Upload
misnawati
View
78
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah fiswan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hormon merupakan zat yang dihasilkan oleh tubuh makhluk hidup. Peranannya pun
sangat penting dalam kehidupan. Kadang kala individu dapat kekurangan suatu hormon -
hormon yang seharusnya ada pada saat tersebut, namun karena sesuatu hal hormon
menjadi kurang. Dokter hewan dapat menyuntikkan hormon kedalam tubuh hewan,
hormon yang tersedia adalah hormon sintetik dan hormon dari alam. Saat ini penggunaan
keseluruhan jenis hormon masih sangat jarang dilakukan di hewan. Namun pada manusia
hampir semua jenis hormon telah dimanfaatkan dan digunakan. Hormon yang sering
digunakan di kedokteran hewan adalah hormon yang berhubungan dengan kelahiran,
karena dianggap suatu hewan adalah ternak dan harus dijaga sistim reproduksinya. Hal
inilah yang menyebabkan hormon itu terbatas untuk digunakan.
Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan beberapa
gejala yang ada pada sistem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem
tersebut, salah satu sistem yang akan dibahas dalam makalah ini adalah hormon dan cara
kerjanya. Hormon dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata maupun
invertebrata. Pada umunya, sistem hormon bekerja untuk mengendalikan berbagai fungsi
fisiologis tubuh, antara lain aktivitas metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi
osmotik, dan regulasi ionik.
1.2 Rumusan Masalah
Apa sajakah klasifikasi hormon ?
Bagaimanakah regulasi sekresi ?
Bagaimanakah peran hormone dalam metabolisme, ?
Bagaimanakah sistem hormone pada hewan ?
Bagaimanakah reproduksi hormone ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui klasifikasi hormone
Untuk mengetahui regulasi sekresi
Untuk mengetahui peran hormone dalam metabolisme
Untuk mengetahui sistem hormone pada hewan
Untuk mengetahui reproduksi hormone
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Hormon
Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah pembawa
pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua organisme multiselular, termasuk
tumbuhan, memproduksi hormon.
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target.
Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada
permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal
tersebut dan bereaksi baik dengan memengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas
protein selular, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan
serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan,
pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan
perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak
kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga
mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh
kelenjar endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua
sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke
aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) -
yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel
target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari
otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar
pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan
kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus
anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus
posteriornya.
2
Klasifikasi Hormon
Peptida / protein :
- Merupakan kelompok terbesar dan diarahkan oleh mRNA pada endoplasmic
reticulum, sebagian besar dibentuk sebagai prohormon. Peptida yang berqasal dari
preprohormone dipecah di aparatus Golgi membentuk hormon.
- di sekresikan oleh sebagian besar kel. endokrin
Amina
- Derivat asam amino tirosin, yang disekresikan oleh kel. Tiroid dan. Medula kel.
Adrenal (catecholamines)
Steroid
- Berasal dari kolesterol dan disekresi oleh korteks adrenal vertebrata dan pada
mamalia juga oleh plasenta.
Klasifikasi Kimia Mempengaruhi Kelarutan Hormon:
Kelarutan hormon ternyata juga mempengaruhi :
1) Sintesis
2) Penyimpanan
3) Sekresi
4) Transpor Dalam Darah
5) Mekanisme yang mempengaruhi sel sasaran yang dipengaruhi
6) Half-Life.
Hampir semua peptida dan katekolamin bersifat hidrofilik sedangkan semua steroid dan
hormon tiroid hidrofobik.
Situs kerja
Hidrofilik berinteraksi dengan reseptor pada membran, dan mengaktifkan kanal ion
atau caraka kedua (second messenger), karena tidak dapat menembus dwilapis lipid yang
membentuk membran sel
Hidrofobik berinteraksi dengan reseptor internal, karena dapat berdifusi menembus
dwilapis lipid dari membran sel, reseptornya umumnya berperan sebagai faktor transkripsi
dan mempengaruhi ekspresi gen.
3
2.2 Regulasi Sekresi
Hormon diturunkan dari unsur-unsur penting ; hormon peptida dari protein, hormon steroid
dari kolesterol, dan hormon tiroid serta katekolamin dari asam amino. Hormon-hormon ini
bekerjasama dengan sistem saraf pusat sebagai fungsi pengatur dalam berbagai kejadian dan
metabolisme dalam tubuh. Jika hormon sudah berinteraksi dengan reseptor di dalam atau pada
sel-sel target, maka komunikasi intraseluler dimulai. Untuk itu perlu diketahui mengenai proses
pengaturan sekresi hormon , pengikatan dengan protein transpor, pengikatan dengan reseptor
dan kemampuan untuk didegradasi dan dibersihkan agar tidak memberikan dampak metabolisme
yang berkepanjangan.
Peptida
Hormon peptida merupakan protein dengan beragam ukuran. Protein yang disintesis
disisipkan ke dalam vesikel untuk sekresi, dilipat, dan dapat diproses melalui proteolisis atau
modifikasi lain. Pelipatan ditentukan oleh rangkaian primer protein maupun oleh protein
tambahan. Untuk sekresi , protein disisipkan ke dalam retikulum endoplasmik, yang akhirnya
mencapai vesikel sekretorik. Setelah transpor protein kedalam retikulum endoplasmik, protein
bergerak melalui suatu seri kompartemen khusus , dimodifikasi sebelum dilepaskan . Vesikel
bergerak ke dan berfusi dengan aparatus Golgi. Vesikel ini ditutupi oleh suatu lapisan protein
yang memungkinkan untuk berikatan dengan membran aparatus Golgi . Vesikel ini kemudian
berfusi yang memerlukan hidrolisis ATP dan protein lain, termasuk protein pengikat GTP (dan
hidrolisis GTF).
Akhirnya, vesikel ke luar dari jaringan trans-Golgi dan diangkut ke permukaan sel,
berfusi dengan membran untuk menyampaikan isinya ke luar sel. Gerakan dari vesikel-vesikel
ke permukaan terjadi sepanjang jalur mikrotubulus (1,2) Hormon-hormon dilepaskan dari sel
sebagai respons terhadap rangsangan Sebagian besar sel-sel endokrin (hipofisis, paratiroid,
pankreas) menggunakan lintasan sekretorik yang diatur; dengan demikian, mereka menyimpan
hormon peptida dalam granula sekretorik, dan melepaskannya sebagai respons terhadap
rangsangan. Dengan menyimpan produk ini, sel sekretorik mampu untuk melepaskannya dalam
periode yang pendek dengan kecepatan melebihi kemampuan sintesis sel. Hal ini merupakan
kasus pada pulau Langerhans pankreas, kelenjar para-tiroid, dan kelenjar hipofisis. Namun, hati,
yang melepaskan angiotensin, dan plasenta, yang melepaskan CG dan laktogen plasenta
(korionik somatomamatropin), hanya menggunakan lintasan tetap. Vesikel dari dua lintasan ini
berbeda; dari lintasan yang diatur terkemas dengan protein sekretorik hingga konsentrasi sangat
tinggi, memberikan densitas sangat tinggi dalam mikrografi elektron. Granula ini ber-akumulasi
dalam sel tanpa adanya suatu rangsangan sekretorik hingga menyebabkan pelepasan dari
kandungannya melalui fusi dengan membrana sel. Pada beberapa kasus, hormon juga
disekresikan bersama protein lain. Neurofisin, dilepaskan dari prekursor menjadi vasopresin dan
4
oksitosin, mengikat hormon-hormon ini dan menyertai mereka dari tempat sintesis dalam
hipotalamus ke tempat sintesis mereka pada hipofisis anterior. Beberapa peptida mengalami
sedikit modifikasi lanjutan, seperti halnya dengan GH dan PRL. Pada kasus lain, pembelahan
dari "prohormon" di dalam sel menghasilkan hormon akhir. Contohnya proinsulin diubah
menjadi insulin dengan pengangkatan rangkaian peptida C, meninggalkan rantai A dan B yang
melekat melalui ikatan disulfida. ACTH, suatu protein asam amino-39, dan beberapa peptida
lainnya (Fragmen terminal-N, betalipoprotein) dilepaskan secara proteolitik dari protein yang
lebih besar propriomelanokortin (POMC) dalam hipofisis anterior .
Berbagai hormon juga dapat diproses pada tempat yang berbeda. Sebagian besar
protein diproses dalam granula sekretorik padat dari lintasan sekresi yang diatur. Pembelahan
dari proinsulin menjadi insulin, prorenin menjadi renin, dan POMC menjadi peptidanya
merupakan contoh-contohnya. Dalam susunan saraf pusat, beberapa peptida (contohnya, TRH)
diproses dalam perikarya neuronal, sementara yang lain diproses dalam akson dan terminal
(prekursor GnRH). Jika kandungan granula sekretorik dilepaskan sebagai respons terhadap suatu
stimulus, maka membrana granula berfusi dengan membran sel, kandungan dari granula
kemudian dilepaskan melalui eksositosis. Ca2+ penting untuk proses-proses ini. Obat-obatan yang
merangsang pelepasan hormon polipeptida dan katekolamin merangsang influks Ca2+ ke dalam
sitoplasma melalui saluran Ca2+ spesifik. Hal ini memicu fusi dari vesikel sekretorik dengan
membran dan pelepasan dari hormon yang disimpan. Dengan demikian, aktivator dari saluran
Ca2+ dan fosfolipase C akan meningkatkan sekresi. Dalam sel B pankreas, kadar glukosa yang
tinggi meningkatkan kadar ATP intraselular yang pada gilirannya menghambat efluks K+melalui
saluran membran , menimbulkan depolarisasi membran dan pembukaan dari saluran Ca2+.
Peningkatan Ca2+ kemudian membuka saluran K+, menimbulkan repolarisasi membran dan
dengan demikian mengakhiri rangsangan sekresi. cAMP juga dapat merangsang sekresi hormon
melalui suatu fosforilase yang dirangsang-kinase serta aktivasi dari saluran Ca2+ .
Hormon Tiroid
Hormon tiroid hanya disintesis dalam kelenjar tiroid, walaupun sekitar 70% dari
hormon steroid aktif yang utama, T3, dihasilkan dalam jaringan perifer melalui deiodinasi dari
tiroksin; T4. Sel-sel kelenjar tiroid mengkonsentrasikan iodium untuk sintesis hormon tiroid
melalui transpor aktif. Sel kelenjar tiroid tersusun dalam folikel-folikel yang mengelilingi bahan
koloidal, dan menghasilkan suatu glikoprotein yang besar, tiroglobulin. Iodium dioksidasi
dengan cepat dan disatukan dengan cincin aromatik tirosin pada tiroglobulin (organifikasi).
Residu tirosin kemudian dirangkai bersama untuk menghasilkan tironin. Organifikasi dan
perangkaian dikatalisir oleh peroksidase tiroid pada permukaan apeks sel dalam mikrovili
5
yang meluas ke dalam ruang koloid. Tiroglobulin dilepaskan -bersama dengan tironin yang
melekat padanya- ke dalam folikel, dan bertindak sebagai suatu cadangan bagi hormon. Hormon
tiroid dibentuk oleh ambilan balik dari tiroglobulin melalui endositosis dan pencernaan proteolitik
oleh hidrolase lisosoma dan peroksidase tiroid, menghasilkan berbagai tironin. Dalam keadaan
normal, kelenjar melepaskan T4dan T3 dalam rasio sekitar 10:1, kemungkinan melalui suatu
mekanisme transpor aktif (1,2,3)
Gambar 1 .
