Upload
bang-manto
View
8
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapsus
Citation preview
BAB I
STATUS PASIEN
1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Pangkep
Pekerjaan : Wirasuasta
Pendidikan : SMA
No. Medik : 138962
Tanggal Masuk : 09 Mei 2016
Tanggal Periksa : 18 Mei 2016
1.2. ANAMNESA (alloanamnesa)
A. Keluhan Utama
Sakit kepala
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD IBSI dengan keluhan sakit kepala sejak 1 minggu
yang lalu secara tiba-tiba, Sakit kepala tidak disertai mual dan muntah. pasien
sempat tidak sadarkan diri beberapa saat, setelah sakit kepala muncul. Setelah
sadar, pasien sempat berbicara tidak nyambung , pasien juga merasa penglihatan
kabur. Os tidak pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi diakui tapi tidak terkontrol.
Riwayat Diabetes Melitus disangkal
Riwayat trauma disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengeluh adanya keluhan yang sama seperti
yang dirasakan pasien.
E. RIWAYAT HABITUASI
Merokok (-), alkohol (-), Os mengaku jarang olahraga.
1.3. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Nadi : 90x/menit reguler
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,5°C
Turgor : Baik
Gizi : Baik
Kepala : Normocephal
Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterik -/-
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
Thoraks : Simetris bilateral
Jantung : BJ I, BJ II reguler murni, Murmur (-), Gallops
(-)
Paru : Vesikuler Ka = Ki ; Rhonki -/- ; Wheezing -/-
Abdomen : Datar, lembut, nyeri tekan (-), bising usus normal
Extremitas : Akral hangat, edema -/-, turgor baik
B. Pemeriksaan Neurologi
1. Inspeksi:
Kepala : Normocephal, tidak ada deformitas
2. Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : -
Brudzinski 1 : -
Brudzinski 2 : -
Brudzinski 3 : -
Brudzinski 4 : -
Laseque : -/-
Kernig : -/-
3. Saraf otak
N. cranialis Kanan Kiri
N. I (Olfaktorius) Penciuman Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. II (Optikus)
Ketajaman Penglihatan
Refleks cahaya langsung DBN DBN
N. III (Okulomotorius)/ N. IV
(Troklearis)/ N. VI (Abdusens)
Ptosis (-) (-)
Pupil
Refleks cahaya tak langsung
Posisi mata
Gerakan bola mata
Nistagmus
Isokor, D : 2,5 mm
+
Ortoforia
DBN
-
Isokor, D : 2,5 mm
+
Ortoforia
DBN
-
N. V (Trigeminus)
Sensorik
Oftalmicus
Maksillaris
Mandibularis
Motorik
Refleks mengunyah
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
N. VII (Facialis)
Memejamkan mata
Lipatan nasolabial
DBN
DBN
DBN
Kesan asimetris kiri
N. VIII (Vestibulokoklearis)
Pendengaran
Keseimbangan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IX (Glosofaringeus) /N. X (Vagus)
Tidak dilakukan
N. XI ( Assesorius )
Menenggok kanan kiri
Mengangkat Bahu
DBN
DBN
N. XII ( Hipoglossus )
Gerakan Lidah
Lidah deviasi
Artkulasi lidah
DBN
4. Motorik
Pemeriksaan Kekuatan Tonus Atrofi Fasikulasi
Anggota badan atas Parese kiri ( )
Baik/baik - -
Anggota badan bawah Parese kiri( )
Baik/baik - -
5. Sensorik
Pemeriksaan Permukaan Dalam
Anggota badan atas n n
Batang tubuh n n
Anggotabadanbawah n n
6. Vegetatif
BAK : Dalam batas normal
BAB : Dalam batas normal
7. Koordinasi
Cara bicara : Disartria Motorik
Tremor : Tidak ada
8. Refleks
Reflek fisiologis
Refleks Dextra / Sinistra
Biseps + / +
Triseps + / +
Brachioradialis + / +
Patella + / +
Achiles + / +
Reflek Patologis
Refleks Ekstremitas Dextra Ekstremitas Sinistra
Babinski - +
Chaddock - -
Openheim - -
Gordon - -
9. Pemeriksaan fungsi luhur
