27
PEMICU 4 Seorang ibu membawa anaknya R, perempuan 3 tahun dengan keluhan hidung R berbau ±1 minggu, keluar cairan kental sebelah hidung (+), bersin – bersin tidak begitu sering dan kadang – kadang berdarah sedikit, batuk (-) . Pada pemeriksaan didapat : Telinga : normal Hidung : cavum nasi kanan sekret (+) mukopurulen, cavum nasi kiri : normal Tenggorokan : normal Temperatur : 36,8 OC Berat badan : 15 Kg Apa yg terjadi pada R ? MORE INFO Hasil pemeriksaan foto sinus paranasal : tampak gambaran semi opaque bentuk bulat di daerah cavum nasi kanan. Dari autoanamnese OS tidak pernah memasukan sesuatu ke dalam hidungnya. Ibu R seorang penjahit baju asesoris dengan perhiasan dan payet. UNFAMILIAR TERMS Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 1

Learning Issue1 New

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Learning Issue1 New

PEMICU 4

Seorang ibu membawa anaknya R, perempuan 3 tahun dengan keluhan hidung R berbau

±1 minggu, keluar cairan kental sebelah hidung (+), bersin – bersin tidak begitu sering dan

kadang – kadang berdarah sedikit, batuk (-) .

Pada pemeriksaan didapat :

Telinga : normal

Hidung : cavum nasi kanan sekret (+) mukopurulen, cavum nasi kiri : normal

Tenggorokan : normal

Temperatur : 36,8 OC

Berat badan : 15 Kg

Apa yg terjadi pada R ?

MORE INFO

Hasil pemeriksaan foto sinus paranasal : tampak gambaran semi opaque bentuk bulat di daerah

cavum nasi kanan. Dari autoanamnese OS tidak pernah memasukan sesuatu ke dalam

hidungnya. Ibu R seorang penjahit baju asesoris dengan perhiasan dan payet.

UNFAMILIAR TERMS

(-)

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 1

Page 2: Learning Issue1 New

MASALAH

• Keluhan hidung berbau ± 1 minggu

• Keluar cairan kental dari sebelah hidung

• Sedikit berdarah

ANALISIS MASALAH

HIPOTESIS

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 2

hidung berbau,keluar cairan kental,

Sedikit berdarah

Benda asing Infeksi Alergi

Bersin cairan kental

Respon tubuh mengeluarkan

benda asing

Iritasi Berdarah

Pintu masuk MO

Sekret mukopurule

n

Page 3: Learning Issue1 New

Corpus alienum di hidung

LEARNIG ISSUE

1. Anatomi hidung

2. Histologi hidung

3. Fisiologi hidung

a. Sistem pertahanan dihidung

b. Fungsi hidung sebagai organ penghidu

4. Patogenesis & patofisiologi

5. Gejala klinis corpus alienum hidung

6. Penegakan diagnosis

7. Penatalaksanaan

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 3

Page 4: Learning Issue1 New

ANATOMI HIDUNG

Hidung

Hidung terdiri atas nasus externus (hidung luar) dan cavum nasi.

Nasus Externus.

Nasus externus mempunyai ujung yang bebas, yang dilekatkan ke dahi melalui radix

nasi atau jembatan hidung. Lubang luar hidung adalah kedua nares atau lubang hidung. Setiap

baris dibatasi di lateral oleh ala nasi dan di medial oleh septum nasi.

Rangka nasus eksternus dibentuk di atas oleh os nasale, processus frontalis ossis

maxillaries, dan pars nasalis ossis frontalis. Di bawah, rangka ini dibentuk oleh lempeng-

lempeng tulang rawan, yaitu cartilago nasi superior dan inferior, dan cartilago septi nasi.

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 4

Page 5: Learning Issue1 New

Cavum Nasi.

Cavum nasi terletak dari dares di depan sampai choanae di belakang. Rongga ini dibagi

oleh septum nasi atas belahan kiri dan kanan. Setiap belahan mempunyai dasar, atap, dinding

lateral dan dinding medial. Dasar dibentuk oleh processus palatines maxillae dan lamina

horizontalis ossis palatini, yaitu permukaan atas palatum durum. Bagian atap sempit dan

dibentuk dari belakang ke depan oleh corpus ossis sphenoidalis, lamina cribrosa ossis

ethmoidalis, os frontale, os nasale, dan cartilagines nasi. Dinding lateral ditandai dengan 3

tonjolan disebut concha nasalis superior, media, dan inferior. Area di bawah setiap concha

disebut meatus.