Rute melalui sel untuk protein yang disekresikan. Yang diperlihatkan adalah gambaran
skematis, berbagai kompartemen dan konstituen selular, dan
panah menunjukkan berbagai lintasan.
6
Steroid
Hormon steroid dihasilkan adrenal, ovarium, testis, plasenta, dan pada tingkat
tertentu di jaringan perifer . Steroid berasal dari kolesterol yang dihasilkan melalui sintesis
de novo atau melalui ambilan dari LDL melalui reseptor LDL. Terdapat sejumlah
cadangan kolesterol dalam ester kolesterol sel-sel steroi-dogenik. Jika kelenjar
penghasil steroid dirangsang, kolesterol ini dibebaskan melalui stimulasi dan esterase
kolesterol, dan sejumlah kolesterol tambahan dihasilkan melalui stimulasi sintesis
kolesterol oleh kelenjar. Namun, dengan berjalannya waktu, ambilan kolesterol yang
ditingkatkan merupakan mekanisme yang utama untuk meningkatkan steroidogenesis.
Kelenjar-kelenjar ini mempunyai konsentrasi reseptor LDL yang tinggi yang akan
lebih meningkat oleh rangsangan steroidogenik seperti hormon tropik. Hal ini sebagian
besar disebabkan oleh habisnya kolesterol intraselular Penurunan ini juga meningkatkan
sintesis kolesterol, yang selanjutnya mempermudah steroidogenesis. Produksi steroid
selelah rangsangan seperti ini dapat sepuluh kali lebih banyak dari produksi basal
(1,2,4) Langkah yang membatasi kecepatan dalam produksi hormon steroid adalah
pembelahan dari kolesterol untuk membentuk pregnenolon melalui kerja dari suatu
enzim pembelah sisi kolesterolP450 sitokrom (P450scc) yang terletak pada membrana
mitokondrial bagian dalam. Enzim ini menggunakan suatu flavoprotein suatu protein sulfur
besi; NADPH; dan oksigen. Kolesterol dihidroksilasi pada C22 dan kemudian pada
CZp dan produk ini dibelah untuk menghasilkan pregnenolon ditambah isokapraldehid.
Aktivitas langkah ini diatur oleh rangsang tropik utama (ACTH, FSH, LH, CG) pada
seluruh jaringan steroidogenik.
Kemudian pregnenolon bergerak ke luar dari mitokondria ke retikulum
endoplasmik, yang akan mengalami serangkaian modifikasi. Gerakan prekursor seperti ini
antara mitokondria dan retikulum endoplasmik dapat dipermudah oleh protein karier
sterol atau gerakan pada permukaan membrana.
7
Dalam zona fasikulata adrenokortikal dan zona retikularis , pregnenolon secara
berturutan diubah menjadi 17-OH-pregnenolone (oleh sitokrom P450c17), 17P-OH-
progesteron (oleh kompleks enzim 3-hidroksisteroid dehidrogenase-4,5-isomerase,
yang mengubah ikatan ganda 5,0 menjadi -4,5-), dan 11-deoksikortisol (oleh sitokrom P
450 c21). Produksi 17-OH-pregnerolon dari pregnenolon disebut sebagai lintasan
5 karena ikatan ganda-5,6 dilestarikan. Kemudian 11 – deoksikertisal mengalir kembali
ke dalam mitokondria di mana kertisol, produk akhir yang aktif, dibentuk melaiui 11-
-hidroksilasi melalui kerja sitokrom P-150c11. Enzim ini tidak ditemukan dalam
gonad, yang tidak menghasilkan kortisol atau aldosteron.
8
Glomerulosa adrenal menghasilkan progesteron dari pregnenolon meIalui kerja
dari 3-hidroksisteroid dehidrogenase 4,5 isomerase . Hal ini disebut lintasan 4.
Granulosa tidak memiliki sitokrom P 4 50c17 dan secara unik mengandung suatu P450c
11AS (oksidase metil kartikosteron I). Progesteron dihidroksilasi pada C21oleh P450c21
untk menghasilkan 11-deaksikortikosteron (DOC) dan oleh P450c11AS pada C11 untuk
menghasilkan kortikosteron, yang diubah menjadi aldosteron melalui penambahan dari
suatu gugusan aldehid pada posisi 18 melaui aktivitas dari P45011AS (1,2,3)
9
Gambar 2.
Lintasan sintesis kelas-kelas utama hormon steroid. Kolesterol diturunkan dari asetat
dengan sintesis dari partikel lipoprotein.
10
Untuk produksi androgen dan estrogen , rantai samping pada posisi 17 dari
17OH-pregnenolon atau 17-OH-progesteron diangkat oleh aktivitas C17,20-liase
(terkandung dalam sitokrom P45Oc17) untuk masing-masing menghasilkan
dehidroepiandrosteron (DHEA) dan androstenedion. Produksi DHEA merupakan lintasan
utama dalam adrenal maupun gonad dan melebihi produksi dari androstenedion.
Langkah selanjutnya, yang menimbulkan produksi dari estrogen estradiol utama dan
androgen testosteron, terjadi di dalam gonad tetapi hanya dalam jumlah yang kecil di adrenal
(2,3)
11
Lintasan utama untuk produksi testosteron dalam testis adalah sel-sel Leydig
melalui lintasan 5dari pregnenolon menjadi DHEA dan androstenediol, sebelum steroid
ini diubah menjadi derivat4,androstenedion menjadi testosteron, dan DHEA menjadi
androstenedioi dan kemudian testosteron melalui kerja 17-hidroksisteroid
dehidrogenase. Banyak kerja androgen diperantarai oleh dehidro-testosteron; steroid ini
sebagian besar dihasilkan dalam jaringan target melalui aktivitas dari 5-reduktase, dan
sangat sedikit sekali yang dibuat di testis. Dalam ovarium , sel-sel granulosa tidak
mempunyai sitokrom P450c11, P450c17, dan P 450c 21 dan karena itu sebagian besar
menghasilkan progesteron. Progesteron ini kemudian diambil oleh sel-sel teka yang
berdekatan, yang mengubahnya menjadi androstenedion, yang kemudian kembali ke sel
granulosa, di mana ia diubah menjadi estron oleh kerja dari aromatase. Enzim ini juga
mengubah testosteron menjadi estradiol; konsentrasi dari aromatase dalam sel granulosa
sedemikian rupa sehingga hampir semua testosteron diubah menjadi estradiol dan
dilepaskan sedikit testosteron. Estron dan estradiol dapat juga dihasilkan dari DHEA dan
androstenedion dalam jaringan perifer seperti jaringan adiposa karena adanya aroma tase.
12
Jika sudah disintesis, steroid yang baru disintesis dilepaskan dengan cepat.
Tidak seperti pada kelas hormon lain, terdapat sedikit cadangan steroid oleh kelenjar,
dan pelepasan steroid yang meningkat selalu mencerminkan peningkatan sintesis.
Katekolamin
Katekolamin disintesis dari jaringan saraf medula adrenal. Kelenjar ini meru-
pakan sumber utama dari epinefrin dalam sirkulasi. Katekolamin disintesis dari tirosin dan
kemudian disimpan dalam granula yang analog dengan granula yang mensekresi hormon
polipeptida. Tirosin diubah menjadi dihidroksifenilalanin (DOPA) oleh hidroksilase tirosin,
dan DOPA diubah menjadi dopamin dalam sitoplasma oleh dekarboksilase asam amino-
L aromatik. Dopamin kemudian diambiI oleh suatu pengangkut katekolamin ke dalam
membran granula, yang diubah menjadi norepinefrin (oleh -hidroksilase dopamin),
produk akhir yang dilepaskan oleh sebagian besar sel penghasil katekolamin tubuh.
Namun, dalam medula adrenal dan hanya beberapa lokasi lain, ditemukan feniletanolamin-
O-metiltransferase (PNMT); pada kasus-kasus ini, norepinefrin meninggalkan vesikel untuk
kembali ke sitoplasma, di mana PNMT mengubah norepinefrin menjadi epinefrin, yang
diambil oleh granula untuk sekresi. Katekolamin disimpan dalam granula ini dengan
kromogranin A dan ATP dan dilepaskan dengan unsur-unsur ini.
13
Eikosanoid
Asam arakidonat merupakan prekursor paling penting dan melimpah dari
berbagai eikosanoid pada manusia dan membatasi kecepatan sintesis eikosanoid . Asam
arakidonat dibentuk dari asam linoleat (suatu asam amino esensial) pada sebagian besar
kasus melalui desaturasi dan pemanjangan dengan asam homo--linoleat dan diikuti
desaturasi selanjutnya. Sementara eikosanoid tidak disimpan dalam sel-sel, cadangan
prekursor asam arakidonat ditemukan dalam membran lipid darimana ia dilepaskan sebagai
respons terhadap berbagai rangsangan melalui kerja dari fosfolipase.
Asam arakidonat dapat diubah menjadi prostaglandin endoperoksida H2, yang
merupakan prekursor terhadap prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan. Untuk sintesis
prostaglandin, siklooksigenase (juga disebut sintetase endoperok-sidase) mengubah asam
arakidonat menjadi endoperoksidase yang tak stabil, PGG2, yang dengan cepat direduksi
menjadi PGH2. Siklooksigenase didistribusikan secara luas di seluruh tubuh (kecuali
untuk eritrosit dan limfosit) dan diinhibisi oleh aspirin, indometasin, dan obat-obatan
anti-inflamasi non-steroid lainnya. Tergantung pada jaringan, PGH2 dapat diubah menjadi
prostaglandin lain (contohnya, PGD2, PGE2, PGF2 [via PGE2]) dalam reaksi yang
melibatkan sintetase prostaglandin; prostasiklin (contohnya, PGI2) dalam reaksi yang
melibatkan sintetase prostasiklin, yang prevalen pada sel endotelial dan otot polos, fibroblas,
dan makrofag; dan tromboksan (contohnya, trombosan A2 [TXA2]), yang lebih banyak
dalam platelet dan makrofag.
Metabolisme asam arakidonat oleh 5-lipoksigenase menimbulkan produksi leukotrien,
dan metabolisme oleh 12-lipoksigenase menghasilkan 12-HPETE (hidroksi-
peroksieikosatetraenoat) yang diubah menjadi HETE. Asam arakidonat dapat juga
dioksigenasi oleh monoksigenase sitokrom P450 menjadi berbagai produk oksidasi omega
dan epoksida dan turunan yang dapat memiliki aktivitas biologik.
14
Gambar 3.
Lintasan utama sintesis kelas-kelas utama eikosanoid: prostaglandin,prostasiklin,
tromboksan, dan leukotrien. (HETE, asam hidroksieikosatetraenoat; PGG2,
prostaglandin G2; PGH2, prostaglandin H2)
15
2.3 Peran Hormon dalam Metabolisme
Sistem hormone adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (duktus) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ-organ lain. Sistem hormon disusun oleh kelenjar-kelenjar hormon. Kelenjar hormon
mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon, sekret yang dibuatnya ini tidak
meninggalkan kelenjarnya melalui saluran pengeluaran, tetapi sekresi berdifusi langsung dari
sel kelenjar ke dalam aliran darah dijaringan kelenjar. Hormon merupakan senyawa protein
atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologi tubuh.
