62
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri sarung tenun merupakan industri kecil menengah yang bergerak dibidang kerajinan yang telah banyak dikembangkan oleh masyarakat di Samarinda. Di Kelurahan Mesjid industri sarung tenun mencapai 60 industri (Guntur, 2010). Sesuai survei di lapangan setiap industri membuang limbah cair warnanya sejumlah ± 120 L/3hari, dengan total pembuangan limbah warnanya sejumlah 14.400 L/tahun. Limbah cair industri sarung tenun mengandung zat pewarna yang merupakan racun bagi tubuh manusia, karena itu pencemaran zat pewarna ke air lingkungan perlu mendapat perhatian karena limbah hasil produksinya yang dapat mencemari lingkungan. Industri sarung tenun mengalirkan buangan limbah cairnya ke aliran-aliran air disekitarnya yang akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan perairan, antara lain zat warna dari limbah tekstil bila dibuang ke 1

LAPORAN TUGAS AKHIR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangIndustri sarung tenun merupakan industri kecil menengah yang bergerak dibidang kerajinan yang telah banyak dikembangkan oleh masyarakat di Samarinda. Di Kelurahan Mesjid industri sarung tenun mencapai 60 industri (Guntur, 2010). Sesuai survei di lapangan setiap industri membuang limbah cair warnanya sejumlah 120 L/3hari, dengan total pembuangan limbah warnanya sejumlah 14.400 L/tahun. Limbah cair industri sarung tenun mengandung zat pewarna yang merupakan racun bagi tubuh manusia, karena itu pencemaran zat pewarna ke air lingkungan perlu mendapat perhatian karena limbah hasil produksinya yang dapat mencemari lingkungan.Industri sarung tenun mengalirkan buangan limbah cairnya ke aliran-aliran air disekitarnya yang akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan perairan, antara lain zat warna dari limbah tekstil bila dibuang ke perairan dapat menutupi badan air sehingga menghalangi sinar matahari untuk masuk ke dalam perairan. Berkurangnya sinar matahari yang masuk ke perairan menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis oleh tumbuhan yang ada diperairan yang akan menyebabkan kandungan oksigen di dalam air menurun dan pada akhimya menyebabkan kematian mahluk hidup yang ada di perairan tersebut. Selain itu, badan air yang tercemar oleh limbah tekstil juga sangat berbahaya bila digunakan oleh manusia untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini dikarenakan beberapa senyawa kimia dan limbah tekstil mempunyai sifat racun bagi mahluk hidup yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker dan tidak berfungsinya organ-organ tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian (Hardi, 2003). Untuk menangani hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu upaya pengolahan terhadap limbah cair tersebut. Metode yang dapat digunakan untuk mengurangi intensitas warna pada limbah diantaranya adsorpsi (Ambas, 2010), koagulasi atau flokulasi (Zonoozi dkk, 2008), membran (Ahmad dkk, 2007), nanofiltrasi (Hassani dkk, 2008), ozonasi (Konsowa, 2003), ultrasonik (Lorimer dkk, 2001), dan biosorpsi (Low dkk, 1995). Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode elektrokoagulasi. Metode ini merupakan salah satu cara penanganan limbah yang cukup mudah.Elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi dengan menggunakan arus listrik searah melalui peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit di gunakan untuk mengolah air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar warna yang terkandung dalam limbah cair industri sarung tenun setelah melalui proses elektrokoagulasi. Penelitian Purwaningsih (2008), mengolah limbah cair industri batik dengan metode elektrokoagulasi didapat % removal warna maksimum adalah 64,46%. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya masih menunjukkan bahwa proses pengolahan limbah cair dengan metode elektrokoagulasi masih perlu ditingkatkan kemampuannya dalam menurunkan kadar warna tersebut. Proses pengolahan limbah cair dengan metode elektrokoagulasi yang dilakukan dalam penelitian ini memvariasikan waktu, jarak elektroda dan tegangan listrik untuk mendapatkan % removal zat pewarna direct black 38 dalam cair sarung tenun yang terbaik. 1.2. Tujuan Penelitian1. Mengetahui pengaruh tegangan listrik terhadap % removal zat pewarna direct black 38 yang terkandung di dalam limbah cair industri sarung tenun.2. Mengetahui pengaruh waktu terhadap % removal zat pewarna direct black 38 yang terkandung di dalam limbah cair industri sarung tenun.3. Mengetahui pengaruh jarak elektroda terhadap % removal zat pewarna direct black 38 yang terkandung di dalam limbah cair industri sarung tenun.4. Mengetahui tegangan listrik, waktu dan jarak elektroda pada kondisi terbaik terhadap % removal zat pewarna direct black 38 yang terkandung di dalam limbah cair industri sarung tenun.