Recessus spenoethmoidalis adalah daerah kecil yang terletak di atas concha nasalis

superior dan di depan corpus ossis sphenoidalis. Di daerah ini terdapat muara sinus

sphenoidalis.

Meatus nasi superior terletak di bawah dan lateral concha nasalis superior. Di sini

terdapat muara sinus ethmoidales posteriores.

Meatus nasi media terletak di bawah dan lateral concha media. Pada dinding lateralnya

terdapat prominentia bulat, bulla ethmoidalis, yang disebabkan oleh penonjolan sinus

ethmoidales medii yang terletak di bawahnya. Sinus ini bermuara pada pinggir atas meatus.

Sebuah celah melengkung, disebut hiatus semilunaris, terletak tepat di bawah bulla. Ujung

anterior hiatus masuk ke dalam saluran berbentuk corong disebut infundibulum. Sinus

maxillaris bermuara pada meatus nasi media melalui hiatus semilunaris. Sinus frontalis

bermuara dan dilanjutkan oleh infundibulum. Sinus ethmoidales anteriores juga bermuara

pada infundibulum.

Meatus nasi media dilanjutkan ke depan oleh sebuah lekukan disebut atrium. Atrium

ini dibatasi di atas oleh sebuah rigi, disebut agger nasi. Di bawah dan depan atrium, dan sedikit

di dalam naris, terdapat vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang telah bermodifikasi

dan mempunyai rambut-rambut melengkung dan pendek, atau vibrissae.

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 5

Page 6: Learning Issue1 New

Meatus nasi inferior terletak di bawah dan lateral concha inferior dan padanya terdapat

muara ductus nasolacrimalis. Sebuah lipatan membrana mucosa membentuk katup yang tidak

sempurna, yang melindungi muara ductus.

Dinding medial atau septum nasi adalah sekat osteocartilago yang ditutupi membrana

mucosa. Bagian atas dibentuk oleh lamina perpendicularis ossis ethmoidalis dan bagian

posteriornya dibentuk oleh os vomer. Bagian anterior dibentuk oleh cartilago septi. Septum ini

jarang sekali terletak pada bidang median.

Membrana mucosa melapisi cavum nasi, kecuali vestibulum, yang dilapisi oleh kulit

yang telah mengalami modifikasi. Terdapat 2 jenis membrane mucosa, yaitu (1) mucosa

olfactorius dan (2) respiratorius.

Membrana mucosa olfactorius melapisi permukaan atas concha nasalis superior dan

recessus sphenoethmoidalis; juga melapisi daerah septum nasi yang berdekatan dan atap.

Fungsinya adalah menerima ransangan penghidu dan untuk fungsi ini mucosa memiliki sel-sel

penghidu khusus. Akson sel-sel ini (serabut n.olfactorius) berjalan melalui lubang-lubang pada

lamina cribrosa ossis ethmoidalis dan berakhir pada bulbus olfactorius. Permukaan membrana

mucosa tetap basah oleh secret kelenjar serosa yang berjumlah banyak.

Membrana mucosa respiratorius melapisi bagian bawah cavum nasi. Fungsinya adalah

menghangatkan, melembabkan, dan membersihkan udara inspirasi. Proses menghangatkan

terjadi oleh adanya pleksus venosus di dalam jaringan submucosa. Proses melembabkan

berasal dari banyaknya mucus yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar dan sel-sel goblet. Partikel

debu yang terinspirasi akan menempel pada permukaan mucosa yang basah dan lengket.

Mukus yang tercemar ini terus menerus didorong ke belakan oleh kerja cilia dari sel-sel silindris

bercilia yang meliputi permukaan. Sesampainya di pharynx mucus ini ditelan.

Persarafan cavum nasi

N. olfactorius berasal dari sel-sel olfactorius khusus yang terdapat pada membrana

mucosa. Saraf ini naik ke atas melalui lamina cribrosa dan mencapai bulbus olfactorius.

Saraf-saraf sensasi umum berasal dari divisi ophthalmica dan maxillaris n. trigeminus.

