36
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan penyakit lain, karena karies gigi dapat mengganggu aktifitas seseorang dalam pelaksanakan tugasnya sehari-hari. Akibat yang ditimbulkan oleh karies gigi ini bermacam-macam mulai dari yang ringan sampai yang berat, oleh karena salah satu penyebab dari karies gigi adalah adanya aktifitas bakteri. Bakteri yang bersarang pada karies gigi itu bisa menembus ke pembuluh darah dan akhirnya mengumpul di jantung. Di Indonesia penyakit gigi dan mulut yang bersumber dari karies gigi menjadi urutan tertinggi yaitu sebesar 45,68% dan termasuk dalam 10 besar penyakit yang diderita oleh masyarakat (Sugito, 2000). Selanjutnya dari hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan menyebutkan prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05% (Zatnika, 2010), dan dari penelitian yang dilakukan oleh Astoeti (2010) bahwa di Jakarta, 90% anak mengalami masalah gigi berlubang dan 80% menderita penyakit gusi. Angka ini diduga akan

Lapsus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vchchch

Citation preview

24

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies gigi adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan penyakit lain, karena karies gigi dapat mengganggu aktifitas seseorang dalam pelaksanakan tugasnya sehari-hari. Akibat yang ditimbulkan oleh karies gigi ini bermacam-macam mulai dari yang ringan sampai yang berat, oleh karena salah satu penyebab dari karies gigi adalah adanya aktifitas bakteri. Bakteri yang bersarang pada karies gigi itu bisa menembus ke pembuluh darah dan akhirnya mengumpul di jantung. Di Indonesia penyakit gigi dan mulut yang bersumber dari karies gigi menjadi urutan tertinggi yaitu sebesar 45,68% dan termasuk dalam 10 besar penyakit yang diderita oleh masyarakat (Sugito, 2000). Selanjutnya dari hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan menyebutkan prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05% (Zatnika, 2010), dan dari penelitian yang dilakukan oleh Astoeti (2010) bahwa di Jakarta, 90% anak mengalami masalah gigi berlubang dan 80% menderita penyakit gusi. Angka ini diduga akan lebih parah lagi di daerah-daerah, serta anak-anak dari golongan ekonomi menengah ke bawah.Banyak sekali faktor yang dapat memicu proses terjadinya karies, yaitu faktor host (struktur gigi, saliva), diet (pola makan), Mikroorganisme dan waktu. Teori Miller mengatakan bahwa permulaan karies disebabkan oleh terjadinya proses dekalsifikasi substansi keras gigi karena adanya produk asam. Sebagai sumber asam adalah aktifitas bakteri yang memfermentasi karbohidrat. Dalam rongga mulut terdapat banyak jenis mikroorganisme yang merupakan flora normal, dan mikroorganisme ini hidup dalam keseimbangan dengan hospesnya. Bakteri sangat berperan pada proses terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Definisi dan Etiologi Karies?

2. Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan Karies?

3. Bagaimana pencegahan Pada Karies?

1.3 TUJUAN

1. Bagaimana Definisi dan etiologi Karies?

2. Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan Karies?

3. Bagaimana pencegahan Pada Karies?

1.4 MANFAAT1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu gigi dan mulut pada khususnya.

2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu gigi dan mulut.

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama

: Tn. AAlamat

: GondanglegiUmur

: 83 tahun

Kelamin

: laki-lakiPekerjaan

: SwastaStatus

: MenikahTanggal periksa: 13 Mei 2013II. RIWAYAT KASUS

Keluhan Utama : ingin pasang gigi tiruan Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang dengan keluhan minta dipasang gigi tiruan untuk gigi depan atas dan gigi depan bawah. Riwayat perawatan

a. Gigi : pasien sering mencabut giginya sendirib. Jaringan lunak rongga mulut dan sekitarnya : Belum pernah melakukan perawatan rongga mulut sebelumnya. Riwayat kesehatan

Kelainan darah

: (-)

Kelainan endokrin

: (-)

Gangguan nutrisi

: (-)

Kelainan jantung

: (-)

Kelainan kulit/ kelamin

: (-) Gangguan pencernaan

: (-)