1.3 Manfaat Penelitian1. Memberikan salah satu alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah limbah industri sarung tenun yang sederhana.2. Mengurangi pencemaran lingkungan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan LiteraturPenelitian elektrokoagulasi sebelumnya pernah dilakukan oleh (Purwaningsih, 2008) dengan menggunakan limbah cair industri batik ditinjau dari parameter warna. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan lempengan Stainless Steel terjadi peristiwa oksidasi elektroda (+) yaitu anoda dan lempengan alumunium terjadi peristiwa reduksi elektroda (-) yaitu katoda. Penelitian ini mengolah limbah di dalam reaktor dengan aliran turbulen dan di aliri listrik supaya ionion yang ada pada limbah cair batik teradsobsi oleh ionion pengikat yang di lepaskan oleh elektroda pada alat elektrokoagulasi sehingga akan terjadi ikatan antara ion senyawa organik yang ada pada limbah cair batik dengan ion yang yang di sebabkan oleh proses elektrokoagulasi. Setelah dilakukan analisa, terjadi penurunan konsentrasi warna maksimum sebesar 64,46% terjadi pada 30 menit, tegangan listrik 12 Volt, jarak elektroda 1,5 cm.Berdasarkan penelitian sebelumnya, dapat diketahui bahwa proses pengolahan limbah cair dengan menggunakan metode elektrokoagulasi belum memberikan hasil yang cukup optimal dalam menurunkan konsentrasi warna (%removal), sehingga perlu adanya lanjutan mengenai pengolahan limbah cair yang mengandung pewarna dengan menggunakan metode elektrokoagulasi dalam menurunkan kadar warna.

2.2. Landasan Teori2.2.1. Definisi Air LimbahMula-mula dari limbah rumah tangga, manusia, dan binatang, tapi kemudian berkembang selain dari sumbersumber tersebut juga air limbah berasal dari kegiatan industri, run off, infiltrasi air bawah tanah. Air limbah pada dasarnya 99,94 % berasal dari sisa kegiatan sedang 0,06 % berasal dari material terlarut oleh proses alam (Mukimin, (2006)).

2.2.2. Karakteristik Air LimbahKarakteristik air limbah umumnya terbagi ke dalam fisika, kimia, dan biologi. Sifat fisika, kimia, dan biologi air limbah adalah sangat penting untuk keperluan desain, operasi, dan manajemen pengumpulan, pengelolaan, dan penimbunan air limbah. Sifat fisika, kimia, dan biologi air limbah sangat tergantung pada sumber kegiatan penghasil air limbah tersebut apakah masyarakat, industri, atau komoditi lain.

2.2.3. Zat Warna Direct Black 382.2.3.1. Kegunaan Direct Black 38Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk memberi warna ke suatu objek atau suatu kain. Suatu zat barwarna bila zat tersebut melakukan absorbsi selektif dari sinar yang masuk, dan meneruskan atau memantulkan sebagian dari sinar yang masuk, dan meneruskan atau memantulkan sebagian dari sinar yang tidak di absorbsi, seperti yang nampak dalam indera penglihatan. Sinar yang terlihat oleh mata adalah yang panjang gelombangnya 400-800 , apabila zat tidak melakukan adsorbsi selektif, maka zat itu tidak berwarna. (Ambas, 2010)Salah satu zat warna adalah direct black 38 dapat digunakan untuk katun, rayon, sutra, juga dapat digunakan untuk nilon, kulit, kayu noda, plastik pewarna, dan sebagai bahan baku untuk tinta merah. (Ambas, 2010).

2.2.3.2. Identifikasi Bahaya Direct Black 38Zat warna direct black 38 ini memiliki potensi berbahaya bagi efek kesehatan yang dapat dilihat dari table 2.1 sebagai berikut:Tabel 2.1 Potensi Efek KesehatanNoJenis PaparanResiko Penyakit

1MataMenyebabkan iritasi mata

2KulitDapat menyebabkan iritasi kulit

3MenelanDapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan

4InhalasiDapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan

5KronisProduk ini merupakan turunan dari banzidine kimia, yang dikenal manusia sebagai karsinogenik. Zat ini telah menyebabkan reproduksi dan janin merugikan efek di laboratorium hewan. Sasaran utama organ yaitu menyebabkan kanker pada organ tubuh.