Persarafan bagian anterior cavum nasi berasal dari n. ethmoidalis anterior. Persarafan bagian

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 6

Page 7: Learning Issue1 New

posterior cavum nasi berasal dari ramus nasalis, ramus nasopalatinus, dan ramus palatines

ganglion pterygopalatinum

Pendarahan Cavum Nasi

Suplai arteri untuk cavum nasi terutama berasl dari cabang-cabang a. maxillaris. Cabang

yang terpenting adalah a. sphenopalatina. A. sphenopalatina beranastomosis dengan cabang

septalis a. labialis superior yang merupakan cabang dari a. facialis di daerah vestibulum. Daerah

ini sering terjadi perdarahan (epistaxis).

Vena-vena membentuk plexus yang luas di dalam submucosa. Plexus ini dialirkan oleh

vena-vena yang menyertai arteri.

Aliran Limfe Cavum Nasi

Pembuluh limfe mengalirkan limfe dari vestibulum ke nodi submandibulares. Bagian lain

dari cavum nasi mengalirkan limfenya ke nodi cevicales profundi superior.

SINUS PARANASALES

Sinus paranasales adlah rongga-rongga yang terdapat di dalam os maxilla, os frontale, os

shenoidale, dan os ethmoidale. Sinus-sinus ini dilapisi oleh mucoperiosteum dan berisi udara,

berhubungan dengan cavum nasi melalui aperture yang relative kecil.

Sekret yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar di dalam membrane mukosa didorong ke

dalam hidung oleh gerakan silia sel-sel silindris. Aliran dari secret juga dibantu oleh tenaga

menyedot yang terjadi pada waktu membuang ingus.Sinus berfungsi sebagai resonator suara;

sinus juga mengurangi berat tengkorak. Bila muara sinus tersumbat atau sinus terisi cairan,

kualitas suara jelas berubah.

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 7

Page 8: Learning Issue1 New

Sinus maxillaris terletak di dalam corpus maxillaris . Sinus ini berbentuk pyramid dengan

basis membentuk dinding lateral hidung dan apex di dalam processus zygomaticus maxillae.

Atap dibentuk oleh dasar orbita, sedangkan dasar dibentuk oleh processus alveolaris.

Membrana mucosa sinus maxillaris dipersarafi oleh n. alveolaris superior dan n. infraorbitalis.

Sinus maxillaris bermuara ke dalammeatus nasi medius melalui hiatus semilunaris.

Sinus frontalis ada dua buah , terdapat di dalam os frontale dan dipisahkan satu dengan

yang lain oleh septum tulang, yang sering menyimpang dari bidang median. Setiap sinus

berbentuk segitiga, meluas ke atas, di atas ujung medial alis mata dank e belakang ke bagian

medial atap orbita.

Masing-masing sinus frontalis bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui infundibulum.

Membrana mucosa dipersarafi oleh n. supraorbitalis

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 8

Page 9: Learning Issue1 New

Sinus sphenoidalis, ada dua buah, terletak di dalam corpus ossis sphenoidalis. Setiap

sinus bermuara ke dalam recessus sphenoethmoidalis di atas concha nasalis superior.

Membrane mucosa dipersarafi oleh n. ethmoidalis posterior.

Sinus ethmoidalis terdapat di dalam os ethmoidalis, di antara hidung dan orbita. Sinus

ini terpisah dari orbita oleh selapis tipis tulang, sehingga infeksi dengan mudah menjalar dari

sinus ke dalam orbita. Sinus ini terbagi menjadi tiga kelompok: anterior, media, dan posterior.

Kelompok anterior bermuara ke dalam infundibulum; kelompok media bermuara ke dalam

meatus nasi medius, pada atau di atas bulla ethmoidalis; dan kelompok posterior bermuara ke

dalam meatus nasi superior. Membrana mucosa dipersarafi oleh n. ethmmoidalis anterior dan

posterior.[1]

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 9

Page 10: Learning Issue1 New

HISTOLOGI HIDUNG

Rongga Hidung

Rongga hidung kiri dan kanan terdiri atas dua struktur vestibulum di luar dan rongga

hidung (atau fossa nasalis) di dalam. Vestibulum adalah bagian paling anterior dan paling lebar

di setiap rongga hidung. Kulit hidung memasuki nares (cuping hidung) yang berlanjut ke dalam

vestibulum dan memiliki kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan vibrissa (bulu hidung) yang

menyaring partikel-partikael besar dari udara inspirasi. Di dalam vestibulum, epitelnya tidak

berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel repiratorik sebelum memasuki fossa nasalis.