Fungsi Sistem hormon
Mengatur metabolisme organik dan H2O serta keseimbangan elektrolit.
Menyebabkan perubahan adaptasi untuk membantu tubuh menghadapi tekanan stress.
Mengatur perkembangan dan pertumbuhan tubuh.
Mengotrol reproduksi
Mengatur produksi sel darah merah
Bersama dengan sistem saraf otonom, mengontrol dan menyatukan baik sirkulasi dan
pencernaan serta absorpsi makanan.
Suatu zat dapat disebut hormon bila zat tersebut (definisi klasik hormon) :
Dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau sel-sel khusus
Disekresikan langsung ke dalam aliran darah
Ditransportasi ke seluruh tubuh
Mempengaruhi kegiatan sel jaringan/ organ sasaran yang letaknya jauh dari asal tempat
pembentukannya.
Dalam mempertahankan homeostasis tubuh, sistem endokrin dan sistem saraf
berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh medulla kelenjar adrenal dan kelenjar hipofisis
16
dalam mensekrasikan hormonnya secara primer tergantung pada respon terhadap stimulasi
neural.
Perbandingan antara Sistem Saraf dan Sistem Endokrin
Sistem Saraf Sistem Endokrin
Sel Neuron Ephitelium glandular
Signal kimiawi Neurotransmitter Hormon
Spesifisitas kerja Reseptor pada sel postsynaptics
Reseptor pada sel target
Kecepatan onset Beberapa detik Beberapa menit sampai jam
Durasi kerja Sangat singkat kecuali aktivitas neural berlanjut
Dapat singkat atau dapat bertahan selama beberapa hari bahkan ketika sekresi dihentikan
Sel-sel Penyusun Organ Endokrin
Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1. Sel Neusekretori adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai
penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut
memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin.
Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh
karena itu, sel saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
2. Sel endokrin sejati disebut juga sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang benar-benar
berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjat
endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara langsung ke dalam darah
(cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai
sistem sirkulasi, baik vertebrata maupun invertebrata.
17
MEKANISME KERJA HORMON
Reseptor Hormon
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik .Pengikatan dari
hormon ke reseptor ini pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian pada
reseptor sedemikian rupa sehingga menyampaikan informasi kepada unsur spesifik lain
dari sel. Reseptor ini terletak pada permukaan sel atau intraselular. Interaksi permukaan
hormon reseptor memberikan sinyal pembentukan dari "mesenger kedua"
Interaksi hormon-reseptor ini menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen (3,7)
Distribusi dari reseptor hormon memperlihatkan variabilitas yang besar sekali. Reseptor
untuk beberapa hormon, seperti insulin dan glukokortikoid, terdistribusi secara luas,
sementara reseptor untuk sebagian besar hormon mempunyai distribusi yang lebih
terbatas. Adanya reseptor merupakan determinan (penentu) pertama apakah jaringan
akan memberikan respon terhadap hormon. Namun, molekul yang berpartisipasi dalam
peristiwa pasca-reseptor juga penting; hal ini tidak saja menentukan apakah jaringan
akan memberikan respon terhadap hormon itu tetapi juga kekhasan dari respon itu. Hal
yang terakhir ini memungkinkan hormon yang sama memiliki respon yang berbeda dalam
jaringan yang berbeda.
Interaksi Hormon-Reseptor
Hormon menemukan permukaan dari sel melalui kelarutannya serta disosiasi
mereka dari protein pengikat plasma. Hormon yang berikatan dengan permukaan sel
kemudian berikatan dengan reseptor. Hormon steroid tampaknya mempenetrasi
membrana plasma sel secara bebas dan berikatan dengan reseptor sitoplasmik. Pada beberapa
kasus (contohnya, estrogen), hormon juga perlu untuk mempenetrasi int i sel
(kemungkinan melalui pori-pori dalam membrana inti) untuk berikatan dengan reseptor
inti-setempat. Kasus pada hormon tiroid tidak jelas. Bukti-bukti mendukung pendapat
bahwa hormon-hormon ini memasuki sel melalui mekanisme transpor; masih belum jelas
bagaimana mereka mempenetrasi membrana inti (3,6).
18
Gambar 4 .
Lintasan yang mungkin untuk transmis sinyal hormon. Masing-masing hormon dapat
bekerja melalui satu atau lebih reseptor; masing-masing kompleks hormon-reseptor
dapat bekerja melalui satu atau lebih mediator protein (baik protein G atau mekanisme
pensinyalan lainnya), dan masing-masing protein perantara atau enzin yang diaktivasi
oleh kompleks-kompleks hormon reseptor dapat mempengaruhi satu atau lebih fungsi
efektor.
Umumnya hormon berikatan secara reversibel dan non-kovalen dengan reseptornya.
Ikatan ini disebabkan tiga jenis kekuatan. Pertama, terdapat pengaruh hidrofobik pada
hormon dan reseptor berinteraksi satu sama lain dengan pilihan air. Kedua, gugusan
bermuatan komplementer pada hormon dan reseptor mempermudah interaksi. Pengaruh
ini penting untuk mencocokkan hormon ke dalam reseptor. Dan ketiga, daya van der Waals,
yang sangat tergantung pada jarak, dapat menyumbang efek daya tarik terhadap ikatan. Pada
beberapa kasus, interaksi hormon-reseptor lebih kompleks. Hal ini sebagian besar terjadi
jika hormon yang berinteraksi dengan suatu kompleks reseptor dengan subunit yang
majemuk dan di mana pengikatan dari hormon dengan subunit pertama mengubah
afinitas dari subunit lain untuk hormon. Hal ini dapat meningkat (kerjasama positif)
atau menurun (kerjasama negatif) afinitas dari hormon untuk reseptor itu. Kerjasama
positif menghasilkan suatu plot Scatchard yang konveks dan kerjasama negatif
menghasilkan suatu plot yang konkaf . Artifak eksperimental dan adanya dua kelas
independen dari tempat juga dapat menghasilkan plot Scatchard non-linier. Yang
merupakan kejutan, ikatan kerjasama jarang diamati pada interaksi hormon-reseptor;
interaksi reseptor-insulin pada beberapa keadaan dapat merupakan suatu pengecualian.
19
Hormon Agonis, Antagonis dan Agonis Parsial
Zat-zat yang berinteraksi dengan tempat pengikatan-hormon dari reseptor dapat
memiliki aktivitas agonis, antagonis, atau agonis parsial (juga disebut antagonis
parsial). Suatu agonis sepenuhnya menginduksi reseptor untuk memicu peristiwa pas-
careseptor. Suatu antagonis mampu untuk berikatan dengan reseptor dan memblokir
pengikatan dari agonis, tetapi tidak memicu respon pascareseptor. Dengan cara ini, ia tidak
menimbulkan suatu respons tetapi memblokir respons terhadap agonis, asalkan ia
ditemukan dalam konsentrasi yang cukup untuk memblokir pengikatan agonis. Pada
umumnya, antagonis berikatan dengan tempat yang sama pada reseptor seperti agonis ,
namun pada beberapa keadaan, antagonis dapat berikatan dengan reseptor pada tempat
yang berbeda dan memblokir pengikatan agonis melalui perubahan alosterik dalam
reseptor. Suatu agonis parsial (antagonis parsial) merupakan suatu perantara; ia
berikatan dengan reseptor tetapi hanya menimbulkan suatu perubahan parsial , sehingga
walaupun reseptor diduduki secara penuh oleh agonis parsial, respon hormon akan tidak
sepenuhnya. (2,5)
Pengikatan Hormon Non-Reseptor
Reseptor bukan merupakan satu-satunya protein yang mengikat hormon-banyak
protein lain juga mengikatnya. Dalam hal ini termasuk protein pengikat plasma dan
molekul seperti alat transpor lainnya yang lazim ditemukan dalam jaringan perifer,
enzim yang terlibat dalam metabolisme atau sintesis dari steroid, dan protein lain yang
belum diidentifikasi hingga sekarang. Protein ini dapat mengikat hormon seketat atau
tebih ketat ketimbang reseptor; namun, mereka berbeda dari reseptor di mana mereka
tidak mentransmisikan informasi dari pengikatan ke dalam peristiwa pascareseptor.
Satu kelas molekul khusus mengikat hormon atau kompleks hormon pada
permukaan sel dan berpartisipasi dalam internalisasinya. Yang paling diteliti secara luas
adalah "reseptor" lipoprotein berdensitas-rendah (LDL) yang mengikat partikel LDL
pembawa-kolesterol dan menginternalisasinya . Reseptor ini penting untuk pengambilan
kolesterol, contohnya, dalam sel-sel dari adrenal untuk biosintesis steroid dan dalam hati
untuk membersihkan plasma dari kotesterol. Cacat genetik reseptor ini menimbulkan
hiperkolesterolemia. Partikel LDL yang diinternalisasi dapat memberikan kolesterol untuk
sintesis steroid atau penyisipan ke dalam membran sel. Di samping itu, kolesterol yang
dilepaskan dari partikel menghambat umpan balik sistesis kolesterol. Dengan demikian,
20
reseptor IDL, secara tepat, bukan reseptor tetapi LDL yang mengambil protein. Molekul
reseptor dan non-reseptor pengikat hormon biasanya dibedakan melalui sifat-sifat
pengikatannya serta kemampuan untuk memperantarai respon pascareseptor. Reseptor
akan mampu untuk mentransfer responsivitas hormon dengan eksperimen transfer gen.
Hubungan antara Respon dan Pengikatan Reseptor Hormon
Pengertian akan hubungan antara pengikatan hormon-reseptor dan respons
selanjutnya yang ditimbulkan oleh hormon kadang-kadang membantu dalam
mempertimbangkan terapi hormon dan keadaan klinik. Pertimbangan seperti ini akan
memungkinkan klinisi untuk menghargai secara lebih baik makna dari pengukuran
hormon dan pemberian farmakologis dari hormon. Reseptor inti ditemukan dalam jumlah
yang kecil-beberapa ribu per sel-dan biasanya membatasi besarnya respons hormon. Hal
ini berarti bahwa jika terdapat lebih banyak reseptor, respons hormon pada konsentrasi
hormon yang menjenuhkan reseptor akan lebih besar. Penjenuhan relatif dari reseptor
sejajar dengan respon hormon . Sebaliknya, reseptor permukaan sel seringkali bukan tidak
terbatas, sehingga penjenuhan dari hanya suatu fraksi reseptor menghasilkan suatu
respons hormon yang maksimal.
Pada reseptor sel permukaan, dihasilkannya messenger kedua dan kemampuan dari
setiap reseptor untuk berinteraksi dengan lebih dari satu molekul efektor memberikan
suatu amplifikasi dari respons. Contohnya, setiap kompleks hormon-reseptor dapat
mengaktivasi beberapa molekul protein G yang mengatur adenilil siklase, dan setiap
molekul enzim dapat menghasilkan beberapa molekul cAMP yang dihasilkan secara
berlebihan, sedemikian rupa sehingga langkah berikutnya dari respon hormon, cAMP-
dependent protein kinase A, dapat menjadi terbatas.
Gambar 5
Gambaran berbagai jenis reseptor membran dengan satu contoh masing-masing jenis
21
Pengaturan metabolisme oleh hormon :
1. Hormon kel. Tiroid:
- mempertahankan keseimbangan energi metabolik.