Sumber dari : (Ambas, 2010)2.2.4 ElektrokoagulasiElektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi kontinyu dengan menggunakan arus listrik searah melalui peristiwa elektrokimia, yaitu gejala dekomposisi elektrolit, dimana salah satu elektrodanya terbuat dari aluminium. Dalam proses ini akan terjadi proses reaksi reduksi dimana logam-logam akan direduksi dan diendapkan di kutub negatif, sedangkan elektroda positif (Fe) akan teroksidasi menjadi [Fe (OH)3] yang berfungsi sebagai koagulan. Proses elektrokoagulasi memiliki kelebihan dan kekurangan dalam mengolah limbah cair. 1. Kelebihan Elektrokoagulasi Elektrokoagulasi dalam pengolohan limbah sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, tetapi nanti abad 20 ini telah ditemukan berbagai pengembangan teknologi tentang elektrokoagulasi, berikut ini kelebihan dari elektrokoagulasi : a. Elektrokoagulasi memerlukan peralatan sederhana dan mudah untuk dioperasikan.b. Flok yang dihasilkan elektrokoagulasi ini sama dengan flok yang dihasilkan koagulasi biasa.c. Keuntungan dari elektrokoagulasi ini lebih cepat mereduksi kandungan koloid atau partikel yang paling kecil, hal ini disebabkan pengaplikasian listrik kedalam air akan mempercepat pergerakan mereka di dalam air dengan demikian akan memudahkan proses.d. Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada proses elektrokoagulasi ini dapat membawa polutan ke atas air sehingga dapat dengan mudah dihilangkan. e. Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai kondisi, dikarenakan tidak dipengaruhi temperatur. f. Tanpa menggunakan bahan kimia tambahan.2. Kekurangan elektrokoagulasi a. Tidak dapat digunakan untuk mengolah limbah cair yang mempunyai sifat elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan singkat antar elektroda. b. Besarnya reduksi logam berat dalam limbah cair dipengaruhi oleh besar kecilnya arus Voltase listrik searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak elektroda dan jarak antar elektroda.c. Penggunaan listrik yang mungkin mahal.d. Batangan anoda yang mudah mengalami korosi sehingga harus selalu diganti. Reaksi kimia yang terjadi pada proses elektrokoagulasi yaitu reaksi reduksi oksidasi, yaitu sebagai akibat adanya arus listrik (DC). Pada reaksi ini terjadi pergerakan dari ion-ion yaitu ion positif (disebut kation) yang bergerak pada katoda yang bermuatan negatif. Sedangkan ion-ion negatif bergerak menuju anoda yang bermuatan positif yang kemudian ion-ion tersebut dinamakan sebagai anion (bermuatan negatif). Elektroda dalam proses elektrokoagulasi merupakan salah satu alat untuk menghantarkan atau menyampaikan arus listrik ke dalam larutan agar larutan tersebut terjadi suatu reaksi (perubahan kimia). Elektroda tempat terjadi reaksi reduksi disebut katoda, sedangkan tempat terjadinya reaksi oksidasi disebut anoda. Menurut Johanes (1978) reaksi yang terjadi pada elektroda tersebut sebagai berikut: a. Reaksi pada Katoda Pada katoda akan terjadi reaksi-reaksi reduksi terhadap kation, yang termasuk dalam kation ini adalah ion H+ dan ion ion logam. 1. Ion H+ dari suatu asam akan direduksi menjadi gas hidrogen yang akan bebas sebagai gelembung-gelembung gas. Reaksi : 2H+ + 2e H22. Jika larutan mengandung ion-ion logam alkali, alkali tanah, maka ion-ion ini tidak dapat direduksi dari larutan yang mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk gas hidrogen (H2) pada katoda. Reaksi : 2H2O + 2e 2OH- + H2 Dari daftar E0 (deret potensial logam/deret Volta), maka akan diketahui bahwa reduksi terhadap air limbah lebih mudah berlangsung dari pada reduksi terhadap pelarutnya (air). K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, (H), Sb, Bi, Cu, Hg, Ag, Pt, Au. Dengan memakai deret Volta, kita memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Logam-logam yang terletak di sebelah kiri H memiliki E0 negatif, sedangkan logam-logam yang terletak di sebelah kanan H memiliki E0 positif. b. Makin ke kanan letak suatu logam dalam deret Volta, harga E0 makin besar. Hal ini berarti bahwa logam-logam di sebelah kanan mudah mengalami reduksi serta sukar mengalami oksidasi. c. Makin ke kiri letak suatu unsur dalam deret Volta, harga E0 makin kecil. Hal ini berarti bahwa logam-logam di sebelah kiri sukar mengalami reduksi serta mudah mengalami oksidasi. d. Oleh karena unsur-unsur logam cenderung melepaskan elektron (mengalami oksidasi), maka logam-logam di sebelah kiri merupakan logam-logam yang aktif (mudah melepaskan elektron), sedangkan logam-logam di sebelah kanan merupakan logam-logam yang sukar melepaskan elektron. Emas terletak di ujung paling kanan, sebab emas paling sukar teroksidasi. e. Makin ke kanan, sifat reduktor makin lemah (sukar teroksidasi). Makin ke kiri, sifat reduktor makin kuat (mudah teroksidasi). Itulah sebabnya, unsur-unsur dalam deret Volta hanya mampu mereduksi unsur-unsur di kanannya, tapi tidak mampu mereduksi unsur-unsur di kirinya. f. Jika larutan mengandung ion-ion logam lain, maka ion-ion logam akan direduksi menjadi logamnya dan terdapat pada batang katoda. Reaksi : L+ + e L0Contoh: Pb2+ + 2e Pb

b. Reaksi pada Anoda 1. Anoda terbuat dari logam alumunium akan teroksidasi: Reaksi : Al Al3+ + 3e2. Ion OH- dari basa akan mengalami oksidasi membentuk gas oksigen (O2):Reaksi : 4OH- 2H2O + O2 +4e 3. Anion-anion lain (SO4-, SO3-) tidak dapat dioksidasi dari larutan, yang akan mengalami oksidasi adalah pelarutnya (H2O) membentuk gas oksigen (O2) pada anoda: Reaksi : 2H2O 4H+ + O2 +4e Dari reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses elektrokoagulasi, maka pada katoda akan dihasilkan gas hidrogen dan reaksi ion logamnya. Sedang pada anoda akan dihasilkan gas halogen dan pengendapan flok-flok yang terbentuk. Proses elektrokoagulasi dilakukan pada bejana elektrolisis yang di dalamnya terdapat katoda dan anoda sebagai penghantar arus listrik searah yang disebut elektroda, yang tercelup dalam larutan limbah sebagai elektrolit. Apabila dalam suatu elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit, dimana ion positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima elektron yang direduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi (Johanes, 1978). Karena dalam proses elektrokoagulasi ini menghasilkan gas yang berupa gelembung-gelembung gas, maka kotoran-kotoran yang terbentuk yang ada dalam air akan terangkat ke atas permukaan air. Flok-flok terbentuk ternyata mempunyai ukuran yang relatif kecil, sehingga flok-flok yang terbentuk tadi lama-kelamaan akan bertambah besar ukurannya. Setelah air mengalami elektrokoagulasi, kemudian dilakukan proses pengendapan, yaitu berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel atau flok yang tebentuk tadi. Proses pengendapan adalah pemisahan dengan pengendapan secara gravitasi dari partikel-partikel padat di dalam air. Proses yang dilakukan bertujuan untuk menurunkan partikel-partikel discrete yang mengendap dengan kecepatan konstan dan pengendapan partikel-partikel flok yang mempunyai kecepatan mengendap dipengaruhi pertambahan floknya sendiri (Chotib, 1998).

