25
LAPORAN KASUS A. Identitas a. Identitas Pasien Nama lengkap : By. Bq. Hirlian Umur : 26 hari Tempat dan tanggal lahir : 14 Mei 2014 Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Dasan Agung Status dalam Keluarga : Anak Kandung No RM : 540355 b. Identitas keluarga : Ibu Ayah Nama Bq. Hirlian Indra Maulana Umur 24 Tahun 29 Tahun Pendidikan S1 S1 Pekerjaan - Guru c. Masuk RS tanggal : 9 Juni 2014 d. Diagnosis Masuk : Vomiting e.c. distensi abdomen e. Keluar RS tanggal : 13 Juni 2014 f. Lama Perawatan : 4 hari g. Keadaan saat KRS : Rawat jalan B.Anamnesis

Lapsus NICU Edit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nnnnnnnnn

Citation preview

Page 1: Lapsus NICU Edit

LAPORAN KASUS

A. Identitas

a. Identitas Pasien

Nama lengkap : By. Bq. Hirlian

Umur : 26 hari

Tempat dan tanggal lahir : 14 Mei 2014

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Dasan Agung

Status dalam Keluarga : Anak Kandung

No RM : 540355

b. Identitas keluarga:

Ibu Ayah

Nama Bq. Hirlian Indra Maulana

Umur 24 Tahun 29 Tahun

Pendidikan S1 S1

Pekerjaan - Guru

c. Masuk RS tanggal : 9 Juni 2014

d. Diagnosis Masuk : Vomiting e.c. distensi abdomen

e. Keluar RS tanggal : 13 Juni 2014

f. Lama Perawatan : 4 hari

g. Keadaan saat KRS : Rawat jalan

B.Anamnesis

Tanggal 10 Juni 2014, Heteroanamnesis dari ibu pasien

a. Keluhan Utama: Muntah

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien merupakan rujukan dari klinik permata hati dengan keluhan muntah.

Pasien diantar keluarganya ke RSUP NTB pada pukul 22.30 WITA. Muntah

dirasakan sejak 2 hari yang lalu ketika selesai menyusui. Pasien memuntahkan

Page 2: Lapsus NICU Edit

kembali asinya, frekuensi muntah 3 sampai 4 x sehari. Frekuensi BAK 3 sampai 4

x sehari. Frekuensi BAB 2 sampai 3 x sehari, warna kuning, ampas (+).

a. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Pasien pernah dirawat intensif di NICU selama 2 minggu karena lahir

preterm yaitu 7 bulan 1 minggu dan berat badan bayi lahir rendah yaitu 1400

gram.

d. Riwayat Penyakit Keluarga dan Sosial

Ibu pasien mengaku pada anggota keluarga tidak ada yang mengalami

keluhan serupa dengan pasien.

e. Riwayat Keluarga (Ikhtisar)

Pasien merupakan anak pertama dengan riwayat G2A1P2H1.

f. Riwayat Pengobatan

Ibu pasien mengaku sebelum di bawa ke IGD RSUP NTB pasien dibawa ke

klinik permata hati dan tidak mendapat pengobatan dan langsung dirujuk ke

RSUP NTB.

g. Riwayat Pribadi

1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Pasien merupakan anak pertama dari ibu dengan riwayat G2A1P2H1.

Abortus terjadi pada kehamilan pertama pada usia kehamilan 4 minggu. Ibu

pasien mengaku bahwa pada saat mengandung anak pertama, dia sedang sibuk

mengerjakan skripsi dan tidak pernah memeriksakan kehamilannya. Kehamilan

kedua, pasien lahir premature dengan usia kehamilan 7 bulan 1 Minggu. Pasien

lahir pervaginam dengan berat 1400 gr, kemudian pasien langsung dirawat

intensif di NICU selama 2 minggu karena masalah BBLR. Ibu pasien mengaku

rutin memeriksakan kehamilan keduanya 1 x dalam sebulan baik di puskesmas

2

Page 3: Lapsus NICU Edit

ataupun dokter. Ibu pasien juga mengaku sempat demam tinggi tinggi dan dirawat

di RSUP NTB selama seminggu.

