32
LEKSIKON DALAM REGISTER KEDIRGANTARAAN Oleh: Yunus Sulistyono 08/268097/SA/14454 1. Pendahuluan Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, muncul kata-kata baru sebagai hasil dari perkembangan kebudayaan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kemunculan kata-kata baru tersebut menimbulkan variasi dalam penggunaan bahasa. Salah satu bentuk variasi dalam penggunaan bahasa tersebut adalah penggunaan bahasa dalam register kedirgantaraan. 1.1 Latar Belakang Kedirgantaraan merupakan bidang industri yang berkaitan dengan ruang di sekeliling dan melingkupi bumi yang terdiri atas ruang udara dan antariksa. Bidang kedirgantaraan dapat dikaitkan dengan dunia penerbangan dan militer. Sampai saat ini, penelitian dalam bidang kedirgantaraan hanya terbatas pada riset mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi kedirgantaraan. Penelitian mengenai bahasa atau kosakata yang digunakan dalam bidang kedirgantaraan belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas pemakaian kosakata atau leksikon dalam register kedirgantaraan. 1

Makalah buat MPB LRK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah buat MPB LRK

LEKSIKON DALAM REGISTER KEDIRGANTARAAN

Oleh:

Yunus Sulistyono

08/268097/SA/14454

1. Pendahuluan

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, muncul kata-kata

baru sebagai hasil dari perkembangan kebudayaan yang terjadi dalam kehidupan

manusia. Kemunculan kata-kata baru tersebut menimbulkan variasi dalam penggunaan

bahasa. Salah satu bentuk variasi dalam penggunaan bahasa tersebut adalah penggunaan

bahasa dalam register kedirgantaraan.

1.1 Latar Belakang

Kedirgantaraan merupakan bidang industri yang berkaitan dengan ruang di

sekeliling dan melingkupi bumi yang terdiri atas ruang udara dan antariksa. Bidang

kedirgantaraan dapat dikaitkan dengan dunia penerbangan dan militer. Sampai saat ini,

penelitian dalam bidang kedirgantaraan hanya terbatas pada riset mengenai

perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi kedirgantaraan. Penelitian

mengenai bahasa atau kosakata yang digunakan dalam bidang kedirgantaraan belum

pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas pemakaian kosakata

atau leksikon dalam register kedirgantaraan.

Sebagai register, bidang kedirgantaraan memiliki istilah-istilah khusus yang

hanya digunakan dalam bidang kedirgantaraan. Istilah-istilah tersebut memiliki bentuk-

bentuk gramatikal yang terbentuk melalui proses-proses lingual. Berikut ini contoh data

leksikon dalam register kedirgantaraan.

(1) Hujan yang menerpa kanopi masih cukup keras sehingga aku belum dapat melihat

landasan, hanya sosok Hercules yang anggun dan besar yang aku lihat (Angkasa,

2009 No.7 hal. 75).

(2) Typhoon dilengkapi dengan dua buah sayap canard di bagian depan untuk

menghasilkan tingkat kelincahan yang tinggi (Angkasa, 2005 No.6 hal. 6).

1

Page 2: Makalah buat MPB LRK

Dari contoh diatas, terdapat leksikokon kanopi dan canard. Leksikon-leksikon

tersebut hanya digunakan dalam register kedirgantaraan dan memiliki bentuk gramatikal

yang dapat dideskripsikan melalui proses lingual.

Istilah-istilah dalam register kedirgantaraan dapat diklasifikasikan berdasarkan

aspek-aspek tertentu yang berhubungan dengan leksikon dalam register kedirgantaraan.

Selain itu, istilah-istilah dalam register kedirgantaraan dapat dideskripsikan relasi makna,

medan makna, dan perubahan makna yang terjadi dalam leksikon register kedirgantaraan.

Leksikon dalam register bidang kedirgantaraan memiliki bentuk lingual yang berasal dari

kosakata bahasa asing dan telah menglami proses-proses lingual sehingga dapat

dideskripsikan campur kode yang terjadi dalam register kedirgantaraan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana bentuk-bentuk lingual leksikon dalam register kedirgantaraan?

2. Bagaimana klasifikasi leksikon, relasi makna, medan makna dan perubahan

makna dalam register kedirgantaraan?

3. Bagaimana campur kode dalam bidang kedirgantaraan?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk lingual dalam register kedirgantaraan.

2. Mendeskripsikan klasifikasi leksikon, relasi makana, medan makana, dan

perubahan makana dalam register bidang kedirgantaraan.

3. Mendeskripsikan campur kode dalam bidang kedirgantaraan.

1.4 Ruang Lingkup

Secara keseluruhan, penelitian ini membahas leksikon/pembendaharaan kata

dalam register kedirgantaraan. Pembahasan mengenai leksikon dalam register

kedirgantraan melingkupi bentuk-bentuk lingual, klasifikasi leksikon, relasi makna,

medan makna, perubahan makna, dan campur kode dalam register kedirgantaraan.

2

Page 3: Makalah buat MPB LRK

1.5 Tinjauan Pustaka

Istilah yang digunakan dalam suatu register sebagai objek kajian linguistik telah

banyak diteliti oleh para peneliti. Yuwono (2006) dalam skripsinya yang berjudul “Istilah

dalam Bidang Kepolisian” mengklasifikasikan istilah dalam bidang kepolisian

berdasarkan bentuk dan asal. Selain itu, pengklasifikasian istilah juga didasarkan pada

refren dan makna. Sayangnya, pendeskripsian mengenai asal kata tidak dijelaskan secara

etimologis.

