Upload
gowindamijaya
View
15
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nnnnnnnnn
Citation preview
LAPORAN KASUS
A. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama lengkap : By. Bq. Hirlian
Umur : 26 hari
Tempat dan tanggal lahir : 14 Mei 2014
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dasan Agung
Status dalam Keluarga : Anak Kandung
No RM : 540355
b. Identitas keluarga:
Ibu Ayah
Nama Bq. Hirlian Indra Maulana
Umur 24 Tahun 29 Tahun
Pendidikan S1 S1
Pekerjaan - Guru
c. Masuk RS tanggal : 9 Juni 2014
d. Diagnosis Masuk : Vomiting e.c. distensi abdomen
e. Keluar RS tanggal : 13 Juni 2014
f. Lama Perawatan : 4 hari
g. Keadaan saat KRS : Rawat jalan
B.Anamnesis
Tanggal 10 Juni 2014, Heteroanamnesis dari ibu pasien
a. Keluhan Utama: Muntah
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merupakan rujukan dari klinik permata hati dengan keluhan muntah.
Pasien diantar keluarganya ke RSUP NTB pada pukul 22.30 WITA. Muntah
dirasakan sejak 2 hari yang lalu ketika selesai menyusui. Pasien memuntahkan
kembali asinya, frekuensi muntah 3 sampai 4 x sehari. Frekuensi BAK 3 sampai 4
x sehari. Frekuensi BAB 2 sampai 3 x sehari, warna kuning, ampas (+).
a. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien pernah dirawat intensif di NICU selama 2 minggu karena lahir
preterm yaitu 7 bulan 1 minggu dan berat badan bayi lahir rendah yaitu 1400
gram.
d. Riwayat Penyakit Keluarga dan Sosial
Ibu pasien mengaku pada anggota keluarga tidak ada yang mengalami
keluhan serupa dengan pasien.
e. Riwayat Keluarga (Ikhtisar)
Pasien merupakan anak pertama dengan riwayat G2A1P2H1.
f. Riwayat Pengobatan
Ibu pasien mengaku sebelum di bawa ke IGD RSUP NTB pasien dibawa ke
klinik permata hati dan tidak mendapat pengobatan dan langsung dirujuk ke
RSUP NTB.
g. Riwayat Pribadi
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien merupakan anak pertama dari ibu dengan riwayat G2A1P2H1.
Abortus terjadi pada kehamilan pertama pada usia kehamilan 4 minggu. Ibu
pasien mengaku bahwa pada saat mengandung anak pertama, dia sedang sibuk
mengerjakan skripsi dan tidak pernah memeriksakan kehamilannya. Kehamilan
kedua, pasien lahir premature dengan usia kehamilan 7 bulan 1 Minggu. Pasien
lahir pervaginam dengan berat 1400 gr, kemudian pasien langsung dirawat
intensif di NICU selama 2 minggu karena masalah BBLR. Ibu pasien mengaku
rutin memeriksakan kehamilan keduanya 1 x dalam sebulan baik di puskesmas
2
ataupun dokter. Ibu pasien juga mengaku sempat demam tinggi tinggi dan dirawat
di RSUP NTB selama seminggu.
2. Riwayat Nutrisi
Selama pasien dirawat di NICU, pasien diberikan ASI yang diperah dari
ibunya menggunakan botol susu, dan 3 hari sebelum keluar dari NICU pasien
sudah bisa menyusui langsung pada ibunya. Setelah pulang ibu pasien mengaku
terus memberikan asi kepada pasien 2 sampai 3 jam sekali dan ketika pasien
menangis. Ibu pasien mengaku nutrisinya bagus, makannya terjaga dan ibu pasien
meminum susu untuk ibu menyusui. Produksi asi ibu pasien baik.
3. Riwayat Vaksinasi
Ibu pasien mengaku bahwa pasien sudah mendapatkan imunisasi wajib yaitu
BCG pada saat pasien lahir
4. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Keluarga pasien termasuk sosial-ekonomi menengah, bapak pasien bekerja
sebagai seorang guru. Pasien tinggal berlima bersama orang tua serta kakek dan
neneknya.Pasien tinggal di daerah perumahan. Ibu pasien mengaku bahwa
lingkungan sekitar bersih, tidak ada wabah penyakit. kamar pasien ditutup
ventilasinya agar tidak kemasukan debu. Sumber air minum diperoleh dari air
pam dan dimasak terlebih dahulu.
C. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 10 Juni 2014 Jam 07.00 WITA
a. Status Present
KU : Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
RR : 38 kali permenit
Nadi : 128 kali permenit
T ax : 36,0 °C
3
SPO2 : 99% dengan O2 1 lpm
GDS : 202 mg/dl
b. Status Gizi
Berat badan : 1.450 gram
Panjang badan : 43 cm
Lingkar kepala : 28 cm
c. Status General :
Kepala dan Leher
1. Kepala
Bentuk : mikrocefali
2. Mata
a. Konjungtiva kanan dan kiri tampak anemis
b. Sklera kanan dan kiri tidak tampak ikterus
c. Pupil kanan dan kiri isokor
d. Refleks pupil kanan dan kiri normal
e. Kornea tampak jernih
3. Telinga
a. Bentuk: telinga kanan dan kiri tampak simetris, tidak ditemukan
deformitas
b. Sekret: tidak ditemukan adanya sekret pada telinga kanan dan kiri
4. Hidung
a. Bentuk : hidung tampak simetris
b. Pernafasan cuping hidung: tidak ada
c. Tidak tampak sekret pada lubang hidung kanan dan kiri
5. Mulut
a. Bibir: mukosa bibir berwarna kemerahan dan basah, tidak ada
sianosis
6. Leher
Tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening pada leher pasien
4
Thorak
1. Inspeksi: pergerakan dinding dada tampak simetris antara kanan dan
kiri, tampak retraksi subcostal minimal
2. Palpasi: pergerakan dinding dada simetris, tidak ada ketertinggalan
gerak
3. Perkusi: tde
4. Auskultasi :
i. Pulmo: tidak terdapat rhonki di kedua lapang paru, tidak
terdengar wheezing di kedua lapang paru.
ii. Cor : S1 dan S2 tunggal, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
1. Inspeksi: perut tampak distensi, tidak tampak adanya masa
2. Auskultasi: Bising usus normal
3. Perkusi: tde
4. Palpasi: tidak teraba masa,
Ekstremitas
Tungkai Atas Tungkai Bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Akral hangat + + + +
Edema - - - -
Kelainan
bentuk
- - - -
D.Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (tanggal 30 Juni 2014)
Parameter Nilai Rujukan
HGB 10,9 g/dl L 13,0 - 18,0
RBC 3,14 x 106/uL L 4,5 - 5,5
HCT 27,6 % L 40,0 - 50,0
MCV 87,9 fL 82,0 - 92,0
MCH 31,8 pg 27,0 - 31,0
5
MCHC 36,2 g/dl 32,0 - 37,0
WBC 10,43 x 103/uL 4,0 – 11,0
PLT 592 x 103/uL 150 – 400
E. Resume
Pasien perempuan, berusia 26 hari, dengan berat badan 1450 gram, datang
dengan keluhan muntah. Pasien merupakan rujukan dari klinik permata hati
dengan keluhan muntah. Pasien diantar keluarganya ke RSUP NTB pada pukul
22.30 WITA. Muntah dirasakan sejak 2 hari yang lalu ketika selesai menyusui.
Pasien memuntahkan kembali asinya, frekuensi muntah 3 sampai 4 x sehari.
Frekuensi BAK 3 sampai 4 x sehari. Frekuensi BAB 2 sampai 3 x sehari, warna
kuning, ampas (+).
Pasien merupakan anak pertama dengan riwayat kehamilan
G2A1P2H1.Pasien pernah dirawat intensif di NICU selama 2 minggu karena
terdapat masalah berat badan bayi lahir yang rendah dan lahirnya premature yaitu
pada usia kandungan 7 bulan 1 minggu. Tidak terdapat riwayat keluarga dengan
keluhan serupa.
Didapatkan keadaan umum ringan, RR: 38 kali permenit, nadi: 128 kali
permenit, Tax: 36,0°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis,
retraksi subcostal minimal, dan distensi pada abdomen. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan nilai HGB = 10,9 g/dl.