2. Riwayat Nutrisi

Selama pasien dirawat di NICU, pasien diberikan ASI yang diperah dari

ibunya menggunakan botol susu, dan 3 hari sebelum keluar dari NICU pasien

sudah bisa menyusui langsung pada ibunya. Setelah pulang ibu pasien mengaku

terus memberikan asi kepada pasien 2 sampai 3 jam sekali dan ketika pasien

menangis. Ibu pasien mengaku nutrisinya bagus, makannya terjaga dan ibu pasien

meminum susu untuk ibu menyusui. Produksi asi ibu pasien baik.

3. Riwayat Vaksinasi

Ibu pasien mengaku bahwa pasien sudah mendapatkan imunisasi wajib yaitu

BCG pada saat pasien lahir

4. Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Keluarga pasien termasuk sosial-ekonomi menengah, bapak pasien bekerja

sebagai seorang guru. Pasien tinggal berlima bersama orang tua serta kakek dan

neneknya.Pasien tinggal di daerah perumahan. Ibu pasien mengaku bahwa

lingkungan sekitar bersih, tidak ada wabah penyakit. kamar pasien ditutup

ventilasinya agar tidak kemasukan debu. Sumber air minum diperoleh dari air

pam dan dimasak terlebih dahulu.

C. Pemeriksaan Fisik

Tanggal 10 Juni 2014 Jam 07.00 WITA

a. Status Present

KU : Ringan

Kesadaran : Compos Mentis

RR : 38 kali permenit

Nadi : 128 kali permenit

T ax : 36,0 °C

3

Page 4: Lapsus NICU Edit

SPO2 : 99% dengan O2 1 lpm

GDS : 202 mg/dl

b. Status Gizi

Berat badan : 1.450 gram

Panjang badan : 43 cm

Lingkar kepala : 28 cm

c. Status General :

Kepala dan Leher

1. Kepala

Bentuk : mikrocefali

2. Mata

a. Konjungtiva kanan dan kiri tampak anemis

b. Sklera kanan dan kiri tidak tampak ikterus

c. Pupil kanan dan kiri isokor

d. Refleks pupil kanan dan kiri normal

e. Kornea tampak jernih

3. Telinga

a. Bentuk: telinga kanan dan kiri tampak simetris, tidak ditemukan

deformitas

b. Sekret: tidak ditemukan adanya sekret pada telinga kanan dan kiri

4. Hidung

a. Bentuk : hidung tampak simetris

b. Pernafasan cuping hidung: tidak ada

c. Tidak tampak sekret pada lubang hidung kanan dan kiri

5. Mulut

a. Bibir: mukosa bibir berwarna kemerahan dan basah, tidak ada

sianosis

6. Leher

Tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening pada leher pasien

4

Page 5: Lapsus NICU Edit

Thorak

1. Inspeksi: pergerakan dinding dada tampak simetris antara kanan dan

kiri, tampak retraksi subcostal minimal

2. Palpasi: pergerakan dinding dada simetris, tidak ada ketertinggalan

gerak

3. Perkusi: tde

4. Auskultasi :

i. Pulmo: tidak terdapat rhonki di kedua lapang paru, tidak

terdengar wheezing di kedua lapang paru.

ii. Cor : S1 dan S2 tunggal, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen

1. Inspeksi: perut tampak distensi, tidak tampak adanya masa

2. Auskultasi: Bising usus normal

3. Perkusi: tde

4. Palpasi: tidak teraba masa,

Ekstremitas

Tungkai Atas Tungkai Bawah

Kanan Kiri Kanan Kiri

Akral hangat + + + +

Edema - - - -

Kelainan

bentuk

- - - -

D.Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap (tanggal 30 Juni 2014)