Gangguan respiratori

: (-)

Kelainan imunologi

: (-) Gangguan TMJ

: (-) Tekanan darah

: 140/70 mmHg Diabetes mellitus

: (-)

Lain-lain

: (-)

Obat-obatan yang telah /sedang dijalani : Tidak ada Keadaan sosial/kebiasaan : Pasien berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke bawah Sikat gigi 2x sehari saat mandi pagi dan sore Merokok Minum kopi Riwayat Keluarga : a. Kelainan darah

: tidak ada kelainan

b. Kelainan endokrin

: tidak ada kelainan

c. Diabetes melitus

: tidak ada kelainand. Kelainan jantung

: tidak ada kelainan

e. Kelainan syaraf

: tidak ada kelainan

f. Alergi

: tidak ada kelainan

g. lain-lain

: -III. PEMERIKSAAN KLINIS

1. EKSTRA ORAL : a. Muka

: Simetrisb. Pipi kiri

: tidak ada kelainanc. Pipi kanan

: tidak ada kelainand. Bibir atas

: tidak ada kelainan

bibir bawah

: tidak ada kelainand. Sudut mulut

: tidak ada kelainane. Kelenjar submandibularis kiri : tidak teraba/ tidak ada kelainan kanan : tidak teraba/ tidak ada kelainan

f. Kelenjar submentalis

: tidak teraba/ tidak ada kelainang. Kelenjar leher

: tidak teraba/ tidak ada kelainanh. Kelenjar sublingualis

: tidak teraba/ tidak ada kelainan

i. Kelenjar parotis

: tidak teraba/ tidak ada kelainan2. INTRA ORAL :

a. Mukosa labial atas

: tidak ada kelainanMukosa labial bawah

: tidak ada kelainan

b. Mukosa pipi kiri

: tidak ada kelainan Mukosa pipi kanan

: tidak ada kelainan

c. Bukal fold atas

: tidak ada kelainan

Bukal fold bawah

: tidak ada kelainand. Labial fold atas

: tidak ada kelainan Labial fold bawah

: tidak ada kelainane. Ginggiva rahang atas

: hiperemi Ginggiva rahang bawah kiri : hiperemif. Lidah

: tidak ada kelainang. Dasar mulut

: tidak ada kelainan

h. Palatum

: tidak ada kelainan

i. Tonsil

: tidak ada kelainanj. Pharynx

: tidak ada kelainan

k. Lain lain

: tidak ada kelainan

Keterangan : 1= gangren radiks

Sondase (-), Perkusi (-), Palpasi (-), CE (-) 3= karies servikal

Sondase (-), Perkusi (-), Palpasi (-), CE (-)54321 23456

432 234 = kalkulus

44= luksasi

876 78

8761 15678= post ekstraksi

IV. DIAGNOSE SEMENTARA : 1= gangren radiks

3= karies servikal

54321 23456

432 234 = kalkulus

44= luksasi

V. RENCANA PERAWATAN :

1= pro ekstraksi 3= pro ekstraksi54321 23456

432 234 = pro scalling 44= pro ekstraksi

876 78

8761 15678= Pro pemasangan gigi tiruan1. Pengobatan : R/ Asam mefenamat tab mg 500 No. IX

S 3 dd tab 1

R/ Amoxicillin tab mg 500 No. IX S 3 dd tab 1

2. Pemeriksaan Penunjang : Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi : -Lab.Patologi anatomi

: -

Sitologi

: -

Biopsi

: -

Lab.Mikrobiologi

: -

Bakteriologi

: -

Jamur

: -

Lab.Patologi Klinik

: -

3. Rujukan : Poli Penyakit Dalam

: -

Poli THT

: -

Poli Kulit & Kelamin

: -

VI. DIAGNOSE AKHIR :

1= gangren radiks

3= karies servikal

54321 23456

432 234 = kalkulus

4 4

= luksasi

LEMBAR PERAWATAN

TanggalElemenDiagnosaTherapiKeterangan

13-05-2013

1

354321 23456

432 234

4 4

876 78

8761 15678

gangren radiks Karies servikal

Kalkulus

Luksasi

Post ekstraksiPro Extraksi

R/ Amoxicillin 500mg Tab No. IX

3 dd tab 1

R/ Asam Mefenamat 500mg Tab No. IX

3 dd tab 1

Pro ekstraksiPro scalling

Pro ekstraksi

Pro pemasangan gigi tiruanKIE: Menjaga kebersihan rongga mulut dengan menggosok gigi 2 x sehari sesudah makan dan sebelum tidur

Periksa ke dokter gigi 6 bulan sekali

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. KARIES GIGI3.1.1 Pengertian Karies Gigi

Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.

Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu.

3.1.2 Klasifikasi Karies Gigi

Gambar 3.1. Anatomi Gigi Sehat dan Gigi Karies

3.2.1. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)

a. Karies Superfisialis

di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.

Gambar 3.2. Karies Superfisialisb. Karies Media

di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

Gambar 3.3. Karies Media

c. Karies Profunda

di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah

mengenai pulpa.

Gambar 3.4. Karies Profunda3.2.2. Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya

a. Karies Ringan

Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email (iritasi pulpa).

b. Karies Sedang

Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin (hiperemi pulpa).

c. Karies Berat/Parah

Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun pulpa terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior sudah meluas ke bagian pulpa.

Menurut Parkin dalam G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi dapat dibagi atas 5, yaitu:

a. Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi posterior.

b. Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan oklusal dan bagian aproksimal gigi posterior.

c. Kelas III adalah karies yang mengenai bagian aproksimal gigi anterior.

d. Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian aproksimal dan meluas ke bagian insisal gigi anterior.

e. Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi anterior dan posterior.

Gambar 3.5 Karies servical

3.1.3 Etiologi Karies Gigi

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada 4 (empat) faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu, yang digambarkan sebagai empat lingkaran yang bertumpang tindih.

Gambar 3.6. Model Empat Lingkaran Penyebab KariesUntuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama. 1. Faktor Host (Tuan Rumah)

Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor kimia dan kristalografis, saliva. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies adalah pit dan fisure pada permukaan oklusal dan premolar. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.

Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies dari pada gigi tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik dan air dari pada mineral, dan secara kristalografis mineral dari gigi tetap lebih padat bila dibandingkan dengan gigi susu. Alasan mengapa susunan kristal dan mineralisasi gigi susu kurang adalah pembentukan maupun mineralisasi gigi susu terjadi dalam kurun waktu 1 tahun sedangkan pembentukan dan mineralisasi gigi tetap 7-8 tahun.

Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH.

2. Faktor Agent (Mikroorganisme)

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.

Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda, pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarus, serta beberapa strain lainnya, selain itu dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa beberapa spesies Actinomyces.

Plak bakteri ini dapat setebal beratus-ratus bakteri sehingga tampak sebagai lapisan putih. Secara histometris plak terdiri dari 70% sel-sel bakteri dan 30% materi interseluler yang pada pokoknya berasal dari bakteri.3. Pengaruh Substrat atau DietFaktor subtrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyababkan timbulnya karies.Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel. Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan gigi, sebaliknya pada orang dengan diet banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak memliki karies gigi.4. Faktor WaktuSecara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas perusakan dan perbaikan yang silih berganti.Adanya saliva di dalam lingkungan gigi mengakibatkan karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini. 3.1.4 Pencegahan

1. Pencegahan PrimordialTindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur enamel dan dentin atau gigi pada umumnya. Seperti kita ketahui yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan gigi kecuali protein untuk pembentukan matriks gigi, vitamin (vitamin A, vitamin C, vitamin D dan mineral (Calcium, Phosfor, Fluor, dan Magnesium) juga dibutuhkan. Pada ibu-ibu yang sedang mengandung sebaiknya diberikan kalsium yang diberikan dalam bentuk tablet, dan air minum yang mengandung fluor karena hal ini akan berpengaruh terhadap pembentukan enamel dan dentin bayi yang akan dilahirkan.

2. Pencegahan Primer Hal ini ditandai dengan:

a. Upaya meningkatkan kesehatan (health promotion)

Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan plak yang efektif atau cara menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor dan menggunakan benang gigi (dental floss).

b. Memberikan perlindungan khusus (spesific protection)

Upaya perlindungan khusus yaitu untuk melindungi host dari serangan penyakit dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. Aplikasi pit dan fisur silen merupakan upaya perlindungan khusus untuk mencegah karies.