- merupakan pencetus untuk fungsi normal dari semua sel termasuk sel otot jantung.
- dan menunjang proses tumbuh/growth dan perkembangan sejak bayi.
2. Stimulasi sekresi hormon Kortisol oleh Adrenal Kortex
Kadar glukosa rendah menyebabkan Hypothalamus mensekresikan CRH
(corticotropin-releasing hormone) kemudian Anterior pituitary cells mensekresikan ACTH
(adrenocorticotropic hormone) sehingga Adrenal cortex akan mensekresikan cortisol (dan
glukokortikoid lainnya) [cortisol mencegah uptake glukosa oleh sel-sel otot]
Pengaturan sekresi hormon
Umpan balik negatif (Negative feedback) Merupakan mekanisme yang paling umum
dalam pengaturan sekresi hormon. Hormon dapat pula secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi sekresinya sendiri melalui mekanisme down regulation. Umpan balik positif
(Positive feedback) Sangat jarang terjadi.
Jalur Pengaturan Negative Feedback:
- kortisol menghambat sekresi ACTH oleh adrenal kortex.
- kortisol juga menghambat sekresi CRH secretion dari hypothalamus
22
Kelenjar Tiroid
Kelenjar Tiroid menghasilkan 2 jenis hormone:
1. Triiodotironin (T3)
2. Tetraiodotironin (T4)
Hormon tiroid berperan dalam metabolism umum (sintesis protein),
perkembanganumum (pembentukan hormone pertumbuhan), diferensiasi jaringan (proses
tumbuh kembang) dan ekspresi gen. Setengah hingga 2/3 hormon ini berada di luar tiroid. Di
dalam darah hormone ini terikat pada 2 protein pengikat spesifik yaitu Thyroxyne binding
globulin (TBG) dan Thyroxine binding prealbumin (TBPA). Hormon tiroid memiliki reseptor
intrasel spesifik yang ada dalam nucleus sel target. Dalam melakukan aktivitasnya hormon
tiroid membutuhkan yodium. Bila terjadi defisiensi yodium dalam kelenjar tiroid, kecepatan
pembentukan hormone mula-mula tetap, tetapi persediaan yodium dalam kelenjar tiroid
semakin berkurang. Dalam keadaan demikian kelenjar tiroid berusaha mengambil yodium
dalam darah. Bila deficit yodium semakin besar maka pengeluaran hormone akan semakin
berkurang. Biosintesis hormone tiroid melibatkan beberapa proses yang rumit, termasuk
metabolism yodida.
Metabolisme Yodida dalam kelenjar tiroid
Konsentrasi yodida
- Yodida masuk dalam kelenjar tiroid dengan bantuan transporter (protein pengangkut).
Aktivitas transporter ini dikendalikan oleh hormone TSH (Thyroid Stimulating Hormone).
- Yodida akan dipekatkan di dalam kelenjar tiroid, dengan bantuan Na+ K+ ATPase. 70%
yodida disimpan dalam bentuk inaktif yaitu monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin
(DIT), 30%nya dalam bentuk residu iodotironil, T3 dan T4.
- Yodida dengan jumlah sangat kecil dapat masuk dengan cara difusi. Bila tidak disatukan ke
dalam DIT atau MIT (hanya sekitar <10%), mereka juga bisa meninggalkan tiroid dengan
bebas melalui proses difusi.
- Transporter yodida dapat dihambat oleh molekul perklorat (ClO4-), perrhenat (ReO4-) dan
perteknetat (TcO4-). Ketiganya bersaing untuk mendapatkan transporter yodida dan
dipekatkan dalam tiroid.
Oksidasi Yodida
- Oksidasi yodida terjadi pada permukaan lumen sel folikular dan melibatkan enzim
peroksidase
23
- Oksidasi yodida dihambat oleh obat-obatan antitiroid (golongan tiourea) yaitu tiourasil,
propiltiourasil dan metimazol
Iodinasi Tirosin
- Yodida yang teroksidasi akan bereaksi dengan tirosin dalam tiroglobulin dengan melibatkan
enzim tiroperoksidase.
- Kemudian terjadi reaksi organifikasi yaitu pembentukan MIT dan DIT, terjadi dalam waktu
beberapa detik saja.
Perangkaian iodotirosil
- Dua molekul DIT membentuk T4 dan 1 molekul DIT ditambah 1 molekul MIT membentuk
T3
- Enzim yang berperan dalam perangkaian ini belum diketahui pasti, diperkirakan
tiroperoksidase juga.
- Obat yang menghambat perangkaian ini juga diperkirakan sama dengan obat yang
menghambat oksidasi yodida yaitu dari golongan tiourea.
- Hormon tiroid (T3 dan T4) yang terbentuk tetap menjadi bagian integral tiroglobulin sampai
saatnya diurai dan dilepas ke dalam darah dengan proses hidrolisis.
- Hidrolisis tersebut dirangsang TSH dan dihambat oleh yodida. Kalium yodida digunakan
untuk menghambat pembentukan hormone tiroid pada penderita hipertiroidisme.
Biosintesis Tiroglobulin
Tiroglobulin disintesis di bagian basal sel kemudian bergerak ke lumen dan disimpan di
koloid ekstrasel. Tiroglobulin tersusun dari 115 residu tirosin. Terbentuk dari 8-10%
karbohidrat, 0,2-1% yodida. 70% yodida yang ada tersebut terdapat sebagai precursor inaktif
yaitu monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT), 30% nya lagi berada dalam residu
iodotironil, T3 dan T4. Bila yodium mencukupi rasio T4:T3 adalah 7:1. Bila terjadi defisiensi
yodium rasio tersebut turun, begitu juga rasio DIT:MIT.
Tiroglobulin akan dihidrolisis menjadi T3 dan T4 aktif. Selama proses hidrolisis
tiroglobulin kembali masuk ke dalam sel.
Semua tahapan ini dirangsang oleh TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dan hormone ini
(dengan bantuan cAMP) juga meningkatkan transkripsi gen tiroglobulin.
Hidrolisis tirogobulin
T3 dan T4 disimpan dalam tiroglobulin di koloid ekstrasel dan dalam kelenjar tiroid
normal pasokan hormone ini disimpan beberapa minggu.
24
Ketika ada stimulasi dari oleh TSH dalam waktu beberapa menit akan terjadi peningkatan
mikrovili pada membran apical.
Mikrotubulus akan menangkap tiroglobulin dan pinositosis selanjutnya mengembalikan
tiroglobulin ke dalam sel folikular.
Terbentuk fagolisosom yang di dalamnya terdapat berbagai enzim protease dan peptidase
Enzim-enzim tersebut akan menghidrolisis tiroglobulin menjadi asam amino termasuk
iodotironin (T3 dan T4).
T3 dan T4 akan dilepas dari bagian basal sel ke dalam darah. Sebagian yodida dalam
bentuk DIT dan MIT akan mengalami deiodinasi oleh enzim deiodinase menjadi yodida
bebas dan tirosin.
Hormon tiroid yang dilepas sebanyak 50 μg/hari. Rata-rata yodida yang yang dipakai
untuk pembentukan hormone ini sekitar 25-30% yodida yang dikonsumsi. Kebutuhan yodida
perhari 150-200 μg.
FUNGSI TIROID
Sel epitel folikel kel.tiroid menggunakan pompa untuk transpor iodium ke dalam sel.
Iodium dioksidasi menjadi bentuk reaktif oleh enzim peroksidase yang secara berurutan
mengorganifikasikannya melalui kombinasi dengan tirosin dari molekul tiroglobulin
membentuk monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT).
DIT x 2 = tiroksin (T4)
MIT + DIT= triiodotironin (T3)
Lebih banyak T4 yang diproduksi daripada T3
T3 adalah 4x lebih berperan dibandingkan T4
Bila distimulasi oleh TSH enzim-enzim lisosomal kan membebaskan T3 & T4 dari
tiroglobulin
TBG (thyroxine binding globulin) merupakan protein pengikat T3/T4 di sirkulasi.
Jaringan periferal mengkonversi T4 menjadi T3 atau rT3 (bentuk inaktif)
Sekresi dikendalikan oleh TSH, yang dihasilkan hipofise anterior danregulasinya diatur
pula oleh TRH (Thyrotropin-releasing hormone) yang diproduksi di hipotalamus, T3
mengendalikan reseptor TRH secara “down regulation” sehingga menghambat pembebasan
TSH.
Regulasi dan fungsi kel. Tiroid penting untuk pertumbuhan terutama dimasa embrio dan
otak, perkembangan SSP, metabolisme dan fungsi sistim saraf otonom.
25
Mengatur thermostasis internal, keseimbangan energi metabolik, peningkatan jumalah
mitokondria, meningkatan produksi enzim-enzim rantai pernafasan dan menigkatan aktivitas
Na+/K+ ATPase
.
Patofisiologi
Goiter
Merupakan pembesaran tiroid (penyakit gondok). Penyakit ini menunjukkan adanya
suatu upaya untuk mengimbangi penurunan hormone tiroid, sementara TSH naik. Ada
beberapa kerusakan dalam penyakit ini:
- kerusakan dalam pengangkutan yodida
- kerusakan pada proses iodinasi
- kerusakan enzim deiodinase
- produksi protein teriodinasi abnormal
Dalam kondisi semakin parah penyakit ini dapat berlanjut menjadi hipotiroidisme. Dapat
diatasi dengan hormone tiroid eksogen.
Hipotiroidisme
Dapat disebabkan karena kegagalan tiroid tapi bisa pula disebabkan karena penyakit
pada hipofisis atau hipotalamus. Pada hipotiroidisme laju metabolic basal (Basal
metabolic rate/BMR) menurun. Gambaran klinis yang menonjol adalah :
- denyut jantung lambat
- hipertensi diastolic
- perilaku lamban
- mudah mengantuk
- konstipasi
- sensitive terhadap suhu dingin
26
- kulit dan rambut kering
- rona muka pucat kekunin gan
Hipotiroidisme pada anak-anak mengakibatkan perawakan pendek tanpa retardasi
mental Bila terjadi pada intrauterus atau neonates aka mengakibatkan kretinisme yaitu
keadaan yang ditandai dengan sejumlah cacat congenital dan retardasi mental berat dan
ireversibel.
Hipertiroidisme (Tirotoksikosis)
Merupakan keadaan produksi hormone tiroid berlebihan. Sebagian besar kasus di AS
terjadi karena penyakit Graves akibat produksi IgG perangsang tiroid (TSI=Thyroid
Stimulating IgG) yang mengaktifkan reseptor TSH. Keadaan ini menyebabkan pembesaran
difus kelenjar tiroid dan produksi T3 dan T4 yang berlebihan dan tidak terkendali.
Gambaran klinis yang muncul :
- frekuensi denyut jantung yang cepat
- tekanan nadi yang melebar
- gelisah
- insomnia
- penurunan berat badan meskipun selera makan meningkat
- kelemahan
- produksi keringat berlebihan
- sensitive terhadap panas
- kulit basah dan merah
Pengobatan dilakukan melalui obat antitiroid.