F. Diagnosis Kerja
BBLR dengan Anemia
6
G. Rencana awal
Rencana terapi :
o O2 1 lpm
o Infus D10% = 1,4 x150/24 = 9 tpm mikro
o Ampicillin (50mg/kgbb) bb, 1,4 kg > 70 mg > 2 x 70 mg iv
o Gentamicyn (6 mg/kgbb) bb, 1,4 kg > 1 x 8 mg
o Transfusi prc = 8 x 1,4 x 4 = 44,8 cc = 45
10 ml/kgbb = 10 x 1,4 = 14 ml / hari = 15 cc untuk 3
hari
o Pemberian asi>1,4 x 150 /8 >26 cc tiap 3 jam
H. Follow UP Pasien
Selasa, 10Juni 2014Subyektif Sesak (+) Pasien tidak
demam
Obyektif Ku: sedang Nadi: 128 x /
menit RR: 48 x/menit Tax: 36,0 °C SPO2 : 99%
dengan O2 1 lpm
Pucat (+) Mukosa mulut
basah Hypotoni Tidak tampak
napas cuping hidung
Tampak retraksi subcostal minimal
Tidak terdengar rhonki di kedua paru
Tidak Terdengar wheezing di kedua paru
Assessment
BBLR + Anemia
Planning
a. O2 1 lpmb. D5 10% 6 tpmc. Ampicillin 2 x
80mgd. Gentamicyn 8 mge. Transfusi prc 15
cc
7
Rabu, 11Juni 2014
Subyektif Sesak (-) Pasien tidak
demam pasien
mulai menyusu
Obyektif Ku : sedang Nadi : 130 x /
menit RR : 50 x/menit Tax : 36,7 °C SPO2: 100%
dengan oksigen 1 liter per menit
Pucat (-) Tidak tampak
napas cuping hidung
Tampak retraksi subcostal minimal
Tidak terdengar rhonki dan wheezing di kedua paru
Assessment
BBLR + Anemia
Planning
a. O2 1 lpmb. D5 10% 6 tpmc. Ampicillin 2 x
80mgd. Gentamicyn 8 mge. Transfusi prc 15
cc
Kamis, 12Juni 2014Subyektif Sesak (-) Pasien tidak
demam pasien
masih mau menyusu
Obyektif Ku : sedang Nadi : 142 x /
menit RR : 46 x/menit Tax : 36,9 °C Tidak tampak
napas cuping hidung
Tidak tampak retraksi subcostal
Tidak terdengar rhonki dan wheezing di kedua paru
Assessment
BBLR + Anemia
Planning
a. Aff O2b. D5 10% 6 tpmc. Ampicillin 2 x
80mgd. Gentamicyn 8 mge. Transfusi prc 15
cc
Jumat, 13 Juni 2014 Subyektif Sesak (-) Pasien tidak
demam Pasien
masih mau
Obyektif Ku : sedang Nadi : 140 x /
menit RR : 48 x/menit Tax : 36,2 °C
Assessment
BBLR + Anemia
Planing
Pasien
diperbolehkan
pulang setelah
8
menyusu Tidak tampak napas cuping hidung
Tidak tampak retraksi subcostal
Tidak terdengar rhonki dan wheezing di kedua lapang paru
perbaikan gejala
dan hgb menjadi
15,9 mg/dl
DAFTAR PERMASALAHAN
9
Permasalahan yang ditemukan dalam kasus ini yaitu :
BBLR
Anemia
ANALISA KASUS
1. BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir1.
Pada pasien ini di dapatkan bahwa berat badan lahir pasien hanya 1400
gram dan pasien lahir prematur. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah
kelahiran prematur. Faktor ibu adalah umur (<20 tahun atau>40 tahun), paritas,
dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskular, kehamilan ganda,
dan lain-lain, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR1.
Masalah yang sering timbul pada BBLR1:
o Masalah pernapasan karena paru-paru yang belum matur.
o Masalah pada jantung
o Perdarahan otak
o Fungsi hati yang belum sempurna
o Anemia atau polisitemia
o Lemak yang sedikit sehingga kesulitan mempertahankan suhu
tubuh normal
o Masalah pencernaan/toleransi minum
o Risiko infeksi
Pada pasien ini masalah yang ditemukan akibat BBLR adalah anemia.
10
Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus
kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat
kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta,
kurang baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan
pertumbuhan dari bayinya sendiri.
Penyebab BBLR
Persalinan kurang bulan / premature
Bayi lahir pada umur kehamilan antara 28 sampai 36 minggu. Pada
umumnya bayi kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan
janin, gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari
waktunya atau ransangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus
sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat
tubuh yang belum berfungsi secara normal untuk bertahan hidup diluar
rahim. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin
kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik. Kelompok
BBLR ini sering mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang
matangnya organ karena masa gestasi yang kurang (prematur).
Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan
pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat). Retardasi
11
pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan keadaan yang mengganggu
sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan
janin atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini mengakibatkan
kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang lama untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi organ
tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil2.