3. Pencegahan Sekunder

Yaitu untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh melakukan penambalan pada gigi dengan lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas.a. Diagnosa Dini

Penegakan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal yang sangat penting sejak disadari bahwa karies bukan hanya suatu proses demineralisasi saja melainkan proses destruksi dan reparasi yang silih berganti.

Untuk menentukan tanda awal karies diperlukan penglihatan tajam. Biasanya pemeriksaan tanda awal karies diperlukan sonde yang tajam sampai terasa menyangkut. Sebaiknya hal ini jangan dilakukan pada lesi karies yang masih baru mulai karena sonde tajam akan merusak lesi karies yang masih baru mulai dan sonde akan membawa bakteri ke dalam karies sehingga penyebaran karies akan semakin cepat.

b. Tindakan

b.1. Penambalan

Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan dengan sendirinya, dengan pemberian obat-obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan melakukan pemboran, yang pada akhirnya gigi tersebut akan ditambal. Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah pembersihan gigi yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak dan jaringan gigi yang sehat di sekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan terjadinya infeksi ulang. Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi atau di sekeliling gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak amalgam, resin komposit, semen ionomer kaca, emas tuang, porselen.b.2. Pencabutan Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan sudah sukar

dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Dalam proses pencabutan maka pasien akan dibius, di mana biasanya pembiusan dilakukan lokal yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat pasien tidak merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan.

4. Pencegahan Tersier

Adalah pelayanan yang ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang

dilakukanuntuk mencegah kehilangan fungsi, yang meliputi:

a. Pembatasan Cacat (Disability Limitation), merupakan tindakan pengobatan yang parah, misalnya pulp capping, pengobatan urat syaraf (perawatan saluran akar), pencabutan gigi dan sebagainya.

b. Rehabilitasi (Rehabilitation), merupakan upaya pemulihan atau pengembalian fungsi dan bentuk sesuai dengan aslinya, misalnya pembuatan gigi tiruan (protesa). 3.1.5 Diagnosis karies gigi dan penanganannyaa. Karies Dini/karies email tanpa kapitas yaitu karies yang pertama terlihat secara klinis, berupa bercak putih setempat pada emailAnamnesis

Terdapatnya bintik putih pada gigiPemeriksaan Objektif

Ekstra oral ; tidak ada kelainan

Intra oral ; Kavitas (-) , lesi putih (+)Terapi

Pembersihan gigi, diulas dengan flour

Edukasi pasien/ Dental Health Educationb. Karies dini/karies email dengan kavitas yaitu karies yang terjadi pada email sebagai lanjutan dari karies diniAnamnesa

Gigi bisa terasa ngiluPemeriksaan objektif

Ekstra oral ; tidak ada kelainan

Intra oral ; Kavitas (+) baru mengenai emailTerapi

Dengan penambalanc. Karies dengan dentin terbuka/dentin Hipersensitif yaitu peningkatan sensitive akibat terbukanya dentinAnamnesa

Kadang-kadang rasa ngilu waktu kemasukan makanan

Waktu minum dingin, asam dan asin

Rasa ngilu hiang setelah rangsangan dihilangkan

Tidak ada rasa sakit spontanPemeriksaan objektif

Pemeriksaan ekstraoral tidak ada kelainan

Pemeriksaan intraoral : kavitas baru mengenai emailTerapi

Dengan penambaland. Pulpitis reversibel/hiperemi pulpitis/pulpitis awal yaitu peradangan pulpa awal sampai sedang akibat rangsangan.Anamnesa

Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin

Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus

Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkanPemeriksaan Objektif

Ekstra oral : Tidak ada pembengkakan

Intra oral :

Perkusi tidak sakit

Karies mengenai dentin/karies profunda

Pulpa belum terbuka

Sondase (+)

Chlor etil (+)TerapiDengan penambalan /pulp cafing dengan penambalan Ca(OH) 1 minggu untuk membentuk sekunder dentine. Pulpitis irreversibel yaitu radang pulpa ringan yang baru dapat juga yang sudah berlangsung lama