Suryati, (2009) dalam skripsinya “Leksikon Register Fotografi” mengungkapkan

bentuk-bentuk lingual, klasifikasi leksikon, relasi makna, medan makna, dan perubahan

makna dalam register bidang fotografi. Selain itu, ia juga menjelaskan campur kode yang

terjadi dalam register fotografi. Penelitian mengenai register juga dilakukan oleh

Listiarini (2009) dalam skripsinya “Register Seks sebagai Variasai Bahasa: Studi Kasus

Majalah Femina dan Kartini”. Listiarini mendeskripsikan bentuk-bentuk kebahasaan dan

makna register seks, mengklasifikasikan istilah bahasa asing dalam register seks beserta

alasan pemakaiannya dan mengungkapkan bentuk campur kode dalam konsultasi seks.

Dalam penelitiannya, Listriani menggunakan majalah Kartini dan Femina sebagai bahan

penelitian.

Farmadiani (2004) dalam skripsinya “Register Perfilman sebagai Variasi Bahasa”

mendeskripsikan bentuk satuan gramatikal register perfilman, dan

mengklasifikasikannya, serta menganalisis perubahan makna leksikon dalam register

perfilman. Selain itu, ia juga mendeskripsikan adanya campur kode dalam register

perfilman. Namun, Farmadani belum melakukan penelitian secara mendetail dalam hal

pemakaian istilah asing, terutama istilah yang berasal dari bahasa Inggris.

Syamsiyah (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Akronim dalam Ranah

Kepolisian” mendeskripsikan bentuk-bentuk akronim dan proses pembentukan yang

terjadi pada bentuk akronim dalam ranah kepolisian. Selain itu, ia juga

mengklasifikasikan pemakaian akronim dalam ranah kepolisian dan fungsinya bagi

pemakai. Sayangnya, skripsi ini tidak menjelaskan hal-hal yang melatarbelakangi

penggunaan akronim dalam ranah kepolisian secara lebih mendalam.

Dari penelitian diatas, terlihat bahwa penelitian mengenai register telah banyak

dilakukan. Namun, penelitian mengenai leksikon dalam bidang kedirgantaraan belum

3

Page 4: Makalah buat MPB LRK

pernah dilakukkan Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian

mengenai leksikon yang digunakan dalam suatu register.

1.6 Landasan Teori

Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan sebuah

sistem yang terbentuk dari sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat

dikaidahkan (Chaer, 2004:11). Variasi bahasa timbul karena para penuturnya yang

homogen dan karena kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh penutur sangat

beragam. Abdul Chaer membagi variasi bahasa berdasarkan empat segi, yaitu variasi

bahasa dari segi penutur, segi pemakaian, segi keformalan, dan variasi bahasa dari segi

sarana. Variasi bahasa yang dilihat dari segi pemakaiannya menyangkut pemakaian

bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang tertentu. Variasi bahasa berdasarkan

fungsi ini lazim disebut dengan register (Chaer, 2004: 68--69).

Leksikon merupakan suatu komponen bahasa yang memuat semua informasi

tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa atau daftar kata yang disusun seperti

kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis (Kridalaksana, 2008:142).

Penelitian menganai leksikon dalam register kedirgantaraan tidak terlepas dari teori

morfologi, semantik, dan sosiolinguistik. Morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa

yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan

struktur kata terhadap golongan dan arti kata (Ramlan, 1978:2). Menurut Kridalaksana

(2008), morfologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari

morfem dan kombinasi-kombinasinya.

Penelitian ini juga menggunakan teori semantik. Menurut Kridalaksana (2008),

semantik merupakan sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam sauatu bahasa atau

bahasa pada umumnya, sedangkan menurut Chaer (2002), semantik merupakan cabang

linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang

ditandainya. Karena objek dalam penelitian ini berupa kata, maka jenis semantiknya

adalah semantik leksikal. Dalam semantik leksikal, istilah yang biasa digunakan untuk

tanda linguistik adalah leksem. Leksem merupakan istilah yang lazim digunakan dalam

studi semantik untuk menyebut satuan kebahasaan yang memiliki makna (Chaer, 2002:8).

4

Page 5: Makalah buat MPB LRK

Dalam sebuah leksem, dimungkinkan terdapat relasi makna, medan makna, dan

perubahan makna. Relasi makna merupakan hubungan semantik yang terdapat diantara

satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya. Satuan bahasa ini dapat

berupa kata, frasa, maupun kalimat. Dalam pembicaraan relasi makna, biasanya

dibicarakan masalah-masalah yang disebut sinonim, antonim, polisemi, hiponimi,

homonimi, ambigu, dan redudansi (Chaer, 1994:297).

Perubahan makna adalah perubahan yang terjadi pada satuan ujaran yang terjadi

secara diakronis dan dimungkinkan terjadi dalam waktu yang relatif lama (Chaer, 1994:

310-311). Perubahan makna dapat terjadi akibat perubahan lingkungan, pertukaran

tanggapan indera, gabungan leksem atau kata, tanggapan pemakai bahasa, asosiasi, dan

perubahan makna akibat perubahan bentuk (Pateda, 2001:160--182). Medan makna

merupakan seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena

menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta

tertentu (Chaer, 1994:316).

Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mempelajari hubungan dan

saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial (Kridalaksana, 2008:225).

Campur kode (code mixing) merupakan penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke

bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk didalamnya

pemakaian kata, frasa, klausa, idiom, dan sapaan (Kridalaksana, 2008:40). Campur kode

dalam bidang kedirgantaraan dapat diuraikan berdasarkan bentuk, jenis, dan alasan

pemakaiannya.