Hubungan psikis : Baik
Disartria Motorik
Ingatan : Jangka pendek : DBN
Jangka panjang : DBN
1.4. DIAGNOSA KERJA
Stroke Infark Karotis Kanan
1.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG/USULAN PEMERIKSAAN
1. Laboratorium :
- Darah rutin (Hb,Ht,Leukosit,Trombosit,Eritrosit)
- Kimia klinik (Ureum, Kreatinin, GDS, Asam Urat, Kolesterol, Trigliserida)
2. Pemeriksaan EKG
3. Radiologi :
- CT-scan
Hasil lab pada tanggal 11 Oktober 201 5
Darah Rutin
HEMATOLOGI :
HB : 15,1 g/dl
HCT : 44,1 %
WBC : 10,6 10.000/ul
PLT : 233 10.000/ul (+6)
KIMIA DARAH :
GDS : 104 mg/dl
Kolesterol total : 133 mg/dl
Kolesterol HDL : -
Kolesterol LDL : -
Trigliserid : -
1.6. TERAPI
IVFD RL 20gtt/i
Manitol 6 x 200 cc
Citicholine 2x500mg (inj)
Methylprednisolon 3x125 mg (inj)
Ketorolac 2x30 mg
Paracetamol 2x1 gr (inj)
Sohobion 1x1 amp (inj)
Omeprazole 40 mg 2x1 amp
CT-Scan Kepala
1.7. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
FOLLOW UP
Tanggal 9 Mei 2016
Keluhan : gangguan berbahasa
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 170 / 100 mmHg
Nadi : 90 x/menit reguler
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36.5 oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
- N III : GBM baik kesegala arah. Pupil bulat isokor
- N VII : Kesan parese sinistra sentral
- N XII : Kesan parese sinistra
Sensorik : DBN
Motorik
- Anggota badan atas :
- Anggota badan bawah :
Hasil Ct-Scan Kepala Foto Thorak
Kesan : Acute infark di daerah ganglia basalis kanan,
corona radiata kanan sentrum semiovale bilateral.
Terapi
IVFD RL 20gtt/i
Manitol 6 x 200 cc
Citicholine 2x500mg (inj)
Methylprednisolon 3x125 mg (inj)
Ketorolac 2x30 mg
Paracetamol 2x1 gr (inj)
Sohobion 1x1 amp (inj)
Omeprazole 40 mg 2x1 amp
Tanggal 10 Mei 2016
Keluhan : Lemah anggota gerak kiri, pusing (-)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 160 /100 mmHg
Nadi : 88 x/menit reguler
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36.7 oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
- N III : GBM baik kesegala arah. Pupil bulat isokor.
- N VII : Kesan parese sinistra sentral
- N XII : Kesan parese sinistra
Sensorik : DBN
Motorik
- Anggota badan atas :
- Anggota badan bawah :
Terapi
IVFD RL 20gtt/i
Manitol 6 x 200 cc
Citicholine 2x500mg (inj)
Methylprednisolon 3x125 mg (inj)
Ketorolac 2x30 mg
Paracetamol 2x1 gr (inj)
Sohobion 1x1 amp (inj)
Omeprazole 40 mg 2x1 amp
Hasil lab : GDS 216 mg/dl
Tanggal 11 Mei 2016
Keluhan : Anggota gerak kiri masih terasa lemah
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 160 / 100 mmHg
Nadi : 88 x/menit reguler
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36.5 oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
- N III : GBM baik kesegala arah. Pupil bulat isokor.
- N VII : Kesan parese sinistra sentral perbaikan
- N XII : Kesan parese sinistra perbaikan
Sensorik : DBN
Motorik
- Anggota badan atas : 5 / 3
- Anggota badan bawah : 5 / 3
Terapi
IVFD RL 20gtt/i
Manitol 6 x 200 cc
Citicholine 2x500mg (inj)
Methylprednisolon 3x125 mg (inj)
Ketorolac 2x30 mg
Paracetamol 2x1 gr (inj)
Sohobion 1x1 amp (inj)
Omeprazole 40 mg 2x1 amp
: : Lemah anggota gerak kiri perbaikan
Tanggal 12 Mei 2016
Keluhan Fisik
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150 / 100 mmHg
Nadi : 81 x/menit reguler
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36 oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
- N III : GBM baik kesegala arah. Pupil bulat isokor.