Pulpitis irreversibel terbagi :1) Pulpitis irreversibel akut yaitu peradangan pulpa lama atau baru ditandai dengan rasa nyeri akut yang hebat

Anamnesa

Nyeri tajam spontan yang berlangsung terus-menerus menjalar kebelakang telinga

Penderita tidak dapat menunjukkan gigi yang sakit

Pemeriksaan ObjektifEkstra oral : tidak ada kelainan

Intra oral :

Kavitas terlihat dalam dan tertutup sisa makanan

Pulpa terbuka bisa juga tidak

Sondase (+)

Khlor ethil (+)

Perkusi bisa (+) bisa (-)

Terapi

Menghilangkan rasa sakit

Dengan perawatan saluran akar2) Pulpitis irreversibel kronis yaitu Peradangan pulpa yang berlangsung lama

Anamnesa

Gigi sebelumnya pernah sakit

Rasa sakit dapat hilang timbul secara spontan

Nyeri tajam menyengat, bila ada rangsangan seperti; panas, dingin, asam, manis

Penderita masih bisa menunjukkan gigi yang sakit

Pemeriksaan Objektif

Ekstra oral ; tidak ada pembengkakan

Intra oral ;

Karies profunda, bisa mencapai pulpa bisa tidak

Sondase (+)

Perkusi (-)3.2. GIGI GOYANG (GIGI MOBILITI)3.2.1. Definisi

Gigi Goyang diartikan sebagai pergerakan gigi pada dataran vertikal atau horizontal. Derajatnya tergantung pada lebar ligamen periodontal, area perlekatan akar, elastisitas prosesus alveolar dan fungsi dari masing-masing gigi. Dalam keadaan yang normal gigi juga memiliki derajat mobiliti. Mobiliti ini disebut sebagai mobiliti fisiologis. Mobiliti fisiologis paling besar terjadi di pagi hari karena adanya peningkatan sewaktu tidur dan secara perlahan berkurang di siang hari setelah gigi menerima tekanan fungsional dari pengunyahan, penelanan, dan ketika berkontak dengan antagonisnya.

Batas mobiliti fisiologis ini adalah 0,15 mm. Mobiliti yang melebihi rentang fisiologis disebut sebagai mobiliti yang abnormal atau patologis. Disebut patologis karena melebihi batas nilai mobiliti normal yang mampu diterima oleh periodonsium.3.2.2. Etiologi

Mobility di luar batas fisiologis dinyatakan sebagai mobility yang abnormal atau patologis. Dikatakan patologis karena melampaui batas mobility normal, dan bukan dari adanya proses penyakit periodontal pada waktu pemeriksaan.Mobility patologis disebabkan oleh beberapa faktor :1. Kehilangan dukungan gigi (kehilangan tulang). Tingkat mobility tergantung pada keparahan dan distribusi kehilangan jaringan pada setiap permukaan akar gigi, panjang dan bentuk akar, dan ukuran akar gigi dibandingkan dengan mahkota. Dalam hal jumlah kehilangan tulang yang sama, gigi dengan akar yang pendek dan lancip lebih cenderung menjadi goyang dibandingkan gigi dengan ukuran akar yang normal atau bulat. Karena kehilangan tulang bukanlah satu-satunya penyebab terjadinya mobility gigi dan mobility biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, maka keparahan mobility gigi tidak selalu berkaitan dengan kehilangan tulang.2. Trauma dari oklusi. Kerusakan yang disebabkan oleh tekanan oklusal yang berlebihan atau yang terjadi karena kebiasaan oklusal seperti bruxism dan clenching, yang diperhebat oleh stres emosional sering merupakan penyebab mobility gigi. Mobility juga meningkat karena hipofungsi. Mobility yang disebabkan oleh trauma dari oklusi pada awalnya terjadi akibat resorpsi lapisan cortical tulang, dan belakangan sebagai fenomena adaptasi yang disertai pelebaran ruang ligamen periodontal.3. Penjalaran inflamasi dari gingiva ke ligamen periodontal menyebabkan perubahan degeneratif yang meningkatkan mobility. Perubahan biasanya terjadi pada penyakit periodontal yang telah mulai melanjut, tetapi kadang-kadang mobility dijumpai juga pada gingivitis yang parah. Penyebaran inflamasi dari abses periapikal akut menyebabkan mobility gigi yang temporer tanpa dijumpainya penyakit periodontal. Mobility juga meningkat secara temporer beberapa waktu setelah bedah periodontal.4. Mobility gigi meningkat pada waktu kehamilan, dan kadang-kadang berkaitan dengan siklus menstruasi atau penggunaan kontrasepsi hormonal. Peningkatan mobility ini terjadi pada pasien dengan atau tanpa penyakit periodontal, yang diduga disebabkan oleh perubahan fisikokhemikal pada jaringan periodonsium. Mobility bisa juga disebabkan oleh proses penyakit pada rahang yang merusak tulang alveolar dan/atau akar gigi, seperti osteomielitis dan tumor rahang.3.2.3. Stadium dan derajat gigi mobiliti

