56
Bab 2 PERJANJIAN PERPAJAKAN INTERNASIONAL PERJANJIAN INTERNASIONAL Pemajakan internasional tidak terlepas adanya suatu perjanjian antar negara guna menghindari pemajakan berganda yang dapat menghambat laju investasi dan perekonomian negara tersebut. Perjanjian internasional adalah suatu perbuatan hukum yang mengikat negara pada bidang-bidang tertentu, termasuk perpajakan, oleh karena itu perjanjian internasional harus dibuat dengan dasar- dasar yang jelas dan kuat, dengan menggunakan instrumen peraturan perundang- undangan yang jelas. Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2000, perjanjian internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik. Perjanjian internasional dapat dilakukan dengan cara: penandatanganan, pengesahan, pertukaran dokumen perjanjian/nota diplomatik, cara-cara lain sebagaimana disepakati para pihak dalam perjanjian internasional. Untuk sahnya sebuah perjanjian harus dibuat dalam bentuk: 14 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan Internasional a. ratifikasi (ratification);

Bab 2 Pajak Internasional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab 2 Pajak Internasional

Bab 2PERJANJIAN PERPAJAKANINTERNASIONALPERJANJIAN INTERNASIONALPemajakan internasional tidak terlepas adanya suatu perjanjian antarnegara guna menghindari pemajakan berganda yang dapat menghambat lajuinvestasi dan perekonomian negara tersebut.Perjanjian internasional adalah suatu perbuatan hukum yang mengikatnegara pada bidang-bidang tertentu, termasuk perpajakan, oleh karena ituperjanjian internasional harus dibuat dengan dasar-dasar yang jelas dan kuat,dengan menggunakan instrumen peraturan perundang-undangan yang jelas.Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2000, perjanjianinternasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diaturdalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hakdan kewajiban di bidang hukum publik.Perjanjian internasional dapat dilakukan dengan cara: penandatanganan,pengesahan, pertukaran dokumen perjanjian/nota diplomatik, cara-cara lainsebagaimana disepakati para pihak dalam perjanjian internasional.Untuk sahnya sebuah perjanjian harus dibuat dalam bentuk:14 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan Internasionala. ratifikasi (ratification);b. aksesi (accession);c. penerimaan (acceptance);d. penyetujuan (approval).Pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan undang-undangapabila berkenaan dengan; masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan

Page 2: Bab 2 Pajak Internasional

keamanan negara, perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negaraRepublik Indonesia, kedaulatan atau hak berdaulat negara, hak asasi manusiadan lingkungan hidup, pembentukan kaidah hukum baru, pinjaman dan/atauhibah luar negeri. Pengesahan perjanjian internasional yang materinya tidaktermasuk masalah tersebut diatas, dilakukan dengan Keputusan Presiden(Keppres).Jika melihat Pasal 10 Undang-Undang No. 24 Tahun 2000, makaperjanjian persetujuan penghindaran pajak berganda cukup disahkan melaluiKeputusan Presiden. Hal ini agak berbeda dengan pemahaman Pasal 11Undang-Undang Dasar 1945, dimana menyatakan bahwa: ”Presiden denganpersetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuatperdamaian, dan perjanjian dengan negara lain”.Atas perbedaan dasar pemijakan tersebut, penulis berharap bahwa segalabentuk perjanjian dengan negara lain hendaknya harus mendapatkanpersetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sehingga tidakbertentangan dengan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumberhukum yang lebih tinggi dibandingkan dengan undang-undang.Namun demikian pada pelaksanaannya, pengesahan tax treaty melaluiKeputusan Presiden (Keppres) dilakukan atas perjanjian yang mensyaratkanadanya pengesahan sebelum memulai berlakunya perjanjian, hal inidikarenakan perjanjian ini memiliki materi yang bersifat prosedural danmemerlukan penerapan dalam waktu singkat tanpa mempengaruhi peraturanperundang-undangan nasional.

Page 3: Bab 2 Pajak Internasional

Dalam contoh tax treaty antara Indonesia dengan Amerika Serikat,Presiden Republik Indonesia, Soeharto telah mengesahkan tax treaty padatanggal 11 Juli 1988, kemudian Presiden memberitahukan kepada PimpinanDPR pada tanggal 31 Oktober 1988 tentang pengesahan tax treaty antaraIndonesia dengan Amerika tersebut.Terhadap perjanjian yang disahkan melalui Keppres, DPR dapatmelakukan pengawasan terhadap pemerintah, walaupun tidak dimintapersetujuan sebelum pembuatan perjanjian internasional tersebut karena padaPerpajakan Internasional di Indonesia 15umumnya pengesahan dengan keppres hanya dilakukan bagi perjanjianinternasional di bidang teknis.3Pembuatan perjanjian internasional harus memenuhi syarat sebagai berikut:a. perjanjian internasional harus berdasarkan kesepakatan dan dilaksanakandengan itikad baik;b. perjanjian internasional harus berpedoman pada kepentingan nasional danberdasarkan prinsip-prinsip kesamaan, saling menguntungkan, danmemperhatikan, baik hukum nasional maupun hukum internasional yangberlaku.Tahapan pembuatan perjanjian internasional adalah sebagai berikut:a. penjajakan,b. perundingan,c. perumusan naskah,d. penerimaan,e. dan penandatanganan.Penandatanganan perjanjian berarti merupakan persetujuan atas naskahperjanjian internasional tersebut yang telah dihasilkan dan/atau merupakan

Page 4: Bab 2 Pajak Internasional

pernyataan untuk mengikatkan diri secara definitif sesuai dengan kesepakatanpara pihak dalam perjanjian tersebut.Berakhirnya perjanjian internasional adalah apabila terdapat kesepakatanpara pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam perjanjian, tujuanperjanjian tersebut telah tercapai, terdapat perubahan mendasar yangmempengaruhi pelaksanaan perjanjian, salah satu pihak tidak melaksanakanatau melanggar ketentuan perjanjian, dibuat suatu perjanjian baru yangmenggantikan perjanjian lama, muncul norma-norma baru dalam hukuminternasional, objek perjanjian hilang, terdapat hal-hal yang merugikankepentingan nasional.3 Op.cit, Muchtar Kusumaatmadja16 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan InternasionalJENIS ATAU PENGGOLONGAN PERJANJIAN INTERNASIONALMenurut Mochtar Kusumaatmadja4, jenis-jenis perjanjian internasionaladalah sebagai berikut:a. perjanjian bilateral, danb. perjanjian multilateral.Perjanjian bilateral artinya perjanjian antara dua pihak, sedangkanperjanjian multilateral berarti perjanjian antara banyak pihak. Contohperjanjian bilateral adalah perjanjian Republik Indonesia dengan RepublikRakyat Tiongkok tentang dwi kewarganegaraan, sedangkan perjanjianmultilateral misalnya Konvensi Wina atau Konvensi Jenewa.Sedangkan jika dilihat dari pembuatan kontrak perjanjian danketerikatan negara-negara yang terkait dalam perjanjian, dibagi dua:5a. kontrak perjanjian (treaty contract), danb. perjanjian-perjanjian yang menimbulkan hukum (law making treaties).