Hormon Epineprin
a. Fisiologi Adrenal
Adrenal cortex- lapisan luar
- zona glomerulosa- memproduksi mineralocorticoid (aldosterone)
- zona fasciculata- memproduksi glucocorticoid (cortisol)
- zona reticularis- memproduksi androgen (dihydroepiandrosterone and androstenedione)
Mineralokortikoid, regulasi dan perannya :
- Aldosterone sekresinya dibawah kendali tonik dari ACTH, akan tetapi juga dikendalikan oleh
sistem renin-angiotensin dan K+
- Renin-angiotensin system: Penurunan volume darah akan menurunkan perfusi renal dan
sekresi renin yang akan mempengaruhi konversi angiotensinogen menjadi angiotensin I dan
27
selanjutnya dikonversi menjadi angiotensin II oleh enzim ACE (angiotensin converting
enzyme)
- Angiotensin II menyebabkan peningkatan konversi kortikosteron menjadi aldosteron di zona
glomerulosa.
- Aldosteron meningkatkan reabsorbsi Na+ renalis untuk mengebalikan volume cairan ekstrasel
dan volume darah ke keadaan semula.
- Aldosteron juga meningkatkan sekresi K+ renalis untuk mencegah hyperkalemia
Biosintesis hormone steroid di kel. Adrenal
21 carbon steroids
- Progesteron merupakan prekursor dari steroid 21 carbon lainnya seperti aldosteron, kortisol,
dan deoksikortikosteron
- Deoksikortikosteron (mineralocorticoid) dihasilkan melalui hidroksilasi pada posisi C-21
- Kortisol (glucocorticoid) dihasilkan melalui hidroksilasi pada C-17
19 Carbon steroids
- Mempunyai aktivitas androgenik activity dand merupakan precursor estrogen
- Bila sebelumnya mengalami hidroksilasi pada C17, maka rantai samping C20,21 dapat
diputaskan untuk menghasilkan DHEA atau androstenedione. Androstenedion dapat
dikonversi menjadi testosteron di testes.
18 Carbon steroids
- Mempunyai aktivitas Estrogenik
- Aromatisasi untuk menghasilkan estrogens terjadi dalam ovarium.
Beberapa hormone lain yang berpengaruh dalam metabolism kalsium
Kalsitriol (1,25(OH)2-D3)
Kalsitriol berperan dalam absorbsi kalsium dan fosfat di usus. Kalsitriol disekresi dalam kulit,
hati dan ginjal. Sekresinya memerlukan vitamin D dan sinar matahari. Hormon ini bekerja
melalui ikatan dengan reseptor intrasel. Kompleks hormone reseptor terikat dengan unsur
respon vitamin D yang spesifik mempengaruhi transkripsi gen. Sasarannya adalah gen yang
terlibat dalam pengangkutan kalsium ke dalam dan keluar usus (CBP=Calcium Binding
Protein).
Kelainan yang terjadi pada usia anak-anak berupa rakhitis (riketsia), terjadi karena
defisiensi vitamin D sehingga pembentukan kalsitriol terganggu. Ditandai dengan kadar
kalsium dan fosfor yang rendah dalam plasma darah dan tulang yang mineralisasinya buruk
disertai dengan deformitas skeletal. Pada orang dewasa defisiensi vitamin D menyebabkan
osteomalasia. Pada kondisi ini penyerapan kalsium dan fosfor menurun, demikian juga kadar
28
keduanya dalam cairan ekstrasel. Akibatnya proses mineralisasi tulang terganggu dan tulang
akan memiliki struktur yang lemah.
Kalsitonin
Merupakan peptide dengan rangkaian 32 asam amino yang disekresikan oleh sel C
parafolikel kelenjar tiroid manusia (kadang pada kelenjar paratiroid atau timus) tapi jarang.
Kalsitonin diperkirakan berperan dalam metabolism kalsium dalam tubuh, namun mekanisme
kerjanya masih belum jelas, meskipun telah banyak dilakukan penelitian terhadap hormone
ini.
b. Fungsi Organ dalam proses metabolisme
Hati
- Menyimpan glukosa sebagai glikogen
- Situs untuk interkonversi glikogen (gluconeogenesis)
Jar. Adiposa
Tempat penyimpanan energi primer
Otot skelet
- Tempat penyimpanan asam amino primer
- Pemakai energi terbesar
Otak
Memerlukan glukosa, tetapi tidak mempunyai tempat penyimpanan glikogen.
Pancreas:
- Memproduksi sekresi exokrin dan endokrin:
- Exokrin = Digestive enzymes (enter small intestine)
- Endokrin = Hormones yang meregulasi kadar glukosa darah
- Sel-sel endokrin merupakan cluster di pankreatik islet (Islets of Langerhans)
- Alfa sel: Glucagon (↑ glukosa darah)
- Beta cells: Insulin (↓ glucose darah) dan keduanya merupakan hormone peptide
Insulin
- Peptida hormon yang disekresikan dari sel-sel beta pancreas islets of Langerhans
- Meningkatkan uptake glukosa oleh sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi
- Meningkatkan sintesis molekul penyimpan energi (anabolism), glikogen sintesis, trigliserida
sintesis, protein sintesis
- Menghambat glikogenolisis dan glukoneogenesis
29
Sekresi insulin :
Meningkat pada keadaan absorptif, karena : Meningkatnya [glukosa] dalam plasma,
meningkatnya [asam amino] dalam plasma, pengaruh dari sistem saraf parasympatetik
Meningkatnya respons thd makanan di tractus GI : Glucose-dependent insulinotropic peptide
(GIP), disekresikan oleh GI tract sebagai respons thd makanan
Secresi berkurang menjelang pascaabsorptif: Sympathetic nervous system activity dan
Epinephrine
Insulin
Insulin merupakan hormon anabolik, yang menyebabkan sel-sel mengambil substrat
energi pada waktu terjadi kelebihan.
Kerja Insulin dikounter oleh hormon-hormon katabolik seperti glukagon, adrenalin
dan noradrenalin dan growth hormone yang bekerja melalui pembentukan second
messenger cyclic AMP (cAMP) dan protein kinase
Insulin mengaktifkan protein fosfatase dan defosforilasi enzim-enzim itu. Beberapa
diantaranya diaktifkan melalui fosforilasi, sedang sebagian lainnya diinaktifkan
melaluiproses yang sama.
Insulin mengaktifkan glycogen synthetase dan pyruvate dehydrogenase,dan
menginaktifkan phosphofructokinase II dan hormone-sensitive lipase di jar. adiposa.
Aktifitas Insulin dalam Lemak
Salah satu kerja utama dari insulin ialah untuk mengendalikan storage dan
membebaskan asam lemak kedalam dan keluar depot lipid. Kerja ini terjadi melalui dua
mekanisme : 1) regulasi beberapa macam enzim lipase dan 2) aktivasi transpor glukosa
(GLUT4) ke dalam sel-sel.
Mekanisme Insulin
1. Insulin memberi sinyal bila ada kelebihan makanan dan akan menginisiasi uptake dan
storage dari karbohidrat, lemak dan asam amino
2. Penyediaan energi dan stabilitas kadar gula darah postprandial selalu di atur oleh
glukagon dan katekolamin, akan tetapi reduksisinyal insulin postprandial
tetaptetapupakan hal terpenting
30
3. Apa yang terjadi bila produksi dan sekresi insulin mengalami kegagalan ? Bagaimana
reaksi tubuh bila terjadi kegagalan sistem sinyal insulin
4. Hal inimungkin terjadi bila : 1) destrksi sel-sel beta cells (diabetes type 1) atau 2)
hilangnya respons terhadap insulin (diabetes type 2/insulin resistance).
5. Uptake glukosa ke otot dan sellemak sangat tergantung pada aktivasi GLUT4 oleh
insulin
6. Sistem ini akan gagal bila sekresi insulin terganggu.
7. Uptake glukosa juga terganggu di hati karena tidak ada pengaktifan glikogen sintetase
atau piruvate dehidrogenaseoleh insulin.
Sel Beta
Insulin merupakan protein kecil terdiri dari rantai alfa dengan 21 asam amino yang
dihubungkan oleh suatu jembatan disulfida(S—S) terhadap rantai beta yang dibentuk
oleh asam amino.
Sel-sel Beta mempunyai kanalkanal pada membran plasmanya dan berperan sebagai
detector glukosa.
Sel-sel beta mensekresikan insulin sebagai respons terhadap peningkatan kadar gula
darah ("blood sugar").
Dalam hal ini keseimbangan antara insulin dan glukagon (hasil ratio molar dari kedua
hormone ini) yang mengontrol metabolisme.
Insulin mempengaruhi banyak organ.
Stimulasi serat otot skelet untuk Mengambil glukosa dan mengubahnya jadi glycogen,
mengambil asam amino dari darah dan mengubahnya menjadiprotein.
Bekerja terhadap sel-sel hati yaitu stimulasi untuk mengambil glukosa dari darah dan
mengubahnya menjadi glikogen dan menghambat produksi enzim dalam pemecahan
glikogen ("glycogenolysis").
Bekerja thd sel-sel lemak (adipose) untuk stimulasi uptake glucose dan sintesis lemak.
Pada tiap-tiap keadaan, insulin memicu efek ini melalui ikatan insulin dengan reseptor —
yang merupakan transmembrane protein dan terdapat pada membran plasma dari sel-sel
sasaran.
Dari keseluruhan peran itu, ternyata semua aksi ini merupakan hasil dari :
Penyimpanan nutrient terlarut yang diabsorbsi dari intestin menjadi produk yang tidak larut
kaya energi (glycogen, protein, fat) dan Turunnya kadar glukosa darah
31
2.4 Hormon pada hewan
Pada Invertebrata
Sejumlah invertebrata tidak mempunya organ khusus untuk sekresi hormon sehingga
sekresinya dilaksanakan oleh sel neurosekretori, yang merupakan sumber hormon pada
invertebrata. Sel neurosekretori dapat ditemukan antara lain.
Coelenterata Contohnya ialah Hydra. Hydra mempunyai sejumlah sel yang dapat menghasilkan
senyawa kimia yang berperan dalam proses reproduksi, pertumbuhan, dan regenerasi.
Apabila kepala hydra dipotong, sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptide yang
disebut activator kepala. Zat tersebut akan memnyebabkan sisa tubuh hydra dapat
membentuk mulut dan tentakel, dan selanjutnya membenyuk daerah kepala.
PlatihelminthesHewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses
regenerasi. Hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic, ionic, dan
dalam proses reproduksi.
NematodaHewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga 4 kali dalam siklus hidupnya., serta
mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi neurohormon, yang berkaitan erat
dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut terdapat pada ganglion di daerah kepala dan
beberapa pada daeran korda saraf.
AnnelidaCacing poliseta dewasa dapat mengalami epitoki yakni perubahan sejumlah ruas
tubuh menjadi struktur reproduktif. Epitoki ini dikendalikan oleh sistem neuroendokrin.
Hormon yang dilepaskan akan menghambat epitoki sehingga epitoki akan berlangsung ketika
kadar hormon tersebut sangaan rendah.
32
MoluskaPada hewan ini ditemukannya hormon yang merangsang pelepasna telur dari gonad
dan pengeluaran telur dari tubuh.dalam hal ini, kelenjar endokrin klasik memiliki peran yang
sangat penting. Kelenjar optic disuga menyekresi beberapa hormon yang diperlukan untuk
perkembangan sperma dan ovum.
