimum.

Pada awalnya, tanpa adanya aliran sinyal kontrol x akan mengakibatkan error awalnya dan

Page 2: laporan tetap CRF

menutupnya katup sebagian. Katup kemudian mengecilkan aliran air dan mencapai

equilibrium.

Disini jelas bahwa kondisi tidak dapat dicapai apabila error = nol, karena sinyal

kontrol x juga akan nol dan katup akan menutup sehingga tak ada air mengalir. Keadaan ini

dicapai oleh adanya error yang konstan dan residu (sisa) yang disebut offset.

CONTOH GERAKAN AKSI PROPORSIONAL

Dimulai dengan PB = 80%, equlibrium dicapai dengan aliran 22% (offset = 28%). Pada

kondisi ini, sinyal regulasi akan :

X = ( 50-22) . 100/80 = 35%

Hal ini berarti, katup proporsional berada pada posisi 35% dari bukaan maksimumnya yang

membikan aliran 22%. Jika karena suatu alasan aliran diperbesar, error yang akan berburang dan

sinyal kontrol juga berkurang. Sebaliknya, penguapan laju aliran akan memperbesar error dan katup

akan terbuka lebar.

Titik Equilibrium P merupakan perpotongan antar kurva yang menyatakan hubungan antara

laju alir dan sinyal kontrol. PB = 80% ( X = 60% dan laju alir 50% ), PB = 100% ( X =50% dan laju

alir = 50%).

Apabila proporsional band diubah dari 80% menjadi 100% maka titik equlibrium P dicapai

pada harga lebih rendah dari PB lebih dari PB sebelumnya, yaitu dengan regulasi 32% dan laju alir

18% dengan error residu 32%. Error bertambah.

Sebaliknya, apabila PB lebih kecil dari 80% maka offset juga berkurang. Namun, walau

hubungan antara sinyal regulasi dan laju alir nampaknya benar-benar berbanding lurus, prinsip diatas

ternyata tidak sepenuhnya berlaku, malainkan berdasarkan ketentuan berikut :

Aksi proporsional tidak mampu mengurangi error dan mencapai set point.

Error residu atau offset bertambah dengan bertambahnya PB.

Pengendalian

Sistem proses adalah rangkaian operasi yang dilakukan konversi material secara fisika

dan kimia, sehingga material yang dihasilkan memiliki keadaan yang lebih bermanfaat.

Peranan pengendalian proses pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan proses

agar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.

Page 3: laporan tetap CRF

Sistem pengendalian atau

teknik pengaturan juga dapat

didefinisikan suatu usaha

atau perlakuan terhadap suatu sistem dengan masukan tertentu guna mendapatkan keluaran

sesuai yang diinginkan . Dalam buku berjudul ”Modern Control Systems”, bahwa sistem

pengaturan merupakan hubungan timbal balik antara komponen-komponen yang membentuk

suatu konfigurasi sistem yang memberikan suatu hasil yang dikehendaki berupa respon (Dorf,

1983).

Sistem Pengendalian

Dalam melakukan studi proses penting untuk diketahui bahwa proses yang

berlangsung di Industri Kimia sesungguhnya (real world) berjalan secara dinamik, yakni

variabel- variabel yang menentukan terjadinya proses itu berubah-ubah terhadap waktu. Agar

proses itu berjalan sesuai dengan target-target yang ditentukan, maka proses itu harus

dikontrol secara automatis.

Target-target proses yang tersebut antara lain adalah:

1. Terjaminnya keselamatan (safety) baik bagi buruh maupun peralatan yang ada.

2. Terjaganya kualitas produk, misalnya komposisi produk, warna, dll. Pada keadaan

yang kontinyu dan dengan biaya minimum.

3. Proses berlangsung sesuai dengan batasan lingkungan, maksudnya limbah yang

dihasilkan oleh proses tersebut tidak melebihi ambang batas lingkungan.

4. Proses berlangsung sesuai dengan batasan-batasan operasinya. Berbagai jenis

peralatan yang digunakan dalam sebuah pabrik kimia memiliki batasan (constraint) yang

Page 4: laporan tetap CRF

inherent untuk operasi peralatan tersebut. Batasan-batasan itu seharusnya terpenuhi di seluruh

operasi sebuah pabrik.