- N VII : Kesan parese sinistra sentral perbaikan
- N XII : Kesan parese sinistra perbaikan
Sensorik : DBN
Motorik
- Anggota badan atas :
- Anggota badan bawah :
Terapi
IVFD RL 20gtt/i
Manitol 6 x 200 cc
Citicholine 2x500mg (inj)
Methylprednisolon 3x125 mg (inj)
Ketorolac 2x30 mg
Paracetamol 2x1 gr (inj)
Sohobion 1x1 amp (inj)
Omeprazole 40 mg 2x1 amp
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENDAHULUAN
Stroke merupakan setiap kelainan otak akibat proses patologik pada
sistem pembuluh darah otak, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak.
Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau
emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding
pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri.
Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat
bersifat primer karena kelainan kongenital maupun degeneratif, atau sekunder
akibat proses lain, seperti peradangan, arteriosklerosis, hipertensi dan diabetes
melitus. Karena itu penyebab stroke sangat kompleks. Proses primer yang terjadi
mungkin tidak menimbulkan gejala (silent) dan akan muncul secara klinis jika
aliran dara h ke otak (CBF=cerebral blood flow) turun sampai ke tingkat
melampaui batas toleransi jaringan otak, yang disebut ambang aktivitas fungsi
otak (threshold of brain functional activity). Dalam bahasa Inggris disebut sebagai
cerebro-vascular accident.
Dua pertiga depan kedua belahan otak dan struktur subkortikal mendapat
darah dari sepasang a.carotis interna, sedangkan 1/3 bagian posterior yang
meliputi cerebellum, korteks occipital bagian posterior dan batang otak,
memperoleh darah dari sepasang a.vertebralis (a.basilaris). Jumlah aliran
darah otak dikenal dengan Cerebral Perfusion Pressure (CBF) dengan satuan
cc/menit/100 gram otak. Yang ditentukan oleh tekanan perfusi otak (Cerebral
Perfusion Pressure) dan resistensi cerebrovascular (Cerebrovascular Resistance)
CPP = MABP – ICPCVR CVR
Komponen CVR ditentukan oleh :
1. Tonus pembuluh darah otak
2. Struktur dinding pembuluh darah
3. Viskositas darah yang melewati pembuluh darah otak
Dalam keadaan normal dan sehat, rata-rata aliran darah otak adalah 50-60
cc/100 gram otak/menit. Dari percobaan pada hewan maupun manusia, ternyata
derajat ambang batas aliran darah otak yang secara langsung berhubungan dengan
fungsi otak, yaitu :
a. Ambang fungsional
Batas aliran darah otak, + 50-60 cc/100 gram/menit, yang bila tidak terpenuhi
akan menyebabkan terhentinya fungsi neuronal, tetapi integritas sel-sel saraf
masih utuh.
b. Ambang aktivitas listrik otak
Batas aliran darah otak, + 15 cc/100 gram/menit, yang bila tidak tercapai akan
menyebabkan aktivitas listrik neuronal terhenti, berarti sebagian struktur intrasel
telah berada dalam proses desintergrasi
c. Ambang kematian sel
Batas aliran darah otak otak, < 15 cc/100 gram/menit, yang bila tidak
terpenuhi akan menyebabkan kerusakan total sel-sel otak Pengurangan aliran
darah ke otak dapat tidak menimbulkan gejala (slient) dan akan muncul secara
klinis jika CBF turun sampai melampaui batas toleransi jaringan otak, yang
disebut ambang aktivitas fungsi otak (threshold of brain functional activity).
Keadaan ini menyebabkan sindrom klinik yang disebut stroke.
Bila kita berhadapan dengan stroke, berarti juga bahwa kita sedang
menghadapi berbagai masalah yang kompleks; tidak ada penyebab tunggal yang
mengakibatkan stroke. Proses patologik yang terjadi berubah dengan perubahan
waktu, banyak faktor-faktor risiko yang sangat berpengaruh dan seterusnya.
Oleh karena itu, penanggulangan stroke tidak akan mempunyai arti bila
faktor-faktor yang kompleks tersebut tidak dianggap sebagai satu kesatuan yang
saling berhubungan. Dengan adanya alat-alat diagnostik yang canggih akhir-akhir
ni, maka diagnostik penyakit-penyakti serebro vaskuler pada umumnya dan stroke
pada khususnya menjadi lebih akurat, dengan sendirinya dituntut pula pengobatan
yang lebih rasional dan dapat meramalkan prognosa yang lebih tepat.