Page 5: Bab 2 Pajak Internasional

Kontrak perjanjian adalah suatu perjanjian hukum yang mengakibatkanhak dan kewajiban antara pihak yang mengadakan perjanjian itu. Sedangkanlaw making treaties adalah perjanjian hukum yang meletakkan ketentuan dankaidah hukum bagi masyarakat internasional sebagai keseluruhan.PERJANJIAN PERPAJAKAN INTERNASIONALPerjanjian perpajakan internasional adalah suatu perbuatan hukum yangmengikat negara pada bidang-bidang perpajakan. Perjanjian perpajakaninternasional tersebut bentuknya adalah:a. persetujuan penghindaran pajak berganda (tax treaty)b. cara penerapan (mode of application)c. tata cara persetujuan bersama (mutual agreement procedure)Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjianpenghindaran pajak berganda antara dua negara bilateral yang mengatur4 Muchtar Kusumatmadja, Pengantar Hukum Internasional, PT. Alumni, Bandung, 2003, hal.1225 Op.citPerpajakan Internasional di Indonesia 17mengenai pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atauditerima oleh penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak padapersetujuan (both contracting states)6.Beberapa pasal dalam P3B memerlukan aturan pelaksanaan yang lebihjelas mengenai ketentuan-ketentuan tersebut (mode of application), misalnyatentang pasal dividen dan bunga. Sedangkan jika terdapat perbedaanpenafsiran atau penerapan yang bertentangan dengan P3B antara kedua negara,maka diperlukan adanya mutual agreement procedure.Contoh mode of application adalah sebagaimana diatur dalam SE-

Page 6: Bab 2 Pajak Internasional

04/PJ.34/2005 tanggal 7 Juli 2005, yang menerangkan tentang adanyabeneficial owner.Beneficial owner adalah pemilik yang sebenarnya dari penghasilanberupa dividen, bunga atau royalty baik wajib pajak perorangan maupun wajibpajak badan, yang berhak sepenuhnya untuk menikmati secara langsungmanfaat penghasilan-penghasilan tersebut. Dengan demikian, maka specialpurpose vehicles dalam bentuk conduit company, paper box company, passthrough company serta yang sejenis lainnya, tidak termasuk dalam pengertianbeneficial owner. Sehingga pihak-pihak yang bukan merupakan beneficialowner yang menerima pembayaran dividen, bunga dan royalty yangbersumber dari Indonesia, maka pihak yang membayarkan dividen, bunga danroyalty diwajibkan melakukan pemotongan PPh Pasal 26 sesuai denganUndang-Undang Pajak Penghasilan dengan tarif 20% x penghasilan bruto.6 John Hutagaol, Salemba Empat – Jakarta, Hal.518 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan InternasionalContoh Mutual Agrrement ProcedureThe U.S. and The Netherlands Develop New AdministrativeArrangements for Mutual Agreement ProcedureIR-2003-116, Oct. 7, 2003WASHINGTON — The competent authorities of the United States and theNetherlands have agreed to new Administrative Arrangements that outlineguiding principles to follow when using the Mutual Agreement Procedure(the MAP) found in Article 29 of the U.S.-Netherlands income TaxConvention. The Arrangements were developed to ensure that the MAP

Page 7: Bab 2 Pajak Internasional

process works as efficiently and effectively as possible.The text of the Agreement is as follows:Administrative Arrangements for the Implementation of the MutualAgreement Procedure (Article 29) of the Convention Between theKingdom of the Netherlands and the United States of America for theAvoidance of Double Taxation and the Prevention of Fiscal Evasion withRespect to Taxes on Income and Capital Gains (Signed on December 18,1992, as Amended by Protocols) (the “Convention”)The competent authorities of the Netherlands and the United States herebyenter into an agreement under the Mutual Agreement Procedure Article(Article 29) of the Convention, with a view to the effective administrationand resolution of cases conducted between them under the process. TheMutual Agreement Procedure (the “MAP”) of the Convention provides thatthe competent authorities of the two Contracting States shall endeavour toresolve by mutual agreement cases of taxation not in accordance with thisConvention. The Netherlands and the United States are committed toassisting taxpayers in the conduct of cases under the MAP, to ensuringtaxpayers know what they can expect from the competent authorities, and tomaking the MAP as expeditious and effective as possible.Particular areas in which MAP cases arise include, but are not limited to:1. determination of appropriate transfer pricing methodologies to beapplied to cross-border transactions between associated enterprisesand/or whether transfer prices used in cross-border transactions

Page 8: Bab 2 Pajak Internasional

Perpajakan Internasional di Indonesia 19between associated enterprises are established at arm's length;2. determination of appropriate attributions of profits to the permanentestablishments of enterprises; and3. determination of residence under Article 4 of the Convention.In these and other areas of difficulties and doubts arising as to theinterpretation or application of the Convention, the Netherlands and theUnited States are committed to promoting and supporting domesticinitiatives and programs designed to assist taxpayers and to helpingtaxpayers in avoiding or resolving disputes which might arise.These Arrangements set out certain objectives and practices the Netherlandsand the United States will adopt in dealing with cases under the MAP of theConvention with a view to ensuring taxation in accordance with theConvention.Progress of the Mutual Agreement ProcedureThe Netherlands and the United States agree that requests presented underArticle 29 of the Convention shall be dealt with as expeditiously as possible.The objective is to resolve cases accepted for consideration by the competentauthorities within 18 months from transmittal of a position paper by oneContracting State to the other, excluding time during which the issuespresented for competent authority consideration are under consideration byappellate or judicial authorities where permitted under applicable nationalprocedures.In order to ensure timely progress in the procedure, the competent authority

Page 9: Bab 2 Pajak Internasional

of the country that made the adjustment (the "relevant competent authority")will endeavour to deliver a position paper to its counterpart (the "respondingcompetent authority") within 120 days of acceptance of a case from ataxpayer. The case will be discussed without a written response unless sucha response is needed to facilitate substantive discussion. If a writtenresponse is needed in a case concerning attribution of profits or transferpricing adjustments under Article 7 or 9 of the Convention, the respondingcompetent authority will endeavor to provide a position paper within 240days after receipt of the first position paper. In all other cases in which awritten response is needed, the responding competent authority will endeavorto deliver a position paper within 120 days of receipt of the first positionpaper. In cases of Advance Pricing Agreements or Arrangements, thecompetent authorities will endeavor to agree upon a joint target timetable foreach stage of the consideration, with the aim of securing Mutual Agreements20 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan Internasionalwithin a similar overall timeframe, taking into account the complexities ofthe particular cases involved.The role of the taxpayer during procedureThe Netherlands and the United States agree that, in law, the negotiation of aMAP is a government-to-government process. A taxpayer has no legal rightto attend negotiations between the competent authorities or to observe thenegotiations.However, it is also recognized that the taxpayer is a key stakeholder in the

Page 10: Bab 2 Pajak Internasional

MAP process. The competent authorities therefore agree that they will keeptaxpayers informed about the progress of a case under the MAP and willinvite them to provide such further information as may be helpful in reachinga resolution. At their discretion, they may allow information to be providedto them in a joint presentation by the taxpayer.Resolution of casesWhile the staff of the respective competent authority offices will continue tocarry on the primary negotiation of cases arising under Mutual AgreementArticle of the Convention, the Netherlands and the United States agree that inany case that extends beyond the applicable timeframe agreed upon above,senior officials who have not been present at the competent authoritymeetings when the case was discussed or otherwise been personally involvedin the decision making on the case will undertake a review of the case toensure that all appropriate action is being taken to facilitate resolution of thematter.The Netherlands and the United States will upon request also seek to resolvethe issue for subsequent taxable periods, to the extent permitted under theirrespective national procedures.Collection and interestIt is understood that where the competent authorities are endeavoring toresolve a case pursuant to Article 29 of the Convention, the Netherlands andthe United States generally will not seek to collect the tax in dispute until themutual agreement procedure has been completed. Any tax that is due upon

Page 11: Bab 2 Pajak Internasional

the completion of the mutual agreement procedure shall, however, be subjectto interest charges, and, if appropriate, surcharges or penalties, to the extentprovided by applicable national law. Any tax that is refunded uponcompletion of the mutual agreement procedure will be subject to interestpayable on refunds, to the extent provided by applicable national law.Confidentiality of taxpayer informationPerpajakan Internasional di Indonesia 21TerjemahandaripenerapanMAP(MutualAgreementProcedure)WASHINGTON - Para pejabat yang berwenang dari Amerika Serikat danNegeri Belanda telah menyetujui Peraturan Administrasi baru yangmenguraikan secara singkat pokok-pokok panduan untuk mengikuti ketikamenggunakan Tata Cara Persetujuan Bersama (TCPB ) yang terdapat dalam