Campur kode ada dua macam, yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing)

dan camour kode ke luar (outer code mixing) (Suwito, via Suryati, 2009:9).campur kode

ke dalam adalah campur kode yang terjadi karena penyisipan unsur-unsur yang

bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya. Campur kode ke luar adalah campur

kode yang terjadi karena penyisipan unsur-unsur yang bersumber dari bahasa asing. Ada

tiga hal yang melatarbelakangi terjadinya campur kode yaitu identifikasi peranan, ragam,

dan keinginan untuk menjelaskan atau menafsirkan.

5

Page 6: Makalah buat MPB LRK

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga tahap, yaitu penyediaan data, analisis data, dan

penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5). Pada tahap penyedian data, peneliti

menggunakan metode simak dengan teknik catat. Data sekunder diambil dari lima

majalah kedirgantraan, yaitu majalah Airliner World Indonesia edisi 1 terbit Februari

2010, majalah Angkasa No. 7 terbit April 2009, majalah Angkasa No. 6 terbit Maret

2009, majalah Angkasa No. 10 terbit Juli 2005, dan majalah Angkasa No. 6 terbit Maret

2005. Populasi data sebanyak 133 dengan jumlah istilah sebanyak 163.

Pada tahap analisis data, digunakan metode agih dengan teknik bagi unsur dan

metode padan dengan teknik translasional. Teknik bagi unsur bermanfaat untuk

menentukan bagian-bagian fungsional suatu konstruksi sehingga dapat ditentukan istilah

umum dan istilah khusus yang digunakan dalam register Kedirgantaraan.. Hasil

penerapan teknik bagi unsur langsung itu menjadi dasar bagi analisis data selanjutnya

(Mastoyo, 2007:55). Dalam penggunaan metode padan dengan teknik translasional

peneliti menggunakan pembandingan dengan bahasa lain diluar register kedirgantaraan.

Karena sebagian besar leksikon dalam register kedirgantaraan adalah leksikon dari

bahasa Inggris, bahsa lain yang dikomparasikan adalah bahasa Indonesia.

Pada tahap terakhir, yaitu tahap penyajian hasil analisis data, peneliti

menggunakan metode penyajian informal. Metode penyajian informal adalah perumusan

dengan kata-kata biasa dengan terminologi yang bersifat teknis (Sudaryanto, 1993:145).

Dalam metode penyajian informal, pembahasan mengenai rumusan masalah disampaikan

dengan kata-kata yang dapat langsung dipahami jika dibaca dengan serta merta.

2. Analisis Bentuk Satuan Gramatikal Register Kedirgantaraan

Register kedirgantaraan memiliki sekumpulan kosakata khusus yang hanya

digunakan dalam bidang kedirgantaraan. Ciri khas yang dimiliki leksikon dalam register

kedirgantaraan adalah banyaknya istilah yang berasal dari bahasa Inggris. Sebagian

leksikon merupakan hasil dari penerjemahan dan penyerapan kata dari bahasa Inggris.

Hasil penerjemahan dan serapan tersebut dapat berbentuk kata, frasa, dan bentuk

abreviasi.

2.1 Proses Pembentukan Leksikon Register Kedirgantaraan dari Istilah Asing

6

Page 7: Makalah buat MPB LRK

Terdapat tiga proses dalam pembentukan istilah dalam register kedirgantaraan,

yaitu proses penerjemahan, proses penyerapan dari bahasa asing, dan proses afiksasi.

2.1.1 Istilah yang Berasal dari Proses Penerjemahan

Terjemahan merupakan salinan bahasa, alih bahasa dari satu bahasa ke bahasa

lain. dalam register kedirgantaraan, proses penerjemahan terjadi dengan menerjemahkan

istilah asing yang dupadankan dengan bahasa Indonesia umum dan menerjemahkan

istilah asing yang dipadankan dengan bahasa Indonesia tidak lazim.

2.1.1.1 Istilah Asing yang Dipadankan dengan Istilah dalam Bahasa Indonesia

Umum

Proses pembentukan istilah asing yang dipadankan dengan istilah dalam bahasa

Indonesia umum merupakan proses penerjemahan yang dilakukan dengan berusaha

mencari padanan kata asing di dalam kosa kata bahasa Indonesia. Hal ini dapat terjadi

kerena tingginya frekwensi pemakaian kesakata tertentu dalam bahasa Indonesia dan

sudah memiliki sifat yang umum dalam bahasa Indonesia. Leksikon dalam register

kedirgantaraan yang mengalami proses penerjemahan istilah asing yang dipadankan

dengan istilah dalam bahasa Indonesia umum dapat berupa bentuk tunggal dan kompleks.

Berikut merupakan contoh bentuk tunggal asing yang dipadankan dengan istilah dalam

bahasa Indonesia umum.

(3) “Oke Capt, silakan mendarat di runway 04” (Angkasa, 2009 No.7 hal.. 34).

(3a) “Oke Capt, silakan mendarat di landasan pacu 04.”

(4) Ia adalah spy yang mampu menembus fasilitas penelitian atom paling rahasia di

Los Alamos (Angkasa, 2005 No.6 hal. 42).

(4a) Ia adalah mata-mata yang mampu menembus fasilitas penelitian atom paling

rahasia di Los Alamos.

Berdasarkan data (3) dan (3a) serta data (4) dan (4a), terlihat bahwa leksikon

dalam bahasa Inggris dapat dipadankan dengan leksikon dalam bahasa Indonesia umum.

Padanan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

runway landasan pacu

7

Page 8: Makalah buat MPB LRK

spy mata-mata

lesksikon runway dan spy dalam bahasa Inggris dapat dipadankan dengan leksikon

landasan pacu dan mata-mata dalam bahasa Indonesia. Pemilihan landasan pacu dan

mata-mata sebagai padanan runway dan spy karena dianggap memiliki makna gramatikal

yang sama. Leksikon bentuk kompleks dalam register kedirgantaraan yang mengalami

proses penerjemahan istilah asing yang dipadankan dengan istilah dalam bahasa

Indonesia umum berbentuk frasa. Berikut ini merupakan contoh frasa dalam bahasa

Inggris yang dipadankan dengan bahasa Indonesia umum.