2.2. ANATOMI OTAK
Otak memperoleh darah melalui 2 sistem, yakni sistem karotis (arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. A. karotis interna setelah
memisahkan diri dari a. karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak
melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosus, mempercabangkan
a.oftalmika untuk n. optikus dan retina, akhirnya bercabang dua : a. serebri
anterior dan a. serebri media. Untuk otak, sistem ini memberi darah bagi lobus
frontalis, parietalis, dan beberapa lobus temporalis.
Sistem vertebral dibentuk oleh a. vertebralis kanan dan kiri yang
berpangkal di a. subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis transversalis
di columna vertebralis cervikalis, masuk ke rongga cranium melalui foramen
magnum, lalu mempercabangkan masing-masing a. cerebelli inferor. Pada batas
medulla oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi a. basilaris, setelah
mengeluarkan ketiga cabang arteri pada tingkat mesensefalon a. basilaris
berakhir sebagai sepasang cabang: a. cerebri posterior yang melayani darah bagi
lobus occipitalis dan bagian medial lobus temporalis.
Ketiga pasang a. serebri ini bercabang-cabang menelusuri permukaan
otak dan beranastomosis satu dan lainnya.Cabang-cabang yang lebih kecil
menembus ke dalam jaringan otak dan juga saling berhubungan dengan cabang-
cabang a. serebri lainnya. Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada
sekurang-kurangnya tiga sistem kolateral antara sistem karotis dan vertebral,
yaitu :
1. Sirkulus willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh a.
serebri kanan kiri, a. komunikans anterior (yang menghubungkan kedua a.
serebri anterior), sepasang a. serebri posterior, dan a. komunikan posterior
(menghubungkan a. serebri media dan posterior) kanan dan kiri. Anyaman
arteri ini terletak di dasar otak.
2. Anastomosis antara a. serebri interna dan a. karotis eksterna di daerah orbita,
masing-masing melalui a. oftalmika dan a. fasialis ke a. maksilaris eksterna.
3. Hubungan antara sistem vertebral dengan a. karotis eksterna (pembuluh darah
ekstra kranial). Selain itu, masih terdapat lagi hubungan antara cabang-cabang
arteri tersebut, sehingga menurut buskirk tak ada arteri ujung (true end
arteries) dalam jaringan otak. Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem :
kelompok vena interna, yang menghubungkan darah ke vena Galen, dan sinus
rectus dan kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak,
dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis
lateralis, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis dicurahkan menuju ke
jantung.
Secara ringkas, anatomi pendarahan otak adalah sebagai berikut :
Otak diperdarahi oleh cabang utama :
1. Arteri vertebralis :
A. Basilaris
A. Cerebral posterior
2. Arteri karotis interna :
A. Cerebri media
A. Opthalmica
A. Cerebri anterior
Kiri dan kanan membentuk arteri comunican anterior. Di otak pembuluh
darah saling beranastomose membentuk sirkulus wilisi
2.3. DEFINISI
Menurut WHO, Stroke adalah tanda-tanda klinis yang mengenai
gangguan fungsi serebral secara fokal ataupun global, yang berkembang
dengan cepat, dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, atau
mengarah ke kematian tanpa penyebab yang kelihatan, selain tanda-tanda
yang berkenaan dengan aliran darah di otak.
Arteri comunican posterior
Definisi stroke meurut WHO Task Force in Stroke and other
Cerebrovasculer Disease (1998) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist
akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam
beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan
daerah fokal otak yang terganggu. (WHO, 1998)
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan hal-hal yang harus kita
perhatikan dalam mendiagnosis suatu penyakit stroke ialah :
1. Adanya defisit neurologis yang sifatnya fokal atau global
2. Onset yang mendadak
3. Semata-mata akibat terganggunya peredaran di otak karena ischemic atau
perdarahan
4. Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian
Hal diatas sangat penting diperhatikan karena banyak sekali penyakit yang
berhubungan dengan otak yang menimbulkan gejala yang serupa dengan
stroke (stroke like syndrome).
2.3. EPIDEMIOLOGI
Di negara industri penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian
No 3 pada kelompok usia lanjut setelah penyakit jantung dan kanker. Di Indonesia
stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang
utama.