Page 12: Bab 2 Pajak Internasional

Pasal 29 dari Peraturan Pajak penghasilan AS-Negeri Belanda. Peraturan inidikembangkan untuk memastikan bahwa proses Tata Cara PersetujuanBersama bekerja seefisien dan seefektif mungkin.Teks Peraturan tersebut adalah sebagai berikut:Peraturan Administrasi untuk Penerapan Tata Cara PersetujuanBersama (Pasal 29) dari Perjanjian antara Kerajaan Negeri Belanda danAmerika Serikat untuk Penghindaran Pajak Berganda dan PencegahanPengelakan Fiskal berkenaan dengan pajak-pajak atas pendapatan dankeuntungan Kekayaan (Ditandatanggani pada 18 Desember 1992,sebagaimana Diamandemen oleh Pembuat Persetujuan)The Netherlands and the United States are committed to ensuringconfidentiality concerning taxpayer information, under the Convention andtheir respective laws.Meetings ScheduleThe Netherlands and the United States agree to meet at least twice a year toconduct face-to-face discussions. Interim meetings and othercommunications also will be conducted as necessary in an effort to resolvecases.The Netherlands and the United States have agreed to publish theseArrangements to assist taxpayers in understanding and making full andappropriate use of the MAP in the Convention. The Arrangements willbe reviewed from time to time.Agreed to August 25, 2003:For the United States: For the Netherlands:Carol A. Dunahoo Paul VlaanderenDirector for International (LMSB) Director for International Tax Policyand Legislation

Page 13: Bab 2 Pajak Internasional

Internal Revenue Service Ministry of Finance22 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan InternasionalPara pejabat yang berwenang dari Negeri Belanda dan Amerika Serikatdengan ini memasuki sebuah persetujuan di bawah Pasal Tata CaraPersetujuan Bersama (Pasal 29) tentang Perjanjian, dengan maksud untukmencapai administrasi dan resolusi yang efektif dari masalah-masalah yangterjadi di antara mereka di bawah proses tersebut. Tata Cara PersetujuanBersama (TCPB ) tentang perjanjian menghendaki agar pihak berwenang daridua Negara yang terikat persetujuan akan mencoba untuk memecahkanberdasar permufakatan bersama kasus perpajakan yang tidak berhubungandengan perjanjian ini. Negeri Belanda dan Amerika Serikat berkomitmenuntuk membantu wajib pajak di (dalam) melakukan kasus di bawah Tata CaraPersetujuan Bersama , untuk memastikan wajib pajak mengetahui apa [yang]mereka dapat harapkan dari para pejabat yang berwenang, dan untuk membuatTata Cara Persetujuan Bersama bekerja seefektif dan seefisien mungkin.Area tertentu di mana masalah-masalah Tata Cara Persetujuan Bersamamuncul meliputi, tapi tidak terbatas pada:1. penetapan metodologi transfer harga yang wajar untuk diterapkan padatransaksi lintas-batas antara perusahaan yang berhubungan dan/atauapakah harga transfer yang digunakan dalam transaksi lintas-batas antaraperusahaan yang berhubungan dibangun sesuai prinsip arm’s length (hargasewajarnya)2. penetapan laba yang wajar pada pendirian Badan Usaha Tetap dari

Page 14: Bab 2 Pajak Internasional

perusahaan induk; dan3. penetapan tempat tinggal/kediaman berdasarkan pasal 4 dari perjanjian ini.Jika hal ini akan menimbulkan kesulitan dan keraguan yang munculmenyangkut penafsiran atau penerapan dari perjanjian ini, Negeri Belanda danAmerika Serikat berkomitmen untuk meningkatkan dan mendukung inisiatifdalam negeri dan program yang didesain untuk membantu wajib pajak danmenolong wajib pajak didalam menghindarkan atau memecahkan perselisihanyang mungkin muncul.Peraturan ini menetapkan tujuan-tujuan dan praktek-praktek tertentu yangakan diadopsi Negeri Belanda dan Amerika Serikat dalam menghadapimasalah/kasus di bawah Tata Cara Persetujuan Bersama dari perjanjiandengan maksud untuk memastikan perpajakan berdasarkan perjanjian ini.Kemajuan Prosedur Persetujuan Timbal BalikNegeri Belanda dan Amerika Serikat menyetujui bahwa keberatan yangdiajukan menurut Pasal 29 dari Peraturan ini akan ditangani sesegera mungkin.Perpajakan Internasional di Indonesia 23Tujuannya adalah menyelesaikan permasalahan yang diterima untukmendapatkan pertimbangan dari para pihak berwenang dalam delapan belasbulan sejak pengiriman position paper oleh satu Negara yang TerikatPersetujuan kepada negara yang lain, tidak termasuk waktu di mana masalahyang diajukan untuk mendapat pertimbangan pihak berwenang itu masihberada dalam pertimbangan pihak pengadilan atau naik banding selamadimungkinkan menurut prosedur nasional yang berlaku.

Page 15: Bab 2 Pajak Internasional

Untuk memastikan kemajuan berkala dalam prosedur tersebut, pihakberwenang dari negeri yang melakukan penyesuaian itu (yaitu "pihakberwenang yang relevan") akan berusaha menyampaikan suatu position paperkepada rekannya (yaitu "pihak berwenang yang menanggapi") dalam 120 harisejak diterimanya permasalahan dari pembayar pajak. Permasalahan itu akandibahas tanpa tanggapan tertulis kecuali jika tanggapan seperti itu diperlukanuntuk memudahkan diskusi yang substantif. Jika suatu tanggapan tertulisdiperlukan dalam permasalahan mengenai penentuan laba atau penyesuaianharga transfer menurut Pasal 7 atau 9 dari Peraturan ini, pihak berwenangakan berusaha menyediakan suatu position paper dalam 240 hari sejakditerimanya position paper yang pertama. Dalam semua permasalahan lain dimana tanggapan yang tertulis diperlukan, pihak berwenang akan berusahamenyampaikan suatu position paper dalam 120 hari sejak diterimanyaposition paper yang pertama. Dalam hal Persetujuan Penetapan Harga diMuka, para pihak berwenang akan berusaha menyetujui target jadwal untuktiap tahap pertimbangan, dengan tujuan mengamankan Persetujuan TimbalBalik dalam kerangka waktu keseluruhan yang serupa, mempertimbangkankompleksitas dari permasalahan tertentu yang terkait.Peran pembayar pajak selama prosedurNegeri Belanda dan Amerika Serikat menyetujui bahwa, secara hukum,negosiasi dari suatu Tata Cara Persetujuan Bersama adalah prosesantarpemerintah. Seorang pembayar pajak tidak punya hak untuk menghadiri

Page 16: Bab 2 Pajak Internasional

negosiasi antarpihak berwenang atau untuk mengamati negosiasi itu.Bagaimanapun juga, tetap diakui bahwa pembayar pajak adalah pemegangsaham kunci dalam proses Tata Cara Persetujuan Bersama . Para pihakberwenang oleh karena itu menyetujui bahwa mereka akan menjamin parapembayar pajak diberitahukan tentang kemajuan suatu permasalahan dalamTata Cara Persetujuan Bersama dan akan mempersilakan mereka untukmenyediakan informasi lebih lanjut seperti itu yang mungkin sangat menolongdalam mencapai penyelesaian. Pada pertimbangan mereka, mereka dapat24 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan Internasionalmengijinkan informasi itu disediakan untuk mereka (para pembayar pajak)dalam suatu presentasi gabungan oleh pembayar pajak tersebut.Penyelesaian permasalahanSementara staf dari masing-masing kantor pihak berwenang akan meneruskannegosiasi utama tentang permasalahan yang timbul karena Pasal PersetujuanTimbal Balik dari Peraturan itu, Negeri Belanda dan Amerika Serikatmenyetujui bahwa dalam permasalahan apa saja yang meluas di luarkerangka-waktu-yang-bisa-diterapkan yang disetujui di atas, pejabat senioryang tidak hadir pada pertemuan-pertemuan pihak berwenang ketikapermasalahan dibahas atau tidak secara pribadi dilibatkan dalam pengambilankeputusan akan meninjau ulang permasalahan itu untuk memastikan bahwasemua tindakan yang sesuai telah diambil untuk memudahkan penyelesaianpermasalahan. Negeri Belanda dan Amerika Serikat atas permintaan juga akan