2.2.5 Plat ElektrodaMenurut Michael Faraday, sebuah elektroda dalam sebuah sel elektrokimia dapat disebut sebagai anoda atau katoda. Anoda ini didefinisikan sebagai elektroda di mana elektron datang dari sel dan oksidasi terjadi, dan katoda didefinisikan sebagai elektroda di mana elektron memasuki sel dan reduksi terjadi. Setiap elektroda dapat menjadi sebuah anoda atau katoda tergantung dari Voltase yang diberikan ke sel (Purwaningsih,2008).

2.2.6 Arus ListrikAliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang menembus suatu penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam kawat penghantar tiap satuan waktu. Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I adalah:

Keterangan:I: Kuat arus listrik (Ampere)Q: Muatan listrik (Colomb)T: Waktu (menit)Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari kutub negatif ke kutub positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara kutub positif dengan kutub negatif, dimana kutub positif mempunyai potensial yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif. Hubungan antara V dan I pertama kali ditemukan oleh seorang guru Fisika berasal dari Jerman yang bernama George Simon Ohm. Dan lebih dikenal sebagai hukum Ohm yang berbunyi:Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan beda potensial (V) antara ujung-ujung penghantar asalkan suhu penghantar tetap.Hasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan hambatan listrik atau resistansi (R) dengan satuan ohm.

Keterangan:R: Hambatan (Ohm)V: Beda Potensial (Volt)I: Kuat Arus (Ampere)Hambatan atau resistansi berguna untuk mengatur besarnya kuat arus listrik yang mengalir melalui suatu rangkaian listrik. Dalam radio dan televisi, resistansi berguna untuk menjaga kuat arus dan tegangan pada nilai tertentu dengan tujuan agar komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi dengan baik.Untuk berbagai jenis kawat, panjang kawat dan penampang berbeda terdapat hubungan sebagai berikut:

Keterangan:R: Hambatan (Ohm) : Hambatan jenis penghantar (Ohm.m)l: Panjang penghantar (m)A: Luas penampang (m2)

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bahan PenelitianBahan penelitian yang digunakan sebagai berikut:1. Limbah cair industri sarung tenun mengandung zat pewarna direct black 38 dari Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang2. Air keran

3.2. Alat PenelitianAlat Penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:1. Bak elektrokoagulasi 2. Plat aluminium (ukuran 5,5 cm x 4,6 cm)3. Adaptor4. Stirrer bar magnetic5. Hot plate6. Stopwatch 7. Gelas ukur 1000 ml 8. Tang penjepit kayu9. Kabel penghubung10. Labu ukur 250 ml, 100 ml, 50 ml.11. Pipet volume 1 ml, 5 ml, 10 ml.12. Botol semprot.13. Botol sampel.14. Seperangkat alat UV-Vis Varian Cary 50.

3.3. Jalan PenelitianVariable dalam penelitian:3.3.1 Variabel tetap meliputi : 1. Volume limbah : 1.000 ml. 2. jenis pewarna (direct black 38).3. Kecepatan pengadukan 130 rpm.3.3.2 Variabel tidak tetap meliputi : 1 Waktu : 45 menit, 90 menit, 135 menit, 180 menit dan 225 menit.2 Tegangan : 6 Volt, 9 Volt dan 12 Volt.3 Jarak elektroda : 3 cm, 5 cm dan 7 cm. 3.3.3 Variabel Respon Meliputi :Penurunan kadar warna direct black 38 (% removal) di dalam limbah cair industri sarung tenun Samarinda.3.3.4 Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian dilakukan dimulai bulan Maret 2011 sampai bulan Mei 2011 yang dilanjutkan dengan pengolahan data dan penyusunan laporan akhir. Tempat penelitian dilaksanakan di laboratorium Teknik Kimia, Politeknik Negeri Samarinda.