(5) Dinyatakan dalam kondisi fit terbang, ia sudah menemani pesawat Roulettes

beraksi di Australian Day, namun sebagai duty safety di helikopter (Angkasa,

2005 No.6 hak. 24).

(5a) Dinyatakan dalam kondisi fit terbang, ia sudah menemani pesawat Roulettes

beraksi di Australian Day, namun sebagai petugas keselamatan di helikopter.

(6) Bahkan jika pengereman manual maksimal dilakukan begitu menyentuh landasan

sekalipun dengan reverse thrust dipertahankan pada 1,3 EPR selama mendarat

(Angkasa, 2009 No.6 hal. 71).

(6a) Bahkan jika pengereman manual maksimal dilakukan begitu menyentuh landasan

sekalipun dengan daya tolak dipertahankan pada 1,3 EPR selama mendarat.

Pada contoh (5) dan (5a) diatas, frasa duty safety dalam bahasa Inggris dapat

dipadankan dengan istilah dalam bahasa Indonesia yaitu petugas keselamatan. Leksikon

duty sefety pada contoh diatas merupakan frasa yang terdiri dari satu morfem bebas dan

satu kata, yaitu morfem bebas duty dan kata safety yang telah mengalami proses

morfologis karena mendapat akhiran –ty leksikon duty safety termasuk frasa karena tidak

menimbulkan arti baru setelah melalui proses morfologis. Frasa duty safety jika

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi petugas keselamatan yang memiliki arti

yang sama dengan leksikon aslinya dalam bahasa Inggris.

Pada contoh (6) dan (6a), frasa reverse thrust dalam bahasa Inggris dipadankan

dengan istilah dalam bahasa Indonesia daya tolak karena memiliki makna gramatikal

yang sama. Leksikon reverse thrust terdiri dari dua morfem bebas yaitu morfem reverse

8

Page 9: Makalah buat MPB LRK

dan morfem thrust. Leksikon reverse thrust termasuk dalam frasa karena tidak

menimbulkan arti baru. Frasa reverse thrust jika diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia menjadi daya tolak yang memiliki makna gramatikal yang sama dengan

leksikon aslinya dalam bahasa Inggris.

2.1.1.2 Istilah Asing yang Dipadankan dengan Istilah Bahasa Indonesia tidak Lazim

Proses pembentukan istilah asing yang dipadankan dengan istilah dalam bahasa

Indonesia tidak lazim merupakan proses penerjemahan istilah asing yang dilakukan

dengan cara mencari padanan kata asing yang tidak terdapat dalam kosakata bahasa

Indonesia secara umum, tetapi dapat ditemukan padanannya dalam kosakata bahasa

Indonesia yang tidak lazim. Kosakata bahasa Indonesia yang tidak lazim adalah kosakata

yang jarang dipakai dalam pelafalan bahasa Indonesia kerena akan terdengar asing/aneh.

Berikut ini contoh penggunaan istilah asing yang dipadankan dengan istilah dalam bahasa

Indonesia tidak lazim.

(7) “Nose wheel tidak keluar!” (Angkasa, No.7 hal. 32).

(7a) “Roda hidung tidak keluar!”

(8) Captain pilot dan seluruh kru pesawat adalah fresh crew dari Medan (Angkasa,

2009 No. 7 hal. 32).

(8a) Captain pilot dan seluruh kru pesawat adalah kru segar dari Medan.

Dari contoh diatas, dapat diketahui bahwa leksikon nose wheel dan fresh crew

tidak dapat ditemukan padanannya dalam bahasa Indonesia umum. Meskipun demikian,

leksikon tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang tidak lazim, yaitu roda

hidung, dan kru segar. Kosa kata bahasa Indonesia yang tidak lazim tersebut sangat

jarang digunakan atau bahkan tidak digunakan karena dianggap aneh dan tidak familiar

dengan penutur bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan kata nose wheel dan fresh

crew dianggap lebih tepat dan lebih familier dari pada roda hidung dan kru segar. Hal itu

dilakukan demi tujuan ketepatan makna dan efisiensi kata.

2.1.2 Istilah yang Berasal dari Proses Penyerapan dari Bahasa Asing

9

Page 10: Makalah buat MPB LRK

Dalam register kedirgantaraan, terdapat kata yang berasal dari bahasa asing dan

telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata yang diserap tersebut telah banyak

digunakan dan diterima oleh para pemakainya secara umum. Proses penyerapan istilah

asing ke dalam bahasa Indonesia dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu penyerapan

istilah asing tanpa melalui penyesuaian ejaan, penyerapan istilah asing yang melalui

penyesuaian ejaan, penyerapan istilah asing yang melalui penyeuaian lafal, dan

penyerapan istilah asing yang mangalami penyesuaian ejaan dan lafal.

2.1.2.1 Penyerapan Istilah Asing tanpa Melalui Penyesuaian Ejaan

Penyerapan istilah asing tanpa melaui penyesuaian ejaan merupakan proses

penyerapan bentuk kata asing yang diambil secara keseluruhan tanpa disesuaikan dengan

ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Dalam proses penyerapan ini, terdapat

leksikon bentuk tunggal dan leksikon bentuk kompleks. Berikut ini merupakan contoh

penyerapan istilah asing tanpa melalui penyesuaian ejaan dalam leksikon bentuk tunggal

(9) Dalam kasus pilot Garuda Indonesia, Capt. Marwoto yang mengalami kecelakaan

di Yogyakarta, dituntut empat tahun penjara oleh jaksa di pengadilan Yogyakarta

(Angkasa, 2009 No.7 hal. 22).