Page 17: Bab 2 Pajak Internasional

mencari penyelesaian permasalahan untuk masa pajak berikut, ke tingkat yangdimungkinkan menurut prosedur nasional yang berlaku.Pemungutan dan bungaBisa dipahami bahwa di mana para pihak berwenang sedang berusahamemecahkan suatu permasalahan menurut Pasal 29 dari Peraturan itu, NegeriBelanda dan Amerika Serikat secara umum tidak akan memungut pajak dalamsengketa sampai prosedur persetujuan timbal balik tersebut diselesaikan. Pajakmanapun yang jatuh tempo selama penyelesaian prosedur persetujuan timbalbalik akan, bagaimanapun, dikenai biaya bunga, dan, jika syaratnya terpenuhi,denda atau sanksi pajak, ke tingkat yang dimungkinkan oleh hukum nasionalyang berlaku. Pajak manapun yang direstitusi selama penyelesaian prosedurpersetujuan timbal balik akan dikenai hutang bunga atas pengembalian, ketingkat yang dimungkinkan oleh hukum nasional yang berlaku.Kerahasiaan informasi pembayar pajakNegeri Belanda dan Amerika Serikat berkomitmen untuk menjaga kerahasiaaninformasi pembayar pajak, menurut Peraturan ini dan hukum yang berlakupada masing-masing mereka.Jadwal Pertemuan-pertemuanNegeri Belanda dan Amerika Serikat menyetujui untuk bertemu sedikitnya duakali dalam setahun untuk melakukan diskusi tatap muka. Sementara itu,pertemuan-pertemuan dan komunikasi lain juga akan diselenggarakansebagaimana diperlukan dalam usaha menyelesaikan permasalahan.Negeri Belanda dan Amerika Serikat sudah menyetujui penerbitanPeraturan ini untuk membantu pembayar pajak dalam memahami dan

Page 18: Bab 2 Pajak Internasional

menggunakan Tata Cara Persetujuan Bersama dalam Peraturan ituPerpajakan Internasional di Indonesia 25secara utuh dan tepat. Peraturan ini akan ditinjau kembali dari waktu kewaktu.Disetujui 25 Agustus 2003:Mewakili Amerika Serikat: Mewakili Negeri Belanda:Carol A. Dunahoo Paul VlaanderenDirektur (LMSB) Internasional Direktur Kebijakan PajakInternasional dan Perundang-Undangan26 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan Internasional

Contoh MAP, Indonesia dengan BelgiaMINISTRY OF FINANCE OF THE REPUBLIC OFINDONESIADIRECTORATE GENERAL OF TAXESDIRECTORATE OF TAX REGULATIONSJALAN JEND. GATOT SUBROTO NO. 40-42 TELP. : 5732064; 5736094JAKARTA 12190HOMEPAGE: http://www.paiak.go.id FAX. : 5732064; 5736094

Number: S- /PJ.342/2002March 2002Mr. J. M. DelporteThe Deputy Administrator General of TaxesAdministration of Fiscal AffairsMinistry of FinanceTour Finances (21e ét.)Bd. Du Jardin Botanique 50 bte 52B-1010 BrusselsBELGIUMSubject: Application of Articles 10, 11 and 12 of the Double TaxationAgreement between Indonesia and Belgium concluded on 16September 1997.Dear Mr. Delporte,Referring to your letter dated February 25, 2003 on the abovementionedsubject, I would like to convey to you the following:1. In your letter you stated the following:a. In regards of the application of Articles 10, 11, and 12

Page 19: Bab 2 Pajak Internasional

i. Income derived from Belgian sources by residents of Indonesia.Basically, you informed us that the treaty provisions apply in twoprocedures:• debtor of income first pays the Belgian tax due, the excess taxmay be refunded later (more frequent in the case of dividendsand interest);• the treaty provision applies immediately on payment of income(more frequent in the case of royalty).Perpajakan Internasional di Indonesia 27The rates provided in the Belgian internal law will be subordinatedto the production of special forms, i.e.: no. 276 Div.-Aut fordividends, no. 276 Int. Aut for interest, and no. 276 R. for royalties(all enclosed) and certification by the Indonesian tax authority (partIV of the forms).ii. Income derived from sources in Indonesia by residents of Belgium.In this part, you asked the following matters:• details of Indonesian tax treatment applicable to dividends,interest, and royalties from sources in Indonesia that are paid tonon-residents.• whether or not we can accept the certification used by Belgium(form 276 Conv., enclosed) and to whom the certificate shouldbe given• whether the tax relief provided in the treaty shall be granted onpayment of income, or the Indonesian tax should be levied first,the excess tax being refunded later.You also suggested that, if the application of the DTA regardingthose income results in a refund of Indonesian tax, residents ofBelgium may obtain treaty benefits by producing a certificate ofresidence delivered by Belgian tax office.b. In regards of Assistance in collection.

Page 20: Bab 2 Pajak Internasional

In this part, you informed us that requests for assistance from theIndonesian side should be sent to:Directeur general de l‘Administration du RecouvrementCite Administrative de l‘EtatTour FinancesBoulevard du Jardin Botanique 50, boite 59, 1010 Bruxelles3. Current provisions in Indonesia regarding income provided in Articles 10,11, and 12 of the treaty are as follow:a. In regards of the application of Articles 10, 11, and 12i. Income derived from Indonesian sources by residents of Belgium.Under Indonesian Income Tax Law, dividends, interests androyalties from Indonesian sources paid to non-residents are subjectto a withholding tax of 20% of the gross amount. The taxes are28 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan Internasionalusually limited to lower rates or under tax treaties concludedbetween Indonesia and our treaty partners.Under the tax treaty between Indonesia and Belgium, tax ondividends is limited to 5% or 15%, tax on interests is limited to10%, and tax on royalties is exempted. Such limitation orexemption shall be granted immediately on payment of income,upon the submission of certificate of resident by the related nonresident.Basically, we have no objection on the use of a form 276 Conv, byBelgian residents for the tax treaty to apply, provided that the formhas the following information:· Name of the taxpayer· Complete address of the taxpayer· Taxable years· Signature of the authorized officer and the official stamp of (ifany) the office issuing the form.For that purpose, the certificate should be produced prior to thepayment of income and should be given to the Indonesian debtor ofincome, who will attach it when filing the tax returns to the district

Page 21: Bab 2 Pajak Internasional

tax office where it is registered.Since the provisions of Articles 10, 11 and 12 of the tax treatyapply immediately on payment of income, no correct application ofsuch articles would lead to a refund. A refund will exist if atreatment is not in accordance with the treaty; in many cases, it isbecause a non-resident failed to show a certificate of resident. Inthe case that a resident of a treaty partner considers that he istreated not in accordance with the provisions of the treaty, theprovisions on Mutual Agreement Procedure (Article 24) wouldthen come into play.ii. Income derived from sources in Belgium by residents of Indonesia.In this regard, I would like to confirm that we are of the opinionthat the provisions of the tax treaty should be applied supersedingthose of the national laws. Therefore, we suggest that, theprovisions in our tax treaty regarding dividends and interestsderived by residents of Indonesia from sources in Belgium shallapply immediately on payment of income, as to royalties.Perpajakan Internasional di Indonesia 29b. Assistance in collectionConcerning assistance in tax collection, we would like to inform you thatrequests initiated by the Belgian side should be addressed to theIndonesian competent authority, i.e.: Director General of Taxes, orDirector of Tax Regulations.Thank you for your cooperation. Your attention to this response is highlyappreciated.Sincerely yours,IGN Mayun WinangunDirector for Tax Regulationscc.: Director General of TaxesKEDUDUKAN TAX TREATY30 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan InternasionalPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) memiliki kedudukan