Rongga hidung berada di dalam tengkorak berupa dua bilik kavernosa yang dipisahkan

oleh septum nasi oseosa. Dari setiap dinding lateral, terdapat tiga tonjolan bertulang mirip rak

yang dikenal sebagai conchae. Concha media dan inferior dilapisi oleh epitel respiratorik;

concha superior ditutupi epitel penghidu khusus. Celah-celah sempit diantara concha

memudahkan pengondisian udara inspirasi dengan menambah luas epitel respiratorik yang

hangat dan lembab dengan melambatkan serta menambah turbulensi aliran udara. Hasilnya

adalah bertambahnya kontak antara aliran udara dan lapisan mukosa. Di dalam lamina propria

concha terdapatpleksus vena besar yang dikenal sebagai badan pengembang (swell bodies).

Setiap 20-30 menit, badan pengembang pada satu sisi akan penuh terisi darah sehingga mukosa

concha membengkak dan mengurangi aliran udara. Selama masa tersebut, sebagian besar

udara diarahkan melalui fossa nasalis lain sehingga epitel respiratory dapat pulih dari dehidrasi.

Selain badan-badan pengembang, mukosa rongga hidung memiliki system vascular yang

rumit dan luas. Pembuluh-pembuluh besar membentuk jalinan-jalinan rapat dekat periosteum

di bawahnya, dan dari tempat ini, cabang-cabang pembuluh meluas ke permukaan. Daerah di

pembuluh tersebut mengalir dari belakang rongga hidung ke depan dalam arah yang

berlawanan dengan aliran udara inspirasi sehingga panas berpindah dan menghangatkan udara

tersebut secara cepat.

Suatu fungsi utama keseluruhan bagian konduksi adalah mengondisikan udara inspirasi

dengan membersihkan, melembapkan, dan menghangatkannya sebelum memasuki paru. Selain

vibrissa lembap, sejumlah besar vascular di lamina propria, dan sel epitel respiratorik yang

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 10

Page 11: Learning Issue1 New

bersilia dan menghasilkan mucus, pengondisian juga melibatkan sejumlah besar kelenjar

mukosa dan serosa di mukosa. Begitu udara mencapai fossa nasalis, partikel dan polutan gas

terperangkap di lapisan mucus. Mucus ini, beserta secret serosa juga berfungsi melembapkan

udara yang masuk, melindungi alveoli paru yang halus dari kekeringan.

EPITEL RESPIRATORIK

Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia yang dikenal sebagai

epitel respiratorik. Epitel ini sedikitnya memiliki 5 jenis sel, yang kesemuanya menyentuh

membrane basal yang tebal:

Sel silindris bersilia adalah sel yang terbanyak. Setiap sel memiliki lebih kurang 300 silia

pada permukaan apikalnya.

Sel goblet mukosa juga banyak dijumpai di sejumlah area epitel respiratorik, yang terisi

di bagian apikalnya dengan granula glikoprotein musin.

Sek sikat (brush cell) adalah tipe sel silindris yang lebih jarang tersebar dan lebih sulit

ditemukan dengan permukaan apical kecil yang memiliki banyak mikrovili pendek dan

tumpul. Sel sikat memperlihatkan sejumlah komponen transduksi sinyal seperti

komponen pada sel kecap dan memiliki ujung saraf aferen pada permukaan basalnya

dan dipandang sebagai reseptor kemosensoris.

Sel granul kecil juga sulit ditemukan pada sediaan rutin, tetapi memiliki banyak granul

padat berdiameter 100-300 nm. Seperti sel sikat, sel-sel ini membentuk sekitar 3% total

sel dan merupakan bagian system neuroendokrin.

Sel basal, yaitu sel bulat kecil pada membrane basal tetapi tidak meluas sampai

permukaan lumen epitel, merupakan sel punca yang membentuk jenis sel lain.

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 11

Page 12: Learning Issue1 New

MENGHIDU (OLFACTION)

Kemoreseptor olfaktorius terletak di epitel olfaktorius, yaitu regio khusus membrane mukosa

concha superior yang terletak di atap rongga hidung. Pada manusia, luasnya sekitar 10 cm2

dengan tebal sampai 100 µm. Epitel ini merupakan epitel bertingkat silindris yang terdiri atas 3

jenis sel:

Sel-sel basal adalah sel kecil, sferis atau berbentuk kerucut dan membentuk suatu

lapisan di lamina basal. Sel-sel ini adalah sel punca untuk kedua tipe sel lainnya.