Stroke merupakan jejas otak yang disebabkan oleh dua jenis gangguan
vaskular, yaitu: iskemia (pasokan darah yang kurang) atau hemoragi (bocornya darah
dari pembuluh darah intrakranial). Pada stroke iskemik, yang disebut juga sebagai
stroke non-hemoragik, aliran darah ke sebagian jaringan otak berkurang atau terhenti.
Hal ini dapat disebabkan, misalnya oleh sumbatan trombus atau embolus atau
kelainan pada jantung yang mengakibatkan curah jantung berkurang atau oleh
tekanan perfusi yang menurun.
Perlu diketahui bahwa keadaan hemoragik dan iskemik dapat terjadi
bersamaan. Hemoragik dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan menyebabkan
iskemia, dan di daerah yang mengalami iskemi dapat terjadi perdarahan. Perdarahan
dapat pula diklasifikasikan atas perdarahan di parenkim (hemoragi intraserebral) atau
di rongga subarakhnoid yang meliputi otak (perdarahan subarakhnoid).
Dari model eksperimen stroke diketahui bahwa terdapat berbagai ambang
iskemia untuk disfungsi serta kematian sel-sel di otak. Sel otak yang paling peka
terhadap iskemia ialah sel neuron, diikuti oleh dengan kepekaan yang menurun sel
oligodendroglia, astrosit dan sel endotelial. Antar sel-sel neuron juga terdapat
perbedaan dalam kepekaan terhadap iskemia. Dan kepekaan dipengaruhi pula oleh
lokasi. Dari hewan percobaan, model stroke tikus, diketahui bahwa lokasi juga
mempengaruhi stroke terhadap iskemia. Hipokampus merupakan daerah yang paling
peka, diikuti oleh serebelum, striatum dan neokorteks.
Aliran darah otak (CBF = cerebral blood flow) yang normal ialah sekitar 50 –
55 ml/100 g otak/menit. Ambang bagi gagal transmisi di sinaps ialah kira-kira 18
ml/100 g otak/menit. Bila neuron terpapar pada tingkat CBF yang kurang, ia tidak
dapat berfungsi secara normal, namun masih mempunyai potensi untuk pulih
sempurna. Ambang bagi gagalnya pompa membran terjadi bila CBF antara 8 – 18
ml/100 g/menit merupakan daerah yang dapat kembali normal atau dapat melanjut ke
kematian neuronal. Didaerah ini dinamai penumbra iskemik. Walaupun signal
elektroensefalografik sudah menghilang dan potensial cetusan absen di penumbra
iskemik, tingkat adenosinetrifosfat dan ion K ekstraselular hampir normal. Jika
daerah ini ingin diselamatkan, penting memulihkan CBF (aliran darah di otak) dalam
beberapa jam.
2.4. ETIOLOGI
Beberapa penyebab CVA infark (Muttaqin, 2008)
a. Trombosis serebriTerjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan karena adanya:1) Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan
dan elastisitas dinding pembuluh darah.2) Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang
akan menyebabkan viskositas hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran darah cerebral
3) Arteritis: radang pada arterib. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:1) Penyakit jantung, reumatik2) Infark miokardium3) Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk
gumpalan-gumpalan kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri
4) Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium
2.5. FAKTOR RISIKO STROKE INFARK
Ada beberapa faktor resiko CVA infark (Muttaqin, 2008):
1) Hipertensi.2) Penyakit kardiovaskuler-embolisme serebri berasal dari
jantung: Penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas irama (khususnya fibrilasi atrium), penyakit jantung kongestif.
3) Kolesterol tinggi4) Obesitas5) Peningkatan hematocrit6) Diabetes Melitus7) Merokok
2.6. PATOFISIOLOGI STROKE INFARK
Menurut Hudak & Gallo alairan darah disetiap otak terhambat karena trombus atau embolus, maka terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otot, kekurangan oksigen pada awalanya mungkin akibat iskemia imun (karena berhentinya jantung atau hipotrnsi) hipoxia karena proses kesukaran bernafas suatu sumbatan pada arteri koroner
dapat mengakibatkan kematian jaringan atau infark. Perdarahan intraksional biasanya disebabkan oleh ruptura arteri cerebri ekstravasasi darah terjadi didaerah otak atau subarachnoid, sehingga jaringan yang terletakk didekatnya akan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteri disekitar perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak, bekuan yang semuanya lunak akhirnya akan larut dan mengecil, otak yang terletak disekitar tempat bekuan dapat membengkan dan mengalami nekrosis.