5. Ekonomis, operasi sebuah pabrik harus sesuai dengan kondisi pasar, yakni

ketersediaan bahan baku dan permintaan produk akhirnya. Oleh karena itu, harus seekonomis

mungkin dalam konsumsi bahan baku, energi, modal, dan tenaga kerja. Hal ini membutuhkan

pengontrolan kondisi operasi pada tingkat yang optimum, sehingga terjadi biaya operasi yang

minimum, keuntungan yang maksimum, dan sebagainya.

Jenis – Jenis Variabel Proses dalam sistem pengendalian:

1. Proses Variable (PV) adalah besaran fisika atau kimia yang menunjukkan keadaan

sistem proses yang dikendalikan tetap atau terkendali.

2. Manipulated Variable (MV) adalah varible yang digunakan untuk melakukan koreksi

atau pengendalian PV (Proses Variable). Masukan dari suatu proses yang dapat diubah-ubah

atau dimanipulasi agar process variable besarnya sesuai dengan set point (sinyal yang

diumpankan pada suatu sistem kendali yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan

keluaran sistem kontrol).

3. Set Point (SP) adalah nilai variabel yang diinginkan (nilai acuan) dari suatu proses.

Suatu kontroler akan selalu berusaha menyamakan variabel terkendali terhadap set point.

4. Gabungan (W) adalah variabel masukan yang mampu mempengaruhi nilai PV (Proses

Variable) tetapi tidak digunakan untuk mengendalikan suatu proses.

5. Variabel keluaran tidak dikendalikan adalah variabel yang menunjukkan keadaan

sistem proses tetapi tidak dikendalikan secara langsung.

Klasifikasi Kebutuhan Sistem Pengendalian

Ada 3 klasifikasi kebutuhan sistem pengendalian secara umum:

1. Menekan pengaruh gangguan (disteurbance/upset) eksternal.

2. Memastikan kestabilan suatu proses kimia.

3. Optimisasi performansi suatu proses kimia.

Aspek-aspek Desain Sistem Kontrol

Variabel (laju alir, suhu, tekanan, konsentrasi, dll) dalam proses dibagi menjadi 2 kelompok:

1. Variabel masukan (input):

Page 5: laporan tetap CRF

a) manipulated (adjustable) variable

b) disturbance:

2. Variabel keluaran (output):

a) dapat dikur (measured): suhu produk, laju alir produk, dll.

b) tak dapat diukur (unmeasured): suhu di tray

Adapun elemen-elemen disain sistem kontrol:

1. Mendefinisikan obyektif pengontrolan

2. Menyeleksi pengukuran

3. Menyeleksi variabel yang dimanipulasikan

4. Menyeleksi konfigurasi kontrol

5. Mendisain kontroler

Tipe-tipe Pengendalian

Sistem Pengendalian (Control System) adalah rangkaian operasi yang dilakukan

konversi material secara fisika dan kimia sehingga material yang dihasilkan memiliki

keadaan yang lebih bermanfaat. Peranan pengendalian proses pada dasarnya adalah suatu

usaha untuk mencapai tujuan proses agar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.

Seluruh komponen yang terlihat dalam pengendalian proses disebut sistem

pengendalian atau control system. Tipe-tipe pengendalian antara lain:

1. Pengendalian On-Off

Pengendalian On-Off merupakan cara sederhana untuk mengimplementasikan

kontrol otomatis menggunakkan dua posisi akutator seperti kontroler dengan open position

atau berdasarkan terminoloi biasa On-Off position.

Sistem pengendalian dua posisi ialah sistem pengendalian yang mempunyai element

koreksi (error detector) memiliki dua tempat kedudukan, maksudnya element kendali akhir

mempunyai kedudukan pada kondisi ON dan OFF (buka atau tutup).

Pada pengendalian ini, sinyal keluaran dari kendali akan tetap pada harga maksimum

atau minimum.

Page 6: laporan tetap CRF

2. Pengendalian Proporsional

Pengendalian proporsional merupakan cara termudah untuk mengimplementasikan

pengontrol kontinyu yaitu dengan memperhitungkan sinyal x (t) menjadi proporsional

perbedaan (et) sehingga:

X (t) = Kp. e(t)

Dimana :

Kp : koefisien

Sebagai ganti dari Kp adalah proporsional band, menjelaskan dengan hubungan Kp,

biasanya dari:

PB=

Page 7: laporan tetap CRF

Pengendalian Proporsional Integral

Tentu saja pengendali proporsional e (t) tidak pernah bernilai nol jika kita

mengharapkan x (t) tidak sama dengan nol. Pengendalian dapat dirancang menjadi bentuk

LP, sinyal akan menjadi proporsional (to the discrepancy) dan nilai differensial.