(10) “Aku pikir tower telah memberi jawaban yang semestinya karena pada bulan

Desember cuaca di Irian biasanya memang tidak menentu (Angkasa, 2009 No.7

hal. 74).

Leksikon pilot dan tower merupakan leksikon yang berasal dari bahasa Inggris

yang diserap secara utuh tanpa mengalami penyesuaian ejaan dalam bahasa Indonesia.

Hal itu terlihat dari bentuk leksikon pilot dan tower yang masih dipertahankan bentuk

aslinya dari bahasa Inggris.

Leksikon dalam bentuk kompleks yang ditemukan dalam register kedirgantaraan

yang mengalami proses ini merupakan leksikon bentuk frasa. Berikut ini contoh frasa

yang diserap secara utuh ke dalam bahasa Indonesia tanpa melalui penyesuian ejaan.

10

Page 11: Makalah buat MPB LRK

(11) Mengingat sisa bahan bakar tinggal 1200 lbs, ketiga pesawat mendarat dengan

wet R/W landing procedure yaitu dengan memanfaatkan drag chute (Angkasa,

2009 No.7 hal. 75).

(12) Menjelang dropping zone formasi pesawat mulai melaksanakan prosedur slow

down dilanjutkan dengan kerja load master membuka paratroop door (Angkasa,

2009 No.6 hal. 47).

Leksikon drag chute, dan paratroop door merupakan leksikon dalam bentuk frasa

yang mengalami penyerapan tanpa melalui penyesuaian ejaan. Leksikon drag chute

terdiri dari dua morfem bebas, yaitu morfem drag dan morfem chute. Leksikon drag

chute merujuk pada parasut yang digunakan untuk membantu menghentikan

(pengereman) pesawat saat melakukan pendaratan. Leksikon paratroop door terdiri dari

dua morfem bebas yaitu morfem paratroop dan morfem door. Leksikon paratroop door

mengacu pada pintu pesawat yang digunakan untuk penerjunan pasukan penerjun

payung. Leksikon drag chute dan paratroop door tergolong leksikon bentuk frasa karena

tidak menimbulkan makna baru dalam proses pembentukannya.

2.1.2.2 Penyerapan Istilah Asing Melalui Proses Penyesuaian Ejaan

Proses penyerapan istilah asing melalui penyesuaian ejaan merupakan proses

penyerapan bentuk yang berasal dari bahasa asing dengan menyesuaikannya dengan

ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

(13) Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda TNI Slamet Prihatino S,

Senin (14/2) melantik Komandan Lanud Atang Senjaya, Kolonel Pnb Ignatius

Basuki menggantikan pejabat lama Kolonel Pnb Sujono (Angkasa, 2005 No.6 hal.

25).

(14) Walau telah berjanji tak akan lagi melakukan lagi misi overflight ke wilayah Uni

Soviet, tak berarti misi-misi rahasia U-2 juga berakhir (Angkasa, 2005 No.6 hal.

43).

11

Page 12: Makalah buat MPB LRK

Leksikon misi dan operasi merupakan leksikon yang berasal dari kosakata bahasa

Inggris mission dan operation. Akhiran –i pada leksikon misi dan operasi merupakan

bentuk penyerapan dari istilah asing melalui penyesuaian ejaan.

2.1.2.3 Penyerapan Istilah Asing melalui Proses Penyesuaian Lafal

Penyerapan istilah asing melalui penyesuaian lafal merupakan proses penyerapan

bentuk kata asing dengan menyesuaikan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

(15) MiG-29K AL India memang lebih maju jika dibandingkan MiG-29 yang

dioperasikan AU India, antara lain kokpit kacanya, kapasitas internal bahan bakar

lebih besar, avionik lebih canggih, radar multimode, sayap lipat, roda pendarat

lebih kuat, perlindungan untuk mesin, dan alat pengait untuk pendaratan di kapal

induk (Angkasa, 2009 No.7 hal. 5).

(16) Captain pilot dan seluruh kru pesawat adalah fresh crew dari Medan (Angkasa,

2009 No. 7 hal. 32).

Leksikon kokpit dan kru merupakan leksikon yang berasal dari kosakata bahasa

Inggris cockpit dan crew. Setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia melalui proses

penyesuaian ejaan, leksikon tersebut dilafalkan menjadi kokpit dan kru. Dalam bahasa

Inggris, leksikon cockpit dan crew dilafalkan /kakpit/ dan /kruw/ dalam bahasa Indonesia.

Pada leksikon kokpit, penyesuaian lafal terjadi dengan mengganti konsonan /c/ menjadi

/k/ dan mengganti pelafalan /ck/ menjadi /k/. Pada leksikon kru, penyeusian ejaan terjadi

dengan mengganti konsonan /c/ menjadi /k/ dan mengganti diftong /ew/ menjadi /u/.

2.1.2.4 Penyerapan Istilah Asing melalui Proses Penyesuaian Ejaan dan Lafal.

Penyerapan istilah asing melalui proses penyesuaian ejaan dan lafal merupakan

proses penyerapan bentuk kata asing dengan menyesuaiakan ejaan dan pelafalan yang

berlaku dalam bahasa Indonesia.

(17) Pagi itu, sekitar pukul 9.30 WIB helikopter PK-PUH akan melakukan proses

ground run atau run-up, proses rutin pengecekan mesin dan sistem heli (Angkasa,

2009 No.6 hal. 54).

12

Page 13: Makalah buat MPB LRK

(18) Demikian halnya dengan temperatur dalam kabin diatur monitor climate control

(Angkasa, 2005 No.6 hal. 33).