CrustaceaCrustacea memiliki sejumlah sel kecil sel endokrin klasik, yaitu organ Y dan kelenjar
mandibula. Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di daerah toraks tepatnya
pada ruas maksila atau antenna. Hormon Y mempengaruhi proses molting. Kelenjar
mandibula terletak di dekat organ Y memiliki fungsi endokrin juga. Krustasea juga memiliki
kelenjar androgenic yang berperan dalam perkembanagn testis dan produksi sperma.
InsektaTerdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, sebagai berikut. :
1. Sel neurosekretori medialis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka,
yakni sepasng organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan
neurohormon.
2. Sel neurosekretori lateralis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka.
3. Sel neurosekretori subesofageal : terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki akson yang
membentang ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.
Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas pertumbuhan dan
pengelupasan rangka luar (kulit luar).
Yang perlu dicatat adalah, karena ecdyson adalah suatu sterol, yang biosintesisnya
berasal dari kholesterol, maka dibutuhkan makanan yang cukup mengandung kholesterol
supaya serangga dapat memiliki cukup ecdyson. Sementara itu pada tumbuhan sendiri
dijumpai bentukan lanjut sterol yang sangat mirip ecdyson dan disebut sebagai
"phytoecdyson". Bahan ini bekerjanya tidak spesifik, karena ternyata dapat digunakan oleh
banyak jenis artropoda.
33
Hormon yuwana, Juvenile Hormone (JH)
Hormon lain yang juga teridentifikasi dari berbagai percobaan dalam mencari
faktor molting adalah JH (hormon yuwana, juvenile hormone). Hormon ini dijumpai
hampir pada semua artropoda dan krustasea. JH dipergunakan untuk mempertahankan
stadium muda, sehingga apabila dalam suatu instar pradewasa dijumpai titer JH yang
sangat rendah, artinya stadium larvanya menjelang selesai. Lebih lengkapnya pada bab
Hubungan antara Ecdyson dan JH dalam pengaturan metamorfose.
34
Pada Vertebrata
Hormon pada Sapi
Berbeda dengan invertebrata, sistem endokrin pada vertebrata terutama sekali
tersusun atas berbagai organ endokrin klasik. Sistem endokrin vertebrata dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok kelenjar utama, yaitu hipotalamus, hipofisis atau pituitari dan kelenjar
endokrin tepi.
Kelenjar Endokrin Utama Vertebrata dan Beberapa Hormon yang Dihasilkannya.:
1. Kelenjar PituitariKelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar) karena
pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar
pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian,
yaitu anterior dan posterior.
Pituitari posterior, menghasilkan hormon :
Oksitosin → merangsang kontraksi uterus dan sel-sel kelenjar susu.
Hormon antidiuretik (ADH) → mendorong retensi air oleh ginjal.
Pituitari anterior, menghasilkan hormon :
35
Hormon pertumbuhan (GH) → merangsang pertumbuhan (khususnya tulang) dan fungsi
metabolisme.
Prolaktin (PRL) → merangsang produksi dan sekresi susu
Hormon perangsang folikel (FSH) → merangsang produksi dan ovum sperma dan juga
merangsang ovarium dan testes
Luteinizing Hormone (LH) dan Hormon perangsan tiroid (TSH) → merangsang kelenjar
tiroid
Hormon adrenokortikotropik (ACTH) → merangsan korteks adrenal untuk mensekresikan
glukokortikoid
2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh
membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon
lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Kelenjar
tiroid menghasilkan hormon :
Triiodotiroin (T3) dan Tiroksin (T4) → merangsang dan memelihara proses metabolisme
Kalsitonin → menurunkan kadar kalsium darah
3. Kelenjar Paratiroid, menghasilkan hormon paratiroid (PTH) → menaikkan kadar kalsium
darah
4. Pankreas, menghasilkan hormon :
Insulin → menurunkan kadar glukosa darah
Glukagon → menaikkan kadar glukosa darah
5. Kelenjar Adrenal, dibagi atas :
Medula adrenal, manghasilakan hormon epinefrin dan norepinefrin → menaikkan kadar
glukosa darah; meningkatkan aktivitas metabolisme; menyempitkan pembuluh darah tertentu.
36
Korteks adrenal, menghasilkan hormon :
Glukokortikoid → menaikkan kadar glukosa darah
Mineralokortikoid → mendorong reabsorpsi Na+ dan ekskresi K+ di ginjal
6. Gonad, terdiri atas :
Testes, menghasilkan hormon androgen → mendukung pembentukan sperma; mendorong
perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder jantan
Ovarium, menghasilkan hormon :
Estrogen → merangsang pertumbuhan dinding uterus; mendorong perkembangan dan
pemeliharaan karakteristik seks sekunder betina
Progesteron → menggalang pertumbuhan lapisan uterus
7. Kelenjar Pineal, menghasilkan hormon melatonin → terlibat dalam irama (ritme) biologis
8. Timus, menghasilkan hormon timosin → merangsan limfosit T.
37
2.5 Hormon Reproduksi (Gonadotropin)
Pengertian Gonad
Kelenjar kelamin disebut pula dengan gonad. Meskipun fungsi utamanya adalah
memproduksi sel-sel kelamin, namun kelenjar kelamin juga memproduksi hormon. Kelenjar
kelamin laki-laki terdapat pada testis, sementara kelenjar kelamin perempuan berada pada
ovarium.
Gonad (hormon kelamin) merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh
gonadotropin hormon (GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari .Hipofisis mengsilkan 2
jenis gonadotropin yang mengatur fungsi alat reproduksi yaitu hormon pemacu folikel
(FSH=folicle stimulating hormone dan LH= lutenizing hormone). Pada setiap spesies tertentu
hipofisis penting selama kehamilan, sedangkan umumnya kehamilan dapat berjalan tanpa
hipofisis.
Gonadotropin hipofisis adalah hormon glikoprotein (peptida) dan hanya efektif bila
diberikan dalam bentuk suntikan. Kadar gonadotropin dalam urin dapat diukur
radioimmunoasay, berdasarkan antibodi spesifik terhadap gugus yang membeda-bedakan
dengan masing-masing hormon hipofisis.
Di dalam testis terdapat sel Leydig yang menghasilkan hormone testosteron atau
androgen. Hormon testosteron sangat berpengaruh terhadap proses spermatogenesis (proses
pembentukan sperma) dan pertumbuhan sekunder pada laki-laki. Pertumbuhan sekunder pada
anak laki-laki ditandai dengan suara menjadi besar, bahu dan dada bertambah bidang, dan
tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu misalnya kumis, janggut, cambang, ketiak, dan
sekitar kemaluan.
Sementara itu, hormon estrogen dan progesteron disekresikan oleh ovarium.
Estrogen dihasilkan oleh folikel de Graff dan dirangsang oleh hormon FSH. Hormon estrogen
berfungsi saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya
payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan. Di
samping itu, hormon enstrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan endometrium.
Bagi wanita, hormon progesteron berfungsi menjaga penebalan endometrium,
menghambat produksi hormon FSH, dan memperlan-car produksi laktogen (susu). Hormon
ini dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH.
FSH pada wanita menyebabkan perkembangan folikel primer menjadi folikel graaf.
Di bawah pengaruh LH, folikel yang telah berkembang mensekresi estrogen dan progesteron.
LH menyebabkan terjadinya ovulasi dan juga mempengaruhi korpus luteum untuk
38
mensekresi estrogen dan progesteron. Proses terakhir dikenal sebagai aktivitas laktogenik,
yang pada beberapa spesies berada dibawah pengaruh proklatin. Sedangkan FSH pada pria
berfungsi menjamin terjadinya spermatogenesis, antara lain dengan mempertahankan fungsi
tubulus seminiferus, LH merangsang sel leydig mensekresi testoteron.
Mekanisme Kerja Hormon Gonadotropin
Mekanisme kerja hormon tropik adenohipofisis misalnya hormon Gonadotropin (hormon
kelamin) merupakan mekanisme kerja hormon pada taraf selular tergantung jenis hormonnya,
mengikuti salah satu mekanisme berikut:
Hormon berinteraksi dengan reseptornya mengakibatkan perangsangan atau
penghambatan mengubah kecepatan sintesis siklik AMP dari ATP ,selanjutnya siklik AMP
berfungsi sebagai mediator intrasel untuk hormon tersebut dan seluruh sistem ini berfungsi
sebagai suatu mekanisme spesifik sehingga efek spesifik suatu hormon dapat terjadi.
Siklik AMP mempengaruhi berbagai proses dalam sel,dan efek akhirnya bergantung dari
kapasitas serta fungsi dari sel tersebut.siklik AMP menyebabkan aktivasi enzim-enzim
protein kinase yang terlibat dalam proses fosforilasi pada sintesis protein dalam sel.siklik
AMP mempengaruhi kecepatan proses ini.metabolisme siklik AMP menjadi 5,AMP
dikatalisis oleh enzim fosfodiesterase yang spesifik.dengan demikian zat-zat yang
menghambat enzim fosfodiesterase dapat menyebabkan timbulnya efek mirip hormon.
Hormon – Hormon Gonadotropin
a. Estrogen
Biosintesis dan Kimia
Estrogen disintesis dari kolesterol terutama di ovarium dan kelenjar lain, misalnya
korteks adrenal, testis dan plasenta. Kemudian melalui beberapa reaksi enzimatik dalam
biosintesis steroid terbentuklah hormon kelamin steroid. Biosintesis estrogen dipengaruhi
oleh hormon pemacu folikel (FSH).
Estrogen dibentuk dari androstenedion maupun testosteron yang mempunyai 4 cincin
siklik dengan 19 atom C. Terjadi hidroksilasi atom C19, kemudian gugus hidroksimetil yang
terbentuk akan terlepas dari inti, dan terjadi aromatisasi cincin A untuk membentuk gugus
hidroksi fenolik pada atomC3. Pada beberapa keadaan patologik, misalnya sindrom Stein-
Leventahl dengan ovarium polisiklik, terjadi hambatan sintesis estrogen sehingga
prekursornya yang berefek androgenik meningkat dan menyebabkan virilisasi.
39
Gambar 1. Struktur kimia estrogen
Estrogen endogen pada manusia terdiri dari estradiol, estriol dan estron. Sekresi
estradiol paling banyak dan potensi estrogeniknya juga paling kuat. Oksidasi estradiol
menjadi estron dan hidrasi estron menjadi estriol terutama terjadi di hepar. Ketiga jenis
estrogen tersebut diekskresikan melalui urin dalam bentuk konyugasi dengan asam sulfat dab
glukuronat.
Sumber estrogen lain ialah hewan genus Equus, misalnya kuda. Estrogen yang berasal
dari kuda disebut ekuilin dan ekuilenin. Kuda hamil dapat memproduksi estrogen kira – kira
100 mg per hari.
Beberapa senyawa nonsteroid yang berasal dari tanaman, ternyata juga
memperlihatkan aktivitas estrogenik, misalnya flavon, isoflavon, dan derivat kumestan.
Dietilstibestrol, merupakan senyawa estrogen sintetik pertama, yang memiliki potensi
estrogenik cukup kuat. Aktivitas dietilstibestrol cukup tinggi. Dengan mengadakan perubahan
struktur kimia estrogen alami, didapat estrogen sintetik yang cukup aktif per oral. Salah satu
derivat yang paling poten ialah etinilestradiol, dengan gugus asetilen pada atom C17. Jenis
estrogen ini dan derivat metilnya, bersama – sama dengan derivat progestin banyak
digunakan dalam pil kontrasepsi oral dan untuk mengatur siklus haid.