X(t) = Kp. e(t) + K.I.Int (o,t,e(s)); T1 =

Pengaruh penambahan integral adalah :

a. Memperlambat respon

b. Cenderung stabil

3. Pengendalian Proporsional Integral Diferensial (PID)

Aksi kontrol yang ketiga dapat ditambahkan untuk mempercepat respon, yaitu

derivative action. Meskipun respon cepat tetapi sistem menjadi peka terhadap

noise/bising/turbulen, karena derivative perubahan error persamaan yang ada dalam PID.

adalah komponen simpul umpan balik yang umum dalam sistem kontrol industri. Pengkontrol

mengambil harga terukur dari suatu proses atau peralatan lainnya dan membandingkannya dengan

harga setpoint acuan; beda/deviasi (error signal)nya kemudian digunakan menyetel beberapa masukan

ke proses agar mengembalikan harga proses terukur ke harga setpoint yang diinginkan. Tidak seperti

pengkontrol sederhana, pengkontrol PID bisa mengatur keluaran proses didasarkan pada penyebab

dan laju perubahan deviasi, sehingga kontrol menjadi stabil dan lebih akurat.

x (t) = Kp. e (t) + KI Int (0, t, e (v) + Kd. d(e(t))

Koefisien Kd seperti istilah koefisien integral juga diketahui sebagai waktu derivative

atau waktu kenaikan (advance)

Td = Kd

Jenis-jenis Pengendalian berdasarkan Metode Umum

1. Sistem Pengendalian Manual

Page 8: laporan tetap CRF

Sistem pengendalian dimana faktor manusia sangat dominan dalam aksi pengendalian

yang dilakukan pada sistem tersebut. Peran manusia sangat dominan dalam menjalankan

perintah, sehingga hasil pengendalian akan dipengaruhi pelakunya. Pada sistem kendali

manual ini juga termasuk dalam kategori sistem kendali jerat tertutup.

2. Sistem Pengendalian Otomatis

Sistem pengendalian dimana faktor manusia tidak dominan dalam aksi pengendalian

yang dilakukan pada sistem tersebut. Peran manusia digantikan oleh sistem kontroler yang

telah diprogram secara otomatis sesuai fungsinya, sehingga bisa memerankan seperti yang

dilakukan manusia. Di dunia industri modern banyak sekali sistem ken dali yang

memanfaatkan kontrol otomatis, apalagi untuk industri yang bergerak pada bidang yang

proses nya membahayakan keselamatan jiwa manusia.

3. Sistem Pengendalian Digital

Dalam sistem pengendalian otomatis terdapat komponen -komponen utama seperti

elemen proses, elemen pengukuran (sensing element dan transmitter), elemen controller

(control unit), dan final control element (control value ).

Pengendalian Digital

4. Sistem Pengendalian Kontinyu

Sistem pengendalian yang ber jalan secara kontinyu, pada setiap saat respon sistem

selalu ada. Sinyal e(t) yang masuk ke kontroler dan sinyal m(t) yang keluar dari kontroler

adalah sinyal kontinyu.

Page 9: laporan tetap CRF

Pengendalian Kontinyu

5. Sistem pengendalian Adaptive

Sistem pengendalian yang mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan

perubahan lingkungan disekitarnya.

6. Sistem Pengendalian Diskrit ( digital)

Sistem pengendalian yang berjalan secara diskrit, proses pengendalian tidak berjalan

setiap saat, hanya pada waktu -waktu tertentu saja (pada saat terjadi pencuplikan pada waktu

cupliknya). Pada gambar 2.2 sinyal e*(t) yang masuk ke kontroler dan sinyal m*(t) yang

keluar dari kontroler adalah sinyal digital. Sampler pada gambar 2.2 dipergunakan untuk

mengubah dari sinyal kontinyu e(t) menjadi sinyal digital e*(t). Rangkaian holding device

dipakai untuk mengubah sinyal digital ke sinyal kontinyu.

