18
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN I. KONSEP DASAR RISIKO PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Menurut Berkowitz (1993) perilaku kekerasan adalah perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis, sedangkan menurut Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) perilaku kekerasan adalah respon dan perilaku manusia untuk merusak dan berkonotasi sebagai agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau sesuatu. Stuart dan Laraia (2005) menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini dapat berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik). Menurut Keliat, dkk, perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat dkk, 2002).

LP RPK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asdddsa

Citation preview

Page 1: LP RPK

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN RISIKO

PERILAKU KEKERASAN

I. KONSEP DASAR RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian

Menurut Berkowitz (1993) perilaku kekerasan adalah perilaku yang

bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis, sedangkan

menurut Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) perilaku kekerasan

adalah respon dan perilaku manusia untuk merusak dan berkonotasi sebagai

agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dan atau

sesuatu.

Stuart dan Laraia (2005) menyatakan bahwa perilaku kekerasan

adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik)

sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan

fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini dapat berasal dari stresor

eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang

lain) dan internal (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak

mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik).

Menurut Keliat, dkk, perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku

yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis

(Keliat dkk, 2002).

Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang memperlihatkan

individu tersebut dapat mengancam secara fisik, emosional dan atau seksual

kepada orang lain (Herdman, 2012).

Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku kekerasan merupakan:

a) Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang

meningkat dan dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).

b) Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan

(kecewa, keinginan tidak tercapai, tidak puas).

c) Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri

sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Page 2: LP RPK

Respon Adaptif adalah respon individu dalam penyesuaian masalah

yang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan, sedangkan

respon maladaptive yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang

menyimpang dari norma – norma sosial dan budaya lingkungannya.

B. Rentang Respon

Rentang kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif sampai

maladaptif. Rentang respon kemarahan (Keliat, 2003) dapat digambarkan

sebagai berikut :

Respon adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Ngamuk(kekerasan)

a. Asertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan

orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.

b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapi tujuan atau

keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.

Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.

c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan

perasaan yang dialami.

d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah namun masih dapat

dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak

orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk

mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama

dari orang lain.

e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai

kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya

sendiri maupun terhadap orang lain.

Page 3: LP RPK

C. Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Kekerasan

Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan

menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor

predisposisi dan presipitasi.

a. Faktor Predisposisi

Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi

:

1) Faktor Biologis

Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter

mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan

riwayat penggunaan NAPZA.

2) Faktor Psikologis

Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap

stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.Perilaku kekerasan

terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustrasi. Frustrasi terjadi apabila

keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau

terhambat, seperti kesehatan fisik yang terganggu, hubungan social

yang terganggu. Salah satu kebutuhan manusia adalah “berperilaku”,

apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku

konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut

berperilaku destruktif.

3) Faktor Sosiokultural

Fungsi dan hubungan sosial yang terganggu disertai lingkungan sosial

yang mengancam kebutuhan individu yang mempengaruhi sikap

individu dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat

mempengaruhi individu untuk berespon asertif atau agresif. Perilaku

kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses sosialisasi

(social learning theory), merupakan proses meniru dari lingkungan

Page 4: LP RPK

yang menggunakan perilaku kekerasan sebagai cara menyelesaikan

masalah

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan

pada setiap individu bersifat unik, berbeda satu orang dengan orang yang

lain. Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang bersifat faktor

eksternal maupun internal dari individu.

Faktor internal meliputi keinginan yang tidak terpenuhi, perasaan

kehilangan dan kegagalan akan kehidupan (pekerjaan, pendidikan, dan

kehilangan orang yang dicintai), kekhawatiran terhadap penyakit fisik.

Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian sosial yang

berubah seperti serangan fisik atau tindakan kekerasan, kritikan yang

menghina, lingkungan yang terlalu ribut, atau putusnya hubungan

social/kerja/sekolah.

Perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi tiga, yakni :

a. Bersumber dari klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak

berdayaan, percaya diri kurang.

b. Lingkungan : ribut, padat, krtitikan mengarah penghinaan, kehilangan

orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan/

c. Interaksi dengan orang lain : provokatif dan konflik.

D. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan

didukung dengan hasil observasi.

a. Data Subjektif:

1) Ungkapan berupa ancaman

2) Ungkapan kata-kata kasar

3) Ungkapan ingin memukul/ melukai

b. Data Objektif:

a. Wajah memerah dan tegang

b. Pandangan tajam

Page 5: LP RPK

c. Otot tegang

d. Mengatupkan rahang dengan kuat

e. Mengepalkan tangan

f. Bicara kasar

g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak

h. Berdebat

i. Mondar mandir

j. Memaksakan kehendak

k. Memukul jika tidak senang

l. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan

terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)

m. Halusinasi dengar dengan perilaku kekerasan tetapi tidak semua

pasien berada ada resiko tinggi

n. Memperlihatkan permusuhan

o. Melempar atau memukul benda/orang lain.

Keliat (2002) mengemukakan bahwa tanda-tanda marah adalah sebagai

berikut :

d. Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah(dendam),

jengkel.

e. Fisik : muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit

fisik, penyalahgunaan obat dan tekanan darah.

f. Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.

g. Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan/kebenaran diri, keraguan, tidak

bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat.

h. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan

humor.