Faktor Predisposisi
Faktor ibu adalah umur, jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi kurang
atau malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok, kehamilan yang tidak
diinginkan
Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan ganda
Faktor janin adalah kelainan bawaan, infeksi2.
Tata Laksana
Pemberian minum
o ASI merupakan pilihan utama
o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan
nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali
seminggu
o Pemberian minum minimal 8x/hari. Apabila bayi masih
menginginkan dapat diberikan lagi (ad libitum)
o Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan
respirasi yang tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat
anomali mayor saluran cerna, NEC, IUGR berat, dan berat lahir
<1000 g
12
Pemantauan
Tata laksana
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
Preparat besi sebagai suplementasi mulai diberikan pada usia 2 minggu1.
Tumbuh Kembang
Pantau berat bayi secara periodik
ayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan 15% untuk bayi berat lahir <1500
gram). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila
terjadi komplikasi.
Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
o Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 mL/kg/hari sampai tercapai
jumlah 180 mL/kg/hari
o Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan
bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 mL/kg/hari
o Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI sampai 200 mL/kg/hari
o Timbang berat badan setiap hari, ukur panjang badan dan
lingkar kepala setiap minggu1.
Pemantauan Setelah Pulang
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul:
Gangguan perkembangan
Gangguan pertumbuhan
Retinopati karena prematuritas
Gangguan pendengaran
Penyakit paru kronik
Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Kenaikan frekuensi kelainan bawaan1.
13
Untuk itu perlu dilakukan pemantauan sebagai berikut:
Kunjungan ke dokter hari ke-2, 10, 20, 30 setelah pulang, dilanjutkan
setiap bulan
Hitung umur koreksi
Pertumbuhan: berat badan, panjang badan dan lingkar kepala (lihat
grafik pertumbuhan)
Tes perkembangan: Denver development screening test (DDST)
Awasi adanya kelainan bawaan1.
2. Anemia
Anemia adalah berkurangnya sel darahmerah atau konsentrasi
hemoglobinakibat gangguan keseimbangan antarakehilangan sel darah merah dan
gangguanproduksi. Anemia dapat terjadi pada bayi prematur.Hal ini akibat dari
menurunnya produksi sel darahmerah, meningkatnya penghancuran sel darah
merahdan kehilangan darah iatrogenik. Anemia pada bayiprematur terjadi
disebabkan oleh berkurangnya seldarah merah pada bayi kurang bulan, ditandai
olehpenurunan nilai hematokrit, retikulosit dan konsentrasieritropoetin endogen
rendah3.
Pada pasien ini didapatkan tanda-tanda anemia yaitu keadaan anak lemah,
tidak aktif. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tanda pucat, konjungtiva
anemis, takipneu, berat badan tidak ada kenaikan dan hasil pemeriksaan
penunjang berupa darah lengkap menunjukkan HGB = 10,9 g/dl yang kurang dari
nilai standar yaitu 19,3 ± 1,8 g/dl.
Semua bayi baru lahir akan mengalami penurunanhemoglobin pada
minggu pertama kehidupan; namunpada bayi prematur penurunan tersebut sering
terjadisejak lahir, lebih cepat dan berlebihan. Kecepatan danbesarnya penurunan
ini sesuai dengan tingkatimaturitas bayi. Pada bayi dengan berat lahir 1,2 - 2,3kg,
hemoglobin turun 9,6 ± 1,4 g/dl sedangkan padaberat lahir di bawah 1,2 kg terjadi
penurunan sampai7,8 ± 1,4 g/dl3.
14
Nilai normal hb pada saat lahir sampai usia 2 bulan pada BCB
yaaitun14,9-23,7 g/dL pada saat lahir, 13,4-19,8 g/dL pada usia 2 minggu dan 9,4-
13 g/dL pada usia 2 bulan. Pada BKB nilai hb yaitu 19,4 ± 1,5 g/dL pada usia 24-
25 minggu, 19,0 ± 2,5 g/dL pada usia 26-27 minggu, 19,3 ± 1,8 g/dL pada usia
28-29 minggu dan 19,1 ± 2,1 g/dL pada usia 30-31 minggu.
Beberapa bayi dapat bertoleransi terhadapkeadaan ini namun bayi lain
dapat menunjukkan tandaklinis berupa pucat, takikardi, bradikardi, takipnu,apnu,
aktifitas menurun dan berat badan tidaknaik.Anemia pada bayi prematur pada
dasarnyadisebabkan oleh beberapa faktor. Masa eritrosit bayiprematur pada waktu
lahir lebih rendah dan lamahidup eritrosit lebih pendek (35-50 hari).