3.3.5 Diagram Alir Proses

Merangkai alat elektrokoagulasiMemastikan jarak plat elektrodaPengambilan Sampel dan di tampung ke dalam botol sampel untuk diendapkanMelakukan proses elektrokoagulasi pada kecepatan pengadukan 130 rpm dengan variasi:Menyiapkan sampel limbah sebanyak 1 LAnalisa kadar warna dengan menggunakan alat UV-Vis Varian Cary 50 pada panjang gelombang 505,7 nm Waktu (menit) Jarak elektroda (cm)Tegangan Listrik (Volt) 453 6 905 9 1357 12 180 2257 45 90 135 180 225

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahap Penelitian

3.3.6 Prosedur Penelitian1. Menyiapkan sampel limbah cair industri sarung tenun Samarinda yang mengandung pewarna direct black 38 sebanyak 1000 ml.2. Merangkai alat elektrokoagulasi, memastikan jarak ukuran plat elektroda 3 cm.3. Memasukan sampel limbah ke dalam bak elektrokoagulsi.4. Melakukan proses elektrokoagulasi (yang ditunjukan pada gambar 3.2) dengan mengontakkan arus listrik dan limbah selama 45 menit dan tegangan 6 Volt di sertai dengan kecepatan pengadukan 130 rpm.5. Setelah 45 menit proses dihentikan dan diamkan selama 15 menit, kemudian sampel di drain dan di tampung ke dalam botol sampel untuk diendapkan.6. Menganalisa sample dengan menggunakan alat UV-Vis Cary 50 dan mencatat nilai absorbansinya.7. Mengulangi prosedur nomor 1 sampai 6 dengan memvariasikan jarak elektroda (3 cm, 5 cm dan 7 Volt) dan tegangan (6 Volt, 9 Volt dan 12 Volt), dengan waktu (45 menit, 90 menit, 135 menit, 180 menit, 225 menit).

Sampel OuputGambar 3.2 Rangkaian Alat Elektrokoagulasi

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil PenelitianTabel 4.1 % Removal Zat Pewarna Direct Black 38 pada Variasi Jarak Elektroda, Tegangan Listrik dan Waktu% Removal Zat pewarna Direct Black 38

WaktuJarak Elektroda (cm)

(Menit)357

Tegangan ListrikTegangan ListrikTegangan Listrik

(Volt)(Volt)(Volt)

691269126912

4579,0472,1076,8563,5865,6456,1556,4169,1659,47

9081,4375,0287,5967,0468,6967,6378,0671,3568,23

13583,6590,1388,2774,1472,3571,6278,3373,5466,70

18081,5694,2988,8375,8779,1279,5988,6879,1264,98

22592,8493,8793,6577,8679,5279,9990,9584,3079,59

4.2. Pembahasan4.2.1 Pengaruh Waktu Terhadap % Removal Zat Pewarna Direct Black 38Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu terbaik terhadap % removal zat pewarna direct black 38 yang terkandung dalam limbah sarung tenun. Penelitian ini dilakukan dengan metode elektrokoagulasi. Prinsip kerja elektrokoagulasi dalam menurunkan kadar warna dengan pembentukan flokulasi dan koagulasi. Proses elektrokoagulasi menggunakan plat elektroda yang dialiri arus listrik searah terdiri dari satu anoda dan satu katoda yang terbuat dari alumunium. Proses ini juga menggunakan pengadukan dengan kecepatan 130 rpm, dimana pengadukan tersebut digunakan agar terjadi proses koagulan yang dihasilkan dalam air dan terjadi proses pembentukan mikro flok. Pengadukan dilakukan dengan kecepatan rendah, karena bila menggunakan kecepatan pengadukan yang tinggi akan merusak pembentukan koagulan dan flok dari elektroda-elektoda tersebut.Penelitian ini menggunakan variasi waktu 45 menit, 90 menit, 135 menit, 180 menit dan 225 menit terhadap variasi jarak elektroda dan tegangan listrik yang dilakukan secara batch.

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara % removal dengan waktu (menit)pada tegangan listrik 9 VoltDari gambar 4.1, didapat % removal zat warna direct black 38 terhadap waktu pada tegangan listrik 9 Volt. Pada dasarnya semakin lama waktu yang diperlukan pada proses pengolahan elektrokoagulasi maka semakin tinggi penurunan kadar warnanya, dikarenakan semakin lama proses elektrokoagulasi maka semakin banyak flok dan koagulan yang terbentuk, sehingga semakin tinggi penurunan kadar warna. Jarak elektroda 3 cm terjadi % removal yang signifikan pada waktu 135 menit sebesar 90,13%, lalu pada waktu 180 menit % removal naik menjadi 94,29% dan turun pada 225 menit manjadi 93,87%. Pada waktu 180 menit % removal sebesar 94,29% merupakan waktu yang maksimal dalam menurunkan kadar warna dibandingkan dengan 225 menit % removal sebesar 93,87 %, hal ini dikarenakan pada waktu 225 menit mengalami gejala desorpsi, yaitu proses melepaskan kembali zat organik yang telah diadsorp, karena koagulan yang dihasilkan dari reaksi oksidasi reduksi pada proses elektrokoagulasi ini telah mengalami titik jenuh atau tidak mampu lagi mendestabilisasi partikel-partikel koloid, sehingga % removal tersebut menjadi menurun setelah waktu 225 menit.