Mekanisme Kerja
Reseptor estrogen berupa protein telah ditemukan di jaringan target yaitu seluruh
reproduksi wanita, kelenjar mamae, hipofisis dan hipotalamus. Estrogen terikat dengan
afinitas tinggi pada reseptor protein di sitoplasma. Setelah mengalami modifikasi, komplek
reseptor estrogen ini kemudian ditranslokasi ke inti sel dan berikatan dengan kromatin. Ikatan
ini memacu sintesis mRNA dan beberapa protein spesifik lainnya. Beberapa jam kemudian,
terjadi sintesis RNA dan protein lebih banyak, dan pada tahap lebih lanjut terjadi stimulasi
sintesis DNA.
40
Sintesis protein oleh dihambat oleh penghambat sintesis RNA (daktinomisin) atau
penghambat sintesis protein (sikloheksimid). Penggunaan estrogen dengan reseptornya
dihambat oleh obat golongan antiestrogen, misalnya klomifen datau tamosifen.
b. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan
endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus
dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon
HCG.
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian
diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesteron
menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus,
yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi
implantasi.
Gambar 2. Struktur kimia proesteron
c. Gonadotropin Releasing Hormon
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan
merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen
tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH
akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
d. FSH (Folikel Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis
akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel
yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan
dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.
41
e. Androgen dan Testosteron
Androgen terpenting yang disekresikan oleh testis adalah testoteron. Jalur sintesis
testoteron didalam testis mirip dengan yang telah digambarkan didalam ovarium dan adrenal.
Pada laki-laki, setiap hari dihasilkan sekitar 8 mg testoteron. Kira-kira 95 persen
diproduksi oleh sel leydig dan hanya 5 persen olh adrenal. Testis juga mensekresikan dalam
jumlah sedikit androgen kuat lainnya, dihidrotestoteron. Juga androstenedion dan
dehidropiandrosteron, yang merupakan androgen lemah. Pregnenolon dan progesteron serta
turunanya 17-hidrisilasi juga dilepaskan dalam jumlah kecil. Kadar testoteron dalam plasma
pada laki-laki kira-kira 0,6 /dl setelah puberitas dan tidak tampak bervariasi secara bermakna
sesuai umur.
f. Steroid Anabolik
Steroid anabolik adalah derivat testosteron yang secara relatif memiliki efek anabolik
(membangun) yang lebih dibanding efek androgenik (maskulinasi). Kerjanya meningkatkan
sintesis protein anabolik. Indikasinya adalah anemia refraktur, penyakit yang menyebabkan
kekurusan (kanker, osteoporosis, luka bakar dan infeksi berat), katabolisme yang diinduksi
oleh kortikosteroiddari terapi jangka panjang. Penyalahgunaan, kapasitas pembentukan otot
dari steroid anabolik menyebabkan penyalahgunaan yang luas dikalangan atlet. Efek samping
pada para pengguna ini lebih buruk daripada pasien dengan indikasi yang sesuai, karena
hormon ini tidak boleh digunakan dengan dosis yang lebih tinggi dan periode yang lama.
HORMON OKSITOKSIN
Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat aliran
aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini
akan dilepas kedalam darah. Hormon ini di beri nama oksitosin berdasarkan efek
fisiologisnya yakni percepatan proses kelahiran dengan merangsang kontraksi otot polos
uterus. Peranan fisiologik lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi air
sus dari kelenjar mammae.
42
Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae merupakan stimulus
primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan stimulus
sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya
akan menghambat produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di
kelenjar gonad, plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya.
Konsentrasi oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari.
Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:
a. Kelahiran
b. Stimulasi serviks, vagina dan payudara
c. Estrogen yang beredar dalam darah
d. Peningkatan osmolalitas/konsentrasi plasma
e. Volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah
Pelepasan oksitosin disupresi oleh:
a. Alkohol
b. Relaksin
c. Penurunan osmolalitas/konsentrasi plasma
d. Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah
Mekanisme Kerja
Pada otot polos uterus. Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti,
hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis
farmakologik untuk menginduksi kelahiran. Sebelum anak lahir pada proses kelahiran yang
timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin. Dengan dosis beberapa
miliunit permenit intra vena, rahim yang hamil sudah berkontraksi demikian kuat sehingga
seakan-akan dapat membunuh janin yang ada didalamnya atau merobek rahim itu sendiri atau
kedua-duanya.
Kehamilan akan berlangsung dengan jumlah hari yang sudah ditentukan untuk
masing-masing spesies tetapi faktor yang menyebabkan berakhirnya suatu kehamilan masih
belum diketahui. Pengaruh hormonal memang dicurigai tetapi masih belum terbukti. Estrogen
dan progesterone merupakan factor yang dicurigai mengingat kedua hormon ini
mempengaruhi kontraktilitas uterus. Juga terdapat bukti bahwa katekolamin turut terlibat
dalam proses induksi kelahiran.
43
Karena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus maka hormon ini digunakan untuk
memperlancar kelahiran, tetapi tidak akan memulai kelahiran kecuali kehamilan sudah aterm.
Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm
dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan
aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses kelahiran dimulai serviks
akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan
kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi
pada otot, mungkin merupakan hal penting.
Pada kelenjar mammae . Fungsi fisiologik lain yang kemungkinan besar dimiliki
oleh oksitosin adalah merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi mammae, fungsi
fisiologik ini meningkatkan gerakan air susu kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan
terjadinya ejeksi air susu.
Reseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam jaringan uterus maupun
mammae. Jumlah reseptor ini bertambah oleh pengaruh estrogen dan berkurang oleh
pengaruh progesterone. Kenaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan dengan penurunan
kadar progester6n dan terlihat sesaat sebelum kelahiran mungkin bisa menjelaskan awal
laktasi sebelum kelahiran. Derivat progesterone lazim digunakan untuk menghambat laktasi
postpartum pada manusia.
Pada ginjal. ADH dan oksitosin disekresikan secara terpisah kedalam darah bersama
neurofisinnya. Kedua hormon ini beredar dalam bentuk tak terikat dengan protein dan
mempunyai waktu paruh plasma yang sangat pendek yaitu berkisar 2-4 menit. Oksitosin
mempunyai struktur kimia yang sangat mirip dengan Vasopresin/ADH, sebagaimana
diperlihatkan dibawah ini:
Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Arginin Vasopresin
Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Lys -Gly-NH2 : Lisin Vasopresin
Cys-Tyr-Lie-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Oksitosin
44
Masing-masing hormon ini merupakan senyawa nono apeptida yang mengandung
molekul sistein pada posisi 1 dan 6 yang dihubungkan oleh jembatan S—S. Sebagian besar
binatang menpunyai Arginin Vasopresin, meskipun demikian hormon pada babi dan spesies
lain yang terkait, mempunyai lisin yang tersubtitusi pada posisi 8. Karena kemiripan
structural yang erat tersebut tidaklah mengherankan kalau oksitosin dan ADH masing-
masing memperlihatkan sebagian efek yang sama/tumpang tindih.
Salah satu efek penting yang tidak diingini pada oksitosin adalah anti diuresis yang
terutama disebabkan oleh reabsorbsi air. Abdul Karim dan Assali (1961) menunjukan dengan
jelas bahwa pada wanita hamil maupun tidak hamil oksitosin mempunyai aktivitas anti
diuresis. Pada wanita yang mengalami diuresis sebagai akibat pemberian air, apabila
diberikan infus dengan 20 miliunit oksitosin permenit, biasnya akan mengakibatkan produksi
air seni menurun. Kalau dosis ditingkatkan menjadi 40 miliunit permenit, produksi air seni
sangat menurun. Dengan dosis yang sama apabila diberikan dalam cairan dekstorse tanpa
elektrolit dalam volume yang besar akan dapat menimbulkan intoksikasi air. Pada umunnya
kalau pemberian oksitosin dalam dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang agak
lama maka lebih baik meningkatkan konsentrasi hormon ini dari pada menambah jumlah
cairan dengan konsentrasi hormon yang rendah . Efek anti diuresis pemberian oksitosin
intravena hilang dalam waktu beberapa menit setelah infus dihentikan. Pemberian oksitosin
im dengan dosis 5-10 unit tiap 15-30 menit juga menimbulkan anti diuresis tetapi
kemungkinan keracunan air tidak terlalu besar karena tidak desertakan pemberian cairan
tanpa elektrolit dalam jumlah besar. Oksitosin dan hormon ADH memiliki rumus bangun
yang sangat mirip , hal ini akan menjelaskan mengapa fungsi kedua hormon ini saling
tumpang tindih. Peptida ini terutama dimetabolisme dihati, sekalipun eksresi adrenal ADH
menyebabkan hilangnya sebagian hormon ini dengan jumlah yang bermakna dari dalam
darah.
Gugus kimia yang penting bagi kerja oksitosin mencakup gugus amino primer pada
sistein dengan ujung terminal –amino: gugus fenolik pada tirosin ; gugus tiga carboksiamida
pada aspa-ragin, glutamin serta glisinamida; dan ikatan disulfida (s----s). Delesi atau subtitusi
gugus ini pernah menghasilkan sejumlah analog oksitosin. Sebagai contoh penghapusan
gugus amino primer bebas pada belahan terminal residu sistein menghasilkan desamino
oksitosin yang memiliki aktivitas anti diuretika empat hingga lima kali lebih kuat dari pada
aktivitas anti diuretika hormon oksitosin.
Pada pembuluh darah . Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH)
untuk menyebabkan penurunan tekanan darah khususnya diastolik karena vasodilatasi.
45
Secher dan kawan-kawan (1978) selalu mendapatkan adanya penurunan tekanan darah
arterial sesaat namun cukup nyata apabila pada wanita sehat diberikan 10 unit bolus oksitosin
secara intravena kemudian segera diikuti kenaikan kardiak autput yang cepat. Mereka juga
menyimpulkan bahwa perubahan henodinamik ini dapat membahayakan induk bila
sebelumnya sudah terjadi hipovolemi atau mereka yang mempunyai penyakit jantung yang
membatasi kardiak autput atau yang mengalami komplikasi adanya hubungan pintas dari
kanan kekiri. Dengan demikian maka oksitosin sebaiknya tidak diberikan secara intravena
dalam bentuk bolus, melainkan dalam larutan yang lebih encer, dalam bentuk infus atau
diberikan suntikan intramuskular.
Oksitoksin Sintetik
Sekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan balik negatif, ini
berarti bahwa oksitosin sintetis tidak akan mensupresi pelepasan oksitosin endogenus.
Oksitosin dapat diberikan intramuskular, intravena, sublingual maupun intranasal. Pemakaian
pompa infus dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat intravena. Oksitosin bekerja satu
menit setelah pemberian intravena, peningkatan kontraksi uterus dimulai segera setelah
pemberian . Waktu paruh oksitosin diperkirakan berkisar 1-20 menit bahkan apabila oksitosin
diberikan itravena maka waktu paruhnya sangat pendek yaitu diperkirakan 3 menit. Data
terakhir menyebutkan sekitar 15 menit. Oksitosin akan dieliminasi dalam waktu 30-40 menit
setelah pemberian
HORMON PROLAKTIN
Adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary atau kelenjar hipofisis bagian
interior (depan). Hormon ini ada pada jantan dan betina. Prolaktin banyak terdapat pada
hewan yang sedang menyusui, karena ia adalah hormon penting yang merangsang kelenjar
susu untuk memproduksi susu, sehingga pada saat diperlukan siap berfungsi. Hormone ini
juga diproduksi oleh plasenta.