Page 22: Bab 2 Pajak Internasional

yang setara dengan undang-undang, karena dalam penerapannya berfungsimelengkapi.Perjanjian dianggap sah dan dapat dijalankan oleh penduduk antarnegara bila disahkan atau dikuatkan oleh badan yang berwenang di negaranya,dalam hal ini bisa DPR atau Presiden. Pengesahan tersebut dikenal denganistilah ratifikasi.Cara ratifikasi dibagi menjadi tiga:a). ratifikasi semata-mata untuk badan eksekutif,b). ratifikasi semata-mata untuk badan legislatif,c). ratifikasi campuran eksekutif dan legislatif.Ratifikasi yang lazim untuk saat ini adalah ratifikasi yang dilakukan bersamasamaoleh badan legislatif dan eksekutif.Namun menurut Rachmanto Surahmat, ”Karena suatu persetujuan padahakekatnya merupakan rekonsiliasi dari dua hukum pajak yang berbeda,kedudukannya berada diatas undang-undang pajak nasional masing-masingnegara”. 7Perjanjian penghindaran pajak berganda (Tax treaty) diatur dalam Pasal32 A UU PPh ”pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian denganpemerintah negara lain dalam rangka penghindaran pajak berganda danpencegahan pengelakan pajak. Dalam penjelasan Pasal 32 A UU PPhmenyatakan bahwa ”Dalam rangka peningkatan hubungan ekonomi danperdagangan dengan negara lain diperlukan suatu perangkat hukum yangberlaku khusus(lex spesialis) yang mengatur hak-hak pemajakan dari masingmasingnegara guna memberikan kepastian hukum dan menghindarkanpemajakan berganda serta mencegah pengelakan pajak. Adapun bentuk dan

Page 23: Bab 2 Pajak Internasional

materinya mengacu pada konvensi internasional dan ketentuan lainnya sertaketentuan perpajakan nasional masing-masing negara.Berdasarkan ketentuan Pasal 32 A UU PPh, tertulis bahwa tax treatymemiliki perlakuan hukum yang khusus (lex spesialis), artinya memilikiaturan tersendiri yang harus dijalankan oleh negara yang terkait denganperjanjian internasional.7 Rachmanto Surahmat, Persetujuan Penghidaran Pajak Berganda, sebuah pengantar, PT.Gramedia, Hal.4Perpajakan Internasional di Indonesia 31Kedudukan tax treaty dalam pelaksanaannya lebih diutamakan dariUndang-undang PPh, oleh karena itu sepanjang diatur dalam tax treaty, makapemajakan atas penduduk asing atau badan asing mengikuti ketentuan yangdiatur dalam tax treaty.KEDUDUKAN PAJAK PENGHASILAN DAN KAITANNYA DENGANTAX TREATYTax treaty hanya mencakup pada Undang-Undang Pajak Penghasilan(UU PPh) dan tidak berlaku untuk Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai(PPN). Ketentuan-ketentuan dalam UU PPh yang terkait dengan perpajakaninternasional adalah sebagai berikut:1. Pasal 2 UU PPhPasal 2 Undang-Undang PPh merupakan pasal yang mengatur tentangsubjek pajak, dimana juga mengatur tentang subjek pajak luar negeri danbentuk usaha tetap. Berdasarkan Pasal 2 UU PPh, yang menjadi subjek pajakadalah sebagai berikut : orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagaisatu kesatuan, menggantikan yang berhak, badan, bentuk usaha tetap.

Page 24: Bab 2 Pajak Internasional

Kemudian subjek pajak dibagi lagi menjadi subjek pajak dalam negeridan subjek pajak luar negeri.Subjek pajak dalam negeri sesuai Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah:a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yangberada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalamjangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatutahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempattinggal di Indonesia;b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;c. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yangberhak.32 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan InternasionalSubjek pajak luar negeri sesuai Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah:a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada diIndonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalamjangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dantidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha ataumelakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada diIndonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalamjangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dantidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima ataumemperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha

Page 25: Bab 2 Pajak Internasional

atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.1.1. Penduduk Asing Subjek Pajak Orang PribadiPenduduk Asing yang bertempat tinggal di Indonesia kurang dari 183hari dalam waktu 12 bulan, dianggap subjek pajak luar negeri, ataspenghasilannya tersebut dikenakan pajak di Indonesia sesuai azas sumberpenghasilan. Keberadaan orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 (seratusdelapan puluh tiga) hari tidaklah harus berturut-turut, tetapi ditentukan olehjumlah hari orang tersebut berada di Indonesia dalam jangka waktu 12 (duabelas) bulan sejak kedatangannya di Indonesia.Untuk memahami subjek pajak dalam negeri atau luar negeri diperlukantest waktu (time test) untuk menentukan apakah keberadaan mereka diIndonesia telah menjadi subjek pajak dalam negeri atau masih subjek pajakluar negeri. Subjek pajak luar negeri menjadi menjadi wajib pajak di Indonesiasehubungan dengan penghasilan yang diterima dari sumber penghasilan diIndonesia dan telah melebihi time test.Di samping itu, bilamana orang pribadi atau badan dari luar negerimendirikan bentuk usaha di Indonesia, maka harus memutuskan apakahmendirikan usaha di Indonesia, atau membuat cabang di Indonesia dalambentuk usaha tetap. Bentuk usaha tetap ditentukan sebagai subjek pajaktersendiri, terpisah dari badan, walaupun perlakuan perpajakannyadipersamakan dengan subjek pajak badan, untuk pengenaan PajakPenghasilan, bentuk usaha tetap mempunyai eksistensinya sendiri dan tidaktermasuk dalam pengertian badan.

Page 26: Bab 2 Pajak Internasional

Perpajakan Internasional di Indonesia 331.2. Subjek Pajak Bentuk Usaha TetapBentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orangpribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesiatidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12(dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempatkedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan diIndonesia, yang dapat berupa:a. tempat kedudukan manajemen;b. cabang perusahaan;c. kantor perwakilan;d. gedung kantor;e. pabrik;f. bengkel;g. pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboranyang digunakan untuk eksplorasi pertambangan;h. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;i. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;j. pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain,sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu12 (dua belas) bulan;k. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidakbebas;l. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidakbertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi ataumenanggung resiko di Indonesia;m. Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan ditetapkanoleh Direktur Jenderal Pajak menurut keadaan yang sebenarnya.

Page 27: Bab 2 Pajak Internasional

Jika penghasilan tersebut diterima atau diperoleh tanpa melalui bentukusaha tetap, maka pemajakannya dilakukan langsung kepada subjek pajak luarnegeri tersebut.34 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan InternasionalBagi wajib pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukankegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, pemenuhan kewajibanperpajakannya dipersamakan dengan pemenuhan kewajiban perpajakan wajibpajak dalam negeri sebagaimana diatur dalam Undang-Undang PajakPenghasilan dan Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan.Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempatusaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedungtermasuk juga mesin-mesin dan peralatan. Tempat usaha tersebut bersifatpermanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatandari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidakdidirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badanselaku agen yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak untuk dan atasnama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidakbertempat kedudukan di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggalatau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesiatidak dapat dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabilaorang pribadi atau badan dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan

Page 28: Bab 2 Pajak Internasional

di Indonesia menggunakan agen, broker atau perantara yang mempunyaikedudukan bebas, asalkan agen atau perantara tersebut dalam kenyataannyabertindak sepenuhnya dalam rangka menjalankan perusahaannya sendiri.Perusahaan asuransi yang didirikan dan bertempat kedudukan di luarIndonesia dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabilaperusahaan asuransi tersebut menerima pembayaran premi asuransi diIndonesia atau menanggung risiko di Indonesia melalui pegawai, perwakilanatau agennya di Indonesia. Menanggung risiko di Indonesia tidak berartibahwa peristiwa yang mengakibatkan risiko tersebut terjadi di Indonesia. Yangperlu diperhatikan adalah bahwa pihak tertanggung bertempat tinggal, beradaatau bertempat kedudukan di Indonesia.Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadisebagai subjek pajak luar negeri yang tidak menjalankan usaha ataumelakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, tidakdianggap sebagai subjek pajak pengganti karena pemajakan atas penghasilanyang diterima atau diperoleh orang pribadi dimaksud melekat pada objeknya.Apabila penghasilan diterima atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap,maka terhadap orang pribadi atau badan tersebut dikenakan pajak melaluiPerpajakan Internasional di Indonesia 35bentuk usaha tetap, dan orang pribadi atau badan tersebut statusnya tetapsebagai subjek pajak luar negeri. Dengan demikian bentuk usaha tetap tersebutmenggantikan orang pribadi atau badan sebagai subjek pajak luar negeri dalam