Mobility gigi terjadi dalam dua tingkatan/stadium : (1) Stadium initial atau stadium intra-socket. Pada stadium ini gigi bergerak dalam batas ruang ligamen periodontal. Hal ini berkaitan dengan perubahan visko-elastik dari ligamen dan redistribusi cairan periodontal, kandungan interbundel dan serat-serat. (2) Stadium sekunder, stadium ini terjadi secara bertahap dan mencakup deformasi elastis pada tulang alveolar sebagai respon terhadap gaya horozontal yang meningkat. Gigi juga mengalami perubahan letak oleh pengaruh tekanan yang mengenai mahkota, tapi tidak sampai pada keadaan yang berarti secara klinis.

Jika tekanan yang biasa dikenakan pada gigi sewaktu beroklusi dihentikan, gigi akan kembali ke posisi semula dalam dua stadium : stadium pertama adalah elastic recoil yang cepat seperti per, stadium kedua adalah gerak pemulihan (recovery) yang lambat dan asimtomatis. Gerak pemulihan adalah berupa denyutan yang tampaknya berhubungan dengan denyut normal pembuluh darah jaringan periodontal, yang sinkron dengan denyut jantung.Ada 4 macam derajat kegoyangan pada gigi :

a. Derajat 1 : bila penderita merasakan adanya kegoyangan gigi, tetapi operator tidak melihat ada kegoyangan

b. Derajat 2 : gigi terasa goyang dan terlihat goyang

c. Derajat 3 : kegoyangan gigi ke arah horizontal oleh lidah

d. Derajat 4 : kegoyangan gigi ke arah horizontal dan vertikal oleh lidah

e. Gigi lepas (Avusi)

Gigi lepas sebelum waktunya, karena sakit kalau dipakai untuk mengunyah dan menggigit makanan sehingga fungsinya hilang (Depkes. R.I., 1996)Klasifikasi derajat kegoyangan gigi yang lain yaitu:

Derajat 1: Kegoyangan yang sedikit lebih besar daripada normalDerajat 2: kegoyangan gigi sekitar 1 mm

Derajat 3: Kegoyangan gigi lebih besar dari 1mm pada segala arah dan atau gigi dapat ditekan kearah apikal3.2.4. Perawatan gigi mobiliti

Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi ataupun menghilangkan mobiliti yang ada, menghindari terjadinya migrasi gigi yang lebih jauh, mengurangi perubahan radiografis yang terjadi, memperbaiki kontak prematur dan fremitus serta memperoleh kenyamanan dalam pengunyahan. Untuk itu satu atau beberapa perawatan berikut dapat dilakukan;1. Penyingkiran faktor inflamasiPerawatan yang dilakukan terhadap pasien dengan inflamasi periodonsium adalah untuk menyingkirkan faktor inflamasi yang terdapat pada jaringan periodonsium sehingga diperoleh jaringan yang lebih sehat. Bentuk perawatan periodontal berupa terapi bedah dan non bedah bisa dilakukan agar tujuan dari perawatan dapat diperoleh, diantaranya:a. Skeling dan penyerutan akarEfek menguntungkan dari skeling dan penyerutan akar yang dikombinasi dengan kontrol plak yang adekuat dari pasien telah terbukt i mampu mengurangi inflamasi, mengurangi keberadaan mikroba patogen, mengurangi kedalaman saku dan mengurangi terjadinya perkembangan penyakit.b. Penggunaan obat lokal dan sistemikc. Terapi bedah2. Penyingkiran penyebab trauma karena oklusiPerawatan terhadap gejala trauma karena oklusi harus dilakukan bersamaan dengan terapi periodontal. Karena penyingkiran tekanan oklusi yang traumatik pada keadaan periodontitis tidak akan membantu mengurangi mobiliti gigi dan regenerasi tulang alveolar.6 Oleh karena itu, sejumlah perawatan yang berhubungan harus dipertimbangkan termasuk satu atau beberapa hal dibawah ini:a). Penyelarasan oklusalb). Memperbaiki kebiasaan parafungsi

c). Stabilisasi temporer, provisional atau jangka panjang menggunakan alat lepasan atau cekat

d). Pergerakan gigi dengan menggunakan alat ortodonti

e). Rekonstruksi oklusal

f). Ekstraksi gigi

BAB VI

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.Pada pasien didapatkan karies pada gigi 1 dan 3 kiri atas, pada gigi 1 terjadi gangren radiks sedangkan pada gigi 3 kiri atas adalah karies servikal yang apabila dimasukkan penggolongan karies Menurut Parkin dalam G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi pada pasien ini merupakan karies kelas V, yaitu karies yang mengenai bagian servikal gigi anterior dan posterior. Pasien juga sudah mengalami banyak kehilangan gigi, sehingga perlu di lakukan pembuatan gigi tiruan untuk pasien. Pada gigi 4 kanan kiri bawah pasien mengalami luksasi, sehingga perlu dipenanganan sebelum dibuatkan gigi tiruan. DAFTAR PUSTAKAAngus C, Richard P, eds. Handbook of pediatric dentistry: 3rd edition. Australi: Mosby 2008: 9-37, 71-93.

C. Chaussain M dkk. Clinical evaluation of the Carisolv chemomechanical caries removal technique according to the site/stage concept, a revised caries classification. Clin Oral Invest 2003; 7: 32-37Elkholany NR, Abdellaziz KM. Chemo-mechanical method: a valueable alternative for caries removal. J Minm Interv Dent 2009;2(4) : 248-60.

Graham J. Mount. Minimal intervention dentistry: cavity classification & preparation. J Minm Intev Dent 2009; 2:150-62.

J. A. Beely. Chemomechanical caries removal : a review of the techniques and latest developments. Br Den J 2000; 188(8): 427-30.

Richard R, Monty S Duggal, Marie T H, eds. Pediatric Dentistry: 3rd Edition New York: Oxford University Press, 2005: 30, 149-199.

Sondang P, T. Hamada. Menuju gigi & mulut sehat: pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 2,4,70-73.

Steffen M. An introduction to minimum intervention dentistry. Singapore Den J 2005; 27(1): 1-6.

Sterer N, Shavit L. Effect of chemomechanical excavation (Carisolv TM) on residual cariogenic bacteria. J Minm Intev Dent 2008; 1(1): 59-65.

Tarigan R. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates, 1990 :1,8-12,36-48.

Venna S Pai, Roopa R Nadig. Chemical analysis of dentin surfaces after Carisolv treatment. J Conserv Dent 2009; 12(3)

Vivek S. Hedge, Roheet A Khatavkar.A new dimension to conservative dentistry: air abrasion. J Conserv Dent 2010; 13(1) : 4-8.

Zuhal K, Taskin G, Yucel Y. Clinical evaluation of chemomechanical and mechanical caries removal: status of the restoration at 3, 6, 9 and 12 month. Clin Oral Invest 2007;

C

1 2 3 4 5 6 7 8 8

1 2 3 4 5 6 7 8

I II III IV V

C

C

C

luksasi

luksasi

V IV III II I

V IV III II I I

8 7 6 5 4 3 2 1

8 7 6 5 4 3 2 1

I II III IV V

C

C

C

C

C

C

C

C

C

C