2.6.1. KLASIFIKASI :A. Gambaran Klinik :1. Transient Ischemic Attack (TIA)2. Improving Stroke (RIND : Reversible Neurological Ischemic Deficite)3. Worsening Stroke (SIE : Stroke in Evolution)4. Stable Stroke (Completed Stroke)B. Gambaran patologis :Infark otak :infark aterotrombotik, kardioemboli dan infark lakuner Perdarahan intraserebral (PIS)Perdarahan subarachnoidal (PSA)
2.7. Tanda dan Gejala Stroke Infark
2.7.1. Gejala Klinik Fokal menurut Luas Lesi
Gangguan motorik : Hemiparesis, paraparesis, quadriparesis, disfagia, ataksia
Gangguan berbahasa/berbicara : Disfasia, disgrafia, diskalkuli, disartria
Gangguan sensibilitas :Somatosensorik (hemisensoris) Visual ( hemianopsia, quadrantanopsia, bilateral blindness,
diplopia, amaurosis fugax pada TIA) Gangguan vestibuler : vertigo Gangguan tingkah laku/kognitif : disfungsi visuospasial,
amnesia
2.7.2 Gejala klinik non fokal (global) Paralisis dan/atau hipestesi bilateral Light-headedness Faintness Black-out (dengan gangguan kesadaran, dengan/tanpa
gangguan penglihatan) Inkontinensio urine et alvi Bingung (confuse) Gejala lainnya : vertigo, tinitus, disfagia, disartria, diplopia,
ataksia.
2.7..3 Gejala klinik berdasarkan letak lesi
1. Gejala klinik sistem karotis : Disfungsi motorik berupa hemiparese kontralateral, pada
umumnya parese motorik saraf otak sejajar/ipsilateral dengan parese ekstremitas, lainnya disartria.
Disfungsi sensorik berupa hemihipestesi kontralateral, hipestesi saraf otak sejajar dengan hipestesi ekstremitas, dapat juga berupa parestesia.
Gangguan visual berupa hemianopsia homonim kontralateral (pada TIA dapat berupa amaurosis fugax).
Gangguan fungsi luhur, seperti afasia (gangguan berbahasa, bila lesi pada hemisfer dominan, umunya hemisfer kiri), agnosia (lesi pada hemisfer non dominan). 2. Gejala klinik sistem vertebrobasiler:
Disfungsi motorik berupa hemiparese alternans yaitu parese motorik saraf otak tidak sejajar/kontralateral dengan parese ekstremitas, lainnya disartria.
Disfungsi sensorik berupa hemihipestesi alternans yaitu hipestesi saraf otak tidak sejajar dengan hipestesi ekstremitas.
Gangguan visual berupa hemianopsia homonim, satu atau dua sisi lapang pandang, buta kortikal (terkenanya pusat penglihatan di lobus oksipitalis)
Gangguan lainnya berupa gangguan keseimbangan, vertigo dan diplopia.
2.8. DIAGNOSIS
1. Anamnesa, dapat memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal2. Melakukan pemeriksaan fisik neurologik3. Skoring untuk membedakan jenis stroke :
- Skor siriraj :
( 2,5 x derajat kesadaran)+(2xvomitus)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x tekanan diastolik) – (3 x petanda ateroma) – 12 =
Hasil : SS > 1 = Stroke hemoragik-1 > SS > 1 = Perlu pemeriksaan penunjang (CT-
Scan)SS <-1 = Stroke non hemoragik
Keterangan : Derajat kesadaran : sadar penuh (0), somnolen (1), koma (2)
Nyeri kepala : Tidak ada (0), ada (1)Vomitus : tidak ada (0), ada (1)Ateroma : Tidak ada penyakit jantung, DM
(0), ada (1)
Diagnosis Banding PIS, PSA, dan SNH
Gejala Klinis Stroke Hemoragik Stroke Non-Hemoragik
PIS PSA
1. Gejala defisit fokal
Berat Ringan Berat / ringan
2. Permulaan (Onset)
Menit / jam
1-2 Menit Pelan (jam/hari)
3. Nyeri kepala Hebat Sangat Hebat
Ringan / Tidak ada
4. Muntah pada awalnya
Sering Sering Tidak, kecuali lesi di batang otak
5. Hipertensi Hampir selalu
Tidak Selalu
6. Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang sebentar
Bisa hilang/tidak
7. Hemiparesis Sering sejak awal
Permulaan tidak ada
Sering dari awal
2.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG CT-scan merupakan gold standard/MRI untuk mendeteksi