Page 29: Bab 2 Pajak Internasional

memenuhi kewajiban perpajakannya di Indonesia.Perbedaan yang penting antara wajib pajak dalam negeri dan wajib pajakluar negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain:a) wajib pajak dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan baik yangditerima atau diperoleh dari Indonesia dan dari luar Indonesia, sedangkanwajib pajak luar negeri dikenakan pajak hanya atas penghasilan yangberasal dari sumber penghasilan di Indonesia;b) wajib pajak dalam negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan netodengan tarif umum, sedangkan wajib pajak luar negeri dikenakan pajakberdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak sepadan;c) wajib pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat PemberitahuanTahunan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatutahun pajak, sedangkan wajib pajak luar negeri tidak wajib menyampaikanSurat Pemberitahuan Tahunan, karena kewajiban pajaknya dipenuhi melaluipemotongan pajak yang bersifat final.2. Pasal 3 UU PPhSetiap penduduk asing atau badan yang berada di Indonesia apabilamenerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia dipastikan menjadisubjek pajak karena atas penghasilannya dikenakan pajak. Untuk pendudukasing yang bekerja di badan internasional dan kedutaan, apabilapenghasilannya semata-mata diperoleh dari badan atau kedutaan tersebut,maka tidak dikenakan pajak, karena bukan subjek pajak.Berdasarkan Pasal 3 UU PPh, tidak termasuk subjek pajak adalah:a) badan perwakilan negara asing;

Page 30: Bab 2 Pajak Internasional

b) pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabatlain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada merekayang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengansyarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima ataumemperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebutserta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;c) organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan KeputusanMenteri Keuangan, dengan syarat:36 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan Internasional1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;2) tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperolehpenghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepadapemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;d) pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkandengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negaraIndonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lainuntuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.Sesuai dengan kelaziman internasional, badan perwakilan negara asingbeserta pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat dan pejabat-pejabatlainnya, dikecualikan sebagai subjek pajak di tempat mereka mewakilinegaranya. Pengecualian sebagai subjek pajak bagi pejabat-pejabat tersebuttidak berlaku apabila mereka memperoleh penghasilan lain di luar jabatannyaatau mereka adalah warga negara Indonesia.Dengan demikian apabila pejabat perwakilan suatu negara asing

Page 31: Bab 2 Pajak Internasional

memperoleh penghasilan lain di Indonesia di luar jabatan atau pekerjaannyatersebut, maka ia termasuk subjek pajak yang dapat dikenakan pajak ataspenghasilan lain tersebut.3. Pasal 5 UU PPhPasal ini berisi tentang Bentuk Usaha Tetap (BUT), hal ini mungkinmenimbulkan pertanyaan kenapa BUT dibuat pasal tersendiri, hal inidikarenakan usaha penduduk asing di Indonesia, yang tidak ingin dicampuridengan kepemilikan saham atau kepentingan penguasaan adalah denganmelalui BUT.Bentuk usaha tetap dikenakan pajak atas penghasilan yang berasal dariusaha atau kegiatan dan dari harta yang dimiliki atau dikuasainya. Dengandemikian semua penghasilan yang berasal dari Indonesia tersebut dikenakanpajak di Indonesia.Perpajakan Internasional di Indonesia 373.1. Obyek pajak bentuk usaha tetap adalah:a) penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut dan dariharta yang dimiliki atau dikuasai;b) penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang,atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankanatau yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia;c) penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 yang diterima ataudiperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antarabentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan yang memberikanpenghasilan dimaksud.Penghasilan yang bukan obyek pajak adalah:Pembayaran yang diterima atau diperoleh dari kantor pusat tidak dianggap

Page 32: Bab 2 Pajak Internasional

sebagai obyek pajak, antara laina. royalti atau imbalan lainnya sehubungan penggunaan harta, paten, atauhak-hak lainnya;b. imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya;c. bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.3.2 Biaya bentuk usaha tetapBiaya-biaya yang berkenaan dengan penghasilan boleh dikurangkan daripenghasilan bentuk usaha tetap antara lain:a) biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan untuk dibebankanadalah biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan bentuk usahatetap, yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;b) biaya bunga untuk usaha perbankan.Pembayaran kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan dibebankansebagai biaya adalah:a. royalti atau imbalan lainnya sehubungan penggunaan harta, paten, atauhak-hak lainnya;b. imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya;c. bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan;38 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan InternasionalUntuk lebih lanjut dalam memahami BUT, akan dibahas dalam babtersendiri.4. Pasal 18 UU PPhApabila terdapat transaksi internasional yang tidak wajar, misalnyaadanya transfer pricing, untuk penjualan ke Indonesia lebih besardibandingkan dengan pembelian yang dilakukan dari Indonesia, sehinggamengakibatkan usaha di Indonesia mengalami kerugian, maka Dirjen Pajak

Page 33: Bab 2 Pajak Internasional

akan menghitung kembali jumlah kewajaran atas penghasilan dan biayatersebut dalam Pasal 18 UU PPh.Patokan dasar wajib pajak yang dianggap memiliki hubungan istimewa adalahsebagai berikut:Wajib pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsungpaling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada wajib pajak lain, atauhubungan antara wajib pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluhlima persen) pada dua wajib pajak atau lebih, demikian pula hubungan antaradua wajib pajak atau lebih yang disebut terakhir; atauHubungan istimewa langsungMisalnya, PT A mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT B.Pemilikan saham oleh PT A merupakan penyertaan langsung.Hubungan istimewa tak langsungSelanjutnya apabila PT B tersebut mempunyai 50% (lima puluh persen)saham PT C, maka PT A sebagai pemegang saham PT B secara tidak langsungmempunyai penyertaan pada PT C sebesar 25% (dua puluh lima persen).Dalam hal demikian antara PT A, PT B dan PT C dianggap terdapat hubunganistimewa. Apabila PT A juga memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham PTD, maka antara PT B, PT C dan PT D dianggap terdapat hubungan istimewa.Hubungan kepemilikan seperti tersebut di atas dapat juga terjadi antara orangpribadi dan badan.Wajib pajak menguasai wajib pajak lainnya atau dua atau lebih wajibpajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidaklangsung; atau hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih

Page 34: Bab 2 Pajak Internasional

perusahaan berada di bawah penguasaan yang sama. Demikian juga hubunganantara beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan yang samatersebut.Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garisketurunan lurus dan atau ke samping satu derajat. Yang dimaksud denganPerpajakan Internasional di Indonesia 39hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat adalahayah, ibu, dan anak, sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam garisketurunan ke samping satu derajat adalah saudara.Yang dimaksud dengankeluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah mertua dananak tiri, sedangkan hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan kesamping satu derajat adalah ipar.Hubungan istimewa di antara wajib pajak dapat terjadi karenaketergantungan atau keterikatan satu dengan yang lain yang disebabkankarena:a. kepemilikan atau penyertaan modal;b. adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi.Selain karena hal-hal tersebut di atas, hubungan istimewa di antara wajibpajak orang pribadi dapat pula terjadi karena adanya hubungan darah ataukarena perkawinan.Untuk menghindari hal ini Menteri Keuangan berwenang mengeluarkankeputusan mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modalperusahaan untuk keperluan penghitungan pajak berdasarkan Undang-UndangPajak Penghasilan, menetapkan saat diperolehnya dividen oleh wajib pajak