4.2.2 Pengaruh Tegangan Listrik Terhadap % Removal Zat Pewarna Direct Black 38Variasi tegangan listrik yaitu 6 Volt, 9 Volt dan 12 Volt terhadap variasi waktu dan jarak elektroda. Pengaruh tegangan listrik terhadap % removal zat pewarna direct black 38 dapat diketahui setelah analisa menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara % removal dengan tegangan listrik pada waktu 180 menitDari gambar 4.2, merupakan % removal warna direct black 38 terhadap tegangan listrik pada waktu 180 menit. Pada jarak elektroda 3 cm, tegangan listrik 6 Volt didapat % removal sebesar 81,56%. Setelah tegangan listrik 9 Volt terjadi peningkatan % removal sebesar 94,29% dan % removal pada tegangan listrik 12 Volt turun menjadi 88,83%. Hukum George Simon Ohm, yaitu besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar berbanding lurus dengan tegangan listrik antara ujung-ujung penghantar asalkan suhu penghantar tetap. Pada tegangan listrik 12 Volt terjadi penurunan % removal warna direct black 38, hal ini dikarenakan pada tegangan listrik 12 Volt sudah bersifat elektrolit yang cukup tinggi yang mengakibatkan terjadi hubungan singkat antar elektroda.Dari grafik di atas, menunjukan bahwa pada jarak elektroda 7 cm terjadi penyimpangan yang tidak sesuai dengan hukum George Simon Ohm. Pada jarak 7 cm memberikan % removal yang tinggi sebesar 88,68% dan diikuti dengan jarak 3 cm sebesar 81,56% pada tegangan listrik 6 Volt. Selanjutnya pada jarak 7 cm semakin menurun pada tegangan 9 Volt dan 12 Volt. Hal ini dimungkinkan pada tegangan 6 volt pada jarak 7 cm tersebut bersifat elektrolit yang tidak terlalu tinggi sehingga dengan jarak 7 cm flok yang dihasilkan lebih stabil. Sedangkan pada tegangan 9 Volt dan 12 Volt % removal semakin menurun, hal ini disebabkan pada tegangan 9 Volt dan 12 Volt larutan sudah bersifat elektrolit yang cukup tinggi yang mengakibatkan hubungan singkat antar elektroda sehingga pada jarak 7 cm tersebut mengakibatkan ketidakstabilan flok yang terbentuk.

4.2.3 Pengaruh Jarak Elektroda terhadap % Removal Zat Pewarna Direct Black 38Variasi jarak elektroda yaitu 3 cm, 5 cm dan 7 cm terhadap variasi waktu dan tegangan listrik. Pengaruh jarak elektroda terhadap % removal warna direct black 38 dapat diketahui setelah analisa menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

Gambar 4.3 Grafik hubungan antara % removal dengan jarak elektroda pada tegangan listrik 9 VoltDari gambar 4.3, menunjukan bahwa penurunan kadar warna maksimum terjadi pada jarak elektroda 3 cm, dibandingkan dengan jarak 5 cm dan 7 cm pada waktu 180 menit. Jarak elektroda 3 cm didapatkan % removal sebesar 94,29%, jarak elektroda 5 cm % removal sebesar 79,12% dan pada jarak elektroda 7 cm % removal sebesar 79,12%. Dalam penelitian ini jarak elektroda yang paling dekat yang memiliki % removal yang tinggi. hal ini dikarenakan semakin dekat jarak elektroda, maka semakin besar koagulan yang terbentuk oleh besarnya arus listrik yang diberikan, sehingga endapan dan flok yang dihasilkan lebih banyak. Jarak elektroda 5 cm terjadi penurunan % removal, dikarenakan semakin jauh jarak elektroda maka flok yang terbentuk oleh arus listrik yang dihasilkan jauh lebih sedikit. Jarak elektroda 7 cm didapatkan sama dengan pada jarak elektoda 5 cm, hal ini menunjukan pada jarak elektroda 5 cm dan 7 cm bahwa koagulan yang dihasilkan dari reaksi oksidasi reduksi pada proses elektrokoagulasi ini telah mengalami titik jenuh atau tidak mampu lagi mendestabilisasi partikel-partikel koloid.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KesimpulanDari hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan proses elektrokoagulasi dengan menggunakan limbah cair industri sarung tenun mengandung pewarna direct black 38 dengan volume sebanyak 1.000 ml adalah:1. Kenaikan tegangan listrik yang digunakan dalam proses elektrokoagulasi dapat meningkatkan % removal hingga 9 Volt dan selanjutnya menurun.2. Semakin lama waktu yang digunakan dalam proses elektrokoagulasi dapat meningkatkan % removal hingga 180 menit dan selanjutnya menurun.3. Jarak plat elektroda yang paling dekat digunakan dalam proses elektrokoagulasi didapat % removal yang paling tinggi pada jarak 3 cm dan selanjutnya menurun. 4. Kondisi terbaik tercapai pada tegangan listrik 9 Volt, waktu 180 menit dan jarak elektroda 3 cm dengan % removal zat pewarna direct black 38 yang terkandung dalam limbah cair industri sarung tenun sebesar 94,29%.