E. Penatalaksanaan Medis1. Terapi Medis

Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk

mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Menurut Depkes

(2000), jenis obat psikofarmaka adalah :

Page 6: LP RPK

1) Clorpromazine (CPZ, Largactile)

Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa :agitasi, ansietas,

ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala-

gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, mania

depresif, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa

kecil.

2) Haloperidol (Haldol, Serenace)

Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma

gilles de la toureette pada anak-anak dan dewasa maupun pada

gangguan perilaku berat pada anak-anak. Dosis oral untuk dewasa 1-

6 mg sehari yang terbagi 6-15 mg untuk keadaan berat.

Kontraindikasinya depresi sistem saraf pusat atau keadaan koma,

penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol. Efek samping

nya sering mengantuk, kaku, tremor lesu, letih, gelisah.

3) Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin)

Indikasi untuk penatalaksanan manifestasi psikosa khususnya gejala

skizofrenia.

4) ECT (Electro Convulsive Therapy)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara

artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang

dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada

skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau

injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

2. Tindakan Keperawatan

Keliat, dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan

keluarga dalam mengatasi marah klien yaitu :

1) Latihan secara non verbal /perilaku(memukul)

Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak

sseperti bantal, kasur.

2) Latihan cara sosial atau verbal

Bantu klien relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga. Latihan

pernapasan 2 x/hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan napas.

Page 7: LP RPK

Kemudian Berteriak, menjerit untuk melepaskan perasaan marah. Bisa

juga mengatasi marah dengan dilakukan tiga cara, yaitu:

mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar. Bantu melalui

humor. Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka

orang yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Risiko Perilaku Kekerasan

1. Pengumpulan data

a. Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No

Rumah Sakit dan alamat klien.

b. Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan

keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk

mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai

c. Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami

gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami

penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan

dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi

psikologis,  biologis, dan social budaya.

d. Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB,

BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

e. Aspek psikososial

1) Genogram menggambarkan tiga generasi yang dapat

menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang

terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh.

2) Konsep diri

Page 8: LP RPK

a. Citra tubuh: mengenal persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian

yang disukai dan tidak disukai.

b. Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan

klien terhadap status dan posisinya, dan kepuasan klien sebagai

laki-laki/perempuan.

c. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga/kelompok, dan

masyarakat serta kemampuan klien dalam melaksanakan tugas

tersebut.

d. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas,

lingkungan, dan penyakitnya.

e. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian, dan

penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi

pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sesuai wujud harga

diri rendah.

3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,

kelompok, yang diikuti dalam masyarakat

4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah

f. Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik

klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir,

isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan

berhitung.

g. Kebutuhan persiapan pulang

1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat

makan kembali.

2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC

serta membersihkan dan merapikan pakaian.

3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

4) Istirahat tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum

Page 9: LP RPK

h. Mekanisme koping

Terkadang hiperaktif, cenderung lebih sensitive (lebih cepat marah),

emosi terkadang labil.

i. Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,

lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan

kesehatan.

j. Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

k. Aspek medik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,

psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

2. Daftar Masalah

a. Risiko Perilaku Kekerasan

b. Risiko Mencederai Diri Sendiri

c. Koping Individu tidak Efektif

B. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko Perilaku Kekerasan

2. Risiko Mencederai Diri Sendiri

3. Koping Individu tidak Efektif

C. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien disesuaikan

dengan prioritas masalah yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan

keperawatan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah dibuat. Yang

paling penting pelaksanaan mengacu pada intervensi yang telah ditentukan

dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal

Page 10: LP RPK

D. EVALUASI

Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan

kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus

dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon terhadap intervensi

keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang

dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan-tindakan

keperawatan pada kriteria hasil.

Pada tahap evaluasi ini terdiri 2 kegiatan yaitu:

a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat

memberikan intervensi dengan respon segera.

b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan

analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang

direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga

sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu

yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau

tercapai sebagian.

1) Tujuan Tercapai

Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan

perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah

ditetapkan

2) Tujuan tercapai sebagian

Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak

tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari

berbagai masalah atau penyebabnya, seperti klien tidak. mau

mengungkapkan halusinasinya , klien tidak mau menyapa

perawat dan menjabat tangan perawat dan lain-lain.

3) Tujuan tidak tercapai

Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya

perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang

diharapkan.

Page 11: LP RPK

Dalam evaluasi yang digunakan adalah format SOAP , Adapun isi dari

SOAP tersebut adalah :

S : Subjective = Pernyataan atau keluhan dari pasien setelah diberikan

tindakan.

O : Objective = Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.

A : Analisys = Kesimpulan dari objektif dan subjektif

P : Planning = Rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan

analisis

Page 12: LP RPK

I. Referensi

Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa

Schizofrenia, FKUI; Jakarta.

Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.

Keliat, B. A. 2002. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI :

Jakarta.

Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2).

Jakarta: EGC.

Pramuditya, Arindra. 2014. Laporan Pendahuluan Risiko Perilaku

Kekerasan. Terdapat pada

arindracase.blogspot.com/2014/10/laporan-pendahuluan-resiko-

prilaku.html. Diakses pada 12 Mei 2014.

Stuart & Sudart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.(Edisi 5). Alih

Bahasa: Ramona P, Kapoh. Jakarta: EGC.

Yoseph, Iyus. 2010. Kepeerawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Revika

Aditama.