Page 35: Bab 2 Pajak Internasional

dalam negeri atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri selainbadan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek, dengan ketentuan sebagaiberikut:i). besarnya penyertaan modal wajib pajak dalam negeri tersebut palingrendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor; atauii). secara bersama-sama dengan wajib pajak dalam negeri lainnya memilikipenyertaan modal paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlahsaham yang disetor.Kewenangan Menteri KeuanganPemerintah memberi kewenangan kepada Menteri Keuangan untukmemberi keputusan tentang besarnya perbandingan antara utang dan modalperusahaan yang dapat dibenarkan untuk keperluan penghitungan pajak.Dalam dunia usaha terdapat tingkat perbandingan tertentu yang wajarmengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal (debt to equity ratio)dalam hal ini 1 : 3.Apabila perbandingan antara utang dan modal sangat besar melebihibatas-batas kewajaran, maka pada umumnya perusahaan tersebut dalam40 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan Internasionalkeadaan tidak sehat. Dalam hal demikian, untuk penghitungan penghasilankena Pajak, Undang-Undang ini menentukan adanya modal terselubung.Kewenangan Direktur Jenderal PajakKewenangan juga diberikan kepada Direktur Jenderal Pajak untukmenentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukanutang sebagai modal untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi

Page 36: Bab 2 Pajak Internasional

wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnyasesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi olehhubungan istimewa.Disamping itu Direktur Jenderal Pajak juga berwenang melakukanperjanjian dengan wajib pajak dan bekerja sama dengan pihak otoritas pajaknegara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yangmempunyai hubungan istimewa, yang berlaku selama suatu periode tertentudan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periodetertentu tersebut berakhirApabila perbandingan antara utang dan modal sangat besar melebihibatas-batas kewajaran, maka pada umumnya perusahaan tersebut dalamkeadaan tidak sehat.Maksud diadakannya ketentuan Pasal 18 adalah untuk mencegahterjadinya penghindaran pajak, yang dapat terjadi karena adanya hubunganistimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat terjadipenghasilan dilaporkan kurang dari semestinya ataupun pembebanan biayamelebihi dari yang seharusnya. Dalam hal demikian Direktur Jenderal Pajakberwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan atau biayasesuai dengan keadaan seandainya di antara para wajib pajak tersebut tidakterdapat hubungan istimewa.Dalam menentukan kembali jumlah penghasilan dan atau biaya tersebutdapat dipakai beberapa pendekatan, misalnya data pembanding, alokasi lababerdasar fungsi atau peran serta dari wajib pajak yang mempunyai hubungan

Page 37: Bab 2 Pajak Internasional

istimewa dan indikasi serta data lainnya.Demikian pula kemungkinan terdapat penyertaan modal secaraterselubung, dengan menyatakan penyertaan modal tersebut sebagai utang,maka Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan utang tersebutsebagai modal perusahaan. Penentuan tersebut dapat dilakukan misalnyamelalui indikasi mengenai perbandingan antara modal dengan utang yanglazim terjadi antara para pihak yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewaatau berdasar data atau indikasi lainnya.Perpajakan Internasional di Indonesia 41Dengan demikian bunga yang dibayarkan sehubungan dengan utangyang dianggap sebagai penyertaan modal itu tidak diperbolehkan untukdikurangkan, sedangkan bagi pemegang saham yang menerima ataumemperolehnya dianggap sebagai dividen yang dikenakan pajak.Kesepakatan harga transfer (Advance Pricing Agreement/APA) adalahkesepakatan antara wajib pajak dengan Direktur Jenderal Pajak mengenaiharga jual wajar produk yang dihasilkannya kepada pihak-pihak yangmempunyai hubungan istimewa (related parties) dengannya. Tujuandiadakannya APA adalah untuk mengurangi terjadinya praktikpenyalahgunaan transfer pricing oleh perusahaan multi nasional. Persetujuanantara wajib pajak dengan Direktur Jenderal Pajak tersebut dapat mencakupbeberapa hal antara lain harga jual produk yang dihasilkan, jumlah royalti danlain-lain, tergantung pada kesepakatan. Keuntungan dari APA selainmemberikan kepastian hukum dan kemudahan penghitungan pajak, fiskus

Page 38: Bab 2 Pajak Internasional

tidak perlu melakukan koreksi atas harga jual dan keuntungan produk yangdijual wajib pajak kepada perusahaan dalam grup yang sama. APA dapatbersifat unilateral, yaitu merupakan kesepakatan antara Direktur JenderalPajak dengan wajib pajak atau bilateral, yaitu kesepakatan antara DirekturJenderal Pajak dengan otoritas perpajakan negara lain yang menyangkut wajibpajak yang berada di wilayah yurisdiksinya.5. Pasal 24 UU PPhUntuk menghindari terjadinya pajak berganda, maka negara Indonesiamengatur dalam Pasal 24 tentang pengkreditan pajak luar negeri ataspenghasilan yang diterima atau diperoleh penduduk Indonesia di luar negeri.Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luarnegeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri bolehdikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang inidalam tahun pajak yang sama.Pada dasarnya wajib pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruhpenghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luarnegeri. Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karenapemajakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri,ketentuan Pasal 24 UU PPh mengatur tentang perhitungan besarnya pajak ataspenghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkanterhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalamnegeri.Ketentuan Kredit Pajak luar negeri adalah sebagai berikut:42 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan Internasional

Page 39: Bab 2 Pajak Internasional

Besarnya kredit pajak adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayaratau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajakyang terutang berdasarkan Undang-Undang PPh. Untuk memberikanperlakuan pemajakan yang sama antara penghasilan yang diterima ataudiperoleh dari luar negeri dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh diIndonesia, maka besarnya pajak yang dibayar atau terutang di luar negeridapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia tetapi tidak bolehmelebihi besarnya pajak terutang di Indonesia.Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan,penentuan sumber penghasilan adalah sebagai berikut:a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badanyang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut bertempat kedudukan;b. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan denganpenggunaan harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar ataudibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atauberada;c. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerakadalah negara tempat harta tersebut terletak;d. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dankegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebaniimbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada;e. penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetaptersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.Penentuan sumber penghasilan selain penghasilan diatas menggunakanprinsip yang sama dengan prinsip yang telah diuraikan diatas.

Page 40: Bab 2 Pajak Internasional

Apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikreditkan ternyatakemudian dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang terutang menurutundang-undang ini harus ditambah dengan jumlah tersebut pada tahunpengurangan atau pengembalian itu dilakukan.Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yangdapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia hanyalah pajakyang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajibpajak.Apabila terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilanyang dibayar di luar negeri, sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan diPerpajakan Internasional di Indonesia 43Indonesia menjadi lebih kecil dari besarnya perhitungan semula, makaselisihnya ditambahkan pada Pajak Penghasilan yang terutang menurutUndang-Undang PPh. Misalnya, dalam tahun 1996, wajib pajak mendapatpengurangan pajak atas penghasilan luar negeri tahun pajak 1995 sebesar Rp5.000.000,00, yang semula telah termasuk dalam jumlah pajak yangdikreditkan terhadap pajak yang terutang untuk tahun pajak 1995, makajumlah sebesar Rp 5.000.000,00 tersebut ditambahkan pada Pajak Penghasilanyang terutang dalam tahun pajak 1996.Ketentuan mengenai pelaksanaan pengkreditan pajak atas penghasilandari luar negeri ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, KMKNo.164/KMK.04/2002.Contoh:PT. A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari Z Inc. di Negara

Page 41: Bab 2 Pajak Internasional

X. Z Inc. tersebut dalam tahun 1995 memperoleh keuntungan sebesar US$100,000.00. Pajak Penghasilan yang berlaku di negara X adalah 48% danPajak Deviden adalah 38% penghitungan pajak atas dividen tersebut adalahsebagai berikut:Keuntungan Z Inc. US$ 100,000.00Pajak Penghasilan (Corporate income tax) : 48 % US$ 48,000.00----------------------- (-)US$ 52,000.00Pajak atas deviden (38 %) US$ 19,760.00----------------------- (-)Deviden yang dikirim ke Indonesia US$ 32,240.00Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap seluruh PajakPenghasilan yang terutang atas PT. A adalah pajak yang langsung dikenakanatas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri, dalam contoh diatas yaitu jumlah sebesar US$ 19,760.00.Pajak Penghasilan (Corporate income tax) atas Z Inc. sebesar US$48,000.00 tidak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutangatas PT. A, karena pajak sebesar US$ 48,000.00 tersebut tidak dikenakanlangsung atas penghasilan yang diterima atau diperoleh PT. A dari luar negeri,melainkan pajak yang dikenakan atas keuntungan Z Inc. di negara X.6. Pasal 26 UU PPhPasal 26 mengatur tentang PPh Pemotongan atas penghasilan yangditerima oleh subjek pajak luar negeri dari Indonesia. Hal ini dikarenakannegara Indonesia menganut Azas Pemajakan Sumber Penghasilan.44 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan InternasionalBadan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan,