5.2. SaranPerlu adanya penelitian pengolahan limbah cair dengan metode elektrokoagulasi dengan menggunakan zat pewarna yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A, dkk, 2002, Removal of Dye From Wastewater of Textile Industry Using Membrane Technology, Malaysian: University Technology of Malaysian. Ambas. M, 2010, Dekolorisasi Limbah Cair Pewarna Direct Black 38 dari Industri Sarung Samarinda Menggunakan Karbon Aktif Cangkang Biji Ketapang, Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda. Chatib. B, 1998, Pengelolaan Air Limbah, ITB, Bandung.Guntur, M, 2010, Daftar Nama Pengerajin Industri Sarun, Samarinda: Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Samarinda.Hardi, M, 2003, Pengglahan Air Limbah Industri Tesktil dengan Metode Fotdkimia uv-h202.Jakarta : Universitas Indonesia.Hasani, dkk, 2008, Nanofiltration Process On Dye Removal Simulated TextileWastewater, Tehran, Iran : Islamic Azad University.Johanes. H, 1978, Listrik Dan Magnet, Balai Pustaka. Jakarta.Konsowa, A.H, 2003, Decolorization of Wastewater Containing direct Dye by Ozonation in Batch Bubble Colomn Reactor, Alexandria : Alexandria University.Lorimer, J.P, dkk, 2001. Degradation of Dye Effluent, Journal of Pure Appl Chem., Vol. 73, No. 12, pp. 19571968, 2001.Low, K.S, dkk, 1995, Biosorption of Basic Dyes by Water Hyacinth Roots, Selangor Malaysia : University of Agriculture Malaysia.Mukimin, A, 2006, Pengolahan Limbah Industri Berbasis Logam dengan Teknologi Elektrokoagulasi Flotasi.Semarang : Universitas Diponogoro.Purwaningsih, I, 2008, Pengolahan Limbah Cair Industri Batik CV. Batik Indah Raradjonggrang Yogyakarta dengan Metode Elektrokoagulasi ditinjau dari parameter COD dan Warna. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Zonoozi, H, dkk, 2008, Removal of Acid Red 398 Dye From Aqueous Solution by Coagulation/Flocculation Process, The Tehran, Iran : Journal of Environmental and management Journal, Vol 7, no 6, 695-699.

LAMPIRAN I

a. Panjang Gelombang MaksimumGambar a. Grafik Panjang Gelombang Maksimum

Data panjang gelombang maksimum:Peak Style:Maximum Peak Peak Threshold:0.0100 Range:800.0nm to 200.0nm Wavelength:505,7 nmAbsorbansi:0,140

b. Kurva Kalibrasi

Gambar b. Grafik Kalibrasi

Tabel a. Data Kurva KalibrasiNoKonsentrasi (mg/L)Absorbansi

10,50,0034

210,0126

320,0234

440,0552

550,0729

6100,1419

Dari grafik diatas, persamaannya kurva kalibrasi adalahY = 0,0146 x 0,00304Abs = 0,0146 *conc 0,00304

1. Perhitungan Konsentrasi Awal Limbah Data diketahui: Konsentrasi limbah hasil analisa uv-vis = 4,12 ppm Pengenceran dilakukan 250 kali.Penyelesaian: Konsentrasi limbah sebenarnya: = 4,126 ppm x 250 = 1031,5 ppm

2. Perhitungan Konsentrasi Limbah Setelah dilakukan Proses Elektrokoagulasi

(contoh pada waktu 45 menit, jarak elektroda 7 cm dan tegangan listrik 6 Volt)Data Diketahui: Nilai absorbansi (A)= 0,03 Konsentasi awal (Co)= 1031,5 ppm Pengenceran= 100 kali Persamaan kurva standar= y = 0,01460x - 0,00304Penyelesaian: a. Konsentrasi AkhirAbs = 0,01460*C - 0,00304C = = = = 2,26 ppmb. Konsentrasi SesungguhnyaC = = 226 ppm

c. % Removal= = = 78,09%

Tabel-1 Penurunan zat warna direct black 38 pada variasi waktu dan tegangan listrik dengan jarak elektroda 3 cm.Tegangan Listrik (Volt)Waktu(Menit)AbsorbansiC (ppm)

Faktor PengencerC Akhir(ppm)(%) Removal Zat Warna

6 Volt450,3221,6210216,1979,04

900,2819,1510191,5381,43

1350,2416,8610168,6683,65

1800,2719,0210190,2381,56

2250,107,391073,8692,84

9 Volt450,4228,7810287,7772,10

900,3725,7610257,6375,02

1350,1410,1810101,8090,13

1800,085,881058,8694,29

2250,096,321063,2593,87

12 Volt450,3423,8810238,7976,85

900,1812,7910127,9787,59

1350,1712,0910120,9288,27

1800,1611,5210115,1688,83

2250,096,551065,5193,65

Tabel-2 Penurunan zat warna direct black 38 pada variasi waktu dan tegangan listrik dengan jarak elektroda 5 cm.

Tegangan Listrik (Volt)Waktu(Menit)AbsorbansiC (ppm)Faktor PengencerC Akhir(ppm)% Removal Zat Warna

6 Volt450,053,76100375,6263,58

900,0463,4100340,0067,04

1350,032,67100266,7174,14

1800,032,49100248,9075,87

2250,032,28100228.3677,86

9 Volt450,053,54100354,3865,64

900,043,23100322,8868,69

1350,032,85100285,2072,35

1800,022,15100215,3479,12

2250,022,11100211,2379,52

12 Volt450,064,52100452,3356,15

900,043,34100333,8367,63

1350,042,93100292,7471,62

1800,032,10100210,5579,59

2250,032,06100206,4479,99

Tabel-3 Penurunan zat warna direct black 38 pada variasi waktu dan tegangan listrik dengan jarak elektroda 7 cm.Tegangan Listrik (Volt)Waktu(Menit)AbsorbansiC(ppm)

Faktor PengencerC Akhir(ppm)% Removal Zat Warna

6 Volt450,064,49100449,5956,41

900,032,26100226,3078,06

1350,032,23100223,5778,33

1800,171,6710116,7488,68

2250,139,331093,3190,95

9 Volt450,043,18100318,0869,16

900,042,95100295,4871,35

1350,032,73100272,8873,54

1800,032,15100215,3479,12

2250,021,62100161,9284,30

12 Volt450,064,18100418,0859,47

900,043,28100327,6768,23

1350,053,43100343,4266,70

1800,053,61100361,2364,98

2250,032,10100210,5579,59

LAMPIRAN IICARA PEROLEHAN DATA (Uv-vis Varian Cary 50)

a. Penentuan panjang gelombang maksimum dengan menggunakan limbah sarung tenun sebelum dilakukan proses elektrokoagulasi1. Memastikan bahwa peralatan ( uv-vis varian cary 50) sudah menyala.2. Mengklik button Start3. Memilih menu All Program kemudian Cary Win Uv dan pilih scan sehingga tampil window scan dan tunggu sampai proses inisialisasi selesai.4. Mengklik button Setup sehingga tampil window setup dan atur parameter sebagai berikutCary instrument control: X mode, Start (nm): Panjang gelombang awal scan Stop (nm): Panjang gelombang akhir scan Y mode, Mode: Abs atau %T Y min/max: mengatur skala absorbansi atau %T yang diinginkan Scan Control: memilih medium Display option: memilih overlay data Beam Mode: memilih dual beamBaseline: Correction: mengatur baseline correction yang diinginkan

Report: Name: memasukkan nama operator Comment: masukkan komentar Options: melakukan pengaturan terhadap format report dan pilihan printing Peak Table: mengatur tampilan atau laporan peak pada peak tableAuto store: Storage: memilih storage on (prompt at start)5. Setelah selesai pengaturan parameter klik button Ok.6. Mengklik button zero untuk mengnolkan sistem.7. Jika memilih baseline correction, klik button Baseline untuk mengukur baseline. Masukkan blanko pada cuvet kemudian klik Ok.8. Mengklik button start.9. Jika tampil permintaan penyimpanan file, atur penamaan dan penyimpanan file kemudian klik Ok.10. Memasukkan nama sampel kemudian klik Ok untuk memulai scan sampel.11. Mengulangi langkah 8-10 untuk melakukan scan sampel berikutnya.12. Jika perlu lakukan penyimpanan method, pada menu file pilih save method As sehingga tampil dialog box save As.13. Memasukkan nama file kemudian klik save.

b. Pembuatan kurva standar1. Memastikan bahwa peralatan ( uv-vis varian cary 50) sudah menyala.2. Mengklik button start.3. Memilih menu All Program kemudian cary win UV dan pilih concentration sehingga tampil window concentration dan tunggu sampai proses inisialisasi selesai.4. Mengklik button setup sehingga tampil window setup dan atur parameter sebagai berikutCary: Wavelength: memasukkan panjang gelombang pembacaan Ave time: mengatur waktu averaging pembacaan Y mode: memilih absorbance Ymin/max: mengatur skala absorbansi yang diinginkan Replicates : mengatur pengulangan pembacaan contoh 3 replicatesStandard:Memastikan bahwa calibrate during telah terpilih Unit: unit konsentrasi Standarts: memasukkan jumlah level standard Conc: mengatur tipe kurva kalibrasi Min R2: memasukkan min koefisien korelasiSamples: No. of samples: jumlah sampel Sample names: mengatur nama sampel

Report: Name: masukkan nama operator Comment: masukan komentar Options : melakukan pengaturan terhadap format report dan pilihan printingAuto Store: Storage: memilih storage on (prompt at start)5. Setelah selesai pengaturan parameter klik button Ok.6. Mengklik button zero untuk mengnolkan system, masukan blanko kemudian klik Ok.7. Mengklik button start sehingga tampil dialog box standard/sample selection.8. Memastikan standard dan sample yang akan dibaca terpilih pada selected for analysis list kemudian klik Ok. 9. Jika tampil permintaan pentimpanan file, atur persamaan dan penyimpanan file.10. Memasukkan standard dan sample yang sesuai kemudian klik Ok.11. Mengulangi langkah 10 untuk sample berikutnya.12. Jika perlu lakukan penyimpanan method, pada menu file pilih save Method As sehingga tampil dialog box Save As.13. Memasukkan nama file kemudian klik Save.14. Jika perlu lakukan penyimpanan data, pada menu File pilih Save Data As sehingga tampil dialog box Save As.15. Memasukkan nama file kemudian klik Save.c. Penentuan absorbansi larutan sample pada panjang gelombang maksimum1. Memastikan bahwa peralatan ( uv-vis varian cary 50) sudah menyala.2. Mengklik button start.3. Memilih menu All program kemudian cary win UV dan pilih simple read sehingga tampil window Simple Reads Gan menunggu sampai proses inisialisasi selesai.4. Mengklik button Setup sehingga tampil window Setup dan mengatur parameter sebagai berikutCary: Read Mode: mengatur panjang gelombang pembacaan Ave time: mengatur waktu averaging pembacaan Y mode: memilih abs 5. Setelah selesai pengaturan parameter klik button Ok.6. Memasukkan blanko kemudian klik button Zero untuk menolkan sistem.7. Menempatkan sample pads sample compartment kemudian klik button Read.8. Mengulangi langkah 7 untuk mengukur sample berikutnya.

21