Parameter Nilai Rujukan

HGB 10,9 g/dl L 13,0 - 18,0

RBC 3,14 x 106/uL L 4,5 - 5,5

HCT 27,6 % L 40,0 - 50,0

MCV 87,9 fL 82,0 - 92,0

MCH 31,8 pg 27,0 - 31,0

5

Page 6: Lapsus NICU Edit

MCHC 36,2 g/dl 32,0 - 37,0

WBC 10,43 x 103/uL 4,0 – 11,0

PLT 592 x 103/uL 150 – 400

E. Resume

Pasien perempuan, berusia 26 hari, dengan berat badan 1450 gram, datang

dengan keluhan muntah. Pasien merupakan rujukan dari klinik permata hati

dengan keluhan muntah. Pasien diantar keluarganya ke RSUP NTB pada pukul

22.30 WITA. Muntah dirasakan sejak 2 hari yang lalu ketika selesai menyusui.

Pasien memuntahkan kembali asinya, frekuensi muntah 3 sampai 4 x sehari.

Frekuensi BAK 3 sampai 4 x sehari. Frekuensi BAB 2 sampai 3 x sehari, warna

kuning, ampas (+).

Pasien merupakan anak pertama dengan riwayat kehamilan

G2A1P2H1.Pasien pernah dirawat intensif di NICU selama 2 minggu karena

terdapat masalah berat badan bayi lahir yang rendah dan lahirnya premature yaitu

pada usia kandungan 7 bulan 1 minggu. Tidak terdapat riwayat keluarga dengan

keluhan serupa.

Didapatkan keadaan umum ringan, RR: 38 kali permenit, nadi: 128 kali

permenit, Tax: 36,0°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis,

retraksi subcostal minimal, dan distensi pada abdomen. Pada pemeriksaan

penunjang didapatkan nilai HGB = 10,9 g/dl.

F. Diagnosis Kerja

BBLR dengan Anemia

6

Page 7: Lapsus NICU Edit

G. Rencana awal

Rencana terapi :