gangguan pembuluh darah otak. Angiografi- menentukan lokasi penyempitan, oklusi,
aneurisma vaskuler Lumbar punsi- bila dicurigai perdarahan subarachnoid dan
CT-scan tidak menunjukan darah atau CT-scan/MRI tidak ada
Pemeriksaan laboratorium- untuk menentukan faktor resiko
o Hb, eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit o Glukosa plasma N/2 jam PP o Kolesterol plasma (HDL, LDL, Total) o Trigliserida o Asam urat o Ureum, Kreatinin
o Urinanalisis EKG- melihat adanya kelainan jantung, faktor resiko
2.10.KOMPLIKASI
1. Komplikasi Neurologik :
a. Edema otak (herniasi otak)b. Infark berdarah (pada emboli otak)c. Vasospasme (terutama pada PSA)d. Hidrosefalus
2. Komplikasi Non-neurologik : Akibat proses diotak a. Tekanan darah meninggi b. Hiperglikemi c. Edema paru d. Kelainan Jantung e. Kelainan EKGf. Natriuresis g. Retensi cairan tubuh h. Hiponatremia
2.11.PENCEGAHANA.Pencegahan Primer
Dapat dilakukan dengan menghindari rokok, stress mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebih, obat-obat golongan amfetamin, kokai dan sejenisnya. Mengurangi kolestrol dan lemak dalam makanan. Mengendalikan hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit
vaskular aterosklerotik lainnya. Perbanyak konsumsi gizi seimbang dan olahraga teratur.
B.Pencegahan SekunderDapat dilakukan dengan cara memodifikasi gaya hidup yang berisiko seperti hipertensi dengan diet dan obat antihipertensi, diabetes melitus dengan diet dan obat hipoglikemik oral atau insulin, penyakit jantung dengan antikoagulan oral, dislipedimia dengan diet rendah lemak dan obat antidislipidemia, berhenti merokok, hindari kegemukan dan kurang gerak.
2.12. PROGNOSIS
Sebanyak 75% penderita stroke tidak dapat bekerja kembali akibat ketidakmampuan tubuhnya. 3-0-50% penderita stroke mengalami depresi post-stroke yang ditandai oleh letargi, sulit tidur, rendah diri, dan menarik dirinya dari masyarakat.
2.13. PENATALAKSANAANa) Terapi Umum
Dengan 5B- Breath : Oksigenasi, pemberian oksigen dari luar- Blood : Usahakan agar aliran darah ke otak
semaksimal mungkin dan pengontrolan tekanan darah pasien.
- Brain : Menurunkan tekanan intra kranial dan menurunkan edema serebri
- Bladder : Dengan pemasangan DC- Bowel : Saluran pencernaan dan pembuangan
b) Terapi Khusus- Stroke Non Hemoragik
Memperbaiki perfusi jaringan : pentoxyfilin : reotal
Sebagai anti koagulansia : heparin, warfarin Melindungi jaringan otak iskemik : Nimodipin Anti edema otak : Dexamethason, manitol Anti agregasi platelet : golongan asam asetil
salisilat (aspirin)- Stroke Hemoragik
Anti edema otak : Dexamethason, manitol Melindungi jaringan otak : Neuroprotektan :
piracetam Obat hemostatikum : Kalnex Neurotropik : Neurodex
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. 1998. Recomendation on Stroke Prevention, diagnosis, and therapy in
stroke. Stroke; 20:1407-31.
2. Lamsudin R. 1998. Stroke profile in yogyakarta : morbidity, mortality, and risk
factors of stroke. In : Lamsudin R., Wibowo S., Nurdayo D., Sutami S. (eds).
Recent Management of stroke. BKM 1998; Suppl XIV 53-69.
3. Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pesyarafan. Salemba medika : Jakarta
4. Smeltzer, Suzanne (1996). Keperawatan Medikal Bedah (2002) alih bahasa
Monica Ester. Jakarta : EGC.
5. Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri Predossi. 1999. Konsesus
nasional pengelola stroke di indonesia 1-9. Jakarta.
6. Neurology in daily practice. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran
UNPAD. Edisi ke 2: 67-82.