Sel penyokong berbentuk kolumnar dengan apeks silindris dan dasar yang lebih sempit.

Pada permukaan bebasnya terdapat mikrovili, yang terendam dalam selapis cairan.

Kompleks tautan yang berkembang baik mengikat sel-sel penyokong pada sel-sel

olfaktori di sebelahnya. Peran suportif sel-sel ini tidak begitu dipahami, tetapi sel

tersebut memiliki banyak kanal ion dengan fungsi yang tampaknya diperlukan untuk

memelihara lingkungan mikro yang kondusif untuk fungsi penghidu dan ketahanan

hidup.

Neuron olfaktorius adalah neuron bipolar yang berada di seluruh epitel ini. Neuron ini

dibedakan dari sel-sel penyokong oleh letak intinya, yang terletak di antara sel

penyokong dan sel basal. Ujung dendrite setiap neuron bipolar merupakan ujung apical

(luminal) sel dan memiliki tonjolan dengan sekitar lusinan badan basal. Dari badan basal

tersebut, silia panjang nonmotil menonjol dengan aksonema tetapi memiliki luas

permukaan yang bermakna untuk kemoreseptor membran. Reseptor tersebut berespon

terhadap zat pembau dengan menimbulkan potensial aksi di sepanjang akson (basal)

neuron tersebut, yang meninggalkan epitel dan bersatu di lamina propria sebagai saraf

yang sangat kecil yang kemudian melalui foramina di lamina cribriformis ossis

ethmoidalis ke otak. Di tempat tersebut, saraf ini membentuk saraf cranial I, nervus

olfactorius, dan akhirnya bersinaps dengan neuron lain di bulbus olfaktorius.

Lamina propria di epitel olfaktorius memiliki kelenjar serosa besar (kelenjar Bowman), yang

menghasilkan suatu aliran cairan di sekitar silia penghidu dan memudahkan akses zat pembau

yang baru.

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 12

Page 13: Learning Issue1 New

SINUS DAN NASOFARING.

Sinus Paranasalis adalah rongga bilateral di tulang frontal, maksila, ethmoid dan

sphenoid tengkorak. Sinus-sinus ini dilapisi oleh epitel respiratorik yang lebih tipis dengan

sedikit sel goblet. Lamina proprianya mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan

periosteum di bawahnya. Sinus paranasalis berhubungan langsung dengan rongga hidung

melalui lubang-lubang kecil dan mucus yang dihasilkan dalam sinus ini terdorong ke dalam

hidung sebagai akibat dari aktifitas sel-sel epitel bersilia.

Di bagian posterior rongga hidung, nasofaring adalah bagian pertama faring, yang

berlanjut sebagai orofaring kea rah kaudal, yaitu bagian posterior rongga mulut. Nasofaring

dilapisi oleh epitel respiratorik dan memiliki tonsila pharyngealis di media dan muara bilateral

tuba auditorius untuk setiap telinga tengah.[2]

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 13

Page 14: Learning Issue1 New

FISIOLOGI MENGHIDU

Mukosa olfaktorius (penghidu/penciuman), yang terletak di langit-langit rongga

hidung, mengandung tiga jenis sel: reseptor olfaktorius, sel penunjang, dan sel basal. Sel-sel

penunjang mengeluarkan mucus, precursor untuk sel-sel reseptor olfaktorius yang baru, yang

diganti setiap sekitar dua bulan. Tidak seperti reseptor indera lainnya reseptor olfaktorius

merupakan ujung-ujung neuron aferen khusus, bukan sel-sel tersendiri. Akson-akson sel

reseptor secara kolektif membentuk saraf olfaktorius. Bagian reseptor dari selreseptor

olfaktorius terdiri dari sebuah kepala yang menggembung dan berisi beberapa silia panjang

yang meluas ke permukaan mukosa. Silia ini mengandung tempat pengikatan untuk melekatnya

berbagai molekul-molekul odoriferosa (pembentuk bau). Selama kita bernapas biasa, odoran

biasanya mencapai reseptor-reseptor peka hanya dengan berdifusi karena mukosa olfaktorius

terletak di atas jalur aliran udara normal. Tindakan mengendus meningkatkan proses ini dengan

menarik arus udara ke atas di dalam rongga hidung, sehingga semakin banyak molekul

odoriferosa di udara yang berkontak dengan mukosa olfaktorius.