Page 42: Bab 2 Pajak Internasional

bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yangmelakukan pembayaran atau membebankan biaya kepada wajib pajak luarnegeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dipotong pajak sebesar 20%(dua puluh persen).Obyek PPh Pasal 26 antara lain:a. dividen, bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalansehubungan dengan jaminan pengembalian utang, royalti, sewa, danpenghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, imbalansehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan, hadiah dan penghargaan,pensiun dan pembayaran berkala lainnya, dikenakan pajak sebesar 20%dari penghasilan bruto;b. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia, yang diterima atau diperolehwajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, Premiasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri, dipotongpajak 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto, yang dalampelaksanaannya diatur oleh Menteri Keuangan;c. penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usahatetap di Indonesia dikenakan pajak sebesar 20% (dua puluh persen),kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yangketentuannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan.Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud diatas bersifat final, kecuali:i. pemotongan atas penghasilan bunga, termasuk premium, diskonto, premiswap, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;

Page 43: Bab 2 Pajak Internasional

royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;ii. pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadiatau badan luar negeri yang berubah status menjadi wajib pajak dalamnegeri atau bentuk usaha tetap.Pada prinsipnya pemotongan pajak atas wajib pajak luar negeri adalahbersifat final, namun atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5ayat (1) huruf b dan huruf c, dan atas penghasilan wajib pajak orang pribadiatau badan luar negeri yang berubah status menjadi wajib pajak dalam negeriatau bentuk usaha tetap, pemotongan pajaknya tidak bersifat final sehinggapotongan pajak tersebut dapat dikreditkan dalam Surat PemberitahuanTahunan Pajak Penghasilan.Perpajakan Internasional di Indonesia 45Contoh:A sebagai tenaga asing orang pribadi membuat perjanjian kerja denganPT B sebagai wajib pajak dalam negeri untuk bekerja di Indonesia untukjangka waktu 5 (lima) bulan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2001. Padatanggal 20 April 2001 perjanjian kerja tersebut diperpanjang menjadi 8(delapan) bulan sehingga akan berakhir pada tanggal 31 Agustus 2001.Jika perjanjian kerja tersebut tidak diperpanjang maka status A adalahtetap sebagai wajib pajak luar negeri. Dengan diperpanjangnya perjanjian kerjatersebut maka status A berubah dari wajib pajak luar negeri menjadi wajibpajak dalam negeri terhitung sejak tanggal 1 Januari 2001. Selama bulanJanuari sampai dengan Maret 2001 atas penghasilan bruto A telah dipotong

Page 44: Bab 2 Pajak Internasional

Pajak Penghasilan Pasal 26 oleh PT B.Berdasarkan ketentuan ini, maka untuk menghitung Pajak Penghasilanyang terutang atas penghasilan A untuk masa Januari sampai dengan Agustus2001, Pajak Penghasilan Pasal 26 yang telah dipotong dan disetor PT B ataspenghasilan A sampai dengan Maret tersebut, dapat dikreditkan terhadap pajakA sebagai wajib pajak dalam negeri.7. Pasal 32 A UU PPhBerdasarkan Pasal 32 UU PPh, Pemerintah berwenang untuk melakukanperjanjian dengan pemerintah negara lain dalam rangka penghindaran pajakberganda dan pencegahan pengelakan pajak.Dalam rangka peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan dengannegara lain diperlukan suatu perangkat hukum yang berlaku khusus (lexspesialis)yang mengatur hak-hak pemajakan dari masing-masing negara gunamemberikan kepastian hukum dan menghindarkan pemajakan berganda sertamencegah pengelakan pajak. Adapun bentuk dan materinya mengacu padakonvensi internasional dan ketentuan lainnya serta ketentuan perpajakannasional masing-masing negara.46 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan InternasionalRANGKUMANPerjanjian internasional adalah suatu perbuatan hukum yang mengikatnegara pada bidang-bidang tertentu, termasuk perpajakan, oleh karena ituperjanjian internasional harus dibuat dengan dasar-dasar yang jelas dan kuat,dengan menggunakan instrumen peraturan perundang-undangan yang jelas.Pembuatan perjanjian internasional harus memenuhi syarat sebagai berikut:

Page 45: Bab 2 Pajak Internasional

i. perjanjian internasional harus berdasarkan kesepakatan dan dilaksanakandengan itikad baik;ii. perjanjian internasional harus berpedoman pada kepentingan nasional danberdasarkan prinsip-prinsip kesamaan, saling menguntungkan, danmemperhatikan, baik hukum nasional maupun hukum internasional yangberlaku.Jenis-jenis perjanjian internasional adalah sebagai berikut:i. perjanjian bilateral,ii. perjanjian multilateral.Perjanjian perpajakan internasional adalah suatu perbuatan hukum yangmengikat negara pada bidang-bidang perpajakan. Perjanjian perpajakaninternasional tersebut bentuknya adalah:i. persetujuan penghindaran pajak berganda (tax treaty)ii. cara penerapan (mode of application)iii. tata cara persetujuan bersama (mutual agreement procedure)Perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty) diatur dalam Pasal32 A UU PPh ”pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian denganpemerintah negara lain dalam rangka penghindaran pajak berganda danpencegahan pengelakan pajak. Dalam penjelasan Pasal 32 A UU PPhdinyatakan bahwa dalam rangka peningkatan hubungan ekonomi danperdagangan dengan negara lain diperlukan suatu perangkat hukum yangberlaku khusus (lex spesialis) yang mengatur hak-hak pemajakan dari masingmasingnegara guna memberikan kepastian hukum dan menghindarkanpemajakan berganda serta mencegah pengelakan pajak. Adapun bentuk danmaterinya mengacu pada konvensi internasional dan ketentuan lainnya serta

Page 46: Bab 2 Pajak Internasional

ketentuan perpajakan nasional masing-masing negara.Kedudukan tax treaty dalam pelaksanaannya lebih diutamakan dariUndang-Undang PPh, oleh karena itu sepanjang diatur dalam tax treaty, makaPerpajakan Internasional di Indonesia 47pemajakan atas penduduk asing atau badan asing mengikuti ketentuan yangdiatur dalam tax treaty.Tax treaty hanya mengenakan pada Undang-Undang Pajak Penghasilan(UU PPh) dan tidak berlaku untuk Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai(PPN), Ketentuan-ketentuan dalam UU PPh yang terkait dengan perpajakaninternasional adalah Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5, Pasal 18, Pasal 24, Pasal 26, danPasal 32 A.48 Bab 2 : Perjanjian Perpajakan InternasionalLATIHAN SOAL1. Jelaskan definisi perjanjian internasional dan perpajakan internasional?2. Apakah peraturan perpajakan internasional, termasuk dalam perjanjianinternasional?3. Apakah setiap perjanjian internasional diharuskan ada persetujuan DewanPerwakilan Rakyat?4. Kapan berlakunya suatu perjanjian internasional dimulai?5. Apakah kedudukan tax treaty lebih tinggi dari pada Undang-undang?6. Sebutkan bentuk isi dari perpajakan internasional!7. Apakah setiap permasalahan mengenai perpajakan cukup dengandiputuskan oleh negara sepihak?8. Siapakah pejabat yang berwenang dalam melakukan perjanjian perpajakaninternasional?9. Jelaskan perbedaan perjanjian internasional dengan perpajakaninternasional?

Page 47: Bab 2 Pajak Internasional

10. Dengan adanya P3B, maka segala aturan perpajakan dalam UndangundangPajak Penghasilan harus tunduk pada P3B, setujukah Saudaraterhadap pendapat demikian? Jelaskan!Perpajakan Internasional di Indonesia 49