Leksikon helikopter dan kabin merupakan leksikon yang berasal dari kosakata

bahasa Inggris helicopter dan cabin. Leksikon helicopter dan cabin dilafalkan

/heləkaptər/ dan /kæbin/ dalam pelafalan bahasa Indonesia sehingga diserap menjadi

helikopter dan kabin. Dalam penyesuaian ejaan, konsonsn /c/ pada leksikon helicopter

dan cabin diserap menjadi /k/ ke dalam bahasa Indonesia.

2.1.3 Leksikon yang Mengalami Proses Afiksasi

Afiksasi merupakan proses perubahan leksem menjadi bentuk kata yang

kompleks. Dalam afiksasi, leksem mengalami perubahan bentuk, berstatus kata dengan

kategori tertentu, berganti kategori (bila sudah berstatus kata), dan berubah maknanya

(Kridalaksana, 2007:28). Dalam leksikon bidang kedirgantaraan, proses morfologis

afiksasi terjadi dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar/leksem dengan cara

memadukan afiks dengan leksem/bentuk dasar sehingga terbentuk satuan baru yang

berbeda dari segi bentuk dan maknanya. Afiksasi yang ada dalam leksikon bidang

kedirgantaraan ada tiga macam, yaitu prefiks, sufiks, dan konfiks.

2.1.3.1 Prefiks

Prefiks merupakan afiks yang diimbuhkan atau diletakkan pada posisi depan dari

leksem atau bentuk dasar. Dalam leksikon bidang kedirgantaraan, ditemukan prefiks

meN- dan prefiks peN-.

(19) Sejak 1962 secara rutin melatih para pilotnya mendarat dan tinggal landas di jalan

raya atau autobahn (Angkasa, 2009 N0.7 hal. 42).

(20) Penerbang paling senior adalah Dennis Tan dan Arnie, keduanya berumur 37

tahun dan seangkatan lulus dari Australian Defence Force Academy (ADFA)

tahun 1988 dan menyelesaikan pilot training tahun 1990 (Angkasa, 2005 No.6

hal. 23).

13

Page 14: Makalah buat MPB LRK

Dalam contoh diatas, leksikon mendarat dan penerbang merupakan leksikon yang

mengalami proses afiksasi berupa penambahan prefiks meN- dan peN-. Leksikon

mendarat berasal dari proses morfologis penambahan prefiks meN- pada leksem darat.

Pada leksikon penerbang, proses morfologis terjadi dengan menambahkan prefiks peN-

pada leksem/bentuk dasar terbang.

2.1.3.2 Sufiks

Sufiks merupakan afiks yang yang ditambahkan atau dilekatkan pada posisi akhir

dari bentuk dasar/leksemnya. Dalam leksikon register kedirgantaraan, hanya ditemukan

sufiks –an

(21) Ini guna menghindari melepuhnya landasan saat menerima semburan yang

dikeluarkan exhaust pesawat saat tinggal landas (Angkasa, 2009 No.7 hal. 45).

Pada contoh diatas, leksikon landasan merupakan leksikon yang mengalami

proses afiksasi berupa penambahan sufiks –an. Proses morfologis pembentukan kata

landasan terjadi dengan menambahkan sufiks –an pada bentuk dasar landas. Leksikon

landasan memiliki makna tempat pendaratan pesawat.

2.1.3.3 Konfiks

Konfikas merupakan afiks yang diimbuhkan atau diletakkan pada posisi depan

dan akhir secara bersamaan pada bentuk dasarnya. Pada register kedirgantaraan hanya

ditemukan konfiks ke-an.

(22) Sebelum PD I meletus, cikal bakal kedirgantaraan RAAf sebenarnya sudah

menampakkan embrionya (Angkasa, 2005 N0.10 hal. 18).

Leksokon kedirgantaraan merupakan leksikon yang mengalami proses afiksasi

dengan menambahkan konfiks ke-an. kata kedirgantaraan dibentuk dari leksem

dirgantara yang mengalami proses morfologis dengan penambahan konfiks ke-an.

Leksikon kedirgantaraan memiliki makna hal-hal yang berkaitan dengan ruang yang ada

di sekeliling dan melingkupi bumi yang terdiri atas ruang udara dan antariksa.

14

Page 15: Makalah buat MPB LRK

2.1.3.4 Afiks Gabung

Afiks gabung merupakan gabungan dari prefiks dan sufiks yang dilakukan secara

bertahap. Dalam register kedirgantaraan, ditemukan afiks gabung /peN-/ dan /-an/.

(23) Selama pengujian, laser ditembakkan dari turret yang dipasang di hidung sebuah

boeing B747-400F yang sudah dimodifikasi habis-habisan (Angkasa, 2009 No.7

hal. 7).

(24) Latihan pendaratan tanpa panduan dari ground crew dari skadron 3 (Angkasa

2009 No.7 hal. 45).

Pada contoh diatas, terdapat leksikon pengujian dan pendaratan. Pada leksikon-

leksikon tersebut, terdapat dua tahap pembentukan kata yaitu penambahan sufiks –an dan

penambahan prefiks peN-. Dalam proses pembentukan kata pengujian, terdapat dua tahap

pembentukan. Pada tahap pertama, leksem uji diberi imbuhan –an menjadi ujian, tahap

kedua, bentuk dasar ujian yang telah mengalami penambahan sufikas –an, ditambahkan

dengan prefiks peN- menjadi pengujan. Pada pembentukan kata pendaratan, terdapat dua

tahap pembentukannya. Pertama, leksem darat diberi sufiks –an, tahap kedua, bentuk

dasar daratan ditambahkan dengan prefiks peN- sehingga terbentuklah kata pendaratan.