o O2 1 lpm

o Infus D10% = 1,4 x150/24 = 9 tpm mikro

o Ampicillin (50mg/kgbb) bb, 1,4 kg > 70 mg > 2 x 70 mg iv

o Gentamicyn (6 mg/kgbb) bb, 1,4 kg > 1 x 8 mg

o Transfusi prc = 8 x 1,4 x 4 = 44,8 cc = 45

10 ml/kgbb = 10 x 1,4 = 14 ml / hari = 15 cc untuk 3

hari

o Pemberian asi>1,4 x 150 /8 >26 cc tiap 3 jam

H. Follow UP Pasien

Selasa, 10Juni 2014Subyektif Sesak (+) Pasien tidak

demam

Obyektif Ku: sedang Nadi: 128 x /

menit RR: 48 x/menit Tax: 36,0 °C SPO2 : 99%

dengan O2 1 lpm

Pucat (+) Mukosa mulut

basah Hypotoni Tidak tampak

napas cuping hidung

Tampak retraksi subcostal minimal

Tidak terdengar rhonki di kedua paru

Tidak Terdengar wheezing di kedua paru

Assessment

BBLR + Anemia

Planning

a. O2 1 lpmb. D5 10% 6 tpmc. Ampicillin 2 x

80mgd. Gentamicyn 8 mge. Transfusi prc 15

cc

7

Page 8: Lapsus NICU Edit

Rabu, 11Juni 2014

Subyektif Sesak (-) Pasien tidak

demam pasien

mulai menyusu

Obyektif Ku : sedang Nadi : 130 x /

menit RR : 50 x/menit Tax : 36,7 °C SPO2: 100%

dengan oksigen 1 liter per menit

Pucat (-) Tidak tampak

napas cuping hidung

Tampak retraksi subcostal minimal

Tidak terdengar rhonki dan wheezing di kedua paru

Assessment

BBLR + Anemia

Planning

a. O2 1 lpmb. D5 10% 6 tpmc. Ampicillin 2 x

80mgd. Gentamicyn 8 mge. Transfusi prc 15

cc

Kamis, 12Juni 2014Subyektif Sesak (-) Pasien tidak

demam pasien

masih mau menyusu

Obyektif Ku : sedang Nadi : 142 x /

menit RR : 46 x/menit Tax : 36,9 °C Tidak tampak

napas cuping hidung

Tidak tampak retraksi subcostal

Tidak terdengar rhonki dan wheezing di kedua paru

Assessment

BBLR + Anemia

Planning

a. Aff O2b. D5 10% 6 tpmc. Ampicillin 2 x

80mgd. Gentamicyn 8 mge. Transfusi prc 15

cc

Jumat, 13 Juni 2014 Subyektif Sesak (-) Pasien tidak

demam Pasien

masih mau

Obyektif Ku : sedang Nadi : 140 x /

menit RR : 48 x/menit Tax : 36,2 °C

Assessment

BBLR + Anemia

Planing

Pasien

diperbolehkan

pulang setelah

8

Page 9: Lapsus NICU Edit

menyusu Tidak tampak napas cuping hidung

Tidak tampak retraksi subcostal

Tidak terdengar rhonki dan wheezing di kedua lapang paru

perbaikan gejala

dan hgb menjadi

15,9 mg/dl

DAFTAR PERMASALAHAN

9

Page 10: Lapsus NICU Edit

Permasalahan yang ditemukan dalam kasus ini yaitu :

BBLR

Anemia

ANALISA KASUS

1. BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 jam setelah lahir1.

Pada pasien ini di dapatkan bahwa berat badan lahir pasien hanya 1400

gram dan pasien lahir prematur. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah

kelahiran prematur. Faktor ibu adalah umur (<20 tahun atau>40 tahun), paritas,

dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskular, kehamilan ganda,

dan lain-lain, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR1.

Masalah yang sering timbul pada BBLR1:

o Masalah pernapasan karena paru-paru yang belum matur.

o Masalah pada jantung

o Perdarahan otak

o Fungsi hati yang belum sempurna

o Anemia atau polisitemia

o Lemak yang sedikit sehingga kesulitan mempertahankan suhu

tubuh normal

o Masalah pencernaan/toleransi minum

o Risiko infeksi

Pada pasien ini masalah yang ditemukan akibat BBLR adalah anemia.

10

Page 11: Lapsus NICU Edit

Klasifikasi

BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Prematuritas murni

Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai

dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus

kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.

Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat

kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.

b. Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan

intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta,

kurang baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan

pertumbuhan dari bayinya sendiri.

Penyebab BBLR

Persalinan kurang bulan / premature

Bayi lahir pada umur kehamilan antara 28 sampai 36 minggu. Pada

umumnya bayi kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan

janin, gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari

waktunya atau ransangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus

sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat

tubuh yang belum berfungsi secara normal untuk bertahan hidup diluar

rahim. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin

kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik. Kelompok

BBLR ini sering mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang

matangnya organ karena masa gestasi yang kurang (prematur).

Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan

Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan

pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat). Retardasi

11

Page 12: Lapsus NICU Edit

pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan keadaan yang mengganggu

sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan

janin atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini mengakibatkan

kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang lama untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi organ

tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil2.

Faktor Predisposisi

Faktor ibu adalah umur, jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi kurang

atau malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok, kehamilan yang tidak

diinginkan

Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan ganda

Faktor janin adalah kelainan bawaan, infeksi2.

Tata Laksana

Pemberian minum

o ASI merupakan pilihan utama

o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang

cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan

nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali

o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik

20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali

seminggu

o Pemberian minum minimal 8x/hari. Apabila bayi masih

menginginkan dapat diberikan lagi (ad libitum)

o Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan

respirasi yang tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat

anomali mayor saluran cerna, NEC, IUGR berat, dan berat lahir

<1000 g

12

Page 13: Lapsus NICU Edit

Pemantauan

Tata laksana

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

Preparat besi sebagai suplementasi mulai diberikan pada usia 2 minggu1.

Tumbuh Kembang

Pantau berat bayi secara periodik

ayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk

bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan 15% untuk bayi berat lahir <1500

gram). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila

terjadi komplikasi.

Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat

lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:

o Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 mL/kg/hari sampai tercapai

jumlah 180 mL/kg/hari

o Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan

bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 mL/kg/hari

o Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah

pemberian ASI sampai 200 mL/kg/hari

o Timbang berat badan setiap hari, ukur panjang badan dan

lingkar kepala setiap minggu1.