Kadar normal hormon prolaktin di dalam darah sekitar 5-10 ng/mL. Sekresi hormon
prolaktin meningkat pada masa hamil, stres fisik dan mental, keadaan hipoglikemia dan
pemberian estrogen dosis tinggi. Selain itu, prolaktin dianggap sebagai salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam terjadinya tumor mamae.
Pada wanita hormon ini bekerja lebih dominan setelah melahirkan, dimana fungsinya
adalah merangsang kelenjar-kelenjar air susu pada payudara agar memproduksi air susu bagi
anak. Dengan adanya aktivitas menyusui dari anak ini maka hormon prolaktin akan ikut
46
bekerja dengan sempurna, selain itu dengan tingginya hormon prolaktin pada masa menyusui,
hormon ini juga bekerja menghambat terjadinya siklus menstruasi selama menyusui,
sehingga induk yang secara aktif menyusui bayinya akan mendapat kembali menstruasi agak
lama, sekitar 6 bulan sampai 1 tahun.
Kelenjar pituitary adalah suatu struktur yang terletak dasar otak. Pada kebanyakan
vertebrata, kelenjar ini terdiri atas tiga lobus: anterior, intermediet dan posterior. Lobus
intermediet terdapat dalam kelenjar pituitari bayi tetapi pada orang dewasa hanya merupakan
sisa (vestige).
Meskipun kecil ukuranya, kelenjar pituitari memegang peranan penting dalam koordinasi
kimia tubuh. Sering disebut ”nahkoda” (master gland), karena banyak sekresinya mengontrol
kelenjar endokrin lainnya.
Sejumlah penelitian telah dilakukan mengenai kelenjar pituitari. Beberapa hormon
dihasilkan dari lobus anterior, salah satunya yaitu hormon prolaktin.
Sel Somatotropic
Sel somatotropic yang menyusun 35-45% dari seluruh sel pituitari, ditemukan dalam
jumlah besar pada sisi/bagian anterior pituitari.
Sel lactotropic
Sel lactotropic lebih sedikit jumlahnya dibandingkan somatotropic. Kedua sel ini bisa di
identifikasi dari eritrosin atau carmosin-nya. Pada bagian Prolactin adenoma, granula
sekretori bervariasi dari 150 hingga 700 nm dengan bentuk bulat atau oval. Pada pituitari
normal, sel laktotropic umumnya bekembang menjadi sel somaotropic. Peningkatan ukuran
pituitari yang terjadi selama kehamilan berkaitan dengan proliferasi dari laktotropic sel.
Struktur Prolaktin
Hormon pertumbuhan, prolaktin dan placental laktogen merupakan anggota dr
hormon polipeptida yang signifikan dengan sekuen asam amino yang homolog. Struktur
prolaktin pada manusia terdiri atas rantai tunggal asam amino dengan ikatan di sulfida (S-S).
Pada asam amino terminal, terdiri atas 199 asam amino. Dengan penambahan ikatan disulfida
pada asam amino ke tiga antara Cys-4 dan Cys-11.
Pada dasarnya struktur prolaktin hampir mirip dengan struktur hormon pertumbuhan
dan placental laktogen. Karena ketiganya dihasilkan dari prekursor yang sama. Pada manusia
47
dan tikus, sepanjang cDNA dari mRNA sekuen homolog ketiga hormon tersebut hampir
sama persis.
Gambar 4. Struktur hormon prolaktin
Reseptor
Reseptor prolaktin terdapat pada jaringan-jaringan antara lain:
Kelenjar glandula mamae normal
Mammary tumor
Liver
Pancreas
Ginjal
Adrenal
Placenta
Ovary: sel granulosa dan corpus luteum
Testis: sel leydig
Epididimis
Seminal vesikel
Prostat
Lymphosit
Choroid plexus
Hypotalamus
Struktur reseptor
48
Reseptor prolaktin merupakan glikoprotein. Dari hasil kloning dan sekuensing cDNA-
nya diketahui bahwa reseptor prolaktin monomerik, dan terentang melewati membran.
Bagian ekstra selular terdiri atas 5 sistein dan 3 potensial Asn sites. Pada manusia ukuran
reseptor prolaktin sama dengan reseptor hormon pertumbuhan.
Regulasi jumlah reseptor
Regulasi reseptor prolaktin kebanyakan diteliti di bagian liver. Diketahui bahwa hal
ini berkaitan dengan peningkatan pubersitas dan juga selama kehamilan dan laktasi.
Konsentrasi sirkulasi dan faktor periferal dari hormon sex juga berperan penting sebagai
regulator. Reseptor dapat menaikkan atau menurunkan fungsi regulasi tergantung dari
interaksi hormon dan reseptor.
Mekanisme Kerja Prolaktin
Pada organ glandula mamae, prolaktin secara spesifik menstimulasi sintesis DNA dan
proliferasi sel epitel, dan juga sintesis protein susu (casein, lactalbumin), asam lemak bebas,
dan laktosa. Prolaktin secara spesifik menstimulasi laju transkripsi gen protein susu sehingga
menyebabkan stabilisasi produksi mesengger RNA. Efek prolaktin pada sintesis DNA dan
produksi kasein pada jaringan mammary in vitro digambarkan pada grafik berikut:
Gambar 5. Efek prolaktin pada sintesis DNA dan produksi casein
Efek prolaktin pada beberapa organ:
49
Organ Efek
Glandula mamae Sintesis DNA
Proliferasi sel
Sintesis protein susu
Sintesis FFA
Sintesis laktosa
Tumor mammary Prolaktin-induced protein
Ovary Corpus Luteum: Maintenance atau regresi
limfosit Immunostimulasi
Ovary dan testis Steroid biosintesis
liver Sintesis RNA
Stimulasi dekarboksilasi ornitin
Ginjal, amnion, choroid plexus Osmoregulasi
Tabel 1. Efek prolaktin pada organ
Fungsi Prolaktin
Fungsi prolaktin pada pemulaian laktasi
Walaupun estrogen dan progesteron penting bagi perkembangan fisik payudara
selama kehamilan, kedua hormon ini juga mempunyai efek khusus untuk menghambat
sekresi susu sebenarnya. Di pihak lain hormon prolaktin mempunyai efek yang tepat
berlawanan, meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh glandula pituitaria
induk dan konsentrasinya dalam darah induk terus meningkat sejak minggu kelima kehamilan
sampai kelahiran bayi, saat ini meningkat ke kadar sangat tinggi, biasanya sepuluh kali dari
kadar tidak hamil dan normal. Disamping itu plasenta mensekresikan banyak somatotropin
korionik manusia, yang juga mempunyai sifat laktogenik ringan, jadi menyokong prolaktin
dari pituitaria induk. Bahkan hanya beberapa mililiter cairan disekresikan tiap hari sampai
bayi lahir. Cairan ini dinamakan kolostrum. Kolostrum pada hakekatnya mengandung protein
dan laktosa yang sama jumlahnya seperti susu, tetapi hampir tidak mengandung lemak, dan
kecepatan maksimum pembentukannya sekitar 1/100 kecepatan pembentukan susu
selanjutnya.
Tidak adanya laktasi selama kehamilan disebabkan efek penekanan progesteron dan
estrogen, yang disekresikan dalam jumlah sangat besar selama plasenta masih dalam uterus
50
dan yang benar-benar mengurangi efek laktogenik prolaktin dan somatomamotropin korionik
manusia. Akan tetapi, segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya estrogen dan progesteron
yang disekresi plasenta secara mendadak sekarang memungkinkan efek laktogenik prolaktin
dari kelenjar hipofisis induk mengambil peranan alamiahnya dan dalam dua atau tiga hari
kelenjar mammae mulai menyekresikan susu dalam jumlah besar sebagai ganti kolostrum.
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sebelum hamil
dalam beberapa minggu berikutnya. Setiap induk menyusukan bayinya isyarat syaraf dari
putting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolaktin hampir sepuluh kali lipat
yang berlangsung sekitar satu jam. Sebaliknya prolaktin bekerja atas payudara untuk
menyiapkan susu bagi periode pnyusuan berikutnya. Bila gelora prolaktin ini tak ada, jika ia
dihambat sebagai akibat kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau jika penyusuan tidak
kontinyu maka payudara kehilangan kesanggupannya untuk menghasilkan susu dalam
beberapa hari. Tetapi produksi susu dapat kontinyu selama beberapa tahun jika anak
mengisap secara kontinyu, tetapi normalnya kecepatan pembentukan susu sangat menurun
dalam tujuh sampai sembilan bulan.
Reflek peghasilan susu atau reflek prolaktin
Ketika prolaktin dihasilkan oleh bagian anterior kelenjar pituitari, akan menyebabkan
sel alveoli menghasilkan susu. Ketika bayi menghisap susu, ujung syaraf puting terangsang,
dan impuls kemudian dihantarkan ke syaraf otak, kemudian kelenjar pituitari mengeluarkan
prolaktin ke dalam darah, sehingga prolaktin menyebabkan dihasilkannya susu oleh sel
alveoli. Inilah yang disebut reflek penghasilan susu atau reflek prolaktin. Secara garis besar
diilustrasikan pada gambar berikut:
Efek Prolaktin pada hewan jantan dan non mamalia
Prolaktin juga disekresikan oleh laki-laki yang diduga mempengaruhi alat kelamin
dengan berbagai cara. Pada hewan percobaan jantan, prolaktin meningkatkan perkembangan
kelanjar kelamin pelengkap ( misalnya kelenjar proatat dan kantung mani) dan sekresi
testosteron.
Prolaktin terdapat pada semua vertebrata. Tentu saja, hormon tersebut tidak
merangsang produksi susu pada hewan non mamalia tapi memicu berbagai macam kagiatan
maternal yang tepat bagi spesies khusus. Misalnya pada beberapa burung, prolaktin
merangsang sifat mengeram, yaitu suatu kecenderugan duduk di sarang. Pada suatu spesies
salamander, hormon prolaktin merangsang hewan tersebut kembali ke air untuk meletakkan
Tetapi kadar prolaktin tidak meningkat pada penderita tumor mamae. Agaknya dan
membuahi telur telurnya.
51
BAB III
52
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja secara kooperatif untuk mengatur seluruh
aktivitas dalam tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi
sel sasaran. Hormon dapat dihasilkan oleh organ endokrin sejati ataupun oleh sel
neurosekretori. Hormon dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu hormon steroid, hormon
peptide dan hormon turunan tirosin.
Hormon mempengaruhi sel target secara spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan erta
dengan adanya reseptor hormon pada sel target yang sesuai dengan hormon tertentu. Reseptor
hormon ada yang terdapat di membrane sel juga terdapat di sitoplasma sel.
Sistem endokrin pada invertebrata masih sederhana dan organ endokrin yang dimiliki
pada umumnya berupa organ neuroendokrin, sedangkan sistem endokrin pada vertebrata
sangat kompleks. Organ endokrin yang dimiliki vertebrata umumnya berupa organ endokrin
klasik dan organ endokrin tepi.
53