Upload
karina-wahyu-dewi
View
6
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah Teori Pembelajaran
Citation preview
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
2.1 Pengertian Belajar
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengelolaan pemahaman.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan
proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan,
yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.Sifat perubahannya
relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada
perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan
sebagainya.
Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of
Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan
tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar
dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu
pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku
yang bersifat naluriah.
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa semua aktivitas
mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah
laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
2.2 Faktor – faktor yang berperan dalam kegiatan belajar
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses
belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis
dan psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat
memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik
yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar
dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal
dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan
telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik,
baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar
yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara
periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
2) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses
belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.
Kecerdasan/intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang
tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir
seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar
siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat
inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses
dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar
dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis
yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman
tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional,
sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.
Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa. Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Selain
itu motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi
dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
A. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang
gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena
membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah
menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).Menurut Arden N. Frandsen
(Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain
adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas,
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
maju,
c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari
orang- orang penting, misal¬kan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman,
dan lain sebagainya,
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengeta¬huan yang berguna
bagi dirinya, dan lain-lain,
e. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang
baru, baik dengan koperasi maupun kompetisi,
f. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, dan
g. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
B. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003),
minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan
motivasi, karena memberi penga¬ruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang
tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau
belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik
lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran
yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa
digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari
semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari,
melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga
siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua,
pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau
bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif
(Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha
untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang
dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang
terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru
yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan
pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat
mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa
bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003).
Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisi¬kan bakat sebagai kemampuan
umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah
kemam¬puan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam
proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kernungkina besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melaku¬kan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu,
akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubung¬an dengan bakat yang
dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari
segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian “ perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin
sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum,
dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Begitupun sebaliknya kegagalan yang
berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri
sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga
faktor yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
1) Faktor Keluarga
Faktor eksternal pertama yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor
keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa :
a) Cara orang tua mendidik. Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama. Pendidikan keluarga adalah pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat
menentukan pendidikan bangsa, negara dan dunia. Orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang berhasil
dalam belajarnya.
b) Relasi antar anggota keluarga. Relasi antar anggota keluarga yang terpenting
adalah relasi orang tua dengan anaknya. Relasi ini erat kaitannya dengan cara
orang tua mendidik. Baik atau tidaknya relasi antar anggota dapat dilihat dari cara
orang tua mendidik.
c) Suasana rumah. Suasana rumah adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering
terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Rumah yang tegang,
ribut dan sering terjadi cekcok akan menyebabkan anak menjadi bosan dirumah,
suka keluar rumah, akibatnya belajarnya menjadi kacau. Agar anak dapat belajar
dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam
rumah yang tentram anak akan dapat belajar dengan baik.
d) Keadaan ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok
seperti makan dan pakaian juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang
belajar, buku, pensil dan lain-lainnya. Fasilitas belajar ini hanya dapat dipenuhi
jika keluarga memiliki cukup uang.
e) Pengertian orang tua. Anak yang belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua.
Bila anak sedang belajar hendaknya tidak diganggu dengan tugas-tugas di rumah.
Terkadang anak juga mengalami lemah semangat sehingga orang tua wajib
memberi pengertian dan dorongan.
f) Latar belakang kebudayaan. Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Oleh karena itu perlu ditanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik pada anak agar anak semangat dalam belajar.
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi :
a) Metode mengajar. Metode mengajar adalah cara yang harus dilalui di dalam
mengajar. Dalam megajar, cara-cara mengajar dan serta cara belajar haruslah setepat-
tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin. Guru harus berani mencoba metode-
metode baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajardan
menungkatkan motivasi belajar siswa.
b) Kurikulum. Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,
menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut. Jelaslah bahwa bahan
pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa.
c) Relasi guru dengan siswa. Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana
tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak
sehat. Jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak.
Oleh karena itu perlu diciptakan suasana yang menunjang timbulnya relasi yang baik
antar siswa, agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
d) Disiplin sekolah. Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa
dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan
guru dalam mengajar, kedisiplinan pegawai serta kedisiplinan kepala sekolah dalam
mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya. Seluruh staf sekolah yang mengikuti
tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula. Selain itu
juga memberikan pengaruh positif terhadap belajarnya.
e) Alat pelajaran. Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat
pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk
menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa
mudah menerima dan menguasai pelajaran maka belajarnya akan menjadi lebih giat
dan lebih maju.
f) Waktu sekolah. Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di
sekolah. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Waktu belajar pagi hari
adalah waktu yang baik karena pikiran masih segar dan jasmani dalam kondisi baik.
Sedangkan waktu sore hari kurang baik karena sore hari adalah waktu dimana siswa
beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. akibatnya siswa menerima pelajaran
sambil mengantuk. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberikan
pengaruh positif terhadap belajar siswa.
g) Standar pelajaran di atas ukuran. Perkembangan psikis dan kepribadian siswa
berbeda-beda sehingga membuat penguasaan siswa terhadap materi juga berbeda
pula. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa
masing-masing.Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai.
h) Keadan gedung. Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka
masing-masing menuntut keadaan gedung yang memadai dalam setiap kelas. Dengan
kondisi gedung yang baik akan membuat siswa belajar dengan enak dan nyaman.
i) Metode belajar. Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Oleh karena itu
guru perlu memberikan bimbingan dan pembinaan agar siswa dapat mengatur waktu
dengan baik dan memilih cara belajar yang tepat. Dengan demikian siswa dapat
meningkatkan hasil belajarnya.
j) Tugas rumah. Waktu belajar bagi siswa selain disekolah juga di rumah. Tetapi guru
hendaknya tidak memberikan tugas rumah terlalu banyak karena ada kegiatan lain
selain belajar yang juga harus dikerjakan anak-anak
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar
siswa. Pengaruh itu terjadi karena siswa berada dalam masyarakat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswayaitu :
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa mengambil
bagian terlalu banyak akan mengganggu belajarnya. Oleh karena itu kegiatan siswa
dalam masyarakat perlu dibatasi agar tidak mengganggu belajarnya.
b) Mass media (Media Masa). Yang termasuk mass media antara lain bioskop, radio, TV
dan surat kabar. Mass media bisa memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dan
belajarnya . Tetapi mass media juga bisa memberikan pengaruh yang buruk terhadap
siswa. Oleh sebab itu siswa perlu mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup
bijaksana dari orang tua dan pendidik baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
c) Teman bergaul. Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk kedalam
jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik
terhadap diri siswa. Begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti
mempengaruhi yang bersifat jelek pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka
perlu diusahakan agar mereka memiliki teman bergaul yang baik. Selain itu juga
diperlukan pembinaan dan pengawasan dari orang tua dan pendidik.
d) Bentuk kehidupan masyarakat. Lingkungan di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi
dan orang-orang yang memiliki kebiasaan tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap
siswa yang ada disitu. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar
yang baik maka hal tersebut akan mendorong siswa untuk berbuat baik. Dengan
demikian perlu diusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang
positif terhadap siswa sehingga siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya.