4
JUDUL Primigravida Hamil Aterm dengan Riwayat Epilepsi ABSTRAK Epilepsi merupakan kelainan neurologik, dimana pada ibu hamil membutuhkan tata laksana yang adekuat dan tanpa beresiko baik terhadap ibu/bayi Pengaruh kehamilan terhadap epilepsi bervariasi. Kira-kira ¼ kasus frekuensi bangkitan akan meningkat terutama pada trimester terakhir. Seperempatnya lagi menurun dan separuhnya tidak mengalami perubahan selama kehamilan. Pada pasien ini seorang ibu G3P2A0 hamil 36 minggu telah mengalami ketuban pecah dini selama > 11 jam. Keadaan janin masih baik, akan tetapi posisi janin yaitu presbo murni dan ibu mengalami preeklamsia ringan dengan tekanan darah 140/100, proteinuria +2, dan adanya edema kaki. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu rawat inap, Rencana persalinan pervaginam, Observasi His dan DJJ ISI Pada tanggal 29 September 2012 seorang pasien G 1 P 0 A 0 datang melalui IGD atas kiriman dokter kandungan dengan keterangan pasien merasa kencang_kencang sejak jam 00.00 WIB. lendir darah (+). Air ketuban belum dirasa keluar. Gerakan janin (+). Riwayat epilepsy terakhir 1 bulan yang lalu. HPL 02 Oktober 201, UK 39 +4 minggu, Riwayat ANC: Bidan dan Dokter, Riwayat obstetrik : A 1. Hamil ini, Riwayat mens: menarche usia 14 tahun, teratur (5-7 hari), dismenore disangkal, kadang keputihan berbau tapi tidak gatal., Riwayat TT: 1x, Riwayat KB: Belum pernah KB, Riwayat trauma/perdarahan selama hamil disangkal. Riwayat dipijat/minum jamu/minum obat tertentu selama hamil disangkal. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, asma atau diabetes disangkal. Status Obstetri :Inspeksi:

Obsgyn

Embed Size (px)

DESCRIPTION

f

Citation preview

JUDULPrimigravida Hamil Aterm dengan Riwayat EpilepsiABSTRAKEpilepsi merupakan kelainan neurologik, dimana pada ibu hamil membutuhkan tata laksana yang adekuat dan tanpa beresiko baik terhadap ibu/bayi Pengaruh kehamilan terhadap epilepsi bervariasi. Kira-kira kasus frekuensi bangkitan akan meningkat terutama pada trimester terakhir. Seperempatnya lagi menurun dan separuhnya tidak mengalami perubahan selama kehamilan.Pada pasien ini seorang ibu G3P2A0 hamil 36 minggu telah mengalami ketuban pecah dini selama > 11 jam. Keadaan janin masih baik, akan tetapi posisi janin yaitu presbo murni dan ibu mengalami preeklamsia ringan dengan tekanan darah 140/100, proteinuria +2, dan adanya edema kaki.Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu rawat inap, Rencana persalinan pervaginam, Observasi His dan DJJISIPada tanggal 29 September 2012 seorang pasien G1P0A0 datang melalui IGD atas kiriman dokter kandungan dengan keterangan pasien merasa kencang_kencang sejak jam 00.00 WIB. lendir darah (+). Air ketuban belum dirasa keluar. Gerakan janin (+). Riwayat epilepsy terakhir 1 bulan yang lalu. HPL 02 Oktober 201, UK 39+4 minggu, Riwayat ANC: Bidan dan Dokter, Riwayat obstetrik : A1. Hamil ini, Riwayat mens: menarche usia 14 tahun, teratur (5-7 hari), dismenore disangkal, kadang keputihan berbau tapi tidak gatal., Riwayat TT: 1x, Riwayat KB: Belum pernah KB, Riwayat trauma/perdarahan selama hamil disangkal. Riwayat dipijat/minum jamu/minum obat tertentu selama hamil disangkal. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, asma atau diabetes disangkal. Status Obstetri :Inspeksi: Abdomen membesar, striae gravidarum (+), sikatrik (-), Palpasi: Janin tunggal, memanjang, presentasi kepala, puka, kepala floating, TFU 31 cm, TBJ 2.995gr. His (+) 3x/10mnt/30dtk. DJJ (+) 139x/menit. Pemeriksaan dalam: vulva/urethra tenang, dinding vagina licin, serviks tebal lunak di depan, pembukaan 7cm, preskep, selket utuh, STLD (+) AK (-)Penatalaksanaan yang dilakukan adalah Rencana persalinan pervaginamDIAGNOSIS