Agar dapat dibaui, suatu bahan harus (1) cukup mudah menjadi gas (mudah menguap),

sehingga sebagian molekulnya dapat masuk ke hidung dalam udara yang dihirup dan (2) cukup

mudah untuk larut-air, sehingga dapat larut ke dalam lapisan mucus yang melapisi mukosa

olfaktorius. Peningkatan suatu molekul odoriferosa ke tempat perlekatan khusus di silia

menyebabkan pembukaan saluran-saluran Na+ dan K+. Terjadi perpindahan ion-ion yang

menimbulkan depolarisasi potensial reseptor yang menyebabkan terbentuknya potensial aksi di

serat aferen. Frekuensi potensial aksi bergantung pada konsentrasi molekul-molekul zat kimia

yang terstimulasi.

Serat-serat aferen berjalan melalui lubang-lubang halus di lempeng tulang datar yang

memisahkan mukosa olfaktorius dari jaringan otak di atasnya. Serat-serat tersebut

segerabersinaps di bulbus olfaktorius, suatu struktur saraf kompleks yang mengandung

beberapa lapisan sel yang berbeda-beda yang secara fungsional serupa dengan lapisan retina

mata. Serat-serat yang keluar dari bulbus olfaktorius berjalan melalui dua rute: (1) rute

subkortikal yang terutama menuju ke daerah-daerah disistem limbik, khususnya sisi medial

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 14

Page 15: Learning Issue1 New

bawah lobus temporalis (yang dianggap sebagai korteks olfaktorius primer), dan (2) rute

thalamus-kortikal. Sampai saat ini rute subkortikal dianggap sebagai satu-satunya jalur

penghidu. Rute ini mencakup hipotalamus. Rute talamus-kortikal, seperti pada indera lainnya

penting untuk persepsi sadar dan diskriminasi halus penghidu.

Adaptasi. Sekitar 50 persen reseptor olfaktori beradaptasi pada detik pertama atau

setelah terkena ransang. Sesudah itu, sangat sedikit reseptor yang beradaptasi dan berlangsung

sangat lambat. Namun dari pengalaman, kita semua tahu bahwa sensasi bau dapat beradaptasi

dengan jelasdalam waktu satumenit atau lebih sesudah seseorang memasuki atmosfer yang

berbau kuat. Telah diasumsikan suatu mekanisme neuronal dari adaptasi ini, yaitu sebagai

berikut: sejumlah besar serabut saraf sentrifugal melintas dari daerah olfaktori otak ke

belakangsepanjang traktus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel inhibitor pada bulbul

olfaktorius, yaitu sel granula.

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 15

Page 16: Learning Issue1 New

SISTEM PERTAHANAN HIDUNG

• Nonspesifik

• Bersin

• Sistem mukosiliar

Terdiri atas :

• Epitel bersilia

• Kelenjar penghasil mukus

• Palut lendir yg dihasilkan sel goblet

• Kelenjar serumusinosa submukosa

Mendorong aktif dan simultan gumpalan mukus+benda asing yg terperangkap masuk saat

menghirup udara

• Spesifik

• Humoral

Pembentukan Antibodi (Imunoglobulin)

• Seluler

Sel limfosit T

CORPUS ALIENUM DI HIDUNG

• Definisi

Benda (massa) yang dalam keadaan normal tidak dijumpai dihidung atau singkatnya

benda asing dalam hidung. Biasa terjadi pada anak 2-4 tahun dan pasien dengan retardasi

mental, juga dapat terjadi pada orang dewasa dengan gangguan jiwa.

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 16

Page 17: Learning Issue1 New

• Benda asing :

• Benda mati

Karet penghapus, manik-manik, kancing baju, peluru plastik

• Benda hidup

Lalat, nyamuk, lintah

Gejala Klinis

Benda asing di hidung pada anaksering luput dari perhatian orang tua karena tidak ada

gejala dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rinolith di sekitar benda asing. Gejala

yang paling sering adalah:

hidung tersumbat,

rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau. Benda asing, seperti karet busa,

sangat cepat menimbulkan secret yang berbau busuk.

Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin.

Pada pemeriksaan, tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan

dapat terjadi ulserasi.

PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas

antara lain, faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi social, tempat tinggal),

kegagalan mekanisme proteksi yang normal (antara lain keadaan tidur, kesadaran menurun,

alkoholisme dan epileksi), factor fisik (yaitu kelainan dan penyakit neurologik), factor kejiwaan

(antara lain emosi, gangguan psikis), ukuran dan bentuk serta sifat benda asing, factor

kecerobohan (antara lain meletakkan benda asing di hidung, persiapan makanan yang kurang

baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain pada anak-anak), memberikan

kacang atau permen pada anak.

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 17

Page 18: Learning Issue1 New

Benda asing mati (inanimate foreign bodies) di hidung cenderung menyebabkan edema

dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi dan dapat

berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing hidup (animate foreign bodies) menyebabkan reaksi

inflamasi dengan derajat bervariasi, dari infeksi local sampai destruksi massif tulang rawan dan

tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau. Cacing askaris di

hidung dapat menimbulkan iritasi dengan derajat yang bervariasi karena gerakannya.

Benda asing yang organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat higroskopik,

mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta menyebabkan iritasi pada mukosa.

Mukosa hidung menjadi edema, dan meradang, serta dapat pula terjadi jaringan granulasi di

sekitar benda asing, sehingga gejala sumbatan makin menghebat

Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan, dan lebih mudah

didiagnosis dengan pemeriksaan radiologik,karena umumnya benda asing anorganik bersifat

radioopak.

PENEGAKAN DIAGNOSIS

Anamnesis

• Hidung tersumbat

• (+) sekret mukopurulen yg banyak & bau busuk di sisi yng terdapat benda asing.

Pemeriksaan fisik

• Edema + inflamasi mukosa hidung unilateral

• Ulserasi

Rhinoskopi anterior

• (+) benda asing atau dapat disertai tanda – tanda peradangan (eritema, edema,

discharge, dapat juga disertai perdarahan → iritasi mekanik

Radiologis

• Radiologis

• Foto sinus paranasal

• CT scan

• Foto kepala

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 18

Page 19: Learning Issue1 New

PENATALAKSANAAN

Jika pasien anak – anak, maka pasien dipangku ortu dengan satu tangan memegang kepala anak

(- bergerak). Dengan Rhinskopi anterior, sekret dihisap, benda asing akan nampak

Bila benda asing pipih à jepit dgn pinset (forceps alligator) & tarik

Bila benda asing bulat à masukkan alat pengait (cunam) benda asing tsb dari

bagian atau rongga hidung smp melewati benda asing lalu tarik ke bawah sampai

benda tsb keluar

Bila benda asing à hidup à biasanya diberikan anastesi ataupun dimatikan

terlebih dahulu

• Farmakologi

Antibiotik 5 – 7 hari bila tjd infeksi hidung & sinus

Anastesi lokal

Vasokonstriktor, pada anak yg (-) kooperatif à bius umum

• Non-farmakologi

Edukasi

Orang tua dianjurkan untuk selalu mengawasi anaknya terutama yg berumur < 5 tahun

dan menghindarkan benda – benda yg menarik perhatian anak, berwarna cerah dan berbau

pada anak.

KOMPLIKASI

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 19

Page 20: Learning Issue1 New

• Edema pada mukosa bisa menyebabkan obstruksi pada drainase sinus dan tuba

eusthacii à sinusitis & OMA

• Rinolith

• Infeksi pada struktur sekitarnya yg dapat terjadi spt : selulitis, tetanus, periorbital,

meningitis, dan difteri

• Bahaya nekrosis dan aspirasi ke dalam saluran nafas

PROGNOSIS

Prognosis umumnya baik jika dilakukan penanganan secara dini dan tepat. Tidak boleh

dibiarkan dalam rongga hidung karena bahaya nekrosis dan infeksi sekunder yangmungkin

timbul dan kemungkinan aspirasi ke dalam sal. pernafasan bawah.

KESIMPULAN

Pasien R didapati coprus alienum anorganik (benda mati) dihidungnya sesuai dengan

keluhan hidung berbau ±1 minggu, keluar cairan kental sebelah hidung, bersin – bersin tidak

begitu sering & berdarah sedikit. Pada hasil pemeriksaan foto sinus ternyaa tampak adanya

gambaran semi opaque bentuk bulat dan Ibu adalah seorang penjahit baju jadi kemungkinan

payet baju masuk ke hidung anak.

DAFTAR PUSTAKA

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 20

Page 21: Learning Issue1 New

Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 21