Pemantauan Setelah Pulang

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul:

Gangguan perkembangan

Gangguan pertumbuhan

Retinopati karena prematuritas

Gangguan pendengaran

Penyakit paru kronik

Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

Kenaikan frekuensi kelainan bawaan1.

13

Page 14: Lapsus NICU Edit

Untuk itu perlu dilakukan pemantauan sebagai berikut:

Kunjungan ke dokter hari ke-2, 10, 20, 30 setelah pulang, dilanjutkan

setiap bulan

Hitung umur koreksi

Pertumbuhan: berat badan, panjang badan dan lingkar kepala (lihat

grafik pertumbuhan)

Tes perkembangan: Denver development screening test (DDST)

Awasi adanya kelainan bawaan1.

2. Anemia

Anemia adalah berkurangnya sel darahmerah atau konsentrasi

hemoglobinakibat gangguan keseimbangan antarakehilangan sel darah merah dan

gangguanproduksi. Anemia dapat terjadi pada bayi prematur.Hal ini akibat dari

menurunnya produksi sel darahmerah, meningkatnya penghancuran sel darah

merahdan kehilangan darah iatrogenik. Anemia pada bayiprematur terjadi

disebabkan oleh berkurangnya seldarah merah pada bayi kurang bulan, ditandai

olehpenurunan nilai hematokrit, retikulosit dan konsentrasieritropoetin endogen

rendah3.

Pada pasien ini didapatkan tanda-tanda anemia yaitu keadaan anak lemah,

tidak aktif. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tanda pucat, konjungtiva

anemis, takipneu, berat badan tidak ada kenaikan dan hasil pemeriksaan

penunjang berupa darah lengkap menunjukkan HGB = 10,9 g/dl yang kurang dari

nilai standar yaitu 19,3 ± 1,8 g/dl.

Semua bayi baru lahir akan mengalami penurunanhemoglobin pada

minggu pertama kehidupan; namunpada bayi prematur penurunan tersebut sering

terjadisejak lahir, lebih cepat dan berlebihan. Kecepatan danbesarnya penurunan

ini sesuai dengan tingkatimaturitas bayi. Pada bayi dengan berat lahir 1,2 - 2,3kg,

hemoglobin turun 9,6 ± 1,4 g/dl sedangkan padaberat lahir di bawah 1,2 kg terjadi

penurunan sampai7,8 ± 1,4 g/dl3.

14

Page 15: Lapsus NICU Edit

Nilai normal hb pada saat lahir sampai usia 2 bulan pada BCB

yaaitun14,9-23,7 g/dL pada saat lahir, 13,4-19,8 g/dL pada usia 2 minggu dan 9,4-

13 g/dL pada usia 2 bulan. Pada BKB nilai hb yaitu 19,4 ± 1,5 g/dL pada usia 24-

25 minggu, 19,0 ± 2,5 g/dL pada usia 26-27 minggu, 19,3 ± 1,8 g/dL pada usia

28-29 minggu dan 19,1 ± 2,1 g/dL pada usia 30-31 minggu.

Beberapa bayi dapat bertoleransi terhadapkeadaan ini namun bayi lain

dapat menunjukkan tandaklinis berupa pucat, takikardi, bradikardi, takipnu,apnu,

aktifitas menurun dan berat badan tidaknaik.Anemia pada bayi prematur pada

dasarnyadisebabkan oleh beberapa faktor. Masa eritrosit bayiprematur pada waktu

lahir lebih rendah dan lamahidup eritrosit lebih pendek (35-50 hari).

Kadareritropoetin serum turun dengan cepat sesudah lahirkarena terpapar dengan

lingkungan ekstrauterin yangrelatif lebih kaya oksigen. Selanjutnya eritropoetin

yangdiproduksi oleh hati janin mempunyai respon yangsangat rendah terhadap

mekanisme oksigenisasi sepertikeadaan anemia dan hipoksia. Ekspansi

cairanintravaskular yang berhubungan dengan cepatnyapertumbuhan juga

menyebabkan hemodilusi danbersama-sama dengan faktor lain

menyebabkankonsentrasi hemoglobin rendah pada beberapa bulanpertama usia

bayi prematur.