Pengendalian Disktrit

Konfigurasi Sistem Pengendali

1. Pengendali umpan maju

Logika kerjanya alat pengendali melakukan tindakan sebelum gangguan memberikan

akibat pada proses. Umumnya mempergunakan pengatur (controller) serta aktuator kendali

(control actuator) yang berguna untuk memperoleh respon sistem yang baik. Sistem kendali

ini keluarannya tidak diperhitungkan ulang oleh kontroler. Suatu keadaan apakah plant benar-

benar telah mencapai target seperti yang dikehendaki masukan atau referensi, tidak dapat

mempengaruhi kinerja kontroler.

Page 10: laporan tetap CRF

Sistem pengendalian umpan maju

2. Pengendali umpan balik

Logika kerjanya alat pengendali melakukan tindakan setelah gangguan memberikan

akibat pada proses. sistem kendali ini memanfaatkan variabel yang sebanding dengan selisih

respon yang terjadi terhadap respon yang diinginkan.

Sistem pengendalian umpan balik

3. Pengendali Interensial

Yaitu jenis pengendali yang menggunakan hasil pengukuran sekunder untuk mengatur

peubah pengendalinya, misalnya untuk kasus pengaturan level. Hasil pengukuran yang

dikontrol adalah aliran masuk dan keluar.

Penganalisisan sistem pengendalian

Dalam mengendalikan variabel proses adalah dengan analisis dan perancangan.

Beberapa faktor yang harus dikuasai untuk me lakukan analisis sistem pengendalian atau

teknik pengaturan adalah:

1. Penguasaan dasar-dasar matematika

Dasar analisis dan perancangan sistem pengendalian yang sering dijumpai yaitu

persamaan diferensial, Transpormasi Laplace, Transpormasi Z, Fourier, matrik, dan

sebagainya.

2. Penguasaan pemodelan matematika sistem fisik

Page 11: laporan tetap CRF

Sebuah sistem fisik akan sulit di analisis apabila model matematika sistem tidak

diketahui.

3. Respon sistem pengendalian

Untuk memudahkan analisis biasanya dipergun akan respon transien dan frekuensi.

Contoh respon diilustrasikan pada gambar 2.7

Respon pengendalian

4. Kestabilan sistem pengendalian

Dasar analisis kestabilan biasanya dipergunakan kriteria Routh -Hurwitz, pecahan

kontinyu, letak akar dan Nyiquist.

Sistem Orde Pertama

Sistem orde pertama adalah sistem yang keluarannya dapat dimodelkan atau didekati

dengan suatu persamaan matematis berupa persamaan differensial orde pertama. Bentuk

umum sistem orde pertama untuk sistem linier atau linierisasi orde pertama adalah:

a1 0 y = b f(t)

dengan :

a1, a0 dan b = konstanta

f(t) = fungsi masukan

Page 12: laporan tetap CRF

jika a0 0, persamaan dapat ditulis:

Selanjutnya didefinisikan:

dan

-Rangkaian alat pengrndalian CRF

Keterangan :

1. Tanki air

2. Pompa sentrifugal

3. Katup udara sebanding

4. Tranduser

5. Udara masuk bertekanan

6. Kompresor udara masuk bertekanan

7. Kompresor udara

8. Penggerak elektronok

9. Perlengkjapan elektrik

Page 13: laporan tetap CRF

10. Seperangkat komputer

11. Valve manual

12. Katup selenoid untuk mengatasi gangguan

13. Flowmeter

14. Valve maual

15. Pengatur flow

16. Sensor flow

IV. Prosedur kerja :

a. Pengendalian Proporsional

SEBELUM MEMULAI, MEMASTIKAN SELURUH KABEL KOMPUTER DAN UNIT

CRF TERHUBUNGI DENGAN BAIK DAN BENAR, SELEKTOR PADA KOMPUTER

TERPASANG PADA KONDISI CRF DAN BUKAN CRL.

1. Menyeting selektor controller dipanel control pada posisi 1.

2. Menyeting selektor NOISE dipanel control pada posisi 0.

3. Mengidupkan unit CRF dengan menekan saklar utama di panel kontrol.

4. Mengatur tekanan pada input udara tekan (7) sehingga pembacaan pada (6) adalah 2 bar.

5. Menghidupkan komputer dan menjalankan program CRF, memilih file “NEW”.

6. Memastikan katup 10 dan 11 terbuka penuh.

7. Memilih PID regulator pada “selektor type”dimonitor komputer, mengklik 2x.

8. Melakukan pengaturan harga variabel sebagai berikut : SET PIONT = 30%, PB = 80%, lalu

mengklik OKE.

9. Mengklik START, dan mengamati grafik yang terbentuk. Setelah grafik stabil, melakukan

perubahan set point menjadi 50% dan mengamati perubahan variabel pengendalian ( actuating signal)

dan grafik yang terbentuk.

10. Mengklik FREEZE dan menghidupkan printer mengklik PRINT untuk mencetak grafik.

11. Mengulangi lagi langkah 8 untuk perubahan variabel, mengklik PARAM untuk memasukkan

harga-harga variabel baru.

12. Mengulangi langkah 9-11.

13. Setelah selesai, mengklik QUIT dan keluar dari program.

b. Pengendalian Proporsional Integral

Page 14: laporan tetap CRF

SEBELUM MEMULAI, MEMASTIKAN SELURUH KABEL KOMPUTER DAN UNIT

CRF TERHUBUNGI DENGAN BAIK DAN BENAR, SELEKTOR PADA KOMPUTER

TERPASANG PADA KONDISI CRF DAN BUKAN CRL.

a) Menyeting selektor controller dipanel control pada posisi 1.

b) Menyeting selektor NOISE dipanel control pada posisi 0.

c) Mengidupkan unit CRF dengan menekan saklar utama di panel kontrol.

d) Mengatur tekanan pada input udara tekan (7) sehingga pembacaan pada (6) adalah 2 bar.

e) Menghidupkan komputer dan menjalankan program CRF, memilih file “NEW”.

f) Memastikan katup 10 dan 11 terbuka penuh.

g) Memilih PID regulator pada “selektor type”dimonitor komputer, mengklik 2x.

h) Melakukan pengaturan harga variabel sebagai berikut : SET PIONT = 30%, PB = 80%, lalu

mengklik OKE.

i) Mengklik START, dan mengamati grafik yang terbentuk. Setelah grafik stabil, melakukan

perubahan set point menjadi 50% dan mengamati perubahan variabel pengendalian ( actuating

signal) dan grafik yang terbentuk.

j) Mengklik FREEZE dan menghidupkan printer mengklik PRINT untuk mencetak grafik.

k) Mengulangi lagi langkah 8 untuk perubahan variabel, mengklik PARAM untuk memasukkan

harga-harga variabel baru.

l) Mengulangi langkah 9-11.

m) Setelah selesai, mengklik QUIT dan keluar dari program.

c. Pengendalian Proporsional Integral Derivatif

SEBELUM MEMULAI, MEMASTIKAN SELURUH KABEL KOMPUTER DAN UNIT CRF

TERHUBUNGI DENGAN BAIK DAN BENAR, SELEKTOR PADA KOMPUTER TERPASANG PADA KONDISI

CRF DAN BUKAN CRL.

a) Menyeting selektor controller dipanel control pada posisi 1.

b) Menyeting selektor NOISE dipanel control pada posisi 0.

c) Mengidupkan unit CRF dengan menekan saklar utama di panel kontrol.

d) Mengatur tekanan pada input udara tekan (7) sehingga pembacaan pada (6) adalah 2 bar.

e) Menghidupkan komputer dan menjalankan program CRF, memilih file “NEW”.

f) Memastikan katup 10 dan 11 terbuka penuh.

g) Memilih PID regulator pada “selektor type”dimonitor komputer, mengklik 2x.

Page 15: laporan tetap CRF

h) Melakukan pengaturan harga variabel sebagai berikut : SET PIONT = 30%, PB = 80%, lalu

mengklik OKE.

i) Mengklik START, dan mengamati grafik yang terbentuk. Setelah grafik stabil, melakukan

perubahan set point menjadi 50% dan mengamati perubahan variabel pengendalian

( actuating signal) dan grafik yang terbentuk.

j) Mengklik FREEZE dan menghidupkan printer mengklik PRINT untuk mencetak grafik.

k) Mengulangi lagi langkah 8 untuk perubahan variabel, mengklik PARAM untuk memasukkan

harga-harga variabel baru.

l) Mengulangi langkah 9-11.

m) Setelah selesai, mengklik QUIT dan keluar dari program.

V. Analisa percobaan

Pada percobaan CRF ini merupakan termasuk pengendalian kontinyu. Pada

pengendalian laju alir (flow) digunakan beberapa macam mode pengendalian yaitu mode

proporsional, mode proporsional integral, mode proporsional derivatif dan mode proporsional

integral derivatif.