Kadareritropoetin serum turun dengan cepat sesudah lahirkarena terpapar dengan
lingkungan ekstrauterin yangrelatif lebih kaya oksigen. Selanjutnya eritropoetin
yangdiproduksi oleh hati janin mempunyai respon yangsangat rendah terhadap
mekanisme oksigenisasi sepertikeadaan anemia dan hipoksia. Ekspansi
cairanintravaskular yang berhubungan dengan cepatnyapertumbuhan juga
menyebabkan hemodilusi danbersama-sama dengan faktor lain
menyebabkankonsentrasi hemoglobin rendah pada beberapa bulanpertama usia
bayi prematur.
Kehilangan darah jugaterjadi akibat pengambilan sampel darah
untukdiagnostik dan pemantauan, hal ini kira-kira 90%merupakan penyebab
kebutuhan transfusi darahmerah. Kemampuan jaringan mengikat oksigen
yangrendah, kadar hemopoietic growth factor lainnya yangrendah, dan defisiensi
nutrisi juga merupakan faktorpenyebab anemia pada bayi prematur3.
Evaluasi laboratorium awal meliputi pemeriksaan darah lengkap,
retikulosit dan apusan darah tepi. Untuk selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut (Coomb test, hemoglobin elektroforesis, kultur atau titer, G6PD, dll)
disesuaikan dengan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang didapat.
Pemeriksaan USG kepala atau andomen digunakan untuk mengetahui adanya
perdarahan tersembunyi. Pemeriksaan pungsi sumsum tulang jarang dilakukan
pada bayi dengan anemia. Tetapi apabila anemia tidak disertai bukti hemolitik
atau perdarahan maka pungsi sumsum tulang perlu dipertimbangkan4.
15
Manajemen umum BBL dengan anemia akut meliputi menjaga
kehangatan, monitor tanda vital, penilaian dan penghitungan yang tepat intake dan
luaran sangat penting dilakukan. Pemasangan jalur infus diperlukan untuk
penggantian cairan dan untuk kepentingan pengambilan sampel darah mungkin
diperlukan jalur vena atau arteri umbilical. Setelah dilakukan stabilisasi awal,
selanjutnya tatalaksan untuk mencegah/mengurangi terjadinya perdarahan lanjut.
Pada BBL dengan anemia kronik perhatian utama tatalaksana adalah
mengendalikan atau mengeliminasi penyebab anemia. Anemia kronik pada BCB
dan BKB dikaitkan dengan defisiensi diet utama yang mempengaruhi produksi
eritrosit adalah besi, folat dan vitamin E. Pada anemia kronik dapat diberikan
terapi simptomatik berupa transfusi dan pemberian eritropoetin4.
Transfusi Darah
Transfusi sel darah merah pada BBL bertujuan untuk menjamin oksigenasi
jaringan adekuat, khususnya selama masa perawatan intensif dan sebagai
tatalaksana anemia simptomatik yang bermakna. Tetapi belum ada kesepakatan
kriteria transfusi pada BCB dan BKB. Hal ini karena sangat sedikit data yang
digunakan untuk mengukur oksigenasi jaringan untuk menentukan kebutuhan dan
dampak transfusi pada BBL. Keputusan untuk memberi mungkin timbul, seperti
infeksi, graft-versus-host-disease, gangguan asam basa dan elektrolit, hemolysis,
gangguan eritropoesis dan imunosupresi. Di bawah ini adalah salah satu kriteria
pemberian transfusi pada BBL resiko tinggi.
1. Distress pernafasan, diberikan transfusi bila: hematocrit <40%,
hypovolemia (pucat, takipneu, hipotensi, perfusi buruk), kehilangan >10%
volume darah dalam 48 jam dan hematocrit <45%.
2. Tanpa distress pernafasan, transfusi diberikan bila hematocrit <30% pada
minggu kehidupan, takikardi, takipneu atau kardiomegali pada foto thorax,
peningkatan berat badan suboptimal dan hematocrit <30%.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiadi, A.H. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2009.
2. DEPKES RI. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal
Esensial Dasar Buku Acuan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta. 2005.
3. Rahmawati, L. Lubis, B. Peran Eritropoetin pada Anemia Bayi Prematur.
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 3, Desember 2005: 143 – 148. 2005.
4. Kosim, S. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta. 2008.
17