Kehilangan darah jugaterjadi akibat pengambilan sampel darah

untukdiagnostik dan pemantauan, hal ini kira-kira 90%merupakan penyebab

kebutuhan transfusi darahmerah. Kemampuan jaringan mengikat oksigen

yangrendah, kadar hemopoietic growth factor lainnya yangrendah, dan defisiensi

nutrisi juga merupakan faktorpenyebab anemia pada bayi prematur3.

Evaluasi laboratorium awal meliputi pemeriksaan darah lengkap,

retikulosit dan apusan darah tepi. Untuk selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan

lebih lanjut (Coomb test, hemoglobin elektroforesis, kultur atau titer, G6PD, dll)

disesuaikan dengan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang didapat.

Pemeriksaan USG kepala atau andomen digunakan untuk mengetahui adanya

perdarahan tersembunyi. Pemeriksaan pungsi sumsum tulang jarang dilakukan

pada bayi dengan anemia. Tetapi apabila anemia tidak disertai bukti hemolitik

atau perdarahan maka pungsi sumsum tulang perlu dipertimbangkan4.

15

Page 16: Lapsus NICU Edit

Manajemen umum BBL dengan anemia akut meliputi menjaga

kehangatan, monitor tanda vital, penilaian dan penghitungan yang tepat intake dan

luaran sangat penting dilakukan. Pemasangan jalur infus diperlukan untuk

penggantian cairan dan untuk kepentingan pengambilan sampel darah mungkin

diperlukan jalur vena atau arteri umbilical. Setelah dilakukan stabilisasi awal,

selanjutnya tatalaksan untuk mencegah/mengurangi terjadinya perdarahan lanjut.

Pada BBL dengan anemia kronik perhatian utama tatalaksana adalah

mengendalikan atau mengeliminasi penyebab anemia. Anemia kronik pada BCB

dan BKB dikaitkan dengan defisiensi diet utama yang mempengaruhi produksi

eritrosit adalah besi, folat dan vitamin E. Pada anemia kronik dapat diberikan

terapi simptomatik berupa transfusi dan pemberian eritropoetin4.

Transfusi Darah

Transfusi sel darah merah pada BBL bertujuan untuk menjamin oksigenasi

jaringan adekuat, khususnya selama masa perawatan intensif dan sebagai

tatalaksana anemia simptomatik yang bermakna. Tetapi belum ada kesepakatan

kriteria transfusi pada BCB dan BKB. Hal ini karena sangat sedikit data yang

digunakan untuk mengukur oksigenasi jaringan untuk menentukan kebutuhan dan

dampak transfusi pada BBL. Keputusan untuk memberi mungkin timbul, seperti

infeksi, graft-versus-host-disease, gangguan asam basa dan elektrolit, hemolysis,

gangguan eritropoesis dan imunosupresi. Di bawah ini adalah salah satu kriteria

pemberian transfusi pada BBL resiko tinggi.

1. Distress pernafasan, diberikan transfusi bila: hematocrit <40%,

hypovolemia (pucat, takipneu, hipotensi, perfusi buruk), kehilangan >10%

volume darah dalam 48 jam dan hematocrit <45%.

2. Tanpa distress pernafasan, transfusi diberikan bila hematocrit <30% pada

minggu kehidupan, takikardi, takipneu atau kardiomegali pada foto thorax,

peningkatan berat badan suboptimal dan hematocrit <30%.

16

Page 17: Lapsus NICU Edit

DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjiadi, A.H. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

2009.

2. DEPKES RI. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal

Esensial Dasar Buku Acuan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta. 2005.

3. Rahmawati, L. Lubis, B. Peran Eritropoetin pada Anemia Bayi Prematur.

Sari Pediatri, Vol. 7, No. 3, Desember 2005: 143 – 148. 2005.

4. Kosim, S. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Jakarta. 2008.

17