Pada percobaan pertama yaitu mode proporsional dimana parameternya set point dan

PB. Tetapi pada percobaan parameternya ditambah parameter integral time dan noise.

Ternyata pada grafik 1 dapat dilihat bahwa harga pengukuran ( garis merah ) pada saat awal

jauh dari set point (garis kuning), tetapi pada saat disetting integral time dan noisenya harga

pengukuran akan mendekati set point serta katup akan membuka dan mendekati set point

hingga berimpit dengan harga pengukuran (garis merah) di garis dengan pada saat harga

integrativenya 0,4 antara harga pengukuran dan katup berimpit akan tetapi dengan di setting

integral time dan noise garis set point (garis kuning) berudah dari garis set point 40% menjadi

50% hal ini terjadi noise pada saat garis set point 50%.

Pada percobaan kedua yaitu mode proporsional integral. Mode ini merupakan mode

proporsional dan mode integral. Yang akan menghasilkan grafik yang lebih halus dibanding

dengan mode proporsional saja. Yang mempengaruhi pada pengendalian ini adalah waktu

integrative yang digunakan. Dari grafik 2 ini harga pengukuran (garis merah) mendekati garis

set point karena dengan waktu integrativenya = 0,3 menit maka harga pengukuran lebih cepat

Page 16: laporan tetap CRF

mencapai garis set point, akan tetapi dengan adanya noise secara manual katup akan

membuka hingga menjauhi set point.

Pada percobaan ketiga yaitu mode proporsional derivatif. Mode ini merupakan mode

proporsional dan mode derivatif. Dimana parameter yang digunakan yaitu set point, PB dan

derivetive time. Pada grafik 3 dapat dilihat bahwa harga pengukuran ( garis merah) menjauhi

garis set point. Katup akan membuka pada 0,3 menit, pada waktu 0,3 menit itu katup akan

mendekati garis set point dan kemudian menjauhi garis set point. Ketika waktu diubah

menjadi 0,6 menit dimana harga pengukuran akan semakin jauh dari garis set point begitu

pun katupnya. Oleh karena itu semakin lama waktu derivatif semakin lama harga pengukuran

dan katup untuk mendekati set point.

Pada percobaan keempat yaitu mode proporsional integral derivatif. Pada grafik 4 ini

harga pengukuran akan mendekati garis set point kemudian akan menjauhi hingga nanti harga

pengukuran akan mendekati set point kembali. Pada katup akan mendekati garis set point

hingga berimpit dengan harga pengukuran di garis set point dan kemudian akan menjauhi

garis set point. Oleh karena itu semakin lama waktu integral dan waktu derivatif maka harga

pengukuran akan semakin lama untuk mendekati garis set point.

VI. Kesimpulan

Pengendalian alairan fluida ( CRF ) merupakan pengendalian kontinyu.

Semakin cepat waktu yang diperlukan suatu pengendali dalam mencapai set point,

maka semakin baik kinerja dari pengendali.

Sistem pengendalian yang digunakan sistem pengendali umpan balik dimana alat

pengendali melakukan tindakan gangguan akibat pada proses.

Konfigurasi yang digunakan untuk simulasi alat CRF adalah sistem close loop dan

pengendali PID.

Semakin besar harga waktu integral yang diinput / di set maka semakin lama untuk

mecapai set point.

Daftar Pustaka

Jobsheet, 2011, penuntun praktikum pengendalian proses, palembang : Politeknik

negeri sriwijaya.

Page 17: laporan tetap CRF

http: // talhil.wordpres.com/2010/03/31/ Jurnal – Praktikum – Pengendalian.

GAMBAR PERALATAN

Page 18: laporan tetap CRF

Seperangkat alat pengendalian CRF

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM PENGENDALIAN PROSES

Pengendalian Aliran Fluida (CRF)

Disusun Oleh:

Kelompok : II (dua)

Aulia saputri (061030401035)

Desi Rahmawati (061030401036)

Page 19: laporan tetap CRF

Evy Kurniati (061030401040)

Lia Sari (061030401043)

Monica Asparani (061030401046)

Rajendra Eka P. (060930401049)

Suwanto (060930401052)

Kelas: 5 KIC

Instruktrur : Ir. Hj. Rusdianasari, M.Si

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2012