Diagnosis antenatal : Primigravida Hamil Aterm Kala I fase Aktif dengan Riwayat EpilepsiDiagnosis postnatal : Post partum spontan Aterm P1A0H0 dengan riwayat Epilepsi

TERAPI

Pasien dirawat di RS selama 2 hariTerapi antenatal : Persalinan PervaginamTerapi post persalinan : Infus RL 20 tpm makro, Amoxicillin 3x500mg, Asam Mefenamat 3x500mg, SF/BC/C 1x1

DISKUSI

Dari hasil anamnesis didapatkan data seorang pasien (G1P0A0) berusia 23 tahun datang ke UGD RS pasien merasa kencang_kencang sejak jam 00.00 WIB. lendir darah (+). Air ketuban belum dirasa keluar. Gerakan janin (+). Riwayat epilepsy terakhir 1 bulan yang lalu. HPL 02 Oktober 2012, UK 39+4 minggu, Riwayat ANC: Bidan dan Dokter, Riwayat obstetrik : A1. Hamil ini.

Status Obstetri :Inspeksi: Abdomen membesar, striae gravidarum (+), sikatrik (-), Palpasi: Janin tunggal, memanjang, presentasi kepala, puka, kepala floating, TFU 31 cm, TBJ 2.995gr. His (+) 3x/10mnt/30dtk. DJJ (+) 139x/menit. Pemeriksaan dalam: vulva/urethra tenang, dinding vagina licin, serviks tebal lunak di depan, pembukaan 7cm, preskep, selket utuh, STLD (+) AK (-)Wanita epilepsi lebih cenderung memperoleh komplikasi obstetrik dalam masa kehamilan dari pada wanita penduduk rata-rata. Pengaruh epilepsi terhadap kehamilan yaitu: Melahirkan bayi prematur, didapat 4-11%, Berat badan lahir rendah, kurang dari 2500 gr, ditemukan pada 7 10%, Mikrosefali, Apgar skor yang rendah. Neonatus wanita epilepsi yang hamil mengalami lebih banyak resiko karena kesukaran yang akan dialami ketika partus berjalan. Partus prematur lebih sering terjadi pada wanita epilepsi. Penggunaan obat anti epilepsi mengakibatkan kontraksi uterus yang melemah, ruptur membran yang terlalu dini. Oleh karena itu maka partus wanita epilepsi hampir selalu harus dipimpin oleh pakar obstetrik. Penggunaan firsep atau vakum sering dilakukan dan juga seksio saesar. Hipotesa mekanisme terjadinya teratogenisitas obat anti epilepsi adalah: Metabolisme obat anti epilepsi terjadi melalui komponen arene oksid atau epoksid, yang sebagian besar merupakan komponen reaktif yang bersifat teratogenik. Kelainan genetik yang disebabkan oleh hidrolase epoksid meningkatkan resiko terhadap toksisitas fetus, atau alternatif lain Radikal bebas yang dihasilkan dari metabolisme obat anti epilepsi dan bersifat sitotoksik. Kelainan genetik yang disebabkan oleh free radical scavenging activity meningkatkan resiko terhadap toksisitas fetus.Penatalaksanaan wanita epilepsi yang hamil pada umumnya dilakukan menurut prinsip yang sama seperti pada pasien tidak hamil. Resiko yang dialami janin karena bangkitan yang dialami ibu mungkin sama besar dengan yang disebabkan obat anti epilepsi. Malformasi yang disebabkan terapi obat anti epilepsi akan terjadi pada 4-8 minggu pertama dalam pertumbuhan janinKESIMPULAN

1. Wanita epilepsi lebih cenderung memperoleh komplikasi obstetrik dalam masa kehamilan.2. Penatalaksanaan wanita epilepsi yang hamil pada umumnya dilakukan menurut prinsip yang sama seperti pada pasien tidak hamil.3. Prosentase malformasi akibat obat anti epilepsi adalah: Trimetadion, lebih 50%, Fenitoin, 30%, Sodium Valproat, 1,2%, Karbamazepin, 0,5-1 %, Fenobarbital, 0,6%REFERENSI

1. Adams RD., Victor M. 1989. Principles of Neurology. 5th ed. Singapore : Mc Graw Hill Book.

2. Gilroy J. 1992. Basic neurology. 2nd ed. Singapore : Mc Graw Hill Book

3. Gilman AG., Rall TW., Nies AS., Taylor P. 1991. The Pharmacological basis of therapeutics. 8th ed. Vol. 1. Singapore : Pergomen Press

4. Holmes GL., Weber DA. 1985. Effect of pregnancy on development of Seizure. Epilepsia (26)4: 299-302

PENULIS

Hendra Pamuji Pamukti, Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi, RS PURWOREJO , Propinsi Jawa Tengah.