Leksikon pengujian memiliki makna menguji, percobaan, sedangkan leksikon

pendaratan memiliki makna proses mendaratnya sebuah pesawat.

2.2 Leksikon Bentuk Abreviasi

Abreviasi merupakan proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau

kombinasi leksem sehingga terjadilah bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana,

2007:159). Dalam proses mofologis abreviasi, leksem dapat berbentuk struktur frasa,

kelompok kata, atau klausa. Abreviasi memiliki fungsi untuk menyingkat atau

memendekkan dengan membuat bentuk-bentuk pemendekan. Dalam register

kedirgantaraan, terdapat tiga bentuk abreviasi, yaitu akronim, singkatan, dan penggalan.

2.2.1 Akronim

Akronim merupakan bentuk pemendekan yang berstatus sebagai kata yang

memiliki makna leksikal. Dalam hal pelafalan, akronim berstatus sebagai kata yang

15

Page 16: Makalah buat MPB LRK

memiliki urutan fonem dan kaidah suku kata yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk akronim dalam register kedirgantaraan.

No. Bentuk Akronim Arti

1. Ordirga Olahraga Kedirgantaraan2. Portela Persatuan Olahraga Terbang Layang3. Lanud Lapangan Udara4. Bandara Bandar Udara5. Latgab Latihan Gabungan6. Sertijab Serah Terima Jabatan7. Dephan Departemen Pertahanan8. Deplu Departemen Luar Negeri

Pembentukan akronim dalam register kedirgantaraan memiliki tiga kaidah.

Pertama, pembentukan akronim dengan cara mengekalkan silabe pertama dengan

menyertakan huruf pertama pada silabe kedua yang dipadukan dengan silabe awal,

tengah atau akhir pada kata kedua atau ketiga pada satuan gramatik yang menjadi

imputnya, misalnya leksikon latgab, sertijab, dephan, bandara dan deplu yang masing-

masing merupakan kependekan dari Latihan Gabungan, Serah Terima Jabatan,

Departemen Pertahanan, Bandar Udara, dan Depertemen Luar Negeri.

Kaidah kedua yaitu dengan cara mengekalkan silabe pertama pada kata pertama

yang disertai dengan fonem terakhir pada silabe terakhir dengan silabe pertama disertai

dengan fonem pertama pada silabe kedua pada kata kedua, misalnya leksikon lanud yang

berarti Lapangan Udara. Kaidah ketiga yaitu dengan cara mengekalkan fonem pertama

pada silabe pertama kata pertama dengan silabe awal, tengah atau akhir pada kata kedua

atau ketiga, misalnya leksikon ordirga dan portela yang masing-masing berarti Olahraga

Kedirgantaraan dan Persatuan Olahraga Terbang Layang.

2.2.2 Singkatan

Singkatan merupakan salah satu hasil pemendekan yang berupa huruf atau

gabungan huruf. Bentuk singkatan tidak berstatus sebagai kata. Berikut ini bentuk-bentuk

singkatan dalam register kedirgantaraan.

No. BentukSingkatan

Arti

1. UAV Unmanned Aerial Vehicle

16

Page 17: Makalah buat MPB LRK

2. VTP Vertical Tail Planes3. RWR Radar Warning Receiver4. HUD Head Up Display5. HMS Helmet Mounted Symbology6. MATC Mobile Air Traffic Control7. EUM End Use Monitoring8. ATC Air Traffic Control9. KNKT Komite Nasional Keselamatan Transportasi10. AU Angkatan Udara11. AL Angkatan Laut12. TNI Tentara Nasional Indonesia

Dari segi ortografis, bentuk singkatan dalam register kedirgantaraan berbentuk

huruf-huruf kapital yang diambil dari huruf awal dari satuan atau unsur yang disingkat.

Seperti pada bentuk singkatan UAV dan VTP yang merupakan singkatan dari Unmanned

Aerial Vehicle dan Vertical Tail Planes.

Dalam bahasa lisan, bentuk singkatan dalam bidang kedirgantaraan diucapkan

sesuai dengan pelafalan huruf-huruf itu dalam bahasa indonesia. Meskipun beberapa

bentuk singkatan merupakan singkatan dari bentuk dalam bahasa Inggris, pelafalan tetap

disesuaikan dengan pelafalan dalam bahasa Indonesia, seperti UAV dilafalkan [?uave?],

VTP dilafalkan [vetepe]], RWR dilafalkan [erwe?er], dan HUD dilafalkan [hau?de].

3.3 Penggalan

Penggalan merupakan proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian

dari leksem (Kridalaksana, 2007:162). Berikut ini merupakan bentuk penggalan dalam

register bidang kedirgantaraan.

No. BentukPenggalan

Arti

1. Heli Helikopter2. Capt. Captain

Dalam contoh diatas, leksikon heli dan capt. meupakan leksikon bentuk abreviasi

yang mengalami proses pemenggalan. Dalam register kedirgantaraan, proses

pemenggalan dilakukan dengan mengambil sebagian dari leksem. Pada leksikon heli,

proses pemenggalan terjadi dari leksem helikopter yang diambuil dua silabe pertamanya

17

Page 18: Makalah buat MPB LRK

sehingga menjadi bentuk baru yaitu heli. Pada leksikon Capt, pemenggalan terjadi

dengan mengambil silabe pertama disertai dengan fonem pertama silabe kedua pada

leksem captain sehingga terjadilah bentuk baru yaitu capt. proses pemenggalan dilakukan

karena alasan efisiensi.

2.3 Kelas Kata dalam Register Kedirgantaraan

Kelas kata merupakan golongan kata yang mempunyai kesamaan dalam perilaku

formalnya (Kridalaksana, 2008:116). Dalam register kedirgantaraan, ditemukan leksikon

yang berkategori verba, nomina, dan numeralia.

2.3.1 Verba

Suatu kata berkategori verba jika dapat didampingi partikel tidak dan tidak dapat

didampingi partikel di, ke, dari, serta partikel sangat, lebih, dan agak (Kridalaksana,

1986:49).

(25) Sejak 1962 secara rutin melatih para pilotnya mendarat dan tinggal landas di jalan

raya atau autobahn (Angkasa, 2009 N0.7 hal. 42).

(25a) Sejak 1962 secara rutin melatih para pilotnya tidak mendarat dan tinggal landas di

jalan raya atau autobahn.

(25b) *Sejak 1962 secara rutin melatih para pilotnya sangat mendarat dan tinggal

landas di jalan raya atau autobahn.

Analisis pada data (25a) dan(25b) membuktikan bahwa leksikon mendarat

merupakan leksikon berkategori verba. Pada data (25a), kata mendarat dapat diikuti

partikel tidak dan pada data (25b) kata mendarat tidak dapat diikuti dengan partikel

sangat karena menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal.

2.3.2 Nomina

Nomina merupakan kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk

bergabunga dengan partikel tidak dan mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel

dari (Kridalaksana, 1986:66).

18

Page 19: Makalah buat MPB LRK

(26) Ini guna menghindari melepuhnya landasan saat menerima semburan yang

dikeluarkan exhaust pesawat saat tinggal landas (Angkasa, 2009 No.7 hal. 45).

(26a) Kerusakan berasal dari exhaust yang terbakar.

(26b) *Ini guna menghindari melepuhnya landasan saat menerima semburan yang

dikeluarkan tidak exhaust pesawat saat tinggal landas.

(27) Duduklah dekat galley jika Anda butuh pelayanan tambahan dalam hal kudapan

maupun minuman (Angkasa, 2005 No.6 hal. 38).

(27a) Kebakaran itu bermula dari galley.

(27b) *Duduklah dekat tidak galley jika Anda butuh pelayanan tambahan dalam hal

kudapan maupun minuman

Analisis pada data (26a) dan (26b) serta (27a) dan (27b) membuktikan bahwa

leksikon exhaust dan galley merupakan leksikon yang berkategori nomina. Pada data

(26a) dan (27a), leksikon exhaust dan galley berpotensi diikuti partikel dari dan pada data

(26b) dan (27b) leksikon exhaust dan galley tidak berpotensi untuk diikuti partikel tidak.

Leksikon exhaust memiliki makna tempat atau alat pembuangan uap atau gas pada mesin

pesawat, sedangkan leksikon galley memiliki makna dapur/tempat menyiapkan makanan

bagi penumpang dalam pesawat.

2.3.3 Numeralia

Numeralia merupakan kategori yang dapat mendampingi nomina dalam

konstruksi sintaksis, mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan tidak

dapat bergabunga dengan partikel tidak atau sangat (Kridalaksana, 1986:77).

(28) Falcon 7X merupakan jet eksekutif pertama yang mengadopsi teknologi Fly by

Wire (Angkasa, 2005 No.6 hal. 32).

(29) Tracking dan sistem pemandu infra merah melengkapi radar ECR 90 (Angkasa,

2005 No.6 hal. 6).

(30) MiG-29K AL India memang lebih maju jika dibandingkan MiG-29 yang

dioperasikan AU India (Angkasa, 2009 No.7 hal. 5).

(31) Pesawat superjumbo Airbus A380 kini sudah melakukan uji terbang rutin

(Angksa, 2005 No10 hal. 44).

19

Page 20: Makalah buat MPB LRK

Dalam register kedirgantaraan, leksikon yang berkategori numeralia memiliki

kekhasan sebagai sebutan bagi pesawat, seperti pada leksikon 7X, ECR 90, Mig-29, dan

A380. Leksikon-leksikon tersebut memiliki ciri diikuti oleh rangkaian fonem yang

berfungsi untuk membedakannya dengan jenis atau sebutan bagi pesawat lain. Leksikon-

leksikon tersebut memiliki potensi untuk mendampingi nimeralia lain dan tidak dapat

bergabung dengan partikel tidak atau sangat seperti *tidak Mig 29K atau *sangat 7X.

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 1994. Cetakan ke-1. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

---------------. 2002. Cetakan ke-2. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

---------------. dan Leonie Agustina. 2004. Cetakan ke-2. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Farmadiani. 2004. Register Perfilman sebagai Variasi Bahasa. Yogyakarta: Skripsi Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Edisi ke-4. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

---------------. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

---------------. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Listiarini. 2009. Register Seks sebagai Variasai Bahasa: Studi Kasus Majalah Femina dan Kartini. Yogyakarta: Skripsi Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada.

Mastoyo, Tri. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks.

Pateda, Mansoer. 2001. Edisi ke-2. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ramlan. 1978. Cetakan ke-2. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: U.B. Karyono.

Sudaryanto, 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press

Suryati, Eni.2009. Leksikon Register Fotografi. Yogyakarta: Skripsi Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada.

20

Page 21: Makalah buat MPB LRK

Syamsiyah, Nurul. 2007. Akronim dalam Ranah Kepolisian. Yogyakarta: Skripsi Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada.

Wardhaugh, Ronald. 1988. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Basil Blackwell.

Yuwono, Tri. 2006. Istilah dalam Bidang Kepolisian. Yogyakarta: Skripsi Sastra Indonesia Universitas Gadjah mada.

21